Anda di halaman 1dari 19

Ketua :

Scriber :

Kata sulit

1. Limfadenopati ▶️surya
JAWAB :
Limfadenopati adalah kondisi di mana terjadi pembengkakan atau
pembesaran kelenjar getah bening. Limfadenopati menimbulkan gejala
berupa pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah bening.
Pembengkakan tersebut dapat diketahui dengan munculnya benjolan di
bawah kulit, yang bisa terasa nyeri atau pun tidak.
Selain benjolan, penderita limfadenopati juga dapat merasakan gejala
lain. Gejala lain yang muncul dapat berbeda-beda, tergantung penyebab,
lokasi pembengkakan kelenjar getah bening, dan kondisi pasien. Di antaranya
adalah:
 Ruam kulit
 Lemas
 Demam
 Berkeringat ketika malam
 Berat badan turun

2. OHI
JAWAB :
Menurut Green dan Vermillion untuk mengukur kebersihan gigi dan
mulut adalah dengan mempergunakan suatu indeks yang disebut dengan
Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). OHI-S adalah angka yang
menyatakan keadaan klinis atau kebersihan gigi dan mulut seseorang yang
didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan. Gigi-gigi yang dipilih sebagai
gigi index beserta permukaan gigi index yang dianggap mewakili tiap
gigi segmen adalah :
a. Gigi 16 pada permukaan bukal
b. Gigi 11 pada permukaan labial
c. Gigi 26 pada permukaan bukal
d. Gigi 36 pada permukaan lingual
e. Gigi 31 pada permukaan labial
f. Gigi 46 pada permukaan lingual

3. PUS
JAWAB:
Pus (nanah) adalah suatu cairan hasil proses peradangan yang terbentuk dari
sel-sel leukosit (Levinson, 2004).
Pus merupakan suatu campuran neutrofil dan bakteri (yang hidup, dalam
proses mati, dan yang mati), debris seluler, dan gelembung minyak
(Underwood, 1999).
Infeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi netrofil lebih tinggi di dalam
jaringan dan banyak dari sel ini mati serta membebaskan enzim-enzim
hidrolisis. Keadaan ini menyebabkan enzim netrofil mampu mencernakan
jaringan di bawahnya dan mencairkannya.

List Pertanyaan
1. Sebutkan dan jelaskan penyebab dari limfadenopati! (Zidan)▶️
JAWAB :
Penyebab limfadenopati yang utama adalah infeksi bakteri, virus, atau jamur.
Penyebab lainnya termasuk penyakit autoimun, kanker, dan sarkoidosis.
Berikut penjelasannya.

Infeksi

Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan limfadenopati, yaitu:

 Radang tenggorokan
 Campak
 Infeksi telinga
 Gigi yang terinfeksi (abses)
 Mononukleosis
 Infeksi kulit atau luka, seperti selulitis
 Human immunodeficiency virus (HIV) — virus yang menyebabkan AIDS
 Penyakit menular seksual, seperti sifilis
 Toksoplasmosis — infeksi parasit akibat kontak dengan kotoran kucing yang
terinfeksi atau makan daging yang kurang matang
 Demam cakaran kucing — infeksi bakteri dari cakaran atau gigitan kucing
 Tuberkulosis (TBC)

Penyakit autoimun

Beberapa penyakit autoimun yang bisa menyebabkan limfadenopati, yaitu:

 Rheumatoid arthritis
 Lupus

Kanker
Beberapa kanker yang bisa menyebabkan limfadenopati, yaitu:

 Limfoma, kanker yang berasal dari sistem limfatik


 Leukemia, kanker jaringan pembentuk darah tubuh, termasuk sumsum tulang
dan sistem limfatik
 Kanker lain yang telah menyebar (bermetastasis) ke kelenjar getah bening
Selain itu, pada kasus limfadenopati yang jarang terjadi, kondisi ini juga bisa
disebabkan oleh penggunaan obat. Seperti obat anti kejang fenitoin dan obat
pencegah malaria.

Pengobatan Limfadenopati
Pengobatan harus disesuaikan dengan penyebab, lokasi pembengkakan
kelenjar getah bening, dan kondisi pasien. Pada beberapa kasus,
limfadenopati dapat pulih dengan sendirinya.

