GEOTEKTONIK
GEOTEKTONIK
OLEH
LAODE BARIADI
22022001
Kegagalan terbesar teori geosinklinal adalah bahwa fitur tektonik diklasifikasikan tanpa
ada pemahaman tentang asal-usulnya. Dalam teori tektonik lempeng geosinklin merupakan
bagian dari siklusnya. Teori ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal-usul
aktivitas vulkanik dengan baik dan logis. Meskipun beberapa pekerja mempertahankan
terminologi geosynclinal untuk menggambarkan asosiasi sedimen (misalnya istilah
eugeosyncline dan miogeosyncline untuk sedimen dengan dan tanpa anggota vulkanik,
masing-masing), penggunaan ini tidak direkomendasikan, dan istilah geosinklin harus diakui
tidak lagi relevan dengan proses tektonik lempeng.
Meskipun teori tektonik global baru, atau lempeng tektonik, sebagian besar telah
dikembangkan sejak tahun 1967, sejarah gagasan tentang pandangan mobilis tentang Bumi
telah berkembang jauh lebih lama (Rupke, 1970; Hallam, 1973a; Vine, 1977; Frankel,
1988). Sejak garis pantai benua di sekitar Samudra Atlantik pertama kali dipetakan, orang
telah tertarik dengan kesamaan garis pantai Amerika dan Eropa dan Afrika. Mungkin
orang pertama yang mencatat kesamaan dan menyarankan pemisahan kuno adalah
Abraham Ortelius pada tahun 1596 (Romm, 1994).
Revolusi dalam ilmu pengetahuan kebumian sudah dimulai sejak awal abad ke 19, yaitu
ketika munculnya suatu pemikiran yang bersifat radikal pada kala itu dengan mengajukan
hipotesa tentang benua benua yang bersifat mobil yang ada di permukaan bumi.
Sebenarnya teori tektonik lempeng sudah muncul ketika gagasan mengenai hipotesa
Pengapungan Benua (Continental Drift). diperkenalkan pertama kalinya oleh Alfred
Wegener (1915) dalam bukunya “The Origins of Oceans and Continents”. Pada
hakekatnya hipotesa pengapungan benua adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa
benua-benua yang ada saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai super-kontinen
yang bernama Pangaea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200 juta tahun
yang lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang
kemudian bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini. Bukti bukti tentang adanya super-
kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu didukung oleh fakta fakta sebagai berikut:
Teori Tektonik Lempeng adalah bahwa Bumi ini tersusun oleh lempeng-lempeng yang
bergerak. Suatu lempeng dapat berupa kerak samudera, kerak benua, atau gabungan dari kedua
kerak tersebut. Adanya pergerakan lempeng ini disebabkan oleh adanya arus konveksi, yaitu
berupa perpindahan energi panas yang terjadi di lapisan astenosfer. Karena semua lempeng-
lempeng tersebut bergerak, maka terjadilah interaksi antara satu lempeng dengan lempeng
lainnya, interaksi tersebut berpusat di sepanjang batas dari lempeng-lempeng itu. Ada yang
berbenturan, ada yang saling menjauh dan ada yang bergeser (Gambar 8). Setiap interaksi antar
lempeng itulah yang kemudian menimbulkan dinamika di Bumi ini, baik perubahan morfologi,
aktivitas vulkanisme, gempa bumi, tsunami dan sebagainya.