Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK MENYUSUN DAN MENEMPEL DI


RUMAH SAKIT JIWA MENUR KOTA SURABAYA
TUGAS KELOMPOK
Disusun Sebagai Kelengkapan Praktik Klinik Keperawatan Jiwa Tanggal
31Oktober-28 November 2022

Disusun Oleh :

1. Endra Bagas Baswara


2. Feny Agni Fitriana 2230043
3. Larassati Santoso 2230056
4. Tedi Novan Maulana 2230111
5. Ulfian Dwi Priangga
6. Vira Serlisa Fitri 2230116
7. Yessy Mayadinta 2230124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK MENYUSUN DAN MENEMPEL DI


RUMAH SAKIT JIWA MENUR KOTA SURABAYA
Disusun Sebagai Kelengkapan Praktik Klinik Keperawatan Jiwa Tanggal
31Oktober-28 November 2022

Telah Disahkan Pada : Hari :


Tanggal :

Pembimbing institusi Pembimbing lahan

Lela Nurlela , S.kep., M.Kes Anita Maretnasari, S.Kep.,Ns


NIP. 03021 NIP. 198203282008012008

Kepala Ruangan RSJ Menur Surabaya

Siti Winarni, S.Kep., Ns


NIP. 197010221991012002
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK MENYUSUN DAN MENEMPEL

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang

menyebabkan adanya gangguan pada fungsi kehidupan, menimbulkan

penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran

sosial (Keliat, dkk 2014). Kesehatan jiwa menurut UU No. 18 tahun 2014

adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,

mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Jika seseorang tidak

memiliki karakteristik sehat jiwa maka dapat menjadi indikasi suatu

gangguan jiwa.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling

bergantung satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu.

Individu dalam kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi

melalui komunikasi. Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi

perubahan perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila kelompok ini

didesain secara sistematis dapat menjadi sarana perubahan perilaku

maladaptif menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan sebagai perilaku

(Kelliat dkk 2014).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang

dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mepunyai masalah

keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok

digunakan sebagai target asuhan (Klliat, 2015). Terapi aktivitas kelompok

adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah

pasien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan
antar anggota (Depkes RI, 1997 dalam Prabowo, 2017).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, diharapkan

kreativitas pasien berkembang baik pasien merasa tenang dan senang

selama berada diruangan, dapat bersosialisasi dengan teman sebaya dan

dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang

dirasakan.

2. Tujuan khusus

Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :

a. Bisa merasa tenang dan senang selama berada di ruangan

b. Pasien dapat bersosialisasi dengan teman sebaya

c. Pasien tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi

d. Pasien menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat

C. Kriteria Peserta TAK

Kriteria pasien yang diikutsertakan dalam TAK, adalah sebagai berikut :

