Anda di halaman 1dari 218

MODUL 6 PPG PPKn

PENGEMBANGAN EVALUASI BERBASIS ICT DAN


PEMANFAATAN HASIL PTK DALAM
PEMBELAJARAN PPKn

Penulis:

LIBER SIAGIAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
2022

ii
KATA PENGANTAR

Tiada rangkaian kata yang terindah selain mengucapkan puji syukur


kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan lindungan-
Nya, sehingga pada kesempatan ini tim penulis modul Pendidikan Profesional
Guru (PPG) mata pelajaran PPKn telah berhasil menyelesaikan Modul 6 PPG
PPKn tahun 2022 yang berjudul: “Pengembangan Evaluasi Berbasis ICT dan
Pemanfaatan Hasil PTK dalam Pembelajaran PPKn” Sebagai salah satu tugas
pokok dalam penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Modul 6 PPG PPKn tahun 2022 yang berjudul : Pengembangan Evaluasi
Berbasis ICT dan Pemanfaatan Hasil PTK dalam Pembelajaran PPKn ini
bertujuan agar para guru PPKn peserta PPG 2022 mampu mengevaluasi
masukan, proses dan hasil pembelajaran PPKn yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dengan menerapkan asesmen otentik,
serta memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan kualitas pembelajaran; dan.
Berdasarkan tujuan tersebut maka setiap kegiatan belajar (KB) modul 6 ini,
memiliki keterkaitan dan relevansi antara satu dengan yang lain.
KB 1 membahas tentang bagaimana Evaluasi Pembelajaran PPKn
Berbasis ICT, KB 2 membahas tentang Keterampilan Guru PPKn dalam
Pembelajaran, KB 3 membahas tentang Model dan Media Pembelajaran PPKn
berbasis ICT, dan KB 4 membahas tentang PTK dalam Pembelajaran PPKn.
Penyelesaian Modul 6 PPG PPKn tahun 2022 yang berjudul :
Pengembangan Evaluasi Berbasis ICT dan Pemanfaatan Hasil PTK dalam
Pembelajaran PPKn ini, tidak luput dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu selama proses
pengerjaan modul ini:

i
1. Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta
jajarannya.
2. Penyelia Modul PPG PPKn 2022 Prof. Dr. Sapriya, M.Ed dan Dr.
Mohammad Mona Adha, M.Pd.
3. Rektor Universitas Negeri Medan beserta jajarannya.
4. Tim Modul PPG PPKn 2022
5. Keluarga dan teman sejawat di Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan.
Terlalu banyak yang telah penulis terima dari mereka semua, semoga
Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang lebih baik dari yang telah
mereka berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih memerlukan
masukan dan kritikan, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang, penulis
sangat menerima adanya kritik dan saran konstruktif untuk meningkatkan kualitas
penulisan modul PPG PPKn ini di masa yang akan datang, dengan harapan modul
ini dapat menjadi bermanfaat bagi kita semuanya. Amiin

Medan, 27 Juni 2022

Penulis

iv
KEGIATAN BELAJAR 1:
EVALUASI PEMBELAJARAN
PPKn BERBASIS ICT

v
DAFTAR ISI

Daftar Isi...................................................................................................................v
A. PENDAHULUAN................................................................................................1
1. Deskripsi Singkat............................................................................................1
2. Relevansi..........................................................................................................3
3. Petunjuk Belajar.............................................................................................4
B. KEGIATAN INTI................................................................................................4
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan........................................................4
2. Uraian Materi..................................................................................................5
a. Evaluasi Pembelajaran.................................................................................5
b. Media Pembelajaran Berbasis ICT..............................................................39
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi.................................................................45
4. Forum Diskusi.................................................................................................48
C. PENUTUP............................................................................................................48
1. Rangkuman.....................................................................................................48
2. Tes Formatif....................................................................................................49
3. Daftar Pustaka................................................................................................53

vi
A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat.
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn, modul 6 ini akan
diawali dengan kegiatan belajar satu (KB 1) dengan sajian mengenai pentingnya
pemahaman tentang evaluasi pembelajaran PPKn berbasis ICT. Dalam sajian ini
juga dikemukakan tentang beberapa landasan yang menjadi amanat seorang guru harus
mampu mengevaluasi pembelajaran PPKn berbasis ICT karena capaian pembelajaran
didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dengan tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
sehingga guru merespon dengan adanya dampak perkembangan zaman yang kian
harinya mengalami kemajuan yang pesat khususnya dalam dunia pendidikan.
Banyak hal yang melatarbelakangi perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi tersebut, salah satunya adalah adanya kebutuhan umat manusia yang
semakin harinya dituntut untuk dapat menjalankan segala sesuatunya dengan lebih
mudah dan efektif. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah
tidak bisa dibendung lagi, suka tidak suka hal ini mutlak harus menjadi kemahiran
baru bagi manusia yang hadir menjadi tamu perubahan tersebut terlebih guru. ICT
menjadi metode dan media baru dalam mendesain proses belajar mengajar, salah
satunya dalam mengukur capaian belajar peserta didik dalam kerangka pelacakan
sumber belajar mulai dari materi ajar dan pengayaan, evaluasi dan assesmen.
Dunia pendidikan merupakan salah satu yang paling diuntungkan dengan
adanya kemajuan teknologi informasi ini yang sangat cepat ini, karena
memperoleh manfaat yang luar biasa. Mulai dari eksplorasi sumber belajar berupa
materi-materi pembelajaran berkualitas seperti literatur, jurnal, dan buku,
membangun forum-forum diskusi ilmiah, sampai konsultasi/diskusi dengan para
pakar di dunia, semua itu dapat dengan mudah dilakukan dan tanpa mengalami
sekat-sekat karena setiap individu dapat melakukannya sendiri. Dampak yang
sedemikian luas tersebut telah memberikan warna atau wajah baru dalam sistem
pendidikan dunia khususnya pendidikan di Indonesia, yang dikenal dengan
berbagai istilah e-learning, distance learning, online learning, web based
learning, computer-based learning, dan virtual classroom, dimana semua
terminologi tersebut mengacu pada pengertian yang sama yakni pendidikan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Bagi negara-negara maju, pendidikan berbasis TIK bukan hal yang baru
lagi. Mereka telah terlebih dulu dan lebih maju dalam menerapkan berbagai teknik
dan model pendidikan berbasis TIK. Indonesia masih tergolong baru dalam
menerapkan sistem ini. Sebagai pemula tentu kita punya kesempatan berharga
untuk belajar banyak atas keberhasilan dan kegagalan mereka sehingga penerapan
pendidikan berbasis TIK di Indonesia menjadi lebih terarah. Sebagai pemula,
pemerintah Indonesia sudah termasuk cepat dalam menanggapi kebutuhan dunia
pendidikan terhadap perkembangan TIK. Sebagai contoh, pada pendidikan tinggi
(kampus), ketersediaan internet kini semakin meluas, mulai tersedia teknologi
video conference, yang semuanya itu memberikan penguatan pada proses belajar
mengajar di kampus.
Demikian juga pada pendidikan dasar, menengah dan kejuruan,
Pemerintah telah membangun situs pembelajaran e-dukasi.net, penyediaan
jardiknas merupakan wujud nyata langkah pemerintah dalam membangun e-
education pada dunia pendidikan di tanah air. Bahkan saat ini hampir setiap
pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten/kota berlomba-lomba
mengembangkan situs-situs layanan pendidikan khususnya penyediaan materi-
materi pembelajaran.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membentuk
sebuah jaringan yang dapat memberi kemungkinan para peserta didik berinteraksi
dengan sumber belajar secara luas. Jaringan internet dan web telah membuka
akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan atau
bahan ajar.

ii
Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana
komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana
belajar multimedia yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera
terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh peserta diklat. Sajian multimedia
berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran
komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan
suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat
mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer
dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk
mempelajari dan mengajarkan materi perkuliahan yang relevan misalnya
rancangan grafis dan animasi.
Perkembangan teknologi dan informasi yang dimanfaatkan bagi dunia
pendidikan bahkan tidak sekedar sebagai sumber belajar bagi pembelajaran,
bahkan digunakan untuk melakukan aktivitas evaluasi-evaluasi dalam
pembelajaran baik evaluasi yang sifatnya sebagai latihan-latihan soal maupun
yang sifatnya sebagai evaluasi resmi (ujian).
2. Relevansi
Kegiatan belajar satu (KB 1) yang membahas tentang evaluasi pembelajaran
PPKn berbasis ICT pada diklat PPG dalam jabatan ini sangat relevan menjadi
mata latih peserta didik. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi yang
mutlak harus dimiliki oleh seorang guru PPKn agar mampu melaksanakan tugas
keprofesian pendidik dalam bidang PPKn yang meneladani dengan landasan guru
harus mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan mengajarkan
dengan kemampuan utama yaitu pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional,
Menerapkan kemampuan teknologi, informasi dan komunikasi sebagai
perangkat pendukung dalam membangun pengetahuan, sikap, tindakan sebagai
capaian pembelajaran peserta didik. Sehingga salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru PPKn adalah pemahaman dan pemanfaatan ICT dalam
evaluasi pembelajaran PPKn terhadap peserta didik. Dengan memahami ICT
dalam pembelajaran akan mempermudah guru untuk memberikan penilaian yang
otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan kualitas pembelajaran.

iii
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari kegiatan belajar satu pada modul 6 ini, ada
beberapa hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda
tentang isi modul ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut;
1) Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian permulaan terhadap tema evaluasi pembelajaran
berbasis ICT dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
3) Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan Kegiatan Belajar 1
pada modul 6 untuk memudahkan dalam memahami isi modul ini.
4) Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan latihan.
Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat, berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan
pada modul 6 ini.
5) Bila anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat,
atau bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata
diklat ini.
6) Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.

B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn melalui kegiatan belajar
satu (KB 1) pada modul 6 ini, guru diharapkan mampu melaksanakan proses
pembelajaran berbasis ICT yang memesona dan meneladani pada mata pelajaran
PPKn agar dapat membangun sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik
dalam memecahkan masalah secara kritis, humanis, inovatif, kreatif, kolaboratif,

iv
dan komunikatif. Oleh karenanya guru harus menguasai dan memahami peserta
didik SMP/SMA sederajat melalui kemampuan mengevaluasi pembelajaran PPKn
berbasis ICT
Kaidah pelaksanaan pembelajaran berbasis ICT merupakan kecakapan
mutlak bagi seorang guru agar mampu mengevaluasi masukan, proses dan hasil
pembelajaran PPKn yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik dengan menerapkan asesmen otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi
untuk perbaikan kualitas pembelajaran PPKn.

2. Uraian Materi
a. Evaluasi Pembelajaran
Keberhasilan dalam capaian pembelajaran dapat dilihat melalui alat ukur
atau asesmen, sehingga evaluasi menjadi hal wajib dilakukan oleh seorang guru
dalam mengkaji output pembelajaran atau capaian lulusan. Untuk itu kemampuan
mengevaluasi merupakan tugas dan kewajiban seorang guru pada aspek
kompetensi guru profesional. Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen
dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu
kesimpulan. Maka fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau
keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan.
a systematic instrument or procedure for measuring the behavior of a
sample of learners Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) alat ukur lembar
penilaian dilakukan karena instrumen atau prosedur sistematis untuk mengukur
perilaku sampel peserta didik, sehingga evaluasi pembelajaran dijadikan sebagai
proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secara
sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi
dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses
pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan
aturan-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara

v
pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran
merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.
Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan
suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang
pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi
yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan
pencapaian belajar peserta didik, serta keefektifan pengajaran guru.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian hasil belajar peserta didik dalam kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah
proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk
memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Bekerjanya sistem
penilaian hasil belajar yang terdiri atas komponen penilaian oleh guru, penilaian
oleh sekolah, dan penilaian oleh pemerintah sebagai penggerak mutu
pembelajaran (Mahdiansyah et al. 2017).
Selanjutnya Mahdiansyah dkk menjabarkan lebih spesifik tentang capaiaan
peserta didik dalam penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan
sebagai berikut;
1. Penilaian Kompetensi Sikap; Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak
suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon
sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan
hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi
perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan. Ada beberapa cara
yang dapat digunakan untuk menilai sikap peserta didik, antara lain
melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian
jurnal. Instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, yang hasil akhirnya dihitung
berdasarkan modus.

vi
a. Observasi Sikap dan perilaku keseharian peserta didik direkam
melalui pengamatan dengan menggunakan format yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang diamati, baik yang terkait dengan
mata pelajaran maupun secara umum. Pengamatan terhadap sikap
dan perilaku yang terkait dengan mata pelajaran dilakukan oleh
guru yang bersangkutan selama proses pembelajaran berlangsung,
seperti: ketekunan belajar, percaya diri, rasa ingin tahu, kerajinan,
kerjasama, kejujuran, disiplin, peduli lingkungan, dan selama
peserta didik berada di sekolah atau bahkan di luar sekolah selama
perilakunya dapat diamati guru.
b. Penilaian Diri (Self Assessment) Penilaian diri digunakan untuk
memberikan penguatan (reinforcement) terhadap kemajuan proses
belajar peserta didik. Penilaian diri berperan penting bersamaan
dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke peserta didik
yang didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous
learning). Untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik
menilai diri terlalu tinggi dan subjektif, penilaian diri dilakukan
berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Untuk itu, penilaian
diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-
langkah:
1) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri,
2) Menentukan kompetensi yang akan dinilai,
3) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan, dan
4) Merumuskan format penilaian, dapat berupa daftar tanda
cek atau skala penilaian.
c. Penilaian Teman Sebaya (Peer Assessment) Penilaian teman
sebaya atau antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan
cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar
pengamatan antar peserta didik. Penilaian teman sebaya dilakukan
oleh peserta didik terhadap tiga teman sekelas atau sebaliknya.

vii
d. Penilaian Jurnal (Anecdotal Record) Jurnal merupakan kumpulan
rekaman catatan guru dan/atau tenaga kependidikan di lingkungan
sekolah tentang sikap dan perilaku positif atau negatif, selama dan
di luar proses pembelajaran mata pelajaran.
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan; penilaian kompetensi pengetahuan
dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yaitu tes tertulis, observasi, dan
penugasan. Selain tes tertulis, penilaian kompetensi pengetahuan
dilakukan melalui observasi terhadap diskusi, tanya jawab, dan
percakapan. Teknik ini adalah cerminan dari penilaian autentik. Adapun
instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan; Kompetensi keterampilan terdiri
atas keterampilan abstrak dan keterampilan konkret. Penilaian kompetensi
keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan lima hal, yaitu unjuk
kerja, projek, produk, portofolio, dan tertulis. Penilaian unjuk
kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta
didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk
menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan
tugas tertentu seperti praktikum di laboratorium, praktik ibadah, praktek
olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,
dan membaca puisi/deklamasi. Penilaian projek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasi, kemampuan
menyelidiki dan kemampuan menginformasikan suatu hal secara jelas.
Adapun penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk, teknologi, dan seni, seperti makanan (contoh:
tempe, kue, asinan, baso, dan nata de coco), pakaian, sarana kebersihan
(contoh: sabun, pasta gigi, cairan pembersih dan sapu), alat-alat teknologi
(contoh: adaptor AC/DC dan bel listrik), hasil karya seni (contoh: patung,
lukisan dan gambar), dan barang-barang terbuat dari kain, kayu, keramik,
plastik, atau logam. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-

viii
karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata
pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan
dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus menerus melakukan
perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan dinamika
kemampuan belajar peserta didik melalui sekumpulan karyanya, antara
lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan,
resensi buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis dan karya nyata individu
peserta didik yang diperoleh dari pengalaman. Penilaian tertulis, selain
menilai kompetensi pengetahuan, digunakan juga untuk menilai
kompetensi keterampilan, seperti menulis karangan, menulis laporan, dan
menulis surat.

b. Jenis-jenis evaluasi pembelajaran


Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila
ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik,
selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi
pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan
outcome. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.Klasifikasi atau penggolongan
evaluasi dalam bidang pendidikan sangat beragam. Sangat beragamnya ini
disebabkan karena sudut pandang yang saling berbeda dalam melakukan
klasifikasi tersebut.
1) Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi:
a) Evaluasi diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
b) Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siwa yang
paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.

ix
c) Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan
siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik
siswa.
d) Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki
dan meningkatkan proses belajar dan mengajar.
e) Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil
dan kemajuan belajar siswa.
2) Jenis evaluasi berdasarkan sasaran:
a) Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai
rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan
yang muncul dalam perencanaan
b) Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya
maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
c) Evaluasi proses
Evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai
kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan
faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
d) Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai
dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi,
ditingkatkan atau dihentikan.
e) Evaluasi outcome atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut,
yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
3) Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran:
a) Evaluasi program pembelajaran

x
Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program
pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspek-aspek program
pembelajaran yang lain.
b) Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara proses pembelajaran dengan
garis-garis besar program pembelajaran yang ditetapkan, kemampuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
c) Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam
aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
4) Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek
evaluasi Berdasarkan objek:
a) Evaluasi input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap,
keyakinan.
b) Evaluasi transformasi
Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran antara
lain materi, media, metode dan lain-lain.
c) Evaluasi output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil
pembelajaran.
Berdasarkan subjek:
a) Evaluasi internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator,
misalnya guru.
b) Evaluasi eksternal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator,
misalnya orang tua, masyarakat.

xi
c. Prinsip-prinsip Evaluasi
Prinsip diperlukan sebagai pemandu dalam kegiatan evaluasi. Oleh karena
itu evaluasi dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya
senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip berikut ini:
1) Mendidik
Proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan sumbangan positif
pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik (dapat memberikan
umpan balik dan motivasi)
2) Terbuka atau transparan
Prosedur penilaian, kriteria penilaian ataupun dasar pengambilan keputusan
harus disampaikan secara transparan dan diketahui oleh pihak-pihak terkait
secara obyektif
3) Menyeluruh
Penilaian hasil belajar yang dilakukan harus meliputi berbagai aspek
kompetensi yang akan dinilai dari ranah pengetahuan kognitif, keterampilan
psikomotor, sikap dan nilai afektif yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak.
4) Terpadu dengan pembelajaran
Dalam melakukan penilaian kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan
kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga penilaian tidak hanya dilakukan
setelah siswa menyelesaikan pokok bahasan tertentu, tetapi juga dalam proses
pembelajaran.
5) Obyektif
Proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh
atau pertimbangan-pertimbangan subyektif dari penilai
6) Sistematis
Penilaian harus dilakukan secara terencana dan bertahap serta berkelanjutan
untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa
7) Berkesinambungan
8) Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus sepanjang rentang waktu
pembelajaran

xii
9) Adil
Proses penilaian tidak ada siswa yang diuntungkan atau dirugikan
berdasarkan latar belakang sosial ekonomi, agama, budaya, bahasa, suku
bangsa, warna kulit dan gender.
Dengan memakai prinsip-prinsip di atas maka guru akan terarah dalam
menilai baik proses dan hasil dari peserta didik, sehingga penilaian guru tersebut
akan maksimal dan pembelajaran bisa berjalan dengan baik maka akan
mendorong sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sistem penilaian
yang digunakan di setiap lembaga pendidikan harus mampu memberikan
informasi yang akurat, mendorong peserta didik belajar, memotivasi tenaga
pendidik mengajar, meningkatkan kinerja lembaga dan meningkatkan kualitas
pendidikan
d. Ruang Lingkup Evaluasi
Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan cakupan objek evaluasi itu sendiri.
Jika objek evaluasi itu tentang pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan
dengan pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Menurut
Benyamin S.Bloom, (1956) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga
domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi
beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal
yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan
mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Adapun rincian
domain tersebut adalah sebagai berikut :
1) Aspek afektif (affective), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah
pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang
nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian
dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.
Domain afektif terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan, yaitu:
a. Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena
atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran
kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja

xiii
operasional yang dapat digunakan diantaranya: menanyakan,
memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang
teguh, menjawab, menggunakan.
b. Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang
kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka
pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara.
Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara
sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan diantaranya: menjawab, membantu, member
bincangkan, memberi nama, menunjukkan, mempraktikkan,
mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberitahu,
mendiskusikan.
c. Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah
laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang
digunakan diantaranya: melengkapi, menerangkan, membentuk,
mengusulkan, mengambil bagian, dan memilih.
d. Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda,
memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan diantaranya: mengubah,
mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan,
menggeneralisasikan, memodifikasi.
2) Aspek kognitif (cognitive). Pada aspek ini memiliki enam tingkatan
kemampuan, yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge), yaitu tingkatan kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui
adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau
dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya: mendefinisikan, memberikan,
mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan,

xiv
menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan, dan memilih.
b. Pemahaman (comprehension), yaitu tingkatan kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang
materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat
memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal
lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni
menerjemahkan, menafsirkan, dan meng ekstrapolasi. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan diantaranya: mengubah,
mempertahankan, membedakan, memperkirakan, menjelaskan,
menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan meningkatkan.
c. Penerapan (application), yaitu tingkatan kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata
cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan
konkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya:
mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan,
mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan,
menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
d. Analisis (analysis), yaitu tingkatan kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu
ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan
analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis
hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: mengurai,
membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan
kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, merinci.
e. Sintesis (synthesis), yaitu tingkatan kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara
menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat
berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional
yang dapat digunakan diantaranya: menggolongkan,
menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan,

xv
merencanakan, merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan,
mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.
f. Evaluasi (evaluation), yaitu tingkatan kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan,
pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting
dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa,
sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau
patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan diantaranya: menilai, membandingkan,
mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan,
mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan,
menduga.

3) Aspek psikomotor (psychomotor), yaitu kemampuan peserta didik yang


berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan
yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola
gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata kerja
operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan
masing-masing, yaitu:
a. Muscular or motor skill, yang meliputi: mempertontonkan gerak,
menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.
b. Manipulations of materials or objects, yang meliputi : mereparasi,
menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
c. Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati,
menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan,
memasang, memotong, menarik dan menggunakan.
Berdasarkan taksonomi Bloom yang dijabarkan tersebut, maka
kemampuan peserta didik dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi
dan tingkat rendah. Kemampuan tingkat rendah terdiri atas pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis,
sintesis, evaluasi, dan kreativitas. Dengan demikian, kegiatan peserta didik dalam

xvi
menghafal termasuk kemampuan tingkat rendah. Dilihat cara berpikir, maka
kemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah kemampuan melakukan generalisasi
dengan menggabungkan, mengubah atau mengulang kembali keberadaan ide-ide
tersebut. Sedangkan kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan
memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu memberikan penilaian
terhadap sesuatu tersebut. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam berpikir,
bahkan hanya dapat menghafal, tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam
melakukan evaluasi atau penilaian yang hanya mengukur tingkat kemampuan
yang rendah saja melalui paper and pencil test. Peserta didik tidak akan
mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan kesempatan
untuk mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk itu.
Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ruang lingkup
penilaian pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Penilaian Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran
tertentu.
2) Penilaian Kompetensi Rumpun Pelajaran
Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin
ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran
pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang seharusnya
dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut.
3) Penilaian Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai
melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas
kurikulum pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang

xvii
mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat dan kecakapan hidup yang
harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar secara
berkesinambungan. Penilaian ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini
dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam
kurikulum.
4) Penilaian Kompetensi Tamatan
Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah
peserta didik menyelesaikan jenjang tertentu.
5) Penilaian Terhadap Pencapaian Keterampilan Hidup
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum,
kompetensi rumpun pelajaran dan kompetensi tamatan melalui berbagai
pengalaman belajar juga memberikan efek positif (nurturant effects) dalam
bentuk kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta
didik melalui berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu dinilai sejauhmana
kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan
berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai antara lain:
a) Keterampilan diri (keterampilan personal): penghayatan diri sebagai
makhluk Tuhan YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan
mandiri.
b) Keterampilan berpikir rasional: berpikir kritis dan logis, berpikir
sistematis, terampil menyusun rencana secara sistematis, dan terampil
memecahkan masalah secara sistematis.
c) Keterampilan sosial: keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis;
keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi;
keterampilan mengelola konflik; keterampilan mempengaruhi orang
lain.
d) Keterampilan akademik: keterampilan merancang, melaksanakan, dan
melaporkan hasil penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis
ilmiah; keterampilan mentransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil

xviii
penelitian untuk memecahkan masalah, baik berupa proses maupun
produk.
e) Keterampilan vokasional: keterampilan menemukan algoritma, model,
prosedur untuk mengerjakan suatu tugas; keterampilan melaksanakan
prosedur; keterampilan mencipta produk dengan menggunakan konsep,
prinsip, bahan dan alat yang telah dipelajari.
e. Penyajian Hasil Evaluasi
Kebijakan Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019 dapat disimpulkan
menjadi 4 komponen penting dalam dimensi penyajian evaluasi, (1) ujian sekolah
berstandar nasional (USBN) dikembangkan oleh sekolah masing-masing; (2)
Ujian nasional (UN) berubah menjadi asesmen kompetensi minimum dan survei
karakter; (3) kebebasan pendidik untuk mendesain rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP); dan (4) fleksibilitas dalam peraturan penerimaan siswa baru
(PPSB) . dijabarkan lebih spesifik yaitu;
Pertama, USBN; Berdasarkan Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019,
tentang Penyelenggaraan Ujian yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan dan
Ujian Nasional, khususnya pada Pasal 2, ayat 1; menyatakan bahwa ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan merupakan penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan yang bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi
lulusan untuk semua mata pelajaran. Selanjutnya dijelaskan pada Pasal 5, ayat 1,
bahwa; bentuk ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan berupa
portofolio, penugasan, tes tertulis, atau bentuk kegiatan lain yang ditetapkan
Satuan Pendidikan sesuai dengan kompetensi yang diukur berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan. Ditambahkan pula pada penjelasan Pasal 6, ayat 2, bahwa;
untuk kelulusan peserta didik ditetapkan oleh satuan pendidikan/program
pendidikan yang bersangkutan. Dengan demikian jika melihat isi Permendikbud
tersebut menunjukkan, bahwa Guru dan sekolah lebih merdeka untuk menilai
hasil belajar siswa.
Kedua; UN adalah kegiatan pengukuran capaian kompetensi lulusan pada
mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada standar kompetensi
lulusan. Merupakan penilaian hasil belajar oleh pemerintah pusat yang bertujuan

xix
untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu (Permendikbud No. 43 Tahun 2019). UN digantikan dengan istilah lain
yaitu asesmen kompetensi minimum dan survey karakter. Asesmen dimaksudkan
untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk bernalar menggunakan bahasa
dan literasi, kemampuan bernalar menggunakan matematika atau numerasi, dan
penguatan pendidikan karakter. Adapun untuk teknis pelaksanaan ujian tersebut
akan dilakukan di tengah jenjang sekolah. Misalnya di kelas 4, 8, 11, dengan
maksud dapat mendorong guru dan sekolah untuk memetakan kondisi
pembelajaran, serta mengevaluasi sehingga dapat memperbaiki mutu
pembelajaran. Dengan kata lain, agar bisa diperbaiki kalau ada hal yang belum
tercapai. Sebagai catatan hasil ujian ini tidak digunakan sebagai tolok ukur seleksi
siswa ke jenjang berikutnya. Adapun untuk standarisasi ujian, arah kebijakan ini
telah mengacu pada level internasional, mengikuti tolok ukur penilaian yang
termuat dalam Programme for International Student Assessment (PISA) dan
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), tetapi penuh
dengan kearifan lokal.
Terkait asesmen kompetensi minimum dan survei karakter, dimaksudkan
supaya setiap sekolah bisa menentukan model pembelajaran yang lebih cocok
untuk murid-murid, daerah, dan kebutuhan pembelajaran mereka, serta Asesmen
Kompetensi Minimum tidak sekaku UN, untuk aspek kognitif Asesmen
Kompetensi Minimum, menurut Mendikbud materinya dibagi dalam dua bagian:
(1) Literasi; bukan hanya kemampuan untuk membaca, tapi juga kemampuan
menganalisa suatu bacaan, kemampuan memahami konsep di balik tulisan
tersebut; (2) Numerasi; berupa kemampuan menganalisa, menggunakan angka-
angka. Jadi ini bukan berdasarkan mata pelajaran lagi, bukan penguasaan konten,
atau materi. Namun ini didasarkan kepada kompetensi dasar yang dibutuhkan
murid-murid untuk bisa belajar, apapun mata pelajarannya
Ketiga, Dalam hal RPP, berdasarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 14
Tahun 2019, tentang Penyederhanaan RPP, isinya meliputi: (1) penyusunan RPP
dilakukan dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi pada peserta didik; (2)
Dari 13 komponen RPP yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun

xx
2016, yang menjadi komponen inti adalah tujuan pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, dan penilaian pembelajaran (assessment) yang wajib dilaksanakan
oleh guru, sedangkan sisanya hanya sebagai pelengkap; dan (3) Sekolah,
Kelompok Guru Mata Pelajaran dalam sekolah, Kelompok Kerja
Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG/MGMP) dan individu guru secara
bebas dapat memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP
secara mandiri untuk sebesar-besarnya keberhasilan belajar peserta didik. Adapun
RPP yang telah dibuat dapat digunakan dan dapat disesuaikan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada angka 1, 2, dan 3.
Bila dicermati dari keseluruhan isi, dapat dimaknai bahwa penyusunannya
lebih disederhanakan dengan memangkas beberapa komponen. Guru diberikan
keleluasaan dalam proses pembelajaran untuk memilih, membuat, menggunakan,
dan mengembangkan format RPP, sebab gurulah yang mengetahui kebutuhan
siswa didiknya dan kebutuhan khusus yang diperlukan oleh siswa di daerahnya,
karena karakter dan kebutuhan siswa di masing-masing daerah bisa berbeda.
Untuk penulisan RPP-nya supaya lebih efisiensi dan efektif, cukup dibuat ringkas
bisa dalam satu halaman, sehingga guru tidak terbebani oleh masalah administrasi
yang rigid. Diharapkan melalui kebebasan menyusun RPP kepada guru, siswa
akan lebih banyak berinteraksi secara aktif, dinamis, dengan model pembelajaran
yang tidak kaku.
Keempat; Untuk PPDB, berdasarkan Permendikbud baru Nomor 44 Tahun
2019 tentang PPDB 2020, sebagaimana dinyatakan pada Pasal 11, dalam
persentase pembagiannya meliputi: (1) untuk jalur zonasi paling sedikit 50 persen;
(2) jalur afirmasi paling sedikit 15 persen; (3) jalur perpindahan tugas orang
tua/wali lima persen; dan (4) jalur prestasi (sisa kuota dari pelaksanaan jalur
zonasi, afirmasi dan perpindahan orang tua/wali (0-30 persen). Jelas ini berbeda
dengan kebijakan PPDB pada tahun-tahun sebelumnya, setidaknya terdapat dua
hal penting: (1) kuota penerimaan siswa baru lewat jalur berprestasi, semula 15
persen, sekarang menjadi 30 persen; dan (2) adanya satu penambahan baru jalur
PPDB, yaitu melalui jalur afirmasi, yang ditujukan terutama bagi mereka yang
memegang Kartu Indonesia Pintar (KIP). Dengan demikian untuk PPDB 2020

xxi
masih tetap menggunakan sistem zonasi, akan tetapi dalam pelaksanaannya lebih
bersifat fleksibel, dengan maksud agar dapat mengakomodir ketimpangan akses
dan kualitas di berbagai daerah. Terpenting dalam proporsi finalisasinya, daerah
berwenang untuk menentukan dan menetapkan wilayah zonasinya. Secara umum
sistem zonasi dalam PPDB itu sudah baik, karena dapat mendorong hilangnya
diskriminasi bagi anggota masyarakat untuk bersekolah di sekolah-sekolah
terbaik.
Konsep Merdeka Belajar memiliki tiga pengertian: (1) bebas (dari
perambatan, penjajahan dan sebagainya), berdiri sendiri; (2) tidak terkena atau
lepas dari tuntutan; (3) tidak terikat, tidak oleh tergantung kepada orang atau
pihak tertentu. Menurut Syaiful sagala (2011), belajar merupakan usaha atau
berlatih supaya mendapatkan suatu kepandaian dengan adanya peristiwa tersebut
akan yang menimbulkan respon belajar; response pelajar; dan konsekuensi yang bersifat
menggunakan respon tersebut. Ditambahkan pula menurut Sudjana (2013), belajar
bukan semata kegiatan menghafal dan bukan mengingat. Belajar adalah; (1) suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, dapat
ditunjukkan seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilan nya, kecakapan, dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu; (2) belajar adalah
proses aktif, proses berbuat melalui berbagai pengalaman; (3) belajar adalah
proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu; (4) Belajar
adalah proses yang diarahkan kepada tujuan; dan (5) Belajar adalah proses
melihat, mengamati, memahami sesuatu. Jadi apabila kita berbicara tentang
belajar, maka prinsipnya berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.
Ada empat bentuk penyajian hasil evaluasi dalam pembelajaran, yaitu:
1) Evaluasi dengan menggunakan angka, misalnya 1 s.d. 10 atau 1 s.d. 100.
2) Evaluasi dengan menggunakan kategori, misalnya: baik, cukup, kurang.
3) Evaluasi dengan menggunakan uraian atau narasi, misalnya: perlu bimbingan
serius, keaktifan kurang, perlu pendalaman materi tertentu, atau siswa dapat
membaca dengan lancar.
4) Evaluasi dengan menggunakan kombinasi angka, kategori, dan uraian atau

xxii
narasi.
f. Teknik dan Bentuk Evaluasi
Istilah teknik dapat diartikan sebagai "alat". Jadi dalam istilah teknik
evaluasi hasil belajar terkandung arti alat-alat (yang digunakan dalam rangka
melakukan) evaluasi hasil belajar. Teknik evaluasi adalah metode yang digunakan
agar suatu tujuan evaluasi, yaitu menggali informasi tentang peserta didik dapat
tercapai. Untuk melakukan evaluasi maka evaluator harus menguasai teknik
evaluasi. Dengan penilaian guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar,
intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa
atau peserta didik.
Untuk keperluan evaluasi diperlukan teknik evaluasi yang bermacam-
macam, seperti kuesioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Dari sekian
Gambar 1.1. output pembelajaran banyak teknik evaluasi, secara
umum dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni teknik tes dan
nontes. Khusus untuk evaluasi
hasil pembelajaran teknik evaluasi
yang paling banyak digunakan
adalah tes. Untuk melakukan
evaluasi maka evaluator harus
menguasai teknik evaluasi. Teknik
evaluasi adalah metode yang
digunakan agar suatu tujuan
Sumber: dosenpendidikan.co.id
evaluasi, yaitu menggali informasi
tentang peserta didik dapat tercapai. Ada dua macam teknik evaluasi yang dapat
digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu teknik non tes dan teknik tes
(Hasim et al. 2021)

xxiii
Secara keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1.1. Teknik dan bentuk evaluasi pembelajaran

objektif Benar-Salah
E

A Menjodohkan

L TEST Lisan
individu Jawaba
U Tulisan uraian Pilihan
n
Tindak kelompok
Singka
Bebas
NON
TEST
Terikat
Sumber: diolah penulis 2022 adaptasi Hasim, H., Hasniah, H., & Arsyam, M.
(2021).
Dijabarkan lebih spesifik terkait alat evaluasi dalam pembelajaran baik itu
melalui tes dan non tes;
Evaluasi berdasarkan Tes
Ganda
Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan
evaluasi, yang didalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan
jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut.
Berdasarkan jumlah peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari sudut penyusunannya, tes
hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes buatan guru (teacher-
made test) dan tes yang distandarisasi (standardized test).

xxiv
Tabel 1.1. Penyusunan evaluasi dalam bentuk tes

Tes Standar Tes Buatan Guru

a. Berdasarkan isi dan tujuan-tujuan a. Berdasarkan isi dan tujuan-


yang bersifat umum. tujuan yang bersifat khusus.
b. Mencakup pengetahuan dan b. Mencakup pengetahuan dan
kecakapan yang luas kecakapan yang khusus.
c. Dikembangkan oleh tenaga yang c. Dikembangkan oleh seorang
berkompeten dan profesional. guru tanpa bantuan dari luar
d. Item-item sudah diujicobakan, d. Item-item jarang diuji cobakan
dianalisis, dan direvisi. sebelum menjadi bagian tes
tersebut
e. Memiliki derajat kesahihan dan
keandalan yang tinggi e. Memiliki derajat kesahihan
dan keandalan yang rendah
f. Memiliki ukuran-ukuran
bermacam- macam kelompok yang Biasanya terbatas pada kelas
f.
secara luas mewakili performance atau satu sekolah sebagai
seluruh daerah. suatu kelompok pemakainya.
Sumber: diolah penulis 2022 adaptasi Hasim, H., Hasniah, H., & Arsyam, M.
(2021).
Bentuk tes dalam pembelajaran
1. Tes Tertulis (written test); Tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban
dari siswa secara tertulis. Tes tertulis diberikan kepada seorang atau
sekelompok murid pada waktu, tempat, dan untuk soal tertentu.
a. Tes Uraian; Secara garis besar ada dua bentuk tes tertulis, yaitu tes
esai (essay test) dan tes objektif (objective test). Tes esai dapat
digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit
diukur oleh tes objektif. Tes esai sering disebut juga bentuk uraian,
karena menuntut anak untuk menguraikan jawabannya dengan kata-
kata sendiri dalam bentuk, teknik, dan gayanya sendiri. Tes esai sering
disebut juga tes subjektif.
b. Tes esai ada dua bentuk, yaitu esai terbatas dan esai tak terbatas
(bebas).
1. Uraian terbatas. Misalnya, sebutkan fungsi Konstitusi bagi
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran?

xxv
2. Uraian bebas; Coba uraikan perkembangan pendidikan di
Indonesia sejak merdeka sampai sekarang. Bagaimana peranan
Pancasila dalam mengatur tingkah laku masyarakat?
Untuk mengoreksi tes esai, ada tiga cara yang dapat digunakan, yaitu:
1) Whole method, yaitu metode per nomor. Di sini guru
mengoreksi pekerjaan murid untuk setiap nomor. Misalnya,
kita mengoreksi nomor satu untuk seluruh siswa, kemudian
nomor dua untuk seluruh siswa, dan seterusnya.
2) Separated method, yaitu metode per lembar. Di sini guru
mengoreksi setiap lembar jawaban murid sampai selesai.
3) Cross method, yaitu metode bersilang. Guru mengoreksi
jawaban murid dengan jalan menukarkan hasil koreksi dari
seorang korektor kepada korektor yang lain.
Dalam pelaksanaan pengoreksian, guru boleh memilih salah satu di
antara ketiga metode tersebut, atau mungkin menggunakannya secara
bervariasi. Hal ini harus disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, guru
menghendaki hasil jawaban yang betul-betul objektif, maka lebih tepat bila kita
menggunakan metode bersilang (cross method). Sebaliknya, bila ada waktu
luang, maka ada baiknya kita menggunakan metode pernomor (whole method)
atau metode per lembar (separated method). Di samping metode-metode di
atas, ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban bentuk uraian, yaitu:
1) Analytical method, yaitu guru/instruktur sudah menyiapkan sebuah
model jawaban, kemudian dianalisis menjadi beberapa langkah yang
terpisah, dan bagi setiap langkah disediakan skor-skor tertentu. Setelah
satu model jawaban tersusun, maka jawaban masing-masing peserta
didik dibandingkan dengan model jawaban tersebut, kemudian diberi
skor sesuai dengan tingkat kebenarannya.
2) Sorting method, yaitu metode memilih yang dipergunakan untuk
memberi skor terhadap jawaban-jawaban yang tidak dibagi-bagi
menjadi unsur-unsur. Jawaban-jawaban murid dibaca secara
keseluruhan.

