Anda di halaman 1dari 13

1.

Ritual Tiwah – Kalimantan Tengah

Foto: www.indonesia-tourism.com 
Di Kalimantan Tengah terdapat tradisi khusus yang dilakukan untuk orang yang
sudah lama meninggal. Upacara Tiwah ini biasa dilakukan oleh suku Dayak untuk
pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke sebuah rumah yang disebut
Sandung. Ritual ini bertujuan untuk meluruskan perjalanan arwah menuju Lewu
Tatau atau surga. Selain itu ritual unik ini juga bertujuan untuk melepaskan kesialan
bagi keluarga yang sudah ditinggalkan.

2. Tradisi Potong Jari – Papua


Tradisi yang terbilang ekstrem ini memang sudah banyak ditinggalkan oleh suku
Dani. Potong jari adalah tradisi untuk menunjukan kesedihan karena ditinggal oleh
anggota keluarga. Bagi suku Dani jari mempunyai arti yang lebih dalam, disimbolkan
sebagai bentuk kerukunan, kebersatuan, dan kekuatan dalam diri manusia ataupun
sebuah keluarga.

Iklan

3. Gigi Runcing Suku Mentawai – Kalimantan


Foto:
www.tentik.com
Bagi suku Mentawai wanita yang cantik harus memenuhi tiga kriteria. Pertama,
telinganya yang panjang. Kedua, tubuhnya dihiasi titi atau tato. Ketiga, giginya yang
runcing. Tradisi untuk meruncingkan gigi ini diyakini akan menambah kecantikan
sang wanita.

4. Kebo-keboan – Banyuwangi
Ritual yang diadakan setahun sekali ini selalu diadakan setiap tanggal 10 Suro atau 10
Muharam di desa Alasmalang, Singojuruh, Banyuwangi. Upacara ini mengharuskan beberapa
laki – laki berdandan menjadi kerbau dan berkorban untuk membajak sawah. Setelah
membajak sawah kebo – keboan ini diarak mengelilingi desa disertai karnaval kesenian
rakyat. Ritual kebo – keboan ini bertujuan untuk meminta hujan ketika musim kemarau.

5. Tradisi Adu Betis – Sulawesi Selatan


Di Indonesia yang sebagian besar masyrakatnya adalah petani mempunyai banyak tradisi
untuk mensyukuri musim panen. Salah satunya di Dusun Paroto, Desa Sanaeko, Barebbo,
Bone, Sulawesi Selatan yang melakukan tradisi adu betis. Unik bukan? Tradisi ini dilakukan
lewat permainan Malanca. Intinya para pemuda harus mengeluarkan kekuatannya agar bisa
mengikuti tradisi adu betis ini.
6. Tradisi Pemakaman Suku Minahasa – Sulawesi
Utara
Suku Minahasa memiliki ritual pemakaman yang unik dan beda dari tradisi lainnya. Suku
Minahasa memosisikan jenazah duduk sambil memeluk kakinya bukan dalam posisi tidur.
Tradisi pemakaman seperti ini menurut kepercayaan melambangkan keadaan suci dan
membawa kebaikan. Selain harus dalam posisi duduk, arah posisi mayat harus menghadap
ke arah utara. Hal ini disebabkan karena cerita turun temurun dari nenek moyang orang
Minahasa.

7. Tabuik – Sumatera Barat


Tabuik adalah bahasa Arab yang memiliki arti kata tabut atau mengarak. Tradisi ini dilakukan
oleh masyarakat di Pantai Barat, Sumatera Barat yang diselenggarakan secara turun
menurun. Upacara tabuik ini digelar setiap hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10
Muharram. Upacara tradisi ini menjadi simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam
dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhdapat cucu Nabi Muhammad SAW.

