Anda di halaman 1dari 97

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI


NOMOR TAHUN 2020

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI


TAHUN 2020 – 2040

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI,

Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 26 ayat (7) Undang-Undang


Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten ditetapkan dengan suatu
Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pembentukan


Kabupaten Kepulauan Meranti di Provinsi Riau (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 13 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4968);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 183, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang Bentuk


dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan


Wilayah Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 190, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5574);

11. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Perubahan


Atas Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 27);

12. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2020 Tentang Rencana


Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara Di Provinsi Riau Dan
Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 72);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang


Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120
Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
NegeriNomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 157);

14. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan


Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten
dan Kota (Berita negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
394);

15. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2018 tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Provinsi Riau Tahun 2018 – 2038 (Lembaran
Daerah Provinsi Riau Tahun 2018 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Riau Nomor 10);
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI


Dan
BUPATI KEPULAUAN MERANTI

MEMUTUSKAN:

Memutuskan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG


WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI TAHUN 2020-2040.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Kabupaten adalah Kabupaten Kepulauan Meranti.
2. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Provinsi adalah Provinsi Riau.
4. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintah Provinsi Riau.
5. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan Kabupaten Kepulauan Meranti.
6. Gubernur adalah Gubernur Riau.
7. Bupati adalah Bupati Kepulauan Meranti.
8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.
9. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
10. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
12. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang.
13. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti yang selanjutnya
disebut RTRW Kabupaten adalah hasil perencanaan tata ruang sebagai arahan
kebijakan dan strategi pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti.
14. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional.
15. Rencana Sistem Perkotaan adalah rencana susunan kawasan perkotaan
sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah Kabupaten yang menunjukan
keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hierarki pelayanan
dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah Kabupaten.
16. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten atau beberapa
wilayah kecamatan.
17. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa.
18. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
19. Sumber Daya Air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di
dalamnya.
20. Air permukaan adalah semua Air yang terdapat pada permukaan tanah
21. Air Tanah adalah Air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan dibawah
permukaan tanah
22. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah Pengelolaan Sumber Daya Air dalam
satu atau lebih Daerah Aliran Sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya
kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua ribu) kilometer persegi.
23. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan Air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alamiah, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
24. Cekungan Air Tanah adalah Suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis, seperti pengimbuhan,
pengaliran, dan pelepasan Air Tanah berlangsung.
25. Daerah Irigasi selanjutnya disingkat D.I adalah kesatuan lahan yang mendapat
air dari suatu jaringan irigasi.
26. Daerah Irigasi Rawa selanjutnya disingkat D.I.R adalah kesatuan wilayah rawa
yang mendapat air dari genangan air hujan atau pasang surut air laut.
27. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan jaringan irigasi.
28. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
29. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
30. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya.
31. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
32. Kawasan Peruntukan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam dan sumber daya buatan.
33. Hutan Lindung yang selanjutnya disingkat HL adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah
intuisi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
34. Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik
pasang tertinggi ke arah darat.
35. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
36. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
37. Hutan Produksi Terbatas yang selanjutnya disingkat HPT adalah kawasan
hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan
setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah
nilai antara 125-174, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
pelestarian alam, dan taman buru.
38. Hutan Produksi Tetap yang selanjutnya disingkat HP adalah kawasan hutan
dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah
masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai
dibawah 125, diluar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
pelestarian alam dan taman baru.
39. Hutan Produksi yang dapat dikonversi yang selanjutnya disingkat HPK adalah
kawasan hutan yang secara ruang di cadangkan untuk di gunakan bagi
pembangunan diluar kegiatan kehutanan.
40. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya adalah kawasan
yang diarahkan dalam rangka perlindungan keanekaragaman biota, tipe
ekosistem, serta gejala dan keunikan alam, konservasi budaya, pengembangan
kegiatan pendidikan dan penelitian, rekreasi dan pariwisata ekologis, dan
sebagainya.
41. Suaka margasatwa adalah kawasan hutan suaka alam yang mempunyai ciri
khas berupa keanekaragaman dan atau memiliki keunikan jenis satwa yang
membutuhkan perlindungan/pembinaan bagi kelangsungan hidupnya
terhadap habitatnya.
42. Kawasan Peruntukan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
43. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukan bagi
kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
44. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung pri kehidupan dan penghidupan.
45. Kawasan Pertahanan dan Keamanan adalah kawasan yang diperuntukan bagi
kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan Negara berdasarkan
geostrategis nasional, yang diperuntukan bagi basis, militer, daerah latihan
militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya,
gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan dan atau kawasan
industi sistem pertahanan.
46. Kawasan Pertanian adalah kawasan budidaya yang dialokasikan dan
memenuhi kriteria untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan
dan/peternakan.
47. Kawasan Pertambangan dan Energi adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral,
batubara, dan panas bumi yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
48. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
49. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib Tata
Ruang yang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
50. Arahan Pemanfaatan Ruang adalah arahan untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang wilayah Kabupaten sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah Kabupaten melalui penyusunan dan pelaksanaan program berserta
pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan Kabupaten.
51. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi adalah ketentuan umum yang mengatur
persyaratan pemanfaatan ruang/penataan Kabupaten dan unsur unsur
pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi
peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten.
52. Ketentuan Perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap
pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam
melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana
tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.
53. Ketentuan Insentif dan Disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan
rencana tata ruang.
54. Arahan Sanksi adalah perangkat untuk memberikan hukuman bagi siapa saja
yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang yang berlaku.
55. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata
ruang.
56. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
57. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non-
pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
58. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut TKPRD
Kabupaten adalah lembaga yang bersifat ad-hoc yang tugas dan tanggung
jawabnya membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam mengkoordinasikan
penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti.
59. Gambut adalah material organik yang terbentuk secara alami dari sisa-sisa
tumbuhan yang terkomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 cm (lima
puluh centimeter) atau lebih dan terakumulasi pada rawa.
60. Outline adalah deleniasi penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan
pembangunan diluar kegiatan kehutanan yang digambarkan pada rencana pola
ruang wilayah berdasarkan rencana tata ruang provinsi.
BAB II
LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN
Pasal 2
(1) Wilayah Kabupaten memiliki luas wilayah kurang lebih 370.784 (tiga ratus
tujuh puluh ribu tujuh ratus delapan puluh empat) hektar, yang terletak pada
1020 10’ 29” Bujur Timur – 1030 16’ 43” Bujur Timur dan 010 39’ 33” Lintang
Utara – 010 25’ 08” Lintang Utara.
(2) Batas-batas wilayah Kabupaten meliputi :
a. sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Malaysia;
b. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten
Pelalawan;
c. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis; dan
d. sebelah Timur berbatasan dengan Selat Pinang Masak dan Kabupaten
Karimun Provinsi Kepulauan Riau.
(3) Lingkup Wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kecamatan Tebing Tinggi;
b. Kecamatan Tebing Tinggi Barat;
c. Kecamatan Tebing Tinggi Timur;
d. Kecamatan Rangsang;
e. Kecamatan Rangsang Barat;
f. Kecamatan Merbau;
g. Kecamatan Pulaumerbau;
h. Kecamatan Tasik Putri Puyu; dan
i. Kecamatan Rangsang Pesisir.
(4) Lingkup wilayah Kabupaten digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 3
Muatan RTRW Kabupaten ini meliputi :
a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten;
b. rencana struktur ruang wilayah Kabupaten;
c. rencana pola ruang wilayah Kabupaten;
d. arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten; dan
e. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.

BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 4
Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten
sebagai kawasan niaga yang maju dan unggul di wilayah perbatasan negara dengan
berbasiskan pertanian dan perikanan.

Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 5
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten meliputi :
a. pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, sentra perikanan, dan
pertanian;
b. pengembangan sistem perkotaan secara hierarki;
c. pengembangan pemanfaatan kawasan peruntukan budidaya yang
berkelanjutan;
d. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi,
telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana pendukung; dan
e. peningkatan peran kawasan perbatasan dan keamanan negara.

Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 6
(1) Strategi untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, sentra
perikanan, pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a meliputi:
a. mengembangkan pusat-pusat perdagangan regional;
b. mengembangkan kegiatan sentra-sentra produksi pertanian;
c. mengembangkan kegiatan sentra-sentra produksi perikanan; dan
d. mengembangkan sarana dan prasarana penunjang sentra ekonomi wilayah.

(2) Strategi untuk pengembangan sistem perkotaan secara hierarki sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 huruf b meliputi :
a. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang
pengembangan pusat-pusat kegiatan yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi;
b. membangun fasilitas umum dan jaringan utilitas yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat; dan
c. mengembangkan prasarana dan sarana mitigasi bencana.
(3) Strategi untuk pengembangan pemanfaatan kawasan peruntukan budidaya
yang berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi :
a. mengembangkan kegiatan pariwisata dan sarana prasarana penunjangnya;
b. mengembangkan kawasan peruntukan industri serta sarana prasarana
penunjangnya; dan
c. mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan permukiman perkotaan dan
perdesaan.
(4) Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana
pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d meliputi :
a. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi
yang seimbang dan terpadu;
b. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan energi listrik;
c. meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya air; dan
d. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi.
(5) Strategi untuk peningkatan peran kawasan perbatasan dan keamanan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e meliputi :
a. menyediakan ruang untuk kawasan pertahanan dan keamanan negara;
b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan disekitar
kawasan pertahanan dan kemanan; dan
c. mengembangkan zona penyangga yang memisahkan kawasan pertahanan
dan keamanan dengan kawasan budidaya terbangun di sekitarnya.

BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten meliputi :
a. sistem perkotaan; dan
b. sistem jaringan prasarana.

(2) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Sistem Perkotaan
Pasal 8
(1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a
meliputi :
a. PKL;
b. PPK; dan
c. PPL.

(2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:


a. kawasan Perkotaan Selatpanjang di Kecamatan Tebing Tinggi yang
berfungsi sebagai pusat pemerintahan Kabupaten, pusat perdagangan
dan jasa regional, kawasan niaga, pelayanan transportasi, pusat
pendidikan dan pusat pelayanan kesehatan; dan
b. kawasan Perkotaan Tanjung Samak di Kecamatan Rangsang berfungsi
sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa sub
regional, sentra pengolahan hasil pertanian, perikanan dan simpul
transportasi.
(3) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. tanjung Kedabu di Kecamatan Rangsang Pesisir berfungsi sebagai pusat
kegiatan terdepan dalam peningkatan pelayanan pertahanan dan
keamanan negara, serta kegiatan lintas batas di Kawasan Perbatasan
Negara;
b. teluk Belitung di Kecamatan Merbau berfungsi sebagai pusat pemerintahan
kecamatan, sentra komoditi pertanian, pusat niaga skala kecamatan dan
pengembangan permukiman;
c. tanjung Sari di Kecamatan Tebing Tinggi Timur berfungsi sebagai sentra
komoditi pertanian, pengembangan permukiman dan industri pengolahan
sagu; dan
d. alai di Kecamatan Tebing Tinggi Barat berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, sentra komoditi pertanian dan pengembangan
permukiman.

(4) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang berfungsi sebagai
sentra produksi hasil pertanian dan perikanan, perdagangan dan jasa,
kesehatan, pendidikan, peribadatan, transportasi dan kegiatan lainnya skala
pelayanan antar desa, meliputi :
a. bantar di Kecamatan Rangsang Barat;
b. sialang Pasung di Kecamatan Rangsang Barat;
c. renak Dungun di Kecamatan Pulaumerbau;
d. sonde di Kecamatan Rangsang Pesisir;
e. bandul di Kecamatan Tasik Putri Puyu;
f. meranti Bunting di Kecamatan Merbau;
g. teluk Ketapang di Kecamatan Pulaumerbau;
h. sungai Tohor Barat di Kecamatan Tebing Tinggi Timur;
i. pulau Topang di Kecamatan Rangsang;
j. penyagun di Kecamatan Rangsang;
k. kuala Merbau di Kecamatan Pulaumerbau; dan
l. bokor di Kecamatan Rangsang Barat.

Pasal 9

(1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 akan disusun rencana
rincinya berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan perkotaan
meliputi :
a. PKL Kawasan Perkotaan Selatpanjang dan Perkotaan Tanjung Samak dan;
b. PPK Kawasan Perkotaan Teluk Belitung, Tanjung Sari dan Alai.

(2) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagaimana diatur pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana

Pasal 10

Sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b,
meliputi :
a. sistem jaringan transportasi;
b. sistem jaringan energi;
c. sistem jaringan telekomunikasi;
d. sistem jaringan sumber daya air; dan
e. sistem jaringan prasarana lainnya.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi

Pasal 11

Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a,


meliputi :
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem jaringan transportasi udara.

Pasal 12

Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a,


meliputi :
a. sistem jaringan jalan; dan
b. sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan.

Pasal 13

(1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a,


meliputi:
a. jaringan jalan nasional yang ada di wilayah kabupaten meliputi;
b. jaringan jalan provinsi yang ada di wilayah Kabupaten;
c. jaringan jalan yang menjadi kewenangan kabupaten;
d. jalan desa;
e. jalan khusus;
f. terminal barang; dan
g. terminal penumpang.

(2) Jaringan jalan nasional yang ada di wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a adalah ruas Pusat Pelayanan Pintu Gerbang Tanjung
Kedabu – Pelabuhan Pecah Buyung.

(3) Jaringan jalan provinsi yang ada di wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b berupa jaringan jalan kolektor primer tiga (JKP-3),
meliputi :
a. selatpanjang – Alai - Kampung Balak;
b. teluk Ketapang – Semukut;
c. tanjung Padang - Teluk Belitung; dan
d. teluk Belitung - Meranti Bunting.

(4) Jaringan jalan yang menjadi kewenangan kabupaten sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. jaringan jalan kolektor primer empat (JKP-4) :
1. ruas jalan Air Mabuk – Kepau Baru;
2. ruas jalan Lukun – Sungai Tohor;
3. ruas jalan Kepau Baru – Teluk Buntal - Tanjung Gadai – Tanjung Sari –
Sendanu Darul Ihsan – Nipah Sendanu – Sungai Tohor;
4. ruas jalan Meranti Bunting - Sungai Anak Kamal,
5. ruas jalan Tanjung Padang – Tasik Putri Puyu;
6. ruas jalan Lukit - Tanjung Padang;
7. ruas jalan Alah Air Timur;
8. ruas jalan Alai-Mekong;
9. ruas jalan Sokop – Tanjung Samak;
10. ruas jalan Tanjung Samak – Tanjung Kedabu;
11. ruas jalan Bantar – Melai;
12. ruas jalan Melai – Kedabu Rapat;
b. jalan lokal primer, meliputi ruas jalan :
1. ruas jalan Lalang Tanjung – Air Mabuk – Mengkikip – Kampung Balak;
2. ruas jalan Kundur – Tenan;
3. ruas jalan Kampung Balak - Air Mabuk;
4. ruas jalan Kundur - Lalang Tanjung;
5. ruas jalan Perumbi - Sungai Nyiur;
6. ruas jalan Lingkar Dorak - Tanjung Harapan;
7. ruas jalan Dorak;
8. ruas jalan Merdeka;
9. ruas jalan Diponegoro – Banglas;
10. ruas jalan Pemuda Setia;
11. ruas jalan Rintis – Teuku Umar;
12. ruas jalan Alah air;
13. ruas jalan Sungai Tengah – Tanjung Kulim;
14. ruas jalan Meranti Bunting – Lukit;
15. ruas jalan Teluk Ketapang - Baran Melintang;
16. ruas jalan Semukut - Renak Dungun;
17. ruas jalan Baran Melintang - Renak Dungun - Kuala Merbau;
18. ruas jalan Kuala Merbau – Tanjung Bunga – Centai – Semukut; dan
19. ruas jalan Kedabu Rapat – Telesung.

(5) Jalan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. jalan Badrun;
b. jalan Kampung Baru 1;
c. jalan Kampung Baru;
d. jalan Nelayan;
e. jalan Wanawijaya;
f. jalan Rizki;
g. jalan Nelayan;
h. jalan Vihara;
i. jalan Imam Bonjol;
j. jalan Hang Jebat;
k. jalan Sudirman;
l. jalan Kayu Ara;
m. jalan Tanjung Keramat;
n. jalan Pelabuhan Rengit;
o. jalan Pelabuhan Padang;
p. jalan Pelabuhan;
q. jalan Hang Tuah;
r. jalan Kantor;
s. jalan H. Nasir;
t. jalan Karji;
u. jalan Tengku Ibrahim;
v. jalan Ladang Kecil;
w. jalan Telesung Karya;
x. jalan Amaliyah;
y. jalan Lingkar Bangas;
z. jalan H. Syamsuri;
aa. jalan Inpres;
bb. jalan Pelabuhan; dan
cc. jalan Sudirman.

(6) Jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :
a. jalan Teluk Belitung – Kurau;
b. jalan tenan – kundur; dan
c. jalan dalam kawasan perkebunan.
(7) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 huruf f, yaitu:
a. terminal Tipe C di Kecamatan Tebing Tinggi Barat;
b. terminal Tipe C di Kecamatan Rangsang Barat;
c. terminal Tipe C di Kecamatan Merbau; dan
d. terminal Tipe C di Kecamatan Tebing Tinggi Timur.

(8) Terminal barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 huruf g, yaitu :


a. terminal barang di Kecamatan Tebing Tinggi Barat;
b. terminal barang di Kecamatan Rangsang Barat;
c. terminal barang di Kecamatan Merbau;
d. terminal barang di Kecamatan Tebing Tinggi Timur; dan
e. terminal barang di Kecamatan Rangsang Pesisir.

Pasal 14

(1) Sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12 huruf b, meliputi Lintas Penyebrangan Antarprovinsi dan
Pelabuhan Penyebrangan.

(2) Lintas penyebrangan antar provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, yaitu
Lintas Penyebrangan Kampung Balak – Tj. Balai Karimun dan Selatpanjang –
Tj. Balai Karimun.

(3) Pelabuhan penyebrangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, meliputi :


a. pelabuhan penyeberangan kelas I;
b. pelabuhan penyebrangan kelas II; dan
c. pelabuhan penyebrangan kelas III.

(4) Pelabuhan penyebrangan kelas I sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
meliputi pelabuhan penyebrangan kampung balak di Kecamatan Tebing Tinggi
Barat.

(5) Pelabuhan penyebrangan kelas II sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
b, meliputi :
a. pelabuhan penyeberangan Pulau Padang di Kecamatan Tasik Putri Puyu;
b. pelabuhan penyeberangan Pecah Buyung di Kecamatan Rangsang Barat;
c. pelabuhan penyeberangan Merbau di Kecamatan Merbau; dan
d. pelabuhan penyeberangan Alai Insit di Kecamatan Tebing Tinggi Barat.

(6) Pelabuhan penyeberangan kelas III sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
c, meliputi :
a. pelabuhan penyeberangan Lukit Sagu-Sagu di Kecamatan Merbau;
b. pelabuhan penyeberangan Dakal di Kecamatan Tasik Putri Puyu;
c. pelabuhan penyeberangan Meranti Bunting di Kecamatan Merbau;
d. pelabuhan penyeberangan Pulaumerbau di Kecamatan Pulaumerbau;
e. pelabuhan penyeberangan Tanjung Sari di Kecamatan Tebing Tinggi Timur;
f. pelabuhan penyeberangan Mengkikip di Kecamatan Tebing Tinggi Barat;
dan
g. pelabuhan penyeberangan Tanjung Samak di Kecamatan Rangsang.