xxvi
Kebaikan tes esai, antara lain: menyusun soalnya relatif mudah dan guru
dapat menilai kreativitas siswa, menganalisis dan mensintesis suatu soal.
Adapun kelemahan tes esai, antara lain: sukar sekali dinilai secara tepat dan
komprehensif dan ada kecenderungan guru/instruktur untuk memberikan nilai
seperti biasanya.
2. Tes objektif; Tes objektif (objective test) menuntut peserta didik untuk
memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang telah
disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan
atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk
menilai kemampuan peserta didik yang menuntut proses mental yang
tidak begitu tinggi seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan
mengenal kembali, pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan
prinsip-prinsip. Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk, yaitu benar-
salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban
singkat.
a. Bentuk Benar-Salah (true false): Di bawah ini ada sejumlah
pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, benar
atau salah. Anda diminta untuk menentukan jawaban masing-
masing pernyataan tersebut, benar atau salah. Jika benar tulislah
tanda tambah (+), sebaliknya jika salah tulislah tanda (O) di depan
nomor masing-masing pernyataan itu. Kebaikan bentuk B – S
antara lain mudah disusun dan dilaksanakan, karena itu banyak
digunakan, dapat mencakup materi yang lebih luas, dapat dinilai
dengan cepat dan objektif, banyak digunakan untuk mengukur
fakta-fakta dan prinsip-prinsip. Adapun kelemahan bentuk B – S
adalah ada kecenderungan peserta didik untuk menjawab coba-
coba; pada umumnya soal memiliki derajat keandalan yang rendah,
kecuali jika itemnya banyak sekali; sering terjadi kekaburan,
karena itu sukar untuk menyusun item yang benar-benar jelas.
Kelemahan yang paling mencolok dari bentuk benar–salah ini
adalah sangat mudahnya ditebak tanpa dapat diketahui oleh

xxvii
korektor. Untuk menghilangkan kelemahan ini, maka harus
menambahkan pada item benar-salah ini dengan “koreksi”. Di sini
test tidak hanya dituntut memilih benar atau salah dari setiap item,
tetapi harus dapat memberikan koreksi jika suatu item dinyatakan
salah oleh test.
Misalnya:
1. B – S: Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku.
2. B – S: Objektivitas merupakan tujuan evaluasi
Jika pernyataannya sudah benar, maka tidak perlu dikoreksi lagi,
artinya testi langsung menyilang huruf B (benar). Sebaliknya,
jika pernyataannya salah, testi harus membenarkan bagian
kalimat yang digarisbawahi atau cetak miring dan
menempatkannya pada titik-titik atau garis kosong yang terletak
di belakang item yang bersangkutan. Adapun bagian kata yang
dicetak miring itu harus merupakan inti persoalannya. Jadi, tidak
boleh kata yang sembarangan.
b. Bentuk Pilihan-Ganda (multiple choice); Soal tes bentuk pilihan-
ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih
kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Bentuk pilihan-ganda terdiri
atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa
pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan
dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum
sempurna yang sering disebut stem. Sedangkan pilihan jawaban itu
mungkin berbentuk perkataan, bilangan atau kalimat dan sering
disebut option.
Ada beberapa jenis bentuk pilihan-ganda ini, antara lain:
1. Distracters, yaitu option yang bukan merupakan jawaban
yang benar
2. Analisis hubungan antar hal, yaitu untuk melihat
kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan

xxviii
antara pernyataan dengan alasan (sebab-akibat).
3. Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan
mempunyai beberapa kemungkinan jawaban dan
disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah. Tugas
testi adalah memilih jawaban yang salah tersebut.
4. Variasi berganda, yaitu memilih dari beberapa
kemungkinan jawaban yang semuanya betul, tetapi ada
satu jawaban yang paling betul. Tugas testi memilih
jawaban yang paling betul itu.
5. Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau
pernyataan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban
yang belum lengkap. Tugas testi adalah mencari satu
kemungkinan jawaban dan melengkapinya. Kebaikan tes
bentuk pilihan ganda, antara lain: cara penilaian dapat
dilakukan dengan mudah, cepat, dan obyektif serta
kemungkinan testi menjawab dengan terkaan dapat
dikurangi. Kelemahannya adalah kebanyakan hanya
digunakan untuk menilai ingatan saja, sukar menyusun tes
yang benar-benar baik serta memerlukan waktu dan tenaga
yang banyak.
c. Bentuk Menjodohkan (matching); Soal tes bentuk menjodohkan
sebenarnya masih merupakan pilihan ganda. Perbedaannya adalah
pilihan ganda terdiri atas item dan option, kemudian testi tinggal
memilih salah satu option yang diberikan. Sedangkan bentuk
menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban
yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda. Kolom
sebelah kiri menunjukkan kumpulan soal, dan kolom sebelah kanan
menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah alternatif jawaban harus
dibuat lebih banyak dari jumlah soal. Kebaikan tes bentuk
menjodohkan antara lain: dapat dinilai dengan mudah dan objektif,
serta relatif mudah disusun. Kelemahannya adalah ada

xxix
kecenderungan untuk menekankan ingatan saja dan kurang baik
untuk menilai pengertian guna membuat tafsiran.
d. Bentuk Jawaban Singkat (short answer) dan Melengkapi
(completion): Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki
jawaban dengan kalimat dan atau angka-angka yang hanya dapat
dinilai benar atau salah. Soal bentuk jawaban singkat biasanya
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan.
Kebaikan tes bentuk jawaban singkat dan melengkapi antara lain
relatif mudah disusun, sangat baik untuk menilai kemampuan testi
yang berkenaan dengan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan
terminologi serta pemeriksaan dapat dilakukan dengan objektif.
Kelemahannya adalah pada umumnya hanya berkenaan dengan
kemampuan mengingat saja, sedangkan kemampuan yang lain agak
terabaikan; pada soal bentuk melengkapi, jika titik-titik kosong
yang harus diisi terlalu banyak, para testi sering terkecoh;
pemeriksaan lembar jawaban membutuhkan waktu yang cukup
banyak.
Cara mengoreksi bentuk tes objektif:
Sesudah item disusun, kemudian diadakan tes, maka selanjutnya
kita mengoreksi jawaban siswa dari tiap item yang diberikan. Untuk
mengoreksi jawaban tersebut kita harus menggunakan kunci jawaban
(scoring key) sebagai acuan dan patokan yang pokok. Jika kunci jawaban
ini sudah disediakan, maka siapapun dapat mengoreksi jawaban tersebut
secara cepat dan tepat.
Kebaikan tes objektif, antara lain: seluruh materi yang diajarkan
dapat dinyatakan pada item-item tes objektif; kemungkinan jawaban
spekulatif dalam ujian dapat dihindarkan. Kelemahannya antara lain:
menyusun soalnya sangat sulit, membutuhkan waktu yang lama, ada
kemungkinan testi mencontoh jawaban orang lain dan berpikir pasif,
umumnya hanya mampu mengukur proses-proses mental yang dangkal.
3. Tes Lisan (oral test)

xxx
Tes lisan adalah suatu bentuk tes yang menuntut jawaban dari peserta
didik dalam bentuk bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban
dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah yang
diberikan.
Kebaikan tes lisan antara lain dapat mengetahui langsung kemampuan
peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan; tidak perlu
menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok
permasalahannya saja; kemungkinan peserta didik akan menerka-nerka jawaban
dan berspekulasi dapat dihindari. Kelemahannya adalah memakan waktu yang
cukup banyak, apalagi jika jumlah siswanya banyak; faktor subjektivitas sering
muncul bilamana dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang penguji dan
seorang siswa.
4. Tes Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan adalah bentuk tes yang menuntut jawaban siswa dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Peserta didik bertindak sesuai dengan
apa yang diperintahkan dan ditanyakan. Misalnya, coba praktekkan bagaimana
cara mengendarai sepeda motor dengan baik dan benar.
5. Jenis Tes Hasil Belajar
a. Tes formatif; Tes formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan
belajar siswa selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan
balikan (feed back) bagi penyempurnaan program belajar-mengajar, serta
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan,
sehingga hasil belajar-mengajar menjadi lebih baik. Soal-soal tes
formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada
tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam program pengajaran yang akan
dinilai. Tujuan utama tes formatif adalah untuk memperbaiki proses
belajar, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif
sesungguhnya merupakan criterion referenced test. Tes formatif yang
diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai tes
formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk
menentukan tingkat hasil belajar siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut

xxxi
sebagai subtes sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses
belajar, maka maksud itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu
pada saat penyusunan program tahun berikutnya.
b. Tes Sumatif; Tes sumatif diberikan saat satuan pengalaman belajar
dianggap telah selesai. Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk
menetapkan apakah seorang siswa berhasil mencapai tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan atau tidak. Tujuan tes sumatif adalah
untuk menentukan angka berdasarkan tingkatan hasil belajar siswa yang
selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Ujian akhir dan ulangan umum
pada akhir caturwulan atau semester termasuk ke dalam tes sumatif.
Hasil tes sumatif juga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses
pembelajaran. Tes sumatif termasuk norm-referenced test. Cakupan
materinya lebih luas dan soal-soalnya meliputi tingkat mudah, sedang,
dan sulit.
c. Tes Penempatan (placement test); Pada umumnya tes penempatan dibuat
sebagai prates (pretest). Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui
apakah peserta didik telah memiliki keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk mengikuti suatu program belajar dan sampai dimana
peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi dasar)
sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) mereka. Dalam hubungan dengan tujuan yang pertama
masalahnya berkaitan dengan kesiapan siswa menghadapi program yang
baru, sedangkan untuk yang kedua berkaitan dengan kesesuaian program
pembelajaran dengan siswa.
d. Tes Diagnostik; Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan
belajar yang dialami peserta didik berdasarkan hasil tes formatif
sebelumnya. Tes diagnostik memerlukan sejumlah soal untuk satu
bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi peserta didik. Soal-
soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Tes diagnostik
biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tes diagnostik
diadakan untuk menjajaki pengetahuan dan keterampilan peserta didik

xxxii
yang telah dikuasai mereka, apakah peserta didik sudah mempunyai
pengetahuan dan keterampilan tertentu yang diperlukan untuk dapat
mengikuti suatu bahan pelajaran lain. Oleh karena itu, tes diagnostik
semacam itu disebut juga test of entering behavior.

B. Nontes
Para ahli berpendapat bahwa dalam mengadakan evaluasi terhadap hasil
belajar, kita harus menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil-hasil pelajaran
bersifat aneka ragam. Hasil pelajaran dapat berupa pengetahuan teoritis,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan
teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan.
Adapun perubahan sikap dan pertumbuhan peserta didik dalam psikologi hanya
dapat diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap,
angket, check list, dan rating scale.
Gambar 1.2. Proyeksi penilaian peserta didik

Sumber: (Mahdiansyah, et al. 2017)

xxxii
g. Langkah-langkah dalam Evaluasi Pembelajaran
Langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi,
yaitu:
a. Membuat perencanaan; Perencanaan evaluasi harus dirumuskan secara
jelas dan spesifik, sehingga perencanaan tersebut betul-betul menjadi
petunjuk dan acuan dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya.
Melalui perencanaan evaluasi, guru dapat menetapkan tujuan-tujuan
tingkah laku (behavioral objective) yang akan dicapai, dapat
mempersiapkan pengumpulan informasi yang dibutuhkan dan dapat
menggunakan waktu-waktu yang tepat, yaitu dengan :
1. Menyusun kisi-kisi
2. Uji-coba
b. Pengumpulan data/Pelaksanaan Evaluasi; Pelaksanaan evaluasi artinya
bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi, baik melalui tes (tertulis,
lisan maupun perbuatan) maupun melalui nontes. Dalam pelaksanaan tes
lisan kita harus memperhatikan kondisi tempat tes diadakan. Tempat ini
harus terang dan enak dipandang serta tidak menakutkan, sehingga peserta
didik tidak takut dan gugup. Suasana tes harus kondusif agar peserta didik
nyaman mengerjakan tes. Dalam pelaksanaan tes lisan, guru tidak boleh
membentak dalam memberikan pertanyaan dan tidak boleh memberikan
kata-kata yang merupakan kunci jawaban.
Jika semua data sudah dikumpulkan, data itu perlu kita seleksi dengan
teliti, sehingga kita dapat memperoleh data-data yang baik dan benar. Bila
data yang terkumpul tidak diseleksi lagi, maka ada kemungkinan data itu
tidak relevan dengan tujuan yang kita maksudkan, bahkan mungkin pula
bertentangan, sehingga mengakibatkan kekaburan atau kekurangjelasan.
c. Pengolahan data; Setelah semua data kita kumpulkan, baik data itu dari
kita langsung yang mengadakan kegiatan evaluasi maupun dari orang lain
yang mengevaluasi orang yang kita maksud, data tersebut harus diolah.
Mengolah data berarti ingin memberikan nilai dan makna kepada testi
mengenai kualitas hasil pekerjaannya. Misalnya, jika seorang murid

xxxiv
mendapat nilai 65, kita belum dapat memberikan keputusan tentang murid
itu, apakah yang termasuk cerdas atau kurang apalagi memberikan
keputusan mengenai aspek keseluruhan kepribadian murid. Dalam
pengolahan data biasanya sering digunakan analisis statistik, terutama jika
bertemu dengan data kuantitatif, yaitu data-data yang berbentuk angka-
angka.
d. Penafsiran data; Jika data hasil evaluasi sudah diolah dengan aturan-aturan
tertentu, langkah selanjutnya adalah menafsirkan data itu, sehingga
memberikan makna. Memberikan penafsiran (interpretation) maksudnya
adalah membuat pernyataan (statement) mengenai hasil pengolahan data.
Penafsiran terhadap suatu hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu
yang disebut norma. Norma dapat ditetapkan terlebih dahulu secara
rasional dan sistematis sebelum kegiatan evaluasi dilaksanakan, tetapi
dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam
melaksanakan evaluasi. Sebaliknya, bila penafsiran data itu tidak
berdasarkan kriteria atau norma tertentu hanya berdasarkan pertimbangan
pribadi dan kemanusiaan, maka termasuk kesalahan yang besar. Putusan
ini tidak objektif dan merugikan semua pihak.
Ada dua jenis penafsiran data, yatu penafsiran kelompok dan penafsiran
individual. Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk
mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, antara
lain prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap guru
dan materi pelajaran yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuan
utamanya adalah sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran
kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat tertentu pada suatu kelompok dan
untuk mengadakan perbandingan antar kelompok.
Sedangkan penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya tertuju
kepada individu saja. Misalnya, dalam kegiatan bimbingan dan
penyuluhan atau situasi klinis lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk
melihat tingkat kesiapan anak (readiness), pertumbuhan dan kemajuan,
serta kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

xxxv
Dalam mengadakan penafsiran data, baik secara kelompok maupun
individual, guru harus menggunakan norma-norma yang standar, sehingga
data yang diperoleh dapat dibandingkan dengan norma-norma tersebut.
Berdasarkan norma ini kita dapat menafsirkan bahwa peserta didik
mencapai taraf kesiapan yang memadai atau tidak, ada kemajuan yang
berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak. Jika ingin menggambarkan
pertumbuhan anak, penyebaran skor, dan perbandingan antar kelompok,
maka kita perlu menggunakan garis (kurva), grafik, atau dalam beberapa
hal diperlukan profil, dan bukan dengan daftar angka-angka. Daftar angka-
angka biasanya digunakan untuk melukiskan posisi atau kedudukan anak.
e. Laporan; Semua kegiatan dan hasil evaluasi harus dilaporkan kepada
berbagai pihak yang berkepentingan, seperti pimpinan/kepala sekolah,
pemerintah, dan peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar hasil
yang dicapai peserta didik dapat diketahui oleh berbagai pihak dan dapat
menentukan langkah selanjutnya. Di samping itu, laporan juga penting
bagi peserta didik itu sendiri agar ia mengetahui kemampuan yang
dimilikinya, dan atas dasar itu ia menentukan kemana arah yang harus
ditempuhnya serta apa yang harus dilakukannya.
h. Manfaat Evaluasi Pembelajaran Bagi Siswa, Guru dan Sekolah
Dalam praktiknya, masih banyak guru yang tidak atau kurang
memahami pemanfaatan hasil evaluasi, sehingga hasil evaluasi formatif atau
sumatif (misalnya) banyak dimanfaatkan hanya untuk menentukan kenaikan
kelas dan mengisi buku rapor. Meskipun demikian, untuk melihat pemanfaatan
hasil evaluasi ini secara komprehensif, kita dapat meninjaunya dari berbagai
pihak yang berkepentingan, yaitu:
a) Bagi peserta didik, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
1. Membangkitkan minat dan motivasi belajar
2. Membentuk sikap yang positif terhadap belajar dan pembelajaran
3. Membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik
4. Mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelas
b) Bagi guru, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:

xxxvi
1. Promosi peserta didik, seperti kenaikan kelas atau kelulusan
2. Mendiagnosis peserta didik yang memiliki kelemahan atau kekurangan,
baik secara perseorangan atau kelompok
3. Menentukan pengelompokan dan penempatan peserta didik berdasarkan
prestasi masing-masing
4. Feedback dalam melakukan perbaikan terhadap sistem pembelajaran
5. Menyusun laporan kepada orang tua guna menjelaskan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik
6. Dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat perencanaan
pembelajaran
7. Menentukan perlu tidaknya pembelajaran remedial
c) Bagi orang tua, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
1. Mengetahui kemajuan belajar peserta didik
2. Membimbing kegiatan belajar peserta didik di rumah
3. Menentukan tindak lanjut yang sesuai dengan kemampuan anaknya
4. Memperkirakan kemungkinan berhasil tidaknya anak tersebut dalam
pekerjaannya
d) Bagi administrator sekolah, hasil evaluasi dimanfaatkan untuk:
1. Menentukan penempatan peserta didik
2. Menentukan kenaikan kelas
3. Pengelompokan peserta didik di sekolah mengingat terbatasnya fasilitas
pendidikan yang tersedia serta indikasi kemajuan peserta didik pada
waktu mendatang.
e) Bagi penelitian pendidikan, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan sebagai data
yang sangat diperlukan oleh para peneliti pendidikan.
f) Bagi pemerintah
1) Memberikan informasi yang valid tentang kinerja kebijakan, program &
kegiatan yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai & kesempatan telah dapat
dicapai
2) Memberikan sumbangan pada klarifikasi & kritik terhadap nilai-nilai yg
mendasari pemilihan tujuan & target

xxxv
3) Melihat peluang adanya alternatif kebijakan, program, kegiatan yang
lebih tepat, layak, efektif, efisien
4) Memberikan umpan balik terhadap kebijakan, program dan proyek
5) Menjadikan kebijakan, program dan proyek mampu
mempertanggungjawabkan penggunaan dana publik
6) Membantu pemangku kepentingan belajar lebih banyak mengenai
kebijakan, program dan proyek
7) Dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pengguna utama yang dituju oleh
evaluasi
8) Negosiasi antara evaluator dan pengguna utama yang dituju oleh
evaluasi
Menurut Mahdiansyah, dkk. Keterkaitan fungsi dan lingkup penilaian
oleh masing-masing subjek penilai hasil belajar peserta didik antara guru,
sekolah dan pemerintah dapat divisualisasi sebagai berikut
Gambar 1.3. Kerangka konsep penilaian

Sumber: (Mahdiansyah, et al. 2017)

xxxvi
b. Media Pembelajaran Berbasis ICT (Information and Communication
Technology)
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berasal dari bahasa Inggris
yaitu Information and Communication Technologies (ICT) adalah payung besar
terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan
menyampaikan informasi. ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan
teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan
dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan
informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan
teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi
Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala
kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan
informasi antar media. Istilah ICT muncul setelah adanya perpaduan antara
teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan
teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20.
Seiring berkembangnya zaman, ICT/TIK semakin digunakan di dunia
pembelajaran, hal itu bisa terjadi karena ICT/TIK dirasa membawa keuntungan
baik bagi pengajar maupun pelajar, keuntungan atau dampak positif dari
pembelajaran yang menggunakan ICT/TIK tersebut antara lain adalah :
a. Pelajar jadi lebih mudah dalam belajar, karena kebanyakan pelajar lebih
suka praktek dibandingkan teori.
b. Pengajar jadi lebih mudah mengajar jadi lebih mudah menyampaikan
materi dengan membuat presentasi-presentasi.
c. Bagi pelajar maupun pengajar, pemberian dan penerimaan materi atau
tugas tidak harus bertatap muka, jadi jika pengajar berhalangan hadir tetap
dapat memberi tugas atau materi melalui e-mail.
d. Dalam membuat laporan baik bagi pelajar, maupun pengajar jadi lebih
mudah karena jika memakai komputer, akan mudah dikoreksi jika ada
kesalahan.

xxxi
e. Dalam belajar, baik pelajar maupun pengajar akan lebih mudah mencari
sumber karena adanya internet.
f. Pembelajaran yang menggunakan ICT/TIK bisa dibuat menjadi lebih
menarik, misalnya dengan memunculkan gambar atau suara, sehingga
pelajar menjadi lebih antusias untuk belajar.
Segala sesuatu pasti ada dampak positif dan negatif, tidak terkecuali
pembelajaran yang menggunakan ICT/TIK. Pembelajaran yang menggunakan
ICT/TIK hanya bisa dilaksanakan oleh sekolah yang mampu, bagi sekolah-
sekolah yang kurang mampu akan ketinggalan, dan siswanya akan kesulitan jika
mereka masuk ke sekolah lanjutan di kota besar yang sudah sering menggunakan
ICT/TIK. Setiap pelajar harus mendapat fasilitas yang sama, jadi dalam
pembelajaran yang menggunakan komputer, setiap pelajaran harus memakai 1
komputer yang memadai, jika komputer yang dalam kondisi baik hanya sebagian,
akan ada siswa yang hanya menonton, sehingga mereka tidak menguasai
penggunaan komputer.
Pada kegiatan belajar mengajar, siswa-siswa yang tidak antusias dalam
penerimaan materi sering kali lebih suka main game selama pembelajaran,
sehingga mereka tidak konsentrasi dan tidak menerima materi yang diajarkan.
Dalam pembelajaran yang menggunakan internet yang tidak dibatasi, sering kali
pelajar menggunakan internet bukan untuk keperluan belajar, misalnya membuka
situs youtube untuk menonton video dalam proses belajar. Bagi pengajar yang
malas masuk kelas cenderung memberi tugas-tugas yang memanfaatkan internet
sehingga tatap muka dengan pelajar jarang terjadi, akibatnya pengajar tidak
mengenali pelajarnya.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta pergeseran
paradigma pendidikan mempengaruhi metode dan proses pembelajaran. E-
learning merupakan salah satu bentuk penerapan dari perubahan proses
pembelajaran tersebut. Dilihat dari sisi fungsi e-learning memiliki 3(tiga) fungsi
yaitu sebagai suplemen (pelengkap), komplemen (pelengkap), dan substitusi
(pengganti).
Glossary of elearning terms (Glossary, 2001) menyatakan suatu definisi

x
yang lebih luas bahwa e-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan
aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet,
jaringan komputer, maupun komputer Standalone. Banyak perubahan dengan
sangat cepat tentang e-learning, sebelum kata “e-learning” menjadi popular
banyak kata-kata pembelajaran yang telah digunakan dan masih tetap digunakan
seperti terlihat di bawah ini :
a. Pembelajaran jarak jauh (open distance learning)
b. Pengajaran berbasis web (web based training)
c. Pengajaran berbantuan komputer (computer based training)
d. Pembelajaran secara online (online training)
E-learning merupakan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta didik tidak harus terikat
dengan ruang kelas untuk mendapatkan atau menerima materi pelajaran dari
pengajar serta juga dapat mempersingkat jadwal target pembelajaran.
Bentuk tes yang dapat dikembangkan dengan menggunakan fasilitas
teknologi informasi dan komunikasi
Tes Objektif :
1) True – False (benar salah)
2) Multiple Choice (pilihan ganda)
3) Multi Select (pilihan ganda asosiasi)
4) Matching (menjodohkan)

Tes Non Objektif :

1) Jumble exercise (menyusun huruf/kata)


2) Fill in the Blank (close activity) (melengkapi/jawaban singkat)
3) Crossword (teka-teki silang)

1. Media Evaluasi Pembelajaran dengan Google Form

Banyak media atau alat berbasis e-learning yang dapat digunakan untuk
media pembelajaran, namun kembali kepada tujuan awal dari pembuatan media

x
pembelajaran tersebut. Google form merupakan alat bebas bayar (free) yang
fungsi utamanya untuk membuat formulir baik untuk pengumpulan informasi
maupun kuis secara online. Google form juga dapat dikolaborasikan dengan situs
atau media lain contohnya: google docs, google drive, youtube.
Adapun beberapa fungsi Google Form untuk dunia pendidikan adalah
sebagai berikut:
1) Memberikan tugas latihan/ ulangan online melalui laman website
2) Mengumpulkan pendapat orang lain melalui laman website
3) Mengumpulkan berbagai data siswa/ guru melalui halaman website
4) Membuat formulir pendaftaran online untuk sekolah
5) Membagikan kuesioner kepada orang-orang secara online
Adapun keunggulan dari layanan Google Form ini adalah sebagai berikut.
1) Tampilan formnya menarik Aplikasi ini menyediakan fasilitas kepada
penggunanya untuk memasukkan dan menggunakan foto atau logonya
sendiri di dalam survey tersebut. Aplikasi ini juga memiliki banyak
template yang membuat kuis dan kuesioner online tersebut semakin
menarik dan hidup.
2) Memiliki berbagai jenis tes yang bebas dipilih Aplikasi ini
menyediakan fasilitas pilihan tes yang bebas digunakan sesuai dengan
keperluan pengguna. Misalnya pilihan jawaban pilihan ganda, ceklis,
tarik-turun, skala linier, dan lain sebagainya. Anda juga dapat
menambahkan gambar dan video YouTube ke dalam kuis anda.
3) Bisa digunakan pada berbagai perangkat elektronik Aplikasi ini dapat
digunakan setiap orang untuk membuat kuesioner online dan kuis
online menggunakan laptop atau smartphone yang terhubung dengan
internet lalu membagikan alamat link formnya kepada para responden
sasaran atau menempelkannya di sebuah halaman website.
4) Dapat dikerjakan bersama orang lain pembuatan item pertanyaan
kuesioner ataupun kuis menggunakan Google form bisa dikerjakan
bersama orang lain atau siapa saja yang diinginkan oleh pengguna.
5) Kuis ataupun kuesioner bisa ditanggapi dengan cepat Dengan aplikasi

x
ini, para responden nya bisa memberikan tanggapannya dimanapun dan
kapanpun dengan mengklik alamat web atau link yang dibagikan
pembuat kuesioner tersebut menggunakan komputer atau handphone
yang terhubung ke internet. Semua tanggapan dan jawaban orang lain
akan secara otomatis ditampung, disusun, dianalisa dan disimpan oleh
aplikasi Google Form dengan cepat dan aman.
6) Formulirnya responsive, berbagai jenis kuis dan kuesioner dapat dibuat
dengan mudah, lancer dan hasilnya tampak profesional dan indah.
7) Mendapatkan jawaban dengan cepat. Aplikasi ini berbasis website
sehingga setiap orang dapat memberikan tanggapan atau jawaban
terhadap kuis ataupun kuesioner secara cepat dimanapun ia berada
dengan menggunakan aplikasi internet komputer/laptop maupun
Handphone. Karena itu, dengan menggunakan aplikasi ini maka
seorang guru atau pegawai tidak memerlukan kertas lagi untuk
mencetak kuis atau kuesionernya. Waktu yang diperlukannya juga akan
semakin hemat dalam membagikan, mengumpulkan kembali dan
menganalisis hasil kuis dan angketnya.
8) Hasilnya langsung tersusun dianalisis secara otomatis. Pengguna juga
dapat melangkah lebih jauh bersama hasil data dengan melihat
semuanya di Spreadsheet, yakni aplikasi semacam Ms. Office Excel.
9) Gratis. Aplikasi ini gratis untuk semua orang. Aplikasi ini langsung
digunakan dengan cukup mendaftarkan diri secara gratis pada akun
Google.
10) Tidak perlu memiliki Website tersendiri Kuesioner ataupun kuis online
bias dibuat oleh semua orang dengan tanpa harus memiliki sebuah
laman website ataupun blog. Aplikasi ini bisa ditampilkan pada sebuah
pesan e-mail, dan pada sub domain Google ketikan alamatnya
dikunjungi.
Media evaluasi pembelajaran berbasis komputer menggunakan software
Google Form (Google formulir) adalah sebuah aplikasi yang dikembangkan
Google untuk membuat sebuah survei dan kuesioner yang dikembang. Google

xl
Formulir adalah sebuah aplikasi rintisan Google untuk membuat, mengedit, dan
menyimpan dokumen. Formulir yang dibuat dalam Google formulir secara
otomatis akan tersimpan di Google drive dan dapat dengan mudah dibagikan
kepada siapa saja. (G Suite by Google cloud, Formulir).
Walaupun aplikasi ini di-branding untuk membuat survei dan kuesioner,
Google formulir juga bisa digunakan untuk membuat media evaluasi
pembelajaran. Google Formulir dipilih sebagai media evaluasi karena aplikasi ini
dapat diakses dengan mudah oleh semua orang. Pada Google Formulir guru tidak
perlu membuat soal evaluasi dalam beberapa paket karena Google secara otomatis
akan mengacak urutan soal dan opsi jawaban. Untuk soal pilihan ganda dan isian
singkat, Google Formulir dapat mengoreksi jawaban secara otomatis dan peserta
didik dapat mengetahui nilai hasil evaluasi pembelajaran setelah selesai
mengerjakan. Google formulir akan secara otomatis menyimpan hasil pekerjaan
peserta didik dan guru dapat mengunduh dalam bentuk dokumen Excel lengkap
dengan nilai yang diperoleh dan jawaban yang dipilih oleh peserta didik. Peserta
didik masa kini sangat akrab dengan teknologi informatika, terutama smartphone.
Kondisi ini sangat mendukung penggunaan Google formulir sebagai media
evaluasi. Google formulir dapat dengan mudah diakses oleh semua pihak, baik
menggunakan perangkat komputer maupun menggunakan smartphone. Jika
peserta didik tidak mungkin menggunakan laboratorium komputer, maka
evaluasi tetap bisa dilaksanakan menggunakan smartphone yang dimiliki
peserta didik.

3. Contoh dan Non Contoh/ Ilustrasi

Evaluasi berbasis ICT dengan menggunakan sarana google formulir;


Cara mendapatkan Google Form sebagai berikut:
a. Buka browser Anda
b. Masuk akun gmail Anda
c. Klik Google App di pojok kanan atas dan pilih Drive.
d. Pilih New – More – Google Form – Pilih salah satu Blank form atau From a

xl
template.
e. Silakan berkreasi dan manfaatkan tools yang ada.
Cara kerja dan cara menggunakan Google Form
Google Form sangat mudah digunakan bahkan bagi pemula sekalipun.
Tidak membutuhkan koding maupun keahlian khusus. Google Form sebenarnya
adalah formulir online. Untuk membuatnya cukup mengedit (menambah) menu
formulir tersebut cukup dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada. Penjelasan
mengenai fitur-fitur tersebut sebagai berikut:
Penjelasan difokuskan menggunakan Blank
form Penjelasan difokuskan menggunakan
Blank form
Gambar 1.4. Komponen dalam google form

Sumber; Tampilan awal Google Form (google.com)


Menu utama
1. Judul Google Form
Judul dapat diganti sesuai keinginan Anda dengan cara mengklik sekali pada
tulisan “Untitled form”.
2. Color Palette
Berfungsi untuk mengganti warna maupun tema Google Form.

x
3. Preview
Berfungsi untuk melihat hasil pekerjaan Anda.
4. Setting
Pada menu ini terdapat 3 sub menu yakni :
a. Generel
b. Presentation; Salah satu fungsi bagian ini adalah sebagai pengatur
pesan konfirmasi.
Gambar 1.5 . Konfirmasi pesan .

Sumber: google.com)
c. Quizzes; Bagian ini merupakan tools tambahan jika ingin membuat kuis
menggunakan Google Form. Jika Anda mengaktifkan tools ini secara
otomatis Google Form Anda akan disetting dalam basis pembuatan kuis.
5. Send
Digunakan untuk mengirim Google Form Anda kepada publik atau email
orang lain
6. More
Terdapat beberapa sub menu sebagai menu utama untuk setelan Google form
7. Google Account
Digunakan jika Anda ingin keluar dari Google Form
8. Back
Digunakan jika Anda ingin kembali ke menu awal dari Google Form.

xl
Menu tambahan
9. Add question; Berfungsi untuk menambah kolom pertanyaan.
10. Add title and description; Berfungsi untuk judul utama dari kumpulan
kolom pertanyaan.
11. Add image; Berfungsi untuk menambah gambar.
12. Add video; Berfungsi untuk menambah video.
13. Add section; Berfungsi untuk menambah section baru.
14. Pilihan tipe pertanyaan; Show Berfungsi untuk menambah
15. Required; Berfungsi untuk membuat pertanyaan agar wajib dijawab.
15. Delete;Berfungsi untuk menghapus form pertanyaan.
16. Copy; Berfungsi untuk menyalin form pertanyaan.
17. Kolom pertanyaan; Digunakan sebagai kolom pertanyaan.
18. Kolom judul; Digunakan sebagai kolom judul form yang dibuat.
19. Tab Question dan Responses
20. Question; Sebagai tempat kumpulan form pertanyaan.
21. Responses; Berfungsi untuk melihat hasil dari data yang masuk
Dengan memanfaatkan berbagai tools yang ada, Interaktif atau tidak hasil
dari karya Anda tergantung kreatifitas yang dimiliki. Semakin Anda kreatif maka
semakin menarik pula Google Form yang Anda buat.

4. Forum Diskusi.
a. Penilaian Otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru
tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,
membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran
telah benar-benar dikuasai. Coba saudara jelaskan bagaimanakah
karakteristik penilaian otentik itu?
b. Peran ICT sangat penting dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Bagaimana analisis saudara mengenai arti penting ICT dalam penilaian
pembelajaran dan dampak negatifnya dalam proses belajar mengajar?

xlv
C. PENUTUP

1. Rangkuman
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT) salah satu sarana
yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia saat sekarang ini. Dalam dunia
pendidikan, ICT salah satu sarana yang dapat membantu meningkatkan kualitas
pendidikan, karena melalui ICT dapat dikembangkan kreativitas pengajaran yang sangat
membantu dalam kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar. Peningkatan
kompetensi guru merupakan hak setiap guru. Untuk mendorong peningkatan kompetensi
guru adalah dengan pemanfaatan ICT dalam pembelajaran dan merancang serta
melaksanakan evaluasi dan penilaian pembelajaran berbasis ICT. Google Form dapat
menjadi salah satu software yang direkomendasikan untuk membuat alat evaluasi
(penilaian). Tampilan muka dan caranya sangat sederhana sehingga mudah untuk
dimengerti.

