DI SUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat serta karunia-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perawatan Pasien Menjelang
Akhir Hayat”
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari teman-
teman, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada pihak pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... iii
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... iii
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... iv
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................................ iv
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................ 1
2.1 Konsep Kondisi Menjelang Akhir Hayat.................................................................. 1
2.2 Patofisiologis Kematian............................................................................................ 1
2.3 Proses Kematian........................................................................................................ 4
2.4 Perawatan Akhir Hayat 48 Jam T erakhir................................................................. 5
2.5 Perawatan Akhir Hayat Dirumah.............................................................................. 6
2.6 Tanda-tanda Pasien Yang Dinyatakan Meninggal.................................................... 6
BAB III PENUTUP............................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 8
3.2 Saran......................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
diberikan kepada lanjut usia yang menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera
setelah didiagnosisoleh dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak ada
harapan untuk sembuh (mis., menderita kanker). Sebagian pasien lanjut usia, pada suatu
waktu akan menghadapi keadaan yang disebut „stadium paliatif’, yaitu kondisi ketika
pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan kesembuhan. Biasanya dokter memvonis pasien
lanjut usia yang menderita penyakit yang mematikan (misal, kanker, stroke, AIDS) juga
mengalami penderitaan fisik, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1 Apa yang dimaksud dengan kondisi menjelang akhir hayat?
2 Bagaimana patofisiologi kematian?
3 Bagaimana proses kematian?
4 Bagaimana perawatan akhir hayat 48 jam terakhir?
5 Bagaimana perawatan akhir hayat di rumah?
6 Bagaimana tanda-tanda pasien yang dinyatakan meninggal?
1.3 TUJUAN
1 Mahasiswa mampu memahami kondisi menjelang akhir hayat
2 Mahasiswa mampu memahami patofisiologi kematian
3 Mahasiswa mampu memahami proses kematian
4 Mahasiswa mampu memahami perawatan akhir hayat 48 jam terakhir
5 Mahasiswa mampu memahami perawatan akhir hayat di rumah
6 Mahasiswa mampu memahami tanda-tanda pasien yang dinyatakan meninggal
iv
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan
yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran
dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan
fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut
ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan
tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus
berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan
dengan orang-orang yang dicintai.Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi
yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Suseno, 2017). Penuaan merupakan
proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan
berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan.
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses menuju akhir.
Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien lanjut usia tidak dapat lagi
atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh. (Potter & Perry.2010 dalam safira 2020)
2.2 PATOFISIOLOGI KEMATIAN
1 Penurunan suhu (algor mortis)
Manusia memiliki panas badan yang tetap sepanjang ia dalam keadaan sehat dan tidak
dipengaruhi oleh iklim sekitarnya, hal ini disebabkan oleh karena mekanisme isologi
alat-alat tubuh manusia melalui proses oksidasi memproduksi panas tubuh. Panas
tersebut diatur dan dikendalikan oleh kulit. Jika seseorang mengalami kematian, maka
produksi panas serta pengaturan panas di dalam tubuhnya tidak berhenti.
Dengan demikian sejak saat kematiannya manusia tidak lagi memiliki suhuh tubuh
tetap, oleh karena suhu badannya mengalami penurunan (decreasing proses).Setelah
korban mati, metabolisme yang memproduksi panas terhenti, sedangkan pengeluaran
panas berlangsung terus sehingga suhu tubuh akan turun menuju suhu udara atau
medium disketiranya. Penurunan suhu pada saat-saat pertama kematian sangat lamban
1
karena masih adanya proses gilogenolisis, tetapi beberapa saat kemudian suhu tubuh
menurun dengan cepat. Setelah mendekati suhu lingkungan penurunan suhu tubuh
lambat lagi. Penurunan ini disebabkan oleh adanya proses radiasi, konduksi dan
pancaran panas. Hilangnya panas melalui konduksi bukan merupakan faktor penting
selama hidup, tetapi setelah mati perlu dipertimbangkan jika tubuh berbaring pada
permukaan yang dingin. Meskipun penurunan suhu tubuh setelah kematian tergantung
pada hilangnya panas melalui radiasi dan konveksi, tetapi evaporasi dapat menjadi
faktor yang signifikan jika tubuh dan pakaian kering. Penurunan suhu mayat akan
terjadi setelah kematian dan berlanjut sampai tercapainya suatu keadaan di mana suhu
mayat sama dengan suhu lingkungan.
