Anda di halaman 1dari 26

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO

PUSKESMAS GUMURUH

UPT PUSKESMAS GUMURUH

Jl. Rancagoong No. 11

KOTA BANDUNG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sarana pelayanan kesehatan Puskesmas termasuk ke dalam kriteria tempat kerja
dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas. Sehingga sudah seharusnya
Puskesmas menerapkan Manajemen Risiko. Manajemen risiko adalah sebuah proses
formal untuk mengidentifikasi, menganalisa dan merespon sebuah risiko secara
sistemik, sepanjang jalannya pekerjaan, untuk mendapatkan tingkatan tertinggi atau
yang bisa diterima dalam hal mengeliminasi risiko dan control risiko.
Manajemen risiko adalah upaya proses mengenal, mengevaluasi, mengendalikan,
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen risiko
merupakan metode penanganan sistematis formal dimana dikonsentrasikan pada
mengidentifikasikan dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki
kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan. Risiko adalah hal yang tidak akan
pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan/aktifitas yang dilakukan manusia.

Risiko dapat dikelompokan dalam beberapa karakteristik, yaitu :


1. Risiko berdasarkan sifat
a. Risiko spekulatif yaitu risiko yang memang sengaja diadakan agar di lain
pihak dapat diharapkan hal-hal yang menguntungkan. Contoh : penjualan
produk.
b. Risiko murni yaitu risiko yang tidak disengaja yang jika terjadi dapat
menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contoh risiko kebakaran.
2. Risiko berdasarkan asal timbulnya
a. Risiko internal yaitu risiko yang berasal dari dalam lingkungan sendiri.
Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja karena kesalahan pengoperasian.
b. Risiko eksternal yaitu risiko yang berasal dari luar lingkungan sendiri.
Misalnya risiko pencurian.

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan Puskesmas.


Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) Puskesmas yaitu :
1. Keselamatan pasien (patient safety),
2. Keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
3. Keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas,
4. Keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan
5. Keselamatan “bisnis” Puskesmas yang terkait dengan kelangsungan hidup
Puskesmas .
Kelima aspek keselamatan Puskesmas tersebut sangat penting untuk
dilaksanakan di setiap Puskesmas, yang harus dikelola secara professional,
komprehensif dan terintegrasi.
Puskesmas merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks. Semakin luas
pelayanan kesehatan dan fungsi suatu puskesmas maka semakin kompleks peralatan
dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan puskesmas
mempunyai potensi yang bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga
medis, resiko ini juga membahayakan pengunjung puskesmas.
Di puskesmas Gumuruh terdapat tiga kegiatan manajemen resiko yang menjadi
acuan sebagai dasar pencegahan terhadap resiko yang mungkin terjadi, yaitu ;
a) Manajemen resiko lingkungan
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen risiko
untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di
Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
b) Manajemen resiko klinis
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan dan
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen
risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang
menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegahterjadinya
risiko tersebut.

B. Definisi Manajemen Risiko


Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan
strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana
prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian
potensi kehilangan asset Puskesmas , dan melakukan seleksi sesuai asumsi
kerugian, transfer, mekanisme pengendalian dan pencegahan.
Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan menerapkan
secara langsung untuk meminimalkan kejadian yang tidak diharapkan.
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya.
Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi (reaktif)
dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi
yang memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses,
fungsi dan layanan.

C. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di Puskesmas
Gumuruh.

D.Dasar Hukum
1. Undang-undang nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
2. Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
3. Undang-undang nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.
4. Undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah nomor 50 Tahun 2012 tentang penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
6. Keputusan presiden nomor 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat
hubungan kerja.
7. Keputusan presiden nomor 7 Tahun 1999 tentang wajib lapran penyakit akibat
hubungan kerja.
8. Keputusan menteri kesehatan nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang komite
kesehatan dan keselamatan sektor kesehatan.
BAB II
RUANG LINGKUP

Pada dasarnya dalam pelaksanaan manajemen risiko, terdapat beberapa tahapan dalam
manajemen resiko. Salah satu tahapannya adalah :
1. Menetapkan lingkup manajemen risiko
2. Identifikasi resiko
3. Analisis risiko
4. Evaluasi risiko
5. Tindakan terhadap risiko
Proses Manajemen Risiko

