Anda di halaman 1dari 6

Pertumbuhan dan Reproduksi Lalat Musca domestica pada

Berbagai Media Perkembangbiakan


1 1
Endang Puji Astuti , Firda Yanuar Pradani

Abstract. Musca domestica was insect that disturbing human and other animal. Intensity M.
Domestica with human living includes public healthy. The aim of research is to observe
succeed of M.domestica in breeding wether different place. Larva growth in each stadia
was different, 2-4 days average. Its contributed by humidity. On dry container, pupae that
succes eksklosi only 50%. Presentation of food show differences of larvae development. 3rd
stage of larvae that has enough food is 17mm in length and 12mm in length for larvae with
less food. Salty water make larvae growing faster than water without salt. Development of
Musca domestica in laboratory influenced by high humidity, preset of food and adaptation of
Musca domestica its self.

Keywords : Musca domestica, rearing, development, humidity, food, salt - water

PENDAHULUAN ma dalam program manajemen dan pen-


gendalian.3
Lalat merupakan salah satu ordo
Diptera yang mempunyai kedekatan Kedekatan lalat M. domestica
dengan pemukiman manusia maupun di dengan pemukiman penduduk juga dapat
peternakan. Populasi lalat di alam sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat.
tinggi, hal ini dipengaruhi oleh morfologi Selama ini lalat mengganggu secara es-
tubuh lalat yang berukuran kecil, ke- tetika dan yang lebih penting adalah lalat
mampuan terbang yang jauh, serta sirklus sebagai vektor mekanis berbagai penya-
hidup yang pendek, termasuk hewan om- kit yang bersifat wabah. Bakteri yang
nivorous (pemakan segala). Disamping banyak mengkontaminasi lalat adalah E.
itu, serangga ini juga mempunyai daya coli, Klebsiella pneumoniae, dan Bacil-
reproduksi yang cukup tinggi dan meru- lus sp. Selain bakteri tersebut, lalat juga
pakan multivoltine (beberapa generasi membawa Enterobacter aerogenes, En-
dalam satu tahun).1 terococcus sp, Proteus morgani, Proteus
mirabilis, Providencia rettgeri, Pseudo-
Lalat merupakan hama pengganggu monas aerogenosa, Serratia mar-
baik pada manusia maupun pada hewan cessense, Staphylococcus aureus dan
lainnya. Jenis lalat yang terutama men- Streptococcus sp.4
imbulkan masalah dalam industri peter-
nakan baik peternakan unggas, babi dan Berbagai upaya menurunkan popu-
sapi perah dan pada prosesing makanan lasi Musca domestica sebagai hama telah
asal hewan adalah lalat rumah Musca dilakukan, salah satunya adalah dengan
domestica Linn.2 Pada peternakan cara pengendalian vektor. Pengendalian
unggas, lalat ini yang paling tinggi popu- meliputi pengendalian secara fisik, kimia
lasi dan potensinya sebagai hama dan biologi yang dilakukan secara kom-
(pestiferous fly) serta menjadi target uta- prehensif dengan meningkatkan kebersi-
han lingkungan baik di pemukiman mau-
pun di sekitar peternakan.
1. Loka Litbang P2B2 Ciamis

