1
Guru Lagu = a, i, u, a, u, a, i
Guru lagu adalah jatuhnya suara akhir pada setiap guru gatra (baris tembang)
Pada baris atau larik kalimat pertama tembang, akhirannya berupa huruf vokal a
Baris atau larik kalimat kedua akhiran huruf vokal i,
Larik atau baris ketiga akhiran huruf vokal u,
Akhiran baris atau larik kalimat keempat huruf vokal a dan seterusnya.
8. Nama peribahasan
1. ana dina, ana upa. (Ada hari, ada nasi).
Artinya: Selama orang mau bekerja dengan tekun pasti akan mendapatkan sesuap nasi (rezeki). Peribahasa
yang mirip yaitu: “Ora obah ora mamah” (tak mau bergerak (bekerja) tak memperoleh makan). Ini menjadi
semboyan bagi orang kecil dalam menyemangati dirinya untuk bekerja.
2. Ngundhuh wohing pakerti. (Memetik buah perbuatan sendiri).
Artinya: Sebagaimana petani, ketika menanam padi pada saatnya nanti akan menuai padi, bukan jagung. Ini
merupakan kiasan untuk orang yang melakukan perbuatan buruk pasti akan memperoleh keburukan pula di
kemudian hari.
3. Kebo gupak ajak-ajak. (Kerbau penuh lumpur mengajak kotor yang bersentuhan dengannya).
Artinya: Ungkapan ini merupakan peringatan bahwa orang yang yang mempunyai sifat dan perbuatan buruk
(kotor) cenderung suka mengajak (mempengaruhi) orang lain mengikuti perbuatannya. Oleh karena itu.
jauhilah orang seperti itu atau jangan berdekatan dengannya.
4. Anak polah, bapa kepradhah. (Anak meminta, bapak meluluskannya).
Artinya: Ini merupakan peringatan bagi orang tua agar bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-
anaknya. Orang tua harus mempertimbangkan dengan cermat permintaan si anak, mengenai baik-buruk dan
manfaatnya, agar tidak menimbulkan permasalahan dalam keluarga.
5. Witing tresna jalaran saka kana. (Awal cinta karena biasa berdekatan).
Artinya: Peringatan bagi laki-laki maupun perempuan agar berhati-hati dalam berteman, karena kedekatan
(keakraban) dapat menumbuhkan cinta.
6. Nabok nyilih tangan. (Memukul pinjam tangan orang lain).
Artinya: Kiasan terhadap orang licik yang tidak berani menghadapi musuhnya secara terbuka, namun
meminta tolong (bantuan) orang lain dengan sembunyi-sembunyi.
7. Kekudhung walulang macan. (Berkerudung kulit harimau).
Artinya: Gambaran orang yang berusaha mencapai keinginannya dengan menggunakan pengaruh dari
penguasa atau orang yang ditakuti masyarakat.
8. Becik ketitik, ala ketara. (Baik akan terbukti (diakui), buruk akan kelihatan sendiri).
Artinya: Anjuran agar siapa pun tidak takut berbuat baik. Meskipun awalnya belum kelihatan, pada saatnya
akan menemukan makna dan dihargai. Dan jika berbuat buruk, sepandai-pandainya menutupi akhirnya akan
ketahuan juga.
9. Emban cindhe, emban siladan. (Menggendhong dengan selendang, menggendong dengan rautan bambu).
Artinya: Nasihat yang kebanyakan ditujukan pada orang tua (penguasa), agar tidak membeda-bedakan
perhatiannya terhadap anak ataupun rakyat (bawahannya). Yang disukai jangan lantas diberi kemudahan
sementara yang tidak disukai terus-menerus disakiti (dipersulit hidupnya).
10. Kegedhen empyak kurang cagak. (Kebesaran atap kurang tiang).
Artinya: Gambaran dari orang yang berbuat sesuatu melebihi kemampuannya. Dengan memaksakan diri,
sebagaimana dikiaskan rumah yang atapnya terlampau besar (lebar) dengan sedikit tiang, besar kemungkinan
rumah (cita-citanya) tidak dapat didirikan (terwujud). Misalnya terwujud (rumah dapat berdiri),
konstruksinya akan rapuh sehingga mudah roboh dan akan menimbulkan masalah baru.
