Anda di halaman 1dari 7

NAMA : OTOMOSI MENDROFA

NIM : 041538576
PRODI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
TUGAS : II
MATA KULIAH : ADMINISTRASI KEUANGAN

1. Jelaskan makna dari otonomi daerah dalam pengelolaan keuangan


daerah! (Dengan berdasar pada teori. Silahkan pergunakan BMP dan
juga teori dari sumber lain).

Jawab :
Makna otonomi daerah dalam pengelolaan keuangan daerah
yaitu pemerintah daerah diberikan kebebasan dalam mengelola keuangan agar
pemerataan pendapatan tercapai, hal ini dilakukan karena pemerintah pusat
berpendapat bahwa pemerintah daerah lebih memahami akan kebutuhan
daerahnya, sehingga pembangunan ekonomi masyarakat di daerah dapat
cepat tercapai dan tepat sasaran. Otonomi daerah merupakan salah satu
strategi pemerintah dalam mencapai pemerataan pendapatan masyarakat,
dengan pendapatan yang merata maka kesenjangan ekonomi antara
masyarakat ibukota dan masyarakat daerah dapat diminimalisir. Salah satu
langkah nyata pemerintah dalam menanggulangi ketidakmerataan pendapatan
adalah melalui dana desa, dimana dana tersebut dikelola langsung oleh
pemerintah daerah agar pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut dapat
tercapai.
Dana desa merupakan program pemerintah untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat yang berada di desa. penggunaan dana ini
diprioritaskan untuk pemberdayaan ekonomi. Dari dana desa ini diharapkan
dapat menurunkan tingkat kemiskinan yang dibangun dari dana desa
hendaknya merupakan proyek yang benar-benar dibutuhkan masyarakat,
karena seluruh masyarakat harus menikmati manfaat dari dana desa
tersebut. Penggunaan dana desa ini dimusyawarahkan oleh perangkat desa,
kemudian digunakan sesuai dengan kesepakatan yang dapat berdampak pada
pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga dapat menimbulkan inovasi-
inovasi ekonomi baru yang kelak benar-benar memberikan dampak
pertumbuhan ekonomi pada masyarakat tersebut.

2. Tentukan satu contoh Pemerintah Daerah, lalu silahkan anda


kemukakan bagaimana kekuasaan pengelolaan keuangan daerah di
pemerintah daerah tersebut !

Jawab :
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala
daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan
keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Kepala Daerah adalah gubemur
bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah kabupaten atau walikota bagi
daerah kota. 
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKPKD) diatur
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. dimana dalam Pasal 5 disebutkan
bahwa : Kepala daerah (Gurbenur/Bupati/Walikota) selaku kepala pemerintah
daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud diatas mempunyai kewenangan:
1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
2. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;
3. Menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;
4. Menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;
5. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
daerah;
6. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah;
7. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik
daerah; dan
8. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan
dan memerintahkan pembayaran.

Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah


melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada :
1. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;
2. Kepala SKPD selaku PPKD; dan
3. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.

Pelimpahan sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan dengan keputusan


kepala daerah berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang
memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang.
Dalam rangka Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah sesuai PMDN
13/2006 pasal 185, disebutkan bahwa : untuk pelaksanaan APBD, kepala
daerah menetapkan:
1. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD;
2. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM;
3. Pejabat yang diberi wewenang mengesahkan SPJ;
4. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani SP2D;
5. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;
6. Bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi,
belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi basil, belanja
bantuan keuangan, belanja tidak terduga, dan pengeluaran pembiayaan
pada SKPKD;
7. Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran
pembantu SKPD; dan
8. Pejabat lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD.
Penetapan pejabat yang ditunjuk sebagai kuasa pengguna anggaran/kuasa
pengguna barang sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan. Penetapan pejabat lainnya, didelegasikan oleh kepala daerah
kepada kepala SKPD. Pejabat lainnya tersebut mencakup:
1. PPK-SKPD yang diberi wewenang melaksanakan fungsi tata usaha
keuangan pada SKPD;
2. PPTK yang diberi wewenang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan
dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya;
3. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan
pendapatan daerah;
4. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani bukti penerimaan kas
dan bukti penerimaan lainnya yang sah; dan
5. Pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara
pengeluaran.