8. Dugderan – Semarang
Menjelang bulan puasa kota Semarang akan ramai dengan acara dugderan. Tradisi
yang sudah ada sejak dahulu ini adalah penanda bahwa bulan puasa telah datang.
Salah satu ciri khas dari acara ini adalah arak – arak warak ngendok. Warak ngendok
ini adalah bintang rekaan yang bertubuh kambing, berkepala naga serta memiliki
kulit sisik emas.

9. Bakar Tongkang – Riau


Etnis Tionghoa yang menetap di Bagansiapiapi, Riau selalu mengadakan ritual bakar tongkak
yang dilaksanakan setiap bulan Juli. Menurut kepercayaan ritual ini sudah dilakukan oleh
leluhur mereka dengan tujuan bertekad untuk tidak kembali ke tempat asal. Makna lainnya
adalah upacara peringatan dewa laut Ki Ong Ya dan Tai Su Ong yang digambarkan sebagai
dewa dua sisi.
10. Batombe – Sumatera Barat
Berpantun memang menjadi salah satu ciri orang Indonesia. Di Sumatera Barat terdapat
tradisi berpantun, awalnya batombe adalah tradisi yang biasa dilakukan ketika membangun
rumah gadang. Pada intinya tradisi ini ingin menghibur orang yang bekerja agar lebih
bersemanagt. Selain berpantun, batombe juga mengharuskan para pemainnya untuk menari.

11. Brobosan – Jawa


Brobosan yang mempunyai arti menerobos ini dilakukan ketika upacara kematian. Sebelum
jenazah di bawa ke kuburan, biasanya para keluarga terdekat melakukan tradisi brobosa. Hal
ini dipercaya agar keluarga yang ditinggalkan melupakan kesedihan dan menjadi bentuk
penghormatan terakhir kepada mendiang.

12. Tatung – Singkawang


Tradisi tatung ini selalu diadakan di kota Singkawang menjelang Cap Go Meh.
Perayaan Cap Go Meh di daerah ini berlangsung sangat meriah dengan kehadiran
tatung. Dalam pawai yang diadakan sangat meriah ini para tatung akan kebal
terhadap benda – benda tajam, jadi selama parade tatung akan melakukan peragaan
seperti debus. 

13. Pasola – Nusa Tenggara Timur


Pasola merupakan sebuah tradisi yang dilakukan setahun sekali oleh warga Kampung Kodi,
Kampung Lamboya, Kampung Wanokaka, dan Kampung Garoa di wilayah Sumba Barat.
Tradisi berupa adu ketangkasan menggunakan kuda dan lembing ini merupakan puncak
acara dari Pesta Adat Nyale yang dilakukan untuk memohon restu terhadap dewa dan nenek
moyang menjelang musim panen tiba. Dalam pelaksanaan Pasola, dua “Ksatria Sumba” akan
menunggangi kuda dan menyerang satu sama lain menggunakan tongkat kayu. Darah yang
jatuh pada arena Pasola dianggap mampu membuat tanah mereka subur sehingga hasil
panen berlimpah. 

14. Seba – Banten


Suku Baduy dikenal luas sebagai suku yang menutup diri dari dunia luar dan masih
mempertahankan kearifan lokal nenek moyang di era modern ini. Meski begitu, ada
kalanya ribuan orang Baduy keluar dari desa dan berjalan kaki hingga hampir 100
kilometer untuk memberikan hasil panen kepada Ibu Gede dan Bapak Gede yang
bertempat di kota Serang. Yang dimaksud dengan “Ibu dan Bapak Gede” adalah
Bupati Lebak dan Gubernur Banten. Tradisi Seba ini dilakukan oleh Suku Baduy untuk
menjaga persaudaraan serta wujud ungkapan syukur kepada pemerintah setempat
layaknya sebuah upeti yang diberikan pada kerajaan. 

