Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM BENDA
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Hukum Perdata
Dosen Pengampu : Labib Nubahai, M,Si.

JUDUL

Disusun Oleh :

1. Muhammad Anas Hudaifi (2120210066)


2. Mutmainnah (2120210074)
3. Maulwy Jabal Hadid (2120210091)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Hukum Benda” ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada baginda Rasulallah saw yang selalu kita tunggu syafaatnya hingga hari
kiamat nanti. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Perdata dengan dosen pengampu Bapak Labib Nubahai, M,Si.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Labib Nubahai, M,Si.
yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami, dan tidak luput
juga kami ucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman yang ikut
menyumbang pikirannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami mohon maaf kepada Bapak Labib Nubahai, M,Si. khususnya dan
umumnya kepada para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya, kami
mengharap kritik dan sarannya yang bersifat membangun kepada semua pembaca
demi lebih baiknya makalah ini.

Kudus, 6 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
A. Pengertian Benda dan Hukum Benda......................................................... 2
B. Jenis-jenis Benda ....................................................................................... 3
C. Asas-asas Hukum Benda ........................................................................... 5
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 8
A. Kesimpulan ............................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memerlukan benda-benda baik untuk dipergunakan langsung
ataupun sekedar sebagai alat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Benda
merupakan hal yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari, dan hal
tersebut tidak pernah lepas dalam pergaulan hidup manusia di seluruh dunia.
Dalam setiap interaksi manusia yang melibatkan benda yang berkembang sesuai
dengan perkembangan pola hidup manusia menjadikan benda sebagai sesuatu
yang perlu untuk diatur.
Keberadaan adanya suatu benda pun cukup mempengaruhi dalam
segala perbuatan-perbuatan yang akan timbul antar sesama manusia. Sehingga
pasa saat ini pengaturan terhadap suatu benda secara umum masih diatur dalam
kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Beberapa perkara menyangkut
perbuatan hukum tidak jarang berkaitan dengan hak-hak perseorangan yang
bersifat kebendaan.
Pasal 499 KUH Perdata menyatakan “Menurut paham Undang-Undang
yang dinamakan kebendaan ialah, tiap-tiap barang dan tiap tiap hak, yang dapat
dikuasai oleh hak milik sehingga pengertian benda disini dapat dipahami
sebagai benda yang dapat dilekatkan hak atau dijadikan sebagai hak milik. Hak
milik belum dapat diletakkan ke suatu benda sebelum adanya suatu kepemilikan
terhadap benda tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Benda dan Hukum Benda
2. Klasifikasi Jenis Benda
3. Asas-asas Hukum Benda

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Benda dan Hukum Benda
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Jenis Benda
3. Untuk Mengetahui Asas-asas Hukum Benda

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Benda dan Hukum Benda
Benda adalah segala objek hukum yang dapat dihaki oleh subjek
hukum, yakni orang atau badan hukum.1 Dalam sistem hukum perdata barat
(BW) pengertian benda sebagai objek hukum tidak hanya meliputi benda yang
berwujud yang dapat ditangkap dengan panca indra, tetapi juga benda yang
tidak berwujud yani hak-hak atas benda yang berwujud.
Jika benda itu dipakai dalam arti kekayaan seorang maka, benda itu
meliputi barang –barang yang tak dapat dilihat yaitu hak–hak, misalnya hak–
hak piutang atau penagihan. Sebagai mana seorang dapat menjual dan
menggadaikan hak–haknya. Begitu pula perkataan penghasilan telah
mempunyai dua macam pengertian yaitu selain berarti penghasilannya sendiri
dari suatu benda, ia dapat berarti juga hak untuk memungut penghasilan itu,
misalnya hak memungut uang sewa atau bunga dari suatu modal. Penghasilan
semacam ini yang oleh undang – undang dinamakan “burgerlijke vruchten”
sebagai lawan dari “natuurlijke vrechten”.Menurut Pasal 499 KUHPerdata,
pengertian benda (zaak) adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hak
milik. Yang dapat menjadi obyek hak milik dapat berupa barang dan dapat pula
berupa hak, seperti hak cipta, hak paten, dan lain – lain.
Sebagai bagian dari hukum perdata, pengaturan benda dan hak
kebendaan berada dalam lingkup buku II KUH Perdata. Menurut pasal 499
KUH Perdata, pengertian benda adalah segala sesuatu yang dapat menjadi
obyek hak milik. Yang dapat menjadi obyek hak milik dapat berupa dan dapat
pula berupa hak, seperti hak cipta, hak paten, dan lain-lain.
Namun pengertian benda yang dimaksud oleh KUH Perdata adalah
benda berwujud seperti kendaraan bermotor, tanah, dan lain-lain. Sedangkan
benda tak berwujud seperti hak cipta, paten, tidak diatur oleh KUH Perdata,
melainkan diatur dalam undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang
Perlindungan HKI (Hak atas Kekayaan Intelektual).2

