Anda di halaman 1dari 29

PA.

03 

MODUL

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 . 


 
PA . 13

MODUL 13
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DESKRIPSI SINGKAT

Uraian Ringkas

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala


kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sehingga
upaya perlindungan yang ditujukan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang
berada ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.

K3 ini merupakan aspek yang penting dalam aktivitas dunia industri. Begitu pula
penerapan K3 sangat penting karena dapat membantu upaya meminimalkan bahaya
dan mengelola resiko yang mungkin terjadi dalam pengembangan pengelolaan air
minum, dimulai saat konstruksi serta pada operasional instalasi pengolahan air minum
(IPA).

Dalam suatu perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum, agar pelaksanaan konstruksi
SPAM yang dibangun sesuai dengan spesifikasi teknis, mutu bangunan yang handal,
begitu pula pengelolaan distribusi dan pengolahan air minum sesuai dengan yang
direncanakan, maka aspek K3 perlu diterapkan agar pekerja mendapatkan
perlindungan dari kecelakaan dan kesehatan lingkungan kerja. Semua hal ini
memerlukan komitmen dari seluruh para stakeholder.

Modul ini akan menguraikan prinsip-prinsip pelaksanaan K3L dengan penekanan pada
instalasi pengolahan air minum

Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti bimbingan teknis modul ini diharapkan Peserta mendapat wawasan
yang komprehensif tentang pentingnya pelaksanaan K3 dan lingkungan serta manfaat
dan tujuannya dan menjelaskan Pelaksanaan K3L dalam pelaksanaan pengolahan air
minum serta dapat menerapkan prosedur Pelaksanaan K3L dalam pengolahan air
minum, serta dapat menerapkan sikap komitmen terhadap perilaku keamanan kerja,
kesehatan dan lingkungan.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti bimbingan teknis modul ini diharapkan Peserta mampu :

1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar dalam pelaksanaan kesehatan dan


keselamatan kerja serta lingkungan.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 i


PA . 13

2. Mampu mendeskripsikan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan


khususnya operasional prasarana dan sarana air minum.
3. Menjelaskan Persyaratan dan Standar Kesehatan Lingkungan (K3L).
4. Menjelaskan Prosedur Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja.
5. Menjelaskan Simbol dan Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 ii


PA . 13

DAFTAR ISI
halaman

DESKRIPSI i - ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR TABEL v
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Peraturan dan Perundangan 2

1.2 Pengertian dan Tujuan K3 3

1.3 Resiko Kecelakaan Kerja 4

II. IDENTIFIKASI ASPEK K3L, PENGENDALIAN DAN 7


PENGUJIAN RESIKO
2.1 Tujuan Keselamatan Kesehatan kerja Lingkungan (K3L) 7

2.2 Perencanaan K3L pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) 8

2.3 Menilai Risiko dan Bahaya 12

2.4 Keselamatan Kerja di Laboratorium 14

III BAHAN DAN PERALATAN K3L 17

3.1 Alat Pelindung Diri (APD) 17

3.2 Alat dan Bahan Pemadam Kebakaran 21

3.3 Rambu-Rambu K-3 22

3.4 Menyimpan, Merawat Bahan dan Peralatan 23

3.5 Menata Tempat Kerja 24

3.6 Manaual/Prosesdur Kerja Peralatan dan Penempatan 24

LAMPIRAN
Sesion Note Bahan Tayang

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 iii


PA . 13

DAFTAR GAMBAR

Posisi Keterangan Gambar halaman

Gambar 2.1 Managemen Resiko 13

Gambar 2.2 Flow chart Identifikasi Resiko Bahaya dan 14


Pengendalian Bahaya

Gambar 2.3 Unit proses pada Instalasi Pengolahan Air 15

Gambar 3.1 Informasi Keselamatan Diri 17

Gambar 3.2 Alat Pelindung Kepala 18

Gambar 3.3 Sarung Tangan 18

Gambar 3.4 Sepatu Boots 19

Gambar 3.5 Masker 19

Gambar 3.6 Kaca Mata 19

Gambar 3.7 Pelindung Telinga 20

Gambar 3.8 Safety Shower 20

Gambar 3.9 Pakaian Pelindung Badan 20

Gambar 3.10 Perlengkapan P3K 21

Gambar 3.11 Alat dan Bahan Pemadam Kebakaran 21

Gambar 3.12 Contoh Pemasangan Rambu-Rambu K3 22

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 iv


PA . 13

DAFTAR TABEL

Posisi Keterangan Gambar halaman

Tabel II.1 Identifikasi dn Pengelolaan Resiko 12

Tabel II.2 Tindakan Pencegahan Untuk Semua Pekerja 13

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 v


PA.13

BAB I
PENDAHULUAN

Banyaknya korban kecelakaan pada saat revolusi industri akibat penggunaan mesin-
mesin industri yang ditemukan, maka upaya keselamatan dan kesehatan kerja mulai
dipikirkan. Pada awal revolusi industri, K3 belum menjadi bagian integral dalam
perusahaan. Pada era ini kecelakaan kerja hanya dianggap sebagai kecelakaan atau
resiko kerja (personal risk), bukan tanggung jawab perusahaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja mulai dikembangkan dalam rangka menekan
peningkatan kecelakaan kerja akibat kegitan industri yang berkembang pesat.
Perkembangan industri ini memunculkan resiko-resiko pekerjaan baru yang tidak
terdapat pada tempat kerja tradisional.

Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) diawali dari :


 Keinginan untuk selamat dan terhindar dari bahaya ( Accident Free ).
 Keinginan untuk terhindar dari kerugian materi akibat kecelakaan ( Bussiness
Interuption ).
 Memenuhi ketentuan hukum ( Compliance with Law).
 Desakan dari pihak luar dan tuntutan masyarakat ( Costumer satisfaction ).

Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) memegang peranan penting dalam


memastikan pekerja dapat kembali ke rumah dengan selamat dan bahkan lebih baik
dari kondisi ketika dia berangkat bekerja.
Selain itu, prinsip keselamatan dan kesehatan kerja juga digunakan untuk melindungi
aset-aset penting perusahaan seperti bangunan, alur produksi, peralatan serta aset lain
sehingga terbebas dari resiko kerugian akibat kecelakaan kerja.

Umumnya penyebab kecelakaan kerja antara lain karena masih banyak kegiatan yang
tidak menganggap penting aspek K3 di kalangan industri dan masyarakat. Selama ini
penerapannya sering dianggap sebagai beban biaya, bukan sebagai investasi untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Padahal, pekerja berperan sangat penting bagi
keberlangsungan sebuah perusahaan. Sehubungan dengan itu sudah sepatutnya
perusahaan memberi perhatian lebih terhadap kondisi pekerja dan berusaha secara
maksimal guna mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.

Dengan demikian, pemahaman K3 merupakan upaya perlindungan yang ditujukan


umtuk keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada ditempat kerja
tersebut. Mencegah terjadinya kecelakaan, penyakit akibat pekerjaan, menghindari
resiko kematian serta cacat tetap. Perlindungan terhadap pekerja dan orang lain yang
ada ditempat kerja harus menjadi prioritas, sehingga perlu dijamin keamanan,
keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja serta lingkungan disekitar tempat kerja.

Guna mendorong terwujudnya perlindungan K3 yang efektif dan efisien, upaya yang
paling tepat dalam menerapkan K3 adalah sebuah sistem. Sistem Managemen K3 atau
sering disebut dengan SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 1


PA.13

secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

1.1. Peraturan dan Perundangan

Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 pasal 87, bahwa


setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Sistem manajemen K3 (SMK3) sebagaimana diamanatkan Pasal 87 UU Nomor 13


Tahun 2003 yang diatur dalam pedoman penerapan SMK3 melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2012. Selain itu telah dikeluarkan juga PERMENAKER No. 05/MEN/1990
tentang Penerapan SMK3 dan audit SMK3. Sejalan dengan itu PP No.50 Tahun 2012
pasal 5 ayat 1 tentang SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
yang menerangkan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di
perusahaannya.

SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi : struktur
organisasi; Perencanaan; Tanggung jawab; Pelaksanaan, prosedur; Proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produkfif.

Peraturan perundang - undangan yang berlaku dalam penerapan K -3 antara lain :

1. Keputusan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri tenaga Kerja nomor Kep.
174/Men/1986 dan Kep. 104/KPTS /1986 tentang pedoman keselamatan dan
kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.

2. Peraturan Menteri tenaga Kerja No: 01/Men/1980, tentang keselamatan dan


kesehatan kerja pada pekerjaan konstruksi bangunan.

3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No: 98/KPTS/1979, tentang penggunaan


suarat ijin mengemudi peralatan,poster, dan buku keselamatan dan kesehatan
kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum

4. SE Menteri PU No 03/SE/M /2005 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi untuk


instansi pemerintah TA 2005

5. Undang-undang Keselamatan Kerja No: 1 tahun 1970 yang memuat ketentuan umum
tentang keselamatan kerja dalam usaha mencegah dan mengurangi kecelakaan
bahaya lainnya.

6. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang tenaga kerja

7. Undang-undang No: 14 tahun 1969, yang memuat ketentuan pokok mengenai


tenaga kerja dalam mencegah, mengenal obat, perawatan, mempertinggi derajat
kesehatan, menagtur hygiene, dan kesehatan kerja.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 2


PA.13

8. Undang-undang No : 3 tahun 1969 tentang persetujuan konvensi organisasi


perburuhan internasional No 120 mengenai hygiene dalam perniagaan dan kantor -
kantor

9. Peraturan Menteri Perburuhan tahun 1964, tentang syarat - syarat kebersihan dan
kesehatan tempat kerja

10. Undang-undang kerja No 21 tahun 1954, tentang perjanjian perburuhan yang juga
memuat aspek pelayanan kesehatan

11. Undang-undang tahun 1948 - 1957, antara lain mengatur mengenai jam kerja, cuti
tahunan, peraturan tentang kerja bagi anak - anak, persyaratan tempat kerja Dsb.

12. Undang-undang kecelakaan tahun 1947 - 1957, yang memuat ketentuan mengenai
ganti rugi kepada buruh yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

13. Undang-undang ganguan tahun 1927, mengenai hubungan akibat sampingan


terhadap lingkungan dan sebagai akibat sampingan terhadap lingkungan dan sebagai
usaha penecegahan terhadap ganguan hygiene dan kesehatan masyarakat.

1.2 Pengertian dan Tujuan K3

Menurut International Labour Organization (ILO), Keselamatan dan kesehatan kerja


atau K3 adalah sebuah ilmu untuk mengantisipasi, merekognisi, mengevaluasi dan
mengendalikan bahaya yang muncul dari tempat kerja yang dapat merusak kesehatan
serta kesejahteraan para pekerja, masyarakat sekitar dan lingkungan secara umum.
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), kesehatan kerja adalah semua
yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan dalam tempat kerja dan memiliki
tujuan kuat dalam pencegahan langsung bahaya yang ada.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menurut Kep.Menaker no. 463/MEN/1993 adalah
upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat
kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber
produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.

Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja ( K3 ) adalah :

Untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan dengan memelihara dan melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan
tenaga kerja sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan sistem efisiensi dan
produktivitas kerja.

Sedangkan sasaran K3 adalah untuk :

 Melindungi para pekerja dan orang lainnya ditempat kerja

 Menjamin sumber produksi aman di gunakan, setiap material/alat konstruksi dipakai


secara aman dan efisien

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 3


PA.13

 Menjamin proses konstruksi/produksi berjalan lancar

Selanjutnya perhatian terhadap keselamatan kerja ini kemudian berkembang dengan


memperhatikan Lingkungan ( K3L). Kesehatan Lingkungan, yaitu upaya untuk menjaga
lingkungan, khususnya lingkungan kerja tetap sehat, terhindar dari kerusakan dan
pencemaran akibat dampak dari sistem kerja.

Berdasarkan uraian diatas, maka aspek penting K3L yang harus diperhatikan mencakup:

a. Lingkungan kerja : lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau


karyawan dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut
kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.

b. Alat kerja dan bahan : peralatan kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok
dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi
barang, alat-alat kerja sangatlah vital digunakan oleh para pekerja dalam kegiatan
proses produksi, dan selain itu juga ada bahan-bahan utama yang akan dijadikan
barang.

c. Cara melakukan pekerjaan, setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara


melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara
yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktivitas pekerjaan,
misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara
tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara
mengoperasionalkan mesin.

1.3 Resiko kecelakaan kerja

Prinsip K3 adalah Safety First. President Director of US Steel Co Ltd., Geily adalah
orang yang pertama kali merubah prinsip Production First menjadi Safety First.

Dibawah ini beberapa pengertian penting terkait K3 :

 Kecelakaan (accident) merupakan kejadian yang tidak dikehendaki/diduga/tiba-tiba


yang dapat menimbulkan korban manusia, harta benda, dan lingkungan. Hal ini
merupakan akibat dari rangkaian sebab akibat.

 Sedangkan incident adalah suatu keadaan/kondisi, bilamana pada saat itu sedikit
saja ada perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya accident/kecelakaan.

 Risk atau resiko yaitu ukuran kemungkinan kerugian yang akan timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi.

 Bahaya adalah suatu keadaan yang berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan


dan kerugian. Potensi bahaya ini dapat berasal dari peralatan atau mesin yang
dipergunakan, bahan-bahan serta energi dari lingkungan kerja, sifat pekerjaan dan
produksi yang beresiko.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 4


PA.13

 Keselamatan (safety) adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan


menghilangkan/ mengontrol resiko yang tidak bisa diterima karena akan
membahayakan keselamatan pekerja dan orang disekitar tempat kerja.

Dua hal yang sangat penting untuk mendapatkan tanggungan dan perlindungan
dalam hubungannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu :

 Resiko keselamatan kerja : aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat


menyebabkan kerusakan fisik tempat kerja , alat dan manusia yang dapat dirasakan
dalam jangka pendek.

 Resiko kesehatan kerja : aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat


menyebabkan kondisi tidak sehat pada pekerja yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian baik fisik maupun psikis dalam jangka pendek dan waktu
panjang.