Tahap pertama dalam manajemen risiko adalah menerapkan lingkup manajemen


risiko. Lingkup manajemen risiko terdiri dari:
A. MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN
Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas meliputi :
- Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan
Puskesmas
- Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas
dan lingkungan sekitar Puskesmas
- Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
- Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Penerapan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Wongsorejo meliputi:
- Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas
- Sarana prasarana fasilitas Puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan
toilet, dsb
- Tata ruang dan penetapan zona risiko
- Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
- Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas
1) Toilet dan Kamar Mandi,
2) Pembuangan sampah,
3) Penyediaan air minum dan air bersih,
4) Hygiene dan sanitasi makanan
5) Pengolahan limbah,
6) Pengolahan limbah medis
7) Pengelolaan linen
8) Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
9) Dekontaminasi dan sterilisasi
10) Promosi hygiene dan sanitasi

B. MANAJEMEN RESIKO LAYANAN KLINIS


Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah
kejadian yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk meminimalkan
risiko (patient safety).
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Wongsorejo
meliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung Puskesmas
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti Puskesmas
lainnya

Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Wongsorejo


dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Poli Umum
3. Poli Anak
4. Poli KIA/KB
5. Poli Gigi
6. Poli Pencegahan Penyakit (P2)
7. UGD
8. Laboratorium
9. Unit layanan Obat

Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga dilaksanakan


di jaringan pelayanan Puskesmas Wongsorejo yang melaksanakan layanan klinis
seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasuk imunisasi. Jaringan
pelayanan Puskesmas yang dimaksud meliputi: Puskesmas Pembantu (Pustu),
Polindes/Ponkesdes dan Posyandu.
C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM
Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko :
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada
pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia

Lingkup manajemen risiko puskesmas berdasarkan kejadiannya:


1. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)
Merupakan kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
pasien karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak dan bukan karena
underlying disease atau kondisi pasien. Masalah KTD bisa terjadi dikarenakan :
a. Masalah komunikasi
Penyebab yang paling umum terjadi medical error. Kegagalan komunikasi :
verbal/ tertulis, miskomunikasi antar staf, antar shift, informasi yang tidak di
dokumentasikan dengan baik/hilang, masalah-masalah komunikasi, antar tim
layanan dengan pekerja non klinis, dan antara staf dengan pasien.
b. Arus informasi yang tidak adekuat
Ketersediaan informasi yang kritis saat akan merumuskan keputusan penting,
komunikasi tepat waktu dan dapat diandalkan saat pemberian hasil
pemeriksaan yang kritis, kondisi intruksi obat saat transfer antar unit, informasi
penting tidak disertakan saat pasien dirujuk ke Rumah Sakit.
c. Masalah SDM
Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses, labeling specimen yang
buruk, staf tidak mempunyai pengetahuan yang adekuat, untuk setiap pasien
pada saat dibutuhkan.
d. Hal-hal yang berhubungan dengan pasien
Identifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak lengkap,
kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak adekuat.
e. Kegagalan teknis
Kegagalan alat/perlengkapan, instruksi tidak adekuat, kegagalan alat tidak
teridentifikasi dengan tepat sebagai dasar cidera pasien.
f. Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat
Pedoman cara pelayanan dapat merupakan factor penentu terjadinya banyak
medical error. Kegagalan dalam proses pelayanan dapat ditelusuri sebabnya
pada buruknya dokumentasi, tidak adanya pencatatan atau SOP klinis yang
tidak adekuat.

2. KEJADIAN NYARIS CEDERA, KEJADIAN TIDAK CEDERA DAN KEJADIAN


POTENSIAL CEDERA
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya inciden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
Kejadian tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terjadi ke pasien tapi tidak
timbul cedera.Kejadian Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang
berpotensi untuk merambulkan cedera tetapi tidak timbul cedera
BAB III

TATA LAKSANA MANAJEMEN RISIKO

1. Identifikasi Risiko
Risiko dapat diidentifikasi dari hasil audit, complain, terjadi kasus, atau
brainstorming.
2. Analisis Risiko
Analisis risiko adalah proses mengenali hazard yang mungkin terjadi dan potensi
kegawatan dari hazard tersebut. Analisis risiko digunakan untuk menentukan
estimasi risiko kuantitatif atau kualitatif teknik evaluasi/matematis. Analisis risiko
dilakukan dengan alat sebagai berikut:
a. Severity assessment
Severity assessment digunakan untuk menentukan tingkat keparahan risiko.
Variable yang digunakan untuk menilai severity adalah dampak risiko dikali
probabilitas.
Dampak Risiko