2. Tes Formatif
1. Kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, suatu kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu
tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan, proses untuk melihat
apakah perencanaan yang sedang di bangun berhasil sesuai dengan
harapan awal atau tidak, dan suatu proses atau kegiatan yang sistematis
dan menentukan kualitas (nilai atau arti) daripada sesuatu berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu. Uraian tersebut merupakan
pengertian-pengertian dari...
a. Evaluasi
b. Perencanaan
c. Pelaksanaan
d. Hasil

xlv
e. Strategi
2. Suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan
menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan
kualitas (nilai atau arti) berbagai komponen pembelajaran berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggungjawaban
guru dalam melaksanakan pembelajaran...
a. Evaluasi pembelajaran
b. Evaluasi produk
c. Evaluasi input
d. Evaluasi output
e. Evaluasi konteks
3. Untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran, melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk
mengingat kembali materi yang disajikan, mengetahui tingkat
perubahan perilakunya, dan mengetahui siapa diantara peserta didik
yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian
khusus agar ia dalam mengejar kekurangannya...
a. Manfaat evaluasi pembelajaran
b. Tujuan evaluasi pembelajaran
c. Prinsip evaluasi pembelajaran
d. Jenis evaluasi pembelajaran
e. Prosedur evaluasi pembelajaran
4. Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang
telah berlangsung/ dilaksanakan oleh guru, membuat keputusan
berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil pembelajaran, dan
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka
upaya meningkatkan kualitas keluaran....
a. Prinsip evaluasi pembelajaran
b. Tujuan evaluasi pembelajaran
c. Manfaat evaluasi pembelajaran
d. Jenis evaluasi pembelajaran

xli
e. Prosedur evaluasi pembelajaran
5. Kegiatan evaluasi dilaksanakan secara terus-menerus. Evaluasi tidak
hanya dilakukan sekali setahun atau per semester, tetapi dilakukan
secara berkelanjutan mulai dari proses pembelajaran dengan
memperhatikan peserta didik hingga ia tamat dari institusi tersebut....
a. Prinsip berkesinambungan
b. Prinsip menyeluruh
c. Prinsip objektivitas
d. Prinsip validitas
e. Prinsip objektivitas
6. Dari 25 soal ulangan umum untuk mata pelajaran PPKn, Adi
mengerjakan 17 butir soal dengan benar. Sementara kawan yang
terpandai hanya 1 butir soal yang salah, dan anak yang terbodoh di
kelas itu hanya mampu mengerjakan 5 butir soal dengan benar. Jika
pendekatan kriteria dengan skala 100 yang digunakan, maka nilai
ulangan umum bahasa Indonesia yang diperoleh Adi adalah ….
a. 17,00
b. 24,00
c. 68,00
d. 96,00
e. 95,00
7. Berikut adalah keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh seorang
siswa dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
bidang pendidikan. Yang tidak termasuk sebagai keuntungan yaitu....
a. Dapat mengakses informasi-informasi hasil penelitian orang lain.
b. Akses ke sumber pengetahuan dapat dilakukan kapan dan dimana
saja
c. Akses ke para ahli menjadi lebih mudah karena tidak dibatasi pada
jarak dan waktu
d. Melalui belajar jarak jauh bisa tidak datang ke sekolah
e. Akses terhadap media-media pembelajaran yang menarik

l
8. Suatu pendekatan dalam pembelajaran yang mengoptimalkan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sumber
belajar dan sebagai medium penyampaian pesan dalam pembelajaran
disebut pembelajaran berbasis....
a. TIK
b. CBT
c. Simulasi
d. Grafis
e. Tutorial
9. Seiring berkembangnya zaman, ICT/TIK semakin digunakan di dunia
pembelajaran, hal itu bisa terjadi karena ICT/TIK dirasa membawa
keuntungan baik bagi pengajar maupun pelajar, keuntungan atau
dampak positif dari pembelajaran yang menggunakan ICT/TIK.
Dampak negatif yang timbul antara lain adalah:
a. Pelajar jadi lebih mudah dalam belajar, karena kebanyakan pelajar
lebih suka praktek dibandingkan teori.
b. Pengajar jadi lebih mudah mengajar jadi lebih mudah
menyampaikan materi dengan membuat presentasi-presentasi.
c. Bagi pelajar maupun pengajar, pemberian dan penerimaan materi
atau tugas tidak harus bertatap muka, jadi jika pengajar
berhalangan hadir tetap dapat memberi tugas atau materi melalui e-
mail.
d. Dalam membuat laporan baik bagi pelajar, maupun pengajar jadi
lebih mudah karena jika memakai komputer, akan mudah dikoreksi
jika ada kesalahan.
e. Pembelajaran dapat dilakukan melalui on line jaringan internet.
10. Yang tidak termasuk dalam keunggulan dari Google Form di bawah ini
yaitu:
a. Tampilan Formnya menarik
b. Memiliki berbagai jenis tes yang bebas dipilih
c. Bisa digunakan pada berbagai perangkat elektronik

l
d. Dapat dikerjakan bersama orang lain.
e. Aplikasi Berbayar

3. Daftar Pustaka
Bloom, Benjamin S., etc. (1956). Taxonomy of Educational Objectives :
The Classification of Educational Goals, Handbook I Cognitive
Domain. New York : Longmans, Green and Co.
Glossary of e-Learning Terms (2001), LearnFrame.Com
Gronlund, Norman E. dan Robert L. Linn. (1990). Measurement and
Evaluation in Teaching. New York: ?Vlacmillan Publishing Company
Hasim, H., Hasniah, H., & Arsyam, M. (2021). Teknik Dan Bentuk Evaluasi
Hasil Belajar. Osf Pracetak. Https://Doi.Org/10.31219/Osf.Io/M4yk5
Mahdiansyah, M., Sembiring, M. S., Supriyadi, T., Ulumudin, I., &
Fujianita, S. (2017). Penilaian kependidikan: sistem penilaian, hasil
belajar dan kemampuan guru melaksanakan penilaian berdasarkan
kurikulum 2013.
Sudjana, Nana. (2013). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung:
Sinar Baru Algesindo)
Syaiful Sagala. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta
https://www.dosenpendidikan.co.id/evaluasi-adalah/
Kunci Jawaban:

No Jawaban No Jawaban

1 A 6 C

2 A 7 D

3 B 8 A

4 C 9 A

5 A 10 B

li
KEGIATAN BELAJAR 2:
KETERAMPILAN GURU
PPKn DALAM
PEMBELAJARAN

l
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1. Deskripsi Singkat..........................................................................................1
2. Relevansi........................................................................................................2
3. Petunjuk Belajar...........................................................................................2
B. KEGIATAN INTI.............................................................................................3
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan......................................................3
2. Uraian Materi...............................................................................................3
a. Sikap Profesional Guru PPKn.................................................................3
b. Keterampilan Guru Dalam Pembelajaran PPKn.....................................9
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi...............................................................44
4. Forum Diskusi..............................................................................................44
C. PENUTUP..........................................................................................................45
1. Rangkuman...................................................................................................45
2. Tes Formatif.................................................................................................46
3. Daftar Pustaka..............................................................................................48

li
A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat.
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn, modul 6 ini akan
melanjutkan dengan kegiatan belajar dua (KB 2) dengan sajian mengenai
pentingnya pemahaman tentang keterampilan guru PPKn dalam pembelajaran.
Dalam sajian ini juga dikemukakan tentang beberapa landasan yang menjadi
amanat seorang guru harus memiliki keterampilan dalam pembelajaran PPKn
melihat substansi dari capaian pembelajaran sesuai dengan pedoman Sistem
Pendidikan Nasional dengan melihat aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan
Era pendidikan 4.0 berdampak dari adanya kemajuan secara global dari
percepatan informasi dan komunikasi berbasis teknologi. Reaksi dunia pendidikan
menjadi suatu kepekan yang wajib meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri
semakin lebih baik dari hal kebermanfaat, fungi dan kegunaan perubahan
kemajuan tersebut. Karena peradaban suatu bangsa adalah kehendak pendidikan
pada bangsa itu sendiri, maka peran guru sangat sentral sekali karena menjadi
pelopor utama dalam kemajuan pendidikan yang berkualitas.
Guru yang profesional diharapkan dalam mendidik generasi muda bangsa
untuk dapat mencapai kemajuan bangsa dalam mencapai dan mewujudkan cita-
cita bangsa. Maka senantiasa berusaha untuk meningkatkan kompetensi pribadi,
sosial, pedagogik dan profesional.
Dalam hal ini guru yang profesional dituntut memiliki keterampilan yang
signifikan dengan perubahan yang terjadi, kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi menjadi suatu hal yang mutlak harus dimiliki oleh guru dalam
kemahiran dan menjadi user. Kepiawaian guru PPKn dalam berteknologi menjadi
bekal keterampilan guru yang komprehensif selain menjadi pengguna namun bisa
mengembangkan perangkat teknologi tersebut sebagai atribut dalam pelaksanaan
pembelajaran PPKn.
2. Relevansi
Kegiatan belajar dua (KB 2) modul 6 yang membahas tentang keterampilan
guru PPKn dalam pembelajaran PPKn pada diklat PPG dalam jabatan ini sangat
relevan menjadi mata latih peserta didik. Hal tersebut dikarenakan salah satu
kompetensi yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru PPKn agar mampu
melaksanakan tugas keprofesian pendidik dalam bidang PPKn yang meneladani
dengan landasan guru harus mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik
dan mengajarkan dengan kemampuan utama yaitu pedagogik, kepribadian, sosial
dan profesional
Keterampilan guru dalam pembelajaran PPKn menjadi bekal diri yang
utama sebagai seorang guru yang profesional dikarenakan salah satu kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang guru PPKn adalah menguasai keterampilan dasar
guru dalam pembelajaran PPKn terhadap peserta didik. Dengan memahami
keterampilan dasar guru dalam pembelajaran akan mempermudah guru untuk
mengelola dan mendesain kegiatan belajar mengajar untuk perbaikan kualitas
pembelajaran dan mutu pendidikan.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari kegiatan belajar dua pada modul 6 ini, ada
beberapa hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda
tentang isi modul ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut;
1) Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian permulaan terhadap tema evaluasi pembelajaran
berbasis ICT dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
3) Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan Kegiatan Belajar 1
pada modul 6 untuk memudahkan dalam memahami isi modul ini.
4) Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan latihan.
Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat, berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan
pada modul 6 ini.
5) Bila anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat,
atau bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata
diklat ini.
6) Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil..

B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn melalui kegiatan belajar
dua (KB 2) pada modul 6 ini, guru diharapkan mampu melaksanakan proses
pembelajaran berbasis ICT yang memesona dan meneladani pada mata pelajaran
PPKn agar dapat membangun sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik
dalam memecahkan masalah secara kritis, humanis, inovatif, kreatif, kolaboratif,
dan komunikatif. Oleh karenanya guru harus menguasai dan memahami peserta
didik SMP/SMA sederajat melalui keterampilan pembelajaran PPKn maka
mempermudah guru untuk mengelola dan mendesain kegiatan belajar mengajar
untuk perbaikan kualitas pembelajaran yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik dengan menerapkan asesmen otentik, serta
memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan kualitas pembelajaran.

2. Uraian Materi
a. Sikap Profesional Guru PPKn
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan
secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama.
Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi perbincangan utama ketika berbicara
tentang permasalahan pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen
manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam

3
pembangunan pendidikan, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta
didik dalam proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling
berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.
Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tidak akan memberikan hasil yang signifikan tanpa didukung
oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas
pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.
Kualitas tersebut dapat diukur dari baik tidaknya kinerja guru, oleh sebab
itu kinerja guru dapat terlihat dari kompeten tidaknya dalam melaksanakan
kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru di samping
kualifikasi akademik. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas sebagai seorang guru secara profesional yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi ini terbagi ke dalam empat
hal yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi
pedagogik adalah kompetensi yang harus dikuasai dalam mengelola
pembelajaran. Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru yang mencirikan sikap stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi
teladan dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial adalah kompetensi yang harus
dimiliki guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah. Sedangkan kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan seorang guru terhadap materi
pelajaran secara mendalam.
Menurut (Hamalik, 2009), Lembaga Pendidikan Guru (LPG) merupakan
salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi guru karena lembaga
pendidikan guru merupakan suatu lembaga yang selalu mendapatkan perhatian,
baik oleh para ahli pendidikan maupun oleh para administrator pendidikan dalam
berbagai tingkat wewenang dan tanggung jawab dalam sektor pendidikan.
Perhatian itu wajar diberikan mengingat pentingnya peranan lembaga pendidikan
guru, baik pre-service maupun in-service, dalam rangka mempersipkan dan
menyediakan calon-calon guru dalam berbagai jenjang persekolahan, sejak dari
Taman Kanak-kanak sampai dengan pendidikan tingkat menengah. Sementara
(Djamarah, 1994) menggambarkan kompetensi sebagai suatu tugas yang
menandai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
dituntut oleh jabatan seseorang.
Berkaitan dengan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru sebagai
tenaga edukatif yang berperan menjalankan tugasnya dengan kompetensi dan
profesional. Guru tidak hanya melakukan pengajaran atau mentransfer ilmu
pengetahuan saja. Guru juga dituntut untuk mampu memberi bimbingan,
keteladanan, pelatihan pada peserta didik dan pengabdian pada masyarakat serta
melakukan tugas-tugas administratif lainnya. (Usman, 2013) mengemukakan
bahwa “tugas guru sebagai profesi adalah mendidik, mengajar dan melatih.”
Mendidik artinya meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar
artinya mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sedangkan melatih artinya mengembangkan keterampilan pada diri siswa. Oleh
karena itu (Kunandar, 2007) mengemukakan bahwa profesionalisme guru
mempunyai makna penting, yaitu:
1) Profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan
masyarakat umum;
2) Profesionalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi
pendidikan yang selama ini dianggap oleh sebagian masyarakat rendah;
3) Profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri
yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan
memaksimalkan kompetensinya.
Dalam konteks tersebut guru merupakan komponen yang sangat penting
dalam sebuah proses pendidikan. Guru adalah sales agent dari lembaga
pendidikan. Guru dianggap sebagai kunci dalam menentukan keberhasilan sebuah
lembaga pendidikan. Sementara itu (Nurdin dan Andriantoni, 2009)
mengemukakan bahwa guru profesional adalah guru yang secara administratif,
akademis dan kepribadian telah memenuhi persyaratan dalam bentuk hubungan
multidimensional dengan muridnya. Hubungan multidimensional ini merupakan
manifestasi dari terpenuhinya persyaratan bagi seseorang untuk menjadi guru

5
profesional.
Guru profesional adalah tuntutan semua pihak terhadap seseorang yang
berprofesi sebagai guru. Hanya saja untuk memenuhi persyaratan sebagai guru
profesional belum tercapai sebagaimana yang menjadi tuntutan semua pihak.
Profesionalisme guru saat ini masih menjadi isu perbincangan di kalangan
masyarakat. Profesionalisme dan kualitas guru sebagai tenaga pendidik masih
dianggap rendah. Berkaitan dengan masalah rendahnya kualitas guru tersebut,
fenomena yang terjadi sekarang adalah masih adanya guru yang bukan berasal
dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan tidak memiliki
sertifikat profesi. Tidak sedikit sekolah yang kekurangan guru menempatkan
orang yang kurang tepat untuk menjadi guru, misalnya karena terdesak oleh
kebutuhan tenaga pendidik, maka orang yang bukan berlatar belakang pendidikan
guru pun diangkat menjadi guru. Peningkatan profesionalisme guru dapat
dilakukan dengan memberikan pelatihan, seminar, dan bentuk penataran lainnya.
Peningkatan kemampuan tersebut dapat berupa pelatihan-pelatihan dan
pengembangan-pengembangan yang umumnya berupa education and training, on
the job training dan in service training yang salah satunya adalah melalui
pelaksanaan kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (Suparlan, 2005).
Terdapat variasi mengajar pada guru, sebagian guru cenderung hanya
sebagai pengajar, proses pembelajaran terkesan sangat kaku, kurang fleksibel,
kurang demokratis dan guru cenderung lebih dominan di dalam kelas. Guru PPKn
lebih banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir. Di samping
itu, guru masih mempertahankan penggunaan metode konvensional yang
monoton. Contohnya penggunaan metode ceramah atau metode diskusi dalam
pelajaran PPKn. Pelajaran PPKn diidentikan dengan pelajaran yang memuat
konsep-konsep atau materi-materi yang siapapun dapat menguasainya karena
mengajarnya pun terbatas pada kemampuan menyampaikan materi dengan
membacakan buku teks pelajaran dan menggunakan metode ceramah. Metode
tersebut membuat siswa cepat lupa dengan materi yang telah diberikan, timbul
rasa bosan, jenuh bahkan mengantuk yang kemudian akibatnya siswa mengobrol
saat jam pelajaran berlangsung, melamun dan tidak memperhatikan guru.
Di samping itu, aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah
dan kegiatan akademik lainnya dirasakan masih minim. Sementara itu, perubahan-
perubahan, pembaharuan serta IPTEK yang terus berkembang menuntut guru
untuk dapat beradaptasi dan mensejajarkan diri sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan zaman. Masalah-masalah tersebut mencerminkan
sisi keprofesionalan seorang guru masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan uraian di
atas maka dapat dikatakan bahwa guru-guru PPKn haruslah mampu menjadi
sosok yang profesional berdasarkan:
1) Apersepsi dan motivasi, guru PPKn melakukan persiapan pembelajaran, yaitu
guru mengaitkan materi pelajaran dengan materi pembelajaran sebelumnya,
mengajukan pertanyaan yang menantang dan menyampaikan tujuan
pembelajaran, menyampaikan gambaran umum tentang materi yang akan
diajarkan, sehingga siswa termotivasi terhadap materi yang akan dipelajari.
2) Menyampaikan kompetensi dan rencana kegiatan pembelajaran, guru
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan menyampaikan rencana
kegiatan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan standar
kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran sehingga siswa dapat
memahami materi pembelajaran.
3) Penguasaan materi pelajaran, kemampuan guru PPKn dalam penguasaan
materi pada suatu proses pembelajaran, berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman siswa untuk memahami materi yang akan diajarkan.
4) Penerapan strategi pembelajaran yang mendidik, guru memilihkan strategi
pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
5) Pendekatan scientific, guru PPKn memahami dan menerapkan pendekatan
scientific dalam pembelajaran
6) Penerapan pembelajaran tematik terpadu, penyajian materi pembelajaran sesuai
dengan tema, berdasarkan kurikulum, memuat komponen karakteristik, dan
penyajian yang bernuansa aktif dan menyenangkan.
7) Pemanfaatan sumber belajar dan media dalam pembelajaran
8) Melibatkan peserta didik di pembelajaran. Guru menumbuhkan partisipasi aktif
peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar, guru

7
merespon positif partisipasi peserta didik, guru menunjukan sikap terbuka
terhadap respons peserta didik, guru menunjukan hubungan terbuka terhadap
pribadi yang kondusif, dan menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta
didik dalam belajar.
9) Penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, guru PPKn
dalam pembelajaran yaitu menggunakan bahasa lisan maupun tulisan secara
jelas dan lancar dan yang baik dan benar.
10) Menutup pembelajaran, guru PPKn dalam melaksanakan kegiatan menutup
pembelajaran yaitu dengan menyimpulkan materi, refleksi, pengayaan dan
evaluasi.
Profesional guru PPKn harus mendapatkan perhatian yang lebih dari
kementerian terkait, dinas daerah serta kepala sekolah. Perhatian yang diberikan
kepada guru-guru PPKn haruslah berupa fasilitas yang memadai untuk
mendukung kegiatan pembelajaran PPKn serta memberikan bimbingan kepada
guru-guru PPKn dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
seorang guru khususnya guru PPKn. Sementara itu untuk guru-guru PPKn,
mengingat begitu kompleksnya tugas dan peran guru, hendaknya interaksi dengan
peserta didik selalu terjalin dengan baik sehingga suasana belajar di kelas berjalan
dengan baik, selalu mempertahankan dan meningkatkan kompetensi profesional
dalam pembelajaran yang meliputi kompetensi profesional, selalu menambah
wawasan keilmuan baik melalui membaca buku-buku, melihat berita aktual atau
melihat kegiatan yang berwawasan kompetensi khususnya pendidikan
kewarganegaraan dengan mengikuti seminar-seminar dan lebih kreatif dalam
kegiatan dalam kegiatan pembelajaran untuk dapat menghidupkan suasana kelas,
agar dapat menarik dan memotivasi minat peserta didik dalam proses belajar
mengajar.
b. Keterampilan Guru Dalam Pembelajaran PPKn
1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) merupakan suatu
karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar
pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan
khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk
melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan profesional
(Rusman, 2010). Sedangkan menurut (Zainal, 2010), komponen pertama dalam
mengajar adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Jadi dalam
keterampilan membuka pelajaran guru PPKn haruslah mampu memberikan
pengajaran atau pengarahan terhadap materi yang akan diajarkan pada peserta
didik agar siap mental dan tertarik untuk mengikutinya. Strategi membuka dan
menutup pelajaran (set introduction and closure) sebenarnya merupakan
gabungan antara dua macam keterampilan mengajar yang perlu dilatihkan dalam
pengajaran mikro.
Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran merupakan
keterampilan guru dalam menyiapkan mental dan menimbulkan perhatian siswa
agar terpusat pada materi yang akan dipelajari (Bahri, 2000). Sejalan dengan
pendapat tersebut, (Mulyasa, 2013) berpendapat bahwa membuka dan menutup
pembelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai
dan mengakhiri pembelajaran. Sementara menurut (Mulyadi, 2009) kegiatan
membuka dan menutup pembelajaran adalah kegiatan awal dan akhir yang
dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam memulai dan mengakhiri
pembelajaran yang telah diikuti.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa membuka dan
menutup pembelajaran merupakan suatu kegiatan atau aktivitas guru PPKn yang
harus dilakukan agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok
materi dan tujuan pembelajaran PPKn yang ingin dicapai dari proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru PPKn. Selain tujuan
pembelajaran PPKn ada hal lain yang ingin dicapai yaitu pengetahuan, sikap, dan
keterampilan telah dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu kegiatan membuka
dan menutup pembelajaran merupakan suatu keterampilan dasar mengajar yang
harus dimiliki oleh seorang guru PPKn sebagai modal awal untuk melaksanakan
tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan profesional. Hal ini karena
keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam

9
membuka dan menutup pembelajaran mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Dengan demikian, jika seorang guru melakukan kegiatan membuka dan menutup
pembelajaran dengan efektif, efisien, dan menarik, maka anak didik akan
memiliki minat dan motivasi untuk mengikuti pembelajaran, tapi sebaliknya jika
seorang guru tersebut membuka dan menutup pembelajaran tidak menarik maka
minat dan motivasi anak didik akan berkurang.
Keterampilan membuka pelajaran merupakan kunci dari seluruh proses
pembelajaran yang harus dilaluinya. Sebab jika seorang guru pada awal
pembelajaran tidak mampu menarik perhatian peserta didik, maka proses dan
tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Kegiatan membuka
pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal pembelajaran, tetapi pada
setiap kegiatan inti pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengemukakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menarik perhatian siswa,
memberi acuan dan memberikan kaitan antara materi pembelajaran yang akan
dikuasai oleh peserta didik dengan bahan yang akan diajarkan.
Untuk menciptakan kondisi kesiapan mental siswa dalam mengikuti
pembelajaran, maka kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dengan melakukan
kegiatan yang bersifat administrasi:
1) Mengecek kehadiran siswa
2) Menyiapkan alat-alat pelajaran
3) Mempersiapkan buku sumber dan kegiatan administrasi.
Kegiatan atau pemeriksaan yang bersifat administrasi saja pada saat
mengawali pembelajaran, belum tentu bisa mencapai sasaran menumbuhkan
kesiapan mental siswa secara optimal. Dengan demikian kegiatan pembukaan
pembelajaran selain untuk mempersiapkan hal-hal yang bersifat teknis
administratif, terutama harus memfokuskan pada upaya mengkondisikan baik
fisik dan mental, perhatian dan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan inti
pembelajaran.
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran memiliki tujuan yaitu:
a. Membantu siswa mempersiapkan diri agar sejak semula sudah dapat
membayangkan pelajaran yang akan dipelajarinya.
b. Menimbulkan minat dan perhatian siswa pada apa yang akan dipelajari dalam
kegiatan belajar mengajar.
c. Membantu siswa agar mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
d. Membantu siswa agar mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman
yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang
belum dikenalnya (Husdarta dan Yudha, 2013).
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran selain untuk mempersiapkan
hal-hal yang bersifat teknis administratif, terutama harus memfokuskan pada
upaya mengkondisikan kesiapan baik fisik dan mental, perhatian dan motivasi
siswa untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran. Membuka dan menutup
pelajaran pada umumnya dilakukan agar proses dan hasil belajar dapat dicapai
secara efektif dan efisien yaitu langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan
dengan tepat sehingga akan menghasilkan suatu hasil belajar yang maksimal.
Hasil belajar tersebut dapat dilihat dari tingkat penguasaan siswa terhadap apa
yang telah dipelajarinya.
Menurut (Marno dan Idris, 2008), komponen keterampilan dalam
membuka dan menutup pelajaran meliputi dua kategori yaitu kategori yang
berpengaruh pada proses asimilasi dan akomodasi ide, dan kategori yang
berpengaruh pada motivasi siswa belajar. Komponen-komponen tersebut yaitu:
a. Membangkitkan perhatian/minat siswa. Beberapa cara untuk
membangkitkan perhatian dan minat siswa antara lain:
1) Variasi gaya mengajar guru;
2) Penggunaan alat bantu mengajar;
3) Variasi dalam pola interaksi.
b. Menimbulkan motivasi. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan
mendorong perhatian dan minatnya terkonsentrasi pada hal-hal yang harus
dipelajari, sehingga dapat mencapai tujuan belajar secara maksimal. Cara
untuk menimbulkan motivasi belajar pada siswa, antara lain:
1) Bersemangat dan antusias.
2) Menimbulkan rasa ingin tahu.
3) Mengemukakan ide yang tampaknya bertentangan.

1
4) Memerhatikan dan memanfaatkan hal-hal yang menjadi perhatian
siswa.
c. Memberi acuan atau struktur. Cara memberikan acuan atau struktur dapat
dilakukan guru antara lain:
1) Mengemukakan kompetensi dasar, indikator hasil belajar, dan
batas-batas tugas.
2) Memberi petunjuk atau saran tentang langkah-langkah kegiatan.
3) Mengajukan pertanyaan pengarahan.
d. Menunjukkan kaitan. Apabila guru akan menjelaskan materi baru, maka
harus dikaitkan dengan materi yang telah diketahui sebelumnya. Beberapa
hal yang perlu dilakukan guru adalah:
1) Mencari batu loncatan.
2) Mengusahakan kesinambungan.
3) Membandingkan atau mempertentangkan.
Perhatian siswa dalam pembelajaran PPKn dapat ditimbulkan dengan
memberikan sikap dan gaya mengajar guru PPKn itu sendiri. Misalnya, guru
PPKn memberikan variasi gaya mengajarnya dengan berdiri ditengah kemudian
berjalan ke belakang atau ke samping, variasi penggunaan suara, intonasi, cara
masuk kelas, gerak tangan, ekspresi muka, dan sebagainya yang semuanya
bermakna. Ketertarikan siswa dapat ditimbulkan dengan penggunaan alat bantu
mengajar seperti gambar, model, skema, surat kabar, dan sebagainya. Variasi pola
interaksi perlu dikembangkan agar siswa tidak merasa bosan. Karena biasanya
guru menerangkan sedangkan siswa mendengarkan. Maka perlu diadakan pola
interaksi yang bervariasi, misalnya guru PPKn memberikan tugas kepada seorang
siswa dan siswa lain memberikan tanggapan.
Sebagai guru PPKn hendaknya bersikap ramah, antusias, dan penuh
semangat agar mendorong siswa ikut aktif dan mau terlibat. Cara yang dapat
digunakan guru yaitu menceritakan suatu peristiwa aktual yang menimbulkan
pertanyaan atau menunjukkan model atau gambar yang merangsang siswa untuk
berpikir. Membuka pelajaran dapat diawali dengan mengungkapkan hal-hal yang
sedang aktual dan relevan dengan materi yang akan dipelajari.
Guru dapat menanyakan sesuatu kepada siswa yang bertujuan
mengarahkan pada topik pelajaran dan membantu siswa memperhatikan hal yang
akan dijelaskan. Bahan pengait atau apersepsi diantaranya adalah hal-hal yang
sudah diketahui siswa seperti pengalaman, minat, dan kebutuhan siswa. Sebelum
memulai pelajaran baru, guru dapat meninjau kembali inti pelajaran yang lalu atau
dapat meminta siswa untuk meringkas, kemudian baru membuat kaitan dengan
pelajaran baru. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membandingkan atau
mempertentangkan antara pengetahuan lama dan pengetahuan baru. Kegiatan
membuka pelajaran dapat dilakukan secara efektif dan berhasil dengan
memperhatikan komponen-komponen yang berkaitan dengan karakteristik siswa.
Prinsip-prinsip penerapan membuka dan menutup pelajaran menurut
(Marno dan Idris, 2008) yaitu:
a. Prinsip bermakna. Penerapan prinsip bermakna adalah mempunyai nilai
tercapainya tujuan penggunaan keterampilan membuka pelajaran. Artinya,
cara guru dalam memilih dan menerapkan komponen keterampilan
membuka pelajaran mempunyai nilai yang sangat tepat bagi siswa dalam
mengkondisikan kesiapan dan ketertarikan siswa untuk mengikuti pelajaran.
b. Kontinu (berkesinambungan). Antara gagasan pembukaan dengan pokok
bahasan tidak terjadi garis pemisah. Oleh karena itu, gagasan pembukaan
dengan pokok bahasan dari segi materi harus ada relevansinya. Pengurutan
materi pokok sangat membantu kesinambungan materi pembelajaran dan
terutama kesinambungan membuka pelajaran.
c. Fleksibel (penggunaan secara luwes). Berarti penggunaan yang tidak kaku,
tidak terputus-putus atau lancar. Fluency (kelancaran) dalam susunan
gagasan, ide, atau cerita dapat memudahkan peserta didik dalam
mengonsepsi keutuhan konsep pembuka dan dapat pula dengan mudah
mengantisipasi pokok bahasan yang akan dipelajari.
d. Antusiasme dan kehangatan dalam mengomunikasikan gagasan. Antusiasme
menandai kadar motivasi yang tinggi dan hasil ini akan berpengaruh pada
motivasi yang tinggi pula pada peserta didik. Dengan antusiasme guru
dalam mengomunikasikan gagasan pembuka, mendorong anak untuk

1
menilai bahwa pokok bahasan yang akan dipelajari mempunyai arti yang
sangat penting. Dengan demikian, peserta didik akan tinggi perhatian dan
minatnya, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingginya aktivitas
belajar.
Selain prinsip penerapan membuka dan menutup pelajaran, ada pula
prinsip-prinsip teknis dalam membuka dan menutup pelajaran sebagai berikut:
a. Singkat, padat, dan jelas.
b. Keterampilan tidak diulang-ulang atau berbelit-belit.
c. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak.
d. Disertai contoh atau ilustrasi seperlunya.
e. Mengikat perhatian anak (Marno dan Idris, 2008).
Mengikat perhatian anak harus sesuai dengan isi dan tujuan pembelajaran
atau bermakna serta diperlukan suatu susunan bahan pelajaran yang tepat dan ada
kaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya agar jelas dan tepat. Kegiatan
membuka pelajaran yang diterapkan hendaknya sesuai dengan tujuannya yaitu
melakukan kegiatan yang ada kaitannya dengan materi pelajaran
Gambar 2.1. Ilustrasi keterampilan guru dikelas

Sumber: kompasiana.com
2. Keterampilan Menjelaskan
Secara etimologis kata “menjelaskan” bermakna membuat sesuatu menjadi
jelas. Dalam kegiatan menjelaskan terkandung makna pengkajian informasi secara
sistematis sehingga yang menerima penjelasan mempunyai gambaran yang jelas
tentang hubungan informasi yang satu dengan yang lainnya (Winataputra 2004).
Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara
sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan (Hasibuan dan Moedjiono
2012).
Guru menggunakan istilah menjelaskan untuk penyajian lisan di dalam
interaksi edukatif. Proses interaksi edukatif menuntut keterlibatan kemampuan
kognitif anak didik untuk pemahaman. Karena itu tidak semua cerita dapat disebut
menjelaskan. Pengertian menjelaskan disini adalah pemberian informasi secara
lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan
sebab akibat, antara yang sudah dialami dan yang belum dialami, antara
generalisasi dengan konsep, antara konsep dengan data, atau sebaliknya.
Keberhasilan guru menjelaskan ditentukan oleh tingkat pemahaman yang
ditentukan anak didik (Bahri, 2000). Penyampaian informasi yang terencana
dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama
kegiatan menjelaskan
Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari

Gambar 2.2 Ilustrasi guru menjelaskan kegiatan guru dalam


interaksinya dengan siswa di
dalam kelas. Tujuan pemberian
penjelasan dalam pembelajaran
yang dilakukan oleh guru PPKn
adalah sebagai berikut:

Sumber: .blogpendidikan.net

a. Membimbing siswa untuk dapat memahami konsep dan prinsip secara


objektif dan bernalar
b. Melibatkan siswa untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah
atau pertanyaan.
c. Mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dengan
untuk mengatasi kesalahpahaman siswa.

1
d. Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan
menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan masalah.
Menurut (Rusman, 2010) keterampilan menjelaskan harus dikuasai oleh
seorang guru agar siswa memperoleh pemahaman yang utuh dan jelas tentang
materi yang disampaikan guru. Berkenaan dengan keterampilan menjelaskan ini,
ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru, yaitu:
a. Keterkaitan dengan tujuan. Apapun yang dilakukan guru dalam
menjelaskan materi pelajaran harus bermuara pada pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Relevan antara penjelasan dengan materi dan karakteristik siswa,
penjelasan guru harus sesuai dengan materi yang diajarkan, hindari
improvisasi yang berlebihan sehingga ke luar konteks materi yang
diajarkan. Materi yang dijelaskan oleh guru harus sesuai dengan
karakteristik peserta didik, baik itu usia, tugas perkembangan, tingkat
kesukaran dan sebagainya.
c. Kebermaknaan. Apapun yang dijelaskan guru harus bermakna bagi siswa
baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.
d. Dinamis. Guru dapat memadukannya dengan tanya jawab, atau
menggunakan media pembelajaran, agar penjelasan lebih menarik dan
sistematis, penjelasan harus mudah dipahami oleh siswa dan tidak
verbalisme.
e. Penjelasan dilakukan dalam kegiatan dalam kegiatan pendahuluan, inti,
dan kegiatan penutup.
Kegiatan menjelaskan mempunyai beberapa tujuan, seperti yang tertera
dalam (Winataputra, 2004) yaitu:
a. Membantu siswa memahami berbagai konsep hukum, dalil, dan
sebagainya secara objektif dan bernalar.
b. Membimbing siswa menjawab pertanyaan “mengapa” yang muncul dalam
proses pembelajaran.
c. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah
melalui cara berpikir yang lebih sistematis.
d. Mendapatkan balikan dari siswa tentang pemahamannya terhadap konsep
yang dijelaskan.
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penalaran
dalam penyelesaian ketidakpastian.
Penguasaan keterampilan menjelaskan akan memungkinkan guru untuk
mengelola kelas lebih baik. Menurut (Winataputra, 2004) ada beberapa
keuntungan yang diperoleh guru, antara lain:
a. Meningkatkan efektivitas pembicaraan di kelas sehingga benar-benar
merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa.
b. Memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasan yang
diberikan.
c. Membantu siswa menggali pengetahuan dari berbagai sumber.
d. Mengatasi kekurangan berbagai sumber belajar.
e. Menggunakan waktu kegiatan belajar mengajar secara efektif.
Keterampilan menjelaskan seorang guru dapat dikelompokkan menjadi
dua aspek utama, yaitu keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan
menyajikan penjelasan (Wardani, 2005). Tingkat penguasaan guru terhadap kedua
aspek keterampilan ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk dapat
menguasai keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan menyajikan
penjelasan agar pelajaran yang disajikan guru dapat memberikan pengaruh yang
baik terhadap pemahaman siswa.
Penjelasan yang diberikan guru PPKn perlu direncanakan dengan baik
terutama yang berkaitan dengan isi pesan dan yang menerima pesan, yang
berkenaan dengan isi pesan atau materi meliputi penganalisaan masalah secara
keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang
dikaitkan dan generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
Merencanakan isi pesan atau materi pembelajaran merupakan tahap awal dalam
proses menjelaskan. Menurut (Winataputra, 2004), perencanaan isi pesan
mencakup tiga hal penting:

1
a. Menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan termasuk
unsur-unsur yang terkait dalam masalah tersebut.
b. Menetapkan jenis hubungan antara unsur-unsur yang dapat berupa
perbedaan, pertentangan, saling menunjang, atau hubungan prasyarat.
c. Menelaah, rumus, prinsip, atau generalisasi yang mungkin dapat
digunakan dalam menjelaskan masalah yang ditentukan.
Sedangkan mengenai perencanaan penjelasan yang berhubungan dengan
yang menerima pesan (siswa) hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaan-
perbedaan pada setiap anak. Karakteristik siswa sebagai penerima pesan juga
dipertimbangkan dengan cermat. Karakteristik siswa yang perlu dianalisis antara
lain mencakup usia, jenis kelamin, jenjang kemampuan, latar belakang, dan
lingkungan belajar (Winataputra, 2004). Pemahaman guru terhadap karakteristik
siswanya sangat penting agar dalam memberikan penjelasan sesuai dengan
kondisi jasmani, kemampuan, maupun psikologi siswa.
Keterampilan menyajikan penjelasan memegang peran penting dalam
mengimplementasikan rencana penjelasan yang sudah dirancang sebelumnya.
Keterampilan menyajikan penjelasan terdiri dari beberapa komponen, yaitu
kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan balikan
(Winataputra, 2004).
a. Kejelasan. Kejelasan suatu kegiatan penjelasan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kelancaran berbicara, kejelasan dalam pengucapan kosakata,
kemampuan menyusun kalimat, penggunaan istilah yang sesuai dengan
kemampuan berpikir siswa, dan lain sebagainya. Kelancaran dan kejelasan
ucapan dalam berbicara sangat menentukan kualitas suatu penjelasan.
Apabila guru menggunakan istilah yang baru yang masih asing bagi siswa,
hendaknya diberikan definisi dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh siswa.
b. Penggunaan contoh dan ilustrasi. Suatu penjelasan akan lebih mudah
dipahami apabila disertai dengan contoh dan ilustrasi yang sesuai.
Penggunaan contoh akan membantu pemahaman siswa dalam konsep yang
abstrak dan kompleks. Pemberian ilustrasi akan lebih bermakna apabila
berkaitan dengan kehidupan nyata siswa.
c. Pemberian tekanan. Dalam memberikan penjelasan, sering kali guru
berbicara panjang lebar tentang hal yang sebenarnya tidak terlalu berkaitan
dengan pokok pembelajaran. Guru harus memusatkan perhatian siswa
kepada masalah-masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak
begitu penting.
d. Balikan. Tujuan dari diberikan penjelasan adalah agar siswa memperoleh
pemahaman. Tidak ada salahnya ketika di tengah penjelasan guru
meluangkan waktu untuk memeriksa tingkat pemahaman siswa dengan
cara mengajukan pertanyaan atau membaca ekspresi siswa ketika
menerima penjelasan guru.
Dalam memberikan penjelasan, guru sebaiknya memperhatikan prinsip-
prinsip penggunaan penjelasan. Menurut (Wardani, 2005) prinsip-prinsip dalam
memberikan penjelasan adalah sebagai berikut:
a. Memperhatikan kaitan antara yang menjelaskan (guru), yang
mendengarkan, dan bahan yang dijelaskan. Ketiga komponen ini harus
mempunyai kaitan yang jelas, sehingga bahan yang dijelaskan guru sesuai
dengan khasanah pengalaman dan latar belakang kehidupan siswa.
b. Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah dan akhir pelajaran,
tergantung dari munculnya kebutuhan akan penjelasan.
c. Penjelasan yang diberikan harus bermakna dan sesuai dengan tujuan
pelajaran.
d. Penjelasan dapat disajikan sesuai dengan rencana guru atau bila kebutuhan
akan suatu penjelasan muncul dari siswa, misalnya jika siswa mengajukan
suatu pertanyaan yang memerlukan penjelasan.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi


Belajar mengajar adalah keterampilan dasar mengajar yang termasuk di
dalamnya keterampilan mengadakan variasi yang berguna bagi siswa dan guru

1
untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan yang dialami siswa maupun guru
dalam proses pembelajaran dan untuk mengatasi kondisi ruangan yang tidak
nyaman serta proses pembelajaran yang sudah tidak efektif (Suwarna, 2005).
Dengan memperbaiki gaya mengajar saja belum dapat mengatasi persoalan yang
terjadi, namun dengan harapan bervariasinya proses pembelajaran yang diberikan
akan membuat siswa nyaman melaksanakan pembelajaran di kelas dan suasana
kelas menjadi lebih kondusif dan efisien.
Jika ingin mencapai tujuan pembelajaran tersebut, seorang guru PPKn
haruslah mampu siap dengan segala perubahan yang dialami oleh siswa misalnya,
siswa mulai mengantuk, mood siswa sudah mulai bosan saat jam pembelajaran,
rasa jenuh bahkan sudah tidak nyaman dalam proses pembelajaran, siswa ramai
sendiri atau tidak fokus saat guru menjelaskan di depan kelas. Oleh karena itu
guru harus mempunyai keterampilan memvariasi proses pembelajaran yang lebih
meningkatkan motivasi lebih terhadap semua siswa.
Gambar 2.3. Keterampilan guru mengadakan variasi

Sumber: pengetahuanku13.net
Kreativitas guru tersebut dapat dituangkan dalam keterampilan guru untuk
melakukan variasi dalam mengajar. Apa yang harus dilakukan oleh guru dalam
hal ini bersifat situasional yang berarti semua mengikuti irama siswa pada saat
kegiatan pembelajaran. Tindakan huruf dalam membuat variasi mengajar dapat
dilakukan secara terencana maupun mendadak sesuai dengan keadaan yang harus
dihadapi oleh guru dengan tepat.
Kreativitas guru PPKn tersebut dapat dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar untuk mendapatkan hasil yang efisien sehingga siswa mampu
memahami apa yang ingin dicapai dari proses belajar mengajar yang
dilaksanakan. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar tersebut berupa perubahan
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para siswa serta
mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Keterampilan mengadakan variasi ini
dapat juga dipakai untuk penggunaan keterampilan mengajar yang lain, seperti
dalam menggunakan keterampilan bertanya memberi penguatan, menjelaskan dan
sebagainya (Saud, 2009)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
mengadakan variasi yang dilakukan oleh guru PPKn merupakan suatu proses
perubahan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan
dan kebosanan serta berubahnya mood siswa dalam proses pembelajaran untuk
menerima bahan pengajaran yang diberikan guru dan memusatkan perhatian siswa
sehingga siswa dapat selalu aktif dan terfokus dalam proses pembelajaran.
Keterampilan mengadakan variasi ini juga dapat digunakan untuk penggunaan
keterampilan mengajar yang lain, seperti dalam menggunakan keterampilan
bertanya, memberi penguatan, menjelaskan dan sebagainya.
Dalam mengadakan variasi dalam sebuah pembelajaran seorang guru
PPKn perlu mengerti dan memahami terlebih dahulu apa sebenarnya tujuan dari
mengadakan variasi tersebut. Setelah guru mengetahui hal tersebut maka guru
akan lebih mudah menerapkan pembelajaran di dalam kelas. Menurut (Suwarna,
2005) adapun tujuan yang menjadi pokok dari pengadaan variasi dalam kelas
yaitu antara lain:
a. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek
pembelajaran
b. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih
baik.

