Anda di halaman 1dari 3

Tugas 2 Sistem Hukum Indonesia

Merujuk pada Pasal 1338 KUHPerdata bahwa Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat
ditarik kembali, selain atas kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang
oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
 
Diskusikan:
Bagaimanakah jika rekanan dalam perjanjian tersebut menggantung tanpa kepastian proyek
pengerjaan sesuai yang telah dituangkan dalam perjanjian, apakah perjanjian yang sudah
disepakati masih boleh dibatalkan sepihak?

Jawaban:

Pasal 1338 KUH Perdata:


Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat
ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-
alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad
baik.
Merujuk pada peraturan di atas, jika perjanjian kerja sama telah memenuhi syarat-
syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata secara kolektif, maka
perjanjian tersebut haruslah menjadi undang-undang bagi kedua belah pihak yang berarti
masing-masing pihak harus tunduk pada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian
tersebut.
Jika salah satu pihak mengingkari perjanian tetunya akan ada sanksi hukum yang
berlaku, apalagi jika sudah merujuk pada suatu pasal yang mengatur, tentunya sanksi
hukum dapat dijatuhkan kepada pihak yang mengingkari ketentuan perjanjian tersebut.
Suatu persetujuan adalah sah jika telah memenuhi syarat-syarat sah suatu
persetujuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUH Perdata”) yaitu:
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan mereka mengikatkan dirinya;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Dua syarat pertama disebut dengan syarat subyektif yang mana tidak terpenuhinya
syarat sepakat dan cakap akan mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan sedangkan
tidak terpenuhinya unsur hal tertentu dan sebab yang halal menjadikan suatu perjanjian
menjadi batal demi hukum, yang mana membuat kedudukan para pihak dalam kondisi
seolah-olah tidak ada perjanjian
Perjanjian tertentu bisa batal atau dibatalkan oleh salah satu pihak dalam
perjanjian, kalau “Undang-Undang menyatakan ada cukup alasan untuk itu” (uit
hoofde der redenen welke de wet daartoe voldoende verklaart).
Perjanjian yang sudah disepakati bisa dibatalkan apabila undang-undang
menyatakan ada cukup alasan untuk pembatalan itu. Undang-undang memang dalam pasal-
pasal tertentu, menyatakan perjanjian tertentu batal atau memungkinkan salah satu pihak
dalam perjanjian untuk menuntut pembatalannya.
Di samping itu, ada yang juga perlu untuk mendapat perhatian kita, yaitu bahwa
benar sekali kalau pengadilan pernah menyatakan, bahwa tidak ada ketentuan undang-
undang yang melarang dimungkinkannya pembatalan suatu perjanjian, yang telah ditutup
untuk jangka waktu yang tidak tertentu, secara sepihak.
Secara umum, suatu perjanjian dapat diakhiri karena beberapa alasan, antara lain
sebagaimana diatur dalam Pasal 1381 KUH Perdata yaitu:
1. Karena pembayaran
2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;
3. Karena pembaruan utang;
4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi;
5. Karena percampuran utang;
6. Karena pembebasan utang;
7. Karena musnahnya barang yang terutang;
8. Karena kebatalan atau pembatalan;
9. Karena berlakunya suatu syarat pembatalan
10. Karena lewat waktu

Menurut pendapat Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian, bentuk-bentuk dari


wanprestasi antara lain:
1. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukan;
2. Melaksanakan apa yang diperjanjikan tapi tidak sempurna;
3. Melaksanakan apa yang dijanjikan tapi tidak tepat waktu; dan
4. Melaksanakan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Jadi, apabila rekanan dalam perjanjian tersebut menggantuk tanpa kepastian proyek
pengerjaan hingga tidak tepat waktu yang telah dituangkan dalam perjanjian, maka
perjanjian tersebut dapat dibatalkan sepihak, karena salah satu pihak telah tidak
melaksanakan apa yang disanggupi untuk dilakukan ke Pengadilan Negeri dimana tergugat
berada atau domisili hukum sesuai yang tertera dalam perjanjian atau Arbitrase apabila
telah disepakati dalam perjanjian

Dasar Hukum:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Sumber & Referensi:


BMP ISIP4131/MODUL 5
BMP HKUM4402/MODUL 1. http://repository.ut.ac.id/4108/1/HKUM4402-M1.pdf
Subekti. 2008. Hukum Perjanjian. Jakarta: Penerbit PT Intermasa. 2008
Subekti. 2001. Hukum Pembuktian, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2001.
https://konsultanhukum.web.id/ini-akibat-yang-timbul-dari-suatu-perjanjian/
https://www.hukumonline.com/klinik/a/dapatkah-perjanjian-investasi-dibatalkan-
lt5ca861fd59a4a

Anda mungkin juga menyukai