11
Aspirator Vol. 2 No. 1 Tahun 2010 : 11-16

Data akurat mengenai biologi, per- pakan ayam dalam satu wadah. Pakan
ilaku dan habitat Musca domestica sangat tersebut dibasahi dengan air, pada perla-
diperlukan untuk merumuskan suatu pen- kuan ini air yang digunakan adalah air
gendalian yang efektif, efisien, aman, sumur dan penambahan garam. Campu-
dan diterima masyarakat. Studi ini ran pakan tersebut dimasukkan dalam
mengamati keberhasilan Musca domesti- kandang perlakuan dan diamati setiap
ca dalam melanjutkan keturunannya hari untuk melihat perbedaan pertum-
dengan media yang berbeda. Data hasil buhan dan reproduksi lalat.
penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai data dasar dalam Pakan lalat ini harus selalu dalam
merumuskan cara pengendalian lalat keadaan basah, dalam penelitian ini juga
yang efektif. dilakukan perlakuan dengan membiarkan
media pakan lalat sampai kelembabannya
rendah (kondisi kering). Hal ini bertujuan
BAHAN DAN METODE untuk melihat perbedaan pertumbuhan
lalat tiap stadium dan reproduksinya.
Penelitin ini dilakukan di Kampus
IPB Bogor dan di insektarium Entomolo- Keberadaan telur dalam perangkap
gi Kesehatan FKH, IPB pada tanggal 10 pakan di amati setiap hari sampai men-
April 2006 – 3 Juni 2006. jadi larva instar 1, 2 dan 3. Larva instar 3
diambil dan dikeluarkan dari kandang,
Serangga Uji
larva tersebut dimasukkan dalam wadah
Kegiatan rearing (perkembang yang kering dan ditutup dengan kawat
biakan) menggunakan lalat Musca do- kasa untuk menghindari serangan/
mestica dewasa lapangan yang ter- masuknya predator. Larva tersebut
tangkap di sekitar pemukiman Desa Dar- dibiarkan sampai menjadi pupa, kemudi-
maga, Bogor menggunakan sweep net an pupa dimasukkan ke dalam kandang
(jaring serangga). baru (berbeda dengan induknya) dan
dibiarkan sampai menjadi dewasa.
Cara Kerja
Setiap stadium pada masing-masing
Peralatan yang digunakan dalam generasi diambil beberapa sampel untuk
penelitian ini adalah sweep net (jaring dipelajari morfologinya dan diukur kis-
serangga), counter (penghitung), kan- aran panjang serta lebar tubuh Musca
dang berukuran 40 x 40 x 40 cm domestica dengan menggunakan mikros-
(sedang), mikroskop, timbangan, slide kop. Beberapa stadium lalat yang men-
glass, cawan petri, jarum, pinset, tray / jadi sampel dimasukkan dalam wadah/
nampan plastik, gelas aqua, kain kasa, botol tertutup yang berisi alkohol 70%,
kapas, handuk, kawat kasa, jarum pin- kemudian disimpan sebagai koleksi
ning, botol kecil dan wadah plastik. spesimen.
Kegiatan penelitian ini dimulai Analisa Data
dengan penangkapan Musca domestica
(lalat rumah) di sekitar tempat sampah Hasil pengamatan siklus hidup lalat
pemukiman Desa Darmaga, Bogor M. domestica diukur dan dicatat dalam
menggunakan jaring serangga (sweep catatan harian (log book). Hasilnya pen-
net). Lalat yang tertangkap dimasukkan catatan dan pengamatan disajikan dalam
dalam kandang berukuran 40 x 40 x 40 bentuk tabel dan gambar.
cm yang diletakkan di ruang insektarium.
Persediaan pakan untuk M. domes- HASIL DAN PEMBAHASAN
tica adalah sekam yang dicampur dengan

12
Prertumbuhan dan Reproduksi ......(Endang Puji Astuti, et al)

Generasi Pertama (F1) Pada suhu 350C dari enam sampai


delapan jam . Pada suhu dibawah 130C
Lalat M. domestica yang dibawa merupakan suhu yang ekstrim sehingga
dari lapangan sebanyak ± 25 ekor di- tidak terjadi perkembangan lalat.8
masukkan dalam kandang. Campuran
pakan yaitu pakan ayam dan sekam di- Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
masukkan dalam kandang dan selalu di- perkembangan larva tiap stadium dari
jaga kelembabannya. mulai instar 1, 2, 3 dan pupa, waktu yang
dibutuhkan untuk moulting setiap stadi-
Selain pakan ayam dan sekam, feses um sangat bervariasi yaitu rata-rata 2 – 4
unggas dalam jumlah yang cukup meru- hari. Pupa yang terdapat pada kontainer
pakan sumber protein untuk pematangan berjumlah ± 67 ekor, kemudian dimasuk-
telur dan merupakan medium untuk me- kan dalam kandang dan pada saat penga-
letakkan telur dan perkembangbiakan matan semua menetas menjadi lalat de-
larva lalat yang baik.5 wasa (100%).
Telur M. domestica terlihat setelah Pada penelitian ini dilakukan juga
pengamatan hari ke-3. Telur M. domesti- perlakuan pada pupa yang disimpan di
ca diletakkan secara berkelompok dan kontainer plastik (tidak disimpan di kan-
menyatu satu sama lain. Telur tersebut dang), yaitu sebanyak 22 pupa. Kondisi
merupakan generasi pertama dari M. do- kontainer tersebut tidak dijaga kelemba-
mestica. bannya, sehingga hasil pengamatan di-
Telur lalat berbentuk seperti pisang peroleh pupa hanya menetas sebanyak 13
dengan panjang 1 – 1,2 mm dan ekor (59%). Lalat yang telah eksklosi
berwarna putih kekuningan. Dari satu pada kontainer plastik dipuasakan dan
ekor lalat betina dewasa dapat dihasilkan tidak diberi makanan, kondisi sekitar ju-
telur sebanyak 120 - 150 butir setiap ga dibiarkan kering, sehingga pada hari
peneluran. Selama hidupnya lalat bertelur ketiga seluruh lalat di dalam kontainer
minimal enam kali dengan selang waktu perlakuan mati.
tiga atau empat hari.6 Kebutuhan esensial yang harus di-
Penetasan telur menjadi larva terjadi makan oleh lalat untuk kelangsungan
sekitar 2-3 hari, kisaran waktu ini hampir hidupnya adalah air dan gula, sedangkan
sama dengan proses moulting setiap sta- protein diperlukan untuk memproduksi
dium.7 Waktu yang diperlukan untuk telur. Ovarium lalat tidak bisa berkem-
perkembangbiakan telur mulai oviposisi bang jika lalat tidak makan protein mes-
sampai menetas dipengaruhi oleh suhu. kipun telah makan gula 20%.9