15. Ma’nene – Toraja, Sulawesi Selatan


Warga di Kabupaten Toraja memiliki sebuah ritual unik yang diberi nama Ma’Nene.
Ritual yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk berkunjung ke Tana Toraja ini
dilakukan dengan cara mengeluarkan jasad anggota keluarga dari pemakaman, lalu
jasad tersebut dibersihkan dan diganti pakaiannya. Tak jarang jasad-jasad ini dibalut
dengan rangkaian pakaian yang lengkap dari mulai jas untuk jasad pria, serta gaun
untuk jasad perempuan. Ritual unik yang dilaksanakan tiap tiga tahun sekali ini
memiliki makna akan pentingnya menjaga hubungan kepada sesama anggota
keluarga, bahkan dengan anggota keluarga yang sudah terlebih dahulu meninggal
dunia. 

16. Mekare-kare – Bali


Pulau Bali juga menyimpan sebuah tradisi unik yang dilakukan oleh para lelaki di Desa
Tenganan Pegringsingan sebagai sebuah persembahan bagi Dewa Indra. Dalam tradisi ini,
pria-pria dari desa tersebut akan melakukan pertunjukan perang dengan menggunakan
daun pandan berduri sebagai senjata serta perisai rotan untuk menangkis serangan lawan.
Setelah melakukan ritual ini, semua peserta Mekare-kare akan duduk dan menyantap
makanan bersama-sama sambil diobati luka-lukanya. 

17. Bau Nyale – Nusa Tenggara Barat (NTB)


Mencari ikan di laut tentu merupakan hal yang sudah biasa. Namun, bagaimana jika
ada sebuah tradisi mencari cacing di laut? Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi
masyarakat Sasak Lombok di mana masyarakat sekitar berupaya menangkap Nyale
atau cacing laut warna-warni di pantai selatan Lombok. Tradisi tahunan ini
diselenggarakan setiap tanggal 20 pada bulan ke 10 berdasarkan penanggalan
masyarakat Sasak. Masyarakat Lombok percaya bahwa Nyale yang mereka cari
merupakan jelmaan Putri Mandalika, seorang putri berparas cantik yang berkaitan
erat dengan legenda Lombok Tengah.

18. Grebeg Syawal – Yogyakarta


Daerah Istimewa Yogyakarta sudah terkenal akan kepiawaiannya menjaga
kebudayaan leluhur secara turun-temurun, Grebeg Syawal salah satunya. Grebeg
Syawal yang digelar setiap 1 Syawal merupakan wujud syukur Sultan atas hadirnya
Hari Raya Idul Fitri setelah sebulan lamanya menunaikan ibadah puasa di bulan
Ramadan.  Perayaan tersebut berlangsung dengan cara mengarak Gunungan Kakung
dan Gunungan Putri yang tersusun dari sayuran dan  hasil bumi lainnya. Gunungan
ini adalah simbol sedekah Sultan kepada rakyatnya. Acara ini cukup unik dan
membangun rasa kebersamaan karena masyarakat diperbolehkan untuk berebut
Gunungan yang dipercaya membawa berkah dan kesejahteraan bagi yang
mendapatkannya.

1. Cut Nyak Dien


Cut Nyak Dien merupakan pahlawan yang lahir di Aceh Besar tahun 1848.
Semasa Perang Aceh, dirinya berdiri memimpin pasukan untuk melawan
Belanda.

Cut Nyak Dien tak gentar melawan Belanda karena juga ingin membalas
kematian suaminya yang meninggal akibat perang. Perjuangan Cut Nyak
Dien pun membawa dirinya ke sosok Teuku Umar yang pada akhirnya
menjadi suami kedua beliau.

Sayangnya dia ditangkap, diasingkan, lalu meninggal di Sumedang tanggal


06 November 1908. Cut Nyak Dien turut dimakamkan di sana.

2. Tuanku Imam Bonjol


Peto Syarif yang dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol adalah sosok yang
lahir di Kampung Tanjung Bunga, Sumatra Barat pada 1772. Di sana, dia
adalah seorang ulama dan pimpinan masyarakat.