1
Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan. Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 38.
2
Djaja S. Meliala, Hukum Perdata Dalam Perspektif BW. Bandung: Nuansa Aulia, hlm. 4

2
Hukum benda merupakan bagian dari hukum kekayaan, selain itu
hukum perikatan. Hukum kekayaan adalah peraturan hukum yang mengatur
hak dan kewajiban yang bernilai uang atau peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan subyek hukum dengan benda, yang menimbulkan hak kebendaan.
Hukum benda mengatur pengertian benda, pembedaan benda, hak-hak
kebendaan, dan hal lainnya yang menyangkut tentang benda hak-hak
kebendaan.
Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang diatur dalam
Hukum Benda, ialah pertama-tama mengatur pengertian dari benda, kemudian
pembedaan macam-macam benda, dan selanjutnya bagian terbesar mengatur
mengenai hak-hak kebendaan. Jadi hukum benda adalah peraturan –peraturan
hukum yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan yang sifatnya mutlak.3

B. Jenis-jenis Benda
Benda dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut arti
pentingnya dalam hubungan hukum dengan perbuatan hukum terhadap benda.
Pada umumnya ada tujuh klasifikasi benda.4
1. Benda berwujud dan tidak berwujud
Arti penting klasifikasi ini terdapat pada cara penyerahannya jika
benda itu dipindah tangankan kepada orang lain melalui perbuatan hukum
tertentu misalnya jual beli, pewarisan, hibah. Penyerahan benda berwujud
dilakukan dengan penyerahan secara nyata dari tangan ke tangan.
Penyerahan benda tidak berwujud dilakukan dengan balik nama.
2. Benda bergerak dan tidak bergerak
Meliputi mengenai penguasaan (bezit, take hold), mengenai
penyerahan (levering, delivery), mengenai daluarsa (verjaring, expired),
mengenai pembebanan (bezwaring, burdening).
a. Benda bergerak menurut sifatnya adalah benda yang dapat
dipindahkan (Pasal 509 KUH Perdata) misalnya, kursi, meja, buku.
Benda bergerak karena ketentuan undang-undang adalah hak yang

3
P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesi. Jakarta: Kencana, hlm. 177.
4
Abdulkadir Muhammad, Ibid, hal. 129.

3
melekat pada benda bergerak (Pasal 511 KUH Perdata). Misalnya, hak
pakai dan saham.
b. Benda tidak bergerak menurut sifatnya adalah benda-benda yang tidak
dapat dipindah-pindahkan. Misalnya, tanah dan segala apa yang
melekat diatasnya seperti gedung dan pepohonan.
c. Benda tidak bergerak karena tujuannya adalah benda yang diletakkan
pada benda pokok untuk tujuan tertentu. Misalnya, mesin-mesin yang
dipasang pada pabrik, dengan tujuan untuk dipakai tetap dan tidak
berpindah pindah (Pasal 507 KUH Perdata).
d. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang adalah hak-
hak yang melekat pada benda tidak bergerak (Pasal 508 KUH
Perdata). Misalnya, hipotek, hak tanggungan, hak pakai atas benda
tidak bergerak dan hak memungut atas hasil benda tidak bergerak.
3. Benda dipakai habis dan tidak dipakai habis
a. Benda dipakai habis, perjanjian yang objeknya benda dipakai habis
apabila dibatalkan akan mengalami kesulitan dalam pemulihan pada
keadaan semula. Penyelesaiannya adalah harus digantikan denga
benda lain yang sejenis atau senilai. Contohnya roti dan kayu bakar.
b. Benda dipakai tidak habis, yang objeknya benda tidak dipakai habis
apabila dibatalkan tidak begitu mengalami kesulitan pada pemulihan
dalam keadaan semula karena benda masih ada dan dapat diserahkan
kembali. Contoh: jual beli televisi, kendaraan dan perhiasan.
4. Benda sudah ada dan benda akan ada
Benda sudah ada dan benda akan ada, arti penting klasifikasi ini
terletak pada pembebanan sebagai jaminan utang atau pada pelaksanaan
perjanjian. Benda sudah ada dapat dijadikan jaminan hutang dan perjanjian
yang objeknya benda akan ada dapat menjadi batal apabila pemenuhannya
itu tidak mungkin dilaksanakan sama sekali (Pasal 1320 unsur ketiga KUH
Perdata).
5. Benda dalam perdagangan dan luar perdagangan
Arti penting akuisisi terletak pada penyerahan atau pemindah
tanganan karena jual beli atau karena pewarisan. Benda dalam