Pasal 15

(1) Sistem transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 huruf b,


meliputi :
a. pelabuhan laut; dan
b. alur pelayaran di laut.
(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. pelabuhan pengumpul yaitu pelabuhan Selatpanjang di Kecamatan Tebing
Tinggi; dan
b. pelabuhan pengumpan regional, terdiri dari :
1. pelabuhan Meranti/Dorak di Kecamatan Tebing Tinggi;
2. pelabuhan Meranti bunting, pelabuhan Kuala asam dan pelabuhan
Belitung di Kecamatan Merbau; dan
3. pelabuhan Sungai tohor di Kecamatan Tebing Tinggi Timur.
c. pelabuhan pengumpan lokal, terdiri dari :
1. pelabuhan Tanjung Kedabu di Kecamatan Rangsang Pesisir;
2. pelabuhan Tanjung Samak di Kecamatan Rangsang;
3. pelabuhan Bandul di Kecamatan Tasik Putri Puyu;
4. pelabuhan Melibur di Kecamatan Merbau;
5. pelabuhan Semukut dan pelabuhan Teluk Ketapang di Kecamatan
Pulaumerbau;
6. pelabuhan Pelantai di Kecamatan Merbau;
7. pelabuhan Tanjung Gadai di Kecamatan Tebing Tinggi Timur;
8. pelabuhan Repan, pelabuhan Rangsang/Dwi Tunggal dan pelabuhan
Pulau topang di Kecamatan Rangsang.
9. pelabuhan Merbau di Kecamatan Merbau; dan
10. pelabuhan Tebing Tinggi di Kecamatan Tebing Tinggi.

(3) Alur pelayaran di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur
lebih lanjut dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16

Sistem transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c meliputi :


a. bandar udara; dan
b. ruang udara untuk penerbangan.

Pasal 17

(1) Bandar udara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 16 huruf a ditetapkan
yaitu bandar udara pengumpan berada di Kecamatan Tebing Tinggi Barat.

(2) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16


huruf b meliputi :
a. ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung untuk
kegiatan bandar udara;
b. ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi
penerbangan; dan
c. ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.

(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pasal 16 huruf b


meliputi pengaturan dan pengelolaan kawasan keselamatan operasi
penerbangan lebih lanjut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi

Pasal 18
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b,
meliputi :
a. jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi; dan
b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
(2) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, yaitu jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi jaringan yang menyalurkan minyak
dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan dan/atau tempat
penyimpanan berada di Kecamatan Rangsang Pesisir, Kecamatan Merbau,
Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kecamatan Tebing Tinggi Timur dan
Kecamatan Tasik Putri Puyu.

(3) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b, meliputi :
a. infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya,
meliputi :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berada di Kecamatan Tebing
Tinggi;
2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berada di seluruh kecamatan;
3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tersebar di seluruh kecamatan;
dan
4. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berada di Kecamatan Merbau;
dan
5. Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga
Biogas (PLTBg), Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) skala
kecil yang melayani pos pengamanan perbatasan yang berada di
Kecamatan Rangsang Pesisir.
6. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM), Pembangkit Listrik
Tenaga Biogas (PLTBg), Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm)
dan/atau pembangkit listrik tenaga hybrid berupa pembangkit listrik
lainnya yang melayani pos pengamanan perbatasan yang berada di
Kecamatan Rangsang Pesisir.
b. infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukungnya yaitu
Jaringan distribusi tenaga listrik, meliputi :
1. Jaringan transmisi tenaga listrik, meliputi :
a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) berada di Kecamatan Tebing
Tinggi Barat dan Kecamatan Pulaumerbau;
b. Kabel laut sistem sumatera ke selatpanjang dan selatpanjang ke
tanjung balai karimun berada di Kecamatan Tebing Tinggi,
Kecamatan Tebing Tinggi Barat, dan kecamatan Tebing Tinggi
Timur; dan
c. Saluran transmisi lainnya, berupa :
1) Sistem jaringan transmisi listrik dengan sistem isolated di
kecamatan Rangsang Pesisir;
2) Jaringan transmisi Landing Point Riau 1 ke Landing Point
Selatpanjang;
3) Jaringan Transmisi Landing Point Selatpanjang ke Jaringan
Transmisi Selatpanjang;
4) Jaringan transmisi Pulau Rangsang ke Landing Point TBK; dan
5) Jaringan transmisi Selatpanjang ke Pulau Rangsang.
2. Jaringan distribusi tenaga listrik meliputi :
a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) berada di seluruh
kecamatan; dan
b. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) berada di seluruh
kecamatan.
3. Gardu Induk, yaitu Gardu Induk Selatpanjang berada di Kecamatan
Tebing Tinggi Barat.
Paragraf 3
Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 19

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf


c, meliputi :
a. jaringan tetap; dan
b. jaringan bergerak.

(2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa sistem
jaringan serat optik dan Sentral Telepon Otomat (STO), meliputi :
a. sistem jaringan serat optik berada di Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan
Tebing Tinggi Barat dan Kecamatan Pulaumerbau; dan
b. sentral Telepon Otomat (STO) berada di kecamatan Tebing Tinggi.

(3) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. jaringan bergerak terestrial berada di Kecamatan Tebing Tinggi dan
kecamatan Rangsang Pesisir;
b. jaringan bergerak seluler berupa menara telekomunikasi (BTS) berada di
seluruh kecamatan; dan
c. jaringan bergerak satelit berada di kecamatan Rangsang Pesisir.

Paragraf 4
Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 20

(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf
d meliputi Sistem jaringan sumber daya air Lintas Kabupaten dan Sistem
jaringan sumber daya air Kabupaten;

(2) Sistem Jaringan Sumber Daya Air lintas Kabupaten adalah Wilayah Sungai
Bengkalis – Meranti;

(3) Sistem jaringan sumber daya air Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a. sumber air; dan
b. prasarana sumber daya air;

(4) Sumber air sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) huruf a, meliputi :
a. sumber air permukaan berada di Kecamatan Tebing Tinggi Barat,
Kecamatan Rangsang dan Kecamatan Tasik Putri Puyu.
b. Air tanah yaitu cekungan air tanah (CAT), berupa :
1. CAT Selatpanjang di Kecamatan Tebing Tinggi;
2. CAT Tanjung Samak di Kecamatan Rangsang;
3. CAT Lalang Tanjung di Kecamatan Tebing Tinggi Barat;
4. CAT Teluk Belitung di Kecamatan Merbau;
5. CAT Sungai Tohor di Kecamatan Tebing Tinggi Timur; dan
6. CAT Tanjung Kedabu di Kecamatan Rangsang Pesisir.

(5) Prasarana sumber daya air sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) huruf b
meliputi :
a. Sistem Jaringan Irigasi merupakan jaringan irigasi sekunder yaitu :
1. Daerah Irigasi Sungai Kambing di Kecamatan Tebing Tinggi Barat;
2. Daerah Irigasi Sungai Pangaram di Kecamatan Tebing Tinggi Barat;
3. Daerah Irigasi Rawa anak setatah di Kecamatan Rangsang Barat;
4. Daerah Irigasi Rawa centai di Kecamatan Pulau merbau;
5. Daerah Irigasi Rawa kedabu Rapat di Kecamatan Rangsang Pesisir;
6. Daerah Irigasi Rawa melai di Kecamatan Rangsang Barat;
7. Daerah Irigasi Rawa sei cina di Kecamatan Rangsang Barat;
8. Daerah Irigasi Rawa sungai tohor di Kecamatan Tebing Tinggi Timur;
9. Daerah Irigasi Rawa alai di Kecamatan Tebing Tinggi Barat;
10. Daerah Irigasi Rawa renak dungun di Kecamatan Pulaumerbau;
11. Daerah Irigasi Rawa tanjung gadai di Kecamatan Tebing Tinggi Timur;
12. Daerah Irigasi Rawa batang meranti di Kecamatan Pulaumerbau;
13. Daerah Irigasi Rawa mayang sari di Kecamatan Merbau;
14. Daerah Irigasi Rawa topang di Kecamatan Rangsang;
15. Daerah Irigasi Rawa teluk buntal di Kecamatan Tebing Tinggi Timur;
16. Daerah Irigasi Rawa lukun di Kecamatan Tebing Tinggi Timur; dan
17. Daerah Irigasi Rawa kepau baru Kecamatan Tebing Tinggi Timur.
b. Sistem pengendalian banjir, meliputi :
1. tanggul banjir di Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Rangsang,
Kecamatan Rangsang Barat, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kecamatan
Tebing Tinggi Timur, Kecamatan Tebing Tinggi Barat dan Kecamatan
Pulaumerbau; dan
2. sistem pengamanan pantai di Pulau Rangsang Kecamatan Rangsang
Pesisir.
c. Jaringan air baku untuk air bersih berada di Kecamatan Tebing Tinggi
Barat dan Kecamatan Rangsang.
d. Jaringan air bersih ke kelompok pengguna masyarakat, meliputi :
1. jaringan Tanjung Samak di Kecamatan Rangsang;
2. jaringan Teluk Belitung di Kecamatan Merbau;
3. jaringan Bungur di Kecamatan Rangsang Pesisir;
4. jaringan Sungai Tohor di Kecamatan Tebing Tinggi Timur;
5. jaringan Tanah Merah di Kecamatan Rangsang Pesisir;
6. jaringan Selatpanjang di Kecamatan Tebing Tinggi; dan
7. jaringan Alai di Kecamatan Tebing Tinggi Barat.

Paragraf 5
Sistem Jaringan Prasarana lainnya
Pasal 21
(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf e meliputi :
a. sistem penyediaan air minum (SPAM);
b. sistem pengelolaan air limbah domestik (SPALD);
c. sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
d. sistem jaringan persampahan wilayah; dan
e. sistem jaringan evakuasi bencana.

(2) SPAM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a meliputi :


a. jaringan perpipaan, terdiri atas :
1. unit air baku berupa intake air, yaitu Kecamatan Rangsang, Kecamatan
Tebing Tinggi Barat, Kecamatan Merbau dan Kecamatan Tasik Putri
Puyu;
2. unit produksi berupa instalasi pengolahan air minum, yaitu Kecamatan
Rangsang, Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kecamatan Merbau,
Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kecamatan Rangsang Pesisir dan
Kecamatan Tasik Putri Puyu;
3. unit distribusi berupa jaringan perpipaan, yaitu Kecamatan Rangsang,
Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kecamatan Merbau, Kecamatan Tebing
Tinggi Timur, Kecamatan Rangsang Pesisir dan Kecamatan Tasik Putri
Puyu; dan
4. unit pelayanan berupa sambungan rumah, berada di seluruh
kecamatan.
b. bukan jaringan perpipaan, terdiri atas :
1. sumur dangkal berada di seluruh kecamatan;
2. sumur pompa berada di seluruh kecamatan;
3. bak penampungan air hujan berada di seluruh kecamatan; dan/atau
4. bangunan penangkap mata air berada di seluruh kecamatan.

(3) SPALD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b meliputi :


a. instalasi pengolahan air limbah (IPAL), yaitu instalasi di seluruh
kecamatan;
b. sistem pembuangan air limbah rumah tangga individual tersebar di seluruh
kecamatan; dan
c. sistem pembuangan air limbah rumah tangga komunal tersebar di seluruh
kecamatan.

(4) Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf c berada di Kecamatan Tebing Tinggi dan
Tebing Tinggi Timur.

(5) Sistem jaringan persampahan wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf d, meliputi :
a. Tempat penampungan sementara (TPS) tersebar di seluruh kecamatan; dan
b. Tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) dengan metode sanitary landfill
berada di Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Tinggi Barat dan
Kecamatan Rangsang Pesisir.

(6) Sistem jaringan evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
e, meliputi :
a. jalur evakuasi, yaitu jalan lokal dan jalan kolektor di seluruh kecamatan
menuju ruang evakuasi terdekat; dan
b. ruang evakuasi bencana berupa ruang dan/atau bangunan tempat
pengungsian bencana meliputi : fasilitas umum, fasilitas sosial, lapangan
terbuka dan taman publik yang tersebar di seluruh kecamatan.

(7) Sistem jaringan evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilengkapi
dengan jalur evakuasi dan petunjuk arah.

BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 22

(1) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten terdiri atas :


a. kawasan peruntukan lindung; dan
b. kawasan peruntukan budidaya.

(2) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam Peta Pola Ruang dengan tingkat ketelitian 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(3) Kawasan yang belum mendapatkan persetujuan substansi perubahan fungsi


dan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan dan/atau
sebaliknya dari Menteri yang membidangi Kehutanan dimasukkan sebagai
kawasan Outline sebagaimana yang telah diatur dalam RTRW Provinsi.
Bagian Kedua
Kawasan Peruntukan Lindung

Pasal 23

Kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)


huruf a meliputi :
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat; dan
c. kawasan konservasi.

Paragraf 1
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Pasal 24

(1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 23 huruf a adalah kawasan hutan lindung; dan

(2) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf seluas
kurang lebih 2.465 (dua ribu empat ratus enam puluh lima) hektar berada di
Kecamatan Rangsang, Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kecamatan Tebing
Tinggi Timur dan Kecamatan Pulaumerbau.

Paragraf 2
Kawasan Perlindungan Setempat

Pasal 25

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf


b meliputi :
a. sempadan pantai; dan
b. sempadan sungai.

(2) Sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang
lebih 2.339 (dua ribu tiga ratus tiga puluh sembilan) hektar berada di
Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kecamatan
Rangsang, Kecamatan Rangsang Barat, Kecamatan Rangsang Pesisir,
Kecamatan Pulaumerbau, Kecamatan Merbau dan Kecamatan Tasik Putri Puyu.

(3) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas kurang
lebih 31 (tiga puluh satu) hektar berada di Kecamatan Tebing Tinggi.

(4) Sempadan pantai dan sempadan sungai yang tidak tergambarkan di dalam pola
ruang mengikuti ketentuan peranturan perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf 3
Kawasan Konservasi

Pasal 26

(1) Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c, yaitu


Kawasan Suaka Alam (KSA).
(2) Kawasan Suaka Alam (KSA) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu Suaka
Margasatwa Tasik Tanjung Padang seluas kurang lebih 5.294 (lima ribu dua
ratus sembilan puluh empat) hektar di Kecamatan Tasik Putri Puyu.
Bagian Ketiga
Kawasan Peruntukan Budidaya
Pasal 27
Kawasan peruntukan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)
huruf b meliputi :
a. kawasan hutan produksi;
b. hutan rakyat;
c. kawasan pertanian;
d. kawasan perikanan;
e. kawasan pertambangan dan energi;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan pariwisata;
h. kawasan permukiman; dan
i. kawasan pertahanan dan keamanan.

Paragraf 1
Kawasan Hutan Produksi
Pasal 28

(1) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a


meliputi :
a. kawasan hutan produksi terbatas (HPT);
b. kawasan hutan produksi tetap (HP); dan
c. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK).

(2) Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a seluas kurang lebih 149.775 (seratus empat puluh sembilan ribu tujuh
ratus tujuh puluh lima) hektar berada di seluruh kecamatan.

(3) Kawasan hutan produksi tetap (HP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b seluas kurang lebih 42.639 (empat puluh dua ribu enam ratus tiga
puluh sembilan) hektar berada di Kecamatan Pulaumerbau, Kecamatan Tebing
Tinggi Barat, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kecamatan Rangsang dan
Kecamatan Rangsang Pesisir.

(4) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 58.700 (lima puluh delapan ribu
tujuh ratus) hektar berada di seluruh kecamatan.

Paragraf 2
Kawasan Hutan Rakyat
Pasal 29

Kawasan Hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b seluas 501
(lima ratus satu) hektar berada di Kecamatan Pulaumerbau, Kecamatan Rangsang,
Kecamatan Rangsang Barat, Kecamatan Rangsang Pesisir dan Kecamatan Tasik
Putri Puyu.

Paragraf 3
Kawasan Pertanian
Pasal 30
(1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c meliputi :
a. kawasan tanaman pangan; dan
b. kawasan perkebunan.
(2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
seluas kurang lebih 31.012 (tiga puluh satu ribu dua belas) hektar berada di
Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kecamatan
Tasik Putri Puyu, Kecamatan Merbau, Kecamatan Pulaumerbau, Kecamatan
Rangsang Barat, Kecamatan Rangsang Pesisir dan Kecamatan Rangsang.
(3) Kawasan perkebunan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b
seluas kurang lebih seluas kurang lebih 46.331 (empat puluh enam ribu tiga
ratus tiga puluh satu) hektar tersebar diseluruh kecamatan.
(4) Sebagian kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) kurang
lebih 3.709 (tiga ribu tujuh ratus sembilan) hektar berada di Kecamatan Tasik
Putri Puyu, Kecamatan Merbau, Kecamatan Pulaumerbau, Kecamatan Tebing
Tinggi Timur, Kecamatan Rangsang, Kecamatan Rangsang Barat, Kecamatan
Rangsang Pesisir.
Paragraf 4
Kawasan Perikanan
Pasal 31
(1) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf d yaitu
kawasan perikanan budidaya.
(2) Kawasan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
di Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kecamatan
Rangsang, Kecamatan Rangsang Barat, Kecamatan Rangsang Pesisir,
Kecamatan Pulaumerbau, Kecamatan Tasik Putri Puyu dan sepanjang perairan
Selat Air Hitam.
Paragraf 5
Kawasan Pertambangan dan Energi
Pasal 32
(1) Kawasan pertambangan dan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf e yaitu kawasan pertambangan minyak dan gas bumi.

(2) Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), seluas kurang lebih 300 (tiga ratus) Hektar berada di Kecamatan
Merbau.
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 33
Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf f, yaitu
sentra industri kecil dan menengah seluas kurang lebih 5 (lima) hektar berada di
Kecamatan Tebing Tinggi Timur.
Paragraf 7
Kawasan Pariwisata

Pasal 34
Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf g meliputi :
a. wisata alam berada di Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Tinggi
Barat, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kecamatan Rangsang, Kecamatan
Rangsang Barat, Kecamatan Rangsang Pesisir, dan Kecamatan Pulau merbau;
b. wisata religi berada Kecamatan Rangsang Barat, Kecamatan Rangsang Pesisir
dan Kecamatan Tasik Putri Puyu; dan
c. wisata buatan berada di Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan Tebing Tinggi
Timur.
Paragraf 8
Kawasan Permukiman
Pasal 35
(1) Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf h lebih,
meliputi :
a. kawasan permukiman perkotaan;
b. kawasan permukiman perdesaan; dan

(2) Kawasan permukiman perkotaan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas
kurang lebih 10.575 (sepuluh ribu lima ratus tujuh puluh lima) hektar
meliputi :
a. kecamatan Tebing Tinggi;
b. kecamatan Rangsang;
c. kecamatan Rangsang Barat;
d. kecamatan Rangsang Pesisir;
e. kecamatan Tebing Tinggi Barat;
f. kecamatan Merbau; dan
g. kecamatan Tebing Tinggi Timur.

(3) Kawasan permukiman perdesaan yang dimaksud ayat (1) huruf b seluas
kurang lebih 9.811 (sembilan ribu delapan ratus sebelas) hektar meliputi :
a. kecamatan Rangsang Barat;
b. kecamatan Pulaumerbau;
c. kecamatan Rangsang Pesisir;
d. kecamatan Tasik Putri Puyu;
e. kecamatan Merbau;
f. kecamatan Tebing Tinggi Barat;
g. kecamatan Tebing Tinggi Timur; dan
h. kecamatan Rangsang.
Paragraf 9
Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Pasal 36
Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf i
meliputi :
a. markas Komando Distrik Militer (Makodim) di Kecamatan Tebing Tinggi barat,
Markas Komando Rayon Militer (Makoramil) 004 berada di Kecamatan Tebing
Tinggi dan Markas Komando Rayon Militer (Koramil) 012 berada di Kecamatan
Merbau;
b. kepolisian Resor (Polres) berada di Kecamatan Tebing Tinggi Barat;
c. kepolisian Sektor (Polsek) berada di Kecamatan Tebing Tinggi, kecamatan Tebing
Tinggi Barat, Kecamatan Rangsang, Kecamatan Rangsang Barat dan Kecamatan
Merbau;
d. pos angkatan laut yang berada di Kecamatan Tebing Tinggi, Pos Pengamat TNI
AL Sei. Rangsang Kecamatan Rangsang Pesisir dan Pos Pengamat TNI AL
Tanjung samak Kecamatan Rangsang, Pos Pengamat TNI AL Tanjung kedabu
Kecamatan Rangsang Pesisir; dan
e. pos Lintas Batas Negara (PLBN) berada di Kecamatan Rangsang Pesisir.
Paragraf 10
Outline
Pasal 37
(1) Rincian kawasan hutan yang dilakukan Outline tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten dengan fungsi kawasan terdiri dari :
a. kawasan permukiman;
b. kawasan Infrastruktur;
c. kawasan perkebunan; dan
d. kawasan pertanian.

