03
MODUL
MODUL 13
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DESKRIPSI SINGKAT
Uraian Ringkas
K3 ini merupakan aspek yang penting dalam aktivitas dunia industri. Begitu pula
penerapan K3 sangat penting karena dapat membantu upaya meminimalkan bahaya
dan mengelola resiko yang mungkin terjadi dalam pengembangan pengelolaan air
minum, dimulai saat konstruksi serta pada operasional instalasi pengolahan air minum
(IPA).
Dalam suatu perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum, agar pelaksanaan konstruksi
SPAM yang dibangun sesuai dengan spesifikasi teknis, mutu bangunan yang handal,
begitu pula pengelolaan distribusi dan pengolahan air minum sesuai dengan yang
direncanakan, maka aspek K3 perlu diterapkan agar pekerja mendapatkan
perlindungan dari kecelakaan dan kesehatan lingkungan kerja. Semua hal ini
memerlukan komitmen dari seluruh para stakeholder.
Modul ini akan menguraikan prinsip-prinsip pelaksanaan K3L dengan penekanan pada
instalasi pengolahan air minum
Setelah mengikuti bimbingan teknis modul ini diharapkan Peserta mendapat wawasan
yang komprehensif tentang pentingnya pelaksanaan K3 dan lingkungan serta manfaat
dan tujuannya dan menjelaskan Pelaksanaan K3L dalam pelaksanaan pengolahan air
minum serta dapat menerapkan prosedur Pelaksanaan K3L dalam pengolahan air
minum, serta dapat menerapkan sikap komitmen terhadap perilaku keamanan kerja,
kesehatan dan lingkungan.
DAFTAR ISI
halaman
DESKRIPSI i - ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Peraturan dan Perundangan 2
LAMPIRAN
Sesion Note Bahan Tayang
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Banyaknya korban kecelakaan pada saat revolusi industri akibat penggunaan mesin-
mesin industri yang ditemukan, maka upaya keselamatan dan kesehatan kerja mulai
dipikirkan. Pada awal revolusi industri, K3 belum menjadi bagian integral dalam
perusahaan. Pada era ini kecelakaan kerja hanya dianggap sebagai kecelakaan atau
resiko kerja (personal risk), bukan tanggung jawab perusahaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja mulai dikembangkan dalam rangka menekan
peningkatan kecelakaan kerja akibat kegitan industri yang berkembang pesat.
Perkembangan industri ini memunculkan resiko-resiko pekerjaan baru yang tidak
terdapat pada tempat kerja tradisional.
Umumnya penyebab kecelakaan kerja antara lain karena masih banyak kegiatan yang
tidak menganggap penting aspek K3 di kalangan industri dan masyarakat. Selama ini
penerapannya sering dianggap sebagai beban biaya, bukan sebagai investasi untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Padahal, pekerja berperan sangat penting bagi
keberlangsungan sebuah perusahaan. Sehubungan dengan itu sudah sepatutnya
perusahaan memberi perhatian lebih terhadap kondisi pekerja dan berusaha secara
maksimal guna mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.
Guna mendorong terwujudnya perlindungan K3 yang efektif dan efisien, upaya yang
paling tepat dalam menerapkan K3 adalah sebuah sistem. Sistem Managemen K3 atau
sering disebut dengan SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi : struktur
organisasi; Perencanaan; Tanggung jawab; Pelaksanaan, prosedur; Proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produkfif.
1. Keputusan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri tenaga Kerja nomor Kep.
174/Men/1986 dan Kep. 104/KPTS /1986 tentang pedoman keselamatan dan
kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.
5. Undang-undang Keselamatan Kerja No: 1 tahun 1970 yang memuat ketentuan umum
tentang keselamatan kerja dalam usaha mencegah dan mengurangi kecelakaan
bahaya lainnya.
9. Peraturan Menteri Perburuhan tahun 1964, tentang syarat - syarat kebersihan dan
kesehatan tempat kerja
10. Undang-undang kerja No 21 tahun 1954, tentang perjanjian perburuhan yang juga
memuat aspek pelayanan kesehatan
11. Undang-undang tahun 1948 - 1957, antara lain mengatur mengenai jam kerja, cuti
tahunan, peraturan tentang kerja bagi anak - anak, persyaratan tempat kerja Dsb.
