ABSTRACT
The application of rice farming in North Maluku is a response to the record of future agriculture
which is increasingly faced with scarce energy resources, the search for and the quality of food, feed,
and environmentally friendly energy. The purpose of this study is to provide an overview of the
existing agricultural conditions in North Maluku and to formulate steps for the transformation
towards rice farming that will be achieved. The condition of rice farming in North Maluku is still at
the agronomic level with minimum technology with low productivity indicators (<4 tons / ha), farmer
institutions in the beginner class, low group management and semi-subsistence farming orientation.
The problems in the application of rice farming consist of technical and non-technical problems so
that the application of the agricultural concept must be carried out in stages with the socio-economic
and cultural conditions of the community. One of the important factors in producing food is the
amount of land because land is the main production factor for producing food. Land is an economic
resource whose population is relatively fixed but whose needs continue to increase due to
development needs. In addition, land also has specific characteristics (topography, slope, soil texture,
chemical content.)
Key words: Rice, Production, North Maluku
seharihari. Pemasaran juga memberi insentif 2015). Menurut Darwanto (2010), untuk
kepada petani agar menghasilkan produk sesuai meningkatkan produktivitas lahan pertanian
kebutuhan konsumen serta mengikuti standar maka diperlukan kombinasi penggunaan
pemasaran yang berlaku. Bahkan petani tenaga kerja, benih, pupuk, pengolahan lahan
bersedia memproduksi pangan yang bukan dan perawatan yang maksimal serta
merupakan pangan pokok karena produknya penggunaan modal dan teknologi yang tepat.
laku dijual dan menguntungkan. Produksi padi di Maluku Utara masih
Kinerja pemasaran diukur dari bertumpu pada lahan sawah. Padi sawah masih
keuntungan yang diperoleh produsen (petani) menjadi kontributor utama sebesar 83,4%
atau persentase harga yang diterima petani sedangkan padi ladang hanya 16,6%. Jika di
dibanding harga eceran, efisiensi rantai pulau jawa luas lahan sawah semakin lama
pemasaran, dan keterjangkauan harga produk semakin berkurang maka di Maluku Utara luas
oleh konsumen. Intervensi pemerintah dapat sawah terus meningkat 12,2% tiap tahunnya.
mempengaruhi kinerja pasar. Untuk komoditas Pada tahun 2011 luas sawah sebesar 9044 ha,
pangan yang bersifat strategis, intervensi kemudian di tahun 2012 terdapat percetakan
pemerintah umumnya dapat membuat kinerja sawah baru seluas 2545 ha, tahun 2013 sebesar
pasar menjadi lebih baik. 704 ha, dan ditahun 2014 percetakan sawah
Produksi padi di Maluku Utara hanya 300 ha (Tabel 2). Percetakan sawah baru
berdasarkan ARAM II tahun 2015 mencapai pada prinsipnya belum bisa langsung
77096 ton atau sebesar tumbuh sebesar 4,26% mendongkrak produktivitas padi mengingat
per tahun. Pertumbuhan ini lebih banyak di lahan sawah bukaan baru masih memiliki
dorong oleh luas panen seluas 22078 ha atau banyak keterbatasan sifat fisik, mekanik,
tumbuh sebesar 4,09 % per tahunnya maupun kimia tanah. Menurut Hartatik dkk
dibandingkan produktivitas sebesar 3,49 t/ha (2010), pembukaan sawah baru akan
atau meningkat sebesar 0,13% per tahun menghadapi masalah kesuburan yang masih
(Gambar 1). Hal ini mengindikasikan bahwa rendah maupun keracunan Fe bagi padi
penerapan teknologi padi di Maluku Utara sehingga dibutuhkan perbaikan lingkungan
masih sangat terbatas mengingat produktivitas tumbuh tanaman dengan teknologi irigasi
nasional sudah mencapai 5,3 ton/ha dan potensi intermitten untuk mencuci kadar Fe, ameliorasi
hasil kajian di Maluku Utara bisa mencapai 9,1 dengan pemberian kapur/dolomit, dan bahan
ton/ha untuk padi sawah (BPTP Maluku Utara, organik, serta penambahan pupuk urea, SP36,
dan KCl untuk meningkatkan status hara dalam usaha off farm (34,78 persen) dan tanaman
tanah serta mencukupi kebutuhan hara pangan (30,99 persen). Untuk tanaman pangan,
tanaman. pembiayaan usaha dari program PUAP untuk
Permodalan merupakan salah satu faktor komoditas tanaman padi masih tergolong kecil,
produksi penting dalam usaha pertanian. yakni hanya 11,44 persen dari pembiayaan total
Namun, dalam operasional usahanya tidak untuk usaha tanaman pangan di Maluku Utara
semua petani memiliki modal yang cukup. (Syukur et al., 2014).