Sebagai buntut pertentangan kaum Adat dan kaum Paderi (kaum agama),
Imam Bonjol akhirnya melawan Belanda. Dirinya berjuang bersama kaum
Paderi pada tahun 1803 sampai 1838.
Gara-gara pengkhianatan Belanda, Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke
Cianjur, lalu Ambon, hingga yang terakhir ke Manado. Imam Bonjol pada
akhirnya wafat pada 06 November 1864 saat usianya 92 tahun.

3. Jenderal Soedirman
Jenderal Soedirman lahir di Bodas Karangjati tanggal 24 Januari 1916. Dia
adalah seorang panglima besar sekaligus jenderal pertama dan termuda di
Indonesia. Ketika berusia 31 tahun, Jenderal Soedirman bergabung dengan
pahlawan kemerdekaan yang lain dalam melawan penjajah Jepang, Belanda,
serta Sekutu.

Jenderal Soedirman berjuang dengan luar biasa, bahkan saat sakit pun dia
tidak menyerah dan melawan musuh bersama anak buahnya. Dirinya
meninggal akibat penyakit pada tanggal 29 Januari 1950 di Magelang, lalu
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki DI Yogyakarta.

4. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro memiliki nama kecil Raden Mas Ontowiryo. Ia lahir di
D.I. Yogyakarta pada 11 November 1785.

Pangeran Diponegoro merupakan anak sulung Sultan Hamengkubuwono III


yang dikenal sejak kepemimpinannya pada Perang Diponegoro tahun 1825-
1830.

Perang tersebut menelan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia. Pada


tahun 1830, Belanda bersiasat licik dengan pura-pura mengajak Pangeran
Diponegoro untuk berunding di Magelang. Dalam perundingan itu, dia
ditangkap lalu dibuang ke Manado. Setelah dari sana, dia dipindah ke Ujung
Pandang dan meninggal di sana tanggal 08 Januari 1985.

Selain dianugerahi sebagai pahlawan nasional, Pangeran Diponegoro juga


mendapat beberapa penghormatan seperti didirikannya Museum Monumen
Pangeran Diponegoro serta namanya dijadikan sebagai nama jalan, stadion,
hingga universitas.

5. Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin memiliki julukan Ayam Jantan dari Timur. Dia adalah
Pahlawan Nasional asal Sulawesi Selatan yang merupakan putra kedua dari
Sultan Malikusaid. Sultan Hasanuddin lahir tahun 1631 di Makassar.

Pasca diangkat sebagai Sultan Kerajaan Gowa, dia berusaha


menggabungkan beberapa kerajaan kecil di wilayah Indonesia Timur dan
melawan Belanda dengan sengit.

Hal ini mengakibatkan Belanda meminta bantuan tentara ke Batavia untuk


menerobos benteng terkuat Gowa, yakni Somba Opu, pada tanggal 12 Juni
1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dan wafat pada 12
Juni 1670.

6. Ki Hadjar Dewantara
Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di DI
Yogyakarta pada 02 Mei 1889. Dirinya adalah sosok yang mendirikan
perguruan Taman Siswa pada 1929 dan berkontribusi pada pribumi saat itu
yang tidak dapat sekolah.

Ki Hadjar Dewantara pernah menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan


Kebudayaan setelah kemerdekaan. Dia wafat 26 April 1959 dan dimakamkan
di DI Yogyakarta.

7. Kapitan Pattimura
Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy lahir di Ambon pada 1783.
Pattimura melawan Belanda karena mereka menguasai Maluku, menindas
rakyatnya, memaksa kerja rodi, dan menguras kekayaan Maluku.

Pattimura juga menyatukan Kerajaan Ternate dan Tidore untuk mengusir


penjajah pada tahun 1817. Sebetulnya, Belanda pernah menawarkan kerja
sama, namun Pattimura menolaknya. Sosok ini dihukum mati pada 16
Desember 1817.

