Analisa Bahan Ajar Modul 4 KB 2
Analisa Bahan Ajar Modul 4 KB 2
Bentuk departemen ini kemudian dikembangkan lagi oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dalam
bentuk yang lebih luas dan menyeluruh.
a. An-Nidham Al-Idari
Organisasi tata usaha negara pada permulaan Islam sangat sederhana, tidak diadakan
pembidangan usaha yang khusus. Demikian pula keadaannya pada masa Bani Umayyah,
administrasi negara sangat sederhana. Pada umumnya, di daerahdaerah Islam bekas daerah
Romawi dan Persia, administrasi pemerintahan dibiarkan terus berlaku seperti yang telah ada,
kecuali diadakan perubahan-perubahan kecil. Ada empat organisasi tata usaha pada masa Bani
Umayyah, yaitu:
1. Ad-Dawawin.
Untuk mengurus tata usaha pemerintahan, Daulah Umayyah mendirikan empat dewan atau
kantor pusat, yaitu : diwanul kharraj, diwanul rasail, diwanul mustaghilat al-mutanawi’ah, dan
diwanul khatim. Keempat dewan ini memiliki tugas dan tanggung jawab mengurus surat-surat
lamaran raja, menyiarkannya, menstempel, membungkus dengan kain dan dibalut dengan lilin
kemudian di atasnya dicap.
2. Al-Imarah Ala Al-Buldan.
Bani Umayyah membagi daerah Mamlakah Islamiyah menjadi lima wilayah besar, yaitu
Hijaz, Yaman dan Najd (pedalaman jazirah Arab), Irak Arab dan Irak Ajam, Aman dan Bahrain,
Karman dan Sajistan, Kabul dan Khurasan, negeri-negeri di belakang sungai (Ma Wara’a Nahri)
dan Sind serta sebagian negeri Punjab, Mesir dan Sudan, Armenia, Azerbaijan, dan Asia Kecil,
Afrika Utara, Libya, Andalusia, Sisilia, Sardinia dan Balyar. Setiap wilayah besar diangkat
seorang Amirul Umara (gubernur jenderal) yang di bawah kekuasaannya terdapat beberapa
orang amir (gubernur) yang mengepalai satu wilayah.
3. Barid.
Organisasi pos dalam tata usaha pemerintahan semenjak Muawiyah bin Abi Sufyan
memegang jabatan khalifah. Setelah Abdul Malik bin Marwan berkuasa, organisasi pos
dikembangkan sehingga menjadi alat penting dalam administrasi negara.
4. Syurthah.
Organisasi syurthah (kepolisian) dilanjutkan dan dikembangkan pada masa Daulah
Umayyah. Pada mulanya organisasi ini menjadi bagian dari organisasi kehakiman yang bertugas
melaksanakan perintah hakim dan keputusan-keputusan pengadilan, yang kepalanya sekaligus
sebagai pelaksana al-Hudud.
b. An-Nidham Al-Mali
Organisasi keuangan atau ekonomi. Sumber pemasukan keuangan pada zaman Daulah
Umayyah pada umumnya sama seperti pada masa permulaan Islam, sebagai berikut:
1. Al-Dharaib
yaitu suatu kewajiban yang harus dibayar oleh warga negara (alDharaib) pada zaman Daulah
Umayyah. Penduduk dari wilayah-wilayah yang baru ditaklukkan, terutama yang belum masuk
Islam, ditetapkan pajak-pajak istimewa.
2. Masharif Baitul Mal
yaitu pengeluaran keuangan pada masa Daulah Umayyah, pada umumnya sama seperti pada
masa permulaan Islam yaitu untuk : (a) Gaji para pegawai dan tentara serta biaya tata usaha
pemerintahan; (b) Pembangunan pertanian, termasuk irigasi dan penggalian ; (c) Biaya
orangorang yang menerima hukuman dan tawanan perang; (d) Biaya perlengkapan perang; dan
(e) Hadiah-hadiah kepada para pujangga dan para ulama. Selain itu, para khalifah Umayyah
menyediakan dana khusus untuk dinas rahasia.
c. An-Nidhamul-Harbi
Organisasi pertahanan pada masa Daulah Umayyah sama seperti yang telah dibuat oleh
khalifah Umar bin Khattab, hanya lebih disempurnakan. Bedanya, pada masa Khulafaur
Rasyidin tentara Islam adalah tentara sukarela, sedangkan pada masa Daulah Umayyah orang
masuk tentara kebanyakan dengan paksa atau setengah paksa, yang dinamakan Nidhamut
Tajnidil Ijbari, semacam undang-undang wajib militer. Politik ketentaraan pada masa ini adalah
Arab oriented, dimana anggota tentara haruslah terdiri dari orang-orang Arab. Organisasi tentara
pada masa ini banyak mencontoh organisasi tentara Persia.
d. An-Nidham Al-Qadhai
Pada masa Daulah Umayyah kekuasaan pengadilan telah dipisahkan dari kekuasaan politik.
Kehakiman pada zaman itu mempunyai dua ciri khas yaitu :
(1) seorang qadhi memutuskan perkara dengan ijtihadnya, karena pada waktu itu belum ada
lagi madzhab empat atau mazhab lainnya. Pada masa itu para qadhi menggali hukum sendiri dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan berijtihad.
(2) Kehakiman belum terpengaruh dengan politik, karena para qadhi bebas merdeka dengan
hukumnya, tidak terpengaruh dengan kehendak para pembesar yang berkuasa. Para hakim pada
zaman Umayyah adalah manusia pilihan yang bertakwa kepada Allah SWT dan melaksanakan
hukum dengan adil, sementara itu para khalifah mengawasi gerak-gerik dan perilaku mereka,
sehingga kalau ada yang menyeleweng langsung dipecat.