(2) Perubahan peruntukan kawasan hutan, perubahan fungsi kawasan hutan dan
penggunaan kawasan hutan dalam pengaturan kawasan hutan yang sudah
dilakukan Outline sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(3) Rincian kawasan hutan yang dilakukan Outline sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digambarkan dalam Peta Rencana Pola Ruang sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

(4) Tabel rincian kawasan hutan yang dilakukan Outline Kawasan yang belum
ditetapkan perubahan peruntukan ruangnya, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 38

(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 huruf d, adalah arahan pembangunan/pengembangan wilayah sesuai
RTRW Kabupaten melalui pelaksanaan program beserta pendanaannya dalam
indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahunan sampai akhir
tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun.

(2) Arahan pemanfaatan ruang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. program utama;
b. lokasi;
c. sumber pendanaan;
d. instansi pelaksana; dan
e. waktu pelaksaanan

(3) Program utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, berisikan usulan
program-program pengembangan wilayah Kabupaten yang diindikasikan
memiliki bobot kepentingan utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan
struktur ruang, pola ruang, meliputi :
a. program utama perwujudan struktur ruang wilayah kabupaten; dan
b. program utama perwujudan pola ruang wilayah kabupaten.

(4) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, berisikan tempat
pelaksanaan program di wilayah administratif Kabupaten.

(5) Sumber pendanaan program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf c bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten, Swasta, Masyarakat dan/atau sumber lain yang
sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d terdiri dari
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Swasta dan
Masyarakat.

(7) Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e terdiri dari 4
(empat) tahapan, yaitu :
a. tahap pertama tahun 2021 - 2025;
b. tahap kedua tahun 2026 - 2030;
c. tahap ketiga tahun 2031 - 2035; dan
d. tahap keempat tahun 2036 – 2040.

(8) Rincian program utama, lokasi, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan
waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Bagian Kedua
Program Utama Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

Pasal 39
(1) Program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) huruf a, meliputi :
a. perwujudan sistem perkotaan; dan
b. perwujudan sistem jaringan prasarana Kabupaten.

(2) Program utama perwujudan sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a, yaitu pengembangan, peningkatan, revitalisasi dan
pemantapan fungsi sistem perkotaan yang holistik, terintegrasi, inklusif,
adaptif serta berkelanjutan, meliputi:
a. program utama perwujudan PKL, meliputi:
1. penyusunan dan Penetapan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi;
2. penyusunan dan penetapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Rencana Detail Tata Ruang;
3. pengembangan fasilitas Pemerintahan;
4. pengembangan fasilitas perdagangan;
5. pengembangan fasilitas permukiman;
6. pengembangan fasilitas pendidikan;
7. pengembangan fasilitas kesehatan;
8. pengembangan kawasan niaga; dan
9. pengembangan kegiatan perikanan.
b. program utama perwujudan PPK, meliputi:
1. penyusunan dan Penetapan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi;
2. penyusunan dan penetapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Rencana Detail Tata Ruang;
3. peningkatan pelayanan pertahanan dan keamanan negara di kawasan
perbatasan negara;
4. pengembangan industri pengolahan sagu; dan
5. pengembangan komoditi pertanian.
c. program utama perwujudan PPL, meliputi:
1. penyusunan pedoman penetapan kebijakan penataan ruang desa;
2. penataan ruang desa;
3. pengembangan sentra produksi hasil pertanian;
4. pengembangan sentra produksi perikanan; dan
5. pengembangan Fasilitas Perdagangan dan Jasa perdesaan.

(3) Perwujudan sistem jaringan prasarana Kabupaten sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) huruf b, meliputi :
a. perwujudan sistem jaringan transportasi;
b. perwujudan sistem jaringan energi;
c. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;
d. perwujudan sistem jaringan sumber daya air; dan
e. perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.

(4) Program utama perwujudan sistem jaringan transportasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) huruf a, yaitu pengembangan, peningkatan, dan
pemantapan kualitas serta jangkauan pelayanan jaringan transportasi yang
terpadu dan terintegrasi, meliputi:
a. pembangunan, pengembangan, pemantapan, dan peningkatan pelayanan
dan kualitas sistem jaringan transportasi darat yang terintegrasi pada
sistem jaringan jalan, meliputi;
1. jaringan jalan nasional yang ada di wilayah kabupaten;
2. jaringan jalan provinsi yang ada di wilayah Kabupaten;
3. jaringan jalan yang menjadi kewenangan kabupaten;
4. jalan desa;
5. jalan khusus;
6. terminal barang; dan
7. terminal penumpang.
b. pembangunan, pengembangan, pemantapan, dan peningkatan pelayanan
dan kualitas sistem jaringan transportasi darat yang terintegrasi pada
sistem jaringan sungai, danau dan penyebrangan, meliputi :
1. pelabuhan penyebrangan kelas I;
2. pelabuhan penyebrangan kelas II;
3. pelabuhan penyebrangan kelas III; dan
4. lintas penyebrangan antar provinsi.
c. pembangunan, pengembangan, pemantapan, dan peningkatan pelayanan
dan kualitas sistem jaringan transportasi darat yang terintegrasi pada
sistem jaringan transportasi laut, meliputi :
1. pelabuhan pengumpul;
2. pelabuhan pengumpan regional; dan
3. pelabuhan pengumpan lokal.
d. penataan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP); dan
e. pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

(5) Program utama perwujudan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) huruf b, yaitu pengembangan, peningkatan, dan pemantapan
keterpaduan serta kualitas akses jaringan energi, meliputi :
a. pengamanan objek vital;
b. peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan jaringan yang menyalurkan
minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan
dan/atau tempat penyimpanan;
c. peningkatan kapasitas infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan
sarana pendukungnya;
d. peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur penyaluran
tenaga listrik dan sarana pendukungnya; dan
e. pengembangan energi baru terbarukan.

(6) Program utama perwujudan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) huruf c, yaitu pengembangan, peningkatan, dan
pemantapan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi,
meliputi:
a. pengaturan, pembangunan dan pengelolaan dalam penggunaan sistem
jaringan serat optik;
b. pengaturan, pembangunan dan pengelolaan dalam penggunaan Base
Transciever Station (BTS) Bersama; dan
c. pengembangan dan peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan jaringan.

(7) Program utama perwujudan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d, yaitu pengembangan, peningkatan, dan
pemantapan kualitas dan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air,
meliputi:
a. perencanaan dan penetapan kebijakan sistem jaringan sumber daya air;
b. pelindungan dan pengendalian pemanfaatan sumber air;
c. penetapan, pelindungan dan pemantapan sumber air permukaan;
d. perlindungan, pengamanan, peningkatan, dan pemantapan fungsi, daya
dukung dan kualitas cekungan air tanah;
e. perlindungan, pengamanan, peningkatan, dan pemantapan fungsi, daya
dukung dan kualitas Daerah Aliran Sungai;
f. peningkatan dan pengembangan sistem jaringan irigasi;
g. pembangunan dan peningkatan sistem pengendalian banjir;
h. peningkatan kualitas serta cakupan pelayanan jaringan air baku untuk air
bersih; dan
i. peningkatan kualitas serta cakupan pelayanan jaringan air bersih ke
kelompok pengguna masyarakat.

(8) Program utama perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) huruf e, yaitu pengembangan, peningkatan, dan
pemantapan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana
lainnya, meliputi:
a. penyusunan dan penetapan kebijakan pengembangan sistem jaringan
prasarana lainnya;
b. penyusunan dan penetapan kebijakan kajian lingkungan pengembangan
sistem jaringan prasarana lainnya;
c. pembangunan, pengembangan, peningkatan, dan pemantapan kualitas dan
jangkauan pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);
d. pembangunan, pengembangan, peningkatan, dan pemantapan kualitas dan
jangkauan pelayanan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD);
e. pembangunan, pengembangan, peningkatan, dan pemantapan kualitas dan
jangkauan pelayanan sistem pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3);
f. pembangunan, pengembangan, peningkatan, dan pemantapan kualitas dan
jangkauan pelayanan sistem jaringan persampahan wilayah; dan
g. pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan evakuasi
bencana.

Bagian Ketiga
Program Utama Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Pasal 40

(1) Program utama perwujudan pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 ayat (3) huruf b, meliputi :
a. program utama perwujudan kawasan peruntukan lindung; dan
b. program utama perwujudan kawasan peruntukan budidaya.

(2) Program utama perwujudan kawasan peruntukan lindung sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. program utama perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya;
b. program utama perwujudan kawasan perlindungan setempat; dan
c. program utama perwujudan kawasan konservasi.

(3) Program utama perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap


kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, yaitu
peningkatan dan pemantapan kualitas fungsi perlindungan terhadap kawasan
bawahannya meliputi :
a. perencanaan dan penetapan kebijakan perlindungan kawasan;
b. peningkatan dan pemantapan kualitas fungsi perlindungan kawasan;
c. pemantauan dan evaluasi pemanfaatan kawasan;
d. pengendalian pemanfaatan ruang;
e. peningkatan kesadaran pemerintah daerah, masyarakat, swasta, penegak
hukum dalam tata kelola kawasan; dan
f. perencanaan dan pengembangan pengelolaan lahan gambut.

(4) Program utama perwujudan kawasan perlindungan setempat sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf b, yaitu penataan, peningkatan dan pemantapan
kualitas sempadan, meliputi :
a. penataan kawasan;
b. penataan bangunan dan lingkungan;
c. pembangunan, peningkatan, dan pengembangan ruang terbuka
hijau/penghijauan;
d. perencanaan dan pengembangan pengelolaan lahan gambut;
e. pembangunan, peningkatan, dan pemantapan infrastruktur perlindungan
dan pengamanan kawasan; dan
f. pengendalian pemanfaatan kawasan sempadan.

(5) Program utama perwujudan kawasan konservasi, sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf c, yaitu pengembangan, peningkatan, dan pemantapan
keberlangsungan fungsi utama, kualitas nilai dan keanekaragaman, meliputi :
a. inventarisasi, pemantauan, dan evaluasi pemanfaatan kawasan;
b. penetapan dan pemantapan pengelolaan kawasan;
c. perencanaan dan pengembangan pengelolaan lahan gambut;
d. pemantapan perlindungan dan pengamanan kawasan; dan
e. peningkatan, pengembangan, dan pemantapan infrastruktur kawasan.

(6) Program utama perwujudan kawasan peruntukan budidaya sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) huruf b, meliputi:
a. program utama perwujudan kawasan hutan produksi;
b. program utama perwujudan kawasan pertanian;
c. program utama perwujudan kawasan perikanan;
d. program utama perwujudan kawasan pertambangan dan energi;
e. program utama perwujudan kawasan peruntukan industri;
f. program utama perwujudan kawasan pariwisata;
g. program utama perwujudan kawasan permukiman; dan
h. program utama perwujudan kawasan pertahanan dan keamanan.

(7) Program utama perwujudan kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud


pada ayat (6) huruf a, yaitu pengembangan, peningkatan, dan pemantapan
produksi hasil hutan, meliputi:
a. pemantauan dan evaluasi pemanfaatan kawasan hutan produksi;
b. rehabilitasi hutan dan lahan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan pesisir
pantai;
c. penetapan tata batas kawasan hutan produksi;
d. pengembangan budidaya agroforestri sebagai lumbung ketahanan pangan
dan rehabilitasi lahan;
e. perencanaan dan pengembangan pengelolaan lahan gambut; dan
f. percepatan perhutanan sosial.

(8) Program utama perwujudan kawasan pertanian sebagaimana dimaksud pada


ayat (6) huruf b, yaitu pengembangan dan peningkatan produksi serta sentra
pengolahan, tata kelola distribusi, dan penguatan kelembagaan bagi pemanfaat
kawasan pertanian, meliputi:
a. perencanaan, pemantauan dan evaluasi pemanfaatan serta komoditas
kawasan;
b. pengendalian dan penanggulangan bencana pertanian;
c. pengembangan kawasan pertanian berwawasan agropolitan;
d. identifikasi, pemetaan, penetapan, dan pemantapan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B);
e. pengembangan dan peningkatan keterpaduan akses dan distribusi dari
sumber produksi ke simpul distribusi;
f. perencanaan dan pengembangan pengelolaan lahan gambut
g. pengawasan penggunaan sarana kawasan pertanian; dan
h. pengembangan dan penguatan kelembagaan petani.

(9) Program utama perwujudan kawasan perikanan sebagaimana dimaksud pada


ayat (6) huruf c, yaitu pengembangan dan peningkatan kualitas produksi dan
distribusi serta sarana penunjang kawasan, meliputi:
a. perencanaan, pengembangan, peningkatan, pemantauan dan evaluasi
pemanfaatan kawasan;
b. pengembangan sentra budidaya perikanan;
c. pengembangan dan penguatan kelembagaan nelayan;
d. pemantapan dan peningkatan pemberdayaan usaha kecil pembudidayaan
ikan;
e. inovasi hasil pengolahan dan penguatan jaringan pemasaran perikanan;
f. pengembangan produktivitas perikanan tangkap dan budidaya;
g. peningkatan kapasitas sumber daya masyarakat perikanan; dan
h. pengembangan dan peningkatan keterpaduan akses dan distribusi dari
sumber produksi ke simpul distribusi.

(10) Program utama perwujudan kawasan pertambangan dan energi sebagaimana


dimaksud pada ayat (6) huruf d, yaitu eksplorasi dan eksploitasi,
pengembangan, peningkatan serta pengendalian pemanfaatan sumber daya
pada kawasan pertambangan dan energi, meliputi:
a. inventarisasi daerah yang berpotensi untuk usaha pertambangan;
b. penetapan zonasi kawasan pertambangan;
c. pemantauan dan pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar kawasan;
d. rehabilitasi hutan dan lahan pasca tambang; dan
e. perencanaan dan pengembangan pengelolaan lahan gambut.

(11) Program utama perwujudan kawasan peruntukan industri sebagaimana


dimaksud pada ayat (6) huruf e, yaitu penataan, pengembangan, dan
peningkatan keterkaitan industri, invensi produksi bernilai tambah tinggi, dan
kualitas sarana dan prasarana kawasan, meliputi:
a. penyusunan, penetapan, pemantauan dan evaluasi Rencana Induk
pengembangan Industri Kabupaten;
b. perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan kawasan;
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan perizinan industri kecil dan
menengah;
d. pengembangan kawasan sentra industri kecil dan menengah;
e. peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dalam
mendukung penyelenggaraan perwujudan kawasan industri;
f. pengembangan dan penguatan industrial linkage (keterkaitan industri)
yang memiliki nilai tambah (value added);
g. dukungan pengelolaan kawasan industri dan perizinan terkait dengan
pengembangan kawasan industri; dan
h. perencanaan dan pengembangan pengelolaan lahan gambut.

(12) Program utama perwujudan kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada


ayat (6) huruf f, yaitu penataan, pengembangan, dan peningkatan kualitas
sarana dan prasarana serta akses kawasan dalam mendukung promosi wisata,
meliputi:
a. perencanaan, monitoring, dan evaluasi Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah (RIPPARDA) dan profil wisata daerah Kabupaten
berbasis spasial;
b. penataan kawasan dan penataan bangunan dan lingkungan;
c. pemantapan dan peningkatan pengelolaan destinasi wisata;
d. pemantauan dan evaluasi penetapan tanda daftar usaha pariwisata;
e. pemasaran pariwisata dalam dan luar negeri daya tarik, destinasi, dan
kawasan strategis pariwisata;
f. penyediaan prasarana (zona kreatif/ruang kreatif/kota kreatif) sebagai
ruang berekspresi, berpromosi, dan berinteraksi bagi insan kreatif;
g. revitalisasi kawasan tradisional/bersejarah, kawasan pariwisata dan
kawasan lain;
h. peningkatan kapasitas sumber daya manusia pariwisata dan ekonomi
kreatif melalui kelembagaan pariwisata;
i. peningkatan dan pengembangan objek wisata prioritas;
j. peningkatan, pengembangan dan pemantapan infrastruktur penunjang
pariwisata; dan
k. perencanaan dan pengembangan pengelolaan lahan gambut.

(13) Program utama perwujudan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud


pada ayat (6) huruf g, yaitu pengembangan, penataan kawasan, penataan
bangunan dan lingkungan, revitalisasi, peningkatan sarana dan prasarana
kawasan permukiman, meliputi :
a. inventarisasi, penataan, pembangunan dan pengamanan fasilitas sosial;
b. penataan dan rehabilitasi lingkungan kawasan permukiman kumuh;
c. pengembangan, dan penataan sistem jaringan transportasi yang
terintegrasi guna mendukung konektivitas antar kawasan terutama pada
daerah perbatasan negara;
d. penguatan pelayanan aktivitas sistem perkotaan;
e. penataan kawasan, serta penataan bangunan dan lingkungan kawasan
perlindungan setempat;
f. pengembangan, peningkatan dan pemantapan penyehatan lingkungan
permukiman;
g. pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan prasarana
kawasan; dan
h. perencanaan dan pengembangan pengelolaan lahan gambut.

(14) Program utama perwujudan kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana


dimaksud ayat (6) huruf h, yaitu pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan pertahanan dan keamanan meliputi pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan dengan pola kerjasama.

BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 41
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 42
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Kabupaten
dalam menyusun peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi rencana struktur ruang wilayah
Kabupaten; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi rencana pola ruang wilayah Kabupaten.
Pasal 43
Ketentuan umum peraturan zonasi rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar jaringan prasarana.
Pasal 44
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 huruf a meliputi :
a. sistem perkotaan PKL;
b. sistem perkotaan PPK; dan
c. sistem perkotaan PPL.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem perkotaan PKL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. diperbolehkan kegiatan pusat pemerintahan kabupaten, perdagangan dan
jasa regional sub regional, pendidikan, kesehatan, peribadatan,
transportasi, kawasan niaga, pergudangan, pengolahan hasil pertanian,
perikanan dan kegiatan lainnya skala pelayanan Kabupaten;
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. penyediaan areal parkir dan ruang terbuka hijau bagi setiap kegiatan
perdagangan barang dan jasa;
2. kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a, yang memenuhi
persyaratan teknis dan tidak menganggu fungsi PKL; dan
3. kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a, yang memenuhi
persyaratan teknis dan tidak menganggu fungsi PKL.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menganggu fungsi PKL dan kegiatan
yang merusak dan/atau mencemari lingkungan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem perkotaan PPK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. diperbolehkan kegiatan perdagangan dan jasa, industri pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian, pemerintahan, pendidikan, kesehatan,
peribadatan, transportasi, pergudangan, ruang terbuka hijau dan kegiatan
lainnya skala pelayanan kecamatan;
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, yang memenuhi persyaratan teknis dan tidak menganggu fungsi
PPK; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menganggu fungsi PPK dan kegiatan
yang merusak dan/atau mencemari lingkungan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem perkotaan PPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. diperbolehkan kegiatan perdagangan dan jasa, pemasaran hasil pertanian,
pemerintahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan, transportasi, dan
kegiatan infrastruktur pedesaan lainnya skala pelayanan
antardesa/kelurahan;
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, yang memenuhi persyaratan teknis dan tidak menganggu fungsi
PPL; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menganggu fungsi PPL dan kegiatan
yang merusak dan/atau mencemari lingkungan.
Pasal 45
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan prasarana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf b ditetapkan sebagai berikut :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
transportasi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan energi;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
telekomunikasi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan sumber
daya air; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
prasarana lainnya.
Pasal 46
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan tansportasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf a meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan disekitar sistem transportasi
darat;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan disekitar sistem transportasi
laut; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan disekitar sistem transportasi
udara.
Pasal 47
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di disekitar sistem transportasi
darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf a ditetapkan sebagai
berikut :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
jalan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
sungai, danau dan penyebrangan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pembangunan dan pengembangan jalur hijau (green belt) di sekitar
sistem jaringan jalan;
2. pengembangan kegiatan dan pendirian bangunan yang memiliki
kesesuaian fungsi jaringan jalan dan skala pelayanan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
3. pemanfaatan ruang disepanjang sisi jaringan jalan dengan
menyediakan ruang penyangga berupa sempadan bangunan yang
bervariasi sesuai fungsi jaringan jalan dan peruntukan kawasan;
4. ruang manfaat jalan untuk median, perkerasan jalan jalur pemisah,
bahu jalan, badan jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang
pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan,
dan bangunan pelengkap lainnya;
5. ruang milik jalan untuk ruang manfaat jalan, pelebaran jalan,
penambahan jalur lalu lintas, bangunan pelengkap lainnya, dan ruang
untuk pengamanan jaringan jalan; dan
6. ruang pengawasan jalan untuk ruang terbuka hijau yang bebas
pandang.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. pembangunan bangunan gedung dan jaringan utilitas, media informasi
dalam ruang milik jalan;
2. kegiatan atau fasilitas untuk kepentingan publik yang diizinkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undanga;
3. analisis dampak lalu lintas sebagai persyaratan izin mendirikan
bangunan bagi pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan yang
berpotensi menganggu kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan;
4. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta
api dengan jaringan jalan;
5. pemindahan trase rencana jaringan jalan dan/atau penggunaan
teknologi untuk tidak mengganggu daya dukung daya tampung dan
jasa ekosistem tinggi;
6. penyelesaian penguasaan lahan dan tata batas kawasan hutan pada
sistem jaringan jalan; dan
7. rekayasa jalur hidrologi maupun pembangunan drainase dengan
teknologi tepat guna dan tepat sasaran di sekitar sistem jaringan jalan.
c. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu
kepentingan operasi dan keselamatan transportasi darat.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
angkutan sungai, danau dan penyebrangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b ditetapkan yaitu :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pengembangan ruang terbuka hijau (RTH dan kegiatan pengembangan
pelabuhan dan kegiatan penyebrangan dengan memperhatikan
keselamatan dan keamanan pelayaran;
2. pembangunan pelabuhan sungai dan danau dilaksanakan berdasarkan
persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian lingkungan, dengan
memperhatikan keterpaduan intra dan antarmoda transportasi; dan
3. pembangunan fasilitas pokok wilayah daratan dan wilayah perairan
pelabuhan penyebrangan.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. pemanfaatan ruang di sekitar pelabuhan penyebrangan yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. permukiman yang telah ada sebelumnya di sekitar sistem jaringan
sungai, danau dan penyeberangan;
3. Pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun dengan
menggunakan kapal mengikuti ketentuan dan perundangan yang
berlaku;
4. pembangunan fasilitas penunjang wilayah daratan dan wilayah perairan
pelabuhan sungai dan danau; dan
5. kegiatan untuk kepentingan keselamatan dan keamanan pelayaran,
desain dan pekerjaan pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan,
serta reklamasi.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu penyelenggaraan
sistem jaringan penyebrangan dan kegiatan yang membahayakan
keselamatan pelayaran.
Pasal 48
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan disekitar sistem jaringan
transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b ditetapkan
sebagai berikut:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar pelabuhan laut; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi alur pelayaran laut.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi di sekitar kawasan pelabuhan laut


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) dan kegiatan pemanfaatan
ruang atau kegiatan di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan
dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. fasilitas untuk menjamin kelancaran pengoperasian pelabuhan dan
arus penumpang dan barang; dan
3. kegiatan alih moda transportasi dan alih muat penumpang serta barang
dengan memperhatikan keselamatan dan keamanan pelabuhan,
pelayaran serta pengelolaan lingkungan.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. permukiman yang telah ada sebelumnya di sekitar sistem jaringan
transportasi laut;
2. pemanfaatan ruang di dalam dan di sekitar pelabuhan dengan
memperhatikan kebutuhan ruang untuk operasional, fasilitas
penunjang dan pengembangan kawasan pelabuhan;
3. Pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun dengan
menggunakan kapal mengikuti ketentuan dan perundangan yang
berlaku; dan
4. untuk kepentingan keselamatan dan keamanan pelayaran, desain dan
pekerjaan pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan, serta
reklamasi.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat menganggu penyelenggaraan
sistem jaringan transportasi laut.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pada alur pelayaran laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan sebagai berikut :
a. Diperbolehkan kegiatan yang mendukung aktivitas pada alur pelayaran
dengan memperhatikan keseimbangan dan pelestarian pesisir dan pantai
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. pemanfaatan ruang pada alur pelayaran selama tidak mengganggu
aktivitas pelayaran;
2. pemanfaatan ruang di pulau-pulau kecil di sepanjang alur pelayaran
selama tidak mengganggu aktivitas pelayaran; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada
keberadaan alur pelayaran.
Pasal 49
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan transportasi
udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf c ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH)di sekitar
sistem jaringan transportasi udara;
b. diperbolehkan bersyarat bangunan dan kegiatan di sekitar bandar udara
dengan memperhatikan ketentuan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP) sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan; dan
c. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang di sekitar bandar udara yang dapat
menganggu fungsi kawasan di sekitar bandar udara atau dapat mengganggu
fungsi bandar udara.
Pasal 50
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar Sistem Jaringan Energi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf b ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi pembangunan atau pengembangan ruang
terbuka hijau, dan jalur hijau (green belt) dengan memperhitungkan aspek
keamanan dan keselamatan jaringan serta kawasan di sekitar jaringan;
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan untuk jaringan pipa minyak dan gas bumi dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang di sekitar dan memperhitungkan aspek keamanan serta
keselamatan kawasan;
2. kegiatan budidaya pertanian di sekitar jaringan perpipaan dan instalasi
dengan jenis tanaman yang tidak mengganggu jaringan pipa serta instalasi
minyak dan gas bumi;
3. kegiatan pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit tenaga listrik dengan
memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain;
4. kegiatan yang memanfaatkan lahan dan/atau mendirikan bangunan di
sekitar jaringan transmisi dengan memperhatikan ketentuan larangan
pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. tidak diperbolehkan bangunan dan kegiatan yang mengganggu jaringan
transmisi tenaga listrik, jaringan perpipaan serta instalasi minyak dan gas
bumi.
Pasal 51

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan


telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf c ditetapkan sebagai
berikut ini :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH);
2. kegiatan pengembangan sarana penunjang yang tidak mengganggu fungsi
utama kawasan;
3. penggunaan sistem jaringan telekomunikasi secara bersama-sama sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan yang bertujuan untuk penempatan stasiun bumi dan menara
pemancar telekomunikasi dengan memperhitungkan aspek keamanan dan
keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya;
2. penempatan menara telekomunikasi memperhatikan keserasian dengan
lingkungan sekitarnya;
3. pembangunan menara pemancar telekomunikasi di kawasan yang sifat dan
peruntukannya memiliki karakteristik tertentu dengan wajib memenuhi
ketentuan perundang-undangan untuk kawasan tersebut;
4. pembangunan menara pemancar telekomunikasi di kawasan yang sifat dan
peruntukannya memiliki karakteristik tertentu dengan wajib memenuhi
ketentuan perundang-undangan untuk kawasan tersebut. dan
c. tidak diperbolehkan pendirian bangunan di sekitar jaringan telekomunikasi
yang dapat membahayakan keamanan dan keselamatan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 52
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan sumber daya
air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf d ditetapkan sebagai berikut ini :
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi :
1. kegiatan pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air,
operasi dan pemeliharaan, serta konservasi sumber daya air untuk
menunjang keberlanjutan pembangunan;
2. pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada
daerah irigasi;
3. konservasi air dan tanah;
4. normalisasi dan/atau naturalisasi sistem jaringan sumber daya air;
5. pembangunan atau pengembangan ruang terbuka hijau di sekitar jaringan;
6. kegiatan budidaya yang tidak menganggu pengelolaan sarana dan
prasarana sumber daya air; dan
7. sarana dan prasarana pengelolaan sumber daya air;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi :
1. kegiatan budidaya yang tidak merusak lingkungan dan bentang alam
serta menganggu kualitas maupun kuantitas air;
2. pembangunan sistem pengendali banjir yang wajib menyediakan jalan
inspeksi di kanan dan di kiri saluran;
3. kegiatan berupa pelebaran jalan, pembuatan jembatan, pemasangan
rentangan kabel listrik, kabel telepon, pipa air minum, pipa gas,
mikrohidro dan kegiatan yang bersifat sosial untuk kepentingan umum
sepanjang tidak mengganggu fisik dan fungsi jaringan irigasi dan ruang
sempadan jaringan irigasi; dan
4. kegiatan pariwisata, dan pendidikan yang tidak merusak kualitas dan
kuantitas sumber daya air.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang dapat merusak dan
menganggu fungsi sumber daya serta sarana dan prasarana pendukungnya.
Pasal 53
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf e
meliputi :
a. ketentuan umum peraturan Zonasi Kawasan di sekitar Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM);
b. ketentuan umum peraturan Zonasi Kawasan di sekitar Sistem Pengelolaan
Air Limbah Domestik (SPALD);
c. ketentuan umum peraturan Zonasi Kawasan di sekitar Sistem Pengelolaan
Limbah Berbahaya dan Beracun (B3);
d. ketentuan umum peraturan Zonasi Kawasan di sekitar Sistem Jaringan
Persampahan Wilayah; dan
e. ketentuan umum peraturan Zonasi Kawasan di sekitar Sistem Jaringan
Evakuasi Bencana.

(2) Ketentuan umum Peraturan Zonasi Kawasan di sekitar Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a di dtetapkan
sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH);
2. kegiatan pembangunan prasarana Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM);
3. dan kegiatan pembangunan prasarana penunjang Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM); dan
4. kegiatan yang tidak mengganggu Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan pengembangan kegiatan budidaya yang
dapat menganggu pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM); dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan meliputi kegiatan yang mengganggu
keberlangsungan fungsi penyediaan air minum, mengakibatkan kerusakan
prasarana dan sarana penyedia air minum.

(3) Ketentuan umum Peraturan Zonasi Kawasan di sekitar Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik (SPALD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pengembangan ruang terbuka hijau (RTH); dan
2. kegiatan untuk mereduksi sumber limbah dan dampak limbah.
b. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang untuk jaringan pengelolaan
air limbah pada kawasan permukiman padat penduduk dan diberi jarak;
dan
c. tidak diperbolehkan pembuangan air limbah ke media lingkungan hidup
melampaui standar baku mutu air limbah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

(4) Ketentuan umum Peraturan Zonasi Kawasan di sekitar Sistem Pengelolaan


Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH);
b. diperbolehkan bersyarat pembangunan unit pengolahan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) dengan memperhatikan prinsip-prinsip
keamanan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pengembangan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi utama
kawasan; dan
2. pemanfaatan ruang untuk pengolahan limbah B3 di kawasan
permukiman.

(5) Ketentuan umum Peraturan Zonasi Kawasan di sekitar Sistem Jaringan


Persampahan Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan
sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH);
2. pengembangan sistem pengelolaan persampahan melalui metode
controlled landfill atau sanitary landfill; dan
3. kegiatan pengembangan sarana prasarana yang mendukung TPS dan
TPA.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. pembangunan sarana sistem jaringan energi;
2. pembangunan fasilitas umum dengan memperhatikan prinsip-prinsip
keamanan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan yang mengganggu sistem pengelolaan persampahan; dan
2. permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan, dan kesehatan di
sekitar TPA.
(6) Ketentuan umum Peraturan Zonasi Kawasan di sekitar Sistem Jaringan
Evakuasi Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e ditetapkan
sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH);
b. diperbolehkan bersyarat fasilitas umum yang menunjang fungsi prasarana
dan sarana evakuasi bencana; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat menganggu fungsi penyediaan
sarana dan prasarana evakuasi bencana.
Pasal 54

Ketentuan umum peraturan zonasi rencana pola ruang wilayah kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf b meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lindung; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan budidaya.

Pasal 55
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lindung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 54 huruf a ditetapkan sebagai berikut :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan konservasi.
Pasal 56
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf
a yaitu ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan lindung.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan lindung sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan yang mendukung fungsi kawasan hutan lindung sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan
2. kegiatan latihan militer tanpa mengurangi fungsi kawasan dan tutupan
vegetasi.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan pendidikan, penelitian, wisata alam dan kegiatan lain di luar
kegiatan kehutanan dengan tidak mengubah bentang alam dan tidak
merusak unsur-unsur keseimbangan lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
2. pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan
hasil hutan bukan kayu sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
3. kegiatan pengelolaan sumber daya hutan yang berbasis pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan dibawah pengawasan pemerintah;
4. pembangunan prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan dan mendapatkan persetujuan dari instansi terkait; dan
5. Seluruh kegiatan yang berada pada ekosistem gambut dengan
ketebalan lebih dari 3 meter harus dikelola dengan mempertimbangkan
upaya meminimalisir perubahan tata air dan ekosistem khas, dan
mengembalikan material sedimen yang masuk melalui badan air.
c. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan budidaya yang dapat
mengakibatkan perubahan dan perusakan kawasan hutan lindung dan
ekosistemnya.
Pasal 57
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf b meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi sempadan pantai; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi sempadan sungai.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sempadan pantai sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a sebagai berikut ini :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH);
2. kegiatan budidaya pesisir, ekowisata, wisata bahari, dan perikanan
tradisional;
3. kegiatan reboisasi dan konservasi; dan
4. kegiatan pembangunan pengamanan pantai dan atau alat pengamanan
pantai.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan budidaya seperti kegiatan penelitian, pembangunan prasarana
dermaga, bangunan pengendali air, dan sistem peringatan dini (early
warning system);
2. kegiatan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian kawasan;
3. permukiman yang telah ada sebelum ditetapkan sebagai kawasan
sempadan pantai;
4. penyediaan fasilitas sosial atau fasilitas umum;
5. bangunan prasarana sumber daya air, fasilitas jembatan dan dermaga,
pelabuhan, terminal khusus, terminal untuk kepentingan sendiri, jalur
pipa gas dan air minum, rentangan kabel listrik dan telekomunikasi,
dan bangunan ketenagalistrikan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
6. kegiatan pengembangan infrastruktur pengendalian abrasi dan infiltrasi
air laut.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan pemanfaatan ruang yang mengurangi kualitas pantai;
2. kegiatan permukiman baru;
3. kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat mengancam kawasan pantai
yang memiliki ekosistem bakau;
4. kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis dan estetika
kawasan sempadan pantai; dan
5. kegiatan yang mengganggu bentang alam, pelestarian fungsi pantai,
dan akses terhadap kawasan sempadan pantai.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sempadan sungai sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b sebagai berikut ini :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH); dan
2. kegiatan reboisasi dan konservasi.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan pemanfaatan ruang untuk prasarana bangunan pengelolaan
badan air dan/atau pemanfaatan air;
2. kegiatan penelitian dan pendidikan;
3. permukiman yang telah ada sebelum ditetapkan sebagai kawasan
sempadan pantai;
4. bangunan prasarana sumber daya air, fasilitas jembatan dan dermaga,
pelabuhan, terminal khusus, terminal untuk kepentingan sendiri, jalur
pipa gas dan air minum, rentangan kabel listrik dan telekomunikasi,
dan bangunan ketenagalistrikan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5. kegiatan untuk aktivitas wisata alam dengan tidak mengganggu
kualitas air sungai dan memperhatikan teknis keamanan dan
keselamatan;
6. kegiatan pengembangan infrastruktur pengendalian ablasi dan erosi
tebing sungai;
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan pemanfaatan ruang yang mengurangi kualitas sungai;
2. kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat mengancam kawasan
sempadan sungai yang memiliki ekosistem bakau;
3. kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis dan estetika
kawasan sempadan sungai; dan
4. kegiatan dan bangunan yang mengancam dan menurunkan kualitas
sungai.
Pasal 58
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Konservasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 huruf c yaitu kawasan Kawasan Suaka Alam (KSA).
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam (KSA) sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian kawasan konservasi
alam dan kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan fungsi konservasi;
2. kegiatan inventarisasi dan monitoring sumber daya alam hayati dengan
ekosistemnya;
3. pembinaan habitat dan populasi dalam rangka mempertahankan
keberadaan populasi hidupan liar;
4. penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; dan
5. penyelenggaraan upacara adat budaya dan/atau keagamaan.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. pemanfaatan ruang untuk kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata
alam dengan tidak mengubah bentang alam dan tidak merusak unsur-
unsur keseimbangan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
2. bangunan prasarana sumber daya air, fasilitas jembatan dan dermaga,
pelabuhan, terminal khusus, terminal untuk kepentingan sendiri, jalur
pipa gas dan air minum, rentangan kabel listrik dan telekomunikasi,
dan bangunan ketenagalistrikan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3. Permukiman masyarakat yang bersifat sementara yang keberadaannya
telah ada sebelum penetapan kawasan sebagai Kawasan Suaka Alam;
dan
4. Seluruh kegiatan yang berada pada ekosistem gambut dengan
ketebalan lebih dari 3 meter harus dikelola dengan mempertimbangkan
upaya meminimalisir perubahan tata air dan ekosistem khas, dan
mengembalikan material sedimen yang masuk melalui badan air.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. seluruh kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi pemanfaatan suaka
margasatwa; dan
2. kegiatan yang mengubah bentang alam dan ekosistem, merusak dan
mengganggu kelestarian flora dan fauna, serta keanekaragaman hayati.

Pasal 59
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54 huruf b ditetapkan sebagai berikut :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan rakyat;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan;
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan dan energi;
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri;
g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata;
h. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman; dan
i. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan.