2
c. Meningkatkan kadar CBSA dalam proses belajar mengajar dengan
melibatkan siswa dengan berbagai tingkat kognitif.
Sementara dalam proses mengadakan variasi pada proses belajar mengajar
seorang guru PPKn harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Keterampilan mengajar variasi serta hubungannya dengan keterampilan-
keterampilan guru profesional lainnya, seperti penguasaan berbagai
metode mengajar dan keterampilan mengajukan pertanyaan.
b. Penggunaan berbagai keterampilan mengajar dengan variasi perlu
direncanakan sebelumnya dan sebaliknya dicantumkan dalam satuan
pelajaran yang harus disusun sebagai persiapan mengajar.
c. Penggunaan variasi sangat dianjurkan, tetapi harus luwes dan wajar serta
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pemakaian variasi yang berlebihan
justru akan menimbulkan kebingungan dan mengganggu proses belajar
mengajar. oleh karena itu guru perlu memperhatikan reaksi siswa, baik
reaksi tingkah laku ataupun reaksi perhatian siswa.
Variasi dalam mengajar dapat dilakukan dengan penggunaan suara
maupun dengan isyarat-isyarat nonverbal, seperti pandangan mata, ekspresi roman
muka, gerak-gerik tangan atau kepala dan gerak badan. Selain itu masih ada
isyarat ekstra verbal yaitu intonasi dan warna serta bunyian. Oleh karena itu
menurut (Saud, 2009) adapun yang menjadi komponen utama dalam mengadakan
variasi adalah:
a. Penggunaan variasi suara. Variasi suara adalah perubahan suara dari keras
menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari
gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-
kata tertentu.
b. Pemusatan perhatian siswa. Guru dapat memusatkan perhatian siswa pada
hal-hal yang dianggap penting dapat dengan gaya bahasa menurut
kebutuhan anak.
c. Kesenyapan guru. Adanya kesenyapan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba
dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu, merupakan alat yang baik
untuk menarik perhatian siswa.
d. Mengadakan kontak pandang dan gerak. Apabila guru sedang berbicara atau
berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh
kelas dan melihat ke mata murid-murid untuk menunjukkan adanya
hubungan yang akrab dengan mereka.
e. Gerakan badan dan mimik. Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan
kepala, dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam
berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan
arti dari pesan lisan yang dimaksudkan.
f. Pergantian posisi guru di dalam kelas. Pergantian guru di dalam kelas dapat
digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Terutama sekali dalam
menyampaikan pelajaran di dalam kelas, gerakan hendaknya bebas, tidak
kikuk atau kaku, dan hindari tingkah laku negatif.
Sementara ada hal lain juga yang harus diperhatikan oleh seorang guru
PPKn dalam proses belajar mengajar yaitu media pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan oleh guru tersebut. Media pembelajaran
apabila ditinjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga
bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Pergantian penggunaan jenis
yang lain mengharuskan anak menyesuaikan inderanya, sehingga dapat
mempertinggi perhatiannya. Hal itu karena setiap anak mempunyai perbedaan
kemampuan dalam menggunakan alat inderanya, ada beberapa anak yang
termasuk tipe visual, auditif, atau motorik. Oleh karenanya (Saud, 2009)
mengelompokkan variasi pembelajaran kedalam beberapa bagian yaitu;
a. Variasi yang dapat dilihat. Media yang termasuk ke dalam jenis ini adalah:
grafik, bagan, poster, gambar, film, dan slide.
b. Variasi media yang dapat didengar. Suara guru termasuk di dalam media
komunikasi yang utama di dalam kelas. Rekaman suara, suara radio, musik,
deklamasi, puisi, sosiodrama, telepon, dapat dipakai sebagai penggunaan
indera dengan divariasikan dengan indera lainnya.
c. Variasi media yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakan, yang
termasuk di dalam hal ini, misalnya peragaan yang dilakukan oleh guru atau

2
siswa, model, patung, topeng, dan boneka yang dapat digunakan anak untuk
diraba, pergerakan dan dimanipulasi.
d. Variasi media yang dapat didengar. Media yang termasuk ini, misalnya film,
televisi, slide projector yang diiringi penjelasan guru. Tentu saja
penggunaanya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Ketika media yang akan digunakan telah ditetapkan maka seorang guru
PPKn haruslah mengetahui pola interaksi seperti apa yang akan digunakan oleh
guru tersebut dengan siswa. Karena pada dasarnya pola interaksi guru dan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar memiliki corak yang sangat beraneka ragam.
Mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang
dilakukan oleh siswa. Hal ini bergantung pada keterampilan guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi guru-
siswa dan siswa-siswa agar kegiatan pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan,
kejenuhan. Suasana kelas pun menjadi hidup. Oleh karena itu pada dasarnya
sebuah variasi pada proses pembelajaran memiliki sebuah prinsip yang dijadikan
acuan bagi guru PPKn dalam proses pembelajarannya, yaitu sebagai berikut:
a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Penggunaan variasi yang wajar dan
beragam dianjurkan dalam prinsip ini. Sedangkan pemakaian yang
berlebihan akan menimbulkan kebingungan dan dapat mengganggu proses
belajar mengajar.
b. Variasi harus digunakan dengan lancar dan berkesinambungan sehingga
tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu proses
pembelajaran.
c. Variasi harus direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan
dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
Oleh karena itu keterampilan mengadakan variasi adalah suatu proses
perubahan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan
dan kebosanan serta berubahnya mood siswa dalam proses pembelajaran untuk
menerima bahan pengajaran yang diberikan guru dan memusatkan perhatian siswa
sehingga siswa agar dapat selalu aktif dan terfokus dalam proses pembelajaran.
Keterampilan mengadakan variasi ini juga dapat digunakan untuk penggunaan
keterampilan mengajar yang lain, seperti dalam menggunakan keterampilan
bertanya, memberi penguatan, menjelaskan dan sebagainya.

4. Keterampilan Memberikan Penguatan


Dalam kegiatan belajar-mengajar, penghargaan mempunyai arti penting
bagi tingkah laku dan keterampilan siswa. Tingkah laku dan keterampilan siswa
yang baik bisa diberi penghargaan dalam bentuk senyuman maupun kata-kata
pujian yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan keterampilan siswa.
Penguatan atau reinforcement adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Dalam hal ini menurut (Barnawi dan Arifin, 2012), penguatan adalah respon
positif dalam pembelajaran yang diberikan guru terhadap perilaku peserta didik
dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut.
Keterampilan memberi penguatan mempunyai dua jenis penguatan yaitu
penguatan verbal dan non-verbal, penguatan verbal dinyatakan melalui kata-kata
dan melalui kalimat. Sedangkan penguatan non-verbal dapat diungkapkan dengan
berbagai cara seperti gerak isyarat, pendekatan, sentuhan, melalui kegiatan yang
menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda, serta penguatan tidak penuh
dan penuh.
Gambar 2.4. Guru memberikan penguatan pada proses belajar

Sumber: kajianpustaka.com
Sementara menurut pendapat (Hasibuan dan Sulthoni, 2000), penguatan
merupakan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku

2
tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut muncul kembali.
Penghargaan mempunyai pengaruh positif bagi peserta didik, yakni mendorong
peserta didik memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatannya atau
usahanya. Dan menurut pendapat (Widodo, 2007), keterampilan memberikan
penguatan baru akan nampak pada saat guru memberikan respon terhadap
munculnya tingkah laku siswa yang bernilai positif, sehingga dapat meningkatkan
perhatian dan motivasi belajar siswa ke arah yang lebih positif. Penguatan dapat
diberikan dalam bentuk verbal (kata-kata/pujian), dan nonverbal seperti: gerakan
mendekati, mimik, dan gerakan badan, sentuhan, dan kegiatan yang
menyenangkan siswa.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam proses
pembelajaran guru PPKn diharapkan mampu memberikan penguatan atau
reinforcement dikarenakan hal tersebut merupakan salah satu bentuk penciptaan
suasana belajar yang menyenangkan kepada siswa dengan tujuan agar frekuensi
tingkah laku positif siswa dapat meningkat. Karena pada dasarnya di dalam proses
belajar mengajar seorang guru dan peserta didik haruslah mampu saling
berinteraksi satu dengan yang lain agar tercipta suasana yang menyenangkan.
Proses belajar mengajar yang menyenangkan akan meningkatkan semangat
kepada siswa dalam mendengarkan guru didalam menerangkan bahan ajar yang
sudah dipersiapkan.
Dalam pemberian penguatan seorang guru PPKn harus memperhatikan
beberapa prinsip-prinsip dalam memberi penguatan terhadap materi ajar yang
sedang diajarkan kepada siswa agar mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh
karena itu menurut (Barnawi dan Arifin, 2012), adapun yang menjadi prinsip-
prinsip yang harus diperhatikan guru saat memberikan penguatan adalah sebagai
berikut:
a) Kehangatan; Penguatan yang diberikan oleh guru harus penuh dengan
kehangatan. Kehangatan dapat ditunjukkan melalui cara bersikap tersenyum,
melalui suara dan mimik. Kehangatan akan membuat hubungan baik dan saling
mempercayai antara guru dan peserta didik sehingga penguatan dari guru akan
diterima dengan positif oleh peserta didik.
b) Antusiasme; Antusiasme merupakan stimulus untuk meningkatkan perhatian
dan motivasi peserta didik. Penguatan yang antusias akan menimbulkan kesan
sungguh-sungguh dan mantap di hadapan peserta didik.
c) Kebermaknaan; Inti dari kebermaknaan adalah peserta didik tahu bahwa
dirinya memang layak mendapat penguatan karena tingkah laku dan
penampilannya sehingga penguatan tersebut dapat bermakna baginya. Jangan
sampai guru memberikan penguatan yang berlebihan dan tidak relevan dengan
konteksnya.
d) Menghindari penggunaan respons yang negatif; Teguran dan hukuman yang
berupa respons negatif harus dihindari oleh guru. Respons negatif yang
bernada hinaan, sindiran, dan ejekan harus dihindari karena dapat mematahkan
semangat peserta didik. Apabila peserta didik memberikan jawaban yang salah,
guru tidak boleh langsung menyalahkannya, misalnya dengan mengatakan,
“Jawaban kamu salah!” Namun, sebaliknya guru memberikan pertanyaan
tuntunan (prompting question), atau menggunakan sistem pindah gilir ke
peserta didik lain.
Dari uraian di atas, prinsip-prinsip yang harus diperhatikan guru dalam
memberi penguatan pada proses belajar mengajar meliputi, kehangatan,
antusiasme, kebermaknaan dan menghindari penggunaan respon yang negatif.
Pemberian penguatan harus sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh siswa.
Menurut pendapat (Barnawi dan Arifin, 2012), menyebutkan beberapa
cara yang dapat digunakan untuk memberi penguatan (reinforcement), yaitu:
a) Penguatan kepada pribadi tertentu; Penguatan kepada pribadi tertentu
merupakan penguatan yang jelas diberikan kepada salah satu peserta didik,
misalnya dengan menyebutkan namanya. Penguatan tidak akan efektif apabila
tidak jelas ditujukan kepada siapa.
b) Penguatan kepada kelompok peserta didik; Pemberian penguatan juga dapat
dilakukan kepada kelompok peserta didik. Kelompok peserta didik yang telah
menyelesaikan tugas dengan baik harus diberi penguatan agar kelompok
tersebut dapat termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya secara
berkelanjutan. Penguatan sebaiknya tidak hanya diberikan karena hasil

2
pembelajaran, tetapi diberikan pula pada hal-hal positif yang terjadi selama
pembelajaran. Hal-hal positif yang patut diberi apresiasi adalah semangat
belajar, berpikir nalar, kerjasama tim, prestasi, keakraban, kedekatan, dan lain
sebagainya.
c) Pemberian penguatan dengan cara segera; Penguatan dengan cara segera
adalah penguatan yang diberikan sesegera mungkin setelah muncul respons
peserta didik yang diharapkan. Penguatan yang sempat tertunda tidak akan
efektif. Bahkan, dapat menimbulkan kesan kepada peserta didik bahwa guru
kurang peduli terhadap mereka.
d) Variasi dalam penggunaannya; Guru hendaknya memberikan penguatan yang
bervariasi. Tidak terbatas pada satu jenis saja. Apabila penguatan yang
diberikan hanya sejenis saja, akan menimbulkan kebosanan dan lama kelamaan
penguatan tersebut tidak akan efektif. Di samping itu, apabila guru
menggunakan penguatan yang itu-itu saja, peserta didik akan menjadikannya
sebagai bahan tertawaan. Biasanya peserta didik akan ikut-ikutan
menggunakan penguatan.
Penggunaan komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif,
hati-hati disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar
belakang, tujuan dan sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakna bagi
siswa. Menurut (Barnawi dan Arifin, 2012), beberapa komponen keterampilan
memberi penguatan adalah sebagai berikut:
a. Penguatan verbal; Tanggapan guru yang berupa kata-kata pujian, dukungan,
dan pengakuan dapat digunakan untuk memberikan penguatan atas kinerja
peserta didik. Peserta didik yang telah mendapatkan penguatan akan merasa
bangga dan termotivasi untuk meningkatkan kembali prestasi belajarnya..
b. Penguatan Nonverbal; Penguatan non verbal dapat dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Penguatan berupa mimik dan gerakan badan.
2) Penguatan dengan cara mendekati.
3) Penguatan dengan sentuhan.
4) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. kegiatan yang
menyenangkan bisa dalam bentuk kegiatan bernyanyi bersama.
5) Penguatan berupa simbol atau benda.
Menurut pendapat (Ormrod, 2008), komponen penguatan tidak hanya
terdiri dari komponen penguatan verbal dan penguatan non-verbal, tetapi terdapat
penguatan positif dan penguatan negatif.
a. Penguatan Positif; Penguatan positif berupa pemberian ganjaran untuk
merespon perilaku peserta didik yang sesuai dengan harapan guru sehingga
siswa tetap merasa senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan positif
bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif.
Penguatan positif dapat berupa pujian, angka bintang, penambahan point,
dan lain sebagainya.
b. Penguatan Negatif; Penguatan negatif berupa penghentian keadaan yang
kurang menyenangkan sehingga peserta didik merasa terbebas dari keadaan
tersebut. Penguatan negatif menyebabkan peningkatan suatu perilaku
melalui penghilangan sebuah stimulus, alih-alih menambah suatu stimulus.
Penguatan negatif berbeda dengan hukuman. Menurut (Wilis dan Dahar,
2011), hukuman merupakan konsekuensi-konsekuensi yang tidak
memperkuat perilaku yang bertujuan untuk mengurangi perilaku dengan
menghadapkan konsekuensi konsekuensi yang tidak diinginkan. Sedangkan
penguatan negatif merupakan memperkuat perilaku yang diinginkan dengan
menghilangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan.

5. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab pada
umumnya guru dalam pengajarannya selalu melibatkan atau menggunakan tanya
jawab. Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban atau balasan dari orang lain. (Supriyadi, 2013).
Keterampilan bertanya adalah kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam
melakukan tanya jawab supaya berjalan lancar dan kondusif. Keterampilan
bertanya harus dilakukan dengan berbagai variasi supaya saat melakukan tanya

2
jawab siswa tidak merasa bosan.
Keterampilan bertanya dibedakan atas keterampilan dasar mengajar
tingkat dasar dan keterampilan dasar mengajar tingkat lanjut. Keterampilan dasar
mengajar tingkat dasar mempunyai komponen dasar yang diterapkan dalam
mengajukan pertanyaan. Sedangkan keterampilan dasar mengajar tingkat lanjut
merupakan lanjutan dari keterampilan dasar mengajar tingkat dasar dan berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, meningkatkan partisipasi
siswa, dan mendorong siswa agar mengambil inisiatif sendiri. (Saud, 2009).
Adapun yang menjadi tujuan keterampilan bertanya meliputi:
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok
bahasan.
2. Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
3. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
4. Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
6. Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
7. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
8. Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar
Menurut (Suwarna, 2005) dalam memberikan sebuah pertanyaan seorang
guru haruslah berpegang pada beberapa prinsip-prinsip, yaitu sebagai berikut:
1. Kehangatan dan antusias. Peningkatan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran, guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan
pertanyaan maupun ketika menerima jawaban dari siswa. Sikap dan gaya
guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan
menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.
2. Kebiasaan yang perlu dihindari, a) Jangan mengulang-ulang pertanyaan
apabila siswa tidak mampu menjawabnya. b) Jangan mengulang-ulang
jawaban siswa. c) Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan
sebelum siswa memperoleh kesempatan untuk menjawabnya. d) Usahakan
agar siswa tidak menjawab pertanyaan secara serempak, karena guru tidak
mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab dengan benar dan siapa yang
salah. e) Menentukan siswa yang harus menjawab sebelum mengajukan
pertanyaan, oleh karena itu pertanyaan hendaknya ditujukan lebih dulu
kepada seluruh siswa baru kemudian guru menunjuk salah seorang untuk
menjawab. f) Guru terkadang mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda,
menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa.
Ketika memberikan sebuah pertanyaan menurut (Suwarna, 2005) seorang
guru haruslah mengetahui atau mempunyai beberapa keterampilan dasar mengajar
berkaitan dengan bertanya kepada siswa, yaitu sebagai berikut:
a. Komponen keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat dasar
1) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat. Pertanyaan guru harus
diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang
mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
2) Pemberian acuan. Sebelum memberikan pertanyaan, terkadang guru perlu
memberikan acuan berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan
dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.
3) Pemindahan giliran. Ada saatnya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih
dari seorang siswa, karena jawaban belum benar atau belum memadai.
Untuk itu guru dapat menggunakan teknik pemindahan pemindahan giliran.
Mula-mula guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, kemudian
memilih salah seorang siswa untuk menjawab dengan cara menyebut
namanya atau dengan menunjuk siswa itu.
4) Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran, guru perlu
menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan acak. Guru hendaknya
berusaha agar siswa mendapat giliran secara merata.
5) Memberikan waktu berpikir. Setelah mengajukan pertanyaan kepada
seluruh siswa, guru perlu memberi waktu beberapa detik untuk berpikir
sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya.
6) Pemberian tuntunan. Bila seorang siswa memberikan jawaban salah atau
tidak dapat menjawab guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa
itu, agar siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.

3
b. Komponen keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat lanjut
1) Pengubahan tuntutan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan.
Pertanyaan yang dikemukakan oleh guru dapat mengandung proses mental
yang berbeda-beda dari proses mental yang rendah sampai proses mental
yang tinggi. Oleh karena itu, dalam mengajukan pertanyaan hendaknya guru
berusaha mengubah tuntunan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan
dari tingkat yang paling rendah, yaitu evaluasi ingatan, pemahaman,
penerapan, analisis, dan sintesis.
2) Pengaturan urutan pertanyaan. Untuk mengembangkan tingkat kognisi dari
yang lebih rendah ke lebih tinggi dan kompleks, hendaknya guru dapat
mengatur urutan pertanyaan yang diajukan siswa. Misalnya guru
mengajukan pertanyaan ingatan, setelah itu pertanyaan pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
3) Penggunaan pertanyaan pelacak. Jika jawaban yang diberikan oleh siswa
dinilai benar oleh guru tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi sempurna,
guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa
tersebut.
4) Peningkatan terjadinya interaksi. Agar siswa lebih terlihat secara pribadi
dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan dan hasil diskusi, hendaknya
guru mengurangi atau menghilangkan peranan sebagai penanya sentral
dengan cara mencegah pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Jika siswa
mengajukan pertanyaan guru tidak segera menjawab tetapi melontarkan
kembali kepada siswa lainnya.
Terdapat beberapa cara untuk penggolongan jenis-jenis pertanyaan,
dimana dalam hal ini penggolongan terdiri atas jenis-jenis pertanyaan menurut
maksudnya, jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, dan jenis-jenis
pertanyaan menurut luas sempitnya pertanyaan.

a. Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya


1) Pertanyaan permintaan (Compliance Question). Pertanyaan yang
mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk
pertanyaan. Contoh: Amir, maukah kamu menutupkan jendela yang di
sebelah sana?
2) Pertanyaan Retoris (Rhetorical Question). Pertanyaan yang tidak
menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru. Hal itu
diucapkan karena merupakan teknik penyampaian informasi kepada siswa.
Contoh: Mengapa beriman kepada malaikat akan berdampak positif bagi
kehidupan kita sehari-hari? Karena, dengan mengingat adanya malaikat kita
akan menyadari bahwa kehidupan di dunia ini ternyata ada yang mengawasi
setiap perbuatan kita.
3) Pertanyaan mengarahkan/menuntun (Prompting Question). Pertanyaan yang
diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya.
Apabila siswa tidak menjawab pertanyaan atau salah, hendaknya guru
mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan/menuntun proses
berpikir siswa dan akhirnya dapat menemukan jawaban dari pertanyaan
yang pertama diberikan.
4) Pertanyaan menggali (Probing Question). Pertanyaan yang akan mendorong
siswa untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan sebelumnya.
Dengan pertanyaan menggali, siswa didorong untuk meningkatkan kualitas
ataupun kuantitas jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan
sebelumnya.
b. Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi bloom
1) Pertanyaan pengetahuan (Precall Question atau Ledge Question).
Pertanyaan yang mengharapkan jawaban sifatnya hafalan atau ingatan
terhadap apa yang telah dipelajari siswa. Kata-kata yang sering digunakan
dalam menyusun pertanyaan pengetahuan adalah apa, dimana, kapan, siapa,
atau sebutkan.
2) Pertanyaan pemahaman (Comprehension Question). Pertanyaan ini
menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi
informasi-informasi yang pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri.
Kata-kata yang sering digunakan untuk menyusun pemahaman adalah
jelaskan/uraikan dengan kata-katamu sendiri, bandingkan.

3
3) Pertanyaan penerapan (Application Question). Pertanyaan yang menuntut
siswa untuk memberikan jawaban tunggal dengan cara menerapkan
pengetahuan, informasi, aturan-aturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah
diterimanya pada suatu kasus atau kejadian sesungguhnya.
4) Pertanyaan analisis (Analysis Question). Pertanyaan yang menuntut siswa
untuk menemukan jawaban dengan cara mengidentifikasikan motif masalah,
mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu
kesimpulan, dan menarik kesimpulan berdasarkan informasi-informasi yang
ada.
5) Pertanyaan sintesis (Synthesis Question). Ciri dari pertanyaan ini
jawabannya yang benar dan tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan
menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya.
Pertanyaan sintesis menuntut siswa untuk membuat ramalan/prediksi,
memecahkan masalah berdasarkan imajinasi, dan mencari komunikasi.
6) Pertanyaan evaluasi (Evaluation Question). Pertanyaan semacam ini
menghendaki siswa untuk menjawabnya dengan cara memberikan penilaian
atau pendapatnya terhadap suatu isu.
Keterampilan bertanya harus dilakukan bervariasi supaya siswa tidak
merasa bosan. Keterampilan bertanya memiliki tujuan yang sangat penting bagi
siswa. Selain memiliki tujuan, keterampilan bertanya juga memiliki prinsip-
prinsip yang harus diterapkan saat kegiatan tanya jawab. Keterampilan bertanya
juga memiliki komponen-komponen tersendiri serta jenis-jenis pertanyaan yang
bervariasi yang dapat diterapkan seorang guru kepada siswanya. Seorang guru
harus memiliki keterampilan bertanya karena bertanya merupakan kegiatan yang
efektif dalam pembelajaran untuk mendorong daya berpikir siswa. Saat
melakukan kegiatan bertanya seorang guru juga dapat memotivasi dan membuat
siswa menjadi lebih aktif saat pembelajaran. Bertanya juga merupakan salah satu
teknik untuk melatih daya ingat dan melatih fokus siswa. Selain itu, proses
evaluasi, penilaian, pengukuran dan pengujian bisa dilakukan melalui pertanyaan.
Gambar 2.5: Guru Memberikan Pertanyaan Kepada Siswa

Sumber: ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id
6. Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan dasar dalam mengajar siswa sangat diperlukan oleh guru
PPKn merupakan mengelola kelas dengan baik. Oleh karena itu mengelola kelas
merupakan keterampilan guru yang harus dipunya untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang optimal serta mampu mengendalikan kondisi pembelajaran
yang terganggu. Kondisi pembelajaran yang optimal dapat tercapai apabila guru
mampu mengarahkan siswa dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan
dan tidak membosankan. Oleh karena itu peran guru sebagai pengelola kelas
merupakan peran yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang
sangat kondusif bagi peserta didik dalam mencapai proses belajar mengajar yang
hendak dicapai.
Sementara menurut (Usman, 2013) pengelola kelas merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-
mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Termasuk kedalam hal ini misalnya penghentian tingkah laku siswa yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu
penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan normal kelompok yang produktif.

3
Sementara menurut (Mulyasa, 2013) pengelolaan kelas merupakan keterampilan
guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan
mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana
yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan
interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas secara umum
adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal. Sedangkan pengertian pengelolaan kelas (classroom
management) menurut Webber (Usman, 2013) mengatakan bahwa berdasarkan
pendekatannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1) Berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach), pengelolaan kelas
adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Guru berperan
menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara
ketat. Otoritas guru tidak sepenuhnya, guru memang mempunyai hak
kekuasaan, namun ada pemegang kekuasaan di atas guru misalnya kepala
sekolah, dan lain-lain.
2) Berdasarkan pendekatan permisif (permissive approach), pengelolaan kelas
adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada
siswa dalam melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan apa yang mereka
inginkan. Fungsi guru adalah menciptakan kondisi siswa agar merasa aman
untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
3) Berdasarkan pendekatan modifikasi tingkah laku, pengelolaan kelas adalah
upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang
bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah
munculnya atau memperbaiki perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa.
Oleh dari itu menurut (Usman, 2002) pengelolaan kelas mempunyai dua
tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1) Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar
mencapai hasil yang baik.
2) Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
Sementara menurut (Ahmad, 2005), tujuan pengelolaan kelas adalah
sebagai berikut:
1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi belajar mengajar.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung
dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional,
dan intelektual siswa dalam kelas.
Menurut (Usman, 2013) prinsip penggunaan pengelolaan kelas
diklasifikasikan menjadi tujuh, yaitu:
1) Kehangatan dan keantusiasan: kehangatan dan keantusiasan guru dapat
memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan
salah satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal.
2) Tantangan: penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3) Bervariasi: penggunaan alat atau media, gaya dan interaksi belajar-mengajar
yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif
dan menghindari kejenuhan.
4) Keluwesan: keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta
menciptakan iklim belajar-mengajar yang efektif.

3
5) Penekanan pada hal-hal yang positif: pada dasarnya, di dalam mengajar dan
mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif menghindari pemusatan
perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
6) Penanaman disiplin diri: pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa
merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu
mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri
hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab.
Adapun yang menjadi komponen-komponen pengelolaan kelas menurut
(Wardani, 2005), meliputi:
1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal.
a) Memperlihatkan sikap yang tanggap dengan melihat secara jeli dan
seksama, mendekatkan diri, memberikan sebuah pernyataan, atau memberi
reaksi terhadap gangguan kelas.
b) Membagi perhatian secara visual dan verbal.
c) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan
menuntut tanggung jawab siswa.
d) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
e) Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa
peringatan atau ocehan, serta membuat aturan.
f) Memberikan penguatan seperlunya.
2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang
optimal.
a) Modifikasi tingkah laku. Dalam strategi ini, hal pokok yang harus dikuasai
seorang guru adalah mengajarkan tingkah laku baru yang diinginkan dengan
cara memberikan contoh, bimbingan dan meningkatkan munculnya tingkah
laku siswa yang baik dengan memberikan penguatan.
b) Pengelolaan/proses kelompok. Dalam strategi ini kelompok dimanfaatkan
dalam memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang muncul,
terutama melalui diskusi.
c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Dalam strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tingkah laku yang keliru
merupakan gejala dari suatu permasalahan.
Sementara menurut (Sartika, 2014) kemampuan dan keterampilan
mengelola kelas dalam proses belajar mengajar yang baik sebagai berikut:
1. Menciptakan situasi yang memungkinkan anak untuk belajar, sehingga
merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.
2. Siswa belajar dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi
yang merangsang untuk belajar.
Gambar 2.6. guru mengelola kelas

Sumber: detik.com
Jadi dalam proses pembelajaran, seorang guru PPKn haruslah mampu
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat melakukan pembelajaran,
menumbuhkan sikap yang ramah, mempersiapkan siswa untuk belajar dan siswa
dapat merasakan kenyamanan dalam keadaan ataupun suasana yang sewajarnya.
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin, menghilangkan berbagai hambatan yang dapat
menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar, menyediakan dan mengatur

3
fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar
sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
7. Keterampilan Membimbing Diskusi
Diskusi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang berbentuk kelompok untuk bertukar pikiran, gagasan, dan informasi
secara lisan dan bertatap muka untuk mencari kesepakatan dalam menyelesaikan
suatu masalah. Berdiskusi dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman.
Diskusi yang melibatkan beberapa orang disebut diskusi kelompok. Menurut
Sanjaya, Sumantri dan Permana (Abimanyu, 2008) menyatakan bahwa metode
diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan bersama dan
pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dalam diskusi ini guru
berperan sebagai pemimpin diskusi, atau guru dapat mendelegasikan tugas
sebagai pemimpin itu kepada siswa, walaupun demikian guru masih harus
mengawasi pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh siswa itu. Pendelegasian itu
terjadi setelah siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi.
Pemimpin diskusi harus mengorganisir kelompok yang dipimpinnya agar setiap
anggota diskusi dapat berpartisipasi secara aktif.
Menurut (Usman, 2013) diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur
yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal
dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau
pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada
dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi, tidak semua guru dan calon guru
mampu membimbing para siswanya untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan.
Oleh karena itu, keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru dan calon guru
mampu melaksanakan tugas ini dengan baik. Menurut (Mulyasa, 2013) melalui
diskusi kelompok dalam pembelajaran memungkinkan siswa:
1) Berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah.
2) Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam
pembelajaran.
3) Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
4) Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi.
5) Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan
bertanggungjawab
Keterampilan membimbing diskusi merupakan keterampilan dasar
mengajar yang diperlukan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Mengingat keterlibatan siswa dalam pembelajaran merupakan hal
yang sangat dituntut dalam setiap pembelajaran, guru dituntut untuk menguasai
keterampilan membimbing diskusi. Alasan pentingnya diskusi adalah agar
dominasi guru di dalam kelas dapat dikurangi sehingga tersedia kesempatan bagi
siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru
dalam kaitan ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi
kelompok. Melalui diskusi kelompok diharapkan siswa dapat berpikir secara lebih
kritis serta mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan baik. Alasan
lain sehingga beberapa tujuan bersama akan yang jauh lebih efektif dapat tercapai
jika dilakukan melalui diskusi kelompok. Tujuan-tujuan tersebut adalah tujuan-
tujuan dalam ranah keterampilan serta nilai dan sikap. Misalnya, keterampilan
berbicara, mengungkapkan pendapat, keterampilan berbahasa, sopan santun dalam
mengajukan perbedaan pendapat, serta keterampilan berinteraksi bersama, akan
jauh lebih efektif pencapaiannya jika dilakukan melalui diskusi kelompok. Dalam
hal ini, guru berkewajiban untuk membimbing kegiatan diskusi kelompok
tersebut. Melalui bimbingan guru, pimpinan diskusi kelompok ada pada siswa.
Oleh karena itu, para guru perlu memahami hakikat, prinsip serta komponen-
komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok, kemudian berlatih
secara sistematis untuk menguasainya (Anitah, 2007).
Sementara menurut (Mulyasa, 2013) hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam membimbing diskusi yaitu;
a. Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, kegiatannya
antara lain, merumuskan tujuan dan topik yang akan didiskusikan,
mengembangkan masalah, catat kesalahan yang menyimpang, memperluas
masalah, intinya merangkum kembali permasalahan supaya jelas, menjelaskan
gagasan peserta didik dengan memberikan informasi yang jelas.

4
b. Menganalisis pendapat peserta didik, yaitu dengan menganalisis bersama yang
dikemukakan memiliki dasar yang kuat, menjelaskan hal-hal yang telah
disepakati. Setelah diperoleh informasi alasan-alasan dari masing-masing
pendapat yang berbeda-beda tersebut, maka pemimpin diskusi menindaklanjuti
dengan kesepakatan terhadap hal-hal mana saja yang disepakati bersama dan
yang tidak disepakati sehingga diskusi tersebut membuahkan kesimpulan
bersama.
c. Meluruskan alur berpikir peserta didik, yaitu dengan mencakup mengajukan
beberapa pertanyaan menantang siswa untuk berpikir, member dukungan
terhadap pendapat peserta didik yang penuh perhatian, memberikan waktu
berpikir, dan meningkatkan partisipasi siswa.
d. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, yaitu melalui memancing pendapat
peserta didik yang kurang berpartisipasi, mendorong peserta didik untuk
mengomentari pendapat temannya, meminta pendapat peserta didik ketika
terjadi kebuntuan.
e. Menutup kegiatan diskusi, yaitu dengan cara merangkum hasil diskusi, tindak
lanjut, menilai proses diskusi yang telah dilakukan.
Agar dapat menerapkan keterampilan membimbing diskusi secara efektif,
seorang guru PPKn harus memperhatikan beberapa prinsip antara lain:
a. Diskusi hendaknya berlangsung dalam diskusi terbuka antar murid, dalam hal
ini ditandai dengan keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar
pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan
kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian, semua anggota
kelompok mempunyai keinginan untuk dikenal dan dihargai, dapat merasa
aman dan bebas untuk mengemukakan pendapat.
b. Perlu perencanaan dan persiapan yang matang berupa topik yang dipilih,
masalah yang bisa menjadi perdebatan antar siswa sehingga menyebabkan
adanya rasa ingin mengetahui dari siswa, serta memiliki informasi pendahuluan
yang berhubungan dengan topik yang diberikan oleh guru kepada siswa.
Oleh karena itu menurut (Usman, 2013) komponen-komponen
keterampilan dalam membimbing diskusi bagi seorang guru khususnya guru
PPKn adalah, sebagai berikut:
a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
b. Memperluas masalah atau urunan pendapat
c. Menganalisis pandangan siswa
d. Meningkatkan usulan siswa
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
f. Menutup diskusi
Gambar 2.7: Guru Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Sumber: ainamulyana.blogspot.com
Oleh karena itu mengajar dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan
oleh guru khususnya guru PPKn dengan memberikan materi, metode, serta media
pembelajaran yang bertujuan untuk mengubah perilaku siswa. Dalam kegiatan
mengajar seorang guru perlu dan harus memiliki beberapa keterampilan dasar
mengajar, salah satunya keterampilan membimbing diskusi. Diskusi kelompok
adalah proses yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah bersama. Alasan mengapa
pentingnya diskusi adalah agar guru tidak terlalu mendominasi di dalam kelas dan
siswa berkesempatan untuk berpartisipasi secara aktif. Agar dalam membimbing
diskusi dapat berjalan secara efektif ada 6 komponen yang perlu dikuasai oleh

4
guru antara lain memusatkan perhatian, memperjelas masalah atau uraian
pendapat, menganalisis pandangan, meningkatkan urunan, menyebarkan
kesempatan berpartisipasi, dan menutup diskusi. Agar dapat menerapkan
keterampilan membimbing diskusi secara efektif, guru harus memperhatikan
beberapa prinsip antara lain diusahakan diskusi berlangsung secara terbuka, perlu
perencanaan dan persiapan yang matang serta pemilihan topik diskusi yang
relevan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen¸ bahwa guru Indonesia haruslah professional, karena pekerjaan
guru sudah diakui sebagai profesi. Kemudian telah dilakukan pemerintah upaya
untuk mensertifikasi guru-guru melalui Penilaian portofolio, PLPG dan saat ini
dengan cara PPG (Pendidikan Profesi Guru). Sudah banyak guru yang telah
dinyatakan professional yang ditandai dengan telah memiliki sertifikat pendidik
dan melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggungjawab.
Namun banyak juga guru yang masih tetap kurang berkualitas dalam tugasnya,
walaupun telah memiliki sertifikat mendidik, masih sulit berubah, walaupun
selama proses sertifikasi melalui PPG, telah dimuati dengan dengan kompetensi-
kompetensi bagi seorang guru profesional.
4. Forum Diskusi
Bahan Tugas
CPMK Sub-CPMK
Kajian Terstruktur
Mampu Mampu membentuk sikap 1.Sikap 1. Jelaskanlah
mengevaluasi profesional sebagai calon guru Profesional bagaimana
masukan, proses serta mampu berlatih, menguasai, calon guru sikap
dan hasil dan melaksanakan delapan PPKn profesional
pembelajaran keterampilan dasar mengajar 2 Keterampilan seorang
PPKn yang sesuai situasi pengajaran yang guru dalam guru PPKn
dilaksanakan dalam waktu dan pembelajaran
mencakup sikap, 2. Bagaimana
jumlah siswa yang terbatas. PPKn
pengetahuan, pendapat
Delapan keterampilan dasar
dan mengajar meliputi: anda tentang
keterampilan 1. Keterampilan dasar membuka keterampila
peserta didik dan menutup pelajaran n dasar guru
dengan 2. Keterampilan dasar menjelaskan dalam
menerapkan 3. Keterampilan dasar mengadakan penerapan
asesmen otentik, variasi pembelajara
serta 4. Keterampilan dasar memberikan n di kelas
memanfaatkan penguatan
hasil evaluasi 5. Keterampilan dasar bertanya
untuk perbaikan 6. Keterampilan dasar mengelola
kualitas kelas
pembelajaran 7. Keterampilan dasar mengajar
perorangan/kelompok kecil
8. Keterampilan dasar
membimbing diskusi kelompok
kecil

C. PENUTUP

1. Rangkuman
Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, guru juga
sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses
dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan
hasil yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.
Keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang guru adalah:
1. Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran
2. Keterampilan dasar menjelaskan
3. Keterampilan dasar mengadakan variasi
4. Keterampilan dasar memberikan penguatan
5. Keterampilan dasar bertanya
6. Keterampilan dasar mengelola kelas
7. Keterampilan dasar mengajar perorangan/kelompok kecil
8. Keterampilan dasar membimbing diskusi kelompok kecil

4
2. Test formatif
1. Guru tidak hanya melakukan pengajaran atau mentransfer ilmu pengetahuan
saja, adalah juga dituntut untuk mampu memberi bimbingan, keteladanan,
pelatihan pada peserta didik. Dengan demikian tugas guru adalah:
a. Motivator, inisiator dan fasilitator
b. Mendidik, mengajar dan melatih
c. Membentuk, mengasah dan memoles
d. Menerima, memproses dan menghasilkan
e. Mengasah, membentuk dan menyempurnakan.
2. Sebagai guru profesional, harus menguasai berbagai kompetensi yang
dipersyaratkan untuk seorang guru. Setidaknya seorang guru memiliki
kompetensi…
a. Kompetensi mengajar, mendidik, menilai dan merefleksi
b. Kompetensi mengelola kelas, menilai, memanfaatkan hasil penilaian
c. Kompetensi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
d. Kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional
e. Kompetensi pedagogik, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
3. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru harus memilihkan pendekatan
pembelajaran yang tepat. Dalam pengembangan kurikulum 2013, pendekatan
yang tepat tersebut adalah…
a. student active learning
b. teacher active learning
c. problem based learning
d. project based learning
e. scientific approach
4. Seorang guru PPKn merumuskan indikator pencapaian kompetensi
menyimpulkan pentingnya kerjasama dalam masyarakat di bidang ketertiban
dan keamanan. Untuk itu, guru menentukan materi ajar yang tepat yaitu ....
a. pelanggaran hukum di kalangan remaja
b. bentuk-bentuk keragaman sosial budaya
c. keragaman sosial budaya Indonesia
d. kemerdekaan mengemukakan pendapat
e. peran pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja
5. Apabila guru menentukan tujuan pembelajaran: siswa dapat menyimpulkan
pentingnya pengembangan wisata daerah tempat tinggalnya, maka pendekatan
yang cocok diadopsi adalah pendekatan ....
a. deduktif
b. individual
c. kelompok
d. induktif
e. personal
6. Seorang guru PPKn SMP ingin menerapkan pendekatan pembelajaran
kontekstual model konstruktivisme. Untuk itu, guru menentukan indikator
yang sesuai yaitu ...
a. menentukan berbagai dampak jika nilai-nilai Pancasila tidak diamalkan
b. mengidentifikasi adat-istiadat dan budaya masyarakat Indonesia
c. menjelaskan perilaku yang sesuai dengan sila-sila Pancasila
d. menyebut berbagai contoh pengamalan nilai-nilai Pancasila
e. mendiskusikan kelebihan nilai-nilai demokrasi Pancasila
7. Seorang guru melihat yang pertama kalinya ada siswa tidak berdoa ketika
teman-temannya berdoa bersama, maka reinforcement yang tepat diberikan
oleh guru kepada anak tersebut adalah ....
a. memintanya keluar kelas supaya jera
b. memberikan teguran tegas
c. memberikan tugas tambahan
d. memberikan peringatan langsung
e. memberikan peringatan tidak langsung
8. Pelaksanaan penilaian hasil belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran PPKn. Untuk menuntun siswa berpikir lebih kreatif
dalam menyelesaikan soal-soal, maka guru harus menyusun instrumen soal
pada kategori...
a. low order thinking skill