TINGKAT
DESKRIPSI DAMPAK
RIKS

1 Minimal/ Tidak ada cedera


tdk
signifikan

2 Minor • Cedera ringan , mis luka lecet


• Dapat diatasi dng P3K

3 Moderat • Cedera sedang, mis : luka robek


• Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual (reversibel. Tdk berhubungan dng
penyakit
• Setiap kasus yg meperpanjang perawatan

4 Mayor • Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh


• Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis
atau intelektual (ireversibel), tdk berhubungan dng
penyakit

5 Ekstrem/ Kematian yg tdk berhubungan dng perjalanan


katastropik penyakit
Probabilitas

NILAI Probabilitas

5 Frequent: Sangat sering terjadi (Tiap minggu/bulan) : 5

4 Probable: Sering terjadi (bbrp kali/tahun) : 4

3 Possible: Mungkin terjadi (1 - < 2 tahun/kali) : 3

2 Unlikely: Jarang terjadi (> 2 - < 5 th/kali): 2

1 Rare: Sangat jarang terjadi ( > 5 thn/Kali): 1

MATRIKS GRADING RISIKO

Minimal/ Ekstrem/
Dampak MINOR Moderat Mayor
Tak Significant Katatrospik
Probabilitas 2 3 4
1 5

Sangat sering
terjadi
(Tiap Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
minggu/bulan)
5

Sering terjadi
(bbrp kali/tahun) Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
4

Mungkin terjadi
(1 - < 2 tahun/kali) Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
3

Jarang terjadi
(> 2 - < 5 th/kali) Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
2

Sangat jarang
terjadi
Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
( > 5 thn/Kali)
1

Tindakan sesuai tingkat dan band risiko


LEVEL/BANDS TINDAKAN

EKSTREM Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari,


(SANGAT membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke Pimpinan
TINGGI) Faskes

HIGH Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dng detail
(TINGGI) & perlu tindakan segera, serta membutuhkan tindakan
Pimpinan Faskes

MODERATE Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2


(SEDANG) minggu. Manajer/pimpinan klinis/unit kerja sebaiknnya menilai
dampak terhadap bahaya & kelola risiko

LOW Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1


(RENDAH) minggu diselesaikan dng prosedur rutin

ROOT CAUSE ANALYSIS


Root Cause Analysis digunakan untuk hasil severity assessment kategori merah atau
kuning. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan RCA adalah:
1. Bentuk tim RCA untuk suatu kejadian
2. Pelajari kejadian
a. Menentukan masalah
b. Mengumpulkan bukti-bukti yang nyata
c. Melakukan wawancara
d. Meneliti lingkungan kejadian
e. Menggambarkan rantai terjadinya kejadian
f. Mengenali factor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya kejadian
g. Mengenali kejadian yang mengawali (trigger)
3. Analisis sebab
Melakukan analisis dengan menggunakan pohon masalah/diagram tulang ikan
untuk mengetahui kegiatan atau kondisi yang menyebabkan timbul kejadian.
Sehingga dapat dikenali sistem yang melatarbelakangi timbulnya kejadian atau
sampai tidak beralasan lagi untuk melanjutkan. Mengidentifikasi akar-akar
penyebab:
a. Factor manusia : kelalaian, incompetence, sistem pengelolaan sumber daya
manusia termasuk reward system
b. Sistem breakdown, system failure, system incapability
c. Sistem pengedalian
d. Sistem daya (fasilitas dan peralatan) dan manajemen sumber daya.
Kemudian merumuskan pernyataan akar masalah
4. Menyusun rencana tindakan
Menetapkan strategi yang tepat untuk mengatasi penyebab yang diidentifikasi dan
dapat diterima oleh pihak yang terkait dengan kejadian. Rencana tindakan disusun
untuk tiap akar penyebab kejadian dan pengukuran untuk menilai efektifitas
tindakan terhadap akar penyebab. Kemudian dapatkan persetujuan dari
kepemimpinan dalam organisasi
5. Melaporkan proses analisis dan temuan.
Catat proses dan alat yang digunakan, biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan,
ringkasan kejadian, proses investigasi dan analisis serta temua.

