Anda di halaman 1dari 10

DISKRIMINASI PEREMPUAN

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Human Resources Economic yang diampu
oleh:
Ibu Ajeng Faizah Nijma Ilma SE., ME.

Disusun oleh:
Luthfia Zulaicha Putri (C1G0210002)

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN INTERNASIONAL


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2022

1
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 3
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................. 3
C. TUJUAN PENULISAN .............................................................................................................. 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 5
i. PENGERTIAN KETIDAKADILAN GENDER ...................................................................... 5
ii. PENGERTIAN KESETARAAN GENDER ............................................................................. 5
iii. BENTUK KETIDAKSETARAAN GENDER DI INDONESIA ......................................... 5
iv. LANGKAH MENGATASI KETIMPANGAN GENDER................................................... 6
v. PENYEBAB KETIDAKADILAN GENDER ........................................................................... 7
vi. BERBAGAI MACAM KETIMPANGAN GENDER DI MASYARAKAT ....................... 7
vii. DAMPAK KESETARAAN GENDER .................................................................................. 8
BAB III......................................................................................................................................................... 9
PENUTUP ................................................................................................................................................ 9
A. HASIL .......................................................................................................................................... 9
B. KESIMPULAN ........................................................................................................................... 9
C. LAMPIRAN............................................................................................................................... 10
D. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 10

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fenomena ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan di Indonesia tidaklah


menjadi isu besar yang mengejutkan karena masih banyak sekali terjadi ketidaksetaraan di
masyarakat di berbagai bidang. Ketimpangan gender merupakan suatu keadaan dimana adanya
perlakuan atau pendidik yang tidak adil pada jenis kelamin tertentu. Ketimpangan gender lebih
sering terjadi pada jenis kelamin perempuan. Awal mula terjadinya ketimpangan gender pada
perempuan disebabkan oleh rendahnya pendidikan. Ketidaksetaraan ini dapat berupa diskriminatif
yang dilakukan oleh seseorang yang dominan baik secara structural maupun kultural. Perlakuan
diskriminatif dan ketidaksetaraan dapat menimbulkan kerugian dan menurunkan kesejahteraan
hidup bagi mereka yang termarginalisasi dan tersubordinasi.
Ketidaksetaraan gender seringkali membatasi pilihan yang tersedia bagi perempuan
sehingga sangat membatasi kemampuan perempuan untuk berpartisipasi atau menikmati hasil dari
pembangunan. Beban pada kehidupan manusia adalah beban pembangunan karena meningkatkan
kualitas hidup masyarakat adalah tujuan akhir pembangunan. Pada akhirnya keberhasilan dari
pembangunan adalah kesejahteraan untuk masyarakatnya, tidak terkecuali kaum perempuan. Era
globalisasi dan demokrasi saat ini terbuka lebar bagi setiap warga negara untuk memperoleh hak,
kewajiban dan kesempatan yang sama dalam pembangunan
Sampai saat ini diskriminasi berbasis gender masih dirasakan disetiap wilayah, dalam
konteks ini kaum perempuan yang sering kali menjadi korban diskriminasi, pembakuan peran
dalam suatu masyarakat merupakan merupakan kendala yang paling utama dalam proses
perubahan social. Sejauh menyangkut persoalan gender dimana secara global kaum perempuan
jauh lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mengurangi ketidaksetaraan gender yang menyebabkan ketidakadilan social. Upaya tersebut baik
secara individu, kelompok bahkan oleh negara dan dalam lingkup nasional dan internasional

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu ketidakadilan gender dan kesetaraan gender?
2. Apa saja bentuk diskriminasi gender?
3. Apa upaya untuk mengatasi ketidakadilan gender?
4. Factor apa saja yang mempengaruhi ketidakadilan gender?
5. Apa dampak dari ketidakadilan gender?