4
b. medium order thinking skill
c. higher order thinking skill
d. cognitive category
e. psychomotor skill
9. Metode pembelajaran yang sesuai untuk indikator pencapaian kompetensi:
“mendeskripsikan perkembangan penerapan Pancasila sebagai dasar Negara
dari masa ke masa” adalah model pembelajaran ....
a. cooperative learning
b. inquiry learning
c. problem based learning
d. problem solving
e. discovery learning
10. Salah satu permasalahan dalam pembelajaran PPKn yang sering ditemukan
adalah materinya bersifat abstrak karena berupa nilai dan norma. Solusi yang
bisa dipergunakan guru terhadap masalah belajar tersebut adalah ....
a. pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
b. pembelajaran menggunakan model problem based learning
c. pembelajaran menggunakan model project based learning
d. pembelajaran menggunakan model discovery learning
e. pembelajaran menggunakan model vct

3. Daftar Pustaka
Abimanyu, S. 2008. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional.
Ahmad S. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Padang:
Quantum Teaching.
Anitah, S. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Barnawi., dan Mohammad, Arifin. 2012. Etika dan Profesi Kependidikan.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Dahar dan Ratna Wiliah. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung :
Erlangga.
Djmarah. 1994. Pengertian Kompetensi dan Profesi Keguruan. Gorontalo: Ideal
Publishing
Hasibuan, J.J., dan Sulthoni. 2000. Kemampuan Dasar Mengajar. Yogyakarta :
UNY Press.
Hasibuan dan Moedjiono. 2012. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Husdarta & Yudha M. Saputra. 2013. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan
Jasmani dan Rohani. Bandung: Alfabeta.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.Marno & Idris. 2008. Strategi & Metode
Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyasa, E. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nurdin, Syafruddin dan Andriantoni. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Ormrod, JE 2008. Psikologi Pendidikan (Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang) Penerjemah : Amitya Kumara. Jakarta: Erlangga
Rusman. 2010. Model – Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Saiful, Bahri D. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
PT. Rineka Cipta,
Sartika, Dewi. 2014. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas. Jambi: Universitas
Jambi.
Saud, Udin. 2009. Pengembangan profesi guru. Bandung: cv. Alfabeta
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat.
Supriyadi. 2013. Strategi Belajar & Mengajar. Yogyakarta: Jaya Ilmu.
Suwarna. 2005. Pengajaran Mikro. Jogjakarta: Tiara Wacana.
Usman, M. U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
----------------. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Wardani, I. G. 2005. Pemantapan Kemampuan Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Winataputra, U. S. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Widodo, H. 2007. Menjadi Guru yang Baik. Semarang: Aneka Ilmu.
Zainal, A. 2010. Micro Teaching. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
https://www.kompasiana.com/feditatacistamaya/5aaa72fbdd0fa8291d2c7952/sebe
rapa-pentingkah-guru-mempunyai-keterampilan-membuka-dan-menutup-

4
pelajaran
https://www.blogpendidikan.net/2021/07/15-kiat-menguasai-teknik-
dan.html?m=0
https://www.pengetahuanku13.net/2021/09/keterampilan-mengadakan-
variasi.html
https://www.kajianpustaka.com/2021/04/penguatan-reinforcement-
pengertian.html
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/aksi-nyata-penerapan-pemikiran-
khd-di-kelas-dan-sekolah-2/
https://www.detik.com/edu/edutainment/d-5480620/ini-tiga-tahapan-program-
guru-belajar-dan-berbagi-dari-kemendikbud
https://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/metode-diskusi.html

Kunci Jawaban
No Jawaban No Jawaban
1 B 6 C
2 D 7 B
3 E 8 C
4 A 9 E
5 D 10 A
KEGIATAN BELAJAR 3:
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
PPKn YANG INOVATIF DAN
KREATIF SESUAI MATERI
PEMBELAJARAN PPKn
BERBASIS ICT

5
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN................................................................................................1
1. Deskripsi Singkat............................................................................................1
2. Relevansi..........................................................................................................3
3. Petunjuk Belajar.............................................................................................3
B. KEGIATAN INTI................................................................................................4
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan........................................................4
2. Uraian Materi..................................................................................................5
a. Model-Model Pembelajaran PPKn Yang Inovatif Dan Kreatif Sesuai
Materi Pembelajaran PPKn Berbasis ICT....................................................5
b. Model Pembelajaran Peer Teaching dan Penilaian Peer Teaching dalam
Pembelajaran PPKn......................................................................................28
c. Media Pembelajaran PPKn dalam Proses Pembelajaran PPKn...................32
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi.................................................................43
4. Forum Diskusi.................................................................................................45
C. PENUTUP............................................................................................................46
1. Rangkuman.....................................................................................................46
2. Tes Formatif....................................................................................................48
3. Daftar Pustaka................................................................................................50
A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat.
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn, modul 6 ini akan
melanjutkan dengan kegiatan belajar tiga (KB 3) dengan sajian mengenai
pentingnya pemahaman tentang model-model pembelajaran PPKn yang inovatif
dan kreatif sesuai materi pembelajaran PPKn berbasis ICT. Dalam sajian ini juga
dikemukakan tentang beberapa landasan yang menjadi amanat seorang guru harus
memiliki kompetensi pedagogik dalam pelaksanaan proses pembelajaran dalam
memilih dan memilah model pembelajaran yang tepat dan relevan terhadap materi
ajar PPKn berbasis ICT dengan mengukur substansi capaian pembelajaran sesuai
dengan pedoman Sistem Pendidikan Nasional dengan melihat aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan
Jika menilik perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) maka ada perubahan yang signifikan
terhadap tradisi dan budaya baru dalam aktivitas kebutuhan manusia. TIK yang
ditunjang teknologi elektronika mempunyai pengaruh yang sangat luas ke
berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sistem pendidikan di
Indonesia selalu mengalami perubahan dengan tujuan mewujudkan mutu
pendidikan menjadi lebih berkualitas. Berdasarkan tujuan tersebut, perlu
dirancang dan dikembangkan suatu sistem kurikulum yang tepat. Kurikulum yang
tepat itu antara lain disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, terutama dewasa ini sedang berkembang teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Penerapan TIK/ICT memiliki keunggulan tersedianya
informasi secara luas, cepat, dan tepat, adanya kemudahan dalam proses
pembelajaran dan dukungan teknologi untuk memudahkan proses belajar
mengajar. Penerapan TIK/ICT juga memiliki keunggulan khas yaitu tidak
terbatasi oleh tempat dan waktu.
Pada saat ini, pembelajaran ICT di lingkungan sekolah/universitas
merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya
kebutuhan informasi dan komunikasi dalam berbagai keperluan seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). ICT yang secara
sederhana disimbolkan dengan perangkat komputer dan jaringan internet serta
perangkat komunikasi telah banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan
produktivitas kerja para pelajar mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Satu bentuk produk TIK yang sedang menjadi “trend” adalah internet yang
berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadiran
internet telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat
manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu
instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi
transparan dan terhubung dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-
batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat
berkomunikasi. Bahkan, dunia pendidikan pun tidak luput untuk
memanfaatkannya sehingga kelas maya dapat tercipta
Pembelajaran di kelas merupakan proses belajar-belajar. Dimana seorang
guru menjadikan pengalaman belajar sebagai bahan introspeksi agar pembelajaran
semakin baik dan kondusif, disisi lain, peserta didik yang menjadi subjek belajar
harus betul-betul menggunakan momentum pembelajaran sebagai ajang
mengumpulkan dan menyempurnakan pengetahuan.
Dalam pembelajaran, berbagai strategi dilakukan oleh guru agar
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kesiapan dalam
pembelajaran, ketepatan dalam pemilihan model pembelajaran dan penguasaan
materi menjadi kunci efektifnya pembelajaran.
E-learning (electronic learning) merupakan satu model pembelajaran
dengan menggunakan media TIK khususnya internet. Dengan e-learning
memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh. E-learning
merupakan dasar dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan e-learning, peserta didik tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas
untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning
juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran dan tentu saja

2
menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program pembelajaran.
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi,
peserta didik dengan pengajar maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat
saling tukar informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan
berulang-ulang. Dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih
memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran
Teknologi informasi dan teknologi menjadikan kecakapan baru bagi dunia
pendidikan khususnya guru dituntut untuk mampu merespon perubahan yang ada,
kecakapan tersebut adalah mental daya hasil, daya guna dan daya saing seorang
guru sebagai user kreatif dan inovatif pada pembelajaran PPKn, dalam hal
pelaksanaan belajar mengajar bagaimana guru mampu mengemas dan menyajikan
model-model pembelajaran yang tepat guna dan tepat sasaran berbasis ICT
terhadap capaian pembelajaran pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
peserta didik

2. Relevansi
Kegiatan belajar tiga (KB 3) pada modul 6 membahas tentang model-
model pembelajaran PPKn yang inovatif dan kreatif sesuai materi pembelajaran
PPKn berbasis ICT. Pada diklat PPG dalam jabatan ini sangat relevan menjadi
mata latih peserta didik. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi yang
mutlak harus dimiliki oleh seorang guru PPKn agar mampu melaksanakan tugas
keprofesian pendidik dalam bidang PPKn yang meneladani dengan landasan guru
harus mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan mengajarkan
dengan kemampuan utama yaitu pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional
Kecakapan guru sebagai user ICT menjadi salah satu kompetensi yang
mutlak dimiliki oleh seorang guru PPKn dalam mengemas dan menyajikan
aktivitas pelaksanaan belajar mengajar. Dengan memahami ICT dalam
pembelajaran akan berkontribusi pada sarana dan prasarana yang mempermudah
guru dalam perencanaan tata belajar (silabus dan RPP), pelaksanaan pembelajaran
dikelas (materi/konten, model, media dan metode), dan evaluasi (asesmen dan
penilaian). Sehingga penyelenggaraan pada tiap tahapan dapat memberikan

3
dampak positif pada aspek peningkatan kualitas pembelajaran dan mutu
pendidikan secara kreatif dan inovatif berbasis ICT

3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari kegiatan belajar 3 pada modul 6 ini, ada
beberapa hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda
tentang isi modul ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut;
1) Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian permulaan terhadap tema model-model
pembelajaran PPKn yang inovatif dan kreatif sesuai materi
pembelajaran PPKn berbasis ICT dengan mencari beberapa referensi
yang relevan.
3) Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan kegiatan belajar 3 pada
modul 6 untuk memudahkan dalam memahami isi modul ini.
4) Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan latihan.
Untuk itu, berlatih lah secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat, berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan
pada modul 6 ini.
5) Bila anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat,
atau bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata
diklat ini.
6) Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.

4
B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn melalui kegiatan belajar
tiga (KB 3) pada modul 6 ini, guru diharapkan mampu melaksanakan proses
pembelajaran berbasis ICT yang memesona dan meneladani pada mata pelajaran
PPKn agar dapat membangun sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik
dalam memecahkan masalah secara kritis, humanis, inovatif, kreatif, kolaboratif,
dan komunikatif. Oleh karenanya guru harus menguasai dan memahami peserta
didik SMP/SMA sederajat melalui keterampilan guru dalam penggunaan model-
model pembelajaran PPKn yang inovatif dan kreatif sesuai materi pembelajaran
PPKn berbasis ICT.
Diharapkan ICT dapat mempermudah guru dalam merencanakan,
mengelola dan mendesain kegiatan belajar mengajar untuk perbaikan kualitas
pembelajaran dan mutu pendidikan pada aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran berbasis ICT,
kemahiran guru dalam merancang, melaksanakan, dan menerapkan model-model
pembelajaran PPKn yang inovatif dan kreatif sesuai materi pembelajaran PPKn
berbasis ICT; guru mampu menjadi observer dan penilai dalam proses
pembelajaran PPKn serta memberikan masukan tentang kekurangan dan
kelebihan penampilan teman sejawat dalam menyelenggarakan pembelajaran;
guru mampu menggunakan model dan media pembelajaran berbasis ICT dalam
proses pembelajaran PPKn di kelas;

2. Uraian Materi
a. Model-Model Pembelajaran PPKn Yang Kreatif dan Inovatif Sesuai
Materi Pembelajaran PPKn
Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk mengembangkan

5
aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan berbagai
pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanaannya seringkali kita sebagai
seorang guru tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang kita
laksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Dipandang dari sudut manapun, kebutuhan akan kreativitas sangat penting.
Berkembangnya teknologi serta dampak yang ditimbulkannya sangat menuntut
kemampuan untuk beradaptasi secara kreatif dan kepiawaian mencari pemecahan
yang imajinatif. Demikian pula dari sudut pendidikan. Sudah saatnya penekanan
dalam proses belajar mengajar yang hanya menekankan pada pemikiran
reinovatif, hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang
diberikan untuk ditinggalkan, kini beralih ke proses-proses pemikiran yang tinggi
termasuk berpikir kreatif dan inovatif. Dengan kata lain saat ini kreativitas dan
berpikir inovatif benar- benar dibutuhkan agar kompetensi yang diharapkan dari
pembelajaran PPKn dapat tercapai.
Model Pembelajaran kreatif dan inovatif dalam bidang studi PPKn lebih
memungkinkan untuk diterapkan. Model pembelajaran kreatif dan inovatif
memberi kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan imajinasi dan daya
kreatifitasnya, sehingga dalam model ini yang lebih dominan berperan adalah
siswa sedangkan guru hanya bertindak sebagai organisator, fasilitator dan
evaluator.
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran ini maka harus
didukung dengan kondisi lingkungan yang kondusif. Karena masih ada
lingkungan yang kurang kondusif yang kurang menghargai imajinasi atau fantasi,
yang sebenarnya hal ini dapat mendorong kreativitas dan inovasi. Kreativitas juga
tidak berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan konformitas dan
tradisi, dan kurang terbuka terhadap perubahan atau perkembangan baru. Agar
model pembelajaran ini dapat efektif, maka terlebih dahulu guru harus memahami
bahwa seseorang akan menjadi lebih kreatif dalam mengatasi setiap masalah
(misalnya dalam pemenuhan kebutuhan hidup) apabila dihadapkan pada kondisi
dan suasana lingkungan yang menantang. Oleh sebab itu jangan sampai muncul
hambatan dalam kreativitas seseorang yang salah satunya karena kurang adanya

6
dukungan dan respon terhadap gagasan-gagasan baru.
Gambar 3.1 Penerapan model project citizen pada mata pelajaran PPKn

Sumber; aitinsumartini.gurusiana.id
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student
centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada peserta
didik untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan
dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif
mendasarkan diri pada paradigma konstruktivistik.
Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan paradigma konstruktivistik
membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau
mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi melalui kreasi pemahaman
baru (Gardner, 1991) yang merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru.
Pemahaman yang mendalam terjadi ketika hadirnya informasi baru yang
mendorong munculnya atau menaikkan struktur kognitif yang memungkinkan
para siswa memikirkan kembali ide-ide mereka sebelumnya. Dalam setting kelas

7
konstruktivistik, para siswa bertanggung jawab terhadap pelajarannya, menjadi
pemikir yang otonom, mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan
pertanyaan yang menantang, dan menemukan jawabannya secara mandiri (Brook
& Brook, 1993).

1) Kemampuan Yang Harus Dimiliki Guru PPKn Dalam Penerapan


Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
Sebagaimana yang dijabarkan pada pembahasan pengembangan model-
model pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik maka salah satu
syarat untuk terlaksananya model pembelajaran tersebut adalah peserta didik
harus diberi kebebasan. Kebebasan dalam hal ini adalah kebebasan belajar dan
menemukan sesuatu dari pengalaman belajarnya dan mencoba
mengaplikasikannya dalam kehidupan. Salah satu pendekatan dalam konsep
kreativitas adalah pendekatan sosial psikologis yang berasumsi bahwa
kreativitas individu merupakan hasil dari proses interaksi sosial yang
berkesinambungan, dimana antara potensi dan kepribadian, keduanya
mempengaruhi serta dipengaruhi oleh lingkungan.
Mengacu pada pendekatan sosial psikologis tersebut, untuk dapat
menerapkan model pembelajaran kreatif dan inovatif dalam bidang studi
PPKn, guru PPKn harus memiliki kemampuan tertentu. Kemampuan tersebut
yang utama adalah kemampuan memahami konsep kreatif dan inovatif
sehingga dapat menerapkannya pada bidang studi PPKn, dengan terlebih
dahulu mengkaji pokok-pokok bahasan bidang studi PPKn yang dapat
menggunakan model tersebut. Guru harus dapat menciptakan kreativitas siswa
dengan cara memberi dukungan dan respon terhadap gagasan-gagasan baru.
Agar guru dapat melaksanakan hal tersebut maka guru PPKn harus
memahami pula mengapa kreativitas begitu bermakna dalam hidup,
sebagaimana dikatakan (Utami Munandar, 2002) bahwa:
1) Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi
sepenuhnya. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya yang
merupakan kebutuhan tertinggi dalam hidup manusia.

8
2) Sampai saat ini kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan
untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap
suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang masih kurang
mendapatkan perhatian dalam dunia pendidikan.
3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi
dan lingkungan, tetapi terlebih-lebih memberikan kepuasan kepada
individu.
4) Kreativitas memungkinkan manusia dapat meningkatkan kualitas
hidupnya.

Selain itu guru PPKn harus pula memahami proses kreatif, yang
diungkapkan oleh (Graham Wallas, 1926) dalam bukunya “The Art of
Thought” yang mengatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu

1) Persiapan; Tahap persiapan/orientasi (preparasi), seseorang


mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar
berfikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang lain. Pada tahap
persiapan ide datang dan timbul dari berbagai kemungkinan, dan ini
dapat berasal dari guru melalui penjelasan atau penyampaian
informasi topik materi pelajaran atau dapat pula dari siswa yang
sebelumnya telah ditugaskan oleh guru untuk mencari ide atau
gagasan yang terkait dengan materi pembelajaran.

2) Inkubasi; Pada tahap inkubasi, kegiatan mencari dan menghimpun


data atau informasi tidak dilanjutkan. Inkubasi adalah tahap dimana
individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah
tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara
sadar, tapi “ mengeramnya “ dalam alam prasadar, yaitu dimaksudkan
diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan terhadap ide
yang tadi timbul (setelah dierami). Contoh bentuk tahap ini adalah
meditasi dan latihan meningkatkan kreativitas

3) Iluminasi; Tahap iluminasi adalah tahap timbulnya „insight’, yaitu


saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses

9
psikologi yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau
gagasan baru. Suatu tingkat penemuan saat inspirasi yang tadi
diperoleh, dikelola, digarap, kemudian menuju kepada pengembangan
suatu hasil (product development). Pada masa ini terjadi komunikasi
terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan (dalam hal ini adalah
guru atau orang lain yang berkompeten) bagi penentu, sehingga hasil
yang telah dicapai dapat lebih disempurnakan lagi.

4) Verifikasi; Tahap verifikasi (verification) atau tahap evaluasi adalah


tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap
realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen (pemikiran
kreatif) dan diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis). Tahap
ini dapat dilakukan misalnya dalam bentuk simulasi dan diskusi hasil
penemuan tersebut.

Selain itu, karena dalam model pembelajaran kreatif dan inovatif


diperlukan keterlibatan peserta didik secara aktif, maka guru PPKn harus
memiliki keterampilan memotivasi peserta didik untuk dapat memunculkan
minat dan meningkatkan retensi belajar. Hal ini dapat dilakukan guru PPKn
dengan cara selalu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki siswa, serta harus memperhatikan perbedaan individual yang ada
pada diri peserta didik. Menurut Teori Belajar Kognitif, maka pola pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke
kompleks.

Dari paparan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan


bahwa untuk dapat mengaplikasi model pembelajaran kreatif dan inovatif
dalam bidang studi PPKn, maka guru PPKn harus memiliki kemampuan,
antara lain:
1) Kemampuan memahami konsep kreatif dan produktf, antara lain:
a. Makna kreativitas dalam pembelajaran
b. Tahap-tahap proses kreatif.

2) Kemampuan akademik dan teknis dalam proses belajar mengajar, antara

1
lain:
a. Analisis materi ajar
b. Konsep motivasi belajar
c. Pemahaman perbedaan individual siswa.

Pembelajaran model kreatif dan inovatif ini mendasarkan pada Teori


Belajar Kognitif, salah satunya Teori Belajar menurut Piaget. Guru PPKn
dapat mengaplikasikan kemampuannya tersebut kedalam tahap-tahap proses
kreatif dari Graham Wallas dalam bentuk dalam langkah-langkah
pembelajaran menurut Piaget sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Memilih materi pelajaran
3) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif
4) Menentukan kegiatan belajar sesuai dengan topik-topik
tersebut(misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi).
5) Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas
dan cara berfikir siswa.
6) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik

2) Pengelolaan Kelas (Classroom Management) dalam Pembelajaran


Kreatif dan Inovatif Dalam Bidang Studi PPKn.
Tahap-tahap proses kreatif di atas menjadi inspirasi bagi guru PPKn
dalam menciptakan Classroom Management dalam pembelajaran PPKn. Untuk
ini maka dua hal utama yang harus diperhatikan untuk berhasilnya penerapan
model kreatif dan produktif adalah:
1) Peserta didik harus berperan secara aktif dalam pembelajaran
2) Perbedaan individual siswa harus diakomodasi.
Untuk dapat memenuhi dua hal tersebut, maka langkah yang dapat
dilakukan oleh guru adalah:
1) Mengidentifikasi peserta didik antara yang aktif, biasa dan kurang aktif
2) Mengidentifikasi peserta didik dari kemampuan akademik: pintar, biasa dan
kurang pintar

1
Memperhatikan dua hal tersebut, maka pembelajaran model ini tidak dapat
dilakukan hanya dengan model belajar klasikal yang menggunakan metoda
ceramah (mono metoda), karena dengan model seperti itu peserta didik lebih
banyak pasif yang sangat bertolak belakang dengan ciri dari model pembelajaran
kreatif dan inovatif. Walaupun model pembelajaran di Indonesia belum dapat
meninggalkan model klasikal, kelemahan dari model klasikal dapat dieliminir
dengan memadukannya dengan model individual. Misalnya dengan cara membuat
kelompok belajar siswa, sehingga perbedaan individual peserta didik dapat
terakomodir.
Agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan, maka kegiatan
pembelajaran dapat di skenario secara bervariasi, artinya kegiatan pembelajaran
tidak monoton dengan hanya menggunakan satu metode saja atau hanya dengan
menciptakan suatu kelompok belajar yang menetap. Metoda pembelajaran dapat
digunakan secara bervariasi, antara lain metode diskusi, metoda role playing,
metoda pemberian tugas, metoda kerja kelompok, metoda karyawisata, metode
demonstrasi dan metode eksperimen. Sedangkan pada prakteknya, agar daya
kreatif dan inovatif dimiliki oleh seluruh peserta didik, maka peserta didik dapat
dibentuk kelompok belajar dengan alternatif berikut:
1) Kelompok belajar atau kelompok tugas peserta didik, yang terdiri dari satu
kelompok beranggotakan peserta didik yang aktif, satu kelompok yang
beranggotakan peserta didik yang biasa-biasa saja dan satu kelompok yang
beranggotakan peserta didik yang kurang/tidak aktif atau dilihat dari
kemampuan akademiknya yaitu antara peserta didik yang pintar, sedang
dan kurang pintar.
Pembentukan kelompok model ini, adalah dimaksudkan untuk melihat
perbedaan hasil model pembelajaran kreatif dan inovatif antara ketiga
karakteristik tersebut. Tentu saja pengelompokkan model pertama ini tidak
dapat dipertahankan selamanya, karena hal ini bisa menimbulkan rasa
kurang percaya diri atau percaya diri yang berlebihan (overconfidence)
dari kelompok tertentu. Oleh karena itu guru harus dapat memvariasikan
kegiatan belajar dengan kelompok model kedua.

1
2) Kelompok belajar atau kelompok tugas peserta didik, yang terdiri dari
beberapa kelompok yang didalamnya beranggotakan percampuran dari
ketiga karakteristik peserta didik di atas. Model pengelompokkan ini dapat
menghilangkan perasaan negatif seperti halnya pada pengelompokkan
model pertama, namun dengan syarat peserta didik yang memiliki
kemampuan akademik lebih baik dari peserta didik lainnya tidak boleh
terlalu dominan atau menganggap remeh peserta didik lainnya. Disini
peserta didik tersebut harus dapat menjadi pembimbing bagi peserta didik
yang kurang. Untuk efektifnya model pengelompokkan ini, maka guru
harus berperan aktif dengan cara melakukan monitoring terhadap kerja
kelompok.

3) Jenis-jenis dan Langkah-langkah Model Pembelajaran PPKn Yang


Inovatif Dan Kreatif Sesuai Materi Pembelajaran PPKn
Untuk membelajarkan peserta didik sesuai dengan cara-gaya belajar
mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada
berbagai model pembelajaran. Dalam praktiknya, kita (guru) harus ingat
bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi
dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat
haruslah memperhatikan kondisi peserta didik, sifat materi bahan ajar,
fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Menurut Joice dan
Weil (2000), model mengajar memiliki beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut
adalah sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak
instruksional, dan pengiring. Sintaks merupakan tahapan-tahapan atau urutan
kegiatan dari model itu, sedangkan sistem sosial merupakan situasi, norma,
suasana yang berlaku dalam model tersebut. Berikut ini beberapa model
pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk
situasi dan kondisi yang dihadapi.

1. Kooperatif (CL, Cooperative Learning); Model pembelajaran kooperatif


adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama

1
saling membantu mengkonstruksikan konsep, menyelesaikan persoalan, atau
inquiry. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-
partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen
(kemampuan, gender, karakter), ada control dan fasilitas, dan meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks
pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan
pelaporan.
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning); Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab
lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang
akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret,
dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip
pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan
mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan
kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual
sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan
perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk,
rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun,
mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning
community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau
individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-
aturan, análisis-síntesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut),
authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran,
penilaian terhadap setiap aktivitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian
objektif dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education); Realistic Mathematics
Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided

1
reinvention dalam mengkonstruksi konsep-aturan melalui process of
mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip,
algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses
dunia empiris) dan vertikal (reorganisasi matematika melalui proses dalam
dunia rasio, pengembangan matematika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksi vis, realitas (kebermaknaan
proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal dalam konteks melalui
refleksi, informal ke formal), intertwinement (keterkaitan-interkoneksi antar
konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan
bimbingan (dari guru dalam penemuan).
4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning); Pengetahuan yang bersifat
informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih
efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaksnya
adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing,
refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode
ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning);
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran
ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk
merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus
dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana
nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator
model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,
induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi,
dan inkuiri.
6. Problem Solving; Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu
persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru
problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian
(menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaksnya adalah: sajikan
permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau

1
individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa
mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi.
7. Problem Posing; Problem Posing yaitu pemecahan masalah dengan melalui
elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih mudah sehingga dipahami. Sintaksnya adalah: pemahaman, jalan
keluar, identifikasi kekeliruan, minimalisasi tulisan-hitungan, cari alternatif,
menyusun soal-pertanyaan.
8. Problem Terbuka (OE, Open Ended); Pembelajaran dengan problem
(masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan
dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam
(multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan
orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi,
sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi
mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam
memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga
diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan
demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada
produk yang akan membentuk pola pikir, keterpaduan, keterbukaan, dan
ragam berpikir. Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara
matematika (gunakan gambar, diagram, tabel), kembangkan permasalahan
sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya,
siapkan rencana bimbingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaksnya
adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan
catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
9. Probing-prompting; Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan
cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan
menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan
setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang
dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksikan konsep-prinsip-aturan
menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak

1
diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan
dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau
harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses
pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan.
Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan
disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda,
senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan
ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena
salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
10. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning); (Ramsey, 1993) mengemukakan
bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi
(deskripsi), kemudian eksplanasi (empiris), dan diakhiri dengan aplikasi
(aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi
berarti mengenalkan konsep baru dan alternatif pemecahan, dan aplikasi
berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11. Reciprocal Learning; Reciprocal teaching merupakan salah satu model
pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan
cepat melalui proses belajar mandiri dan peserta didik mampu menyajikannya
di depan kelas yang diharapkan, tujuan pembelajaran tersebut tercapai dan
kemampuan peserta didik dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan
(Hutauruk et al. 2021).
12. SAVI ( Somatic, Auditory, Visualization, and Intellectually); Pembelajaran
SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri
adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (gerakan
tangan, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan;
Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna
belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar,

1
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan
Intellectually yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan
kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran
dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,
mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan
masalah, dan menerapkan.
13. TGT (Teams Games Tournament); Penerapan model ini dengan cara
mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bias
berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam
bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif
dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi
nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu
dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian
bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga
terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan
dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS
menjelang pembagian rapor. Sintaksnya adalah sebagai berikut:
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan
informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk
tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang level
nya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada
meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa
mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja
dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3
menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan
hasilnya diperiksa\sa dan dinilai, sehingga diperoleh skor
turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok

1
asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang
diperolehnya diberikan sebutan (gelar) paling baik, sangan
baik, baik, sedang.
d. Bumping, pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen
ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada
meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu
pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa
dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan
skor individual, berikan penghargaan kelompok dan
individual.
14. VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic); Model pembelajaran ini
menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan
ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkan lah potensi
siswa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah
tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen
dengan kinesthetic.
15. AIR (Auditory, Intellectually, Repetition); Model pembelajaran ini mirip
dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu
pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan
cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quiz.
16. TAI (Team Assisted Individually); Terjemahan bebas dari istilah di atas
adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karakteristik
tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus
membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola
komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.
Sintaks BidaK (Slavin, 2010) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan
berikan bahan ajar berupa modul, (2) siswa belajar kelompok dengan
dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling
tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan

1
kelompok dan refleksi serta tes formatif.
17. STAD (Student Teams Achievement Division); STAD adalah salah satu
model pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat
kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul
secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi
kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau
kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.
18. NHT (Numbered Head Together); NHT adalah salah satu tipe dari
pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok
heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan
materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak
sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama
mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi
kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing
sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan
tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
19. Jigsaw; Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran kooperatif
dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat
kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa
bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota
kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan
belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama
sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal,
pelaksana tutorial pada kelompok asal oleh anggotanya kelompok ahli,
penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
20. TPS (Think Pairs Share); Model pembelajaran ini tergolong tipe
kooperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan
persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara
berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok
(share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan
hasil kuis dan berikan reward.

2
21. GI (Group Investigation); Model kooperatif tipe GI dengan sintaks:
Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan
pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu
(bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan
jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di
kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data penyajian
data hasil investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan
siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
22. MEA (Means-Ends Analysis); Model pembelajaran ini adalah variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi
dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi
menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan,
susun sub-sub masalah sehingga terjadi konektivitas, pilih strategi solusi
23. CPS (Creative Problem Solving); Ini juga merupakan variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam
mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan
materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan
fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinal untuk
menentukan solusi, presentasi dan diskusi.
24. TTW (Think Talk Write); Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir
melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil
bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian
buat laporan hasil presentasi. Sintaksnya adalah: informasi, kelompok
(membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
25. TS-TS (Two Stay – Two Stray); Pembelajaran model ini adalah dengan
cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain.
Sintaksnya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain
dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang
dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja
kelompok, laporan kelompok.

2
26. CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending); Sintaksnya
adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi
ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan
menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan
menemukan.
27. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review); Pembelajaran ini adalah
strategi membaca yang dapat mengembangkan metakognitif siswa, yaitu
dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-
cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan
mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan
(mengapa-bagaimana, dari mana) tentang bahan bacaan (materi bahan
ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabannya, Recite dengan
pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan Review
dengan cara meninjau ulang menyeluruh
28. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review); SQ4R adalah
pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu
aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan
konteks aktual yang relevan.
29. MID (Meaningful Instructional Design); Model ini adalah pembelajaran
yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektivitas dengan cara
membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-
konstruktivis. Sintaksnya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan
yang terkait dengan pengalaman, analisis pengalaman, dan konsep-ide; (2)
reconstruction melakukan fasilitasi pengalaman belajar; (3) production
melalui ekspresi-apresiasi konsep
30. KUASAI; Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap
berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya
belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-
memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koreksinya,
Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri
tentang gaya belajar.

2
31. CRI (Certainly of Response Index); CRI digunakan untuk mengobservasi
proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa
tentang kemampuan yang dimilikinya untuk memilih dan menggunakan
pengetahuan yang telah dimilikinya. CRI menggunakan rubrik dengan
penskoran 0 untuk jawaban yang ditebak , 1 untuk hampir tertembak, 2
untuk tidak yakin, 3 untuk yakin, 4 untuk hampir tepat, dan 5 untuk tepat
sekali.
32. DLPS (Double Loop Problem Solving); DPLS adalah variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada
pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi
berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya
menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap yang
menyebabkan munculnya masalah tersebut. Sintaksnya adalah:
identifikasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis
kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah
penyelesaian masalah sebagai berikut: menuliskan pernyataan masalah
awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah
direvisi, mengidentifikasi kausal, implementasi solusi, identifikasi kausal
utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.
33. DMR (Diskursus Multi Representasi); DMR adalah pembelajaran yang
berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai
representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah:
persiapan, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.
34. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition); Terjemahan
bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara
kooperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok
heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan
materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan
kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian
menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.
35. IOC (Inside Outside Circle); IOC adalah model pembelajaran dengan

2
sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1992) di mana
siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sintaksnya adalah:
Separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,
separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa
yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada
di lingkaran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman
(baru) di depannya, dan seterusnya
36. Tari Bambu; Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan
yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang
memerlukan pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar siswa.
Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depan kelas atau di
sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan
kelompok siswa pertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalaman dan
pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke
ujung lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.
37. Artikulasi; Artikulasi adalah model pembelajaran dengan sintaks:
penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan se
bangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada
pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya,
guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.
38. Debate; Debat adalah model pembelajaran dengan sintaks: siswa menjadi
2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan
ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil
bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh
kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing
membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.
39. Role Playing; Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru
menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk
mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok siswa,

2
penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakukan scenario
yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan
oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan
refleksi.
40. Talking Stick; Sintak pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat,
sajian materi pokok, siswa membaca materi lengkap pada wacana, guru
mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang
kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan
kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya,
guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.
41. Snowball Throwing; Sintaksnya adalah: Informasi materi secara umum,
membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas
materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan
pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab
secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi
42. Student Facilitator and Explaining; Langkah-langkahnya adalah:
informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan
menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.
43. Course Review Horay; Langkah-langkahnya: informasi kompetensi,
sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok
menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru
membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor
sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika
jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau
yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
44. Demonstration; Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan
peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi
kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas
pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok
untuk mendemonstrasikan bagiannya, diskusi kelas, penyimpulan dan
evaluasi, refleksi.