Panas yang dilepaskan melalui permukaan tubuh, dalam hal ini kulit, adalah secara
radiasi dan oleh karena tubuh terdiri dari berbagai lapisan yang tidak homogen, maka
lapisan yang berada di bawah kulit akan menyalurkan panasnya ke arah kulit,
sedangkan lapisan tersebur juga menerima panas dari lapisan dibawahnya. Keadaan
tersebut yaitu dimana terjadi pelepasan atau penyaluran panas secara bertingkat dengan
sendirinya membutuhkan waktu.Metode ini tidak dianjurkan karena kesalahan sering
terjadi apabila orang yang melakukan tidak ahli dalam bidangnya. Pemeriksaan suhu
sering tidak akurat karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti suhu lingkungan.
2 Lebam mayat (livor mortis)
Lebam mayat atau livor mortis terjadinya karena adanya gaya gravitasi yang
menyebabkan darah mengumpul pada bagian-bagian tubuh terendah dan bebas dari
tekanan dimana sesuai posisi tubuh mayat .
Awalnya darah mengumpul pada vena-vena besar dan kemudian pada cabang-
cabangnya sehingga mengakibatkan perubahan warna kulit menjadi merah kebiruan .
Timbulnya lebam mayat antara 1 sampai 2 jam setelah mati. Pada orang yang menderita
anemia atau perdarahan timbulnya lebam mayat menjadi lebih lama, sedangkan pada
orang yang mati akibat penyakit lama timbulnya lebam mayat lebih cepat. Lokalisasinya
pada bagian terendah dari tubuh mayat, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan. Pada
posisi terlentang lebam mayat dapat ditemukan pada tengkuk atau leher bagian
belakang, punggung, bokong dan bagian fleksor dari anggota gerak bawah. Lebam
mayat menetap setelah 8-12 jam pasca kematian.
2
3 Kaku Mayat (rigor mortis)
Kaku mayat atau rigor mortis terjadi akibat proses biokimiawi, yaitu pemecahan ATP
menjadi ADP. Selama masih ada P (phosphokreatinase) berenergi tinggi dari
pemecahan glikogen otot, maka ADP masih dapat diresintesis menjadi ATP kembali.
Jika persediaan glikogen otot habis, maka resintesis tidak terjadi sehingga terjadi
penumpukan ADP yang akan mengakibatkan otot menjadi kaku. Otot- otot tidak dapat
berkontraksi meskipun dirangsang secara mekanik maupun elektrik. Otot-otot tidak
dapat berkontraksi meskipun dirangsang secara mekanik maupun elektrik.
Rigor mortis umumnya mulai nampak dan dapat dievaluasi dalam waktu 2-4 jam, dan
dapat diamati terjadi di seluruh otot 6-12 jam setelah kematian. Rentang waktu ini dapat
amat bervariasi sesuai dengan kasus yang ada. Pada iklim tropis, rigor mortis mulai
menghilang akibat proses dekomposisi setelah 12 jam, dan menghilang pada seluruh
otot setelah 24 jam. Pada daerah empat musim dengan kondisi lingkungan yang dingin,
rigor mortis umumnya menghilang pada seluruh otot setelah 36 jam, namun pada suhu
lingkungan yang amat dingin, rigor mortis dapat bertahan hingga 6 hari.
Pada kaku mayat terjadi sedikit pemendekan otot, tetapi secara umum tidak begitu
tampak karena kelompok otot fleksor dan ektensor semua mengalami hal yang sama dan
menimbulkan suatu keseimbangan pada tubuh. Pada suhu yang tinggi, maupun adanya
racun seperti parathion akan menyebabkan pemendekan otot lebih tampak.
4 Pembusukan
Pembusukan yang terjadi pada tubuh mayat disebabkan oleh proses autolisis dan
aktivitas mikroorganisme. Proses autolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim
yang dilepaskan oleh sel-sel yang sudah mati. Mula-mula yang terkena ialah
nucleoprotein yang terdapat pada kromatin dan sesudah itu sitoplasma. Dinding sel akan
mengalami kehancuran dan akibatnya jaringan akan menjadi lunak. Proses autolisis ini
tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme dan oleh sebab itu pada mayat yang bebas
hama, misalnya mayat bayi dalam kandungan, proses autolisis tetap berlangsung.
Mengenai mikroorganisme penyebab pembusukan, yang paling utama ialah kuman
Clostridium welchii yang umumnya terdapat pada usus besar. Karena pada orang yang
sudah mati semua sistem pertahanan tubuh hilang maka kuman-kuman pembusuk
tersebut dapat leluasa memasuki pembuluh darah dan menggunakan darah sebagai
3
media untuk berkembang biak. Proses pembusukan mulai tampak antara 24 - 48 jam
sesudah mati.