4
perdagangan, dapat diperjualbelikan dengan bebas dan dapat diwariskan
kepada ahli waris, Sedangkan, benda luar perdagangan tidak dapat
diperjualbelikan dan tidak diwariskan kepada ahli waris. Contoh: masjid,
gereja, jalan raya, benda selundupan dan narkotika. Tidak dapat
diperjualbelikan atau tidak dapat diwariskan karena tujuan peruntukannya,
misalnya, benda untuk wakaf. Tujuan yang dilarang undang-undang
misalnya, narkotika dan yang bertentangan dengan ketertiban umum,
misalnya perdagangan manusia dan hal yang berbau pornografi.
6. Benda dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
Benda dapat dibagi, pada perjanjian yang objeknya benda dapat
dibagi, prestasi dapat dilakukan secara sebagian demi sebagian, misalnya
satu ton beras dapat dibagi tanpa mengubah arti dan sifat beras.
Benda tidak dapat dibagi, dalam perjanjian yang objeknya benda
tidak dapat dibagi, pemenuhan prestasi tidak mungkin dapat dilakukan
sebagian demi sebagian, tetapi harus secara utuh. Misalnya, seekor sapi
untuk membajak sawah tidak dapat dibagi menjadi separuh sekarang dan
separuh kemudian.
7. Benda terdaftar dan tidak terdaftar
Benda terdaftar dapat dibuktikan dengan tanda pendaftaran atau
sertifikat atas nama pemiliknya sehinngga mudah dikontrol pemilikannya.
Pengaruhnya terhadap ketertiban umum, kewajiaban pemiliknya untuk
membayar pajak dan kewajiban masyarakat untuk menghormati hak
mmilik orang lain. Contoh, motor, tanah, dan hak milik intelektual.5

C. Asas-asas Hukum Benda


Menurut Prof.Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, ada 10 asas-asas umum
dari hukum benda, yaitu :
a. Merupakan hukum memaksa (dwingendrecht)
Menurut asas ini, atas suatu benda itu hanya dapat diadakan hak kebendaan
sebagaimana yang telah disebutkan dalam undang-undang. Hak-hak
kebendaan tindakan akan memberikan wewenang yang lain daripada apa

5
Ibid., hal. 129-133

5
yang sudah ditentukan dalam undang-undang. Dengan kata lain, kehendak
para pihak tidak memengaruhi isi hak kebendan. Jadi, berlakunya aturan
itu tidak dapat disimpangi oleh para pihak.
b. Dapat dipindahkan
Menurut asas ini, semua hak kebendaan dapat dipindahtangankan, kecuali
hak pakai dan hak mendiami.
c. Asas Individualiteit
Menurut asas ini, objek dari hak kebendaan adalah satu barang yang dapat
ditentukan (individueel bepaald), artinya orang hanya dapat sebagai
pemilik dari barang yang berwujud yang merupakan kesatuan : rumah,
mebel, dan hewan. Jadi orang tidak dapat mempunyai hak kebendaan
diatas barang-barang yang ditentukan jenis jumlahnya.
d. Asas Totaliteit
Menurut asas ini, hak kebendaan selalu melekat atas keseluruhan daripada
obyeknya. Dengan kata lain, bahwa siapa yang mempunyai hak kebendaan
atas suatu barang, ia mempunyai hak kebendaan itu atas keseluruhan
barang itu dan juga atas bagian-bagiannya yang tidak tersendiri. Jadi, jika
suatu benda sudah terlebur dalam benda lain, maka hak kebendaan atas
benda yang pertama menjadi lenyap. Tetapi, terhadap konsekuensi ini
terdapat perlunakan, yaitu :
1) Adanya milik bersama atas barang yang baru (Pasal 607 KUHPerdata)
2) Lenyapnya benda itu oleh karena usaha pemilk benda itu sendiri, yaitu
terleburnya benda itu dalam benda lain ( Pasal 602, 606, 608
KUHPerdata)
3) Pada waktu terleburnya benda, sudah ada perhubungan hukum antara
kedua pemilik yang bersangkutan ( Pasal 714, 725, 1567 KUHPerdata
e. Asas tidak dapat dipisahkan (Onsplitsbaarheid)
Menurut asas ini, pemilik tidak dapat memindah-tangankan sebagian
daripada wewenang yang termasuk suatu hak kebendaan yang ada
padanya. Jadi, pemisahan daripada hak kebendaan itu tidak
diperkenankan.