Contoh :
Berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten Garut Nomor 12 2005 Seri E
Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Pokok-
Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, maka dapat kita lihat bahwa kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah di laksanakan oleh Bupati merupakan
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan BAB IV
Kewenangan Bupati Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 11.

Sumber :
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenGarut-2005-
3.pdf
3. Tentukan satu contoh pemerintah daerah, lalu silahkan anda
kemukakan bagaimana proses penyusunan anggaran di daerah
tersebut. Selanjutnya, kemukakan oleh Anda bahwa penyusunan
anggaran tersebut merupakan anggaran berbasis kinerja (dengan
menganalisis berdasarkan teori anggaran berbasis kinerja)

Jawab :
Pemerintahan Daerah Kabupaten Nias Barat dalam melakukan proses
penyusunan anggaran. terlebih dahulu menyusun dokumen perencanaan
pembangunan tahunan, yaitu Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang). RKPD ini disusun
mengacu pada dokumen perencanaan yaitu Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) yang disusun lima tahun. Setelah penyusunan
dokumen RKPD, maka selanjutnya mulai disusun dokumen penganggaran
yaitu dimulai dengan penyusunan dokumen Kebijakan Umum Anggaran
(KUA). Setelah dokumen KUA disepakati, maka pemerintah daerah melalui
masing-masing OPD (Organisasi Pemerintah Daerah) menyusun draf RKA
SKPD yang disusun berdasarkan rencana kerja (Renja) OPD yang
penyusunannya berpedoman pada RKPD. Berdasarkan aturan (Permendagri)
penyerahan Rancangan APBD kepada DPRD paling lambat bulan September,
hal ini dimaksudkan supaya DPRD memiliki waktu yang cukup untuk
melakukan kajian dan pembahasan sebelum diajukan kepada Gubernur
untuk dilakukan evaluasi terhadap RAPBD hasil pembahasan antara eksekutif
dan legislatif.
Dari proses penganggaran diatas, maka proses penyusunan anggaran
tersebut merupakan anggaran berbasis kinerja dimana dalam penyusunan
APBD para stakeholders harus tetap beorientasi pada anggaran bebasis
kinerja/prestasi kerja. Dalam hal ini, setiap dana yang dianggarkan harus
mengutamakan keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah
dicapai. Setiap program/kegiatan yang akan diimplementasikan melalui
pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJP) harus terukur secara jelas
indikator kinerjanya yang direpresentasikan kedalam tolak ukur kinerja serta
target/sasaran yang diharapkan.
Selain itu penyusunan APBD juga harus mengacu pada penyusunan
anggaran yang terpadu (unified budgeting) dimana dalam penyusunan rencana
keuangan tahunan dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja
guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip
pencapaian efisiensi alokasi dana. Penyusunan APBD secara terpadu (unified
budgeting) ini selaras dengan penyusunan anggaran yang berorientasi pada
anggaran berbasi kinerja/prestasi kerja.
Langkah-langkah penyusunan APBD yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dan para stakeholders yang terkait dalam menyusun APBD:
1. Penyusunan dan penyampaian Kebijakan Umum APBD (KUA)
2. Pemerintah Daerah dan DPRD melakukan pembahasan dan penetapan
kesepakatan bersama mengenai KUA.

3. Penyusunan dan penyampaian Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara


(PPAS)

4. Pemerintah Daerah dan DPRD melakukan pembahasan dan penetapan


kesepakatan bersama mengenai Prioritas Plafon Anggaran (PPA).

5. Penyusunan dan penyampaian surat edaran kepala daerah tentang


pedoman penyusunan RKA-SKPD kepada seluruh SKPD.
6. Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dengan SKPD melakukan
pembahasan mengenai RKA-SKPD.
7. Penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD

8. Penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran


APBD.
Sumber : BMP ADPU 4333 Administrasi Keuangan

Anda mungkin juga menyukai