Infeksi. Pengobatan terhadap infeksi tergantung dari jenis infeksinya sendiri.


Infeksi bakteri adalah salah satu penyebab limfadenopati. Pengobatan
limfadenopati yang disebabkan oleh adnya infeksi bakteri dapat dilakukan
dengan pemberian antibiotik.
Penyakit autoimun. Apabila pembengkakan kelenjar getah bening disebabkan
oleh penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis, maka pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan obat imunosupresif, seperti kortikosteroid.
Untuk rasa sakit yang dirasakan, dapat diberikan obat pereda rasa sakit,
seperti ibuprofen atau naproxen.
Kanker. Pengobatan limfadenopati yang disebabkan oleh kanker dilakukan
dengan mengatasi kanker itu sendiri. Tergantung jenis kanker dan kondisi
pasien, metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kanker
berupa operasi, radioterapi, atau kemoterapi.
Konsultasikan dengan dokter terkait metode pengobatan yang tepat dalam
mengatasi limfadenopati. Pengobatan yang tidak tepat dapat memperburuk
kondisi dan menimbulkan komplikasi penyakit.
Selain pengobatan di atas, pasien limfadenopati juga dapat melakukan upaya
yang bisa dilakukan sendiri di rumah guna meredakan gejala rasa nyeri yang
muncul, seperti:

Kompres area yang bermasalah dengan air hangat.


Konsumsi obat pereda rasa sakit, yang dijual bebas seperti paracetamol.
Konsultasikan penggunaan obat dengan dokter.
Istirahat yang cukup.

2. Apa saja gejala yang dapat ditimbulkan (manifestasi klinis) akibat dari
infeksi pada skenario? ( fabela ) ▶️Nerissa
JAWAB :

Manifestasi intraoral noma meliputi hipersalivasi, halitosis, pseudomembran,


perdarahan spontan gingiva, serta hilangnya puncak papila gingiva
interdental. Pada intraoral pasien ditemukan edema gingiva, plak dan
kalkulus, plak putih yang dapat dikerok sehingga meninggalkan daerah eritem
di lidah dorsal, lateral, palatum durum regio 14-16, krusta pustulosa regio
21,22, serta krusta sanguinolenta region 43,44.

Selaput lendir yaitu pada gusi, lapisan pipi menjadi meradang dan
mengembangkan bisul. Infeksi menyebar dari selaput lendir ke kulit sehingga
menyebabkan nekrosis pada jaringan bibir dan pipi.
Ada mulut yang sakit dengan edema fokal yang memiliki bau dan rasa busuk.
Cairan oral yang berbau busuk dan purulen berhubungan dengan air liur yang
banyak, anoreksia, dan limfadenopati servikal yang teraba. Pertama, muncul
bintik merah keunguan kecil pada gingiva, yang dengan cepat menjadi
indurasi, ulserasi dan kemudian menjadi nekrotik dengan edema terkait. Ini
membentuk massa berbentuk kerucut nekrotik hitam kebiruan dengan dasar
intra-oral. Ada perkembangan cepat menjadi gangren selama 4 sampai 72
jam berikutnya. Keterlibatan dapat uni- atau bilateral dan dapat
mempengaruhi setiap bagian dari wajah termasuk rahang atas/bawah. Ini
dapat menghasilkan mutilasi wajah yang luas dengan hilangnya struktur dan
fungsi intraoral.
Pada fase akut anak anak yang terserang biasanya mengalami kesakitan
anemic, aphetic (ukus kecil berwarna putih yang berada dimulut), seringkali
measle (ditandai dengan ruam atau demam), gastroenteritis (peradangan
perut dan usus halus). Secara sistematik pasien biasanya mengalami demak,
takikardia (denyut jantung yang cepat), dan anorexia (hilangnya nafsu
makan).
Bakteri utama penyakit ini adalah fusbacterium necrophorum. Bakteri lain nya
yaitu borrelia vicentii, staphylococcus paureus prevoella intermedia.

3. Apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kasus pada
skenario? Surya▶️Zidan
JAWAB :

4. Bagaimana mekanisme terjadinya infeksi pada skenario? (nerissa)


▶️(alsya)
JAWAB :
Noma adalah penyakit gangren pada anak- anak yang dengan cepat merusak
jaringan lunak dan keras wajah. Selanjutnya, hal ini akan menyebabkan
kerusakan besar pada struktur wajah yang menyebabkan gangguan
fungsional.Noma biasanya dimulai dengan ulkus intraoral kecil, lesi apthous,
atau gingivitis nekrotik akut (ANG). ANG sendiri biasanya memiliki tanda-
tanda seperti perdarahan spontan, ulkus papila gingiva, nyeri, dan
pseudomembran keabu-abuan

ANG juga dapat terjadi karena kurangnya kebersihan mulut, tetapi bukti lain
juga menunjukkan bahwa malnutrisi saja dapat menyebabkan perubahan
mikroflora mulut dan menyebabkan ANG. Umumnya, ANG dapat
disembuhkan dengan meningkatkan kebersihan mulut. Penggunaan antibiotik
untuk ANG perlu diperhatikan pada anak malnutrisi dan anak disabilitas untuk
menjaga kebersihan mulut. Tanpa terapi, ANG dapat berkembang menjadi
stomatitis nekrotik dan menyebabkan kerusakan pada mukosa gingiva,
mukosa mulut, dan tulang di sekitar lesi. Pada fase ini, antibiotik harus segera
diberikan. Jika tidak diobati, sangat mungkin bahwa lesi akan terus
berkembang menjadi noma.
Timbulnya noma biasanya ditandai dengan munculnya edema wajah dan
stomatitis nekrotik traoral, disertai dengan halitosis. Ini adalah tanda
patognomonik noma dan hanya berlangsung beberapa hari.

Gambar 2. Edema wajah akibat noma (harus dibedakan dari abses).

Setelah munculnya stomatitis nekrotik dan edema wajah, infeksi nekrotik akan
menyebar dengan cepat ke mukosa intraoral, mukosa wajah, kulit, maksila,
dan mandibula. Perubahan warna kebiruan pada kulit adalah tanda bahwa
nekrosis mulai menyebar ke permukaan. Gangren noma memiliki karakteristik
self-limiting, dimana proses nekrosis akan berakhir dengan demarkasi yang
jelas. Dalam kasus tertentu, tubuh tampaknya mampu menahan dan
menghentikan ekspansi gangren. Ada anak dengan lesi yang relatif kecil
meskipun tidak mendapatkan terapi apapun, sedangkan pada anak lain
terdapat kerusakan wajah yang luas setelah terapi yang optimal. Hal ini dapat
terjadi karena perbedaan tingkat gangguan sistem imun.

Gambar 3. Anak usia 3 tahun dengan noma orofasial sebelum


pengelupasan jaringan nekrotik. Ada demarkasi yang jelas antara
jaringan nekrotik dan jaringan sehat di sekitarnya.
Setelah demarkasi gangren, jaringan nekrotik akan mulai mengelupas. Pada
fase ini, banyak pasien meninggal karena sepsis. Tanda- tanda penyembuhan
luka akan mulai tampak jika pasien selamat dan tubuh pasien telah
mengeliminasi jaringan nekrotik melalui proses sloughing, supuration, dan
sequestration. Pada fase penyembuhan, jaringan granulasi mulai terbentuk,
terjadi kontraktur luka, serta mulai terbentuk mukosa dan epitel dari ujung luka
menuju permukaan granulasi.Proses ini dapat memakan waktu berminggu-
minggu hingga beberapa bulan tergantung pada kerusakan jaringan dan
status kesehatan pasien. Proses penyembuhan ini dapat menyebabkan
trismus, dan pada kasus yang parah menyebabkan ankilosis fibrosa atau
tulang pada sendi temporomandibular. Hal ini akan menimbulkan gangguan
lebih lanjut terhadap asupan dan gizi pada anak yang sering mengalami gizi
buruk. Hanya sekitar 15% dari anak-anak bisa bertahan hidup noma akut.
Hampir semua penderita noma akan mengalami deformasi wajah, trismus
atau ankilosis mandibula yang akan menyebabkan gangguan makan,
inkontinensia oral, masalah bicara, dan masalah sosial lainnya (pengecualian,
stigma, pengabaian). Seiring bertambahnya usia anak, kontraktur akan terjadi
dan mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang lagi-lagi menyebabkan
kerusakan pada struktur wajah. Dampak psikologis dari penderita noma dapat
dengan mudah dipahami, tetapi sangat jarang dipelajari.