3
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui apa itu ketidakadilan gender dan kesetaraan gender
2. Mengetahui bentuk-bentuk diskriminasi gender
3. Mengetahui upaya-upaya untuk mengatasi ketidakadilan gender
4. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi ketidakadilan gender
5. Mengetahui dampak dari ketidakadilan gender

4
BAB II
PEMBAHASAN

i. PENGERTIAN KETIDAKADILAN GENDER

Perbedaan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan atau yang lebih tinggi
dikenal dengan perbedaan gender yang terjadi di masyarakat tidak menjadi suatu
permasalahan sepanjang perbedaan tersebut tidak mengakibatkan diskriminasi atau ketidak
adilan. Patokan atau ukuran sederhana yang dapat digunakan untuk mengukur apakah
perbedaan gender itu menimbulkan ketidakadilan atau tidak. Kesetaraan gender merupakan
kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-
haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisispasi dalam kegiatan politik,
hukum, social, kebudayaan, dan yang lainnya serta memiliki kesamaan dalam menikmati
hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi
dan ketidakadilan structural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

ii. PENGERTIAN KESETARAAN GENDER

Dalam Women Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep
kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat. Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap
laki-laki dan perempuan (cultural expectations for women and men). Pendapat ini senada
dengan pendapat umum kaum feminis seperti Linda L. Lindsey yang mengatakan, semua
ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan
merupakan bidang kajian gender. Sementara itu, H. T. Wilson mengartikan gender sebagai
suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada
kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan
perempuan. Dengan demikian gender merupakan konsep yang lahir dari ruang sosial dan
budaya.

iii. BENTUK KETIDAKSETARAAN GENDER DI INDONESIA

Ketidakadilan gender dapat termanifestasi dalam berbagai bentuk ketidakadilan yakni:


a. Marginalisasi perempuan
Marginalisasi perempuan atau penyingkiran perempuan kerap terjadi di lingkunagn
sekitar seperti contoh penggunaan peran mesin dalam sebuah pekerjaan yang
tadinya dilakukan oleh perempuan namun digantikan oleh mesin yang dioperasikan
laki-laki dan berujung pada pekerja perempuan yang tersingkir akibat dianggap
tidak mempunyai keterampilan mengoperasikan mesin seperti laki-laki dan

5
muncullah anggapan bahwa perempuan hanya cocok untuk pekerjaan yang
memiliki ketelitian saja atau hanya mengerjakan pekerjaan rumah saja.

b. Subordinasi
Subordinasi memiliki pengertian yaitu keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin
dianggap lebih penting disbanding jenis kelamin lainnya. Contohnya perempuan
dianggap lemah sehingga seolah-olah kaum laki-laki lebih berkuasa.

c. Pandangan stereotype
Stereotype yang dimaksud adalah citra baku individua atau kelompok yang tidak
sesuai dengan kenyataan empiris yang ada. Stereotype yang berkembang
berdasarkan gender yakni terjadi terhadap salah satu gender yakni perempuan. Ini
mengakibatkan diskriminasi dan ketidakadilan seperti, perempuan tugas dan
fungsinya hanya melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan domestic atau
kerumahtanggaan.

d. Beban ganda
Bentuk diskriminasi lain adalah beban ganda yaitu salah satu gender secara
berlebihan. Sebagai contoh dalam rumah tanggga hampir 90% kegiatan dalam
rumah di handle oleh perempuan apabila mereka bekerja, selain bekerja di tempat
kerja juga masih harus melakukan pekerjaan rumah tangga.

iv. LANGKAH MENGATASI KETIMPANGAN GENDER

Untuk meningkatan kesetaraan dan keadilan gender, Pemerintah Republik


Indonesia mengeluarkan Intruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pengarusutamaan
Gender terhadap Pembangunan Nasional. Tetapi, walaupun kesataraan gender telah
meningkat sedikit demi sedikit, diskriminasi gender masih terjadi dalam seluruh aspek
kehidupan. Perempuan masih mendapatkan diskriminasi dalam mendapatkan hak,
mendapatkan sumber kesehatan, pendidikan, bahkan ketenagakerjaan. Pemerintah juga
telah menandatangani dokumen kesepakatan global tentang Sustainable Development
Goals atau SDG. Lima target SDG yakni:
1) Mengakhiri segala bentuk diskriminasi
2) Menghapuskan segala bentuk kekrasan
3) Mengapuskan semua praktek-praktek yang membahayakan
4) Menyadari dan meenghargai pelayanan dan pekerjaan
5) Memastikan semua perempuan dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan politik, social
dan budaya

6
v. PENYEBAB KETIDAKADILAN GENDER

Ketidakadilan gender dapat terjadi karena faktor-faktor dibawah ini:


1. Pelabelan sifat-sifat tertentu
Perempuan cenderung mendapat label makhluk lemah, emosional, dan cengeng

2. Pemiskinan ekonomi terhadap perempuan


Pemiskinan perempuan banyak terjadi di pedesaan khusunya pada profesi petani, karena
profesi petani identic dengan laki-laki dan dianggap pekerjaan perempuan diluar pentane
itu lebih rendah sehingga berimbas pada perbedaan upah yang diterima