Tabel 1. Pengamatan waktu penetasan dan moulting setiap stadium serta ukuran tubuh larva
Musca domestica (F1).

Ukuran
Stadium Penetasan dan Moulting Panjang Diameter
(±) (mm) (±)(mm)
Telur 48 jam - -
Instar 1 48 jam 4 1
Instar 2 72 jam 6 1
Instar 3 48 jam 17 3
Pupa 96 jam 6 2

13
Aspirator Vol. 2 No. 1 Tahun 2010 : 11-16

Tabel 2. Pengamatan waktu penetasan dan moulting setiap stadium serta ukuran tubuh larva
M. domestica (F2)

Ukuran
Stadium Penetasan dan Moulting Panjang (±) Diameter
(mm) (±)(mm)
Telur 48 jam - -
Instar 1 48 jam 2 0,5
Instar 2 72 jam 4 1
Instar 3 72 jam 12 2
Pupa 72 jam 5 2

Generasi pertama M. domestica da- terlihat pada panjang tubuh larva instar 3
lam kandang, dipelihara dan pada hari ke hanya berkisar 12 milimeter sedangkan
-2 setelah eksklosi beberapa lalat pada larva instar 3 (F1) adalah 17 milime-
melakukan perkawinan. Kemudian pada ter. Hal ini bisa dipengaruhi oleh keterse-
hari ke-3 ditemukan beberapa telur dalam diaan makanan bagi larva M. domesti-
campuran pakan. Telur tersebut sebagai ca.10 Keberhasilan ekslosi pupa juga tid-
generasi kedua dari lalat M. domestica. ak dapat mencapai 100%, pada saat
pengamatan terlihat beberapa pupa tidak
Generasi kedua (F2) berhasil ekslosi (32,8%) yaitu sebanyak
21 pupa gagal dari 64 pupa yang berhasil
Kontainer yang berisi pakan lalat dihitung.
sebagai tempat peletakan telur di dalam
kandang generasi pertama dikeluarkan Generasi ketiga (F3)
untuk diamati keberadaan telur. Pada
kontainer tersebut ditemukan beberapa Generasi kedua M. domestica de-
kelompok telur yang berwarna putih dan wasa dalam kandang, dipelihara dan
tersimpan di sela-sela makanan lalat. diberi pakan yang sama dengan generasi
Kontainer yang telah berisi telur lalat M. sebelumnya, namun dibedakan media
domestica segera dipindahkan ke kan- airnya. Dalam kandang di masukkan dua
dang yang lain untuk diamati perkem- kontainer berupa gelas plastik (volume
bangan setiap stadiumnya. 240 ml) yang masing-masing berisi cam-
puran pakan ayam dan sekam. Perlakuan
Perkembangan setiap tahapan ke- pertama adalah penambahan garam
hidupan dari lalat M. domestica generasi sebanyak 6,4 mg dan 30 ml air sumur,
kedua hampir sama dengan dengan gen- sedangkan kontainer yang lain hanya
erasi pertama. Pada saat perlakuan untuk dicampur dengan air sumur sebanyak 30
generasi kedua ini, hanya disediakan ml.
sedikit pakan dan tidak ditambah sampai
lalat menjadi larva instar 3. Hasil pen- Perlakuan ini bertujuan untuk
gukuran pada setiap tahapan pra dewasa melihat kesukaan peletakan telur dan
sangat berbeda dengan hasil pengukuran perkembangan setiap stadium lalat M.
pada generasi pertama yang memperoleh domestica. Pada hari ke-2 setelah ek-
makanan yang cukup (Tabel 2). sklosi beberapa lalat melakukan perkawi-
nan, kemudian pada hari ke-3 ditemukan
Hasil pengukuran menunjukkan beberapa telur dalam kontainer. Telur
bahwa ukuran larva jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan generasi pertama,

14
Prertumbuhan dan Reproduksi ......(Endang Puji Astuti, et al)

Tabel 3. Pengamatan waktu penetasan dan moulting setiap stadium serta ukuran tubuh larva
Musca domestica (F3) berdasarkan perlakuan media