Pasal 60
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 huruf a ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pemanfaatan kawasan hutan, jasa lingkungan, dan hasil hutan kayu serta
bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu dengan
memperhatikan penyelenggaraan perlindungan hutan;
2. pemanfaatan untuk kegiatan pertambangan dan energi serta pertahanan
dan keamanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. kegiatan yang tidak mengolah tanah secara intensif atau merubah bentang
alam yang dapat menjadi penyebab bencana alam;
4. penetapan, peningkatan dan pemantapan daerah penyanggga di sekitar dan
di dalam kawasan hutan produksi; dan
5. kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan dan pelestarian sumber
daya air serta kekayaan flora dan fauna.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. perhutanan sosial;
2. kegiatan pariwisata;
3. pembangunan infrastruktur untuk mendukung pengelolaan kawasan dan
pemanfaatan hasil hutan sesuai dengan mekanisme ketentuan peraturan
perundang-undangan;
4. bangunan prasarana sumber daya air, fasilitas jembatan dan dermaga,
pelabuhan, terminal khusus, terminal untuk kepentingan sendiri, jalur pipa
gas dan air minum, rentangan kabel listrik dan telekomunikasi, dan
bangunan ketenagalistrikan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
5. pertambangan dan energi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan;
6. pemanfaatan kawasan harus diupayakan untuk menyerap sebesar mungkin
tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal;
7. pembangunan sarana dan prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
8. pemanfaatan air tanah sesuai ketentuan peraturan perundang undangan;
9. pembangunan jalur dan ruang evakuasi bencana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
10. Seluruh kegiatan yang berada pada ekosistem gambut dengan ketebalan
lebih dari 3 meter harus dikelola dengan mempertimbangkan upaya
meminimalisir perubahan tata air dan ekosistem khas, dan mengembalikan
material sedimen yang masuk melalui badan air.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan diluar pemanfaatan kawasan hutan, jasa lingkungan, dan hasil
hutan kayu serta bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan
bukan kayu; dan
2. perusakan ekosistem yang dilindungi.
Pasal 61
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 huruf b meliputi:
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan yang tidak mengolah tanah secara intensif atau merubah bentang
alam yang dapat menjadi penyebab bencana alam;
2. penetapan, peningkatan dan pemantapan daerah penyanggga di sekitar dan
di dalam kawasan hutan produksi; dan
3. kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan dan pelestarian sumber
daya air serta kekayaan flora dan fauna
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan budidaya lainnya selama tidak mengganggu
dan dapat bersinergi dengan fungsi hutan rakyat; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi dan kegiatan
hutan rakyat.
Pasal 62
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 huruf c meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan tanaman pangan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan tanaman pangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pengembangan sarana dan prasarana pendukung pengembangan
tanaman pangan dengan memperhatikan daya dukung kawasan;
2. pengembangan sarana dan prasarana pendukung pengembangan
hortikultura dengan memperhatikan daya dukung kawasan;
3. kegiatan industri pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil
pertanian dan pemasaran hasil industri pertanian;
4. pemanfaatan sumber daya air dalam pengelolaan pertanian secara
berkelanjutan;
5. kegiatan pariwisata berbasis pertanian; dan
6. pemanfaatan ruang untuk lahan pertanian hortikultura sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan wisata alam, penelitian dan pendidikan;
2. pembangunan sarana penunjang perikanan dengan tetap
memperhatikan fungsi kawasan;
3. kegiatan pengembangan infrastruktur pengendalian abrasi dan infiltrasi
air laut;
4. alih fungsi lahan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan pertanian
pangan berkelanjutan (KP2B) untuk kepentingan umum dan bencana
alam dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pengembangan permukiman;
2. pendirian bangunan yang menganggu saluran irigasi; dan
3. penggunaan lahan dengan mengabaikan kelestarian lingkungan untuk
kegiatan pertanian.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pembangunan sarana dan prasarana wilayah;
2. permukiman petani atau permukiman perdesaan dengan kepadatan
rendah yang didukung oleh sarana dan prasarana permukiman
penunjangnya;
3. kegiatan budidaya peternakan;
4. penghijauan dan penghijauan lingkungan; dan
5. sistem pertanian campuran (mix farming) sesuai dengan potensi yang
ada secara terbatas, misalnya campuran dengan peternakan dan
budidaya perkebunan lainnya.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. bangunan yang bersifat mendukung kegiatan perkebunan;
2. pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan sesuai dengan
peraturan perundang- undangan;
3. pembangunan sarana penunjang perkebunan dan peternakan dengan
tetap memperhatikan fungsi kawasan;
4. kegiatan pengembangan infrastruktur pengendalian abrasi dan infiltrasi
air laut; dan
5. kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan di daerah pesisir pada
kawasan perkebunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan memperhatikan aspek teknis, aspek lingkungan, dan
aspek sosial ekonomi budaya.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pembakaran lahan untuk membuka dan/atau mengolah lahan yang
berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan
hidup;
2. kegiatan yang dapat mengganggu dan/atau merusak kesuburan tanah
dan mengurangi unsur hara yang dibutuhkan tanaman; dan
3. penanaman komoditas perkebunan yang bersifat menyerap air dalam
jumlah banyak.

Pasal 63

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 59 huruf d meliputi ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perikanan budidaya.

(2) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan budidaya sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) di tetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan pengembangan kegiatan budidaya perikanan yang ramah
lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. pengembangan sarana dan prasarana pendukung budidaya ikan dan
kegiatan perikanan lainnya;
2. Kegiatan lain dan pembangunan sistem jaringan prasarana yang
bersifat mendukung kegiatan perikanan;
3. kegiatan penunjang minapolitan;
4. kegiatan wisata alam, penelitian dan pendidikan; dan
5. kegiatan pengembangan infrastruktur pengendalian abrasi dan infiltrasi
air laut.
b. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pengembangan kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan pada
kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan perikanan; dan
2. tidak diperbolehkan pengembangan budidaya perikanan yang merusak
ekosistem mangrove.

Pasal 64

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan dan energi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf e ditetapkan sebagai berikut :
a. kawasan pasca tambang wajib dilakukan rehabilitasi (reklamasi dan/atau
revitalisasi) sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan lain;
b. diwajibkan membuat zona penyangga berupa jalur hijau;
c. diperbolehkan untuk pembangunan fasilitas umum dan kawasan yang
diperuntukan bagi pembangunan infrastruktur umum lainnya; dan
d. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi:
1. permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan sebelum ditetapkan
sebagai kawasan pertambangan dan energi;
2. pengembangan kawasan permukiman pendukung kegiatan pertambangan
dan energi, harus diintegrasikan dalam kawasan permukiman; dan
3. pemanfaatan kegiatan budidaya lainnya harus sesuai dengan peraturan
teknis, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (KDB,
KLB, sempadan bangunan, dan lain sebagainya).
e. tidak diperbolehkan melakukan penambangan pada lokasi-lokasi yang
berpotensi menyebabkan bencana, seperti longsor dan sebagainya.

Pasal 65

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 59 huruf f, ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan pengembangan sentra industri kreatif dalam rangka
pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi masyarakat dengan
memperhatikan aspek lingkungan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku;
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. reklamasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
memperhatikan aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek sosial ekonomi
budaya;
2. pengambilan air tanah dalam, melakukan daur ulang air, dan/atau
penggunaan kembali air, pengolahan air limbah sesuai baku mutu yang
dipersyaratkan, serta pengelolaan seluruh limbah yang ditimbulkan (emisi
udara dan limbah B3); dan
3. pengembangan sarana pendukung industri lainnya.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi:
1. kegiatan yang menimbulkan pencemaran lingkungan;
2. pemanfaatan air baku secara berlebihan yang melebihi ketentuan yang telah
ditetapkan dalam kajian lingkungan; dan
3. pembuangan air limbah ke sistem drainase dan/atau jaringan sumber daya
air Kabupaten.

Pasal 66

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 59 huruf g ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pengembangan ruang terbuka hijau;
2. kegiatan penelitian dan pendidikan;
3. pengembangan prasarana wilayah; dan
4. perlindungan situs warisan budaya setempat.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. permukiman yang sudah terbangun di dalam dan di sekitar kawasan
sebelum ditetapkan sebagai kawasan pariwisata;
2. pendirian bangunan penunjang pariwisata dengan memperhatikan daya
tampung dan daya dukung;
3. industri kecil dan menengah; dan
4. fasilitas parkir kendaraan pada fasilitas penunjang dan bangunan kegiatan
usaha dan atau industri kecil dan menengah.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pembangunan permukiman dan industri yang tidak terkait dengan kegiatan
pariwisata; dan
2. kegiatan yang menimbulkan dampak pencemaran lingkungan dan
kerusakan lingkungan lainnya.

Pasal 67
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 huruf h meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perkotaan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perdesaan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perkotaan pada ayat
(1) huruf a ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi:
1. kegiatan perumahan kepadatan tinggi, sedang dan rendah yang
didukung sarana dan prasarana sebagai penunjang permukiman,
dengan ketentuan :
2. penyediaan ruang terbuka hijau (RTH), ruang terbuka publik dan ruang
terbuka privat;
3. Penataan kawasan permukiman pada sempadan pantai;
4. Penataan kawasan permukiman pada sempadan sungai;
5. pengembangan lingkungan permukiman dengan mempertimbangkan
upaya mitigasi bencana;
6. pembangunan hunian dan kegiatan lainnya di kawasan permukiman
sesuai dengan peraturan teknis dan peraturan lainnya yang berlaku
(KDB, KLB, sempadan bangunan, dan lain sebagainya);
7. pembangunan prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. pembangunan TPS dengan memperhatikan prinsip-prinsip keamanan
lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. kegiatan industri skala rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi
lainnya dengan skala pelayanan lingkungan secara terbatas;
3. kegiatan reklamasi di daerah pesisir pada kawasan permukiman
perkotaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan memperhatikan aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek sosial
ekonomi budaya;
4. Kegiatan pariwisata yang bersinergi dengan kawasan permukiman; dan
5. kegiatan pengembangan infrastruktur pengendalian abrasi dan infiltrasi
air laut.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. mengembangkan kegiatan yang mengganggu fungsi permukiman dan
kelangsungan kehidupan sosial masyarakat;
2. pengolahan limbah B3; dan
3. menambah luasan permukiman pesisir (rumah pelantar).

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perdesaan pada ayat
(1) huruf b ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. pembangunan perumahan perdesaan dengan kepadatan rendah yang
didukung sarana dan prasarana permukiman penunjangnya dengan
ketentuan pengembangan lingkungan permukiman perdesaan
mempertimbangkan upaya mitigasi bencana serta antisipasi jalur
evakuasi dan ruang evakuasi; dan
2. Penataan kawasan permukiman pada sempadan pantai;
3. Penataan kawasan permukiman pada sempadan sungai;
4. pembangunan hunian dan kegiatan lainnya di kawasan permukiman
sesuai dengan peraturan teknis dan peraturan lainnya yang berlaku
(KDB, KLB, sempadan bangunan, dan lain sebagainya); dan
5. pembangunan prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan industri kecil dan skala rumah tangga yang memanfaatkan
potensi kawasan peruntukannya;
2. kegiatan reklamasi di daerah pesisir pada kawasan permukiman
perdesaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan memperhatikan aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek
sosial ekonomi budaya;
3. perkantoran, perdagangan dan jasa serta sektor informal yang
mendukung aktifitas hunian; dan
4. kegiatan pengembangan infrastruktur pengendalian abrasi dan infiltrasi
air laut.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. menambah luasan permukiman pesisir (rumah pelantar); dan
2. kegiatan yang dapat mengganggu atau menurunkan kualitas
lingkungan kawasan permukiman perdesaan.

Pasal 68

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf i ditetapkan sebagai berikut :
a. diperbolehkan kegiatan yang meliputi :
1. penetapan dan pemantapan untuk kawasan pertahanan dan keamanan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. penyediaan infrastruktur pendukung kawasan pertahanan dan keamanan
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan yang meliputi :
1. kegiatan pengembangan infrastruktur pengendalian abrasi dan infiltrasi air
laut; dan
2. kegiatan budidaya lainnya di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu aktivitas pertahanan dan
keamanan.
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan

Pasal 69

(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf b
merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin
pemanfaatan ruang berdasarkan struktur ruang, pola ruang dan ketentuan
umum peraturan zonasi, yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Ketentuan perizinan ini bertujuan untuk :
a. sebagai dasar dalam memberikan izin pemanfaatan ruang pada wilayah
Kabupaten sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
b. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
c. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan
d. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
(3) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pemerintah Kabupaten, meliputi :
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT);
d. izin mendirikan bangunan gedung; dan
e. izin lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur yang telah
ditetapkan peraturan perundang-undangan.
(5) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Paragraf 1
Umum
Pasal 70

(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat
(2) huruf c adalah ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah daerah
Kabupaten untuk mendorong pelaksanaan pemanfaatan ruang agar sesuai
dengan rencana tata ruang dan untuk mencegah pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai rencana tata ruang.

(2) Ketentuan insentif dan disinsentif berfungsi untuk :


a. meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka
mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan tata ruang;
dan
c. meningkatkan kemitraan semua masyarakat dalam rangka pemanfaatan
ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang.

Paragraf 2
Ketentuan Insentif

Pasal 71

(1) Ketentuan insentif adalah perangkat atau upaya untuk imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan agar sejalan dengan rencana tata ruang.

(2) Ketentuan insentif disusun berdasarkan :


a. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah Kabupaten;
b. ketentuan umum peraturan zonasi Kabupaten; dan
c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

(3) Ketentuan insentif berupa :


a. fiskal berupa pemberian keringanan pajak dan/atau pengurangan
retribusi; dan/atau
b. non-fiskal berupa pemberian kompensasi, subsidi silang, kemudahan
perizinan, imbalan, sewa ruang, urun saham, penyediaan sarana dan
prasarana, penghargaan, dan/atau publikasi atau promosi.

(4) Ketentuan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :


a. insentif dari pemerintah Kabupaten kepada pemerintah daerah lainnya;
dan
b. insentif dari pemerintah Kabupaten kepada masyarakat.
(5) Ketentuan insentif dari pemerintah Kabupaten kepada pemerintah daerah
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a berupa :
a. pemberian kompensasi dari pemerintah daerah penerima manfaat kepada
daerah pemberi manfaat atas manfaat yang diterima;
b. kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana;
c. kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan
oleh pemerintah daerah penerima manfaat kepada investor yang berasal
dari daerah pemberi manfaat; dan/atau
d. publikasi atau promosi daerah.

(6) Ketentuan insentif dari pemerintah Kabupaten kepada masyarakat


sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b berupa :
a. pemberian keringanan pajak;
b. pemberian kompensasi;
c. pengurangan retribusi;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
g. kemudahan perizinan.

Paragraf 3
Ketentuan Disinsentif
Pasal 72
(1) Ketentuan disinsentif adalah perangkat atau upaya yang diberikan untuk
kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi pengembangannya;
(2) Ketentuan disinsentif disusun berdasarkan :
a. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah Kabupaten;
b. ketentuan umum peraturan zonasi Kabupaten; dan
c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
(3) Ketentuan disinsentif berupa :
a. fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi; dan/atau
b. non-fiskal berupa :
1. kewajiban memberi kompensasi;
2. pensyaratan khusus dalam perizinan;
3. kewajiban memberi imbalan; dan/atau
4. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
(4) ketentuan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. disinsentif dari pemerintah Kabupaten kepada pemerintah daerah lainnya;
dan
b. disinsentif dari pemerintah Kabupaten kepada masyarakat.
(5) ketentuan insentif dari pemerintah Kabupaten kepada pemerintah daerah
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berupa :
a. pengajuan pemberian kompensasi dari pemerintah daerah penerima
manfaat kepada daerah pemberi manfaat atas manfaat yang diterima;
b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
c. pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang
yang diberikan oleh pemerintah daerah pemberi manfaat kepada investor
yang berasal dari daerah penerima manfaat.

(6) ketentuan insentifdari pemerintah Kabupaten kepada masyarakat,


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berupa :
a. kewajiban memberi kompensasi;
b. pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang
yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten;
c. kewajiban memberi imbalan; dan/atau
d. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.

Bagian Kelima
Arahan Sanksi

Paragraf 1
Umum

Pasal 73
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf d
diberikan bagi setiap orang yang melakukan pelanggaran ketentuan kewajiban
pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.

(2) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan acuan bagi
Pemerintah Kabupaten dalam pengenaan sanksi administratif terhadap :
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten;
b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pejabat berwenang;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang; dan/atau
d. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.
(3) Apabila terjadi penyimpangan dalam penyelenggaraan penataan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pihak yang melakukan penyimpangan
dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

(4) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak hanya diberikan
kepada pemanfaatan ruang tetap juga dikenakan kepada aparatur
pemerintah/pemerintah daerah yang berwenang menerbitkan izin pemenfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah sebagaimana
diatur dalam peraturan daerah ini;

(5) Pelanggaran terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang


ditetapkan dalam peraturan daerah ini dapat dikenakan sanksi berupa sanksi
administratif.
Paragraf 2
Arahan Sanksi Administratif
Pasal 74
(1) Pelanggaran terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang
ditetapkan dalam peraturan daerah ini dapat dikenakan sanksi administratif
berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. penolakan izin;
g. pembatalan izin;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.
BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 75

Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk :


a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di daerah;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat yang berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada Pemerintah, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten dan/atau pemegang izin apabila kegiatan
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan menimbulkan
kerugian.

Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat

Pasal 76
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib :
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 77
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap :
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. pastisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 78
Bentuk peran masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 huruf a dapat berupa :
a. memberikan masukan mengenai :
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau
kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan
5. penetapan rencana tata ruang.
b. melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 79

Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 77 huruf b dapat berupa :
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten dan/atau sesama unsur masyarakat
dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas dan keserasian dalam pemanfaatan ruang
darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam;
dan/atau
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 80

Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 77 huruf c berupa :
a. memberikan masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan
ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Bagian Keempat
Tata Cara Peran Masyarakat
Pasal 81
(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara
langsung dan/atau tertulis.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan
kepada Bupati.
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat
disampaikan melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.
(4) Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah
membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat.

BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 82
(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penataan ruang dan kerjasama antar
sektor/daerah di bidang penataan ruang, dibentuk Tim Koordinasi Penataan
Ruang Kabupaten.
(2) Untuk membantu pelaksanaan tugas TKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibentuk Sekretariat dan Kelompok Keja yang terbagi atas Kelompok Kerja
Perencanaan Tata Ruang dan Kelompok Kerja Pemanfaatan dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang.
(3) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Tim Koordinasi Penataan Ruang
Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
BAB X
PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 83
(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang diupayakan berdasarkan prinsip
musyawarah untuk mufakat.

(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
diperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian
sengketa melalui pengadilan atau di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB XI
PENYIDIKAN
Pasal 84

(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, pegawai negeri
tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang penataan ruang diberi wewenang khusus sebagai penyidik
untuk membantu pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang
berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan
peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan
tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan
terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti
dalam perkara tindak pidana dalam bidang penataan ruang; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana dalam bidang penataan ruang.

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan kepada Pejabat Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai negeri
sipil melakukan koordinasi dengan Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui Pejabat
Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(6) Pengangkatan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan tata cara serta proses
penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 85

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 dikenakan sanksi pidana.

(2) Pengenaan sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang undangan.

BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 86

(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti
adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.

(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana
alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah Kabupaten yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti dapat ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(3) Peraturan daerah tentang RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2020-
2040 dilengkapi dengan lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan daerah ini.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 87

(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan perwujudan RTRW ini yang telah ada tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diganti berdasarkan
peraturan daerah ini.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :


a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuang perundang-
undangan;
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat
dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat
pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak
dengan bentuk sesuai peraturan perundang-undangan; dan
PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI


NOMOR TAHUN 2020

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI


TAHUN 2020 – 2040

I. PENJELASAN UMUM

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang telah


mengamanatkan asas penyelenggaraan penataan ruang, yaitu keterpaduan,
keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan
keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan
kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan, serta akuntabilitas. Ruang
adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
lainnya hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai pemekaran dari Kabupaten Bengkalis


melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 sehingga Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti perlu segera disusun dan disesuaikan
dengan tata batas dan kondisi wilayah administrasi yang baru.
Sebagai Kabupaten baru banyak tugas dan kegiatan yang harus disiapkan, sebagai
amanat dari pasal–pasal dalam UU pembentukannya. Tidak hanya pembentukan
perangkat daerah, mobilisasi personil, penyerahan aset dan dokumen daerah, serta
pelaksanaan pemilihan bupati dan wakil bupati definitif semata, namun juga
perlunya menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan
Meranti sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Amanat untuk
menetapkan RTRW ini tercantum dengan jelas pada Pasal 6 ayat (1), dengan batas
waktu paling lambat 3 (tiga) tahun sejak terbentuknya kabupaten. Dalam Pasal 6
ayat (2) juga diamanatkan bahwa penetapan RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti
dilakukan sesuai atau mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau dengan memperhatikan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota di sekitarnya.