12. Undang-undang kecelakaan tahun 1947 - 1957, yang memuat ketentuan mengenai
ganti rugi kepada buruh yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menurut Kep.Menaker no. 463/MEN/1993 adalah
upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat
kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber
produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
Untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan dengan memelihara dan melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan
tenaga kerja sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan sistem efisiensi dan
produktivitas kerja.
Berdasarkan uraian diatas, maka aspek penting K3L yang harus diperhatikan mencakup:
b. Alat kerja dan bahan : peralatan kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok
dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi
barang, alat-alat kerja sangatlah vital digunakan oleh para pekerja dalam kegiatan
proses produksi, dan selain itu juga ada bahan-bahan utama yang akan dijadikan
barang.
Prinsip K3 adalah Safety First. President Director of US Steel Co Ltd., Geily adalah
orang yang pertama kali merubah prinsip Production First menjadi Safety First.
Sedangkan incident adalah suatu keadaan/kondisi, bilamana pada saat itu sedikit
saja ada perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya accident/kecelakaan.
Risk atau resiko yaitu ukuran kemungkinan kerugian yang akan timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi.
Dua hal yang sangat penting untuk mendapatkan tanggungan dan perlindungan
dalam hubungannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu :
Dalam menerapkan K3L, beberapa prinsip yang harus dijalankan perusahaan antara
lain:
Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja. Adanya buku petunjuk penggunaan
alat dan atau isyarat bahaya
Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (Syarat-syarat Lingkungan
Kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi,
getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik, lampu
penerangan cukup memadai, ventilasi dan sirkulasi udara seimbang, adanya aturan
kerja atau aturan keprilakuan.
Mendorong interaksi antara pekerja dan manajemen pada isu keselamatan kerja;
K3 butuh kita aplikasikan di tempat kerja kita, karena kecelakaan kerja mengintai kita
setiap saat serta dimanapun. Oleh karenanya, kita harus mengaplikasikan Safety First
dalam dunia kerja kita. Selain rasa sakit secara fisik, penurunan dan kehilangan
produktivitas, kecelakaan kerja sangat merugikan dan dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan, atau tanggung jawab hukum. Manajemen/pimpinan memiliki tanggung
jawab untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman, sedangkan pekerja memiliki
tanggung jawab untuk melakukan tugas-tugas mereka dengan aman.
BAB II
IDENTIFIKASI ASPEK K3L, PENGENDALIAN
DAN PENGUJIAN RESIKO
Dalam menyusun tujuan K3 di Tempat Kerja, maka tujuan K3 harus ditentukan sesuai
dengan konteks tempat kerja mereka. Tujuan K3 yang disusun dapat menggunakan
kaidah “SMART”:
Achievable, tujuan K3 haruslah benar-benar bisa dicapai dan juga dianggap sebagai
sebuah achievement jika bisa dicapai
Timely, tujuan K3 harus berada dalam konteks waktu tertentu untuk dicapai
1. Kondisi Lingkungan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui kondisi lingkungan kerja.
Dalam hal pengelolaan operasional pengolahan air minum termasuk laboratorium,
maka kondisi fisik lokasi kerja perlu diidentifikasi, sehingga penerapan perencanan
K3L lebih lanjut dapat dilakukan setelah mengetahui kondisi lingkungan yang ada
di wilayah kerja tersebut.
Identifikasi bahaya potensial yang timbul dan resiko untuk setiap langkah
kerja.
3. Sasaran K3L : zero fatality accident, bersih dan sehat, penerapan 5 R (ringkas,
rapi, resik, rawat dan rajin).
Sistem Penyediaan Air Minum ( SPAM) terdiri atas unit air baku, unit produksi, unit
distribusi, dan unit pelayanan. Bahan materi ini akan menekankan K3 pada instalasi
pengolahan air (IPA) termasuk laboratorium penunjangnya.
