Anda di halaman 1dari 5

TUGAS GEOTEKTONIK

RESUME MATERI TEORI PERKEMBANGAN BUMI

OLEH

LAODE BARIADI
22022001

Program Studi Magister Teknik Geologi


Fakultas Ilmu Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung
2022
1. Teori Geosinklin

Sebelum penerimaan lempeng tektonik, model statis Bumi mencakup pembentukan


sabuk tektonik aktif, yang pada dasarnya dibentuk oleh gerakan vertikal, di lokasi geosiklin.
Tinjauan perkembangan hipotesis geosinklin dan penjelasannya dalam hal lempeng tektonik
disediakan oleh Mitchell & Reading (1986). Teori ini dicetuskan oleh Hall tahun 1859 lalu
dipublikasikan oleh Dana pada tahun 1873. Teori geosinklin membayangkan sabuk-sabuk
amblesan dalam dan sedimen tebal yang memanjang dan tetap secara geografis sebagai
prekursor pegunungan di mana strata tersingkap oleh pelipatan dan pengangkatan sedimen
geosinklinal (Dickinson, 1971). Batuan yang terdeformasi di dalamnya dijelaskan sebagai
akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat
dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.
Sejumlah besar nomenklatur spesifik berevolusi untuk menggambarkan asosiasi litologi dari
timbunan sedimen dan lokasi relatif dari geosinklin

Kegagalan terbesar teori geosinklinal adalah bahwa fitur tektonik diklasifikasikan tanpa
ada pemahaman tentang asal-usulnya. Dalam teori tektonik lempeng geosinklin merupakan
bagian dari siklusnya. Teori ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal-usul
aktivitas vulkanik dengan baik dan logis. Meskipun beberapa pekerja mempertahankan
terminologi geosynclinal untuk menggambarkan asosiasi sedimen (misalnya istilah
eugeosyncline dan miogeosyncline untuk sedimen dengan dan tanpa anggota vulkanik,
masing-masing), penggunaan ini tidak direkomendasikan, dan istilah geosinklin harus diakui
tidak lagi relevan dengan proses tektonik lempeng.

2. Teori Continental Drift/Teori Pengapungan Benua

Meskipun teori tektonik global baru, atau lempeng tektonik, sebagian besar telah
dikembangkan sejak tahun 1967, sejarah gagasan tentang pandangan mobilis tentang Bumi
telah berkembang jauh lebih lama (Rupke, 1970; Hallam, 1973a; Vine, 1977; Frankel,
1988). Sejak garis pantai benua di sekitar Samudra Atlantik pertama kali dipetakan, orang
telah tertarik dengan kesamaan garis pantai Amerika dan Eropa dan Afrika. Mungkin
orang pertama yang mencatat kesamaan dan menyarankan pemisahan kuno adalah
Abraham Ortelius pada tahun 1596 (Romm, 1994).

Revolusi dalam ilmu pengetahuan kebumian sudah dimulai sejak awal abad ke 19, yaitu
ketika munculnya suatu pemikiran yang bersifat radikal pada kala itu dengan mengajukan
hipotesa tentang benua benua yang bersifat mobil yang ada di permukaan bumi.
Sebenarnya teori tektonik lempeng sudah muncul ketika gagasan mengenai hipotesa
Pengapungan Benua (Continental Drift). diperkenalkan pertama kalinya oleh Alfred
Wegener (1915) dalam bukunya “The Origins of Oceans and Continents”. Pada
hakekatnya hipotesa pengapungan benua adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa
benua-benua yang ada saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai super-kontinen
yang bernama Pangaea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200 juta tahun
yang lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang
kemudian bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini. Bukti bukti tentang adanya super-
kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu didukung oleh fakta fakta sebagai berikut:

1. Kecocokan / kesamaan Garis Pantai


2. Persebaran Fosil
3. Kesamaan Jenis Batuan
4. Bukti Iklim Purba (Paleoclimatic
5. Pengapungan Benua dan Paleomagnetisme

3. Teori tektonik lempeng

Teori Tektonik Lempeng adalah bahwa Bumi ini tersusun oleh lempeng-lempeng yang
bergerak. Suatu lempeng dapat berupa kerak samudera, kerak benua, atau gabungan dari kedua
kerak tersebut. Adanya pergerakan lempeng ini disebabkan oleh adanya arus konveksi, yaitu
berupa perpindahan energi panas yang terjadi di lapisan astenosfer. Karena semua lempeng-
lempeng tersebut bergerak, maka terjadilah interaksi antara satu lempeng dengan lempeng
lainnya, interaksi tersebut berpusat di sepanjang batas dari lempeng-lempeng itu. Ada yang
berbenturan, ada yang saling menjauh dan ada yang bergeser (Gambar 8). Setiap interaksi antar
lempeng itulah yang kemudian menimbulkan dinamika di Bumi ini, baik perubahan morfologi,
aktivitas vulkanisme, gempa bumi, tsunami dan sebagainya.

Gambar 2. Teori Tektonik Lempeng

Batas-batas dari ke 13 lempeng tersebut diatas dapat dibedakan berdasarkan


interaksi antara lempengnya sebagai berikut:
1. Batas Konvergen: Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling
bertumbukan. Batas lempeng konvergen dapat berupa batas Subduksi (Subduction) atau
Obduksi (Obduction).
2. Batas Divergen: Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu
dan lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force) yang
mengakibatkan naiknya magma kepermukaan dan membentuk material baru berupa lava
yang kemudian berdampak pada lempeng yang saling menjauh.
3. Batas Transform: Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan
dan saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike Slip
Fault. Contoh batas lempeng jenis transforms adalah patahan San Andreas di Amerika
Serikat.
REFERENSI
unsri.ac.id/userfiles/Bab-2+Teori+Pembentukan+Bumi.pdf (diunduh pada hari
minggu, 28 agustus 2022 Puku 19.30 wib
Magetsari, Noer Aziz, dkk. 2006. Geologi Fisik. Bandung. Penerbit ITB.
K.A Klepeis, F.J Vine, 2009 global Tectonics (3th ) Wiley-Blackwell USA hal 2-8
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINNYA/UPI_SUPRIYATNA/Teori_Pembe
ntukan_Permukaan_Bumi_Oleh_Faktor_Endogen.pdf (diunduh pada hari minggu,
28 oktoberr 2022 Puku 19.30 wib)

Anda mungkin juga menyukai