Terkait penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti bahwa RTRW yang


dimaksud dibutuhkan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan
daerah dan untuk menterpadukan berbagai program sektoral agar tercipta suatu
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Oleh karena
pembangunan daerah melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders)
maka diharapkan proses penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti juga
bisa menghasilkan produk rencana yang disepakati oleh para stakeholders.
Belajar dari fakta tentang banyaknya produk rencana tata ruang wilayah yang tidak
bisa diimplementasikan karena berbagai hal maka penyusunan RTRW Kabupaten
Kepulauan Meranti sangat perlu memperhatikan hal -hal tersebut.
Untuk itu sebelum rencana tersebut ditetapkan menjadi Peraturan Daerah, terlebih
dahulu harus disetujui melalui konsensus umum antara Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan masyarakat kabupaten tentang bentuk,
arahan, strategi dan alokasi pemanfaatan ruang serta pengendalian dan
pengawasan pemanfaatan ruang.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1) Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti menurut Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabupaten
Kepulauan Meranti di Provinsi Riau.
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Pasal 3
cukup jelas
Pasal 4
Tujuan Umum Penataan Ruang sesuai dengan amanah UU No.
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah:
Yang dimaksud dengan “unggul” adalah wilayah kepulauan yang
berdaya saing tinggi mengingat Kabupaten Kepulauan Meranti
merupakan kepulauan yang berada di perbatasan negara dengan
berbasis pertanian dan perikanan dengan proses produksi dan
distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu memberikan
nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus
meningkatkan daya saing.
Yang dimaksud dengan “berwawasan lingkungan” adalah usaha
meningkatkan kualitas manusia dan pembangunan fisik kawasan
secara bertahap dengan memperhatikan dan melestarikan
lingkungan sehingga terciptanya pembangunan berkelanjutan.
Pasal 5
cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1) cukup jelas.
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “rencana struktur ruang wilayah”
Kabupaten Kepulauan Meranti adalah kerangka tata ruang
wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti yang tersusun atas
konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain
dihubungkan oleh sistem prasarana wilayah Kabupaten
Kepulauan Meranti terutama jaringan transportasi.
Rencana struktur ruang ini ditujukan untuk mendorong
percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi wilayah,
memperkuat kegiatan perdagangan lintas batas dan membuka
daerah terisolasi serta memperkuat interaksi dan fungsi kawasan
perkotaan secara berjenjang yang didukung dengan
pengembangan teknologi informasi yang maju dengan konsep
smart island.
huruf a Yang dimaksud dengan “sistem perkotaan” adalah rencana
susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam
wilayah kabupaten yang menunjukan keterkaitan saat ini
maupun rencana yang membentuk hierarki pelayanan dengan
cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten
huruf b Sistem jaringan prasana wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti
meliputi prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan
sumber daya air yang terintegrasi dan memberikan layanan bagi
fungsi kegiatan yang ada di wilayah Kabupaten Kepulauan
Meranti.
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 8
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) Selatpanjang sebagai Ibukota Kabupaten dan perkotaan Tanjung
Samak di Pulau Rangsang kecamatan Rangsang ditetapkan
menjadi PKL.
Pengembangan kawasan perkotaan Selatpanjang sebagai PKL
perlu diorientasikan keluar (outward looking) dalam rangka
mewujudkan sekaligus memperkuat kerjasama ekonomi regional
(IMS-GT) dan ekonomi global, yaitu: ke pusat-pusat pertumbuhan
dipesisir Barat Malaysia dan Singapura dan sekaligus
diorientasikan kedalam (inward looking), yaitu ke Mengkapan
Buton dan Dumai sebagai bagian dari cluster ekonomi/industri
Koridor Pembangunan Ekonomi Nasional serta ke Kawasan
Ekonomi Khusus (Batam, Bintan dan Karimun).
Pengembangan kawasan perkotaan Tanjung Samak
diorientasikan ke Selatpanjang, Bengkalis (Buruk Bakul, Duri),
Dumai, Buton dan Karimun sebagai bagian dari kawasan
ekonomi khusus (Batam, Bintan dan Karimun).
Ayat (3)
huruf a Pengembangan kawasan perkotaan Tanjung Kedabu sebagai PPK
perlu diorientasikan ke arah Negara Malaysia mengingat
kawasam perkotaan Tanjung Kedabu merupakan kawasan
perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan terdepan dalam
peningkatan pelayanan pertahanan dan keamanan negara, serta
kegiatan lintas batas di Kawasan Perbatasan Negara.
huruf b Pengembangan kawasan perkotaan Teluk Belitung sebagai PPK
perlu diorientasikan ke Selatpanjang, Bengkalis (Buruk Bakul,
Duri), Dumai, Buton dan ke pusat-pusat pertumbuhan di pesisir
Barat Malaysia. Wilayah pelayanannya adalah pusat permukiman
Mengkopot, Bandul, Wonosari dan pusat-pusat permukiman
disekitarnya yang masih berciri perkampungan Melayu.
huruf c Pengembangan kawasan perkotaan Tanjung Sari direncanakan
dalam satu koridor pengembangan ekonomi dengan kawasan
perkotaan Tanjung Samak, kawasan Pulau Topang dan Tanjung
Medang dan Pulau Burung.
Wilayah pelayanannya adalah permukiman Sungai Tohor,
Kampung Baru dan pusat-pusat permukiman disekitarnya.
Pengembangan Tanjung Sari diorientasikan ke Selatpanjang,
Tanjung Samak dan Tanjung Balai Karimun sebagai bagian dari
kawasan ekonomi khusus (Batam, Bintan dan Karimun).
huruf d Kawasan Perkotaan Alai, di Kecamatan Tebing Tinggi Barat
ditetapkan fungsinya sebagai pusat pemerintahan kecamatan,
pusat pengembangan permukiman dan kegiatan perdagangan
dan jasa skala pelayanan kecamatan dan sentra pertanian (sagu
dan karet). Pengembangan kawasan perkotaan Alai direncanakan
dalam satu koridor pengembangan dengan kawasan perkotaan
Selatpanjang dan Kuala Merbau.
Ayat (4)
huruf a Kawasan Pedesaan Bantar di Kecamatan Rangsang Barat
ditetapkan fungsinya sebagai lokasi pengembangan pertanian
(padi, sagu dan karet) dan pengembangan permukiman pedesaan
dengan tetap mempertahankan ciri perkampungan Melayu.
Pengembangan kawasan perkotaan Bantar sebagai PPL
diorientasikan ke Perangas dan Selatpanjang.
huruf b Kawasan Pedesaan Sialang pasung dengan wilayah pelayanannya
pusat-pusat permukiman disekitarnya, didorong
pengembangannya ke arah pengembangan sarana penunjang
perikanan dan pengembangan permukiman perdesaan.
huruf c Kawasan Pedesaan Renak Dungun sebagai pusat pelayanan lokal
diarahkan pengembangannya ke arah pengembangan pertanian
karet, pengembangan permukiman desa dan pengembangan
ibukota kecamatan. Diorientasikan kearah alai dan teluk
belitung.
huruf d Kawasan Pedesaan Sonde di tetapkan fungsinya sebagai kawasan
pengembangan permukiman, pengembangan pertanian karet dan
pengembangan ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan
pedesaan Sonde diorientasikan ke Bantar, Tanjung Samak dan
Selatpanjang
huruf e Kawasan Pedesaan Bandul (Pulau Padang) di Kecamatan Merbau,
didorong fungsinya sebagai pusat permukiman, kegiatan niaga
dengan skala pelayanan kecamatan, sentra produksi sagu dan
karet serta lokasi kegiatan perikanan yang dikembangakan
dengan pola Minapolitan. Pengembangan kawasan pedesaan
Bandul sebagai PPL diorientasikan ke Selatpanjang.
huruf f Kawasan Pedesaan Meranti Bunting di Kecamatan Merbau
ditetapkan fungsinya sebagai kawasan pengembangan pertanian
(sagu, karet, kelapa dan perikanan), kawasan permukiman dan
lokasi transit/lokasi pelabuhan Ro-Ro yang menghubungkan
Buton dan Selatpanjang. Pengembangan kawasan pedesaan
Meranti Bunting dan Lukit sebagai PPL diorientasikan ke Buton
dan Selatpanjang.
huruf g Kawasan Pedesaan Teluk Ketapang (Pulau Merbau) ditetapkan
sebagai PPL perlu dimantapkan fungsinya sebagai pusat
permukiman, pusat niaga (perdagangan dan jasa) skala
pelayanan lokal, sentra komoditi pertanian (sagu, karet dan
cacao). Pengembangan kawasan pedesaan Teluk Ketapang
diorientasikan ke Selatpanjang dan direncanakan dalam satu
koridor pengembangan dengan kawasan perkotaan Kuala
Merbau.
huruf h Kawasan Pedesaan Sungai Tohor, di Kecamatan Tebing Tinggi
ditetapkan fungsinya sebagai sentra pengembangan pertanian
(sagu, karet dan kelapa) dan kawasan pengembangan
permukiman. Pengembangan kawasan pedesaan ini
diorientasikan ke Selatpanjang dan Tanjung Sari.
huruf i Kawasan Pedesaan Pulau Topang (Kecamatan Rangsang), di
Pulau Topang sebagai PPL ditetapkan fungsinya sebagai lokasi
pengembangan sentra komoditi pertanian (kelapa dan tanaman
pangan lainnya) dan pengembangan permukiman. Pengembangan
Kawasan pedesaan Topang diusulkan dengan pola Kota Terpadu
Mandiri (KTM) dan diorientasikan ke Selatpanjang, Tanjung Sari
dan Tanjung Samak.
huruf j Pedesaan Penyagun, di Kecamatan Rangsang ditetapkan
fungsinya sebagai sentra pengembangan komoditi pertanian
(sagu, kopi, karet, pinang, kelapa dan tanaman pangan lainnya),
lokasi pengembangan industri pengolahan produk pertanian
(kopi) dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan
berciri perkampungan melayu. Pengembangan kawasan pedesaan
ini di orientasikan ke Selatpanjang dan ke pusat-pusat
pertumbuhan dipesisir Barat Malaysia.
huruf k Kawasan Pedesaan Kuala Merbau di Kecamatan Pulau Merbau,
ditetapkan fungsinya sebagai kawasan pengembangan pusat
pemerintahan Kabupaten Kepulauan Meranti di kawasan Kuala
Merbau dan sekitarnya, kawasan permukiman perkotaan,
kawasan niaga skala pelayanan lokal dan sentra pengembangan
pertanian (sagu dan karet). Pengembangan kawasan ini
direncanakan dalam satu koridor pengembangan dengan
kawasan perkotaan Alai dan Selatpanjang.
huruf l Kawasan Pedesaan Bokor masuk kedalam pusat pelayanan lokal
dengan pelayanannya adalah pusat-pusat permukiman
disekitarnya. Arah pengembangan yaitu pengembangan
permukiman pedesaan kawasan wisata alam pulau setahun.
Kawasan pedesaan Bokor berorientasi ke arah Selatpanjang dan
sekitarnya.
Pasal 9
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 10
cukup jelas.
Pasal 11
cukup jelas.
Pasal 12
cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Ayat (6) cukup jelas
Ayat (7) cukup jelas
Ayat (8) cukup jelas

Pasal 14
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Ayat (6) cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 16
cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1) huruf a jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi yang
dikelola oleh BUMN.
huruf b jaringan infrastruktur ketenagalistrikan yang dikelola
oleh BUMN.
Ayat (2) jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi yang dikelola
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan jaringan penyaluran
dan pendistri-busian bahan bakar minyak (BBM) dan gas yang
dikelola oleh BUMN.
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) sistem penagamanan pantai di kecamatan rangsang pesisir dalam
rangka melindungi pusat pelayanan Kawasan Perbatasan Negara
dan pesisir yang memiliki pilar titik referensi sebagai acuan Titik
Dasar dari dampak abrasi dan gelombang pasang.
Pasal 21
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Ayat (6) cukup jelas
Ayat (7) cukup jelas
Pasal 22
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 23
cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 27
cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Pasal 29
cukup jelas
Pasal 30
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) kawasan perkebunan sesuai dengan potensi yang ada antara lain
yaitu pertanian tanaman hortikultura, peternakan dan bentuk-
bentuk budidaya perkebunan lainnya dengan tidak mengubah
fungsi utama sebagai kawasan perkebunan.
Pasal 31
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 32
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 33
cukup jelas
Pasal 34
cukup jelas
Pasal 35
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 36
cukup jelas
Pasal 37
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) rincian pengaturan kawasan hutan yang dilakukan Outline dalam
wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti mengacu kepada
Peratutan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau 2018-2038 Pasal 38
Ayat (1) beserta Lampiran yang ke-IV.
Pasal 38
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Ayat (6) cukup jelas
Ayat (7) cukup jelas
Ayat (8) cukup jelas
Pasal 39
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Ayat (6) cukup jelas
Ayat (7) cukup jelas
Ayat (8) cukup jelas
Pasal 40
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Ayat (6) cukup jelas
Ayat (7) cukup jelas
Ayat (8) cukup jelas
Ayat (9) cukup jelas
Ayat (10) cukup jelas
Ayat (11) cukup jelas
Ayat (12) cukup jelas
Ayat (13) cukup jelas
Ayat (14) cukup jelas
Pasal 41
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 42
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 43
cukup jelas
Pasal 44
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Pasal 45
cukup jelas
Pasal 46
cukup jelas
Pasal 47
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 48
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 49
cukup jelas
Pasal 50
cukup jelas
Pasal 51
cukup jelas
Pasal 52
cukup jelas
Pasal 53
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Ayat (6) cukup jelas
Pasal 54
cukup jelas
Pasal 55
cukup jelas
Pasal 56
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 57
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 58
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 59
cukup jelas
Pasal 60
cukup jelas
Pasal 61
cukup jelas
Pasal 62
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) yang dimaksud dengan komoditas perkebunan yang bersifat
menyerap air dalam jumlah banyak adalah komoditas kelapa
sawit.
Pasal 63
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 64
cukup jelas
Pasal 65
cukup jelas
Pasal 66
cukup jelas
Pasal 67
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 68
cukup jelas
Pasal 69
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Pasal 70
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 71
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Ayat (6) cukup jelas
Pasal 72
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Ayat (6) cukup jelas
Pasal 73
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Pasal 74
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 75
cukup jelas
Pasal 76
cukup jelas
Pasal 77
cukup jelas
Pasal 78
cukup jelas
Pasal 79
cukup jelas
Pasal 80
cukup jelas
Pasal 81
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Pasal 82
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 83
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 84
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Ayat (4) cukup jelas
Ayat (5) cukup jelas
Ayat (6) cukup jelas
Pasal 85
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 86
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Ayat (3) cukup jelas
Pasal 87
Ayat (1) cukup jelas
Ayat (2) cukup jelas
Pasal 88
cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR


LAMPIRAN V
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI TAHUN 2020-
2040

PROGRAM UTAMA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 2020 – 2040

WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
I PROGRAM UTAMA PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
1 Perwujudan Sistem
Perkotaan

1.1. Perwujudan Pusat


Kegiatan Lokal (PKL)    
Kawasan Perkotaan
Selatpanjang

a) Penyusunan dan Penetapan Rencana Detail K/L/D yang membidangi


APBD
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan Tebing Tinggi      urusan Pekerjaan Umum dan
Kabupaten
Perkotaan Selatpanjang Penataan Ruang
b) Penyusunan dan Penetapan Kajian APBD K/L/D yang membidangi
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Tebing Tinggi     
Kabupaten urusan Lingkungan Hidup
Kawasan Perkotaan Selatpanjang
APBD K/L/D yang membidangi
c) Pengembangan Fasilitas Pemerintahan Tebing Tinggi    
Kabupaten urusan Dalam Negeri
APBD
K/L/D yang membidangi
d) Pengembangan Fasilitas Perdagangan Tebing Tinggi     Prov/APBD
urusan Perdagangan
Kabupaten
APBD K/L/D yang membidangi
e) Pengembangan Fasilitas Permukiman Tebing Tinggi    
Kabupaten urusan Pekerjaan Umum dan
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Penataan Ruang
APBD K/L/D yang membidangi
f) Pengembangan Fasilitas Pendidikan Tebing Tinggi     Prov/APBD urusan Pekerjaan Umum dan
Kabupaten Penataan Ruang
APBD K/L/D yang membidangi
g) Pengembangan Fasilitas Kesehatan Tebing Tinggi     Prov/APBD urusan Pekerjaan Umum dan
Kabupaten Penataan Ruang
K/L/D yang membidangi
APBD
h) Pengembangan kawasan niaga Tebing Tinggi     urusan Pekerjaan Umum dan
Prov/APBD
Penataan Ruang
1.2. Perwujudan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL)
Kawasan Perkotaan
Tanjung Samak

a) Penyusunan dan Penetapan Rencana Detail K/L/D yang membidangi


APBD
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan Rangsang urusan Pekerjaan Umum dan
Kabupaten
Perkotaan Tanjung Samak Penataan Ruang

b) Penyusunan dan Penetapan Kajian


APBD K/L/D yang membidangi
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Rangsang
Kabupaten urusan Lingkungan Hidup
Kawasan Perkotaan Tanjungsamak
APBD
K/L/D yang membidangi
c) Pengembangan Fasilitas Perdagangan Rangsang     Prov/APBD
urusan Perdagangan
Kabupaten
APBD K/L/D yang membidangi
d) Pengembangan Fasilitas Permukiman Rangsang     Prov/APBD urusan Pekerjaan Umum dan
Kabupaten Penataan Ruang
APBD
e) Peningkatan sentra pengolahan hasil K/L/D yang membidangi
Rangsang     Prov/APBD
pertanian urusan Pertanian
Kabupaten
APBD K/L/D yang membidangi
f) Pengembangan kegiatan perikanan Rangsang    
Prov/APBD urusan Pertanian
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Kabupaten

1.3. Perwujudan Pusat


Pelayanan Kawasan    
(PPK)
1.3.1 Kawasan Perkotaan a) Penyusunan dan Penetapan Rencana Detail K/L/D yang membidangi
APBD
Teluk Belitung Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan Merbau  Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum dan
Perkotaan Teluk Belitung Penataan Ruang

b) Penyusunan dan Penetapan Kajian


APBD K/L/D yang membidangi
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Merbau  Kabupaten urusan Lingkungan Hidup
Kawasan Perkotaan Teluk Belitung
K/L/D yang membidangi
 
c) Pembangunan dan Pengembangan APBD
Prasarana dan Sarana Pendukung Merbau urusan Pekerjaan Umum dan
Kabupaten
Pengembangan PPK Penataan Ruang
APBD K/L/D yang membidangi
d) Pengembangan sentra komoditi pertanian   Kabupaten urusan Pertanian
1.3.2 Kawasan Perkotaan a) Penyusunan dan Penetapan Rencana Detail  APBD
K/L/D yang membidangi
Tanjung Sari Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan Tebing Tinggi   Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum dan
Perkotaan Tanjung Sari Penataan Ruang

b) Penyusunan dan Penetapan Kajian  APBD K/L/D yang membidangi


Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Tebing Tinggi   Kabupaten urusan Lingkungan Hidup
Kawasan Perkotaan Tanjung Sari
K/L/D yang membidangi
 
c) Pembangunan dan Pengembangan APBD
Prasarana dan Sarana Pendukung Tebing Tinggi urusan Pekerjaan Umum dan
Kabupaten
Pengembangan PPK Penataan Ruang
APBD K/L/D yang membidangi
d) Pengembangan sentra komoditi pertanian   Kabupaten urusan Pertanian
K/L/D yang membidangi
 APBD
e) Pengembangan industri pengolahan sagu  Kabupaten
urusan Perkebunan dan
Industri
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
K/L/D yang membidangi
 
1.3.3 Kawasan Perkotaan Alai a) Penyusunan dan Penetapan Rencana Detail Tebing Tinggi APBD
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan urusan Pekerjaan Umum dan
Barat Kabupaten
Perkotaan Alai Penataan Ruang

b) Penyusunan dan Penetapan Kajian Tebing Tinggi


 APBD K/L/D yang membidangi
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Barat  Kabupaten urusan Lingkungan hidup
Kawasan Perkotaan Alai

K/L/D yang membidangi


 
c) Pembangunan dan Pengembangan Tebing Tinggi /APBD
Prasarana dan Sarana Pendukung urusan Pekerjaan Umum dan
Barat Kabupaten
Pengembangan PPK Penataan Ruang
Tebing Tinggi APBD K/L/D yang membidangi
d) Pengembangan sentra komoditi pertanian Barat   Kabupaten urusan Pertanian
K/L/D yang membidangi
 
1.3.4 Kawasan Perkotaan a) Penyusunan dan Penetapan Rencana Detail
Tanjung Kedabu Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan Rangsang Pesisir APBN urusan Pekerjaan Umum dan
Perkotaan Tanjung Kedabu Penataan Ruang

b) Penyusunan dan Penetapan Kajian  K/L/D yang membidangi


Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Rangsang Pesisir  APBN
urusan Lingkungan hidup
Kawasan Perkotaan Tanjung Kedabu