3. Tindak kekerasan (violence) terhadap perempuan


Perempuan seringkali mendapatkan kekerasan karena label perempuan merupakan
makhluk yang lemah. Beberapa kekerasan yang sering dialamai perempuan seperti
pemukulan dan sexual harassment

4. Budaya patriaki yang melekat di masyarakat


Budaya yang menganggap kaum laki-laki lebih kuat (superior) atas kaum perempuan yang
notabenenya kaum lemah (inferior) dalam kehidupan bermasyarakat.

vi. BERBAGAI MACAM KETIMPANGAN GENDER DI MASYARAKAT

a. Bidang politik
Dalam politik kuota untuk perempuan hanya diberi 30% dari keseluruhan jumlah untuk
dapat mengikuti kehidupan berpolitik negara, namun dari jumlah tersebut yang
terbilang kecil saja di kehidupan nyata tidak mencapai 30% namun hanya sekitar 20%
saja yang terisi dan masih didominasi oleh laki-laki. Adanya anggapan bahwa dunia
politik itu keras yang diasumsikan sebagai dunia laki-laki dan bukan ranah perempuan,
sehingga area public menjadi milik laki-laki dan area domestic menjadi milik
perempuan.

b. Bidang ekonomi
Masih sedikit pengakuan pada kaum perempuan ketika mereka sukses dan berhasil
menjadi pelaku ekonomi karena masyarakat menganggap aktivitas ekonomi yang
dijalani perempuan sekedar sampingan bukan kerja yang prestisius seperti yang
dilakukan laki-laki.

7
c. Dunia kerja
Dalam dunia kerja perempuan harus berjuang untuk menunjukkan bahwa mereka juga
dapat menjadi tenaga profesional yang tidak kalah dari laki- laki. Sektor public belum
disiapkan menerima kehadiran perempuan sebagai leader (pemimpin) sehingga harus
bersaing dan mampu menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya pantas sebagai istri
dan ibu tetapi bisa menjadi pekerja professional.

d. Bidang Pendidikan
Ketimpangan gender dalam bidang pendidikan dialami perempuan yang tinggal di
pedesaan, pemikiran bahwa perempuan bersekolah hanya untuk dapat membaca dan
menulis saja karena pada akhirnya perempuan akan menjadi ibu rumah tangga. Hal
tersebut sangat menghambat kesempatan perempuan desa untuk berpendidikan tinggi.

vii. DAMPAK KESETARAAN GENDER

Terdapat beberapa dampak akibat dari kesetaraan gender apabila terjadi di masyarakat
dan dampak tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu dampak positif dan dampak negative
diantaranya:

A. Dampak positif:
➢ Ekonomi berjalan baik karena istri bisa membantu perekonomian keluarga
➢ Perempuan dapat manyalurkan minat dan bakat yang dimilikinya
➢ Membuat perempuan lebih percaya diri karena ketika bekerja dapat memicu tingkat
bersosialisasi karena bertemu banyak orang

B. Dampak negative:
➢ Anggapan masyarakat jika perempuan yang bekerja dikhawatirkan akan kurang
waktu dalam memperhatikan atau merawat keluarganya jika sudah terlalu lelah
bekerja. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa seharusnya perempuan
hanya mengurus rumah tangga saja dan tidak bekerja karena hal tersebut dianggap
menyalahi kodrat.

8
BAB III
PENUTUP
A. HASIL

Berdasarkan dari film pendek yang saya tonton berjudul “Padha” atau dalam Bahasa
Indonesia disebut “Setara”. Film tersebut menceritakan kisah seorang anak gadis bernama Meri
yang dipaksa ibunya bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya diantaranya membantu
membiayai sekolah sang adik karena ayahnya sudah tua dan tidak bisa bekerja lagi ditambah
dengan hantaman gelombang Covid-19 yang membuat usaha keluarganya semakin terpuruk.
Ibunya sangat melarang Meri berkuliah dan menyuruhnya untuk berhenti saja dan bekerja mencari
uang karena ibunya beranggapan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena
nantinya juga menjadi ibu rumah tangga mengurus anak dan suami dirumah. Namun, suatu ketika
Meri bertemu seseorang yang nantinya selalu mendukung Meri untuk terus berkuliah supaya dapat
meraih cita-citanya.