5. Bagaimana penanganan pada skenario diatas? (Dina) ▶️ratna


JAWAB :
Penatalaksanaan noma membutuhkan pendekatan tim multidisiplin. Pada
tahap awal anak akan membutuhkan irigasi oral dengan hidrogen peroksida,
saline dan klorheksidin 0,2%, sehingga membantu mengelupas jaringan
nekrotik. Hidrasi yang memadai, koreksi elektrolit dan defisiensi vitamin
dengan pemberian dukungan nutrisi yang cukup sangat penting, bahkan
melalui selang nasogastik, jika perlu.
Cara perawatan yang dilakukan meliputi penisilinan dan metrodinasol serta
menghilangkan factor prodesposisi. Jiga diberikan penambahan protein
dengan vitamin, cairan dengan elektrolit, zat besi dan nutrisi untuk
memperbaiki gangguan nutrisinya. Selain itu juga dilakukan debridement
(pembungan benda asing dan jaringan mati dari luka) pada jaringan yang
mengalami nekrotik. Penanganan untuk infeksi jaringan mulut atau noma
dapat dilakukan juga lewat pemberian antibiotik, cairan untuk mencegah
dehidrasi, makanan melalui infus, dan penanganan luka. Selain itu juga bisa
dilakukan operasi bedah plastik untuk rekonstruksi wajah dan sendi rahang.

6. Apa nama diagnosa kelainan akibat infeksi pada skenario? (bima)▶️


JAWAB :
Noma, juga dikenal sebagai cancrum oris, adalah stomatitis gangren
destruktif pada mulut, jaringan lunak dan keras wajah. Ini dapat menyebabkan
deformitas wajah yang menghancurkan, jaringan parut melingkar, stenosis
mulut, dan dalam banyak kasus kematian. WHO memperkirakan bahwa
500.000 orang terkena dengan 100.000 kasus baru setiap tahun. Noma telah
menghilang dari negara-negara industri sejak tahun 20th abad, tetapi umum
di dunia ketiga terutama di Afrika.5 Penyakit ini terjadi hampir secara eksklusif
di antara anak-anak dengan gizi buruk di negara berkembang.

Cancrum oris atau noma (dari bahasa Yunani nomein "melahap") adalah
stomatitis gangren pada mulut, jaringan lunak dan keras wajah terutama pada
anak-anak antara usia 2 hingga 16 tahun. Kasus telah dilaporkan bahkan
hingga usia 26 tahun. Jika tidak diobati, noma selalu cepat berakibat fatal.
Epidemiologi noma tidak banyak berubah selama bertahun-tahun, kecuali
bahwa telah terjadi penurunan angka kematian dari 90% menjadi sekitar 8%
menjadi 10%, terutama karena antibiotik modern. WHO memperkirakan
bahwa 500.000 orang terkena dengan 100.000 kasus baru setiap tahun.
Noma telah menghilang dari negara-negara industri sejak tahun 20 th abad,
tetapi umum di dunia ketiga terutama di Afrika. Ini masih merupakan penyakit
langka di Pakistan.

Noma atau infeksi jaringan mulut adalah penyakit yang merusak jaringan
mulut (orofasial) dan struktur di sekitarnya. Penyakit ini kebanyakan
menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Noma jarang menyerang
orang dewasa.

Meski berawal dari bagian dalam mulut, noma bisa menyebar ke area lain.
Seringkali area wajahlah yang menjadi sasarannya. Bila terus dibiarkan,
infeksi ini akan menggerogoti jantung dan organ vital lainnya.

Infeksi yang dalam bahasa medisnya dikenal sebagai cancrum oris atau
gangrenous stomatitis ini juga memiliki angka kematian yang tinggi.
Bahkan noma dapat membunuh lebih cepat daripada AIDS.

Gizi buruk dan kurangnya masalah kebersihan sering dikaitkan dengan noma.
Hal ini mengacu pada angka kejadian yang sangat tinggi di beberapa negara
berkembang seperti Nigeria dan Senegal. Studi yang dilakukan para ahli
menemukan bahwa setiap tahun, lebih dari 100.000 penduduk Nigeria
meninggal dunia akibat serangan noma.