K/L/D yang membidangi


 
e) Pembangunan dan Pengembangan
Prasarana dan Sarana Pendukung Rangsang Pesisir APBN urusan Pekerjaan Umum dan
Pengembangan PPK Penataan Ruang
K/L/D yang membidangi
 
f) Peningkatan pelayanan pertahanan dan
keamanan negara di kawasan perbatasan Rangsang Pesisir APBN urusan Pekerjaan Umum dan
negara Penataan Ruang
APBD K/L/D yang membidangi
g) Pengembangan komoditi pertanian Rangsang Pesisir   Kabupaten urusan Pertanian
1.4 Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL)
Desa Bantar,
a) Penyusunan pedoman penetapan kebijakan Renak Dungun, K/L/D yang membidangi
APBD
urusan Penataan Ruang dan
penataan ruang desa Bandul, Sonde, Kabupaten
Pemerintahan Desa
Sialang Pasung,
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Meranti Bunting,
Teluk Ketapang,
Sungai Tohor
Barat, Pulau
Topang,
Penyagun, Kuala
Merbau dan
Bokor.
Desa Bantar,
Renak Dungun,
Bandul, Sonde,
Sialang Pasung,
Meranti Bunting,
Teluk Ketapang, APBD K/L/D yang membidangi
b) Penataan ruang desa
Sungai Tohor Kabupaten urusan Pekerjaan Umum
Barat, Pulau
Topang,
Penyagun, Kuala
Merbau dan
Bokor.
Desa Bantar,
Renak Dungun,

Bandul, Sonde,
Sialang Pasung,
Meranti Bunting,
c) Pengembangan sentra produksi hasil Teluk Ketapang, APBD K/L/D yang membidangi
pertanian Sungai Tohor  Kabupaten urusan Pertanian
Barat, Pulau
Topang,
Penyagun, Kuala
Merbau dan
Bokor.
Desa Bantar,
d) Pengembangan sentra produksi hasil
perikanan
Renak Dungun,   APBD
Kabupaten
K/L/D yang membidangi
urusan Perikanan
Bandul, Sonde,
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Sialang Pasung,
Meranti Bunting,
Teluk Ketapang,
Sungai Tohor
Barat, Pulau
Topang,
Penyagun, Kuala
Merbau dan
Bokor.
Desa Bantar,
Renak Dungun,
Bandul, Sonde,
Sialang Pasung,
Meranti Bunting,
APBD K/L/D yang membidangi
e) Pengembangan Fasilitas Perdagangan dan Teluk Ketapang,
    Prov/APBD urusan Perdagangan dan
Jasa Sungai Tohor
Kabupaten Jasa
Barat, Pulau
Topang,
Penyagun, Kuala
Merbau dan
Bokor.
2 Perwujudan Sistem Jaringan
Tansportasi

2.1 pembangunan,
pengembangan,
pemantapan, dan
peningkatan pelayanan a) Ruas Jalan Strategis Nasional Pusat
K/L/D yang membidangi
dan kualitas sistem Pelayanan Pintu gerbang Tanjung Kedabu – Kabupaten APBN
urusan Pekerjaan Umum
jaringan transportasi Pelabuhan Pecah Buyung
darat yang terintegrasi
pada sistem jaringan
jalan

b) Ruas Jalan Kolektor Primer 3 (JKP3) APBD K/L/D yang membidangi


Kabupaten
Selatpanjang – Alai -Kampung Balak Provinsi urusan Pekerjaan Umum
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
c) Ruas Jalan Kolektor Primer 3 (JKP3) Teluk APBD K/L/D yang membidangi
Kabupaten
Ketapang – Semukut Provinsi urusan Pekerjaan Umum
d) Jalan Kolektor Primer 3 (JKP3) Tanjung APBD K/L/D yang membidangi
Kabupaten
Padang – Teluk Belitung Provinsi urusan Pekerjaan Umum

e) Ruas Jalan Kolektor Primer 3 (JKP3) Teluk APBD K/L/D yang membidangi
Kabupaten
Belitung – Meranti Bunting Provinsi urusan Pekerjaan Umum
APBD K/L/D yang membidangi
f) Ruas jalan Air Mabuk - Kepau baru Kabupaten
Kabupaten urusan Pekerjaan Umum
APBD K/L/D yang membidangi
g) Ruas jalan Lukun – Sungai Tohor Kabupaten
Kabupaten urusan Pekerjaan Umum
h) Ruas jalan Kepau Baru – Teluk Buntal -
APBD K/L/D yang membidangi
Tanjung Gadai – Tanjung Sari – Sendanu Kabupaten
Kabupaten urusan Pekerjaan Umum
Darul Ihsan - Sungai Tohor

i) Ruas jalan Meranti Bunting – Sungai Anak APBD K/L/D yang membidangi
Kamal
Kabupaten  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

APBD K/L/D yang membidangi


j) Ruas jalan Tanjung padang – Tasik Putri Puyu Kabupaten  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

APBD K/L/D yang membidangi


k) Ruas jalan Lukit – Tanjung Padang Kabupaten  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

APBD K/L/D yang membidangi


l) Ruas jalan Alahair Timur Kabupaten  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

APBD K/L/D yang membidangi


m) Ruas jalan Alai - Mekong Kabupaten  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

APBD K/L/D yang membidangi


n) Ruas jalan Sokop – Tanjung Samak Kabupaten  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

APBD K/L/D yang membidangi


o) Ruas jalan Tanjung Samak – Tanjung Kedabu Kabupaten  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten K/L/D yang membidangi


p) Ruas jalan Bantar - M elai  APBD
urusan Pekerjaan Umum
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Kabupaten

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


q) Ruas jalan Melai – Kedabu Rapat  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


r) Ruas jalan Peranggas – Kayu Ara  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


s) Ruas jalan Kayu Ara - Telesung  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

t) Ruas jalan Peranggas – Pelabuhan Pecah APBD K/L/D yang membidangi


Kabupaten
Buyung  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

u) Ruas jalan Lalang Tanjung – Air Mabuk – Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi
Mengkikip – Kampung Balak  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


v) Ruas jalan Kundur - Tenan  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


w) Ruas jalan Kampung Balak – Air Mabuk  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


x) Ruas jalan Kundur – Lalang tanjung  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


y) Ruas jalan Perumbi – Sungai Nyiur  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


z) Ruas jalan Lingkar Dorak – Tanjung Harapan  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


aa) Ruas jalan Dorak  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


bb) Ruas jalan Merdeka  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


cc) Ruas jalan Diponegoro – Banglas  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi
dd) Ruas jalan Pemuda Setia  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


ee) Ruas jalan Rintis – Teuku Umar  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


ff) Ruas jalan Alai Air  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


gg) Ruas jalan Sungai Tengah – Tanjung Kulim  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


hh) Ruas jalan Meranti Bunting - Lukit  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


ii) Ruas jalan Teluk Ketapang – Baran Melintang  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


jj) Ruas jalan Semukut – Renak Dungun  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

kk) Ruas jalan Baran Melintang – Renak Dungun – Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi
Kuala Merbau  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

ll) Ruas jalan Kuala Merbau – Tanjung bunga – Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi
Centai - Semukut  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


mm) Ruas jalan Telesung – Tanjung Kedabu  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

Kabupaten APBD K/L/D yang membidangi


nn) Ruas jalan Kedabu Rapat - Telesung  Kabupaten urusan Pekerjaan Umum

cc) Jembatan -Jembatan Mekong (P. Tebing APBD K/L/D yang membidangi
Kabupaten urusan Pekerjaan Umum
Tinggi) – Semukut (P. Merbau) Provinsi
K/L/D yang membidangi
dd) Jembatan Teluk Ketapang (P. Merbau) –
Kabupaten
 APBD
urusan Pekerjaan Umum
Pelantai (P. Padang) Provinsi

ee) Jembatan Banglas – Lukun (P. Tebing Tinggi) Kabupaten  APBD K/L/D yang membidangi
Provinsi urusan Pekerjaan Umum
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

ff) Pembangunan Jembatan Siak – Pulau Padang Kabupaten  APBD K/L/D yang membidangi
Provinsi urusan Pekerjaan Umum

gg) Pembangunan Jembatan Tanjung padang –


Kabupaten  APBD K/L/D yang membidangi
Ketam Putih Provinsi urusan Pekerjaan Umum
2.1.1 Jalan desa K/L/D yang membidangi
a) Ruas Jalan Badrun Rangsang   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


b) Ruas Jalan Kampung Baru 1 Rangsang Pesisir   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


c) Ruas Jalan Kampung Baru Rangsang Pesisir   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


d) Ruas Jalan Nelayan Rangsang Barat   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


e) Ruas Jalan Wanawijaya Rangsang   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


f) Ruas Jalan Rizki Rangsang   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


g) Ruas Jalan Nelayan Rangsang Pesisir   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


h) Ruas Jalan Vihara Rangsang   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


i) Ruas Jalan Imam Bonjol Rangsang   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


j) Ruas Jalan Hang Jebat Pulaumerbau   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


k) Ruas Jalan Sudirman Pulaumerbau   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
K/L/D yang membidangi
l) Ruas Jalan Kayu Ara Pulaumerbau   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


m) Ruas Jalan Tanjung Keramat Pulaumerbau   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


n) Ruas Jalan Pelabuhan Rengit Pulaumerbau   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


o) Ruas Jalan Pelabuhan Padang Pulaumerbau   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


p) Ruas Jalan Pelabuhan Rangsang   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


q) Ruas Jalan Hang Tuah Rangsang Barat   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


r) Ruas Jalan Kantor Rangsang Barat   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


s) Ruas Jalan H. Nasir Rangsang Barat   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


t) Ruas Jalan Karji Rangsang Pesisir   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


u) Ruas Jalan Tengku Ibrahim Rangsang Pesisir   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


v) Ruas Jalan Ladang Kecil Rangsang Pesisir   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


w) Ruas Jalan Telesung Karya Rangsang Pesisir   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


x) Ruas Jalan Amaliyah Rangsang Pesisir   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
K/L/D yang membidangi
y) Ruas Jalan Lingkar Bangas Tasik Putri Puyu   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


z) Ruas Jalan H. Syamsuri Tasik Putri Puyu   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


aa) Ruas Jalan Inpres Tasik Putri Puyu   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


bb) Ruas Jalan Pelabuhan Rangsang   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

K/L/D yang membidangi


cc) Ruas Jalan Sudirman Rangsang   APBD
Kabupaten
urusan Pekerjaan Umum

2.2 Terminal Tebing Tinggi


Barat, Tebing K/L/D yang membidangi
APBD
a) Terminal Penumpang Type C Tinggi Timur, urusan Penataan Ruang dan
Kabupaten
Rangsang Barat Perhubungan
dan Merbau
Tebing Tinggi
Barat, Tebing
K/L/D yang membidangi
Tinggi Timur, APBD
b) Terminal Barang urusan Penataan Ruang dan
Rangsang Barat, Kabupaten
Perhubungan
Merbau, dan
Rangsang Pesisir
2.3 pembangunan,
pengembangan,
pemantapan, dan
peningkatan pelayanan
dan kualitas sistem Tebing Tinggi APBD K/L/D yang membidangi
jaringan transportasi a) Pelabuhan Penyebrangan Kampung Balak Barat Kabupaten urusan Perhubungan
darat yang terintegrasi
pada sistem jaringan
sungai, danau dan
penyebrangan
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tebing Tinggi APBD K/L/D yang membidangi
b) Penyebrangan Alai Insit Barat Kabupaten urusan Perhubungan

APBD K/L/D yang membidangi


c) Penyebrangan Pecah Buyung Rangsang Barat
Kabupaten urusan Perhubungan

APBD K/L/D yang membidangi


d) Pelabuhan Penyebrangan Merbau Merbau
Kabupaten urusan Perhubungan

APBD K/L/D yang membidangi


e) Pelabuhan Penyebrangan Pulau Padang Tasik Putri Puyu
Kabupaten urusan Perhubungan

Merbau APBD K/L/D yang membidangi


f) Pelabuhan Penyebrangan Lukit Sagu-Sagu Kabupaten urusan Perhubungan

Merbau APBD K/L/D yang membidangi


g) Pelabuhan Penyebrangan Meranti Bunting Kabupaten urusan Perhubungan

Pulau Merbau APBD K/L/D yang membidangi


h) Pelabuhan Penyebrangan Pulau Merbau Kabupaten urusan Perhubungan
Tebing Tinggi APBD K/L/D yang membidangi
i) Pelabuhan Penyebrangan Tanjung Sari Timur Kabupaten urusan Perhubungan
Tebing Tinggi APBD K/L/D yang membidangi
j) Pelabuhan Penyebrangan Mengkikip Barat Kabupaten urusan Perhubungan

Rangsang APBD K/L/D yang membidangi


k) Pelabuhan Penyebrangan Tanjung Samak Kabupaten urusan Perhubungan
2.4 pembangunan,
pengembangan,
pemantapan, dan
peningkatan pelayanan
K/L/D yang membidangi
dan kualitas sistem a) Pelabuhan Pengumpul Selatpanjang Tebing Tinggi APBN
urusan Perhubungan
jaringan transportasi
darat yang terintegrasi
pada sistem jaringan
transportasi laut
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
b) Pelabuhan Pengumpan Regional APBD K/L/D yang membidangi
Tebing Tinggi
Meranti/Dorak Provinsi urusan Perhubungan
c) Pelabuhan Pengumpan Regional Meranti APBD K/L/D yang membidangi
Merbau
Bunting Provinsi urusan Perhubungan

Merbau APBD K/L/D yang membidangi


d) Pelabuhan Pengumpan Regional Kuala Asam Provinsi urusan Perhubungan

Merbau APBD K/L/D yang membidangi


e) Pelabuhan Pengumpan Regional Belitung Provinsi urusan Perhubungan

f) Pelabuhan Pengumpan Regional Sungai Tebing Tinggi APBD K/L/D yang membidangi
Tohor Timur Provinsi urusan Perhubungan
APBD K/L/D yang membidangi
g) Pelabuhan Pengumpan Lokal Bandul Tasik Putri Puyu
Kabupaten urusan Perhubungan
Tebing Tinggi APBD K/L/D yang membidangi
h) Pelabuhan Pengumpan Lokal Pulau Topang Timur Kabupaten urusan Perhubungan

Rangsang APBD K/L/D yang membidangi


i) Pelabuhan Pengumpan Lokal Tanjung Samak Kabupaten urusan Perhubungan

Merbau APBD K/L/D yang membidangi


j) Pelabuhan Pengumpan Lokal Bagan melibur Kabupaten urusan Perhubungan

Pulau Merbau APBD K/L/D yang membidangi


k) Pelabuhan Pengumpan Lokal Teluk Ketapang Kabupaten urusan Perhubungan
l) Pelabuhan Pengumpan Lokal Rangsang/Dwi APBD K/L/D yang membidangi
Rangsang
Tunggal Kabupaten urusan Perhubungan
APBD K/L/D yang membidangi
m) Pelabuhan Pengumpan Lokal Semukut Pulau Merbau
Kabupaten urusan Perhubungan
n) Pelabuhan Pengumpan Lokal Tanjung APBD K/L/D yang membidangi
Pulau Merbau
Kedabu Kabupaten urusan Perhubungan

Merbau APBD K/L/D yang membidangi


o) Pelabuhan Pengumpan Lokal Pelantai Kabupaten urusan Perhubungan

Rangsang APBD K/L/D yang membidangi


p) Pelabuhan Pengumpan Lokal Repan Kabupaten urusan Perhubungan
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tebing Tinggi APBD K/L/D yang membidangi
q) Pelabuhan Pengumpan Lokal Tanjung Gadai Timur Kabupaten urusan Perhubungan
K/L/D yang membidangi
r) Pelabuhan Pengumpan Lokal Merbau urusan Perhubungan

Tebing Tinggi APBD K/L/D yang membidangi


s) Pelabuhan Pengumpan Lokal Tebing Tinggi Kabupaten urusan Perhubungan
2.5 penataan Kawasan
Pulau Tebing K/L/D yang membidangi
Keselamatan Operasi Pembangunan Bandar Udara Pengumpan APBN
Tinggi urusan Perhubungan
Penerbangan (KKOP)

2.6 pengadaan tanah untuk Pembebasan lahan untuk pembangunan dan Seluruh APBN/APBD K/L/D yang membidangi
kepentingan umum kepentingan umum Kecamatan Kabupaten urusan Pertanahan

3 Perwujudan Sistem Jaringan


Energi

3.1 Jaringan Infrastruktur Kecamatan


Minyak dan Gas Bumi Merbau, Tebing
Tinggi Barat, BUMN/ K/L/D yang membidangi
a) Pengaman Objek Vital Tebing Tinggi APBN urusan ESDM
Timur dan Tasik
Putri Puyu.
Kecamatan
b) Pengembangan dan peningkatan jaringan Merbau, Tebing
penyaluran minyak dan gas bumi dari fasilitas Tinggi Barat, BUMN/ K/L/D yang membidangi
produksi ke kilang pengolahan dan/atau Tebing Tinggi APBN urusan ESDM
tempat penyimpanan Timur dan Tasik
Putri Puyu.
APBN/
Seluruh K/L/D yang membidangi
c) Pengembangan energi baru terbarukan APBD
Kecamatan urusan ESDM
Provinsi
3.2 Jaringan Infrastruktur a) peningkatan kapasitas infrastruktur APBN/ PT
Ketenagalistrikan Seluruh K/L/D yang membidangi
pembangkitan tenaga listrik dan sarana .PLN
Kecamatan urusan ESDM
pendukungnya (Persero)
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
b) peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan APBN/ PT
Kecamatan K/L/D yang membidangi
infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan .PLN
Tebing Tinggi urusan ESDM
sarana pendukungnya (Persero
APBN/ PT
Seluruh K/L/D yang membidangi
c) pengembangan energi baru terbarukan .PLN
Kecamatan urusan ESDM
(Persero
4 Perwujudan Sistem Jaringan
Telekomunikasi

APBD
a) pengaturan, pembangunan dan pengelolaan Seluruh K/L/D yang membidangi
Kabupaten/
dalam penggunaan sistem jaringan serat optik Kabupaten urusan ESDM
PT. Telkom
b) pengaturan, pembangunan dan pengelolaan K/L/D yang membidangi
dalam penggunaan Base Transciever Station Tebing Tinggi PT. Telkom
urusan Kominfo
(BTS) Bersama

c) pengembangan dan peningkatan kualitas dan Seluruh K/L/D yang membidangi


PT. Telkom
cakupan pelayanan jaringan Kecamatan urusan Kominfo

5 Perwujudan Sistem Jaringan


Sumber Daya Air

a) perencanaan dan penetapan kebijakan sistem Seluruh APBD K/L/D yang membidangi
jaringan sumber daya air Kecamatan Kabupaten urusan Pekerjaan Umum
b) pelindungan dan pengendalian pemanfaatan Seluruh APBD K/L/D yang membidangi
sumber air Kecamatan Kabupaten urusan Pekerjaan Umum
c) penetapan, pelindungan dan pemantapan Seluruh APBD K/L/D yang membidangi
sumber air permukaan Kecamatan Kabupaten urusan Pekerjaan Umum
d) perlindungan, pengamanan, peningkatan, dan APBD
Seluruh Kabupaten K/L/D yang membidangi
pemantapan fungsi, daya dukung dan kualitas
Kecamatan urusan Pekerjaan Umum
cekungan air tanah
e) perlindungan, pengamanan, peningkatan, dan APBD
Seluruh Kabupaten K/L/D yang membidangi
pemantapan fungsi, daya dukung dan kualitas Kecamatan urusan Pekerjaan Umum
Daerah Aliran Sungai
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
f) peningkatan dan pengembangan sistem Seluruh APBD K/L/D yang membidangi
jaringan irigasi Kecamatan Kabupaten urusan Pekerjaan Umum
APBN/
APBD
g) pembangunan dan peningkatan sistem Seluruh Provinsi/ K/L/D yang membidangi
pengendalian banjir Kecamatan APBD urusan Pekerjaan Umum
Kabupaten
APBN/
APBD
h) peningkatan kualitas serta cakupan Seluruh K/L/D yang membidangi
pelayanan jaringan air baku untuk air bersih Kecamatan  Provinsi/
urusan Pekerjaan Umum
APBD
Kabupaten

i) peningkatan kualitas serta cakupan Seluruh APBD K/L/D yang membidangi


pelayanan jaringan air bersih ke kelompok Kecamatan Kabupaten urusan Pekerjaan Umum
pengguna masyarakat /APBN