2
45. Explicit Instruction; Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi
yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap.
Sintaksnya adalah: sajian informasi kompetensi, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan secara prosedurnya, membimbing
pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan
evaluasi, refleksi.
46. Scramble; Sintaksnya adalah: buatlah kartu soal sesuai materi bahan ajar,
buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan
kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok
mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
47. Pair Checks; Siswa berkelompok berpasangan se bangku, salah seorang
menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran
jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
48. Make-A Match; Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-
permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan
mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa
mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar
mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk badak
berikutnya pembelaan seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi,
refleksi.
49. Mind Mapping; Pembelajaran ini sangat cocok untuk me review
pengetahuan awal siswa. Sintaksnya adalah: informasi kompetensi, sajian
permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan
membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok,
siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan
refleksi.
50. Examples Non Examples; Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai
materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai
OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok
tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan
penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

2
51. Picture and Picture; Sajian informasi kompetensi, sajian materi,
perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil)
mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan
gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar,
penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
52. Cooperative Script; Buat kelompok berpasangan se bangku, bagikan
wacana materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat
rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain
menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
53. LAPS-Heuristics; Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat
tuntunan dalam rangka solusi masalah. LAPS (Logan Avenue Problem
Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah
bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya.
Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.
54. Improve; Improve singkatan dari Introducing new concept, Metacognitive
questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining
mastery, Verification, Enrichment. Sintaksnya adalah sajian pertanyaan
untuk mengantarkan konsep, siswa latihan dan bertanya, balikan-
perbaikan-pengayaan-interaksi.
55. Generatif; Basi generatif adalah konstruksi isme dengan sintaks orientasi-
motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restrukturisasi
sajian konsep, aplikasi, rangkuman, evaluasi, dan refleksi
56. Circuit Learning; Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan
pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan
mengulang. Sintaksnya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan
fokus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta
konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi
57. Complete Sentence; Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat
adalah dengan sintaks: siapkan blangko isian berupa paragraf yang
kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan
membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa

2
paragraf yang kalimatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi,
presentasi.
58. Concept Sentence; Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian
materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci
sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membuat kalimat berdasarkan
kata kunci, presentasi.
59. Time Token; Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan
mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi
pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas
untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan
(1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada
kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.
60. Take and Give; Model pembelajaran menerima dan memberi adalah
dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa – bahan
belajar – dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi,
pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan
saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada
siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa
lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi
61. Super item; Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa
secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan
masalah. Sintaknya adalah di ilustrasikan konsep konkret dan gunakan
analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan soal tes bentuk super item,
yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan
hipotesis.
62. Hibrid; Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang
berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaksnya adalah
pembelajaran expository, kooperatif-inquiry-solusi-workshop, virtual
workshop menggunakan computer-internet.
63. Tre finger; Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan
pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan

2
ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam
pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositas-
tanya, kelompok-kerja sama, kebebasan-terbuka, reward.
64. Kumon; Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, keterampilan,
kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya
adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-
dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa
lagi, lima kali salah guru membimbing.
65. Quantum; Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan
musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif,
kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip
quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan,
konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum
adalah tumbuhkan minat, alami-dengan dunia realitas siswa, nama-buat
generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-
komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan
dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

4) Model Pembelajaran PPKn Berbasis ICT


Pada saat ini, pembelajaran ICT di lingkungan sekolah/universitas
merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan semakin
meningkatnya kebutuhan informasi dan komunikasi dalam berbagai keperluan
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). ICT
yang secara sederhana disimbolkan oleh perangkat komputer dan jaringan
internet serta perangkat komunikasi telah banyak dimanfaatkan untuk
meningkatkan produktivitas kerja para pelajar mulai dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi.
Satu bentuk produk TIK yang sedang menjadi “trend” adalah internet
yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21.
Kehadiran internet telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap
kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet

2
merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan
dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan
cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan.Melalui
internet setiap orang dapat berkomunikasi. Bahkan, dunia pendidikan pun tidak
luput untuk memanfaatkannya sehingga kelas maya dapat tercipta.
Gambar 3.2. Pelatihan guru dalam pengembangan ICT di era abad 21

Sumber: merdeka.com
Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut
“cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang
dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin populer saat
ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan
media TIK khususnya internet. Dengan e-learning memungkinkan terjadinya
proses belajar mengajar jarak jauh. E-learning merupakan dasar dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning,
peserta didik tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak
setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat
mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran dan tentu saja menghemat
biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program pembelajaran.
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi,
peserta didik dengan pengajar maupun sesame peserta didik. Peserta didik
dapat saling tukar informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap
saat dan berulang-ulang. Dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat

3
lebih memantapkan penguasaan terhadap materi pembelajaran.
Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dapat
juga memanfaatkan e-laboratory dan e-library. Adanya laboratorium virtual
(virtual lab) memungkinkan guru dan siswa dapat belajar menggunakan alat-
alat laboratorium atau praktikum tidak di laboratorium secara fisik, tetapi
dengan menggunakan media computer. Perpustakaan elektronik (e-
library)sekarang ini sudah menjangkau berbagai sumber buku yang tak
terbatas untuk bisa diakses tanpa harus membeli buku/sumber belajar tersebut.
Beberapa aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam
pengembangan pembelajaran yang dapat dikembangkan antara lain :
a. Pembelajaran Berbasis Komputer; Pembelajaran berbasis komputer
yaitu penggunaan komputer sebagai alat bantu dalam dunia pendidikan
dan pengajaran. Penggunaan komputer secara langsung dengan peserta
didik untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan
mengevaluasi kemajuan belajar peserta didik. Materi pembelajaran
dibuat dalam bentuk powerpoint atau CD pembelajaran interaktif.
Pembelajaran berbasis komputer merupakan program pembelajaran
yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
software komputer (CD pembelajaran) berupa program komputer yang
berisi tentang judul, tujuan, materi pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran.
b. Blended E – Learning; Blended E-Learning adalah pembelajaran
terintegrasi/terpadu dengan menggunakan jaringan internet (network),
intranet (Local Area Network), atau ekstranet (Wide Area Network)
sebagai pengantar materi, interaksi atau fasilitas. Blended E-Learning
disebut juga online learning. Pada pembelajaran model ini
pembelajaran dapat disajikan dalam format;
1) E-mail (pengajar dan peserta didik berinteraksi dalam
pembelajaran dengan menggunakan fasilitas e-mail),
2) Mailing List/grup diskusi, bisa menggunakan fasilitas e-
mail atau fasilitas jejaring sosial seperti facebook atau

3
twitter
3) Mengunggah bahan ajar dari internet, peserta didik
dapat mencari bahan ajar melalui internet untuk
menambah pengetahuan tentang pokok bahasan yang
sedang dipelajari,
4) Pembelajaran interaktif melalui web/blog,
5) Interactive Conferencing, berupa pembelajaran langsung
jarak jauh.
c. Pembelajaran berbasis web; Sekolah harus menyediakan/membuat
website sekolah yang diantaranya berisi materi-materi pelajaran. Setiap
pengajar harus memiliki blog sendiri yang berisi mata pelajaran yang
diajarkan, bisa berkomunikasi tentang materi pelajaran dengan peserta
didik di dunia maya, dengan demikian akan tercipta virtual class room
(kelas dunia maya) yang dapat memotivasi dan menambah wawasan
pengetahuan peserta didik.
d. Penilaian berbasis TIK; Penilaian hasil belajar peserta didik
memerlukan pengolahan dan analisis yang akurat, obyektif, transparan
dan integral agar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu
dikembangkan penilaian berbasis komputer yang bisa diakses oleh
peserta didik, pengajar dan orang tua.
e. Perpustakaan online; Sumber belajar pokok bagi peserta didik adalah
buku-buku pelajaran dan buku-buku referensi yang lengkap. Buku-
buku tersebut biasanya ada di perpustakaan sekolah. Semakin
banyaknya buku dan banyaknya peserta didik yang memanfaatkan
perpustakaan, membutuhkan manajemen perpustakaan yang baik. Salah
satu strategi pelayanan perpustakaan berbasis komputer adalah
perpustakaan online. Perpustakaan online adalah fasilitas perpustakaan
dalam dunia digital yang ada di internet yang memungkinkan seorang
pencari informasi dapat mengakses ke segala sumber ilmu pengetahuan
dengan cara yang mudah tanpa adanya batasan waktu dan jarak.

3
b. Model Pembelajaran Peer Teaching dan Penilaian Peer Teaching dalam
Pembelajaran PPKn
Model pembelajaran peer teaching dikenal juga dengan istilah tutor
sebaya. Peer teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang berbasis
active learning. Sejumlah ahli percaya bahwa satu pelajaran benar-benar dikuasai
hanya apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya.
Pembelajaran peer teaching merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan
kemampuan mengajar teman sebaya. “Mengajar teman sebaya memberikan
kesempatan dan mendorong pada peserta didik mempelajari sesuatu dengan baik,
dan pada waktu yang sama ia menjadi narasumber bagi yang lain” (Sibermen,
2001). Selanjutnya menurut (Harsanto, 2007) apabila “dipandang dari tingkat
partisipasi aktif siswa, keuntungan belajar secara berkelompok dengan tutor
sebaya mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa lebih tinggi”.
Hidayati, (2004) menyatakan bahwa “pengajaran oleh rekan sebaya (peer
teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru”. Hal ini
disebabkan latar belakang, pengalaman para siswa mirip satu dengan lainnya
dibanding dengan skemata guru. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran tersebut memegang peran penting sebagai media untuk siswa belajar
berani menjelaskan kepada teman satu kelasnya serta mengenalkan budaya
diskusi. Model ini dianggap berhasil apabila setidaknya ada satu siswa yang
menjelaskan dengan dibantu guru yang bertugas menyimpulkan. Selain itu dilihat
dari peserta atau siswa lain dimana lebih memahami isi materi yang dijelaskan
oleh temannya.
Semiawan, (2000) mengemukakan dua macam bentuk peer teaching,
yakni untuk aktivitas di sekolah dan di luar sekolah. Jika bantuan diberikan
kepada teman sekelasnya di sekolah, maka:
a. Sejumlah siswa yang pandai disuruh mempelajari suatu topik;
b. Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahas;
c. Kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang pandai disebar ke setiap
kelompok untuk memberikan bantuan;
d. Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus;

3
e. Jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang pandai meminta
bantuan kepada guru; dan
f. Guru mengadakan evaluasi.
Jika bantuan diberikan kepada teman sekelasnya di luar kelas, maka:
a. Guru menunjuk siswa yang pandai untuk memimpin kelompok belajar di
luar kelas;
b. Setiap siswa disuruh bergabung dengan siswa yang pandai tersebut, sesuai
dengan minat, jenis kelamin, jarak tempat tinggal, dan pemerataan jumlah
anggota;
c. Guru memberi tugas yang harus dikerjakan siswa di rumah;
d. Pada waktu yang telah ditentukan hasil kerja kelompok dibahas di kelas;
e. Kelompok yang baik diberi penghargaan;
f. Sewaktu-waktu guru berkunjung ke masing-masing kelompok untuk
berdiskusi; dan
g. Tempat diskusi dapat berpindah-pindah atau bergiliran.
Pada mata pelajaran PPKn metode pembelajaran tutor teman sebaya jarang
sekali dilakukan mengingat materi PPKn harus diterangkan dengan jelas oleh
guru. Namun tidak ada salahnya jika metode ini diterapkan dalam metode
pembelajaran. Guru bisa menerapkan metode pembelajaran tutor teman sebaya
pada saat pembahasan fenomena sosial tertentu.
Menurut Dale H. Schunk, (2012) tahapan pembelajaran dengan tutor sebaya
pada umumnya mengikuti pola sebagai berikut:
1. Guru menyusun kelompok belajar. Setiap kelompok beranggotakan 3 atau
4 orang yang memiliki kemampuan beragam. Guru mengidentifikasi
beberapa peserta didik yang memiliki kemampuan yang lebih baik
daripada temannya di kelas yang sama untuk dijadikan tutor. Jumlah tutor
sama dengan jumlah kelompok belajar yang akan dibentuk.
2. Guru melatih tutor dalam materi yang akan dipelajari oleh kelas dan
menjelaskan latihan serta evaluasi yang akan dilakukan.
3. Guru menjelaskan materi pelajaran secara ringkas pada semua peserta
didik dan memberikan kesempatan tanya jawab

3
4. Guru memberikan tugas yang harus dikerjakan dan tata cara melakukan
evaluasi.
5. Tutor sebaya membantu temannya dalam mengerjakan tugas dan
memberikan penjelasan materi yang belum dipahami oleh temannya dalam
satu kelompok
6. Guru mengamati aktivitas belajar dan memberi penilaian kompetensi.
7. Guru, tutor, dan peserta didik memberikan evaluasi proses belajar
mengajar untuk menetapkan tindak lanjut kegiatan putaran berikutnya.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran Tutor Sebaya menurut Endang Mulyatiningsih, (2011:) adalah
sebagai berikut:
1. Guru menyusun kelompok belajar, setiap kelompok beranggota 3-4 orang
yang memiliki kemampuan beragam. Setiap kelompok minimal memiliki
satu orang peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dalam hal
akademik untuk menjadi tutor teman sejawat.
2. Guru menjelaskan tentang tata cara penyelesaian tugas melalui belajar
kelompok dengan metode Tutor Sebaya, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing anggota kelompok, dan memberi penjelasan tentang
mekanisme penilaian tugas melalui peer assessment dan self-assessment.
3. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada semua peserta didik dan
memberi peluang tanya jawab apabila terdapat materi yang belum jelas.
4. Guru memberi tugas kelompok, dengan catatan peserta didik yang
kesulitan dalam mengerjakan tugas dalam mengerjakan tugas dapat
meminta bimbingan kepada teman yang ditunjuk sebagai tutor oleh guru.
5. Guru mengamati aktivitas belajar dan memberi penilaian kompetensi.
6. Guru, tutor dan peserta didik memberikan evaluasi proses belajar mengajar
untuk menetapkan tindak lanjut kegiatan putaran berikutnya.
Guru dalam pembelajaran dengan metode Tutor Sebaya ini berperan
sebagai fasilitator yang mengawasi kelancaran pelaksanaan pembelajaran dengan
memberikan pengarahan dan bantuan jika siswa mengalami kesulitan dalam
belajar dan membimbing secara terbatas, artinya guru hanya melakukan intervensi

3
ketika benar-benar diperlukan oleh siswa.
Penilaian terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan peer
teaching dapat dilakukan dalam tiga tahapan, sebagai berikut:
1. Sebelum Pelaksanaan; Ada beberapa langkah yang harus dievaluasi oleh
guru sebelum proses pembelajaran dengan strategi peer teaching, hal-hal
tersebut adalah:
a. Melakukan review terhadap materi dan tujuan yang hendak dicapai
dalam pembelajaran dengan menggunakan metode peer teaching;
b. Menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan aspek-aspek penilaian
kepada siswa;
c. Mempertimbangkan tipe-tipe peserta didik dalam belajar;
d. Menjelaskan feedback apa yang harus dibuat oleh siswa;
e. Menjelaskan beberapa aspek penilaian terhadap teman sejawat yang
harus diisi oleh siswa lainnya;
2. Saat Pelaksanaan; Langkah-langkah penilaian yang dapat dilaksanakan
pada proses adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dan penilaian yang
dilakukan oleh teman sejawat berdasarkan petunjuk yang telah dijelaskan
sebelum proses peer teaching dilaksanakan.
3. Akhir Pelaksanaan; Pada akhir pelaksanaan peer teaching, guru dapat
mengajak siswa untuk memberikan feedback dan refleksi atas strategi
yang telah diterapkan. Siswa diminta untuk menyampaikan tanggapan
mereka terhadap strategi yang telah dilaksanakan. Kekurangan dan
kelebihannya. Selain itu guru dapat menyampaikan hasil evaluasi proses
peer teaching di hadapan para siswa demi perbaikan, atau siswa
mengemukakan hasil pengamatan mereka terhadap teman sejawatnya.

c. Media Pembelajaran PPKn dalam Proses Pembelajaran PPKn


Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar
mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pebelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam

3
mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang
dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
Media pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu alat bantu yang
digunakan pada proses pembelajaran. Dengan adanya media dimaksudkan dapat
mempermudah dalam menyampaikan materi ajar dari guru kepada penerima
(siswa), sehingga dapat mempertinggi efektifitas dan efisien dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Menurut Bruner dalam buku yang dikutip (Azhar Arsyad,
(2011), ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu: pengalaman langsung
(enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstract
(symbolic). Hasil belajar seseorang dimulai dari pengalaman langsung (kongkrit),
kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda
tiruan, sampai kepada lambang-lambang verbal (abstrak).
1. Ciri Media Pembelajaran
Gerlach dan Elly (Arsyad, 2011) mengemukakan ciri media menjadi
alasan dalam penggunaan media yang dapat dilakukan apabila guru kurang efisien
dalam melakukan pengajaran:
a. Ciri Fiksatif; Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam
menyimpan, melestarikan dan merekonstruksikan suatu objek atau
peristiwa. Sebagai contoh peristiwa sejarah yang sudah berlalu. Siswa bisa
mempelajari peristiwa-peristiwa bersejarah melalui media pembelajaran
berupa rekaman video, dokumentasi, dan foto-foto.
b. Ciri Manipulatif; Ciri manipulatif erat kaitannya dengan kejadian yang
berlangsung berhari- hari bahkan bertahun-tahun dapat disajikan dalam
waktu beberapa menit saja. Banyak peristiwa atau objek yang sulit diamati
secara langsung dengan mudah diamati melalui media pembelajaran
berupa rekaman video dan foto. Sebagai contoh siswa ingin mempelajari
perkembangan janin dalam rahim ibu selama sembilan bulan. Melalui
bantuan media pembelajaran, waktu dapat dipersingkat dengan
menampilkan hal-hal yang dirasa penting saja melalui rekaman video
misalnya.
c. Ciri Distributif; Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau

3
kejadian ditransformasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian
tersebut disajikan kepada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif
sama. Sebagai contoh penggunaan CD, flash disk, dan sebagainya dapat
memudahkan guru untuk mendistribusikan bahan pembelajaran. Informasi
yang terdapat didalamnya akan selalu terjaga sebagaimana aslinya
2. Klasifikasi Media Pembelajaran
Jenis media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran cukup banyak
macamnya, mulai dari media yang paling sederhana, sampai kepada media yang
cukup rumit dan canggih. Menurut Edgar Dale mengemukakan berbagai jenis
media yang terkenal dengan istilah kerucut pengalaman (the cone of experience)
yaitu :1) pengalaman langsung; 2) pengalaman yang diatur; 3) dramatisasi; 4)
demonstrasi; 5) karyawisata; 6) pameran; 7) gambar hidup; 8) rekaman, radio,
gambar mati; 9) lambang visual; dan 10) lambang verbal. (Purba et al.2020).
Sedangkan klasifikasi media pembelajaran menurut Azhar Arsyad (2011),
berdasarkan perkembangan teknologi media pembelajaran dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu: (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi
audio-visual, (3) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Media pembelajaran dapat ditampilkan berupa gambar, teks, suara bahkan
berupa benda tiruan yang dirangkai sedemikian rupa untuk memudahkan siswa
dalam pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing, oleh karena itu guru harus dapat menentukan media
mana yang sesuai dengan bahan pembelajaran dan karakteristik siswa.

3. Fungsi Media Pembelajaran


Fungsi media pembelajaran secara umum adalah suatu alat bantu yang
digunakan oleh orang (dalam hal ini adalah guru) untuk menyampaikan pesan
kepada siswanya. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pembelajaran,
media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, di antaranya I Wayan Santyasa,
(2007) sebagai berikut:
a. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak objek
yang tidak mungkin dilihat secara langsung di dalam kelas oleh para

3
peserta didik dikarenakan: lokasi objek sangat jauh, objek terlalu besar,
objek terlalu kecil, objek bergerak terlalu lambat, objek bergerak terlalu
cepat, objek terlalu kompleks, objek mudah rusak, objek bersuara sangat
halus, objek berbahaya. Dengan menggunakan media yang tepat semua
objek dengan sifat-sifat tersebut dapat disajikan kepada peserta didik.
Misalnya, video kehidupan satwa liar di hutan Afrika, proses reaktor
nuklir, foto satelit benda-benda angkasa, foto mikroskop elektron
sel/virus/bakteri, video yang dipercepat proses fotosintesis, video yang
diperlambat proses perjalanan arus listrik di dalam suatu rangkaian, dan
sebagainya.
b. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan dan perbedaan
pengalaman para peserta didik sehingga dapat menghasilkan keseragaman
pengamatan. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung
yang dipelajari, maka objek tersebut dapat dibawa ke hadapan peserta
didik. Objek yang dimaksud dapat berbentuk benda nyata, miniatur,
model, maupun rekaman audio visual. Media juga dapat menampilkan
benda atau peristiwa yang terjadi di masa lampau dan sudah tidak ada
sekarang, misalnya dengan gambar/foto, slide, film, video, atau media lain
siswa yang mengetahui dengan jelas benda/peristiwa sejarah. Hal ini
dimungkinkan karena sifat fiksasi media yang dapat menangkap,
menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan
demikian, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, atau
difilmkan kemudian disimpan dan dapat ditunjukkan kembali seperti
kejadian aslinya dan diamati ketika diperlukan.
c. Media pembelajaran dapat menjangkau audiens yang besar jumlahnya
(kemampuan distributif) dan memungkinkan mereka mengamati suatu
objek secara bersamaan. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan
ribuan (maha)siswa dapat mengikuti kuliah/pelajaran yang disajikan
seorang profesor/guru dalam waktu yang sama. Demikian juga, melalui e-
learning, tidak ada batas jumlah peserta didik dan waktu untuk
mempelajari materi yang sama berkali-kali.

3
d. Media pembelajaran yang tepat dapat memberikan ilustrasi konsep dasar
yang benar, konkrit, dan realistis, sehingga media pembelajaran dapat
memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak
e. Media pembelajaran yang baik juga dapat merangsang dan
membangkitkan motivasi dan minat belajar. Efek audio visual dalam
multimedia dapat memberikan rangsangan yang baik terhadap pancaindera
pembelajar. Demikian permainan (game) komputer biasanya menarik
orang, sehingga penyajian materi pembelajaran dalam bentuk permainan
komputer juga dapat menarik perhatian siswa.
f. Media pembelajaran interaktif memungkinkan adanya interaksi langsung
antara peserta didik dengan sumber belajar dan pelaksanaan belajar sesuai
dengan kemampuan, minat, dan waktu masing-masing. Dengan modul
atau paket pembelajaran berbantuan komputer, (maha)siswa dapat belajar
sesuai dengan kemampuan, waktu, dan kecepatan masing-masing. Sifat
manipulatif media dapat menampilkan objek atau kejadian dengan
berbagai perubahan (manipulasi) sesuai keperluan atau kreativitas siswa,
misalnya diubah ukuran, kecepatan, warna, serta dapat diulang-ulang
Manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran secara umum yaitu
bahwa dengan digunakannya media pembelajaran siswa dapat mudah menangkap
pengetahuan yang disampaikan oleh guru sehingga siswa akan merasa nyaman,
guru akan semakin mudah dalam menyampaikan pengetahuan, adanya
pemanfaatan waktu yang efektif, serta terciptanya tujuan pembelajaran.
4. Pemilihan dan Pengembangan Media Pembelajaran
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002), mengungkapkan kriteria-
kriteria dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran yaitu: 1)
ketepatannya dengan tujuan pembelajaran, 2) dukungan terhadap isi bahan
pembelajaran, 3) kemudahan memperoleh media, 4) keterampilan guru dalam
menggunakannya, 5) tersedia waktu untuk menggunakannya, 6) sesuai dengan
taraf berpikir peserta didik.
Sedangkan Azhar Arsyad, (2011), mengemukakan beberapa kriteria yang

4
patut diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu:1) sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi, 3) praktis, luwes, dan bertahan, 4) guru terampil
menggunakannya, 5) pengelompokan sasaran, 6) mutu teknis.
Jenis media yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran materi PPKn
diantaranya adalah:
a. Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matrik, gambar, flip chart,
flannel, data dan lain-lain
b. Suara (audio) baik suara guru maupun kaset
c. Suara yang disertai visualisasi (audio-visual) seperti tayangan televisi,
film, video dan sebagainya
d. Hal-hal yang bersifat materil, seperti model-model, benda contoh dan lain-
lain
e. Gerak, Sikap dan perilaku seperti simulasi, bermain peran, dan lain-lain
f. Barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal dan brosur
g. Peristiwa atau cerita kasus yang mengandung dilema moral.

5. Media Pembelajaran Berbasis ICT


Suatu media terkadang tidak dapat menyampaikan bentuk informasi tertentu
yang diperlukan untuk belajar (misalnya, buku tidak dapat menyampaikan
informasi berbentuk suara atau gambar bergerak), ada informasi atau materi
pembelajaran yang dibutuhkan perlu disampaikan melalui sejumlah media
pembelajaran (misalnya suara dapat diperdengarkan melalui pemutar kaset atau
player MP3, video dapat diperlihatkan melalui pemutar video dan televisi atau
komputer. Beberapa media mungkin perlu dipergunakan secara bersamaan dalam
suatu pembelajaran dengan tujuan tertentu.

4
Gambar 3.3. Guru menerapkan media pembelajaran berbasis ICT

Sumber: republika.co.id
Pembelajaran merupakan sistem yang terdiri dari berbagai komponen.
Dalam pembelajaran terdapat komponen tujuan, komponen materi atau bahan,
komponen strategi, komponen alat dan media, serta komponen evaluasi. Dari sini
tampak bahwa media merupakan salah satu komponen dalam proses
pembelajaran, sehingga kedudukannya tidak hanya sekedar sebagai alat bantu
mengajar, tetapi sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Kedudukan
media sangat penting, sebab dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Bahkan
bila dikaji lebih jauh, media tidak hanya sebagai penyalur pesan yang harus
dikendalikan sepenuhnya oleh sumber berupa orang, tetapi dapat juga
menggantikan sebagian tugas guru dalam penyajian materi pelajaran
Perkembangan teknologi ICT memungkinkan pemanfaatan fungsi berbagai
media pembelajaran dengan menggunakan satu alat yang disebut multimedia,
yang mampu menyampaikan informasi dan materi pembelajaran dalam bentuk
teks, gambar, suara, animasi, film, bahkan interaksi. Komputer adalah salah satu
alat multimedia, karena komputer mampu menyajikan informasi dan materi
pembelajaran dalam semua bentuk, bahkan dengan komputer situasi nyata yang
memerlukan waktu lama atau sangat mahal dan mengandung risiko dapat
disimulasikan dengan komputer (misalnya proses reaksi kimia, dampak suatu
ledakan nuklir, perjalanan tata surya, dll.). Melalui multimedia, konsep-konsep

4
abstrak dapat disajikan secara lebih nyata dalam proses pembelajaran untuk
memudahkan (maha)siswa memahaminya.
Berdasarkan kegunaan dan cara pemakaiannya, multimedia pembelajaran
dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni multimedia presentasi dan multimedia
belajar mandiri.
a. Multimedia Presentasi Pembelajaran: multimedia pembelajaran yang
tidak dapat digunakan untuk belajar secara mandiri oleh (maha)siswa,
melainkan digunakan oleh dosen/guru untuk membantu penyampaian
materi pembelajaran di kelas. Bentuknya dapat berupa slide power point
yang dilengkapi suara, animasi, video, namun tidak memungkinkan
terjadinya interaksi dengan (maha)siswa karena disajikan oleh dosen/guru.
b. Multimedia Pembelajaran Mandiri: multimedia yang berupa software
pembelajaran yang dapat digunakan oleh (maha)siswa untuk belajar secara
mandiri tanpa bantuan/ kehadiran dosen/guru. Biasanya, multimedia
demikian selain menyajikan materi pembelajaran dalam berbagai bentuk
juga memungkinkan pembelajar untuk berinteraksi, misalnya melakukan
navigasi ke berbagai materi pembelajaran atau aktivitas belajar seperti
membaca, menjawab pertanyaan, mengerjakan soal, mencoba dan
menjalankan simulasi, bahkan melakukan pemecahan masalah.
Berikut adalah tahapan di dalam mengolah dan menyajikan materi
pembelajaran ke dalam media berbasis ICT.
1. Kumpulkan sumber-sumber yang memuat materi sesuai topik-topik yang
akan diajarkan berdasarkan kurikulum atau kompetensi yang ingin dicapai.
Pemilihan sumber-sumber ini dapat mempertimbangkan isi, tingkat
keterbacaan, dan integritas penulisnya. Sumber-sumber ini dapat berupa
buku, majalah/ jurnal, atau sumber-sumber di Internet.
2. Buat rancangan struktur isi (outline) media dan urutan penyajian materi
serta bentuk interaksi sesuai dengan alur pembelajaran yang diharapkan.
Bentuk-bentuk interaksi yang dapat dipilih antara lain: drill and practice,
tutorial, permainan (game), simulasi, eksplorasi, penemuan (discovery),
pemecahan masalah (problem solving).

4
3. Pilih materi-materi yang sesuai dari sumber-sumber yang sudah terkumpul
dan sajikan isi setiap topik secara singkat dengan bahasa yang sederhana
dan komunikatif, dilengkapi dengan ilustrasi/visualisasi dalam bentuk
gambar, grafik, diagram, foto, animasi, atau audio-video. Di dalam
memberikan visualisasi materi tekstual, pengembang media perlu
memperhatikan persyaratan VISUALS, yakni (Elang Krisnadi, 2009):
a. Visible (mudah dilihat): jelas, tingkat keterbacaan tinggi,
resolusi/ketajaman grafis tinggi, mengandung satu makna
b. Interesting (menarik): isi pesan sesuai dengan kebutuhan pebelajar
(audien), tampilan baik dan memikat sehingga menimbulkan rasa ingin
tahu, menjaga kelangsungan proses komunikasi/interaksi/belajar
c. Simpel (sederhana): pesan terfokus, pemilihan kata/huruf/gambar tidak
mengubah makna pesan, bahasa dan tampilan lugas
d. Useful (berguna): sesuai dengan kebutuhan pebelajar (audien) dan
tujuan pembelajaran maupun hasil belajar yang diinginkan
e. Accurate (tepat): isi pesan mempunyai makna yang tepat, sesuai
dengan bidang ilmu, penyampaiannya cermat, didasarkan pada sumber
yang dapat dipertang-gung jawabkan
f. Legitimate (absah/benar/logis): isi pesan benar, disusun secara logis,
mengikuti kaidah keilmuan, dan masuk akal
g. Structure (terstruktur): rangkaian pesan disampaikan secara sistematis,
dengan urutan-urutan yang logis dan mudah dipahami.
Di kalangan umum, istilah ICT lebih merujuk pada teknologi komputer.
Hal ini tidaklah mengherankan karena komputer pada saat ini selain berfungsi
sebagai alat pengolah data juga dapat berfungsi untuk komunikasi melalui
jaringan komputer (Internet) serta alat multimedia (hiburan). Hampir semua
komponen ICT sekarang ini dapat dipakai secara bersama-sama dengan komputer.
Jadi, untuk saat ini istilah ICT dan komputer hampir dapat disama artikan jika
ditinjau dari fungsinya
Komputer sebagai media pembelajaran dikenal dengan nama pembelajaran
dengan bantuan komputer atau Computer-Assisted Instruction (CAI). Penyajian

4
pesan dan informasi dalam CAI dapat berbentuk: (1) tutorial, (2) permainan
instruksional, (3) drill and practice, dan 4) simulasi. Keuntungan dengan
pemanfaatan komputer sebagai media pendidikan menurut Azhar Arsyad (2011),
adalah:
1) Komputer dapat mengakomodasikan siswa yang lamban menerima
pelajaran,
2) Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, kegiatan
laboratorium atau simulasi
3) Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa
dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya
4) Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan suatu
program pembelajaran memberi kesempatan lebih baik untuk
pembelajaran secara perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu
dapat dipantau
5) Dapat berhubungan dengan, dan mengendalikan, peralatan lain seperti
compact disc, video tape, dan lain-lain dengan program pengendali dari
komputer.
Dengan demikian pemanfaatan komputer sebagai media pendidikan sangat
dibutuhkan. Pembelajaran komputer dibuat agar siswa dapat terangsang dalam
belajar menurut tingkat kecepatan penguasaan masing-masing karena siswa
sebagai user. Komputer mampu menampilkan gambar-gambar, video, teks yang
dapat dianimasikan, serta dapat menambah motivasi siswa untuk belajar karena
komputer dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara
dinamis, interaktif dan perorangan. Dengan adanya komputer dalam proses
pembelajaran pekerjaan guru menjadi lebih ringan dan guru dapat memantau
tingkat perkembangan prestasi siswa.
Secara umum, perangkat yang diperlukan untuk mengembangkan media
pembelajaran berbasis ICT meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software). Perangkat keras dapat berupa: computer, scanner, speaker,
mikrofon, CDROM, DVD ROM, flash disk, kartu memori, kamera digital, kamera
video dan sebagainya. Pada saat ini tersedia banyak pilihan perangkat lunak yang

4
dapat digunakan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis ICT.
Software pengembangan media pembelajaran sangat beragam, mulai dari software
umum sampai software khusus pengembangan media. Berikut ini adalah contoh
software dan kegunaannya:
1. MS Word: dapat digunakan untuk membuat tampilan tekstual (berupa
tulisan) maupun gambar
2. MS Power Point: dapat digunakan untuk membuat slide presentasi,
mempunyai kemampuan menampilkan teks, suara, animasi, video, serta
untuk membuat media interaktif dengan fasilitas hyperlink yang dimiliki
3. MS Excel: software pengolah lembar data, dapat digunakan untuk
membuat media yang berupa grafik, maupun untuk membuat simulasi
4. Software untuk menggambar dan mengolah citra seperti MS Paint, Corel
Draw, dll
5. Software pengolah video seperti MS Movie Maker, VideoLoad, dll
6. Software pengolah suara seperti MS Sound Recorder
7. Software untuk membuat animasi flash seperti Macromedia Flash
8. Bahasa pemrograman umum seperti Pascal, Delphi, Visual Basic, Java,
dll

c. Pengembangan Model Pembelajaran dengan Microsoft Power Point


Pembelajaran dengan menggunakan program Power Point lebih baik
daripada pembelajaran tanpa menggunakan program Power Point baik dari gaya
belajar juga dari prestasi siswa. Microsoft PowerPoint juga memiliki beberapa
keunggulan yang membuatnya pantas digunakan sebagai media belajar. Beberapa
kelebihan tersebut antara lain: a) Penyajiannya menarik karena ada permainan
warna, huruf dan animasi, baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto; b)
Lebih merangsang peserta didik untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang
bahan ajar yang tersaji; c) Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta
didik; d) Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang
disajikan; d) Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara

4
berulang-ulang; dan e) Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau
magnetik(CD/Disket/Flash Disk), sehingga praktis untuk dibawa kemana-mana.
Bagi peserta didik, dengan multimedia diharapkan mereka akan lebih
mudah untuk menentukan dengan apa dan bagaimana siswa dapat menyerap
informasi secara cepat dan efisien. Sumber informasi tidak lagi terfokus pada teks
dari buku semata-mata tetapi lebih luas dari itu. Kemampuan teknologi multimedia
yang semakin baik dan berkembang akan menambah kemudahan dalam
mendapatkan pengetahuan siswa. Dalam Pembelajaran juga sangat penting
diadakannya media pembelajaran misalnya seperti media presentasi yang
merupakan penyajian materi melalui sebuah program komputer yang disajikan
dengan perangkat alat saji (proyektor). Pesan/ materi yang dikemas bisa berupa
teks, gambar, animasi dan video yang dikombinasi dalam satu kesatuan yang utuh.
Gambar 3.4. Model Pembelajaran PPT secara virtual

Sumber: data penulis

4
Media pembelajaran berbasis presentasi Microsoft office powerpoint dapat
memudahkan dalam penyampaian materi dalam proses pembelajaran. Misalnya
dengan menggunakan Microsoft office powerpoint kita dapat mempersingkat
materi pembelajaran dengan menampilkan point- point dari materi
tersebut.Pembelajaran dengan menggunakan Microsoft office powerpoint dapat
meningkatkan hasil belajar yang bersifat multimedia, dengan menggunakan
Microsoft office powerpoint juga proses pembelajaran dapat mencampurkan
berbagai media diantaranya teks, gambar, video dan animasi.
Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang
memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah
menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan
sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan
modalitas belajar siswa.Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki
tipe visual, auditif maupun kinestetik. Hal ini didukung oleh teknologi perangkat
keras yang berkembang cukup lama, telah memberikan kontribusi yang sangat
besar dalam kegiatan presentasi. Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer
menggantikan peranan alat presentasi pada masa sebelumnya.Berbagai perangkat
lunak yang memungkinkan presentasi dikemas dalam bentuk multimedia yang
dinamis dan sangat menarik. Perkembangan perangkat lunak tersebut didukung
oleh perkembangan sejumlah perangkat keras penunjangnya. Salah satu produk
yang paling banyak memberikan pengaruh dalam penyajian bahan presentasi
digital saat ini adalah perkembangan monitor, kartu video, kartu audio serta
perkembangan proyektor digital (digital image projector) yang memungkinkan
bahan presentasi dapat disajikan secara digital untuk bermacam-macam
kepentingan dalam berbagai kondisi dan situasi, serta ukuran ruang dan berbagai
karakteristik audience. Tentu saja hal ini menyebabkan perubahan besar pada trend
metode presentasi saat ini, dan dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK).
Pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak hanya
untuk dipresentasikan dengan menggunakan alat presentasi digital dalam bentuk
Multimedia projector (seperti LCD, In-Focus dan sejenisnya), melainkan juga

4
dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya, seperti overhead
projector (OHP) dan film slides projector yang sudah lebih dahulu diproduksi.
Sehingga lembaga atau instansi yang belum memiliki perangkat alat presentasi
digital akan tetapi telah memiliki kedua alat tersebut, dapat memanfaatkan
pengolahan bahan presentasi melalui komputer secara maksimal. Dalam sudut
pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu model
pembelajaran. Penggunaannya yang menempati frekuensi paling tinggi
dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat yang dikembangkan, telah
memberikan pengaruh yang sangat besar bukan hanya pada pengembangan
kegiatan praktis dalam kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi juga pada
teori-teori yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi
dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan
penyelenggaraan pembelajaran. Di antaranya tuntutan terhadap peningkatan
kemampuan dan keterampilan para guru dalam mengolah bahan-bahan
pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis komputer.

3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi


Sebelum proses belajar mengajar PKn di kelas dilakukan, guru terlebih
dahulu membuat desain atau rencana pembelajaran. Desain atau rencana
pembelajaran yang disusun disesuaikan dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator yang akan dibahas. Perencanaan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang telah dirancang oleh guru dalam
pelaksanaannya direalisasikan melalui media powerpoint. Desain pembelajaran
PKn yang disusun guru meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran (terdiri dari: pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup), sumber pembelajaran dan media, penilaian. Selanjutnya peneliti
melakukan penilaian terhadap desain pembelajaran PKn yang telah disusun
oleh guru, hasil yang diperoleh adalah 100 ( kategori Amat Baik).
Desain pembelajaran PKn yang telah disusun, selanjutnya dijadikan
acuan oleh guru PKn untuk melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar

4
PKn di kelas dengan menggunakan media powerpoint dan model pembelajaran
kooperatif. Hasil observasi yang dilakukan terhadap guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran dikelas dengan acuan pemanfaatan media powerpoint
model kooperatif diperoleh nilai akhir 93,33 (kategori Amat Baik).
Berdasarkan perolehan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran guru mampu menjadikan kegiatan proses belajar
mengajar lebih menarik sehingga menimbulkan semangat siswa untuk
sungguh-sungguh belajar. Dalam kegiatan belajar, guru menampilkan
kemampuan secara maksimal dengan mengkondisikan situasi belajar yang
menyenangkan, aktif, dengan memanfaatkan media powerpoint dan model
pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah pembelajaran PKn model kooperatif dengan
menggunakan media powerpoint meliputi: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan Inti,
(3) Penutup. Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan pengelolaan kelas,
apersepsi, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai
dengan materi yang akan dibahas, yaitu: Pentingnya Usaha Pembelaan negara.
Selanjutnya dalam kegiatan inti, guru memulai kegiatan pembelajaran dengan
menayangkan pertanyaan tentang pengertian negara dengan menggunakan
media powerpoint. Para siswa terlihat sangat antusias berdiskusi kecil dengan
teman sebangkunya masing-masing untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Dalam tanya jawab tentang pengertian negara ada 3 orang siswa yang aktif
mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya siswa dibagi menjadi 4 kelompok
besar, masing-masing kelompok terdiri atas 8 orang siswa untuk melakukan
pembelajaran kooperatif dalam memecahkan permasalahan yang ditugaskan
pada kelompoknya. Setiap kelompok bertugas menjawab 1 pertanyaan yang
ditugaskan oleh guru PPKn.
Dalam kegiatan diskusi kelompok, semua anggota terlihat sangat aktif
dan saling bekerjasama dalam memecahkan permasalahan. Setelah diskusi
kelompok selesai, dilanjutkan dengan presentasi hasil diskusi oleh tiap-tiap
kelompok. Guru PPKn dalam pembelajaran kooperatif ini berperan sebagai
fasilitator. Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan hasil

5
diskusinya, dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab oleh masing-masing
kelompok kepada kelompok lainnya yang di inginkan. Dalam sesi tanya jawab
ada 19 orang siswa dari berbagai kelompok yang aktif mengemukakan
pendapatnya. Setelah kegiatan diskusi kelompok selesai, dilanjutkan dengan
penutup. Dalam kegiatan penutup ini, guru dan siswa bersama-sama membuat
simpulan dari materi yang telah dipelajari.
Selanjutnya, guru memberikan tugas kepada semua siswa untuk
membuat rangkuman secara tertulis tentang materi yang sudah dipelajari, dan
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Siswa menyadari bahwa kegiatan
pembelajaran PPKn model kooperatif dengan menggunakan media powerpoint
sangat menarik, menyenangkan dan membuat mereka tidak bosan, sehingga
memudahkan mereka memahami materi yang dipelajari.

4. Forum Diskusi
1. Berdasarkan referensi untuk mengajar dengan model pembelajaran
ceramah ada frameworknya. Coba kemukakan sintak atau urutan untuk
mengajar dengan model ceramah yang benar ! selanjutnya jika
materinya tentang globalisasi, coba kemukakan pengembangan metode
ceramah berdasarkan materi tersebut.
2. Coba Anda Jelaskan bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan
model peer teaching. Dan kemukakan apa kelebihan dan kekerungan
model pembelajaran peer teaching.
3. Coba Anda Jelaskan alasan mengapa guru menggunakan media dalam
kegiatan pembelajarannya dan bagaimanakah prosedur perancangan
media pembelajaran.