Dengan RCA kita dapan memaami penyebab kejadian yang terdiri dari:
a. Kegagalan aktif: pelanggaran yang sengaja dilakukan oleh seseorang
b. Kondisi laten : breakdown dari proses atau sistem seperti kurangnya pendidikan,
gagal mengikuti prosedur, alat yang rusak, desain yang tidak tepat, dan
sebagainya.

FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah suatu alat manajemen risiko untuk
mengkaji suatu prosedur secara rinci dan mengenali kodel-model adanya
kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model
kesalahan/kegagalan, dengan mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari
kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi dengan melakukan perubahan
desain/prosedur. Langkah-langkah melakukan FMEA adalah sebagai berikut:

1. Bentuk tim FMEA. Tugas anggota tim FMEA:


a. Paham proses FMEA
b. Hadir setiap pertemuan FMEA
c. Mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan untuk melakukan
d. Memberikan input dengan jujur kepada tim
e. Mendengarkan dengan aktif
f. Membantu tim untuk fokus pada masalah
2. Lakukan penilaian untuk tiap model kesalahan/kegagalan:
a. Sering tidaknya terjadi (occurrence): (Occ)
1 : tidak pernah, 10 sangat sering
b. Kegawatannya (severity): (SV)
1 : tidak gawat, 10 sangat gawat
c. Kemudahan untuk terdeteksi (detectability): (DT)
1 : mudah dideteksi, 10 : sangat sulit dideteksi
3. Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan: Occ x SV x DT
4. Tentukan batasan (cut-off point) RPN yang termasuk prioritas
Cut off point didapat dengan cara mengurutkan failure mode dengan nilai RPN
dari yang tertinggi ke yang terendah. Hitung persentase kumulatif. Perhatikan
nilai kumulatif sampai dengan 80%, maka pada nilai kumulatif 80% tersebut kita
tetapkan sebagai cut off point.
5. Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design action/solution)
6. Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil
7. Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut
8. Hitung kembali RPN sesudah dilakukan solusi perbaikan
Severity Rating Scale

Nilai Penjelasan Pengertian

10 Amat sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan kematian pelanggan dan


berbahaya kerusakan sistem tanpa tanda-tanda yang mendahului

9 Sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera berat/permanen pada


berbahaya pelanggan atau gangguan serius pada sistem yang dapat
8
menghentikan pelayanan dengan adanya tanda yang mendahului

7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera ringan sampai sedang


dengan tingkat ketidak puasan yang tinggi dari pelanggan dan/atau
menyebabkan ganggung sistem yang membutuhkan perbaikan berat
atau kerja ulang yang signifikan

6 Berbahaya Kesalahan berakibat pada cedera ringan dengan sedikit ketidak


sedang puasan pelanggan dan/atau menimbulkan masalah besar pada sistem
5

4 Berbahaya Kesalahan menyebakan cedera sangat ringan atau tidak cedera tetapi
ringan sampai dirasakan mengganggu oleh pelanggan dan/atau menyebabkan
3
sedang masalah ringan pada sistem yang dapat diatasi dengan modifikasi
ringan

2 Berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan pelanggan tidak


ringan menyadari adanya masalah tetapi berpotensi menimbulkan cedera
ringan atau tidak berakibat pada sistem

1 Tidak Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan tidak berdampak pada


berbahaya sistem

Occurrence Rating Scale


Nilai Penjelasan Pengertian

10 Kemungkinan terjadinya Kesalahan terjadai paling tidak sekali sehari


dapat dipastikan atau hampir setiap saat

9 Hampir tidak dapat Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau terjadi


dihindarkan setiap 3 sampai 4 hari

8 Kemungkinan terjadai Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling


sangat tingggi tidak seminggu sekali
7

6 Kemungkinan terjadi Kesalahan terjadi sekali sebulan


tinggi sedang
5

4 Kemungkinan terjadi Kesalahan kadang terjadi, atau sekali tidap tiga


sedang bulan
3

2 Kemungkinan terjadi Kesalahan jarang terjadi atau terjadi sekitar


rendah sekali setahun

1 Kemungkinan terjadi Kesalahan hampir tidak pernah terjadi, atau


amat sangat rendah tidak ada yang ingat kapan terakhir terjadi

Detection Rating Scale


Nilai Penjelasan Pengertian

10 Tidak ada Tidak ada mekanisme untuk mengetahui adanya


peluang untuk kesalahan
diketahui

9 Sangat sulit Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi yang


diketahui menyeluruh, tidak feasible dan tidak segera dapat
8
dilakukan

7 Sulit diketahui Kesalahana dapat diketahui dengan inspeksi manual


atau tidak ada proses yang baku untuk mengetahui,
6
sehingga ketahuan karena kebetulan