Penetasan
Media Stadium Waktu (±) Panjang Diameter (mm)
(mm)
Telur 48 jam - -
Larva instar 1 48 jam 4 1
Air + garam Larva instar 2 48 jam 7 1
Larva instar 3 48 jam 17 3
Pupa 72 jam 6 2
Telur 72 jam - -
Larva instar 1 48 jam 3,5 1
Air Larva instar 2 48 jam 6 1
Larva instar 3 48 jam 16 3
Pupa 72 jam 5,5 2

tersebut sebagai generasi ketiga dari lalat tidak dilakukan penghitungan terhadap
M. domestica. jumlah larva pada masing-masing kon-
tainer.
Dua kontainer perlakuan air sumur
dan air garam dikeluarkan dari kandang
dan dipisahkan ke kandang yang lain un-
tuk dilihat perkembangannya, tampak
keberadaan telur pada kedua kontainer, KESIMPULAN DAN SARAN
namun tidak dapat dihitung jumlah telur
pada masing-masing kontainer. Perkembangan setiap stadium dari
Musca domestica di laboratorium sangat
Pada pengamatan hari kedua, tam- dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
pak larva instar 1 pada kontainer air (kelembaban tinggi), ketersediaan ma-
garam, sedangkan pada kontainer air su- kanan dan daya adaptasi dari lalat. Taha-
mur belum ditemukan larva yang pan pergantian kulit (moulting) rata-rata
menetas. Kontainer yang telah terdapat berkisar 2-4 hari tergantung pada ma-
larva diberi tambahan pakan dan campu- kanan dan lingkungan sehingga mulai
ran air sesuai perlakuan yaitu air garam dari telur sampai dewasa membutuhkan
dan sumur. Waktu moulting dan ukuran waktu berkisar 11 – 15 hari. Ukuran
lalat berdasarkan perlakuan dapat dilihat tubuh lalat tiap stadium juga dipengaruhi
pada Tabel 3. oleh ketersediaan makanan.
Pada perlakuan dengan mem- Perlu dilakukan kegiatan rearing
bedakan media air tidak terlalu berbeda lalat Musca domestica dengan berbagai
hasilnya, hanya pada perlakuan dengan perlakuan terhadap kesukaan pemilihan
media air garam penetasan larva lebih tempat peletakkan telur sehingga hasil-
cepat. Hal ini bisa dipengaruhi oleh wak- nya dapat digunakan sebagai salah satu
tu peletakan telur atau kesukaan lalat un- upaya pengendalian, misalnya digunakan
tuk meletakkan telur. Pada perlakuan ini sebagai atraktan untuk mengurangi/
belum dapat diambil kesimpulan karena menekan populasi lalat M. domestica.

15
Aspirator Vol. 2 No. 1 Tahun 2010 : 11-16

DAFTAR PUSTAKA Macmillan Publishing Co. Inc; 1979.


7. Lysyk T. Adult resting and larval develop-
1. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. ment sites of stable flies and house flies
Pengenalan Serangga Yogyakarta: Gajah (Diptera: Muscidae) on dairies in Alberta.
Mada University Press; 1996. Journal of Economic Entomology 1993 Vol
2. Ostrolenk M, Welch H. The common house fly 86:Pp:1746 - 53.
(Musca domestica) as a source of pollution in 8. Keiding J. The House Fly. Biology and Con-
food establishments. Food Research. 1942;vol trol. Vector Biology and Control Division:
7:Pp : 192 - 200. WHO; 1986.
3. Axtell RC. Integrated fly-control program for 9. West LS. The House Fly (Its Natural History,
caged-poultry houses. Journal of Economic Medical Importance, and Control). Ithaca
Entomology 1970;Vol 63: , Pp : 400-405. New York: Comstock Publishing Company.;
4. Hestiningsih R, Martini, Santoso L. Potensi 1951.
Lalat Sinantropik Sebagai Vektor Mekanis 10. Lysyk T. Effects of temperature, food, and
Gastrointestinal Disease (Kajian Deskriptif sucrose feeding on longevity of the house fly
Pada Aspek Mikrobiologi): Ditbinlitabmas (Diptera: Muscidae). Environmental Ento-
Ditjen Dikti; 2006. mology 1991;vol 20:Pp : 1176-80.
5. Beard RL, Sands DC. Factors Affecting Deg-
radation Of Poultry Manure By Flies. Env
Entomol. 1973;Vol 2 (5) Pp : : 801 – 6.
6. Harwood RF, James MT. Entomology in Hu-
man and Animal Health New York: 7th Ed.

16

Anda mungkin juga menyukai