11. Ngono ya ngono, ning aja ngono. (Begitu ya begitu, tapi jangan begitu).
Artinya: Ungkapan ini merupakan peringatan agar orang tidak berbuat yang berlebihan sehingga
menimbulkan permasalahan baru atau mengganggu orang lain. Contohnya, boleh saja orang menagih hutang
yang lama tidak dibayar. tetapi jangan semata-mata dilakukan di depan umum, karena akan membuat malu
orang yang ditagihnya.
12. Tuna satak bathi sanak. (Rugi sedikit tak apa, asal tambah saudara).
Artinya: Seorang pedagang yang menyadari bahwa laba bukan segala-galanya akan mengurangi sedikit laba
yang diperoleh, sehingga para pembeli akan merasa senang karena harga barang jadi lebih murah dari
pedagang lain. Akibatnya, mereka akan suka belanja kepadanya.
2
13. Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan. (Bukan saudara bukan kerabat, kalau mati Ikut
kehilangan).
Artinya: Ungkapan terhadap jasa seseorang yang cukup besar bagi masyarakat, sehingga ketika yang
bersangkutan meninggal dunia semua orang akan merasa kehilangan.
14. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung. (Menghalangi diberantas, melintang ditebas).
Artinya: Semboyan atau tekad untuk menghapus kezaliman yang mencengkeram masyarakat, apapun yang
dihadapi akan dilawan karena sudah di luar batas perikemanusiaan.
15. Kesandhung ing rata, kebentus ing tawang. (Tersandung di tempat yang rata, terbentur ke langit).
Artinya: Suatu kejadian yang jarang imustahil) terjadi. Bagaimana mungkin di tempat rata orang bisa
tersandung. dan kepala terbentur ke langit? Jika itu terjadi dikarenakan kurang hati-hati dan ceroboh. Ini
merupakan peringatan agar orang selalu waspada dan berhati-hati dalam berbuat sesuatu.
16. Cegah dhahar lawan guling. (Mengurangi makan dan tidur).
Artinya: Model puasa (menahan hawa nafsu) yang melengkapi kehidupan sehari-hari agar cita-cita
(keinginan) terkabul dan kehidupan menjadi lebih baik.
17. Janma tan kena ingina. (Manusia jangan dihina).
Artinya: Peringatan bahwa orang bisa saja berbeda antara isi dan penampilannya. Jika dilihat dari
penampilannya mungkin akan keliru. karena banyak orang suka menyembunyikan (menyimpan) kemampuan
yang jauh berbeda dengan apa yang kelihatan.
18. Sadumuk bathuk, sanyari bumi, ditohi pati. (Menyentuh dahi (isteri), merebut sejengkal tanah, dilawan
sampai mati).
Artinya: Gambaran sikap laki-laki Jawa dalam mempertahankan kehormatan dan harga diri sebagai suami
(dan isterinya) sekaligus dalam mempertahankan tanah air (bumi/tanah) sebagai warganegara. Ini berarti,
kepemilikan perempuan (isteri) dan tanah (tempat tinggal) layak dipertahankan dengan darah.
19. Utha-uthu nggoleki selane garu. (Ke sana-kemari mencari celah sawah yang dibajak).
Artinya: Semangat seseorang yang terus berjuang tanpa lelah dan tidak malu dalam usaha mencari nafkah
lewat pekerjaan apapun yang ada di sekitarnya.
20. Kaya kali ilang kedhunge. pasar ilang kumandhange. (Seperti sungai kehilangan lubuk, pasar
kehilangan gema).
Artinya: Gambaran situasi dan kondisi zaman ketika adat kebiasaan dan tradisionalisme mulai terkikis, dan
berganti dengan nilai-nilai baru yang belum sepenuhnya dimengerti oleh masyarakat.
