Anda di halaman 1dari 8

194

ANALISIS PRODUKSI, KONSUMSI DAN PEMASARAN USAHATANI PADI


DI DESA LEMBAH ASRI KECAMATAN WEDA SELATAN
KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

Haris Mahmud1, Suwandi S. Sangadji2, Suhardi3


Email : haris.mahmud128@gmail.com
1,2
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Nuku
3
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Khairun

ABSTRACT
The application of rice farming in North Maluku is a response to the record of future agriculture
which is increasingly faced with scarce energy resources, the search for and the quality of food, feed,
and environmentally friendly energy. The purpose of this study is to provide an overview of the
existing agricultural conditions in North Maluku and to formulate steps for the transformation
towards rice farming that will be achieved. The condition of rice farming in North Maluku is still at
the agronomic level with minimum technology with low productivity indicators (<4 tons / ha), farmer
institutions in the beginner class, low group management and semi-subsistence farming orientation.
The problems in the application of rice farming consist of technical and non-technical problems so
that the application of the agricultural concept must be carried out in stages with the socio-economic
and cultural conditions of the community. One of the important factors in producing food is the
amount of land because land is the main production factor for producing food. Land is an economic
resource whose population is relatively fixed but whose needs continue to increase due to
development needs. In addition, land also has specific characteristics (topography, slope, soil texture,
chemical content.)
Key words: Rice, Production, North Maluku

A. PENDAHULUAN berdaulat. Hal ini antara lain oleh kondisi dasar


Pangan merupakan kebutuhan dasar negara Indonesia sebagai negara kepulauan
manusia yang paling utama dan pemenuhannya yang sangat luas dan berpenduduk besar,
merupakan bagian dari hak asasi manusia yang sehingga kepentingan penyediaan pangan yang
dijamin di dalam UUD 1945 sebagai komponen cukup dan dapat diakses oleh seluruh
dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia rumahtangga setiap saat menjadi sangat
yang berkualitas. Dengan demikian pemenuhan strategis, dari aspek sosiologis, politis dan
kecukupan pangan bagi seluruh rakyat yuridis. Sejalan dengan aspek strategis
merupakan kewajiban, baik secara moral, tersebut, maka upaya untuk membangun
sosial, maupun hukum. Amanat Undang ketahanan dan kemandirian pangan yang kokoh
Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan selalu menjadi fokus pembangunan pertanian
secara tegas mengemukakan perlunya nasional dari sejak penjajahan, orde lama, orde
dibangun ketahanan pangan yang mandiri dan baru dan era reformasi sampai saat ini.

Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 1, Januari – April 2021


195

Ketersediaan pangan yang cukup mereka memandang pemasaran pangan/produk


merupakan prasyarat terbangunnya pertanian sesuai kepentingan masing-masing.
kemandirian pangan. Ketersediaan pangan Pada taraf tertentu kepentingan mereka saling
tersebut harus dibangun atas dasar kemampuan bertentangan.
produksi dalam negeri (swasembada) melalui Fokus utama petani adalah memproduksi
optimalisasi seluruh potensi di dalam negeri. sebanyak-banyaknya dengan harga setinggi
Untuk itu, upaya untuk meningkatkan kapasitas mungkin. Sebaliknya, pengolah produk,
produksi pangan dari dalam negeri perlu terus pedagang pengumpul dan pengecer, serta
dilakukan. Hasil diidentifikasi tersebut konsumen menghendaki harga beli rendah
merupakan dasar bagi kegiatan perumusan dan dengan kualitas tinggi. Jelas di sini ada
pelaksanaan program produksi pangan secara perbedaan kepentingan antar berbagai pihak.
spesifik. Perlu kemitraan antar empat pelaku pemasaran
Padi adalah salah satu komoditas ini karena satu dengan yang lain saling
strategis saat ini yang belum mengalami membutuhkan. Dalam jangka panjang semua
pengolahan secara signifikan oleh produsen akan salingtergantung dan bisa bertahan jika
sebelum dipasarkan.Perlakuan pasca panen masing-masing merasa diuntungkan. Jika
misalnya pengeringan hingga kadar air tertentu suplai dalam negeri tidak lagi mencukupi
sudah dianggap cukup untuk memasarkan karena petani kurang insentif untuk
produk pertanian bahkan banyak petani padi memproduksi maka akan terjadi impor. Suplai
menjual hasil panennya dalam bentuk gabah dari impor untuk memenuhi kebutuhan pasar
kering panen (GKP) dengan alasan tidak ada domestik pada taraf tertentu diperlukan, tetapi
tempat untuk menjemur atau mengeringkan disisi lain dapat menekan petani.
dan juga karena kebutuhan uang tunai yang Kinerja pemasaran produk pertanian
mendesak. yang baik, khususnya pangan akan mendorong
Subsistem pemasaran pangan dan produk petani menghasilkan pangan melebihi
pertanian terdiri atas empat bagian yaitu kebutuhan rumah tangga. Petani akan
produksi, distribusi, konsumsi, dan peraturan. memasarkan sebagian produksinya setelah
Pelaku utama dalam rantai kegiatan yang dikurangi untuk kebutuhan konsumsi rumah
menghubungkan pangan dan pertanian adalah tangga. Hasil panen yang dijual digunakan oleh
petani (atau nelayan, peternak), perantara, petani untuk membayar tenaga kerja, sarana
pengolah pangan, dan konsumen. Prakteknya produksi, sewa lahan maupun kebutuhan

Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 1, Januari – April 2021


196

seharihari. Pemasaran juga memberi insentif 2015). Menurut Darwanto (2010), untuk
kepada petani agar menghasilkan produk sesuai meningkatkan produktivitas lahan pertanian
kebutuhan konsumen serta mengikuti standar maka diperlukan kombinasi penggunaan
pemasaran yang berlaku. Bahkan petani tenaga kerja, benih, pupuk, pengolahan lahan
bersedia memproduksi pangan yang bukan dan perawatan yang maksimal serta
merupakan pangan pokok karena produknya penggunaan modal dan teknologi yang tepat.
laku dijual dan menguntungkan. Produksi padi di Maluku Utara masih
Kinerja pemasaran diukur dari bertumpu pada lahan sawah. Padi sawah masih
keuntungan yang diperoleh produsen (petani) menjadi kontributor utama sebesar 83,4%
atau persentase harga yang diterima petani sedangkan padi ladang hanya 16,6%. Jika di
dibanding harga eceran, efisiensi rantai pulau jawa luas lahan sawah semakin lama
pemasaran, dan keterjangkauan harga produk semakin berkurang maka di Maluku Utara luas
oleh konsumen. Intervensi pemerintah dapat sawah terus meningkat 12,2% tiap tahunnya.
mempengaruhi kinerja pasar. Untuk komoditas Pada tahun 2011 luas sawah sebesar 9044 ha,
pangan yang bersifat strategis, intervensi kemudian di tahun 2012 terdapat percetakan
pemerintah umumnya dapat membuat kinerja sawah baru seluas 2545 ha, tahun 2013 sebesar
pasar menjadi lebih baik. 704 ha, dan ditahun 2014 percetakan sawah
Produksi padi di Maluku Utara hanya 300 ha (Tabel 2). Percetakan sawah baru
berdasarkan ARAM II tahun 2015 mencapai pada prinsipnya belum bisa langsung
77096 ton atau sebesar tumbuh sebesar 4,26% mendongkrak produktivitas padi mengingat
per tahun. Pertumbuhan ini lebih banyak di lahan sawah bukaan baru masih memiliki
dorong oleh luas panen seluas 22078 ha atau banyak keterbatasan sifat fisik, mekanik,
tumbuh sebesar 4,09 % per tahunnya maupun kimia tanah. Menurut Hartatik dkk
dibandingkan produktivitas sebesar 3,49 t/ha (2010), pembukaan sawah baru akan
atau meningkat sebesar 0,13% per tahun menghadapi masalah kesuburan yang masih
(Gambar 1). Hal ini mengindikasikan bahwa rendah maupun keracunan Fe bagi padi
penerapan teknologi padi di Maluku Utara sehingga dibutuhkan perbaikan lingkungan
masih sangat terbatas mengingat produktivitas tumbuh tanaman dengan teknologi irigasi
nasional sudah mencapai 5,3 ton/ha dan potensi intermitten untuk mencuci kadar Fe, ameliorasi
hasil kajian di Maluku Utara bisa mencapai 9,1 dengan pemberian kapur/dolomit, dan bahan
ton/ha untuk padi sawah (BPTP Maluku Utara, organik, serta penambahan pupuk urea, SP36,

Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 1, Januari – April 2021


197

dan KCl untuk meningkatkan status hara dalam usaha off farm (34,78 persen) dan tanaman
tanah serta mencukupi kebutuhan hara pangan (30,99 persen). Untuk tanaman pangan,
tanaman. pembiayaan usaha dari program PUAP untuk
Permodalan merupakan salah satu faktor komoditas tanaman padi masih tergolong kecil,
produksi penting dalam usaha pertanian. yakni hanya 11,44 persen dari pembiayaan total
Namun, dalam operasional usahanya tidak untuk usaha tanaman pangan di Maluku Utara
semua petani memiliki modal yang cukup. (Syukur et al., 2014).
Aksesibilitas petani terhadap sumber-sumber Berdasarkan latar belakang yang telah
permodalan masih sangat terbatas, terutama dikemukakan, maka permasalahan yang
bagi petani-petani yang menguasai lahan menjadi fokus penelitian ini adalah Berapa
sempit yang merupakan komunitas terbesar jumlah produksi padi permusim tanam, Berapa
dari masyarakat perdesaan (Nurmanaf, 2007). besar jumlah produksi padi yang dikonsumsi
Program pemerintah khusus untuk pembiayaan dan yang dijual dan Bagaimana model rantai
petani salah satunya adalah Pengembangan pemasaran beras. Tujuan yang ingin dicapai
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program dalam penelitian ini adalah untuk Mengetahui
PUAP yang sudah dimulai dari tahun 2008 jumlah produksi padi permusim tanam,
hingga sekarang mensyaratkan terbentuk dan Menganalisis produksi padi yang dikonsumsi
berkembangnya LKM-A di desa sasaran PUAP dan yang dijual oleh petani. dan Menganalisis
sebagai lembaga yang dapat membantu mata rantai pemasaran beras.
memfasilitasi permodalan usahatani bagi B. METODE PENELITIAN
petani di perdesaan (Saleh et al., 2013). Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Program PUAP di Maluku Utara telah Lembah Asri, Kecamatan Weda Selatan,
berdampak pada peningkatan jumlah Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi
kelembagaan Gapoktan, sampai tahun 2015 Maluku Utara. Peneliti memilih lokasi tersebut
tercatat sebanyak 663 Gapoktan PUAP yang karena lokasi tersebut memiliki potensi sebagai
telah dibentuk dari tahun 2008-2015 dengan penghasil padi. Penelitian ini dilaksanakan
beragam pengembangan usaha agribisnisnya. pada bulan Agustus sampai bulan September
Berikut ini jenis usaha yang dikembangkan 2020.
oleh Gapoktan PUAP di Maluku Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah
Gambar 3 menjelaskan bahwa pengembangan petani ( pemilik ) yang berada di Desa Lembah
usaha Gapoktan PUAP sebagian besar pada Asri Kecamatan Weda Selatan Kabupaten

Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 1, Januari – April 2021


198

Halmahera Tengah yang berjumlah 182orang produksi akan memperhatikan produktifitas


dan sampel dalam penelitian ini ditentukan lahan dan penerimaan usahatani dengan
secara acak,sebesar 15 % dari populasi menggunakan rumus analisis pendapatan
sehingga sampel berjumlah 27 orang. sebagai berikut (Soekartawi dalam Hasminar,
Sumber data yang digunakan dalam 2014).
penulisan jurnal ini adalah data primer yaitu C. HASIL DAN PEMBAHASAN
data yang diperoleh dari responden melalui Umur merupakan salah satu faktor yang
wawancara langsung dengan menggunakan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam
kuesioner yang telah disiapkan. Data primer mengelola suatu usaha. Petani yang berusia
yang diperlukan selama penelitian berupa muda dan sehat mempunyai kemampuan fisik
identitas responden, jumlah pendapatan, dan lebih cepat menerima teknologi yang
kebiasaan/pola makan, jenis beras yang dianjurkan. Sebaliknya petani yang berusia tua
dikonsumsi, jumlah total produksi padi, jumlah mempunyai banyak pertimbangan dalam
konsumsi beras dan lain-lain. Data sekunder menerima teknologi baru.
yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait, Informasi umur yang di dapat di lapangan
berupa kantor di Desa Lembah Asri Kecamatan memperlihatkan bahwa umumnya petani
Weda Selatan Kabupaten Halmahera Tengah, berada dalam rentang umur 35-44 (40,74%).
Dinas pertanian Kabupaten Halmahera Tengah, Kelompok umur 55 tahun ketas merupakan
Badan Statistik Kabupaten Halmahera Tengah. petani yang paling sedikit (22,22%). Dilihat
Data sekunder yang dibutuhkan dalam dari sebaran umur, tampaknya petani di Desa
penelitian ini antara lain : jumlah produksi dan Baru Kecamatan Luyo berada dalam usia yang
konsumsi pada suatu daerah, jumlah penduduk produktif. Diketahui bahwa umur tersebut
keseluruhan, data kependudukan, kondisi suatu dapat menerima inovasi teknologi pertanian
daerah, dan lain-lain. dan juga mereka masih memiliki tanggungan
Berdasarkan data yang diperoleh dari keluarga yang sebagian besar masih
penelitian ini selanjutnya akan ditabulasi dan bersekolah.
diolah dengan menggunakan analisis Untuk Pendidikan petani yang didapatkan pada
mencapai tujuan pertama dan kedua maka penelitian memperlihatkan bahwa lebih dari
digunakan analisis deskriktif kuantitatif guna hampir 75 persen petani di desa Lembah Asri
mengetahui jumlah produksi yang dikonsumsi Kecamatan Weda Selatan berpendidikan
dan yang dijual oleh keluarga petani. Jumlah rendah (74.1 persen). Keadaan Pendidikan

Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 1, Januari – April 2021


199

petanirespondenpada tingkat SD menempati memenuhi kebutuhannya setiap hari. Dari 27


angka tertinggi yakni 15 jiwa (55,55%), responden ada 2 responden yang tindak
sedangkan pada tingkat SMA sebanyak 7 jiwa memiliki pekerjaan tambahan.
(25,92%), dan yang terendah adalah pada Unsur hara yang tersedia dalam tanah saja
tingkat SMP sebanyak 5 jiwa (%), hal ini belum mencukupi bagi sepanjang pertumbuhan
berarti rata – rata pendidikan di daerah ini padi. Untuk menyediakan zat hara yang
masih perlu ditingkatkan. optimal bagi pertumbuhan padi, maka petani
Pekerjaan tambahan dari beberapa menambahkan dari luar melalui pemupukan
responden sebagai seorang wiraswasta ini pada tanaman padi dilakukan setelah
adalah seseorang yang mempunyai berbagai penanaman. Jumlah pupuk yang digunakan
macam pekerjaan. Pekerjaan took campuranini tergantung dari luas lahan, pengalaman dan
juga adalah pekerjaan salah satu responden kemampuan ekonomi petani, jenis pupuk yang
yang memiliki berbagai macam jenis barang digunakan petani padi di Desa Baru adalah
yang dijual dan memiliki pendapatan yang Urea dan NPK Phonska. Penggunaan pupuk ini
cukup besar yaitu sebesar Rp.10.000.000 berbeda-beda oleh setiap responden tergantung
perbulan. Toko/Bengkel juga adalah pekerjaan dengan luasan lahan tanaman padi.
yang dimiliki salah satu responden dan Penyakit dan hama adalah kerusakan-
memiliki pendapatan yang sangat tinggi yaitu kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh
sebesar Rp.15.000.000 perbulan, awalnya berbagai macam virus dan bakteri, kerusakan
bengkel tersebut adalah bengkel sepeda tetapi pada tanaman akibat penyakit bisa
dari tahun ketahun pendapatannya terus mendatangkan kerugian besar jika tidak
meningkat dan akhirnya menjadi bengkel diantisipasi, demikian pula halnya dengan
motor yang mempunyai banyak pelanggang. hama juga merupakan salah satu faktor
Pekerjaan tambahan sebagai penjual nasi penyebab rusaknya tanaman. Untuk
kuning yang dimaksud adalah seorang janda mengantisipasi hal tersebut maka petani padi di
dan sekaligus kepala rumah tangga yang desa baru menggunakan pestisida. Penggunaan
menafkahi 1 orang anak, pekerjaan tersebut pestisida pada tanaman padi dimaksudkan
digeluti karena tidak memiliki modal yang untuk menanggulangi hama dan penyakit pada
cukup besar, pekerjaannya tidak terlalu berat tanaman baik yang belum berproduksi maupun
bagi seorang janda dan pendapatan dari yang telah berproduksi. Namun pemberian
menjual nasi kuning tersebut cukup untuk pestisida harus memperhatikan dosis

Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 1, Januari – April 2021


200

penggunaan serta cara penggunaannya. Ada padi, dimana petani menjual hasil produksinya
beberapa jenis pestisida yang sering digunakan kepada pedagang pengumpul setelah itu
oleh petani padi seperti spontan, metacolor, pedagang pengumpul menjualnya kembali ke
hiponararel, josepat, gandasil, sempurna, Pedagang besar yang ada di Kabupaten
prapaton, score, explore, laser, polisa dan Halmahera Tengah dan kemudian dijual ke
domindo. Pedagang Pengecer dan terakhir ke Konsumen
Produksi padi yang dihasilkan dalam 3 kali Dari petani sampai ke pedagang pengumpul
panen oleh setiap petani bervariasi, hal ini dan pedagang besar yang dijual masih berupa
disebabkan oleh adanya berbagai macam gabah sedangkan dari pedagang besar ke
perbedaan luas lahan, tingkat kesuburan tanah, konsumen yang dijual sudah berupa beras.
pemakaian pupuk dan obat-obatan serta
penggunaan bibit. D. KESIMPULAN
Biaya tetap adalah biaya pengeluaran yang Berdasarkan hasil penelitianyang
tidak tergantung pada perubahan hasil produksi dilakukan pada petani padi di Desa Lembah
yang dihasilkan. Adapun biaya tetap yang yang Asri Kecamatan Weda Selatan Kabupaten
dimaksud seperti PBB, cangkul, sabit, parang, Halmahera Tengah tentang analisis produksi,
ember, handsprayer dan bajak sedangkan Biaya konsumsi dan pemasaran usahatani padi dapat
variabel merupakan biaya yang dapat berubah diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
mengikuti besar kecilnya produksi atau biaya 1. Rata-rata pendapatan petani padi sebesar
yang habis terpakai dalam sekali produksi. Rp.7.865.819
Adapun biaya tidak tetap yang dikeluarkan 2. Pemanfaatan produksi padi terbagi atas dua
petani padi selama proses produksi. yaitu untuk di konsumsi dan untuk dijual.
Berdasarkan hasil penelitian yang Adapun rata-rata pemanfaatan produksi padi
dilakukan, diketahui bahwa ada tigamodel untuk konsumsi yaitu sebesar 1.022 Kg
saluran pemasaran padi di Desa Lembah Asri (32%) sedangkan rata-rata pemanfaatan
Kecamatan Weda Selatan Kabupaten produksi padi untuk dijual sebesar 2.180 Kg
Halmahera Tengah. Adapun ketiga model (68%).
tersebut adalah sebagai berikut : 1. Saluran 3. Terdapat Tiga model saluran pemasaran
Pemasaran I Pedagang pengumpul→ yang ada di Desa Lembah Asri Kecamatan

Pedagang Besar→ Pedagang Pengecer. Sistem Weda Selatan Kabupaten Halmahera

pemasaran ini dilakukan oleh responden petani Tengah. Ketiga merupakan pemasaran tidak

Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 1, Januari – April 2021


201

langsung yang melibatkan pedagang


pengumpul, pedagang besar dan pedangang
pengecer.
4. Margin keuntungan yang diperoleh berbeda-
beda setiap saluran. Margin keuntungan
pada saluran I sebesar Rp.2.760, saluran II
Rp.2880 dan pada saluran III sebesar
Rp.2.360. Margin tertinggi diperoleh pada
saluran II.
DAFTAR PUSTAKA
Darwanto. 2010. Analisis Efisiensi Usahatani
Padi Di Jawa Tengah (Penerapan Analisis
Frontier). Jurnal Organisasi dan Manajemen,
Vol. 6(1): 46-57.

Hartatik, W. Sulaeman, dan A. Kasno. 2010.


Perubahan sifat kimia tanah dan ameliorasi
sawah bukaan baru. Dalam Buku Tanah Sawah
Bukaan Baru. Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian. Bogor. Hal: 53-76

Nurmanaf, A. R. 2007. Lembaga Informal


Pembiayaan Mikro Lebih Dekat Dengan
Petani. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian
Volume 5 No. 2, Juni 2007: 99-109.

Pasandaran, E. 2015. Memperkuat


Kemampuan Swasembada Pangan. IAARD
Press, Jakarta.

Saleh, Yopi, C. Sugihono, dan V. W. Hanifah.


Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
Di Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta.
Jurnal Pengkajian Dan Pengembangan
Teknologi Pertanian Vol. 16, No. 3, November
2013: 212-222.

Syukur, Muhammad, dkk. 2014. Laporan


Akhir Pendampingan Program Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan di Maluku Utara.
Laporan Akhir. BPTP Maluku Utara. Sofifi.

Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 1, Januari – April 2021

Anda mungkin juga menyukai