2.3 TAHAP/ PROSES KEMATIAN
Tahap-tahap ini tidak selamanya berurutan sebara tetap, tetapi saling tindih. Kadang-kadang
seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk kemudian kembali ketahap itu.
Apa bila tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa timbul kesan seolah-olah klien
lanjut usia melompati satu tahap, kebuali jika perawat memperhatikan sebara seksama dan
bermat.
1 Tahap pertama Denial (Penyangkalan)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasanya sikap itu ditandai dengan
komentar, selama tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa mau
menimpa semua orang, kebuali dirinya. Klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh
sikap penolakannya sehingga ia tidak memperhatikan fakta yang mungkin sedang
dijelaskan kepadanya oleh perawat. Ia bahkan telah menekan apa yang telah ia dengar
atau mungkin akan meminta pertolongan dari berbagai mabam sumber professional dan
nonprofessional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa mau sudah ada di
ambang pintu.
2 Tahap kedua Anger (Marah)
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali. Sering kali klien
lanjut usia akan menbela setiap orang dalam segala hal. Ia mudah marah terhadap
perawat dan petugas kesehatan lainnya tentang apa yang telah mereka lakukan.pada
tahap ini, klien lanjut usia lebih mengaggap hal ini merupakan hikmah, daripada
kutukan. Kemarahan ini merupakan mekanisme pertahanna diri klien lanjut usia lebih
mengaggap hal ini merupakan hikmah, dari pada kutukan. Kemarahan di sini
merupakan mekanisme pertahanan diri kliebn lanjut usia. Pada saat ini, perawat
kesehatan harus hati-hati dalam member penilaiaan sebagai reaksi yang normal terhadap
kematiaan yang perlu diungkapkan.
3 Tahap ketiga Bergaining (Tawar-Menawar)
Kemarahan biasanya mereda dank lien lanjut usia dapat menimbulkan kesan dapat
menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya.Akan tetapi pada tahap tawar-menawar
4
ini bnyak orang benderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum
maut tiba, dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang tercinta yang ditinggalkan.
Selama tawar-menawar, permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat dipenuhi
karena merupakan urusan yang belum selesai dan harus diselesaikan sebelum mati.
Misalnya, klien lanjut usia mempunyai permintaan terakhir untuk melihat pertandingan
olahraga, mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau makan di restoran. Perawat
dianjurkan memenuhi permohonan itu karena membuat klien lanjut usia memasuki
tahap berikutnya.
4 Tahap keempat Depression (Sedih atau Depresi)
Hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan klien lanjut usia sedang dalam
suasana berkabung. Di masa lampau, ia sudah kehilangan orang yang dicintai dan
sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersama dengan itu, ia harus
meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang dinikmatinya. Selama tahap ini,
klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis. Saatnya bagi
perawat untuk duduk dengan tenang di samping klien lanjut usia yang sedang melalui
masa sedihnya sebelum meninggal.
5 Tahap kelima Acceptance (Menerima)
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini, klien lanjut usia
telah membereskan segala urusan yang belum selesai dan mungkin dan mungkin tidak
ingin bicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya. Tawar-menawar sudah
lewat dan lewat dan tibalah saat kedamaiaan dan ketenangan.Seseorang mungkin saja
lama ada dalam tahap meneriam, tetapi bukan tahap pasrah yang berarti kekalahan.
Dengan kata lain, pasrah pada maut bukan berarti menerima maut.
(Modul Keperawatan menjelang ajal dan paliatif 2018)
5
3 Perawat paliatif ditantang untuk dapat menciptakan lingkungan yang aman dan damai
pada pasien dan keluarga, mengelola gejala- gejala yang muncul pada pasien sepert
inyeri, perdarahan, sesak nafas, kejang, kondisi menurun yang mungkin terjadi tiba-tiba
pada jam-jam akhir hidupnya.