5
C. PENUTUP

1. Rangkuman
Berkembangnya teknologi serta dampak yang ditimbulkannya sangat
menuntut kemampuan untuk beradaptasi secara kreatif dan kepiawaian
mencari pemecahan yang imajinatif. Demikian pula dari sudut pendidikan.
Sudah saatnya penekanan dalam proses belajar mengajar yang hanya
menekankan pada pemikiran reinovatif, hafalan dan mencari satu jawaban
yang benar terhadap soal-soal yang diberikan untuk ditinggalkan, kini beralih
ke proses-proses pemikiran yang tinggi termasuk berpikir kreatif dan inovatif.
Dengan kata lain saat ini kreativitas dan berpikir inovatif benar- benar
dibutuhkan agar kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran PPKn dapat
tercapai. Sebuah ide kreatif seorang guru sangat diperlukan untuk dapat
mengubah situasi pembelajaran menjadi menarik dan efektif sekaligus
mengajak siswa lebih aktif. Jika saat ini adalah era teknologi digital, ada
kemungkinan ide pembelajaran yang kita kembangkan adalah lebih banyak
berhubungan dengan teknologi digital karena secara mayoritas siswa akan
lebih tertarik menghadapi sesuatu yang up to date. Dalam era globalisasi
persoalan-persoalan yang muncul dalam pembelajaran salah satunya harus
diantisipasi dengan inovasi-inovasi terhadap model pembelajaran atau media
pembelajaran. Seorang guru merupakan inovator yang pada dasarnya dituntut
untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui
inovasi pembelajaran. Guru sebagai inovator pembelajaran mau tidak mau
harus meningkatkan kemampuan diantaranya : (1) Teknologi yang merupakan
kekuatan pendorong terhadap inovasi dan kesuksesan. Teknologi memang
merupakan salah satu sumber inovasi, akan tetapi bukanlah satu-satunya.
Kenyataannya saat ini banyak guru yang berupaya meraih keberhasilan untuk
berinovasi. (2) Ada kreativitas yang tergantung gagasan-gagasan yang
dimunculkan. Seorang inovator adalah orang yang berhasil mengambil

5
peluang-peluang untuk mewujudkan gagasan-gagasan yang ada dan secara
realita dapat dikembangkan.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai
model pembelajaran. Dalam praktiknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak
ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi.
Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang
tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Pada saat ini, pembelajaran ICT di
lingkungan sekolah/universitas merupakan hal yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan informasi dan komunikasi
dalam berbagai keperluan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). ICT yang secara sederhana disimbolkan oleh perangkat
komputer dan jaringan internet serta perangkat komunikasi telah banyak
dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas kerja para pelajar mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi,
peserta didik dengan pengajar maupun sesame peserta didik. Peserta didik
dapat saling tukar informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap
saat dan berulang-ulang. Dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat
lebih memantapkan penguasaan terhadap materi pembelajaran.
Model pembelajaran peer teaching dikenal juga dengan istilah tutor
sebaya. Peer teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang berbasis
active learning. Sejumlah ahli percaya bahwa satu pelajaran benar-benar
dikuasai hanya apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik
lainnya. Pembelajaran peer teaching merupakan cara yang efektif untuk
menghasilkan kemampuan mengajar teman sebaya.
Pemanfaatan komputer sebagai media pendidikan sangat dibutuhkan.
Pembelajaran komputer dibuat agar siswa dapat terangsang dalam belajar
menurut tingkat kecepatan penguasaan masing-masing karena siswa sebagai
user. Komputer mampu menampilkan gambar-gambar, video, teks yang dapat

5
dianimasikan, serta dapat menambah motivasi siswa untuk belajar karena
komputer dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara
dinamis, interaktif dan perorangan. Dengan adanya komputer dalam proses
pembelajaran pekerjaan guru menjadi lebih ringan dan guru dapat memantau
tingkat perkembangan prestasi siswa
Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan
dalam pembelajaran.Multimedia yang efektif dalam pembelajaran tidak hanya
terdiri dari menggunakan beberapa media bersama-sama, tapi menggabungkan
media yang penuh kesadaran dengan cara yang memanfaatkan karakteristik
masing-masing individu, memperluas dan meningkatkan pengalaman belajar.
Dengan menggunakan multimedia pembelajaran sangat membantu dalam
proses belajar mengajar dan memiliki keuntungan dan kelebihan dibandingkan
menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Test Formatif
1. Pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial merupakan...
a. Model pembelajaran
b. Metode pembelajaran
c. Evaluasi pembelajaran
d. Program pembelajaran
e. Desain Pembelajaran
2. Melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk
merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan model
pembelajaran.
a. Kooperatif
b. Kontekstual
c. Realistik
d. Berbasis masalah
e. TGT

5
3. Mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan,
atau algoritma) merupakan model pembelajaran...
a. Problem solving
b. Problem posing
c. Problem terbuka
d. Probing-prompting
e. Realistik
4. Pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang
sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang
mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari merupakan model
pembelajaran...
a. Problem solving
b. Problem posing
c. Problem terbuka
d. Probing-prompting
e. Resiprokal
5. Mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan
diakhiri dengan aplikasi (aduktif) merupakan model pembelajaran...
a. Bersiklus
b. Resiprokal
c. SAVI
d. TGT
e. RME
6. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran
menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif, efisiensi dalam waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa, media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja, media dapat menumbuhkan sikap positif
siswa terhadap materi dan proses belajar, merubah peran guru ke arah
yang lebih positif dan produktif.

5
a. Manfaat Media
b. Manfaat Evaluasi
c. Manfaat Metode
d. Manfaat Model
e. Manfaat Pembelajaran
7. Mempermudah proses belajar-mengajar, meningkatkan efisiensi belajar-
mengajar, menjaga relevansi dengan tujuan belajar, membantu
konsentrasi mahasiswa, komponen sumber belajar yang dapat merangsang
siswa untuk belajar, wahana fisik yang mengandung materi instruksional,
teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional, dan segala sesuatu
yang dapat merangsang proses belajar siswa merupakan...
a. Tujuan Evaluasi
b. Tujuan Media
c. Tujuan Metode
d. Tujuan Model
e. Tujuan Pembelajaran
8. Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langkah,membuat
duplikasi dari objek yang sebenarnya, membuat konsep abstrak ke konsep
konkret, memberi kesamaan persepsi, mengatasi hambatan waktu, tempat,
jumlah, dan jarak, menyajikan ulang informasi secara konsisten dan
memberi suasana yang belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik.
merupakan...
a. Fungsi Metode
b. Fungsi Evaluasi
c. Fungsi Media
d. Fungsi Model
e. Fungsi Strategi
9. Dalam suatu pelajaran guru menyuruh siswa ke perpustakaan untuk
menonton tayangan terjadinya tsunami di Aceh. Guru tersebut dalam
proses mengajar telah menggunakan media. Media yang digunakan adalah
... .

5
a. Audio
b. Visual
c. Audio-visual
d. Proyeksi
e. Diagram
10. Untuk membantu siswa menguasai kemampuan menggambar berbagai
bangun datar, guru menggunakan poster berbagai gambar bangun datar
dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan media tersebut didasarkan pada
kesesuaian dengan . .
a. Karakteristik media
b. Tujuan pembelajaran
c. Karakteristik siswa
d. Situasi dan kondisi kelas
e. Desain Media

3. Daftar Pustaka

Arends, R.I. 1998. Learning to Teach. New York: MCGraw Hill. Inc.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Brooks, J.G. & Martin G. Brooks. 1993. In Search of Understanding: 17,e case/or
Constructivist Classrooms. Virginia: Association for Supervision and
Curriculum Development

Bruce Joice-Marsha Weil. 2000. Models of Teaching. USA: Allyn & Bacon

Gardner, H. 1991. The Unschooled Mind: How Children Think and How Schools
Should TeachNew York: Basic Books. G

Hutauruk, E. E., Anzelina, D., Abi, A. R., & Silaban, P. J. (2021). Penerapan
Model Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 2116-2121.

Harsanto, R. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta:

Kasinius. Hidayati, A. L. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

5
I Wayan Santyasa. (2007). Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Prosiding
Workshop Media Pembelajaran. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha

Kagan, Spencer. 1992. Cooperative Learning. San Juan Capistrano : Kagan


Cooperative Learning

Krisnadi, Elang . (2009). Rancangan Materi Pembelajaran Berbasis ICT.


disajikan dalam Workshop Pengembangan Materi Pembelajaran
Berbasis ICT di FMIPA UNY pada tanggal 6 Agustus 2009

Mulyatiningsih, E. 2011. Riset Terapan Bidang Pendidikan dan


Teknik. Yogyakarta : UNY PRESS

Munandar, Utami. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan


Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Purba, R. A., Rofiki, I., Purba, S., Purba, P. B., Bachtiar, E., Iskandar, A., &
Purba, B. (2020). Pengantar Media Pembelajaran. Yayasan Kita
Menulis.

Ramsey, J.(1993). “Developing conceptual Storylines with the learning


Cycle”, Journal of Elementary Science Education, 5,(2),1-20.

Semiawan, C. 2000. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia.

Sibermen, M. L. 2001. 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning).


Jakarta: Yakpendis.

Slavin, R. E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:


Nusa

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Wallas, Graham. 1926, The Art of Thought dalam Utami Munandar


(2002),Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi
Kreatif dan Bakat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Internet

5
http://aitinsumartini.gurusiana.id/article/2017/4/pembelajaran-ppkn-berbasis-
proyek-dalam-meningkatkan-hasil-belajar-bagi-peserta-didik-
3703290?bima_access_status=not-logged

https://www.merdeka.com/teknologi/microsoft-indonesia-persiapkan-guru-abad-
21-dengan-pelatihan-ict.html

https://www.republika.co.id/berita/r2l7xv396/funteach-mudahkan-guru-sd-
mengajar

5
KEGIATAN BELAJAR 4:
PENELITIAN TINDAKAN
KELAS DALAM
PEMBELAJARAN PPKn

6
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1. Deskripsi Singkat..........................................................................................1
2. Relevansi........................................................................................................2
3. Petunjuk Belajar...........................................................................................3
B. KEGIATAN INTI.............................................................................................3
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan......................................................3
2. Uraian Materi...............................................................................................4
a. Proposal PTK Dalam Pembelajaran PPKn................................................4
b. Tahapan-Tahapan melaksanakan PTK dalam Pembelajaran PPKn..........7
c. Membuat PTK dalam Pembelajaran PPKn................................................12
d. Refleksi Dalam Pembelajaran PPKn.........................................................16
e. Tahapan Pelaksanaan PTK dalam Pembelajaran PPKn............................18
f. Membuat Laporan PTK.............................................................................25
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi...............................................................29
4. Forum Diskusi..............................................................................................29
C. PENUTUP..........................................................................................................30
1. Rangkuman...................................................................................................30
2. Tes Formatif.................................................................................................30
3. Daftar Pustaka..............................................................................................33
4. Tugas akhir...................................................................................................35
5. Tes Sumatif...................................................................................................35

6
A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat.
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn, modul 6 ini akan
melanjutkan dengan kegiatan belajar empat (KB 4) sebagai penutup pada kegiatan
belajar d modul ini dengan sajian mengenai pentingnya pemahaman tentang
penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran PPKn. Dalam sajian ini
dikemukakan tentang beberapa landasan yang menjadi amanat seorang guru harus
memiliki kemampuan riset dalam aktivitas pelaksanaan di sekolah yang berkaitan
dengan proses pembelajaran baik itu dalam memilih dan memilah perencanaan
tata belajar dengan mempertimbangkan strategi, metode, model, media dan
evaluasi yang tepat dan relevan terhadap pembelajaran PPKn, dengan mengukur
subtansi capaian pembelajaran sesuai dengan pedoman sistem pendidikan nasional
dengan melihat aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
Usaha dalam meningkatkan pencapaian kompetensi pembelajaran peserta
didik harus senantiasa menjadi orientasi guru. Kendala-kendala yang dihadapi
guru dalam pembelajaran harus dapat diatasi, satu diantaranya dengan cara guru
melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Melalui
penelitian tindakan kelas, guru akan menemukan permasalahan dan memilihkan
solusi pemecahan masalah yang tepat serta melaksanakannya dalam pembelajaran.
Guru profesional memahami masalah-masalah dalam pembelajarannya yang
bersumber dari faktor anak didik, suasana pembelajaran, tingkat kesulitan materi,
model dan metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
Dengan melakukan penelitian di kelas pembelajarannya sendiri, maka masalah-
masalah dalam proses belajar mengajar akan dapat diatasi yang pada akhirnya
mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Afandi, M. (2014), penelitian tindakan kelas merupakan suatu
bentuk kajian atau kegiatan ilmiah dan bermetode yang dilakukan oleh guru
sebagai peneliti di dalam kelas dengan menggunakan tindakan-tindakan untuk

1
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Agenda ilmiah yaitu suatu yang
bersifat atau berada dalam keilmuan dan metode yaitu cara berfikir, obyektif,
rasional, sistematis berdasarkan fakta untuk menemukan, membuktikan,
mengembangkan dan mengevaluasi suatu pengetahuan. Guru dalam melakukan
penelitian tindakan kelas ada tiga hal yang penting yaitu sebagai guru apa yang
akan ditingkatkan, dengan apa meningkatkan, serta siapa yang ditingkatkan, maka
guru yang tahu kondisi kelasnya, setelah guru melakukan penelitian tindakan
kelas maka guru membuat laporan kegiatan ilmiah yaitu laporan penelitian hasil
lapangan, maka hasil penelitian tersebut dikemas menjadi karya tulis ilmiah tentu
karya tulis ilmiah mempunyai kaidah penulisan dengan demikian hasil penelitian
tersebut diringkas sesuai dengan sistematika dan selanjutnya, disusun menjadi
naskah yang diterbitkan dalam media jurnal ataupun media lain sehingga dapat
menyumbangkan kepada khazanah ilmu pengetahuan.
Guru PPKn adalah seorang pendidik dan pengajar yang harus mampu
memiliki kemampuan dalam memahami konsep kurikulum sebagai mata
pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, kurikulum sebagai program
dengan demikian guru PPKn juga diharapkan dapat merancang pembelajaran
yang mendidik pada setiap kurikulum dalam satuan pendidikan di sekolah baik
pada level pendidikan sekolah menengah dan atas serta mampu merancang
penilaian proses dan hasil belajar dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mutu pendidikan.

2. Relevansi
Kegiatan belajar empat (KB 4) pada modul 6 membahas tentang penelitian
tindakan kelas dalam pembelajaran PPKn. Pada diklat PPG dalam jabatan ini
sangat relevan menjadi mata latih peserta didik. Hal tersebut dikarenakan salah
satu kompetensi yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru PPKn agar mampu
melaksanakan kajian-kajian pembelajaran PPKn berdasarkan pendekatan ilmiah,
melalui kajian ilmiah dalam hal penelitian tindakan kelas (PTK). Keterampilan
melakukan PTK dalam pembelajaran akan mempermudah guru untuk mengelola
dan mendesain kegiatan belajar mengajar untuk perbaikan kualitas pembelajaran

2
dan mutu pendidikan, sehingga dapat berkontribusi pada tugas keprofesian
pendidik dalam bidang PPKn yang akademis dan ilmiah serta dapat
mengembangkan kemampuan kompetensi utama yaitu pedagogik, kepribadian,
sosial dan professional.

3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari kegiatan belajar empat (KB 4) pada modul 6 ini,
ada beberapa hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda
tentang isi modul ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut;
1) Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian permulaan terhadap tema keterampilan melakukan PTK
dalam pembelajaran dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
3) Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan Kegiatan Belajar 4 pada
modul 6 untuk memudahkan dalam memahami isi modul ini.
4) Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada modul 6 ini.
5) Bila anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau
bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
6) Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.

B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn melalui kegiatan belajar
empat (KB 4) pada modul 6 ini, guru diharapkan mampu melaksanakan penelitian

3
tindakan kelas dalam pembelajaran PPKn agar dapat membangun sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah secara
kritis, humanis, inovatif, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Oleh karenanya
guru harus menguasai dan memahami peserta didik SMP/SMA sederajat melalui
keterampilan penelitian, refleksi diri, pencarian informasi baru, dan inovasi.

2. Uraian Materi
a. Proposal PTK Dalam Pembelajaran PPKn
Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen
pada pasal 7 menyatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan profesionalisme, dengan
mensyaratkan empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial
dan profesional. Untuk mengembangkan kompetensi guru dan meningkatkan
kualitas pembelajaran ada beberapa hal yang harus dilakukan adalah satunya
adalah dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Suharsimi (Khairunnisa, dkk, 2019) bahwa PTK merupakan
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tenaga yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Melalui PTK
permasalahan pendidikan dan pembelajaran bisa dikaji, ditingkatkan dan
dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran berlangsung secara
inovatif dan memperoleh hasil belajar yang meningkat. Sementara menurut
menurut Hopkins (Nurizzati, 2014) menyatakan bahwa PTK dapat didefinisikan
sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan
untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam
melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam
praktek pembelajaran.
Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif
mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua
hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal tersebut
akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu;
1) Untuk memperbaiki praktik;

4
2) Untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman
para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya;
3) Untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan.
GAMBAR 4.1. Guru meneliti

Sumber: kompasiana.com
Fungsi PTK sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan kerja di
sekolah dan ruang kelas, misalnya, penelitian tindakan dapat memiliki lima
kategori fungsi sebagai (Cohen & Manion, 1980):
1) Alat untuk memecahkan masalah yang didiagnosis dalam situasi tertentu;
2) Alat pelatihan dalam jabatan, dengan demikian membekali guru yang
bersangkutan serta keterampilan dan metode baru, mempertajam
kemampuan analisisnya, dan perubahan;
3) Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovasi pada pengajaran
dan pembelajaran ke dalam sistem sekolah yang biasanya menghambat
inovasi dan perubahan;

5
4) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya kurang lancar antara
guru lapangan dengan penelitian akademis, dan memperbaiki kegagalan
penelitian tradisional dalam memberikan deskripsi yang jelas; dan
5) Alat untuk menyediakan alternatif yang lebih baik daripada pendekatan
yang lebih subjektif dan impresionistik pada pemecahan masalah di dalam
kelas.
Pelaksanaan PTK merupakan cara yang efektif dalam mengidentifikasi
masalah belajar siswa sehingga solusi atas permasalahan tersebut juga dapat
secara tepat diberikan kepada siswa. PTK juga mampu menjadi sarana bagi guru
untuk dapat segera mengambil tindakan secara menyeluruh terkait permasalahan
siswa baik secara akademik maupun non akademik. Secara garis besar Penelitian
Tindakan Kelas ini terdapat empat langkah kegiatan (siklus) yang lazim
dilakukan.
Menurut (Arikunto, 2006) keempat langkah siklus dalam penelitian
tindakan kelas meliputi;
1) Perencanaan; Menyusun rencana tindakan (Planning), dalam tahap ini
peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Seperti telah disampaikan dimuka,
bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi maka peneliti minta
masukan dari guru, kepala sekolah dan teman sejawat
2) Pelaksanaan; Pelaksanaan Tindakan (Acting), tahap ke-2 dari penelitian
tindakan kelas adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan, yaitu melakukan tindakan kelas.
3) Pengamatan; Pengamatan (observing), tahap ke-3, yaitu kegiatan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Sebetulnya sedikit kurang tepat
kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena
seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung.
Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang bersamaan.
4) Refleksi; Refleksi (Reflecting), tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam kegiatan ini

6
peneliti melakukan evaluasi diri atau dengan kata lain peneliti mengadakan
“dialog” pada diri sendiri terhadap apa yang telah dilakukannya
b. Tahapan-Tahapan melaksanakan PTK dalam Pembelajaran PPKn
Melaksanakan PTK, memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang,
agar hasil yang diperoleh dari PTK yang dilaksanakan mencapai hasil yang
optimal. Menurut Zainal Aqib (Suyadi, 2010), merumuskan langkah-langkah PTK
sebagai berikut:
1) Tahap 1: Tahap Perencanaan; identifikasi masalah, merumuskan masalah,
pemecahan masalah
2) Tahap 2: Acting (pelaksanaan)
3) Tahap 3: Observation (pengamatan)
4) Tahap 4: Refleksi
5) Tambahan: Siklus-siklus dalam PTK
Adapun yang menjadi tahapan dalam membuat PTK dalam pembelajaran
PPKn yakni;
1) Tahap perencanaan; Langkah pertama pelaksanaan PTK adalah melakukan
perencanaan secara matang dan teliti. Menurut (Muslich, 2011) dalam
perencanaan PTK, terdapat tiga dasar, yaitu identifikasi masalah,
merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. Pada masing-masing
kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk
menunjang sempurnanya tahap perencanaan.
a) Identifikasi Masalah; Langkah pertama dalam menyusun rencana PTK
adalah melakukan identifikasi permasalahan. Menurut (Sukayati,
2008) identifikasi pada pembelajaran PPKn ini mirip seperti diagnosis
yang dilakukan oleh dokter kepada pasiennya. Jika diagnosisnya tepat,
maka obat yang diberikan pasti mujarab. Sebaliknya, jika
diagnosisnya salah, maka resep obatnya pasti juga tidak tepat sasaran.
Demikian pula dalam PTK dalam pembelajaran PPKn, identifikasi
yang tepat akan mengarahkan pada hasil penelitian, sehingga dapat
bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran PPKn. Sebaliknya, identifikasi masalah yang keliru

7
hanya akan membuat penelitian menjadi sia-sia, disamping
memboroskan waktu dan biaya. Identifikasi masalah menjadi titik
tolak bagi perencanaan PTK yang lebih matang. Sebab, tidak semua
masalah belajar siswa dapat diselesaikan dengan PTK. Empat langkah
yang dapat dilakukan agar identifikasi masalah mengenai sasaran
dalam pembelajaran PPKn, yakni:
1) Masalah harus riil; Masalah yang diangkat adalah masalah yang
dapat dilihat, dirasakan, dan didengar secara langsung oleh guru.
2) Masalah harus problematic; Banyak masalah di sekolah dalam
pembelajaran PPKn akan tetapi tidak semua masalah layak
diangkat dalam PTK. Hanya permasalahan yang problematik lah
yang layak diangkat dalam PTK. Permasalahan yang bersifat
problematik adalah permasalahan yang bisa dipecahkan oleh
guru, mendapat dukungan literatur yang memadai, dan ada
kewenangan untuk mengatasinya secara penuh.
3) Manfaatnya jelas; Hasil penelitian harus bermanfaat secara jelas.
Tentu, hal ini berkaitan erat dengan kemampuan dalam
mengidentifikasi atau mendiagnosis masalah. Untuk
mendapatkan manfaat PTK yang maksimal, harus menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini. Apa yang akan terjadi jika masalah
tersebut dibiarkan? Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut
berhasil diatasi? Dan, tujuan pendidikan mana yang akan gagal
jika masalah tersebut tidak teratasi?
4) Masalah harus fleksibel; Masalah yang hendak diteliti harus bisa
diatasi dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti, waktu,
biaya, tenaga, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Jadi, tidak
setiap masalah yang riil, problematik, dan bermanfaat secara
jelas dapat diatasi dengan PTK.
b) Analisis penyebab masalah dan merumuskannya; Langkah kedua
dalam merencanakan PTK adalah menganalisis berbagai kemungkinan
penyebab munculnya permasalahan yang diangkat. Jadi, setelah

8
menemukan masalah yang riil, problematik, bermanfaat, dan fleksibel,
maka masalah tersebut harus ditemukan akar penyebabnya. Banyak
cara yang bisa dilakukan untuk menemukan penyebab masalah.
Beberapa diantaranya adalah dengan menyebar angket ke siswa,
mewawancarai siswa, observasi langsung, dan lain sebagainya. Di
samping itu, peneliti juga bisa melakukan wawancara dengan siswa
dan observasi langsung. Kemudian, semua data dari segala sumber
tersebut dikumpulkan dan dianalisis secara kolaboratif sehingga
penyebab utama munculnya masalah dapat ditemukan.
Akar masalah tersebut harus digali sedalam-dalamnya sehingga
ditemukan akar masalah yang benar-benar menjadi penyebab utama
terjadinya masalah. Akar masalah inilah yang nantinya akan menjadi
tolak ukur tindakan. Dengan menemukan akar masalah, maka sama
halnya dengan si peneliti telah menemukan separuh dari solusi
masalah. Sebab, solusi masalah sebenarnya merupakan kebalikan dari
akar masalah.
c) Ide untuk memecahkan masalah; Sebagaimana disebutkan di atas,
bahwa akar masalah menjadi tumpuan bagi rencana tindakan untuk
mengatasi masalah. Rencana tindakan sebagai langkah mengatasi
masalah inilah yang disebut dengan ide orisinal peneliti. Tetapi,
sebelum memutuskan tindakan apa yang akan dikenakan kepada
siswa, peneliti harus mengembangkan banyak alternatif sebagai
pengayaan tindakan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah peneliti
harus mempunyai dukungan teori atau referensi rujukan atas tindakan
yang akan dikenakan kepada siswa. Sebab, PTK adalah kegiatan
ilmiah sehingga tanpa adanya dukungan teori yang memadai, sebaik
apapun tindakan guru, maka hal itu tidak akan dianggap sebagai
perilaku ilmiah. Setelah identifikasi masalah, menemukan akar
masalah, merumuskan masalah, dan menemukan alternatif tindakan
sebagai solusi masalah, maka peneliti dapat membuat judul penelitian.

9
2) Tahap Acting (pelaksanaan); Menurut (Kunandar, 2011), tahap kedua dari
PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah
direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu
diingat bahwa pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi
harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh
dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat
disinkronkan dengan maksud semula.
3) Tahap Observation (pengamatan); Tahap ketiga dalam PTK adalah
pengamatan (observing). Menurut Supardi dalam (Kunandar, 2011)
menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap III adalah
pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini,
peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara
mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data
(angket/wawancara/observasi, dan lain-lain). Lebih lanjut (Kunandar, 2011)
menyatakan jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus
dilakukan oleh kolaborator, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.
Walaupun demikian, antara tindakan (dilakukan oleh guru) dan pengamatan
(dilakukan oleh kolaborator), keduanya harus berlangsung dalam satu waktu
dan satu tempat atau kelas. Inilah sebabnya, mengapa Suharsimi
mengatakan kurang tepat jika pengamatan disebut sebagai tahap ketiga.
Sebab, antara tahap kedua dan tahap ketiga itu berlangsung secara
bersamaan. Walaupun demikian, tidak ada salahnya kita menyebut
“pengamatan” sebagai tahap ketiga dalam PTK. Hanya saja, sebutan ini
hanya untuk membedakan antara tindakan dan pengamatan, bukan
menunjukkan suatu urutan.
Ketika guru PPKn sedang melakukan tindakan di kelas, secara otomatis
seluruh perhatiannya terpusat pada reaksi siswa dan tindakan selanjutnya
yang akan diterapkan. Atas dasar ini, tidak mungkin guru mengamati
tindakannya sendiri. Di sinilah diperlukan seorang pengamat yang siap
merekam setiap peristiwa berkaitan dengan tindakan guru. Sambil merekam

1
peristiwa yang terjadi, pengamat sebaiknya juga membuat catatan-catatan
kecil agar memudahkan dalam menganalisis data.
4) Tahap Refleksi; Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi
(reflecting). Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang telah dilakukan. Refleksi juga sering disebut dengan istilah
"memantul.” Dalam hal ini, peneliti seolah memantulkan pengalamannya ke
cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan
kekurangannya. Menurut (Kunandar, 2011) jika penelitian dilakukan secara
individu, maka kegiatan refleksi lebih tepat disebut sebagai evaluasi diri.
Evaluasi diri adalah kegiatan untuk melakukan introspeksi terhadap diri
sendiri. Ia harus jujur terhadap dirinya sendiri dalam mengakui kelemahan
dan kelebihannya. Dalam hal ini, guru dan peneliti juga harus mengakui
sisi-sisi mana yang telah sesuai dan sisi mana harus diperbaiki. Refleksi atau
evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai
dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru yang melakukan
tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau
kolaborator. Tetapi, jika PTK dilakukan secara sendirian, maka refleksi
yang paling efektif adalah berdialog dengan diri sendiri untuk mengetahui
sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain yang harus
diperbaiki.
5) Tambahan: Siklus-Siklus dalam PTK; Siklus adalah putaran dari suatu
rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, hingga
pada evaluasi. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus-siklus dalam PTK
adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK, sebagaimana
disebutkan di atas. Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Menurut
(Kunandar, 2011) jika dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka
siklus kedua dan seterusnya merupakan putaran ulang dari tahapan
sebelumnya. Hanya saja, antara siklus pertama, kedua, dan selanjutnya
selalu mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi, antara siklus yang
satu dengan yang lain tidak akan pernah sama, meskipun melalui tahap-

1
tahap yang sama. Setiap akhir refleksi selalu menjadi babak baru bagi siklus
berikutnya. Artinya, guru dan pengamat harus selalu diskusi setiap akhir
refleksi untuk merencanakan tindakan baru atau memasuki siklus kedua.
Dengan proses atau tahapan yang sama, guru dapat melanjutkan ke siklus-
siklus berikutnya, jika memang sampai pada siklus tertentu ia belum merasa
puas atau belum berhasil mendongkrak prestasi belajar siswa. Demikian
seterusnya, sehingga semakin banyak siklus yang dilalui, semakin baik hasil
yang diperoleh. Hasilnya adalah, kepuasan guru dan kepuasan siswa atas
prestasi belajarnya.
Gambar 4.2. Alur siklus penelitian tindakan kelas

Sumber: goeroendeso.wordpress.com

c. Membuat PTK dalam Pembelajaran PPKn


Dalam membuat PTK pada pembelajaran PPKn diperlukan adanya rencana
penelitian berupa setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian, variabel
yang akan diselidiki, rencana tindakan, data dan cara pengumpulannya, indikator
kinerja dan analisis data yang akan dilakukan.

1
1) Setting dan karakteristik subjek penelitian; Pada bagian setting penelitian
dan karakteristik subjek ini disebutkan dimana penelitian tersebut akan
dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut
seperti komposisi peserta didik pria dan wanita, latar belakang sosial
ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan
dan lain sebagainya. Aspek substantif permasalahan, juga dikemukakan
pada bagian ini.
2) Variabel yang akan diteliti; Pada bagian variabel yang akan diselidiki
ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik-titik incar untuk
menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa
a. Variabel input yang terkait dengan peserta didik, guru, bahan
pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan
lain sebagainya, namun dalam PTK, lazimnya variabel X yaitu
tindakan guru merupakan variabel
b. Proses penyelenggaraan KBM seperti interaksi belajar-mengajar,
keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar
peserta didik, implementasi berbagai metode mengajar di kelas yang
inovatif, dan sebagainya
c. Variable output (Y) seperti rasa keingintahuan peserta didik,
kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan, motivasi
peserta didik, hasil belajar peserta didik, sikap terhadap pengalaman
belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan
sebagainya.
Menurut (Arikunto, 2008) bahwa rencana tindakan ini digambarkan
rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran,
seperti:
a) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan
PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelacakan
tes diagnostik untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan skenario
pembelajaran dengan minimal 4 kali pertemuan tatap muka
(penyajian materi, penilaian hasil belajar peserta didik, analisis hasil

1
penilaian, dan tindak lanjut yang dapat berupa pengajaran remedial
dan atau pengayaan), pengadaan alat-alat dalam rangka
implementasi PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan
tindakan perbaikan yang perlu ditetapkan sebelumnya. Disamping
itu juga diuraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan
dalam rangka perbaikan masalah.
b) Implementasi tindakan yaitu skenario kerja tindakan perbaikan dan
prosedur tindakan yang akan diterapkan.
c) Observasi dan interpretasi yaitu uraian tentang prosedur
perekaman/observasi dan penafsiran data mengenai proses dan
produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
d) Analisis dan refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap
hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak
tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan
serta kriteria dan rencana bagi tindakan berikutnya.
3) Data dan cara pengumpulannya; Pada bagian data dan cara
pengumpulannya, PTK pada pembelajaran PPKn ini ditunjukkan dengan
jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan variabel X
yaitu proses tindakan guru dan respon siswa maupun dampak tindakan
perbaikan (variabel Y) yang digelar, yang akan digunakan sebagai dasar
untuk menilai keberhasilan atau kekurang-berhasilan tindakan perbaikan
pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif,
kuantitatif, atau kombinasi keduanya.Di samping itu teknik pengumpulan
data setiap variabel yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas
seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi
aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu
rekam yang akan digunakan) penggambaran interaksi dalam kelas (analisis
sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen
dan sebagainya. Selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini
tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, para guru juga harus aktif
sebagai pengumpul data, bukan semata-mata sebagai sumber data. Akhirnya

1
semua teknik pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian
kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun
mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik,
penggunaan teknik perekaman data yang canggih dapat saja terkendala pada
tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.Validasi
dalam penelitian PTK diperlukan agar diperoleh data yang valid. Validitas
yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan data yang akan
dikumpulkan. Untuk data kuantitatif (berbentuk angka) umumnya yang
divalidasi instrumennya. Validitas yang digunakan, validitas teoritis maupun
validitas empirik. Untuk itu diperlukan kisi-kisi agar terpenuhinya validitas
teoritik. Data kualitatif (misalnya observasi, wawancara), dapat divalidasi
melalui triangulasi: triangulasi sumber, data berasal dari beberapa sumber.
Atau triangulasi metode, data berasal dari beberapa metode.
4) Indikator Kinerja; Pada bagian Indikator kinerja ini tolak ukur keberhasilan
tindakan perbaikan yang akan dipakai, ditetapkan secara eksplisit sehingga
memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK; jika
bertujuan mengurangi kesalahan konsep peserta didik, misalnya, perlu
ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah jenis
dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut
diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang
dimaksud.
5) Analisis Data; Analisis data yang akan digunakan sesuai dengan metode dan
jenis data yang dikumpulkan. Pada PTK, data yang dikumpulkan dapat
berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. Pada PTK tidak harus
menggunakan uji statistik, tetapi bisa saja cukup dengan deskriptif. Data
kuantitatif menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu
membandingkan misalnya nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1
dan nilai tes setelah siklus 2. Data kualitatif hasil pengamatan maupun
wawancara menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil
observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.