B. KESIMPULAN

Berdasarkan tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak terjadi diskriminasi
perempuan di bidang pendidikan khusunya karena pandangan orang-orang bahwa tidak
seharusnya perempuan mendapatkan pendidikan tinggi karena nantinya juga akan mengurus suami
dan anak dirumah, masyarakat juga masih beranggapan jika seorang perempuan mendapatkan
pendidikan tinggi dan nantinya menjadi wanita karir itu melanggar kodrat karena yang seharusnya
mencari nafkah itu adalah laki-laki. Timbul juga tingkat kecemburuan terhadap perempuan jika
seorang perempuan berstatus lebih tinggi dari laki-laki karena merasa harga diri mereka lebih
rendah akibat gap tersebut.
Itu semua terjadi karena budaya patriarki yang masih melekat di masyarakat ketimpangan
akibat budaya patriarki antara peran laki-laki dan perempuan menjadi salah satu hambatan yang
menyebabkan individu dalam masyarakat tidak memiliki akses yang sama.
Patriarki mendudukan posisi perempuan sebagai makhluk yang lemah (inferior),
sedangkan laki-laki sebagai makhluk yang kuat (superior). Akibatnya terjadi kesenjangan antara
laki-laki dan perempuan. Kedudukan laki-laki terlihat lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Dominasi laki-laki tidak hanya mencakup ranah personal saja, melainkan juga dalam ranah yang
lebih luas seperti partisipasi politik, pendidikan, ekonomi, sosial, hukum dan lain-lain. Apabila
perempuan mencoba untuk terjun di ranah tersebut sebagian akan mendapat perlakuan yang tidak
mengenakkan seperti bullying dan cacian karena sekali lagi dianggap melewati batas yang tidak
seharusnya.
Secara garis besar, fenomena kesenjangan gender dalam pendidikan dapat diklasifikasi
dalam beberapa dimensi, antara lain:

9
➢ Kurangnya partisipasi. Dalam hal partisipasi hampir perempuan di seluruh dunia
menghadapi masalah yang sama. Dibandingkan dengan laki-laki partisipasi
perempuan dalam pendidikan formal jauh lebih rendah
➢ Kurangnya keterwakilan perempuan sebagai tenaga pengajar ataupun pimpinan
lembaga pendidikan formal menunjukkan kecenderungan bahwa dominasi laki-laki
dalam hal tersebut lebih tinggi daripada perempuan
➢ Perlakukan tidak adil. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas seringkali bersifat
merugikan murid perempuan. Guru secara tidak sadar cenderung menaruh harapan
dan perhatian lebih besar kepada murid laki-laki daripada murid perempuan
Perempuan juga berhak untuk bersekolah, bekerja untuk mencapai cita-citanya mereka
mempunyai hak yang sama layaknya laki-laki untuk melakukan sesuatu yang mereka sukai tanpa
melupakan hak dan kewajiban yang dimiliki. Perempuan tidak seharusnya mendapatkan
diskrimasi selama mereka tidak menyalahi aturan yang ada, jika bisa dukunglah usaha mereka
tanpa harus dihakimi secara fisik maupun psikologis karena hal tersebut dapat mempengaruhi
kepribadian mereka.

C. LAMPIRAN

https://www.youtube.com/watch?v=YNry8qiQQFA

D. DAFTAR PUSTAKA

Saiful, Ahmad. 2019. “Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan”,


file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/88-Article%20Text-109-1-10-20190813.pdf, diakses pada
Minggu 11 November 2022 pukul 13.00
Unsil. http://repositori.unsil.ac.id/642/5/BAB%20I.pdf, diakses pada Sabtu 10 November 2022
pukul 14.25
Ums. http://eprints.ums.ac.id/33035/2/BAB%201.pdf, diakses pada Sabtu 10 November 2022
pukul 17.23
Yuliatiningsih, Riska. 2014. “Kesetaraan Gender”,
https://www.slideshare.net/nciezkdpurplelover/bab-i-iii, diakses pada Sabtu 10 November 2022
pukul 20.38
Kemenppa.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/23#:~:text=Ketidakadilan%20Gender,tidak
mengakibatkan%20diskriminasi%20atau%20ketidak%20adilan, diakses pada Sabtu 10 November
pukul 22.43

10

Anda mungkin juga menyukai