8. Raden Ajeng Kartini


Raden Ajeng Kartini lahir sebagai putri Bupati Jepara pada tanggal 21 April
1879. Semasa masih hidup, dia memperjuangkan kesetaraan hak perempuan
dan membangun sekolah perempuan bernama Yayasan Kartini pada tahun
1912. Sekolah Kartini ada di Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan
lain sebagainya.

Kartini meninggal saat masih muda, yakni pada umur 25 tahun pada 17
September 1904 di Rembang. Buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah
kumpulan dari surat-surat Kartini.

9. Dewi Sartika
Selain Kartini, ada pula Pahlawan Nasional Dewi Sartika yang
memperjuangkan pendidikan khusus perempuan. Dia lahir pada 04
Desember 1884 di Cicalengka.

Dewi Sartika memiliki latar belakang keluarga ningrat yang membuatnya bisa
mengenyam pendidikan, sehingga dirinya terinspirasi mendirikan Sekolah Istri
atau sekolah khusus perempuan se-Hindia Belanda.

Berkat jasanya itu, Dewi Sartika juga mendapat anugerah Bintang Perak dari
pemerintah Hindia Belanda. Saat perang kemerdekaan, Dewi Sartika
mengungsi ke Cinean dan wafat pada 11 September 1947.

10. Prof. Muhammad Yamin


Muhammad Yamin adalah anggota Jong Sumatranen Bond yang lahir pada
28 Agustus 1903 di Sawahlunto. Tokoh ini dikenal sebagai bagian dari yang
merumuskan Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II serta penggagas
falsafah Pancasila dalam BPUPKI. Muhammad Yamin meninggal pada 17
Oktober 1962 dan dikebumikan di tanah kelahirannya.
1. Candi Borobudur, Magelang Berada di Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Dibangun
pada masa Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Merupakan candi terbesar di
dunia.  Candi yang memiliki banyak patung Buddha ini telah ditetapkan sebagai situs
warisan dunia oleh UNESCO. 

2. Candi Prambanan, Yogyakarta Berada di Jalan Raya Solo – Yogyakarta No.16,


Kranggan, Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.  Memiliki kisah erat dengan Roro Jonggrang, legenda ini menceritakan
seorang putri cantik yang dikutuk menjadi candi oleh orang yang mencintainya, yakni
Bandung Bondowoso.  Bangunan candi juga memiliki relief kisah Ramayana dan
Kresnayana. Tak heran, pada momen tertentu, pengunjung dapat menikmati sendratari
Ramayana yang terkenal dengan latar bangunan candi yang megah.

3. Masjid Baiturrahman, Aceh Merupakan masjid peninggalan Kesultanan Aceh yang


dibangun pada 1022 H oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam. Masjid ini menjadi
saksi bisu perjuangan masyarakat Indonesia ketika Belanda mendeklarasikan perang
dan melawan Kesultanan Aceh dengan melepaskan meriam ke daratan Aceh
menggunakan kapal perang Citadel Van Antwerpen.  Pada 1873, Belanda berhasil
menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Namun, Kesultanan Aceh melakukan perlawanan
dan memenangkan pertempuran tersebut dengan mengalahkan pasukan Belanda yang
dipimpin oleh Johan Harmen Rudolf Kohler yang membawa 3.198.  Kesultanan Aceh
memenangkan peperangan tersebut dan berhasil merebut kembali apa yang sudah
Belanda ambil.  

4. Jam Gadang, Bukittinggi Merupakan bangunan ikonik di Sumatera Barat. Menara Jam
Gadang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda sejak 1926 dengan ketinggian
mencapai 26 meter.  Uniknya, menara ini dibangun tanpa menggunakan besi penyangga
dan semen. Tak hanya itu, jam gadang juga dibangun menggunakan bahan tradisional
seperti kapur, putih telur dan pasir putih. 