Aksesibilitas petani terhadap sumber-sumber Berdasarkan latar belakang yang telah
permodalan masih sangat terbatas, terutama dikemukakan, maka permasalahan yang
bagi petani-petani yang menguasai lahan menjadi fokus penelitian ini adalah Berapa
sempit yang merupakan komunitas terbesar jumlah produksi padi permusim tanam, Berapa
dari masyarakat perdesaan (Nurmanaf, 2007). besar jumlah produksi padi yang dikonsumsi
Program pemerintah khusus untuk pembiayaan dan yang dijual dan Bagaimana model rantai
petani salah satunya adalah Pengembangan pemasaran beras. Tujuan yang ingin dicapai
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program dalam penelitian ini adalah untuk Mengetahui
PUAP yang sudah dimulai dari tahun 2008 jumlah produksi padi permusim tanam,
hingga sekarang mensyaratkan terbentuk dan Menganalisis produksi padi yang dikonsumsi
berkembangnya LKM-A di desa sasaran PUAP dan yang dijual oleh petani. dan Menganalisis
sebagai lembaga yang dapat membantu mata rantai pemasaran beras.
memfasilitasi permodalan usahatani bagi B. METODE PENELITIAN
petani di perdesaan (Saleh et al., 2013). Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Program PUAP di Maluku Utara telah Lembah Asri, Kecamatan Weda Selatan,
berdampak pada peningkatan jumlah Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi
kelembagaan Gapoktan, sampai tahun 2015 Maluku Utara. Peneliti memilih lokasi tersebut
tercatat sebanyak 663 Gapoktan PUAP yang karena lokasi tersebut memiliki potensi sebagai
telah dibentuk dari tahun 2008-2015 dengan penghasil padi. Penelitian ini dilaksanakan
beragam pengembangan usaha agribisnisnya. pada bulan Agustus sampai bulan September
Berikut ini jenis usaha yang dikembangkan 2020.
oleh Gapoktan PUAP di Maluku Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah
Gambar 3 menjelaskan bahwa pengembangan petani ( pemilik ) yang berada di Desa Lembah
usaha Gapoktan PUAP sebagian besar pada Asri Kecamatan Weda Selatan Kabupaten
penggunaan serta cara penggunaannya. Ada padi, dimana petani menjual hasil produksinya
beberapa jenis pestisida yang sering digunakan kepada pedagang pengumpul setelah itu
oleh petani padi seperti spontan, metacolor, pedagang pengumpul menjualnya kembali ke
hiponararel, josepat, gandasil, sempurna, Pedagang besar yang ada di Kabupaten
prapaton, score, explore, laser, polisa dan Halmahera Tengah dan kemudian dijual ke
domindo. Pedagang Pengecer dan terakhir ke Konsumen
Produksi padi yang dihasilkan dalam 3 kali Dari petani sampai ke pedagang pengumpul
panen oleh setiap petani bervariasi, hal ini dan pedagang besar yang dijual masih berupa
disebabkan oleh adanya berbagai macam gabah sedangkan dari pedagang besar ke
perbedaan luas lahan, tingkat kesuburan tanah, konsumen yang dijual sudah berupa beras.
pemakaian pupuk dan obat-obatan serta
penggunaan bibit. D. KESIMPULAN
Biaya tetap adalah biaya pengeluaran yang Berdasarkan hasil penelitianyang
tidak tergantung pada perubahan hasil produksi dilakukan pada petani padi di Desa Lembah
yang dihasilkan. Adapun biaya tetap yang yang Asri Kecamatan Weda Selatan Kabupaten
dimaksud seperti PBB, cangkul, sabit, parang, Halmahera Tengah tentang analisis produksi,
ember, handsprayer dan bajak sedangkan Biaya konsumsi dan pemasaran usahatani padi dapat
variabel merupakan biaya yang dapat berubah diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
mengikuti besar kecilnya produksi atau biaya 1. Rata-rata pendapatan petani padi sebesar
yang habis terpakai dalam sekali produksi. Rp.7.865.819
Adapun biaya tidak tetap yang dikeluarkan 2. Pemanfaatan produksi padi terbagi atas dua
petani padi selama proses produksi. yaitu untuk di konsumsi dan untuk dijual.
Berdasarkan hasil penelitian yang Adapun rata-rata pemanfaatan produksi padi
dilakukan, diketahui bahwa ada tigamodel untuk konsumsi yaitu sebesar 1.022 Kg
saluran pemasaran padi di Desa Lembah Asri (32%) sedangkan rata-rata pemanfaatan
Kecamatan Weda Selatan Kabupaten produksi padi untuk dijual sebesar 2.180 Kg
Halmahera Tengah. Adapun ketiga model (68%).
tersebut adalah sebagai berikut : 1. Saluran 3. Terdapat Tiga model saluran pemasaran
Pemasaran I Pedagang pengumpul→ yang ada di Desa Lembah Asri Kecamatan
pemasaran ini dilakukan oleh responden petani Tengah. Ketiga merupakan pemasaran tidak