Kebijakan SMK3L merupakan arahan yang harus dipahami dan ditaati dalam
pelaksanaannya oleh pimpinan perusahaan dan seluruh pegawainya, dan dalam
operasional suatu instalasi pengolahan air (IPA), kebijakan tersebut minimal memuat
hal sebagai berikut dibawah ini :
Komitmen menjaga proses untuk memperoleh kualitas dan kuantitas air pengolahan
sesuai dengan rencana dan persyaratan
Komitmen untuk mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku Adapun dalam
pelaksanaannya diperlukan :
4. Sasaran dan program SMK3L : sasaran umum dan sasaran khusus, dengan
mempertimbangkan sumber daya, jangka waktu, indikator pencapaian dan
monitoring
Dalam managemen resiko K3L, perlu dilakukan identifikasi bahaya, penilaian resiko,
skala prioritas dan pengendalian resiko.
MANAGEMEN RESIKO
Identifikasi Bahaya K3L
PENGUJIAN RESIKO
Lingkup/jenis pekerjaan dan persyaratan
spesifikasi proyek/kegitan
Implementasi
Berikut garis besar sistem pengolahan air yang terdiri dari beberapa unit proses
seperti digambarkan dibawah ini.
Klorinasi
Intake : tempat pengambilan air baku, umumnya dilengkapi dengan bar screen/
penyaring yang bertujuan untuk menyaring benda-benda terapung seperti
sampah dll, agar tidak sampai masuk ruang intake karena bisa mengganggu
kinerja pompa
Aerasi : proses penambahan kandungan oksigen dalam air
Koagulasi & Flokulasi : proses koagulasi adalah proses pemberian koagulan
dengan maksud mengurangi gaya tolak menolak antar partikel koloid sehingga
partikel koloid tersebut bisa bergabung menjadi flok-flok kecil. Sedangkan
flokulasi yaitu proses pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan flok-
flok kecil yang telah terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi) sehingga
menjadi besar dan mudah untuk diendapkan. Dalam proses flokulasi mengalami
pengadukan lambat memberikan kesempatan flok-flok kecil menjadi semakin
besar dan mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah terbentuk.
Sedimentasi : pada proses sedimentasi, partikel-partikel / flok- flok yang
terbentuk dari flokulasi akan mengendap pada bak sedimentasi.
Filtrasi : proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-flok halus
yang belum dapat terendapkan pada bak sedimentasi., dilakukan dengan cara
melewatkan air melalui media porous yaitu; pasir silica/ kwarsa.
Chlorinasi : adalah pembubuhan zat disinfektan (contoh ; gas Chlor, Sodium
Hypochlorit) yang bertujuan untuk membunuh bakteri yang mungkin ada, baik
di reservoir, jaringan pipa distribusi hingga sampai ke pelanggan.
1. Mengidentifikasi bahaya;
2. Memahami siapa yang mungkin dirugikan, kemungkinan kerugian terjadi, dan
seberapa parah kerusakan yang mungkin ditimbulkan;
3. Mengevaluasi risiko dan memutuskan tindakan pencegahan;
4. Rekam temuan dan menerapkannya; dan
5. Meninjau penilaian dan memperbaruinya jika diperlukan
Sebuah bahaya adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan kerusakan, seper ti
terpapar bahan kimia, bahan kimia korosif seper ti asam atau basa, dan lain-lain.
Memperkirakan risiko atau peluang bahaya, tinggi atau rendah, bahwa seseorang bisa
dirugikan oleh suatu bahaya, beser ta dengan indikasi seberapa serius bahaya tersebut
merupakan esensi dari penilaian risiko. Mengidentifikasibahaya dapat dengan
mempelajari sistem atau proses yang terjadi, menentukan apa dan kondisi seperti apa,
seperti misalnya :
Perlu diidentifikasi berbagai kemungkinan jenis resiko di berbagai unit proses IPA,
peralatan mekanik dan elektrikal, penyimpanan bahan kimia serta ruang
laboratorium
Dari hasil identifikasi resiko mayor kemudian disusun rencana penanganan resiko
Daftar ini dapat digunakan sebagai daftar awal dan dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan spesifik di instalasi .
Referensi: ILO Ensiklopedia Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi 4, Stellman, J. Mager,
Editor, Vol. 2, pp. 55,29-32, 35-39(1998).
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---protrav/---safework
/documents/publication/wcms_192394.pdf
Laboratorium pengujian kualitas air pada suatu instalasi pengolahan air minum
merupakan sarana untuk menunjang proses unit pengolahan, monitoring kualitas air
dan menjamin hasil pengolahan air sesuai dengan kualitas yang direncanakan. Pada
laboratorium, selain bahan kimia juga terdapat peralatan yang diperlukan dalam suatu
proses pengujian dan analisa.