5. Istana Maimun, Medan Merupakan istana kebesaran untuk Kerajaan Deli didominasi
warna kuning menjadi warna kebesaran khas Kerajaan Melayu. Istana ini merupakan
salah satu ikon dari kota Medan, Sumatera Utara.  Istana tersebut mulai dibangun ketika
Kesultanan Deli yang dipimpin oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada
26 Agustus 1888 oleh arsitek TH Van Erp yang juga bekerja sebagai Koninklijk
Nederlands-Indische Leger (KNIL) atau tentara Kerajaan Hindia-Belanda.  Di istana ini
terdapat meriam legendaris, yang disebut Meriam Puntung. Istana Maimun selalu
menjadi salah satu objek wisata sejarah menarik di Medan bukan hanya karena nilai
sejarahnya saja, tapi banyak orang yang mengagumi desain interior dan eksteriornya
yang unik dan sangat mewakili kebudayaan Melayu dengan mengadopsi gaya Islam,
India, Italia dan Spanyol.

6. Lawang Sewu, Semarang Terletak di Semarang, Jawa Tengah, dibangun pada 1904 dan
selesai 1907. Lawang Sewu dulunya merupakan kantor untuk Nederlands-Indische
Spoorweg Maatschappij atau yang biasa dikenal sebagai NIS.  Gedung ini terletak di
Bundaran Tugu Muda. Pada awalnya, kegiatan administrasi dilakukan di kantor Stasiun
Semarang NIS. Namun, bertambahnya waktu yang juga mengakibatkan perkembangan
jalur kereta di Semarang menjadi semakin pesat dan mengakibatkan bertambahnya
kebutuhan akan personel teknis dan tenaga administrasi lebih besar sehingga kantor NIS
dianggap tidak lagi memadai. Hal ini kemudian membuat Belanda menyewa beberapa
bangunan untuk dijadikan kantor NIS. Setelah melewati beberapa pertimbangan,
akhirnya dibangun Lawang Sewu untuk dijadikan kantor pusat NIS yang luas dan
memadai.

7. Benteng Fort Rotterdam, Makassar Merupakan benteng pertahanan yang dibangun pada
masa Kerajaan Gowa-Tallo pada 1545 oleh seorang raja yaitu Raja Gowa ke-9. 
Awalnya benteng ini diberi nama Benteng Ujung Pandang, lalu beralih menjadi Fort
Rotterdam saat kedatangan kolonial Belanda. Tak lama setelahnya, bangunan ini
berhasil kembali direbut oleh pasukan yang dipimpin Sultan Hasanudin.  Fakta unik dari
benteng ini adalah salah satu ruangannya yang merupakan saksi sejarah saat Pangeran
Diponegoro ditahan dan diasingkan. 

8. Benteng Vredeburg, Yogyakarta Berlokasi di Yogyakarta, sangat erat kaitannya dengan


Kesultanan Yogyakarta dan perjuangan masyarakat dalam memerdekakan Indonesia.
Awal mula pembangun benteng ini adalah diusulkan oleh pihak Belanda.  Kemajuan
Keraton Yogyakarta yang semakin pesat saat itu, Belanda ingin mengontrol serta
menguasai pemerintahan Yogyakarta. Belanda kemudian membuatkan benteng dekat
keraton dengan alasan agar dapat menjaga keamanan sekitarnya.  Padahal, benteng
tersebut digunakan untuk menjadi tempat supaya dapat mengontrol Keraton Yogyakarta
dan segala perkembangannya di dalam maupun di luar. 

9. Gedung Sate, Bandung Merupakan salah satu tempat bersejarah di Indonesia yang
terletak di Bandung, Jawa Barat. Gedung ini memiliki keunikan karena dipuncak
menaranya terdapat ornamen yang berbentuk seperti tusuk sate.  Arsitektur gedung ini
dibuat oleh Ir. K. Gerber yang merupakan salah satu arsitek Belanda sehingga bangunan
ini memiliki nuansa arsitektur yang khas dari Hindia-Belanda.