6
f. Asas Priotiteit
Menurut asas ini, semua hak kebendaan memberikan wewenang yang
sejenis dengan wewenang wewenang dari kepemilikan, sekalipun luasnya
berbeda-beda. Misalnya, atas sebuah rumah dibebani jaminan dan
kemudia dibbebani hak sewa. Maka, orang yang mempunyai hak sewa atas
rumah itu harus mengakah dengan orang yang memegang jaminan. Karena
jaminan lebih dahulu diadakan daripada hak sewa.
g. Asas Pencampuran (vermenging)
Menurut asas ini, hak kebendaan terbatas wewenangnya. Jadi, hanya
mungkin atas benda orang lain, dan tidak mungkin atas hak miliknya
sendiri. Tidak dapat orang itu untuk kepentingannya sendiri memperoleh
hak gadai, hak memungut hasil atas barangnya sendiri. Jika hak yang
membebani dan yang dibebani itu terkumpul dalan satu tangan, maka hak
yang membebani itu menjadi lenyap.
h. Asas perlakuan yang berlainan terhadap benda bergerak dan benda tidak
bergerak
Asas ini berhubungan dengan penyerahan, pembebanan,bezit, dan
kedaluarsa benda bergerak dan benda tidak bergerak.
i. Asas Publicitiet
Menurut asas ini, benda-benda yang tidak bergerak mengenai penyerahan
dan pembebanannya berlaku kewajiban untuk didaftarkan dalam daftar
(register) umum. Adapun menganai benda yang bergerak, cukup dengan
penyerahan nyata, tanpa pendaftaran dalam register umum.
j. Sifat Perjanjian
Menurut asas ini, orang yang mengadakan hak kebendaan, misalnya hak
memungut hasil, gadi, hipotek, dan lain-lain sama halnya sedang
mengadakan perjanjian. Dalam arti ini, perjanjian yang diadakan adalah
perjanjian untuk mengadakan hak kebendaan.6

6
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Pedata Hak Jaminan Atas Tanah. Yogyakarta: Pertama
Liberty, hlm. 36-40

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Benda adalah segala objek hukum yang dapat dihaki oleh subjek
hukum, yakni orang atau badan hukum. Hukum benda merupakan bagian dari
hukum kekayaan, selain itu hukum perikatan. Hukum kekayaan adalah
peraturan hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang bernilai uang atau
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan subyek hukum dengan benda,
yang menimbulkan hak kebendaan. Hukum benda mengatur pengertian benda,
pembedaan benda, hak-hak kebendaan, dan hal lainnya yang menyangkut
tentang benda hak-hak kebendaan.
Benda bergerak menurut sifatnya adalah benda yang dapat dipindahkan
(Pasal 509 KUH Perdata) misalnya, kursi, meja, buku. Benda bergerak karena
ketentuan undang-undang adalah hak yang melekat pada benda bergerak (Pasal
511 KUH Perdata). Misalnya, hak pakai dan saham.
Benda tidak bergerak menurut sifatnya adalah benda-benda yang tidak
dapat dipindah-pindahkan. Misalnya, tanah dan segala apa yang melekat
diatasnya seperti gedung dan pepohonan.
Berikut asas-asas umum dari hukum benda, yaitu : Merupakan hukum
memaksa (dwingendrecht), dapat dipindahkan, asas individualiteit, asas
totaliteit, asas tidak dapat dipisahkan (Onsplitsbaarheid), asas priotiteit, asas
pencampuran (vermenging), asas berlainan terhadap benda bergerak dan tidak
bergerak, asas publicitiet, dan sifat perjanjian.

8
DAFTAR PUSTAKA

Usman, Rachmadi. Hukum Kebendaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2019

Simanjuntak, P.N.H. Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Kencana, 2015


Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
1990

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Pedata Hak Jaminan Atas Tanah.
Yogyakarta: Cetakan Liberty, 1974

Anda mungkin juga menyukai