Dalam pelaksanaan K3 laboratorium perlu memperhatikan dua hal yakni indoor dan
outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan
operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanannya maupun
terhadap jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas udara, kualitas pencahayaan,
kebisingan, tata ruang dan alat, sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain
mengenai penggunaan alat laboratorium.
Jas Praktikum, merupakan pengaman langsung, terbuat dari bahan yang baik,
yaitu tidak mudah terbakar, tidak berupa bahan konduktor listrik maupun panas,
tahan bahan kimia.
Ventilasi, desain laboratorium yang baik harus memiliki ventilasi yang cukup dan
memadai dengan sirkulasi udara segar yang baik
Alat Pemadam Kebakaran, mutlak dimiliki setiap laboratorium karena kebanyakan
laboratorium telah terhubung dengan arus listrik tegangan tinggi sebagai sumber
energinya terhadap alat praktikum yang digunakan didalamnya
c. Penanganan Kecelakaan
Penyediaan P3K, meskipun penerapan prosedur keselamatan kerja telah
diberlakukan, bukan tidak mungkin terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan.
Pengadaan Tanda-tanda Peringatan Bahaya, mengurangi statistik kecelakaan
dalam laboratorium dengan alarm, kode tertulis seperti poster dan sebagainya.
Kondisi lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata sehingga mudah
dibersihkan dan tidak ada genangan air. Dinding, jendela, langit-langit, kerangka
bangunan, perpipaan, lampu, dan benda lain yang berada disekitar ruang pengujian
harus dalam kondisi bersih.
Setelah penggunaan alat gelas dan non gelas selesai atau pekerjaan telah selesai
semua, peralatan tersebut harus dibersihkan dan ruangan yang digunakan harus
dibersihkan dengan bahan saniter. Saniter adalah senyawa kimia yang dapat
membantu membunuh bakteri dan mikroba. Air yang digunakan dalam pencucuian
alat hendaknya air yang bersih yang memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga
mencegah kontaminasi.
Jika temperature dalam ruang penyimpanan bahan kimia tersebut tinggi dan terasa
pengap, maka exhaust fan harus dihidupkan dan ventilasi atau pintu dibuka agar
terjadi sirkulasi udara, sehingga dapat menurunkan temperature dan kelembaban.
Pada saat akan mengambil bahan kimia harus memalai alat keselamatan. Sebelum
masuk ke ruang penyimpanan bahan kimia, harus memeriksa suhu dan kelembaban
ruangan apakah sesuai dengan persyaratan, baru melakukan pengambilan atau
penempatan bahan kimia.
Iritasi, yaitu terjadinya luka bakar akibat kontak bahan kimia dengan bagian tubuh
Korosif kerusakan jaringan : Timbulnya alergi Nampak sebagian ada bintik2 merah
atau gelembung berisi cairan atau gangguan pernafasan
Pernafasan terganggu, sulir bernafas
Timbulnya keracunan sistemik, yaitu bahan kimia yang dapat mempengaruhi
bagian-bagian tubuh seperti merusak hati, ginjal, susunan syaraf dll
Kanker, akibat sering mendapat paparan bahan kimia
Kerusakan atau kelainan janin yang ditandai dengan kelahiran yang cacat atau
terjadi kemandulan
f. Pembuangan limbah
Saluran pembuangan limbah bahan kimia dalam bentuk cair harus dikonstruksi dengan
baik, sehingga proses pembuangan limbah cair tidak terhambat Tempat penampungan
dibuat, jangan langsung dibuang ketempat umum karena akan mengganggu dan
mencemari lingkungan. Jika produksi sampah/limbah cair ternyata cukup tinggi, atau
telah mengakibatkan pencemaran, hal itu adalah indikasi awal bahwa masalah
lingkungan telah terjadi dan disarankan untuk berkonsultasi dengan institusi pengelola
limbah.