1
6) Bagian Akhir; Pada bagian akhir proposal berisi daftar pustaka dan
lampiran. Daftar pustaka yang akan dipakai dalam penelitian disusun
menurut urutan abjad pengarang; hendaknya pustaka benar-benar relevan
dan sungguh-sungguh akan dipergunakan dalam penelitian.

d. Refleksi Dalam Pembelajaran PPKn


Refleksi dalam pembelajaran tidak dapat dipersempit pada satu metode
saja untuk diterapkan pada satu kelas (Suprijono, 2010). Guru membawa
pengalaman yang berbeda-beda ke dalam pembelajaran. Pengalaman-pengalaman
yang diperoleh siswa akan membentuk pengetahuan tentang diri mereka misalnya
minat, kapabilitas dan sikap-sikap mereka. Dimana dalam hal ini guru PPKn harus
mampu mengkondisikan siswa pada lingkungan belajar meliputi fasilitator agenda
pelaksanaan, ruang dan waktu pelaksanaan, dengan adanya lingkungan belajar
yang mendukung, motivasi belajar siswa akan dapat meningkat dengan baik,
sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujudkan dengan baik terkendali.
Refleksi pada siswa dapat terjadi pada kondisi tertentu yang harus
dipenuhi. Secara umum menurut (Moon, 1999) ada tiga kondisi yang dapat
mempengaruhi terjadinya refleksi pada siswa, yaitu:
1) Lingkungan belajar meliputi fasilitator agenda pelaksanaan, ruang
dan waktu pelaksanaan
2) Pengelolaan refleksi meliputi perencanaan tujuan dan hasil refleksi,
strategi dalam membimbing refleksi, dan mekanisme pelaksanaan
refleksi
3) Kualitas tugas yang diberikan guru, misalnya tugas yang menuntut
siswa mengintegrasikan apa yang baru dipelajari dengan apa yang
dipelajari sebelumnya, menuntut pelibatan proses berpikir, serta
membutuhkan evaluasi.
Hal ini sesuai menurut (Dale, 2012) yang berpendapat bahwa strategi
refleksi dalam pembelajaran merupakan metode pembelajaran yang selaras
dengan teori konstruktivisme yang memandang bahwa pengetahuan tidak diatur
dari luar diri seseorang tetapi dari dalam dirinya. Konstruktivisme mengarahkan

1
untuk menyusun pengalaman-pengalaman siswa dalam pembelajaran sehingga
mereka mampu membangun pengetahuan baru. Pembelajaran reflektif sebagai
salah satu tipe pembelajaran yang melibatkan proses refleksi siswa tentang apa
yang dipelajari, apa yang dipahami, apa yang dipikirkan, dan sebagainya,
termasuk apa yang akan dilakukan kemudian.
Pendapat tersebut didukung dengan pendapat (Suprijono, 2010) yang
mengungkapkan bahwa refleksi pembelajaran dapat digunakan untuk melatih
siswa berpikir aktif dan reflektif yang dilandasi proses berpikir ke arah
kesimpulan-kesimpulan yang definitif. Kegiatan refleksi seseorang dapat lebih
mengenali dirinya, mengetahui permasalahan dan memikirkan solusi untuk
permasalahan tersebut. Dengan demikian refleksi pembelajaran yang diberikan
oleh guru PPKn akan membantu siswa memahami materi berdasarkan
pengalaman yang dimiliki sehingga mereka memiliki kemampuan menganalisis
pengalaman pribadi dalam menjelaskan materi yang dipelajari. Proses belajar
yang mendasarkan pada pengalaman sendiri akan mengeksplorasi kemampuan
siswa untuk memahami peristiwa atau fenomena. Peran refleksi secara lebih rinci
dalam belajar menurut (Khadijah, 2011) dapat terlihat pada tiga hal, yaitu:
1) Membantu restruktur pemahaman pada struktur kognitif dalam melakukan
transformasi belajar,
2) Membantu representasi belajar dimana proses rekonsiderasi dan umpan
baliknya melibatkan manipulasi pemahaman.
3) Membantu mengembangkan pemahaman dalam penggunaan pengalaman
siswa sebagai bahan pelajaran tanpa meninggalkan konteks belajar itu
sendiri
Refleksi dalam pembelajaran PPKn memiliki asumsi bahwa pembelajaran
tidak dapat dipersempit pada satu metode saja untuk diterapkan pada satu kelas.
Guru membawa pengalaman yang berbeda-beda ke dalam pembelajaran.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa akan membentuk pengetahuan
tentang diri mereka misalnya minat, kapabilitas dan sikap-sikap mereka. Menurut
(Moon, 1999) mengatakan bahwa refleksi pada siswa dapat terjadi pada kondisi
tertentu yang harus dipenuhi. Secara umum ada tiga kondisi yang dapat

1
mempengaruhi terjadinya refleksi pada peserta didik, yaitu:
1) Lingkungan belajar meliputi fasilitator agenda pelaksanaan, ruang dan
waktu pelaksanaan
2) Pengelolaan refleksi meliputi perencanaan tujuan dan hasil refleksi, strategi
dalam membimbing refleksi, dan mekanisme pelaksanaan refleksi
3) Kualitas tugas yang diberikan guru, misalnya tugas yang menuntut siswa
mengintegrasikan apa yang baru dipelajari dengan apa yang dipelajari
sebelumnya, menuntut pelibatan proses berpikir, serta membutuhkan
evaluasi.
Menurut (Khodijah, 2011) teknik pelaksanaan refleksi dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok. Ada berbagai teknik yang dapat digunakan
guru dalam mendorong terjadinya refleksi dalam diri siswa, di antaranya: (a)
waktu dan ruang untuk merefleksi, (b) closing circle, (c) kartu indeks, (d) menulis
jurnal, dan (e) menulis surat. Sedangkan tahap pembelajaran terbagi menjadi
empat tahap, yaitu: (a) pendahuluan meliputi apersepsi, mengaitkan pengetahuan
awal siswa dengan pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran; (b) diskusi
meliputi diskusi kelompok dan presentasi kelompok dalam diskusi kelas; (c)
refleksi meliputi analisis, pemaknaan dan evaluasi; dan (d) penutup meliputi
konfirmasi dan penarikan kesimpulan

e. Tahapan Pelaksanaan PTK dalam Pembelajaran PPKn


Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran merupakan salah satu tuntutan kompetensi guru, oleh karena itu
siapapun guru dan calon guru dituntut mampu melakukan penelitian tindakan
kelas untuk peningkatan keprofesionalan mereka. Menurut (Arikunto, 2008)
mengatakan bahwa bagian pertama sajian ini tentang Penyusunan Proposal PTK
berisi tentang: isi proposal, bagian pokok dan bagian akhir dari proposal PTK.
Sementara yang menjadi bagian kedua Penyusunan Laporan Hasil PTK
menguraikan tentang bagian awal, bagian pokok dan bagian akhir laporan hasil
PTK (yang akan terbit pada edisi mendatang). Penyusunan usulan/proposal
penelitian merupakan langkah awal penulisan penelitian. Penyusunan proposal

1
mencakup beberapa langkah yaitu
1) Pengajuan usulan judul,
2) Persetujuan judul,
3) Pembimbingan (jika perlu),
4) Revisi
5) Pengesahan proposal yang telah disetujui.
Lebih lanjut menurut (Arikunto, 2008) mengatakan bahwa PTK
merupakan kegiatan nyata, untuk meningkatkan mutu PBM; merupakan tindakan
oleh guru kepada siswa yang harus berbeda dari kegiatan biasanya. PTK terjadi
dalam siklus berkesinambungan; minimum dua siklus. Judul memuat gambaran
upaya yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran sesuai hasil analisis
karakteristik siswa dalam pembelajaran sebelumnya, tindakan yang diambil untuk
merealisasikan upaya perbaikan pembelajaran, dan setting penelitian. Judul
sebaiknya tidak lebih dari 15 kata/frasa.
Dalam penyusunan usulan penelitian/proposal penelitian perlu dilakukan
beberapa kegiatan pokok, yaitu;
1) Mendeskripsikan dan menemukan masalah dengan berbagai
metode atau cara,
2) Menentukan cara pemecahan masalah dengan pendekatan, strategi,
media, atau kiat tertentu,
3) Memilih dan merumuskan masalah baik berupa pertanyaan atau
pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya,
4) Menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang
ditetapkan,
5) Memilih dan menyusun perspektif, konsep, dan perbandingan yang
akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK,
6) Menyusun siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang
diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah
dirumuskan,
7) Menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun
instrumen yang diperlukan untuk menjaring data,

1
8) Menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data.
Hasil kegiatan di atas dituangkan dalam kerangka proposal yang terdiri
dari 3 bagian yang ditulis tidak lebih dari 15 halaman (khusus untuk bagian
pokok). Tiga bagian itu adalah
1) Bagian awal (halaman sampul, halaman persetujuan, Kata
Pengantar dan daftar isi),
2) Bagian pokok; Pendahuluan: latar belakang, rumusan masalah dan
pemecahannya, tujuan dan manfaat penelitian; Kajian pustaka:
kajian teori, kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir
dan hipotesis, Rencana Penelitian: setting dan subjek penelitian,
prosedur PTK, pengumpulan dan analisis data
3) Bagian akhir; Bagian pokok proposal terdiri dari 3 yaitu: (1)
pendahuluan: latar belakang, rumusan masalah dan pemecahannya,
tujuan dan manfaat penelitian; (2) kajian pustaka: kajian teori,
kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis,
dan (3) rencana penelitian: setting dan subjek penelitian, prosedur
PTK, pengumpulan dan analisis data.
1. Pendahuluan; Menurut (Arikunto, 2008) mengatakan bahwa pendahuluan
proposal penelitian berisikan latar belakang permasalahan. permasalahan
penelitian, cara pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian.
a) Latar Belakang Masalah; Dalam latar belakang permasalahan diuraikan
urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk
itu, harus ditunjukkan fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari
pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan
beberapa hasil penelitian-penelitian terdahulu (apabila ada) juga akan lebih
mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi
permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan.
Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya
tercermin dalam uraian di bagian ini. Menurut (Aunurrachman, 2009)
untuk itu beberapa hal berikut ini perlu dimasukkan dalam latar belakang

2
masalah adalah menuliskan kenyataan yang ada (kondisi awal) dalam hal
ini kondisi awal sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Serta
menuliskan harapan yang dituju (kondisi akhir), yaitu kondisi setelah
dilakukan penelitian. Harapan yang dituju (kondisi akhir) dapat berupa
kondisi akhir yang diteliti atau bagi subyek penelitian (peserta
didik/guru/kepsek), maupun kondisi akhir peneliti.
b) Permasalahan Penelitian; Menurut (Hatimah dkk, (2008) mengatakan
bahwa dalam merumuskan permasalah dalam penelitian PTK haruslah
mengamati 2 hal yakni kesenjangan antara kenyataan dan harapan.
Kesenjangan yang dimaksud adalah (1) Kesenjangan antara kondisi awal
dan kondisi akhir masalah pokok dari subyek penelitian, (2) Kesenjangan
antara kondisi awal dan kondisi akhir masalah lain dari peneliti. Dalam hal
ini jika berkaitan dengan PTK pada pembelajaran PTK maka menulis
masalah yang dihadapi yaitu adanya kesenjangan antara harapan (kondisi
akhir) dengan kenyataan (kondisi awal): Masalah yang diteliti, nilai
ulangan kenyataan (kondisi awal)-nya masih rendah, harapan (kondisi
akhir)-nya meningkat; Masalah peneliti, kondisi awal pembelajarannya
belum memanfaatkan alat peraga, harapan (kondisi akhir)-nya
menggunakan alat peraga. Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani
melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah
hendaknya benar-benar diangkat dari masalah keseharian di sekolah yang
memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya
permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang
secara teknis metodologik diluar jangkauan PTK. Uraian permasalahan
yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan
dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga
gambaran permasalahan yang perlu ditangani itu nampak menjadi
perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan
masalah tersebut.
2. Cara Pemecahan Masalah; Menurut (Arikunto, 2008) mengatakan bahwa
dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah

2
yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai
landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah.
Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan pemanfaatan hasil
pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan
implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah
lainnya. Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari
kemanfaatan penelitian formal. Menulis cara pemecahan masalah pada
pembelajaran PPKn diperlukan sebuah identifikasi masalah, pembatasan
masalah dan perlu adanya solusi. Pada saat melakukan identifikasi masalah,
guru sudah harus mengkaji berbagai literatur yang relevan. Identifikasi masalah
pada umumnya berupa pertanyaan, banyaknya pertanyaan selalu lebih dari satu
sehingga banyaknya pertanyaan lebih banyak dari banyaknya rumusan
masalah.
Lebih lanjut (Arikunto, 2008) penggunaan kalimat tanya dimulai dari yang
komplek (holistik) sampai yang spesifik (atomistik). Kalimat tanya tersebut
tidak harus dijawab, karena hanya sebagai identifikasi masalah; kalimat tanya
tersebut harus mengacu/mengandung variabel pada masalah pokok (Y).
Pembatasan masalah, diperlukan adanya pembatasan masalah agar penelitian
lebih terfokus; Langkah awal, membatasi banyaknya variabel yang diteliti,
variabel apa saja. Membatasi atau menjelaskan variabel terikat, misalnya
penyusunan proposal Penelitian Tindakan Kelas, untuk peserta didik mana,
kelas berapa, semester kapan, tahun kapan, materi apa dan sebagainya.
Membatasi atau menjelaskan variabel bebas (X), misalnya, alat peraganya apa,
apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, kapan tindakan itu akan dilakukan.
3. Rumusan Masalah; Menurut (Arikunto, 2008) rumusan masalah dikembangkan
dari identifikasi dan pembatasan masalah umumnya berbentuk kalimat tanya.
Kalimat tanya pada rumusan masalah lebih terinci karena telah melalui
identifikasi dan pembatasan masalah. Kalimat tanya yang diajukan mengacu ke
variabel pada masalah pokok (Y) dan variabel pada masalah lain yang diteliti
(X). Kalimat tanya pada rumusan masalah kelak harus terjawab setelah
pelaksanaan tindakan. Kualitas penelitian sangat dipengaruhi oleh kualitas

2
jawaban bukan hanya banyaknya rumusan masalah. Rumusan masalah akan
dipakai sebagai dasar untuk penentuan teori yang akan digunakan; Selain itu
juga sebagai arah dalam menentukan judul penelitian, sebagai arah dalam
menentukan metode penelitian dan sebagai arah dalam menentukan jenis
penelitian
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian; Menurut (Arikunto, 2008) tujuan PTK
hendaknya dirumuskan secara jelas, paparkan sasaran antara dan akhir tindakan
perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakikat permasalahan
yang dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,
artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat
dikemukakan PTK di bidang PPKn yang bertujuan meningkatkan prestasi
peserta didik dalam mata pelajaran PPKn melalaui penerapan strategi PBM
yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan
sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan
merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya
dapat diverifikasi secara obyektif. Di samping tujuan PTK, juga perlu diuraikan
kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan
secara spesifik keuntungan-keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi
peserta didik sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di
samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan-rekan guru lainnya serta
mungkin bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks
penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni
tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan
kehadirannya tidak ditolak.
5. Kajian Pustaka; Menurut (Arikunto, 2008) pada bagian ini berisi kajian teori,
penelitian yang relevan (bila ada), kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan
yang mendasari rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan
dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi
permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun
kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada

2
bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan
indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
6. Kajian Teori; Menurut (Arikunto, 2008) pada kajian teori dipaparkan landasan
substantif dalam arti teoritik dan/atau metodologi yang dipergunakan peneliti
dalam menentukan alternatif yang akan diimplementasikan. Tinjauan pustaka
berisi falsafah dasar, teori, dan konsep yang sangat erat kaitannya dengan
scope penelitian yang akan dilakukan. Teori-teori yang diambil harus relevan
dengan: (1) permasalahan dilihat dari isinya, dan (2) variabel yang diteliti
dilihat dari judul/sub judul yang ditulis pada kajian teori terutama variabel
tindakan (X) harus dijelaskan bukan hanya teori tentang apa dan mengapa
penting, tetapi bagaimana secara teoritis implementasi variabel X dalam
pembelajaran. Tinjauan pustaka diambil dari teori-teori yang terbaru dan dari
berbagai aliran. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik
pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan maupun pelaku-pelaku
PTK lain disamping terhadap teori-teori yang lazim termuat dalam berbagai
kepustakaan. Setelah itu dilanjutkan dengan ulasan teoritik.
7. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan; Menurut (Arikunto, 2008) penelitian
yang telah ada/dilakukan sebelumnya, relevan dengan permasalahan dan
variabel yang diteliti perlu dikaji untuk menghindari duplikasi. Penelitian yang
relevan yang perlu dikaji baik yang dilakukan oleh peneliti sendiri maupun
oleh orang lain. Kajian ini menjadi dasar ulasan penelitian-penelitian empiris
yang berkaitan dengan teori yang digunakan sebagai landasan. Argumentasi
logis dan teoritis diperlukan bukan hanya untuk membuat ulasan, tetapi juga
untuk menyusun kerangka teori/konseptual. Dari sini akan nampak celah atau
kesempatan yang membedakan penelitian kita dan penelitian
sebelumnya/lainnya.
8. Kerangka Pikir; Menurut (Arikunto, 2008) dalam kerangka pikir, perlu
dicantumkan sebatas yang diteliti dan dapat dikutip dari dua atau lebih karya
tulis/bacaan. Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan
dengan permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil
penelitian terdahulu. Semakin banyak sumber bacaan, semakin baik, dengan

2
jumlah minimal 10 (sepuluh) sumber, baik dari teks book atau sumber lain
misalnya jurnal, artikel dari majalah, koran, internet dan lain-lain. Sementara
menurut (Slamet, 2011) bahwa kerangka pemikiran yang berisi penjelasan
teoritik digunakan untuk mendiagnosis masalah. Dari diagnosis ini, kemudian
dilanjutkan dengan memodelkan penelitian yang dibuat. Disini terkandung
teori dasar dan referensi penelitian terdahulu. Kerangka pemikiran bisa juga
dibantu dengan menampilkan bagan yang akan membantu mempermudah
pembaca mengetahui arah penelitian dan bagi peneliti bisa sebagai petunjuk
penguraian variabel dan indikator instrumen penelitian. Pada akhir kerangka
teori penulis menyusun model teori dengan memberi keterangan. Model teori
dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang
sedang dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah
ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-teori pendukung yang ada. Dari
kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika
dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus
dicantumkan.
9. Hipotesis Penelitian; Menurut (Arikunto, 2008) mengatakan bahwa hipotesis
diturunkan dari kerangka pemikiran. Berdasarkan rumusan masalah penelitian,
tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran, maka dapat diturunkan hipotesis
atau dugaan. Hipotesis berisi hipotesis tindakan, bukan hipotesis statistik
maupun hipotesis penelitian; Dengan demikian merupakan jawaban sementara
berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir; Selain itu hipotesis
menjawab rumusan masalah yang diajukan, dan merupakan hipotesis tindakan
bukannya hipotesis penelitian.

f. Membuat Laporan PTK


Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, atau
hal apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh seseorang
atau badan yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu. Ada
beberapa jenis laporan misalnya rapor sekolah, laporan hasil praktikum, dan hasil
tes laboratorium. Sedangkan laporan PTK termasuk jenis laporan lebih tinggi

2
penyajiannya. Laporan hasil PTK adalah laporan yang ditulis secara sistematis
berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri. Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat,
memberitahukan, dan merekomendasikan hasil penelitian. Maka dari itu laporan
PTK ditulis karena merupakan dokumen yang dapat dijadikan acuan, serta dapat
diketahui oleh umum, terutama oleh para guru yang barangkali mengalami
masalah yang sama dengan yang dilaporkan.
Sistematika laporan hasil PTK pada umumnya tidak jauh berbeda dari
laporan penelitian formal. Laporan hasil PTK terdiri dari 3 bagian yaitu: awal,
pokok, dan akhir.
a) Bagian Awal; Bagian awal laporan penelitian hasil PTK terdiri dari: halaman
judul, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar
lampiran. Uraian berikut ini menjelaskan teknik penulisannya. Namun sebelum
masuk ke masing-masing item bagian awal laporan, disajikan terlebih dahulu
tentang sampul/cover laporan hasil PTK. Adapun yang disajikan pada bagian
awal, yakni:
1. Sampul
2. Halaman judul
3. Halaman motto dan persembahan
4. Abstrak
5. Prakata
6. Daftar isi
7. Daftar tabel, gambar dan lampiran
b) Bagian Pokok; Pada bagian pokok laporan penelitian terdiri dari 5 BAB, yaitu
BAB I pendahuluan, BAB II kajian pustaka, BAB III metode penelitian
tindakan kelas, BAB IV pelaksanaan dan hasil penelitian tindakan kelas serta
pembahasan, BAB V penutup. Adapun yang menjadi pokok tiap BAB yaitu
sebagai berikut
1) BAB I Pendahuluan; Bagian ini adalah bab pertama laporan penelitian
yang mengantarkan pembaca untuk mengetahui ihwal topik penelitian,

2
alasan dan pentingnya penelitian (Wahidmurni, 2008). Oleh karena itu,
bab pendahuluan memuat uraian tentang
a. Latar belakang masalah
b. Identifikasi masalah
c. Rumusan masalah
d. Tujuan penelitian
e. Kegunaan penelitian
2) BAB II Kajian Pustaka; Pada bagian ini materi dari proposal diperluas
dan dipertajam lagi sehingga kajian penelitian yang relevan, teori,
kerangka berpikir dan hipotesis tindakan menjadi lebih sempurna.
Uraikan dengan lebih jelas lagi kajian pustaka dan teori yang benar-
benar mendasari rancangan penelitian tindakan. Tunjukkan adanya
dukungan temuan dan bahan penelitian lain terhadap pilihan tindakan
untuk mengatasi permasalahan penelitian. Dengan begitu kerangka
berpikir atau kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian makin
kokoh. Demikian juga hipotesis tindakan yang menggambarkan
indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi. Dan isi
pada bagian ini berupa;
a. Kajian teori
b. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan
c. Kerangka pikir
d. Hipotesis tindakan/penelitian
3) BAB III Metode Penelitian; Dalam metode penelitian ini dipaparkan
berupa;
a. Setting dan karakteristik subjek penelitian
b. Variabel yang diselidiki
c. Prosedur penelitian
d. Data dan cara pengumpulannya
4) BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan; Pada hasil penelitian dan
pembahasan ini haruslah sesuai judulnya, memaparkan uraian
pelaksanaan masing-masing siklus dengan data lengkap, mulai dari

2
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi.
Kemudian perlu ditonjolkan hal yang mendasar yaitu hasil penelitian
yang sesuai dengan tujuan yang tercermin dari perubahan (kemajuan)
pada diri peserta didik, lingkungan, guru sendiri, motivasi dan aktivitas
belajar, situasi kelas, hasil belajar dan lain sebagainya. Kemukakan
grafik dan/ tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan
perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas.
Pada BAB IV ini terdapat beberapa hal yakni;
a. Pelaksanaan tindakan
b. Hasil analisis data
c. Pembahasan
5) BAB V Kesimpulan dan Saran; Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan
atau memberi pendapat berdasarkan apa-apa yang diuraikan
sebelumnya. Sejalan dengan itu, kesimpulan atau simpulan adalah
kesudahan pendapat atau pendapat terakhir yang dibuat berdasarkan
uraian sebelumnya. Dalam kaitan dengan PTK, simpulan harus disusun
secara singkat, padat, dan jelas; sesuai dengan uraian, dan mengacu
kepada pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan. Di samping itu,
simpulan harus disusun secara sistematis sesuai dengan urutan
pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan
c. Bagian Akhir; Bagian akhir dari format laporan penelitian terdiri dari Daftar
Pustaka dan lampiran-lampiran. Ada dua hal yang berkaitan dengan Daftar
Pustaka/acuan, yaitu: 1) Petunjuk pengacuan pada teks, dan 2) Penyusunan
Daftar Pustaka. Tuliskanlah semua bacaan atau referensi yang dimuat dalam
bagian pokok laporan ini.

3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi


Dalam pembelajaran PPKn kemungkinan akan ditemukan masalah
pembelajaran yang segera harus diatasi atau segera dicari solusi pemecahannya.
Sebagai guru yang profesional guru PPKn dengan niat yang tulus berusaha

2
menemukan cara mengatasi masalah pembelajaran dengan mengadakan penelitian
tindakan kelas. Karena penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas sendiri maka
sangat mudah untuk dilakukan dan sangat mudah untuk menemukan solusi terbaik
dalam mengatasi masalah pembelajaran PPKn.

4. Forum Diskusi
Tugas
CPMK Sub-CPMK Bahan Kajian
Terstruktur
Mampu 1. Mampu mengidentifikasi a. Langkah- 1. Jelask
mengembang masalah pembelajaran PPKn di langkah anlah
kan diri kelas dan merancang proposal membuat bagaimana
secara penelitian tindakan kelas proposal PTK cara
berkelanjutan (PTK) sesuai dengan kaidah dalam membuat
sebagai guru dan prinsip-prinsip penelitian. pembelajaran proposal,
PPKn
PPKn yang 2. Mampu melakukan refleksi pelaksanaan
b. Tahapan-
profesional terhadap pembelajaran PPKn dan laporan
tahapan
melalui yang telah dilaksanakan dan melaksanakan PTK dalam
penelitian, memanfaatkan hasil refleksi PTK dalam pembelajara
refleksi diri, untuk perbaikan proses dan pembelajaran n PPKn
pencarian hasil pembelajaran. PPKn 2. Bagai
informasi 3. Mampu melaksanakan PTK c. Membuat mana
baru, dan dan memberikan solusi serta laporan PTK pendapat
inovasi. perbaikan atas proses dan hasil dalam anda tentang
pembelajaran sesuai dengan pembelajaran refleksi yang
masalah pembelajaran PPKn PPKn dilakukan
yang ditetapkan. d.Hasil refleksi guru PPKn
pembelajaran dalam usaha
4. Mampu melaporkan hasil PPKn
perbaikan
PTK dan
mendiseminasikannya secara pembelajara
lisan dan tulisan dalam forum n
ilmiah atau dalam bentuk
artikel yang dipublikasikan
dalam jurnal lokal atau
nasional

2
C. PENUTUP

1. Rangkuman
Pelaksanaan PTK merupakan cara yang efektif dalam mengidentifikasi
masalah belajar siswa sehingga solusi atas permasalahan tersebut juga dapat
secara tepat diberikan kepada siswa. PTK juga mampu menjadi sarana bagi guru
untuk dapat segera mengambil tindakan secara menyeluruh terkait permasalahan
siswa baik secara akademik maupun non akademik. Penelitian Tindakan Kelas
ini terdapat empat langkah kegiatan yang lazim dilakukan yaitu (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi.

2. Test formatif
1 Peserta didik yang tidak dapat menjawab pertanyaan tentang materi
yang sedang dibahas berarti mengalami gejala…
a. kesulitan belajar
b. kesulitan konsentrasi
c. kesulitan menghafal
d. rendahnya motivasi
e. rendahnya daya ingat
2 Penelitian dilakukan adalah untuk mengatasi atau mencari jawab atas suatu
permasalahan. Didalam penelitian Tindakan kelas, permasalahan yang akan
dijawab adalah:
a. permasalahan siswa
b. permasalahan kurikulum
c. permasalahan sarana/prasarana
d. permasalahan manajerial kelas
e. permasalahan belajar
3 Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas jumlah siklus berdasarkan
ketentuan adalah...
a. sampai tercapai indikator kinerja dan setiap siklusnya tiga kegiatan

3
b. sampai tidak ada lagi data baru dan setiap siklusnya tiga kegiatan
c. maksimal lima siklusnya dan setiap siklusnya tiga kegiatan
d. dua sampai tiga siklus dan setiap siklus tiga kegiatan
e. tidak ada batasan siklus dan kegiatan.
4 Pengertian kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang
belajar. Adapun komponen dalam sebuah kelas yang dapat dikaji melalui
penelitian tindakan adalah:
a. permasalahan siswa yang sering terlambat datang masuk kelas
b. kurangnya kemampuan guru dalam menertibkan siswa dalam
pembelajaran
c. materi pelajaran yang terlalu bertele-tele pembahasannya
d. hasil pembelajaran siswa yang kurang mendukung nilai kelulusan
e. permasalahan dalam kesulitan belajar yang dialami siswa.
5 Contoh rumusan permasalahan dalam rangka menyusun proposal penelitian
tindakan kelas adalah...
a. Apakah pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar PPKn siswa kelas VII SMP Negeri Tunggul
Wulung Kebumen?
b. Sejauh Mana pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
motivasi belajar PPKn di SMP PGRI Glagah Wangi Sumedang?
c. Bagaimana pengaruh pemanfaatan TIK dalam meningkatkan hasil belajar
PPKn siswa kelas VII SMP Berdikari Kranggan?
d. Efektifitas pembelajaran dengan media pandang dengan ditinjau dari
motivasi belajar pada mata pelajaran PPKn di SMP Wonosalam Sleman?
e. Apakah penerapan metode ceramah efektif.
6 Pelaksanaan PTK merupakan cara yang efektif dalam mengidentifikasi
masalah belajar siswa sehingga solusi atas permasalahan tersebut juga dapat
secara tepat diberikan kepada siswa. Hal ini adalah merupakan…
a. sarana penelitian tindakan kelas
b. fungsi penelitian tindakan kelas
c. tujuan penelitian tindakan kelas

3
d. manfaat penelitian tindakan kelas
e. pengertian penelitian tindakan kelas
7 Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran mengikuti
beberapa langkah sintaks. Langkah yang dilakukan sebelum masuk pada
perencanaan siklus berikutnya adalah:
a. merumuskan pendahuluan sebagai langkah awal kegiatan
b. observing, melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa
c. planning, merencanakan kegiatan pada siklus pertama
d. acting, melaksanakan seluruh kegiatan untuk penelitian tindakan
e. reflecting, merefleksi kegiatan yang sudah selesai dilakukan
8 Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, pengumpulan data penelitian
dilakukan pada langkah:
a. merumuskan pendahuluan sebagai langkah awal kegiatan
b. observing, melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa
c. planning, merencanakan kegiatan pada siklus pertama
d. acting, melaksanakan seluruh kegiatan untuk penelitian tindakan
e. reflecting, merefleksi kegiatan yang sudah selesai dilakukan
f. Ketika mengidentifikasi masalah dalam penelitian tindakan kelas, harus
tepat menemukan permasalahan, diantaranya permasalahan harus bersifat
problematik. Permasalahan yang bersifat problematik adalah…
a. permasalahan yang menuntut pemecahan
b. permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru
c. permasalahan yang selalu muncul dalam pembelajaran
d. permasalahan pembelajaran yang berkaitan dengan kurikulum
e. permasalahan pembelajaran dengan penekanan pada aktivitas siswa
g. PTK memiliki ciri khusus yaitu sikap reflektif berkelanjutan, yang artinya
bahwa…
a. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil
penelitian guna memperbaiki proses tindakan pada siklus berikutnya
b. PTK merupakan upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran secara
kolaboratif

3
c. PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran riil sehari-hari yang
dialami oleh guru
d. PTK adalah penelitian eksperimen
e. PTK merupakan jenis penelitian yang paling tepat untuk perbaikan
proses pembelajaran

3. Daftar Pustaka
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.

-----------. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara

Aunurrachman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Jakarta: Depdiknas


Dirjen

Cohen, Louis & Lawrence Manion. 1980. Research Methods in Education,


London: Croom Helm

Hatimah, I, dkk. 2008. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Dirjen.

H. Dale. Schunk. 2012. Learning Theories: An Educational Perspective.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kunandar.2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.


Rajawali Pers.

Moon, Jenife. 1999. A Handbook for Reflective Practice and Profesional


Development. USA: Routledge.

Muslich, Masnur. 2011. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nisa, Khairun. 2019. Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Proposal


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Guru-Guru SDN Gugus 2
Mataram. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat: 2(2), Mei
2019.

Nurizzati. 2014. Ketertolakan Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal


Edueksos: 3(1), Januari-Juni, 137.

3
Nyayu, Khadijah. 2011. Reflective Learning sebagai Pendekatan Alternatif
dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam. Jurnal ISLAMICA: 6(1), Maret.

Slameto. 2011. Penyusunan Proposal dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas.


Salatiga: Widya Sari Press.

Sukayati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: PPPTK Matematika.

Suprijono. 2010. Cooperative Learning dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press

Wahidmurni. 2008. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian


Lapangan. Malang: IKIP Malang.

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2015 tentang Guru dan

Dosen Internet
https://www.kompasiana.com/asep81461/615e17e03ec8e01f642d6592/guru-
dan-penelitian
https://goeroendeso.wordpress.com/2018/03/18/mengenal-siklus-dalam-
penelitian-tindakan-kelas/
Kunci Jawaban
No Jawaban No Jawaban

1 A 6 b

2 E 7 e

3 D 8 c

4 E 9 b

5 A 10 a

3
4. Tugas Akhir.
1 Jelaskan tentang evaluasi pembelajaran komprehensif yang tepat pada mata
pelajaran PPKn.
2 Jelaskan tentang keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru yang
profesional.
3 Jelaskan tentang model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran PPKn
4 Jelaskanlah arti pentingnya melaksanakan penelitian tindakan kelas pada
mata pelajaran PPKn

5. Test Sumatif.
1. Tes, sering diartikan dengan pengukuran dan penilaian tetapi jika disimak
lebih dalam, tes memiliki pengertian yang berbeda dengan yang lainnya.
a. Tes (instrument) adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran,
biasanya bersifat kuantitatif.
b. Tes (instrument) adalah tindakan mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik-buruk.
c. Tes (instrument) adalah sebuah proses atau rangkaian penentuan nilai
yang dimaksudkan untuk melihat sejauh mana tujuan pendidikan, proses
pembelajaran telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
d. Tes (instrument) adalah alat untuk memperoleh informasi tentang suatu
hal atau obyek
e. Tes (instrument) adalah tindakan mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik-buruk.
2. Penilaian sering diartikan sama dengan tes dan pengukuran. Tetapi jika
disimak lebih dalam, penilaian memiliki pengertian yang berbeda dengan
yang lainnya.
a. Penilaian adalah alat untuk memperoleh informasi tentang suatu hal atau
objek.
b. Penilaian adalah evaluation, yaitu tindakan mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk.

3
c. Penilaian adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, biasanya
bersifat kuantitatif.
d. Penilaian adalah sebuah proses atau rangkaian penentuan nilai yang
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana tujuan dan proses pembelajaran
telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
e. Penilaian adalah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai
3. Evaluasi merupakan peristiwa mengukur dan menilai yang manfaatnya
adalah:
a. Merangsang guru untuk memahami makna tujuan pembelajaran PPKn
b. Merupakan umpan balik bagi guru untuk merubah kurikulum yang telah
dilaksanakan.
c. Membangkitkan motivasi belajar siswa, bila semua nilai-nilai yang
seharusnya tinggi, dicantumkan rendah.
d. Timbulnya nilai-nilai subjektif yang didasarkan pada kira-kira atau duga-
duga
e. Tidak perlu menata kembali bahan yang telah diajarkan atau yang telah
dikuasai oleh siswa, karena dapat membuang waktu.
4. Dalam pelaksanaan penilaian, jenis test ada dikategorikan pada tes obyektif
dan test yang subyektif. Tes essay dapat dikategorikan sebagai tes subyektif,
karena…
a. Nilai validitas kontennya yang tinggi.
b. Nilai validitas konstruknya yang rendah.
c. Nilai validitas ramalannya yang tinggi.
d. Nilai reliabilitasnya yang rendah.
e. Nilai reliabilitasnya yang tinggi
5. Dalam pelaksanaan penilaian, jenis test ada dikategorikan pada tes obyektif
dan test yang subyektif. Tes multiple choice termasuk ke dalam tes yang
sifatnya objektif, karena...
a. Nilai validitas contentnya yang tinggi.
b. Nilai validitas constructnya yang rendah.

3
c. Nilai validitas ramalannya yang tinggi.
d. Nilai validitasnya yang rendah.
e. Nilai reliabilitasnya tinggi
6. Untuk memberikan nilai yang tepat untuk hasil belajar siswa, harus berdasar
data yang benar. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan seperti dibawah
ini, kecuali..
a. Teknik pengumpulan data pre dan post test.
b. Teknik pengumpulan data unsur penting.
c. Teknik tes responsive diri.
d. Teknik pengumpulan data catatan pribadi.
e. Teknik pengumpulan dokumen
7. Untuk penyusunan instrumen soal yang tepat, harus mempedomani kaidah
penulisan soal. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan kualitas butir
tes uraian yang baik adalah ....
a. Menuntut jawaban berupa ungkapan pendapat siswa
b. Menuntut jawaban berupa fakta-fakta yang sebenarnya
c. Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
d. Ditulis oleh guru yang mengajar dikelas dikelas
e. Menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.
8. Pada evaluasi hasil belajar, dilaksanakan secara menyeluruh. Evaluasi
formatif berbeda dari evaluasi sumatif dilihat dari tujuan pelaksanaannya
yaitu ...
a. Evaluasi formatif dilaksanakan untuk menentukan tingkat penguasaan
siswa
b. Evaluasi sumatif dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan proses
pembelajaran
c. Evaluasi sumatif untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan
pembelajaran
d. Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui tingkat perkembangan
siswa

3
e. Evaluasi formatif dilaksanakan pada waktu pelaksanaan pada akhir unit,
semester, catur wulan.
9. Sebelum mengajukan pertanyaan, pak guru terlebih dahulu menyajikan data
tentang keadaan sosial masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, pak Budi
sedang menerapkan teknik ...
a. Pendekatan sosial
b. Memberi acuan
c. Memberi tuntunan
d. Mengadakan pemusatan
e. Memberi waktu berpikir
10. seorang guru harus menguasai kemampuan bertanya yang baik kepada siswa
dalam pembelajaran. Teknik bertanya adalah cara-cara yang digunakan oleh
guru untuk mengajukan pertanyaan kepada ...
a. Sesama guru
b. Siswa bermasalah
c. Para siswa
d. Kepala sekolah
e. Wali kelas
11. Pertanyaan yang menyebabkan orang melacak pikiran, perasaan, dan
perbuatan sendiri serta menilai keefektifan perbuatan tersebut disebut
pertanyaan ...
a. Inventory
b. Rhetorical
c. Prompting
d. Compliance
e. specially
12. Pertanyaan yang bertujuan untuk melancarkan dan mencetuskan gagasan
dalam pemecahan masalah disebut pertanyaan untuk ...
a. Menggiring siswa
b. Mencari gagasan
c. Mengidentifikasi konsekuensi

3
d. Mengungkapkan pikiran dan perbuatan
e. Memacu gagasan siswa
13. Seorang guru merancang pembelajaran PPKn dengan tujuan ingin
menanamkan moral kewarganegaraan. Hal ini berarti, guru memberikan
proporsi lebih kepada komponen ...
a. Civic mores
b. Civic disposition
c. Civic character
d. Civic competence
e. Civic knowledge
14. Guru merancang tujuan PPKn dengan menggabungkan antara komponen
civic knowledge dengan civic disposition. Rancangan tersebut,
memfokuskan pada pembentukan karakter ....
a. Commitment
b. Competence
c. Confidence
d. Compromi
e. Scientific
15. Civics Education paradigma baru menekankan agar siswa memiliki
sejumlah civic competence secara utuh yang meliputi ...
a. Civic knowledge, civic dispositions, civic skills
b. Civic knowledge, civic skills, civic intellectual
c. Civic dispositions, civic values, civic character
d. Civic dispositions, civic responsibility, civic values
e. Civic dispositions, civic national, civic global
16. Penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui rifle
Pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas maupun tutorial merupakan...
a. Model pembelajaran
b. Metode pembelajaran
c. Evaluasi pembelajaran

3
d. Program pembelajaran
e. Media Pembelajaran
17. Pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan
belajar-LKS-modul secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompok sehingga
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa
atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward
merupakan model pembelajaran...
a. Mind Mapping
b. STAD
c. Jigsaw
d. Debate
e. TGT
18. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan
ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa
dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian
tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai
bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi,
kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh
anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi merupakan
model pembelajaran...
a. Mind mapping
b. STAD
c. Jigsaw
d. Debate
e. TGT.
19. Siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca
materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian
presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian
ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru
membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu
merupakan model pembelajaran...

4
a. Mind mapping
b. STAD
c. Jigsaw
d. Debate
e. TGT
20. Seorang guru harus mampu menyediakan media yang tepat sebagai alat
bantu dalam pembelajaran. Apa saja prosedur dalam memilih media
pembelajaran...
a. Identifikasi kebutuhan siswa dan perumusan tujuan.
b. Evaluasi,identifikasi kebutuhan siswa dan perumusan tujuan.
c. Identifikasi kebutuhan siswa, perumusan tujuan-materi dan evaluasi.
d. Identifikasi kebutuhan siswa, perumusan tujuan-materi, pelibatan siswa
dan evaluasi.
e. Evaluasi dan tindak lanjut
21. Berbagai macam media yang tepat dapat dipersiapkan oleh guru untuk
kegiatan pembelajaran di kelas. Apa saja prosedur dalam menggunakan
media pembelajaran...
a. Persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.
b. Persiapan dan pelaksanaan.
c. Pelaksanaan, pengembangan dan perancangan.
d. Persiapan dan pengembangan.
e. persiapan dan perancangan
22. Jenis-jenis media yang tersedia dan yang dapat dirancang sendiri oleh guru
untuk pembelajaran, yang disesuaikan dengan materi, karakteristik siswa.
Manakah yang termasuk jenis media visual...
a. Radio, grafik dan chart.
b. Demonstrasi, chart dan grafik.
c. Televisi, radio, dan telepon.
d. Grafik,chart dan peta.
e. Wallsheets dan over head proyektor (OHP)

4
23. Jenis-jenis media yang tersedia dan yang dapat dirancang sendiri oleh guru
untuk pembelajaran, yang disesuaikan dengan materi, karakteristik siswa.
Manakah yang termasuk jenis media audio-visual...
a. Radio, handphone, televisi
b. Film, video dan televisi.
c. Wallsheets dan over head proyektor (OHP)
d. Radio, televisi dan papan tulis.
e. Grafik dan multimedia.
24. Refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat merupakan pengertian
dari...
a. PTK
b. Strategi
c. Model
d. Metode
e. Planning
25. Dalam tahapan pelaksanaan tindakan perbaikan di kelas, sebagai peneliti
guru akan...
1) Mengidentifikasi dampak tindakan perbaikan yang diberikan dengan
mengamati perilaku siswa
2) Mengidentifikasi penyebab masalah pembelajaran melalui wawancara
dengan siswa
3) Mengajar sebagaimana biasa sesuai jadwal belajar siswa
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 1, 2 dan 3
e. 2, 1 dan 3
26. PTK dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani
mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung
merupakan prinsip...

4
a. Kritik refeksi
b. Kritik efektif
c. Kritik dialektika
d. Kritik kolaboratif
e. Kritik resiko
27. Refleksi pada dasarnya adalah ...
1) Mempertanyakan kepada diri sendiri mengapa masalah ini sampai terjadi
dikelasnya
2) Merencanakan berbagai alternatif tindakan yang mungkin dapat
dilakukan
3) Merenungkan dampak dari tindakan-tindakan yang sudah dilakukan
selama ini
a. 1, 2, dan 3
b. 1 dan 2
c. 1 dan 3
d. 2 dan 3
e. 3, 2 dan 1
28. Berikut adalah beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar PTK dapat
diterapkan secara kelembagaan, kecuali ...
a. Dukungan dari pihak sekolah
b. Kebebasan bagi guru untuk melakukan penelitian di kelasnya
c. Pengawasan dari Kepala Sekolah
d. Kerjasama antar personil sekolah
e. Dukungan dana yang memadai
29. Agar mampu mengembangkan RPP dengan efektif dan memberikan hasil
yang signifikan, hal yang paling penting dilakukan sebelum memberikan
tindakan perbaikan adalah…
a. Mempelajari proposal PTK
b. Menyusun kembali RPP
c. Melakukan simulasi perbaikan
d. Berdiskusi dengan rekan sejawat

4
e. Memvalidasi RPP
30. Guru PPKn harus mampu dalam menyusun proposal PTK untuk landasan
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Yang dimaksud dengan proposal
PTK pada dasarnya adalah ...
a. Penelitian yang dilakukan guru di sekolah
b. Prosedur penelitian yang harus dipatuhi guru pada saat melakukan
penelitian
c. Rencana penelitian yang diusulkan guru untuk memperbaiki
pembelajaran di kelasnya
d. Rencana penelitian sehubungan dengan evaluasi pembelajaran
e. Rencana kegiatan penelitian yang diusulkan
guru Kunci Jawaban:
No Jawaban No Jawaban No Jawaban
1. D 11. A 21. A
2. B 12. D 22. D
3. A 13. A 23. B
4. A 14. B 24. A
5. A 15. A 25. E
6. C 16. A 26. C
7. A 17. B 27. A
8. D 18. C 28. E
9. D 19. D 29. B
10. C 20. D 30. C

Anda mungkin juga menyukai