Diagnosis terhadap infeksi jaringan mulut atau noma dilakukan lewat


pemeriksaan bakteri. Bakteri yang dicurigai memiliki kaitan dengan infeksi ini
adalah bakteri Fusobacterium necrophorum. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan tambahan. Beberapa pemeriksaan tambahan yang disarankan
adalah pemeriksaan foto X-Ray dan CT scan. Tujuannya untuk mengetahui
penyebaran ke jaringan lain.
7. Apa faktor penyebab dari kelainan di skenario? (Alsya) ➡️Dina
JAWAB :
Faktor predisposisi: oral hygiene yang buruk, malnutrisi, infeksi cacar, cacar
air, herpes primer (gingivostomatitis), sistem imun yang lemah, past history
campak, scarlet fever (infeksi bakteri Sterptococcus yang dapat menimbulkan
ruam kulit), penyakit sistemik, contoh : malaria, tuberculosis, kanker, HIV,
Acute necrotizing gingivitis, Trauma pada oral, infeksi bakteri seperti
fusbacterium necrophorum, borrelia vicentii, staphylococcus paureus
prevoella intermedia.

Penyebab pasti penyakit ini masih belum diketahui tetapi kebersihan mulut
yang buruk pada anak-anak, nutrisi mulut, daya tahan tubuh yang lemah,
riwayat campak, demam berdarah, tipus, disentri basiler, malaria, batuk rejan,
tuberkulosis, keganasan dan HIV merupakan faktor predisposisi noma.
Penyebab utamanya mungkin bakteri, meskipun penyakitnya tidak menular.
Hal ini dikatakan bahwa penyakit ini dipicu oleh konsorsium mikroorganisme
yang : Fusobacterium necrophorum merupakan komponen kunci.
Fusobacterium nekroforum menguraikan beberapa metabolit toksik
dermonekrotik dan diperoleh oleh anak-anak miskin melalui kontaminasi tinja,
yang dihasilkan dari fasilitas perumahan bersama dengan hewan dan sanitasi
lingkungan yang sangat buruk. Lainnya Patogen umum yang ditemukan pada
lesi noma adalah Prevotella intermedia dan Borrelia vincentii.
Hubungan simbiosis antara basil fusiform dan streptokokus non- hemolitik
dan stafilokokus telah dianggap sebagai faktor yang signifikan dalam
perkembangan noma. B. vincenti dan basil fusiform dapat dibiakkan dalam
banyak kasus. Bakteri anaerob mungkin ada pada penyakit yang berkembang
pesat.

Penyebab utama infeksi jaringan mulut atau noma adalah bakteri


Fusobacterium necrophorum. Namun ada juga beberapa bakteri lain yang
dicurigai dapat menyebabkan penyakit ini. Seperti bakteri Borrelia vincentii,
Staphylococcus aereus, prevotella intermedia.

Selain itu, berikut adalah beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan
kejadian penyakit noma:

• Malnutrisi,
• Imunitas yang rendah,
• Kebersihan mulut yang kurang,
• Sanitasi yang buruk,
• Tinggal berdekatan dengan binatang,
• Air minum yang kurang bersih,
• Penyakit imunodefisiensi seperti AIDS,
• TBC,
• Infeksi typhoid,
• Disentri,
• Leukemia,
• Batuk rejan,
• Campak.

Ada beberapa gejala infeksi jaringan mulut atau noma yang bisa dikenali.
Seperti kerusakan pada bibir, tepi mulut, hidung, pipi, dan kadang kelopak
mata bagian bawah, yang didahului dengan riwayat luka yang menghitam.
Selain itu dapat terjadi kerusakan atau luka pada membran mukosa mulut.
Bahkan bisa merusak jaringan tulang pada wajah. Kerusakan yang terjadi
pada otot pengunyah dapat menyebabkan trismus (kaku rahang) sehingga
penderitanya akan mengalami kesulitan menelan.