BAB III
BAHAN DAN PERALATAN K3L
Penggunaan peralatan pelindung diri melindungi pekerja dari bahaya ter tentu. Hal ini
juga mempromosikan rasa profesionalisme dan budaya keselamatan. APD harus
digunakan sepanjang waktu selama pekerja melakukan pekerjaannya. Tidak hanya ketika
manajemen/ pimpinan memantau kegiatan staf. Adapun manfaat APD adalah untuk :
Pelindung badan berfungsi untuk melindungi diri agar tidak mengalami cidera akibat
kerja. Untuk menghindarkan dan memperkecil kemungkinan terjadinya
kecelakaan/penyakit akibat kerja, maka tenaga kerja perlu melengkapi dirinya dengan
pelindung badan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya serta persyaratan yang
berlaku.
Topi keras (helm), digunakan untuk melindungi kepala dari benturan benda -
benda yang mungkin jatuh, untuk itu topi keras harus dipilih yang baik mutunya.
Sepatu kerja, digunakan untuk melindungi kaki, dari resiko luka, terjepit, benda
tajam dan sejenisnya. Penggunaan sepatu harus sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan, yaitu : Boots, karet atau kulit berlapis baja
Penutup hidung (masker), digunakan pada saat bekerja pada daerah yang
berdebu atau yang mengandung unsur kimia yang dapat menimbulkan gangguan
pada pernapasan, yaitu Dust Mask, Respirator
Kaca mata, digunakan pada saat melakukan pekerjaan khusus seperti: memecah
batu, mengelas, menggerinda dan percikan larutan kimia atau panas yang dapat
membahayakan mata pekerja/operator. Kaca mata tersebut terbagi menjadi
2 (dua) jenis, yaitu cleatr safety glasses dan clear safety goggles.
Pakaian yang dikenakan juga harus dipilih yang kira-kira tidak terlalu ketat juga tidak
terlalu longgar, sehingga tidak menyulitkan pada saat bekerja.
Bahaya kebakaran adalah bencana api yang sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan kerusakan dan kerugian baik terhadap harta benda maupun jiwa manusia.
Dengan demikian pengetahuan tentang alat-alat dan pemadam kebakaran perlu
dikuasai oleh para pelaksana pekerjaan lapangan dalam rangka mengantisipasi
terjadinya bahaya kebakaran.
Rabu-rambu K-3 merupakan bagian penting dalam penerapan K-3 dan harus
dipasang pada tempat - tempat yang strategis, dalam arti mudah dilihat dan sesuai
dengan situasi kerja. Rambu - rambu yang diperlukan pada lokasi operasional IPA
antara lain :
Dilarang merokok atau menyalakan api pada daerah yang berdekatan dengan
tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar, seperti bensin, bahan kimia
dan sejenisnya.
Bebas narkoba
Wajib menggunakan penutup/pelindung telinga pada daerah yang bising akibat
bunyi mesin seperti mesin ketam,mesin gergaji dsb
Rambu lainnya sesuai dengan karakteristik bidang pekerjaannya.
Harus sesuai dengan ketentuan teknis penyimpanan dan penataan bahan kimia
(koagulan)
Bahan kimia (koagulan) harus disimpan pada tempat yang kering dengan
ventilasi yang memadai
Simpanlah kunci dan alat perkakas di dalam laci atau lemari dan susunlah
secara teratur dan rapi, agar tidak banyak waktu terbuang untuk
mencarinya.
Jangan sembarangan meletakkan perkakas atau alat dilantai, bawalah alat
tersebut dalam kotak atau tas.
Selama bekerja simpanlah perkakas atau alat yang tajam dan runcing di
tempat aman, agar tidak jatuh menimpa orang
Rawatlah semua peralatan dengan baik, karena seringkali kecelakaan
terjadi diakibatkan oleh peralatan yang rusak dan tidak terawat.
Usahakan agar temput kerja dalam keadaan rapi dan bersih. letakkan potongan
- potongan bahan,lap atau potongan kain yang berminyak, kertas tak terpakai
dan sampah lainnya di tempat - tempat yang disediakan.
Jagalah agar lantai tempat bekerja selalu senantiasa dalam keadaan bersih.
Letakkan barang - barang yang sekiranya dapat menyebabkan tergelincir seperti
paku, pecahan kaca, kayu dsb di tempat yamg disediakan
Harus diupayakan agar pengaturan tempat kerja,lingkungan kerja dan tata cara
kerja sedemikian rupa sehingga dapat membuat para pekerja dengan tenang
melaksanakan pekerjaannya karena merasa terlindung dari resiko bahaya
kecelakaan.