10. Rumah Pengasingan Bung Karno, Flores Rumah ini berada di Jalan Perwira, Kelurahan
Kotaraja, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Saat itu Bung
Karno dan keluarga pernah diasingkan oleh Belanda di rumah pengasingan Ende.  Kini,
pemerintah setempat telah menjadikan rumah tersebut sebagai situs bersejarah. Saat
mengunjungi tempat ini, juga dapat berkunjung ke beberapa kampung adat yang ada di
sini seperti Kampung Tradisional Saga dan Kampung Adat Wologai. 

11. Istana Gebang, Blitar Merupakan tempat kehidupan masa kecil sosok Bapak
Proklamator, Soekarno. Istana Gebang merupakan rumah dari orang tua Bung Karno
yang masih terjaga dan dijadikan kawasan wisata sejarah sampai saat ini.  Selain masuk
dan melihat rumah masa kecil Presiden pertama Indonesia Bung Karno, di tempat ini
juga dapat melihat pertunjukan kesenian, wisata kuliner di dekatnya, hingga berfoto di
spot Gong Perdamaian.

12. Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta Terletak di Jalan Imam Bonjol,
Menteng Jakarta Pusat dan dibangun pada 1927. Di tempat ini Soekarno dan Moh. Hatta
merumuskan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, setelah dijemput Achmad
Soebardjo dari Rengasdengklok, Karawang.  Bangunan ini dulunya merupakan tempat
tinggal Laksamana Maeda. Rumah tersebut dianggap aman karena Maeda merupakan
sahabat Achmad Soebardjo.  Gedung yang telah diresmikan pada 1920-an ini, memiliki
koleksi antara lain naskah proklamasi yang asli ditulis tangan, teks proklamasi asli yang
sudah diketik, dan berbagai ruangan yang digunakan dalam rangka penyusunan teks
proklamasi.
13. Tugu Proklamasi, Jakarta Merupakan saksi bisu sejarah kemerdekaan Indonesia.
Monumen ini merupakan tempat Soekarno-Hatta membacakan naskah proklamasi. 
Selain itu  terdapat patung Soekarno dan Hatta yang tengah membacakan naskah
Proklamasi. Monumen mengandung nilai sejarah yang mengantarkan Indonesia menuju
kemerdekaan.  Patung Soekarno dibuat dari bahan perunggu dengan tinggi 4,60 meter.
Kemudian patung Bung Hatta dibuat dari bahan perunggu dengan ketinggian 4,30 meter
dan naskah proklamasi terbuat dan bahan perunggu. Elemen Latar Belakang berupa
relung-relung segitiga yang berjumlah 17 buah dan terbuat dan bahan marmer
Tulungagung.

14. Monumen Pancasila Sakti, Jakarta  Berlokasi di jalan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta
Timur. Tujuannya dibangun monumen ini untuk mengingat perjuangan para Pahlawan
Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi Negara Republik Indonesia, Pancasila
dari ancaman ideologi komunis. 

15. Masjid Istiqlal, Jakarta Masjid ini diprakarsai oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno
dan mulai dibangun pada 24 Agustus 1951 oleh seorang arsitek Frederich Silaban yang
beragama Kristen Protestan. Bangunan tersebut juga menjadi sejarah kemerdekaan
Indonesia.

16. Gereja Katedral, Jakarta Bangunan dengan desain arsitektur yang cantik ini berdiri kokoh
di Jakarta dan mulai resmi digunakan pada 1901. Letak dari Gereja Katedral tidak jauh
dari Masjid Istiqlal.  Banyaknya nilai sejarah yang ada di dalamnya, menjadikan
bangunan ini salah satu wisata sejarah di Indonesia yang menarik.

17. Kelenteng Sam Po Kong, Semarang Selain menjadi tempat ibadah, kelenteng ini juga
merupakan simbol akulturasi budaya Cina dengan adat Jawa. Dulu, kelenteng ini
dibangun oleh Wang Jing Hong merupakan pengemudi pasukan Laksamana Cheng Ho
dan menetap di kawasan Semarang. 

Anda mungkin juga menyukai