8. Selain infeksi dari skenario,infeksi apa saja yang terdapat pada oral?
Ratna ▶️SURYA
JAWAB :
a. Infeksi tuberculosis
 mykobakterium tuberkulosis,
 Recrudescence tuberkulosis sebagian merupakan konsekuensi
dari epidemi AIDS,
 Tuberkulosis oral jarang terjadi dan komplikasi penyakit paru
aktif di mana mukosa terinfeksi dari dahak.
Temuan Oral
 Lesi khas adalah ulkus pada middorsum dari penjepit bibir atau
bagian lain dari mulut jarang terpengaruh,
 Ulkus biasanya sudut atau stellate, dengan tepi menjorok dan
foor pucat, tetapi dapat compang-camping dan tidak teratur,
 Tidak menyakitkan pada tahap awal, dan kelenjar getah bening
regional biasanya tidak terinfeksi,
 Presentasi khas kedua adalah soket ekstraksi non-
penyembuhan diagnosis jarang dicurigai sebelum biopsy.
b. Tuberkulosis Ulser
Diagnosis
 Dikonfirmasi oleh biosi, radiografi dada dan spesimen dahak,
 Infeksi mikobakteri dikonfirmasi oleh kultur
Pengelolaan
 Pengobatan TB kelenjar ludah memerlukan kemoterapi
multidrug standar menggunakan kombinasi antibiotik termasuk
isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol.
 Pengobatan lokal: tidak memerlukan
c. Oral thrush
disebut juga sebagai kandidiasis mulut adalah infeksi jamur pada mulut
yang disebabkan oleh jamur Candida albicans yang berakumulasi
pada lapisan mulut. Kondisi ini tidak menular dan biasanya dapat
diatasi dengan obat-obatan anti jamur. oral thrush atau kondisi yang
juga bisa disebut sebagai kandidiasis oral ini menyebabkan timbulnya
lesi berwarna putih. Biasanya, lesi atau jaringan yang abnormal pada
mulut Anda berwarna putih dan berada di area lidah atau pipi bagian
dalam.
Terkadang infeksi akibat oral thrush ini dapat menyebar ke bagian
langit mulut, gusi, amandel, atau bagian belakang tenggorokan.
d. Gingivitis
Gingivitis merupakan sebuah istilah dalam bahasa kedokteran untuk
penyakit infeksi mulut radang gusi. Radang gusi bisanya disebabkan
oleh kebersihan mulut yang kurang terjaga. Jika kita tidak
membersihkan mulut secara teratur,yang akan terjadi adalah
menumpuknya karang gigi. Selain kebiasaan membersihkan mulut
yang kurang teratur, kebiasaan merokok dan pemakaian sikat gigi
yang salah juga dapat meniumbulkan penyakit ini. Jika tidak ditangani
dengan tepat, radang gusi bisa menjadi masalah serius dan memicu
penyakit lain.
e. Penyakit periodontal
Penyakit ini sangat berhubungan dengan gingivitis. Jika infeksi pada
gingivitis telah sampai ke jaringan dan tulang pada didi, maka itulah
yang disebut penyakit periodontal. Infeksi bakteri pada skala
peiodontal dapat mendorong peradangan dan pengeroposan tulang
gigi yang menyabakan kehilangan gigi, terutama pada orang dewasa.
f. Herpes rongga mulut
Disebabkan oleh infeksi yang berasal dari virus herpes simpleks.Pada
awalnya infeksi ini ditandai dengan lecet dan borok pada bagian lidah
dan gusi. Gejala lainnya juga bisa seperti pada flu biasa atau tanpa
gejala lain sekalipun.
Jenis-jenis herpes dalam rongga mulut:
 Herpes simplex virus (HHV1, HHV2)
Infeksi HSV membentuk sekelompok vesikel biasanya
terlokalisasi yang terjadi pada mukosa berkeratin (palatum
keras, gingiva) dan batas vermillion bibir dan kulit perioral.
Vesikel pecah dan membentuk luka yang menyakitkan tidak
teratur dan seringkali terjadi penggabungan vesikel-vesikel
tersebut menjadi ulkus yang besar. Hal ini menyebabkan
terganggunya proses pengunyahan dan penelanan yang akan
mengakibatkan terjadinya penurunan asupan oral dan dan
dehidrasi.
 HSV tipe 1 : herpes labialis & keratitis herpes simpleks dan
melalui kontak dengan sekresi dari atau di sekitar mulut.
 HSV tipe 2 : herpes genitalis, melalui kontak langsung
dengan luka selama melakukan hubungan seks, dan ibu
hamil ke janin jika terinfeksi pada 6-9 bulan kehamilan.
 Varicella zoster virus (HHV 3)
VZV menimbulkan vesikel multipel yang terletak pada batang
tubuh atau wajah secara unilateral dan biasanya sembuh sendiri
dan unilateral. Vesikel-vesikel kepala dijumpai disepanjang
cabang saraf trigeminus, baik intra maupun ektra oral.
Pembentukan vesikel, gabungan vesikel, ulkus, dan
terbentuknya sisik adalah khas pada infeksi VZV. Sakit
menyayat adalah gejala utamanya, dapat menetap sebagai post
herpetik neuralgia.
 Epstein-Barr Virus (HHV 4)
 Cytomegalovirus (HHV5)
 HHV 8
 Human Papiloma Virus (HPV)
Telah dikenal lebih dari 65 serotipe, dengan berbagai lesi
mukokutan, seperti papiloma squamosa, veruka vulgaris,
hiperplasia epitel fokal (penyakit Heck) dan kondiloma
akumilatum.Lesi lebih banyak terjadi pada orang dewasa (1% -
4% kasus) dibandingkan pada anak-anak. Gambaran klinisnya
seperti kembang kol, berduri, atau timbul dengan permukaan
datar. Lokasi yang paling umum adalah mukosa labial dan
bukal. Pengobatan mungkin diperlukan untuk pasien dengan
beberapa lesi. Pengobatan topikal dengan resin podhopyllin
25%, bedah eksisi, terapi laser dan cryotherapi.
 Enterovirus (Coxackie Virus)
 Paramoxyvirus