5 Berpeluang Ada proses untuk double checks atau inspeksi tetapi


sedang untuk tidak otomatis atau dilakukan secara sampling
diketahui

4 Berpeluang Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin tetapi


tinggi untuk tidak otomatis
3
diketahui

2 Berpeluang Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang otomatis


sangat tinggi
untuk diketahui

1 Hampir Ada proses otomatis yang akan menhentikan proses


dipastikan untuk mencegah kesalahan
untuk diketahui

BAB IV
PENUTUP

Puskesmas adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan


pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk
mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai fasilitas dan
peralatan kesehatan. Potensi bahaya di Puskesmas, selain penyakit infeksi, juga ada
potensi bahaya lain yang mempenagruhi situasi dan kondisi di Puskesmas. Semua
potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi feehidupan karyawan, pasien
maupun pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas. Mengelola resiko harus
dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan manajemen resiko.
LAMPIRAN 1

REGISTER RISIKO PELAYANAN ….

PUSKESMAS GUMURUH

Tingkat risiko
Risiko yang (sangat tinggi, Upaya Pelaporan
Pelayanan/ Penyebab Penanggung
No mungkin Severity Probability tinggi, Akibat Pencegahan risiko penanganan jika jika terjadi
Unit Kerja terjadinya jawab (PIC)
terjadi sedang, terkena risiko paparan
rendah)
Lampiran II

ROOT CAUSE ANALYSIS

I. Analisis terhadap KTD

II. Tim RCA

Ketua Tim RCA ........................................................................................................


Anggota 1......................................................................................................
(pastikan semua 2......................................................................................................
area terkait 3......................................................................................................
terwakili) 4......................................................................................................
5.dst.
Petugas pencatat
(notulis) ........................................................................................................
.

III. Diskripsi singkat kejadian:

IV. Faktor yang menjadi pencetus (trigger):

V. Kronologi kejadian:

VI. Faktor-faktor yang terkait dengan kejadian:

a. Faktor-faktor yang terkait langsung:


b. Faktor-faktor yang menunjang terjadinya kejadian:

VII. Analisis akar masalah (gambarkan diagram tulang ikan/pohon masalah)

VIII.Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut:

Akar Tindaka Tingkat Penanggung Waktu Sumber Bukti Paraf


masalah n pelaksan jawab daya yang Penyelesaian
a dibutuhka
n

IX. Hasil dan Pelaporan:

Laporan ini bersifat rahasia (confidential), hanya dilaporkan kepada


Kepala Puskesmas, dan Komisi Keselamatan Paisen. Laporan ini tidak
boleh di foto copy.
Lampiran III

FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

I. Unit kerja:

II. Tim FMEA:

Ketua Tim FMEA ........................................................................................................


Anggota 1......................................................................................................
(pastikan semua 2......................................................................................................
area terkait 3......................................................................................................
terwakili) 4......................................................................................................
5.dst.
Petugas pencatat
(notulis) ........................................................................................................
.

III. Peran masing-masing ketua dan anggota

Tim FMEA Peran


Ketua
Anggota

IV. Jadwal kegiatan tim:

No Kegiatan Waktu Keterangan

V. Alur proses yang sekarang:


VI. Identifikasi Failure modes:

Contoh: pelayanan obat di Puskesmas

No Tahapan kegiatan pada alur proses Failure modes


VII. Matriks FMEA:

S D RPN
No Failure modes Penyebab Akibat O (occurrence) Solusi Indikator untuk validasi
(severity) (detectability) (OxSxD)
VIII. Menetapkan cut
off point dengan diagram Pareto:

IX. Alur proses yang baru:

X. Pelaksanaan:

No Kegiatan Waktu Hasil Keterangan


Pelaksanaa
n

XI. Monitoring, validasi (bisa dihitung ulang RPN setelah implementasi), evaluasi,

dan pelaporan

Anda mungkin juga menyukai