9. Melengkapi peribahasa
10. nama- nama cangkriman
Cangriman dewe dibedhakake ono 4 jenis ,yaiku :
1. Cangkriman Wancahan yaiku Cangkriman kang di jupuk saka Suku kata ngarep lan Buri,
Cangkriman Wancahan luwih kayata Singkatan Kang duweni arti
Tuladha :
* Burnas Kopen = Bubur Panas Kokopen ( dimakan dgn cara mulut nempel ke mangkok
* Pak Boletus = Tapak Kebo lelene satus ( Jejak telapak kerbau berisi lele seatus)
* Manuk Biru = Pamane punuk Bibi e kuru ( Pamanya gemuk bibinya kurus )
* Buta Buri = Tebu ditata mlebu lori ( Tebu ditata masuk lori )
* Pindang Khutut= Sapi Mblandang lukune katut ( Sapi kabur walukunya ikut )
2. Cangkriman Pepindhan yaiku Cangkriman kang ngemu teges Pepindahan utawa irib iriban
Tuladha :
3
3. Cangkriman Belenderan yaiku Cangkriman kang ngemu teges plesetan
Tuladha :
4. Cangkriman Tembang yaiku Cangkriman kang isine dijupuk saka tembang macapat biasane iku
tembang pocung
Tuladha :
*. Tembang Kinanthi: Wonten putri luwih ayu; Tan ana ingkang tumandhing; Sariranira sang retna; Owah-
owah saben ari; Yen rina kucem kang cahya; mung ratri mancur nelahi (Ada putri amat cantik; tidak ada yang
menandingi; badan sang dewi; Berubah setiap hari; Kalau siang suram cahayanya; Hanya pada malam hari
bersinar cahayanya). Jawaban: Rembulan
* Tembang Pucung: Bapak pucung dudu watu dudu gunung; Sangkamu ing sabrang; Ngon ingone sang Bupati;
Yen lumampah si pucung lembehan grana (Bapak pucung bukan batu bukan gunung; Asalmu dari tanah
seberang; Piaraan sang Bupati; Kalau berjalan si pucung berlenggang hidung). Jawab: gajah
* Tembang Pucung: Bapak pucung renten-renteng kaya kalung; Dawa kaya ula; Pencokanmu wesi miring; Sing
disaba si pucung mung turut kutha (Bapak pucung berangkai seperti kalung; Panjang laksana ular; Tempat
bertenggermu besi miring; Yang didatangi si pucung dari kota ke kota). Jawab: kereta api.
4
15. Struktur / perangane teks pidato
1. Salam Pambuka: sala pakurmatan sing kapisanan, marang para tamu utawa sing kepareng rawuh.
Isine atur salam pakurmatan marang para rawuh, lan sapa-aruh (sapaan) tumrap para rawuh.
2. Purwaka: Atur pamuji syukur marang Gusti Allah, sarta atur panuwun marang para rawuh/tamu
sing kepareng rawuh.
3. Isi/surasa basa: sakabehe bab kang diandharake marang para rawuh/tamu
4. Dudutan utama/Wigatine (kesimpulan): ringkesan isi kang wigati, utawa inti sarine sing diandharake.
5. Pangarep-arep: Pituduh lan pangajab, sing diandharake marang para rawuh/tamu lan sing midangetake.
6. Wasana Basa (panutup): atur panuwun sarta nyuwun pangapura manawa ana kekurangan utawa
kaluputan olehe ngandharake.
5
Prakara cilik (sepele) dadi gedhe = kriwikan dadi grojogan
Dipadhakake bocah cilik, durung dianggep dhewasa = durung ilang pupuk lempuyange
Wong sing tansah kuwatir = ancik-ancik pucuke eri
Ngarep-arep barang sing durung mesti = njagakake ndhoge blorok;
Wong sing ora gelem ngrungokake rerasan sing ora becik = ana catur mungkur
Wong kang tumindak luput bakal konangan = sapa salah bakal seleh
6
25.Menyusun kalimat penutup teks pidato
1. Kesimpulan
2. Pesan, harapan
3. Salam penutup
Contoh:
Mekaten, cekap semanten atur kulo, mugi-mugi saget bermanfaat kangge kito sedoyo. Kirang
langkungipun kulo nyuwun pangapunten ingkang katah.
Cekap semanten ingkang saged kawula aturaken, mugi-mugi sesorah kula saged bermanfaat kangge kita
piyambak, aamiin. Kirang langkungipun kulo nyuwun pangapunten ingkang katah. Tuku santen dhateng
peken, Pekene peken bringharjo. Kulo kinten cekap semanten, sedoyo lepat nyuwon pangapuro.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
26. Ungkapan tradisional jawa
Becik ketitik ala ketara
Ing ngarsa sung tuladha ing madyo mangun karsa tutwuri handayani
Dudu sanak dudu kadhang yen mati melu kelangan
7
9. Ana dina ana upa = angger gelem nyambut gawe mesthi oleh rejeki
10. Arep jamure ora gelem watange = gelem kepenake ora gelem rekasane
8
9