 NOTE TAMBAHAN :
PATOGENESIS NOMA
Patogenesis dan stadium klinis
Noma biasanya dimulai dengan ulkus intraoral kecil, lesi apthous, atau
gingivitis nekrotik akut (ANG). ANG sendiri biasanya memiliki tanda-tanda
seperti perdarahan spontan, ulkus papila gingiva, nyeri, dan pseudomembran
keabu-abuan. Di Afrika, prevalensi ANG pada anak cukup tinggi mencapai
15-60% tergantung wilayah dan tingkat kemiskinan. ANG juga dapat terjadi
karena kurangnya kebersihan mulut, tetapi bukti lain juga menunjukkan
bahwa malnutrisi saja dapat menyebabkan perubahan mikroflora mulut dan
menyebabkan ANG. Umumnya, ANG dapat disembuhkan dengan
meningkatkan kebersihan mulut. Penggunaan antibiotik untuk ANG perlu
diperhatikan pada anak malnutrisi dan anak disabilitas untuk menjaga
kebersihan mulut. Tanpa terapi, ANG dapat berkembang menjadi stomatitis
nekrotik dan menyebabkan kerusakan pada mukosa gingiva, mukosa mulut,
dan tulang di sekitar lesi. Pada fase ini, antibiotik harus segera diberikan. Jika
tidak diobati, sangat mungkin bahwa lesi akan terus berkembang menjadi
noma.
Timbulnya noma biasanya ditandai dengan munculnya edema wajah dan
stomatitis nekrotik traoral, disertai dengan halitosis. Ini adalah tanda
patognomonik noma dan hanya berlangsung beberapa hari. Setelah
munculnya stomatitis nekrotik dan edema wajah, infeksi nekrotik akan
menyebar dengan cepat ke mukosa intraoral, mukosa wajah, kulit, maksila,
dan mandibula. Perubahan warna kebiruan pada kulit adalah tanda bahwa
nekrosis mulai menyebar ke permukaan. Dalam kasus tertentu, tubuh
tampaknya mampu menahan dan menghentikan ekspansi gangren. Ada anak
dengan lesi yang relatif kecil meskipun tidak mendapatkan terapi apapun,
sedangkan pada anak lain terdapat kerusakan wajah yang luas setelah terapi
yang optimal. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan tingkat gangguan sistem
imun.
Hanya sekitar 15% dari anak-anak bisa bertahan hidup noma akut. Hampir
semua penderita noma akan mengalami deformasi wajah, trismus atau
ankilosis mandibula yang akan menyebabkan gangguan makan, inkontinensia
oral, masalah bicara, dan masalah sosial lainnya.