2.5 PERAWATAN AKHIR HAYAT DIRUMAH
( End-of-life care / EoLC ) mengacu pada perawatan kesehatan untuk orang dengan kondisi
terminal yang telah lanjut, progresif, dan / atau tidak dapat disembuhkan. Perawatan di akhir
hayat memerlukan berbagai keputusan, termasuk pertanyaan tentang perawatan paliatif , hak
pasien untuk menentukan nasib sendiri (pengobatan, kehidupan), eksperimen medis, etika
dan kemanjuran intervensi medis yang luar biasa atau berbahaya, dan etika dan kemanjuran
bahkan dari intervensi medis rutin yang berkelanjutan. Selain itu, akhir kehidupan sering
kali bersinggungan dengan penjatahan dan alokasi sumber daya di rumah sakit dan sistem
medis nasional. Keputusan tersebut diinformasikan baik oleh pertimbangan teknis, medis,
faktor ekonomi serta bioetika . Selain itu, perawatan di akhir masa hidup tunduk pada
pertimbangan otonomi pasien . Di sebagian besar negara maju, pengeluaran medis pada
mereka yang dalam dua belas bulan terakhir kehidupan mencapai sekitar 10% dari total
pengeluaran medis agregat, dan pengeluaran untuk mereka yang dalam tiga tahun terakhir
kehidupan dapat mencapai hingga 25%.( Johnson, Joyce Young.2019)
2.6 Tanda-tanda Pasien Yang Dinyatakan Meninggal
Dalam ilmu kedokteran, dapat diketahui beberapa hal atau kondisi seseorang yang
mengalami kematian, yakni sejak sebelum seseorang tersebut dinyatakan mati dengan
sempurna sampai ia menjadi mayat. Di antaranya yaitu:
1 Death Rattle
Death rattle adalah istilah umum rumah sakit saat pasien yang hendak meninggal
mengeluarkan suara yang mengerikan. Hal ini terjadi setelah hilangnya refleks batuk
dan kehilangan kemampuan untuk menelan. Hal ini menyebabkan akumulasi kelebihan
air liur di tenggorokan dan paru- paru.
2 Cheynes-Stokes Respiration
Cheynes-stokes respiration adalah pola pernapasan yang sangat abnormal ditandai
dengan napas yang cepat dan kemudian periode tidak bernapas (apnea).144 Dengan
6
demikian, organ-organ semakin kekurangan darah dan oksigen. Tanpa oksigen, sel-sel
di organ mulai mati, dan akhirnya terjadi kematian individu atau biologis.
3 Perubahan Kulit Muka
Akibat terhentinya sirkulasi darah, maka darah yang berada pada kapiler dan venula di
bawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang lebih rendah, sehingga warna raut
muka akan menjadi lebih pucat.
4 Relaksasi Otot
Pada saat mati sampai beberapa saat sesudahnya, otot-otot polos akan mengalami
relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium itu disebut
relaksasi primer. Akibatnya rahang bawah akan melorot dan mulut terbuka.
5 Penurunan Suhu Tubuh
Sesudah mati, metabolisme yang menghasilkan panas akan terhenti sehingga suhu tubuh
akan tuun menuju suhu udara atau medium di sekitarnya. Penurunan ini disebabkan oleh
adanya proses radiasi, konduksi dan pancaran panas.
6 Livor Mortis
Livor mortis adalah nama lain dari lebam mayat, hal ini terjadi karena adanya gaya
gravitasi yang menyebabkan darah mengumpul pada bagian- bagian tubuh terendah.
Timbulnya lebam mayat antara 1- 2 jam setelah mati, adapula yang mengatakan bahwa
lebam mayat mulai tampak sekitar 30 menit setelah kematian.145
7 Defecation
Setelah kematian biologis, setiap otot dalam tubuh manusia akan berhenti untuk
menerima energi dalam bentuk ATP. Akibatnya perut akan relaks dan buang air besar
dapat terjadi.
8 Rigor Mortis
Rigor mortis adalah kekakuan setelah kematian, yakni tubuh tidak mampu untuk
memecahkan ikatan yang menyebabkan kontraksi. Dalam waktu kurang lebih 6 jam
sesudah mati, kaku mayat akan mulai terlihat dan lebih dari 6 jam, seluruh tubuh akan
menjadi kaku.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses menuju akhir.
Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien lanjut usia tidak dapat lagi
atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh. (Potter & Perry.2010 dalam safira 2020)
Tanda tanda kematian adalah hilangnya pergerakan dan sensibilitas, berhentinya
pernafasan, dan berhentinya denyut dantung dan peredaran darah. Dilanjutkan dengan
menurunnya suhu mayat (algor mortis), lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor
mortis), perubahan pada kulit dan mata, dan proses pembusukan dan modifikasinya seperti
mummifikasi dan adiposera.
3.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis meminta
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca dan
pendengar.
8
DAFTAR PUSTAKA
Macleod, R., Vella-Brincat, J., & Macleod, A. . (2012). The Palliative Care