6 Perwujudan Jaringan
Prasarana Lainnya
K/L/D yang membidangi
penyusunan dan penetapan kebijakan Seluruh APBD
urusan Pekerjaan Umum dan
pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya Kecamatan Kabupaten
Perencanaan
penyusunan dan penetapan kebijakan kajian K/L/D yang membidangi
Seluruh APBD
lingkungan pengembangan sistem jaringan urusan Pekerjaan Umum dan
Kecamatan Kabupaten
prasarana lainnya Perencanaan
6.1 Rencana Pembangunan APBN/
dan Pengembangan a) pembangunan, pengembangan, peningkatan, APBD
Sistem Penyediaan Air dan pemantapan kualitas dan jangkauan Seluruh K/L/D yang membidangi
Provinsi/
Minum pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum Kecamatan urusan Pekerjaan Umum
APBD
(SPAM) Kabupaten
6.2 Sistem Pengelolaan Air b) pembangunan, pengembangan, peningkatan, APBN/
Limbah dan pemantapan kualitas dan jangkauan APBD K/L/D yang membidangi
Tebing Tinggi
pelayanan Sistem Pengelolaan Air Limbah Provinsi/ urusan Pekerjaan Umum
Domestik (SPALD) APBD
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Kabupaten
6.3 Sistem Pengelolaan Air Kecamatan
Limbah Beracun APBN/
pembangunan, pengembangan, peningkatan, dan Tebing Tinggi,
APBD K/L/D yang membidangi
pemantapan kualitas dan jangkauan pelayanan Tebing Tinggi
Provinsi/ urusan Pekerjaan Umum dan
sistem pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Barat, Rangsang,
APBD Lingkungan Hidup
Beracun (B3) Merbau, Tebing
Kabupaten
Tinggi Timur
6.4 Sistem Pengelolaan APBN/
Sampah pembangunan, pengembangan, peningkatan, dan APBD K/L/D yang membidangi
Seluruh
pemantapan kualitas dan jangkauan pelayanan Provinsi/ urusan Pekerjaan Umum dan
Kecamatan
sistem jaringan persampahan wilayah APBD Lingkungan Hidup
Kabupaten
6.5 Sistem Jaringan APBN/
Evakuasi Bencana APBD K/L/D yang membidangi
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan Seluruh
sistem jaringan evakuasi bencana Kecamatan  Provinsi/ urusan Lingkungan Hidup
APBD dan Kebencanaan
Kabupaten

II PROGRAM UTANA PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN

1 Program Utama Perwujudan


Kawasan Peruntukan
Lindung

1.1 Kawasan yang Tebing Tinggi


APB N/ K/L/D yang membidangi
memberikan a) perencanaan dan penetapan kebijakan Barat, Pulau
APBD urusan Lingkungan Hidup
perlindungan terhadap perlindungan kawasan Merbau dan
Provinsi dan Kehutanan
kawasan bawahannya Rangsang
Tebing Tinggi
APB N/ K/L/D yang membidangi
b) peningkatan dan pemantapan kualitas fungsi Barat, Pulau
APBD urusan Lingkungan Hidup
perlindungan kawasan Merbau dan
Provinsi dan Kehutanan
Rangsang
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tebing Tinggi
APB N/ K/L/D yang membidangi
c) pemantauan dan evaluasi pemanfaatan Barat, Pulau
APBD urusan Lingkungan Hidup
kawasan Merbau dan
Provinsi dan Kehutanan
Rangsang
Tebing Tinggi
APB N/ K/L/D yang membidangi
Barat, Pulau
d) pengendalian pemanfaatan ruang APBD urusan Lingkungan Hidup
Merbau dan
Provinsi dan Kehutanan
Rangsang
Tebing Tinggi
e) peningkatan kesadaran pemerintah daerah, APB N/ K/L/D yang membidangi
Barat, Pulau
masyarakat, swasta, penegak hukum dalam APBD urusan Lingkungan Hidup
Merbau dan
tata kelola kawasan Provinsi dan Kehutanan
Rangsang
APB N/ K/L/D yang membidangi
f) perencanaan dan pengembangan Seluruh
APBD urusan Lingkungan Hidup
pengelolaan lahan gambut kecamatan
Provinsi dan Kehutanan
1.2 Kawasan Perlindungan K/L/D yang membidangi
APB N/
Setempat urusan Pekerjaan umum dan
a) penataan kawasan Tebing Tinggi APBD
Penataan Ruang, Lingkungan
Provinsi
Hidup dan Kehutanan
K/L/D yang membidangi
APB N/
Seluruh urusan Pekerjaan umum dan
b) penataan bangunan dan lingkungan APBD
Kecamatan Penataan Ruang, Lingkungan
Provinsi
Hidup dan Kehutanan
K/L/D yang membidangi
APB N/
Seluruh urusan Pekerjaan umum dan
c) penataan bangunan dan lingkungan APBD
Kecamatan Penataan Ruang, Lingkungan
Provinsi
Hidup dan Kehutanan
K/L/D yang membidangi
d) pembangunan, peningkatan, dan pemantapan APB N/
Seluruh urusan Pekerjaan umum dan
infrastruktur perlindungan dan pengamanan APBD
Kecamatan Penataan Ruang, Lingkungan
kawasan Provinsi
Hidup dan Kehutanan

e) pengendalian pemanfaatan kawasan Seluruh APB N/ K/L/D yang membidangi


WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
sempadan Kecamatan APBD urusan Pekerjaan umum dan
Provinsi Penataan Ruang, Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
APB N/ K/L/D yang membidangi
f) perencanaan dan pengembangan Seluruh
APBD urusan Lingkungan Hidup
pengelolaan lahan gambut kecamatan
Provinsi dan Kehutanan
1.3 Kawasan Konservasi K/L/D yang membidangi
APB N/
a) inventarisasi, pemantauan, dan evaluasi urusan Pekerjaan umum dan
Tasik Putri Puyu APBD
pemanfaatan kawasan Penataan Ruang, Lingkungan
Provinsi
Hidup dan Kehutanan
K/L/D yang membidangi
APB N/
b) penetapan dan pemantapan pengelolaan urusan Pekerjaan umum dan
Tasik Putri Puyu APBD
kawasan Penataan Ruang, Lingkungan
Provinsi
Hidup dan Kehutanan
K/L/D yang membidangi
APB N/
c) pemantapan perlindungan dan pengamanan urusan Pekerjaan umum dan
Tasik Putri Puyu APBD
kawasan Penataan Ruang, Lingkungan
Provinsi
Hidup dan Kehutanan
K/L/D yang membidangi
urusan Pekerjaan umum dan
APB N/ Penataan Ruang, Lingkungan
d) peningkatan, pengembangan, dan Tasik Putri Puyu APBD
pemantapan infrastruktur kawasan Hidup dan Kehutanan
Provinsi

APB N/ K/L/D yang membidangi


g) perencanaan dan pengembangan Seluruh
APBD urusan Lingkungan Hidup
pengelolaan lahan gambut kecamatan
Provinsi dan Kehutanan

2 Program Utama Perwujudan


Kawasan peruntukan
Budidaya

3.1 Kawasan Hutan Produksi a) pemantauan dan evaluasi pemanfaatan Seluruh APBD K/L/D yang membidangi
kawasan hutan produksi Kecamatan Provinsi urusan Pekerjaan umum dan
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Penataan Ruang, Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
K/L/D yang membidangi
b) rehabilitasi hutan dan lahan pada Daerah Seluruh APBD urusan Pekerjaan umum dan
Aliran Sungai (DAS) dan pesisir pantai Kecamatan Provinsi Penataan Ruang, Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
K/L/D yang membidangi
Seluruh APBD urusan Pekerjaan umum dan
c) penetapan tata batas kawasan hutan produksi Kecamatan Provinsi Penataan Ruang, Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
K/L/D yang membidangi
d) pengembangan budidaya agroforestri sebagai Seluruh
 APBD urusan Pekerjaan umum dan
lumbung ketahanan pangan dan rehabilitasi Kecamatan Provinsi Penataan Ruang, Lingkungan
lahan Hidup dan Kehutanan
K/L/D yang membidangi
Seluruh
 APBD urusan Pekerjaan umum dan
e) percepatan perhutanan sosial Kecamatan Provinsi Penataan Ruang, Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
APB N/ K/L/D yang membidangi
f) perencanaan dan pengembangan Seluruh
APBD urusan Lingkungan Hidup
pengelolaan lahan gambut kecamatan
Provinsi dan Kehutanan
3.2 Kawasan Pertanian K/L/D yang membidangi
a) perencanaan, pemantauan dan evaluasi Seluruh APBD
urusan Pekerjaan umum dan
pemanfaatan serta komoditas kawasan Kecamatan Kabupaten
Pertanian
K/L/D yang membidangi
b) pengendalian dan penanggulangan bencana Seluruh APBD
urusan Pekerjaan umum dan
pertanian Kecamatan Kabupaten
Pertanian
K/L/D yang membidangi
c) pengembangan kawasan pertanian Rangsang Barat APBD
urusan Pekerjaan umum dan
berwawasan agropolitan dan Rangsang Kabupaten
Pertanian
Seluruh APBD
d) identifikasi, pemetaan, penetapan, dan
Kecamatan
 Kabupaten
K/L/D yang membidangi
urusan Pekerjaan umum dan
pemantapan Lahan Pertanian Pangan
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Berkelanjutan (LP2B) Pertanian
K/L/D yang membidangi
e) pengembangan dan peningkatan keterpaduan Seluruh  APBD
urusan Pekerjaan umum dan
akses dan distribusi dari sumber produksi ke Kecamatan Kabupaten
simpul distribusi Pertanian
K/L/D yang membidangi
f) pengawasan penggunaan sarana kawasan Seluruh  APBD
urusan Pekerjaan umum dan
pertanian Kecamatan Kabupaten
Pertanian
K/L/D yang membidangi
g) pengembangan dan penguatan kelembagaan Seluruh  APBD
urusan Pekerjaan umum dan
petani Kecamatan Kabupaten
Pertanian
APB N/ K/L/D yang membidangi
h) perencanaan dan pengembangan Seluruh
APBD urusan Lingkungan Hidup
pengelolaan lahan gambut kecamatan
Provinsi dan Kehutanan
3.3 Kawasan Perikanan Tebing Tinggi
a) perencanaan, pengembangan, peningkatan, K/L/D yang membidangi
Barat,Tebing APBD
pemantauan dan evaluasi pemanfaatan urusan Pekerjaan umum dan
Tinggi dan Pulau Kabupaten
kawasan Perikanan
Merbau
APBN/
Tebing Tinggi
APBD K/L/D yang membidangi
Barat,Tebing
b) pengembangan sentra budidaya perikanan Provinsi/ urusan Pekerjaan umum dan
Tinggi dan Pulau
APBD Perikanan
Merbau
Kabupaten

Tebing Tinggi
K/L/D yang membidangi
c) pengembangan dan penguatan kelembagaan Barat,Tebing APBD
urusan Pekerjaan umum dan
nelayan Tinggi dan Pulau Kabupaten
Perikanan
Merbau
Rangsang Barat, K/L/D yang membidangi
d) pemantapan dan peningkatan pemberdayaan APBD
Rangsang Pesisir urusan Pekerjaan umum dan
usaha kecil pembudidayaan ikan Kabupaten
dan Rangsang Perikanan
APBN/ K/L/D yang membidangi
e) inovasi hasil pengolahan dan penguatan Seluruh
APBD urusan Pekerjaan umum dan
jaringan pemasaran perikanan Kecamatan
Provinsi/ Perikanan
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
APBD
Kabupaten
APBN/
APBD K/L/D yang membidangi
f) pengembangan produktivitas perikanan Seluruh
Provinsi/ urusan Pekerjaan umum dan
tangkap dan budidaya Kecamatan
APBD Perikanan
Kabupaten
K/L/D yang membidangi
g) peningkatan kapasitas sumber daya Seluruh APBD
urusan Pekerjaan umum dan
masyarakat perikanan Kecamatan Kabupaten
Perikanan
APBN/
h) pengembangan dan peningkatan keterpaduan APBD K/L/D yang membidangi
Seluruh
akses dan distribusi dari sumber produksi ke Provinsi/ urusan Pekerjaan umum dan
Kecamatan
simpul distribusi APBD Perikanan
Kabupaten
3.4 Kawasan Pertambangan APBD
dan energi a) inventarisasi daerah yang berpotensi untuk Seluruh Kabupaten/ K/L/D yang membidangi
usaha pertambangan Kecamatan APBD urusan ESDM
Provinsi
APBD
Seluruh Kabupaten/ K/L/D yang membidangi
b) penetapan zonasi kawasan pertambangan Kecamatan APBD urusan ESDM
Provinsi
APBN/
c) pemantauan dan pengendalian pemanfaatan Seluruh K/L/D yang membidangi
APBD
ruang di sekitar kawasan Kecamatan urusan ESDM
Kabupaten
APBN/
APBD
Seluruh K/L/D yang membidangi
d) rehabilitasi hutan dan lahan pasca tambang Provinsi/
Kecamatan urusan ESDM
APBD
Kabupaten

e) perencanaan dan pengembangan Seluruh APB N/ K/L/D yang membidangi


pengelolaan lahan gambut kecamatan APBD urusan Lingkungan Hidup
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Provinsi dan Kehutanan

3.5 Kawasan Peruntukan a) penyusunan, penetapan, pemantauan dan K/L/D yang membidangi
Tebing Tinggi APBD
Industri evaluasi Rencana Induk pengembangan urusan Perindustrian dan
Timur Kabupaten
Industri Kabupaten Perdagangan
K/L/D yang membidangi
b) perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian Tebing Tinggi APBD
urusan Perindustrian dan
pemanfaatan kawasan Timur Kabupaten
Perdagangan
K/L/D yang membidangi
c) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Tebing Tinggi APBD
urusan Perindustrian dan
perizinan industri kecil dan menengah Timur Kabupaten
Perdagangan
APBN/
APBD K/L/D yang membidangi
d) pengembangan kawasan sentra industri kecil Tebing Tinggi
Provinsi/ urusan Perindustrian dan
dan menengah Timur
APBD Perdagangan
Kabupaten
e) peningkatan kualitas dan kuantitas sumber K/L/D yang membidangi
daya manusia dalam mendukung Tebing Tinggi APBD
urusan Perindustrian dan
penyelenggaraan perwujudan kawasan Timur Kabupaten
Perdagangan
industri
f) pengembangan dan penguatan industrial K/L/D yang membidangi
Tebing Tinggi APBD
linkage (keterkaitan industri) yang memiliki urusan Perindustrian dan
Timur Kabupaten
nilai tambah (value added) Perdagangan
K/L/D yang membidangi
g) pembangunan prasarana dan sarana Tebing Tinggi APBD
urusan Perindustrian dan
pendukung kawasan industri Timur Kabupaten
Perdagangan
APB N/ K/L/D yang membidangi
h) perencanaan dan pengembangan Seluruh
APBD urusan Lingkungan Hidup
pengelolaan lahan gambut kecamatan
Provinsi dan Kehutanan
3.6 Kawasan Pariwisata a) perencanaan, monitoring, dan evaluasi K/L/D yang membidangi
APBD
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Tebing Tinggi urusan Pariwisata,
Kabupaten
Daerah (RIPPARDA) dan profil wisata daerah Perindustrian dan
WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Kabupaten berbasis spasial Perdagangan

APBN/
Tebing Tinggi APBD
b) penataan kawasan dan penataan bangunan K/L/D yang membidangi
Barat, Rangsang, Provinsi/
dan lingkungan urusan Pariwisata
Tasik Putri Puyu APBD
Kabupaten
c) pemantapan dan peningkatan pengelolaan Seluruh APBD K/L/D yang membidangi
destinasi wisata Kecamatan Kabupaten urusan Pariwisata
d) pemantauan dan evaluasi penetapan tanda Seluruh APBD K/L/D yang membidangi
daftar usaha pariwisata Kecamatan Kabupaten urusan Pariwisata
e) pemasaran pariwisata dalam dan luar negeri Seluruh APBD K/L/D yang membidangi
daya tarik, destinasi, dan kawasan strategis Kecamatan Kabupaten urusan Pariwisata
pariwisata
f) penyediaan prasarana (zona kreatif/ruang
kreatif/kota kreatif) sebagai ruang Seluruh APBD K/L/D yang membidangi
berekspresi, berpromosi, dan berinteraksi Kecamatan Kabupaten urusan Pariwisata
bagi insan kreatif
APBN/
APBD
g) revitalisasi kawasan tradisional/bersejarah, Seluruh K/L/D yang membidangi
Provinsi/
kawasan pariwisata dan kawasan lain Kecamatan urusan Pariwisata
APBD
Kabupaten
h) peningkatan kapasitas sumber daya manusia Seluruh APBD K/L/D yang membidangi
pariwisata dan ekonomi kreatif melalui Kecamatan Kabupaten urusan Pariwisata
kelembagaan pariwisata
APBN/
APBD
i) peningkatan dan pengembangan objek wisata Seluruh K/L/D yang membidangi
Provinsi/
prioritas Kecamatan urusan Pariwisata
APBD
Kabupaten

j) peningkatan, pengembangan dan Seluruh APBN/ K/L/D yang membidangi


WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM UTAMA LOKASI 2021-2025 2026- 2030 2031-2036 2037- 2040 SUMBER
NO INSTANSI PELAKSANA
(KECAMATAN) DANA
Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
pemantapan infrastruktur penunjang Kecamatan APBD urusan Pariwisata
pariwisata Provinsi/
APBD
Kabupaten
APB N/ K/L/D yang membidangi
k) perencanaan dan pengembangan Seluruh
APBD urusan Lingkungan Hidup
pengelolaan lahan gambut kecamatan
Provinsi dan Kehutanan
3.7 Kawasan Permukiman K/L/D yang membidangi
a) inventarisasi, penataan, pembangunan dan Seluruh APBD
urusan Pekerjaan Umum dan
pengamanan fasilitas sosial Kecamatan Kabupaten
Penataan Ruang
APBN/
APBD K/L/D yang membidangi
b) penataan dan rehabilitasi lingkungan kawasan Seluruh
Provinsi/ urusan Pekerjaan Umum dan
permukiman kumuh Kecamatan
APBD Penataan Ruang
Kabupaten
APBN/
c) pengembangan, dan penataan sistem APBD K/L/D yang membidangi
Seluruh
jaringan transportasi yang terintegrasi guna Provinsi/ urusan Pekerjaan Umum dan
Kecamatan
mendukung konektivitas antar kawasan APBD Penataan Ruang
Kabupaten
APBN/
APBD K/L/D yang membidangi
d) penguatan pelayanan aktivitas sistem Seluruh
Provinsi/ urusan Pekerjaan Umum dan
perkotaan Kecamatan
APBD Penataan Ruang
Kabupaten
APBN/
e) penataan kawasan, serta penataan bangunan APBD K/L/D yang membidangi
Seluruh
dan lingkungan kawasan perlindungan Provinsi/ urusan Pekerjaan Umum dan
Kecamatan
setempat APBD Penataan Ruang
Kabupaten
f) pengembangan, peningkatan dan APBN/ K/L/D yang membidangi
Seluruh
pemantapan penyehatan lingkungan APBD urusan Pekerjaan Umum dan
Kecamatan
permukiman Provinsi/ Penataan Ruang

Anda mungkin juga menyukai