NOTE TAMBAHAN : PENCEGAHAN DAN PERAWATAN NOMA :


Pencegahan medis primer noma harus dimasukkan bersama dengan program
untuk kemiskinan, kekurangan gizi dan pendidikan kesehatan. Pertumbuhan
ekonomi dapat mencegah noma, karena pertumbuhan ini dapat memastikan
bahwa orang tua dapat memberikan makanan yang cukup kepada anak-
anaknya.

pencegahan noma meliputi pengobatan penyakit lain yang terabaikan seperti


program vaksinasi campak, serta pencegahan dan pengobatan penyakit
umum seperti HIV dan malaria. Langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencegah noma termasuk pemberian makanan bergizi, ASI eksklusif selama
tiga sampai enam bulan pertama kehidupan, memperkenalkan praktik
kebersihan mulut yang tepat, imunisasi terhadap penyakit endemik seperti
campak, pemisahan hewan dari tempat tinggal manusia dan menciptakan
kesadaran yang tepat tentang nomaden.

Pencegahan sekunder penyakit ini, karena noma didahului oleh necrotizing


gingivitis, necrotizing periodontitis, dan necrotizing stomatitis, sehingga
diagnosis dan pengobatan dini dari setiap tahap dalam urutan perkembangan
ini akan mencegah perkembangan noma, tetapi masih sulit untuk diterapkan
di negara miskin. daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan.

Pencegahan tersier penyakit ini meliputi pencegahan dampak negatif dari


gejala penyakit ini (seperti kecacatan dan kematian) melalui pengobatan dan
rehabilitasi medis.

Diagnosis dan Perawatan

Kasus baru noma terlihat terutama pada kelompok usia 1 sampai 4 tahun.
Manifestasi sistemik noma termasuk demam, takikardia, limfadenopati, laju
pernapasan tinggi, anoreksia, edema umum dan asites. Riwayat medis
mengungkapkan infeksi parasit atau virus (campak, malaria) di masa lalu,
demam berulang dan diare, dan pembengkakan di wajah dengan keluarnya
cairan berbau busuk dari mulut pada anak-anak yang kekurangan gizi.
Pemeriksaan darah menunjukkan konsentrasi hemoglobin yang rendah dan
jumlah sel darah putih, peningkatan laju sedimentasi eritrosit dan
hipoalbuminemia. Munculnya gangren wajah beberapa hari kemudian akan
mengkonfirmasi diagnosis noma, tetapi selama tahap ini terapi antibiotik
seringkali tidak mengurangi luasnya lesi gangren.

Ada beberapa gambaran klinis penyakit lain yang mirip dengan noma seperti
yang ditemukan pada ulkus Buruli, abses gigi, stomatitis herpetik, dan selulitis
lokal. Lesi ulseratif lain yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding
noma termasuk kusta, leishmaniasis, tuberkulosis kulit, angina agranulositik,
lesi oral ganas, karsinoma sel skuamosa, granuloma garis tengah wajah, dan
trauma.

Terapi medis untuk noma terdiri dari tiga elemen utama: antibiotik, hidrasi,
nutrisi kacang, dan pengelolaan penyakit penyerta lainnya dan defisiensi
untuk mencegah kematian. Potensi kerusakan akibat gangren wajah dapat
dicegah jika terapi antibiotik dimulai sejak dini. Pemilihan antibiotik dilakukan
secara empiris, biasanya amoksisilin dan metronidazol. Penyakit penyerta
yang umum termasuk infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran cerna,
malaria, dan HIV. Perawatan luka juga wajib untuk lesi noma, ini termasuk
sering mengganti balutan, debridement luka, dan ekstraksi sequester.

Penatalaksanaan bedah noma sequelae ditujukan untuk meningkatkan fungsi


dan estetika wajah. Prinsip-prinsip dasar manajemen bedah termasuk
mengobati trismus atau ankilosis dan mengganti jaringan yang hilang dengan
flap jaringan lokal atau dari bagian lain dari tubuh (terutama jika jaringan yang
hilang luas). Biasanya pengobatan tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan tersier, yang tidak tersedia di daerah yang ditemukan noma.

Anda mungkin juga menyukai