1. Kooperatif

2. Mau mengikuti kegiatan

3. Klien mampu berkomunikasi verbal

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Oktober 2022

Tempat : Rumah Sakit Jiwa Menur Kota Surabaya

Waktu : 10.00 WIB – selesai

E. Metode

Metode yang digunakan dalam TAK adalah diskusi dan bermain


F. Alat

1. Kertas HVS

2. Origami

3. Lem

G. Tim Terapis

1. Leader : Yessy mayadinta

2. Co-Leader : Endra Bagas Baswara

3. Fasilitator : Vira Serlisa Fitri


Tedi Novan Maulana
Ulfian Dwi Priangga

4. Observer : Feny Agni Fitriana


Larassati Santoso

H. Setting tempat
I. Langkah Kegiatan

Tahap Kegiatan
Persiapan a. Membuat kontrak dengan pasien
b. Mempersiapkan alat dan tempat
pertemuan
Orientasi a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan pasien saat ini
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan,
yaitu :
a). pasien mampu menebak gambar
yang ada dikertas
b). Pasien mampu menyebutkan
gambar yang ada dikertas
c). Pasien mampu menyusun dan
menempel gambar dengan rapi dan
benar
2. Waktu
3. Terapis membacakan tata tertib TAK
4. Do’a
Tahap Kerja Proses
a. Terapis membuka terapi dengan
mengucapkan salam dan memperkenalkan
diri
b. Terapis menjelaskan pada pasien tentang
tujuan dan manfaat tindakan
c. Terapis membaca doa sebelum memulai
kegiatan
d. Mengajak pasien untuk memulai kegiatannya
e. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
f. Mengevaluasi respon pasien
g. Terapis memberikan pujian, setiap lansia
selesai menceritakan perasaannya, dan
mengajak lansia lain bertepuk tangan
Terminasi a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan pasien
setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
b. Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan pasien untuk
menyimpan gambar yang telah digunakan
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan dating
2. Menyepakati waktu dan tempat
J. Tata Tertib

Tata tertib untuk kegiatan TAK, antara lain :

1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK

2. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai

3. Peserta berpakaian rapi dan sudah mandi

4. Tidak diperkenankan makan, minum, dan merokok selama kegiatan

TAK berlangsung

5. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai


K. Program Antisipasi

1. Penanganan pasien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok

a. Memanggil lansia

b. Memberi kesempatan pada klien tersebut untuk menjawab sapaan

perawat atau pasien yang lain

2. Penanganan pada pasien yang diam saat TAK berlangsung

a. Fasilitator membujuk pasien untuk berbicara

b. Jika pasien tetap tidak mau berbicara, terapis atau leader akan

memberikan motivasi semangat untuk menyelesaikan TAK

3. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit

a. Panggil nama pasien

b. Tanya alasan lansia meninggalkan kegiatan

c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan

lansia bahwa pasien dapat melaksanakan keperluannya setelah TAK

4. Bila ada klien yang ingin ikut

a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada pasien

yang telah dipilih

b. Katakan pada pasien lain bahwa permainan lain yang mungkin dapat

diikuti pasien tersebut

c. Jika pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak

memberi peran pada permainan tersebut

5. Bila ada pasien yang melakukan hal-hal yang tidak diinginkan

(mengamuk, rebut, dan mengganggu pasien lain), terapis atau leader

mengingatkan tentang tata tertib TAK


L. Evaluasi dan Dokumentasi

1. Evaluasi

Evaluasi akan dilakukan pada saat proses TAK sedang berlangsung

khususnya pada saat tahap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah

kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK menebak,

mengingat dan menyebutkan nama gambar yang ada di kertas, dan

perasaan pasien. Hal-hal yang perlu dievaluasi, antara lain :

a. Evaluasi struktur

1) Tim berjumlah 7 orang, terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 3

orang fasilitator, dan 2 observer

2) Lingkungan tenang

3) Peralatan

b. Evaluasi Proses

1) Minimal 75% dapat mengikuti permainan dan dapat mengikuti

kegiatan dari awal sampai dengan selesai

2) Minimal 75% klien aktif mengikuti kegiatan

c. Evaluasi Akhir

1) Minimal 75% mampu menebak gambar

2) Minimal 75% mampu mengingat gambar

3) Minimal 75% mampu meceritakan perasaannya setelah

melakukan TAK

4) Minimal 75% mampu mengikuti peraturan kegiatan

5) Minimal 75% mampu menyebutkan manfaat TAK


2. Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien saat mengikuti TAK

pada catatan proses keperawatan tiap pasien. Contoh : pasien mengikuti

sesi 1, TAK stimulasi sensori daya ingat lansia, mengikuti kegiatan dari

awal sampai selesai.


LANDASAN TEORI STIMULASI KOGNITIF DENGAN
MENYUSUN DAN MENEMPEL

Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan pasien seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat pasien
sakit atau pasien di rumah sakit (Wong, 2009).
Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan sensoris-
motorik, sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan perkembangan
intelektual (kognitif).
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan menyusun
merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang
dilakukan pasien, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga
dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain
dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini pasien akan di ajak
bermain untuk menempel gambar yang akhirnya akan seperti frame pemandangan atau
benda.
Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat melanjutkan
tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit, mengekspresikan perasaan, keinginan
dan fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan kemampuan
memecahkan masalah, dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
di rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan
oleh pasien akibat hospitalisasi.

Anda mungkin juga menyukai