Dalam menerapkan K3L, beberapa prinsip yang harus dijalankan perusahaan antara
lain:

 Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja. Adanya buku petunjuk penggunaan
alat dan atau isyarat bahaya

 Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab

 Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (Syarat-syarat Lingkungan
Kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi,
getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik, lampu
penerangan cukup memadai, ventilasi dan sirkulasi udara seimbang, adanya aturan
kerja atau aturan keprilakuan.

 Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja.

 Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.

 Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.

 Alat yang paling baik untuk dimiliki manajer/pimpinan adalah mengembangkan


“Budaya Keselamatan Kerja“ di instalasi mereka. Untuk mencapai hal ini, pesan dari
praktek kerja yang aman harus diperkuat setiap hari, melalui berbagai pertemuan
keselamatan, pelatihan, dan pimpinan yang kuat serta berfokus pada pengurangan
kecelakaan di tempat kerja. Hal ini dicapai dengan :

 Melakukan pertemuan keselamatan kerja dengan cara yang positif;

 Menyediakan alat pelindung diri yang memadai;

 Mendorong interaksi antara pekerja dan manajemen pada isu keselamatan kerja;

 Bekerja terus menerus untuk mengidentifikasi bahaya dan meminimalkan risiko


melalui pelengkapan dan peningkatan peralatan keselamatan kerja.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 5


PA.13

K3 butuh kita aplikasikan di tempat kerja kita, karena kecelakaan kerja mengintai kita
setiap saat serta dimanapun. Oleh karenanya, kita harus mengaplikasikan Safety First
dalam dunia kerja kita. Selain rasa sakit secara fisik, penurunan dan kehilangan
produktivitas, kecelakaan kerja sangat merugikan dan dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan, atau tanggung jawab hukum. Manajemen/pimpinan memiliki tanggung
jawab untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman, sedangkan pekerja memiliki
tanggung jawab untuk melakukan tugas-tugas mereka dengan aman.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 6


PA.13

BAB II
IDENTIFIKASI ASPEK K3L, PENGENDALIAN
DAN PENGUJIAN RESIKO

2.1 Tujuaan Keselamatan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L)

Dalam menyusun tujuan K3 di Tempat Kerja, maka tujuan K3 harus ditentukan sesuai
dengan konteks tempat kerja mereka. Tujuan K3 yang disusun dapat menggunakan
kaidah “SMART”:

 Specific, tujuan K3 haruslah jelas dan objektif

 Measurable, tujuan K3 haruslah bisa diukur

 Achievable, tujuan K3 haruslah benar-benar bisa dicapai dan juga dianggap sebagai
sebuah achievement jika bisa dicapai

 Realistic, tujuan K3 harus bisa dicapai dan tidak mengada-ngada

 Timely, tujuan K3 harus berada dalam konteks waktu tertentu untuk dicapai

Hal penting untuk menjadi acuan dalam merencanakan K3L :

1. Kondisi Lingkungan

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui kondisi lingkungan kerja.
Dalam hal pengelolaan operasional pengolahan air minum termasuk laboratorium,
maka kondisi fisik lokasi kerja perlu diidentifikasi, sehingga penerapan perencanan
K3L lebih lanjut dapat dilakukan setelah mengetahui kondisi lingkungan yang ada
di wilayah kerja tersebut.

2. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko

Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian atau Hazard Identification,


Risk Assessment dan Risk Control (HIRARC) dibuat dan digunakan untuk mendukung
pengembangan prosedur/ petunjuk kerja yang aman, efektif dan praktis, termasuk
di dalamnya :

 Memperhatikan bagaimana pekerjaan dilakukan

 Mendata langkah kerja.

 Identifikasi bahaya potensial yang timbul dan resiko untuk setiap langkah
kerja.

 Membuat pengecekan dan analisa bahaya.

 Melakukan pengukuran untuk menghindari potensi resiko bahaya dan kerugian.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 7


PA.13

3. Sasaran K3L : zero fatality accident, bersih dan sehat, penerapan 5 R (ringkas,
rapi, resik, rawat dan rajin).

Syarat-syarat keselamatan, kesehatan dan keamanan kerja perlu ditetapkan


sejak tahap perencanaan, pembangunan dan operasi dan pemeliharaan. Begitu
pula pada pelaksanaan operasional instalasi pengolahan air minum, penerapan K3L
ini penting karena menyangkut banyak pekerja dan peralatan dan proses yang harus
dilindungi.

2.2 Perencanaan K3L pada Instalasi Pengolahan Air ( IPA)

Sistem Penyediaan Air Minum ( SPAM) terdiri atas unit air baku, unit produksi, unit
distribusi, dan unit pelayanan. Bahan materi ini akan menekankan K3 pada instalasi
pengolahan air (IPA) termasuk laboratorium penunjangnya.

Unit produksi SPAM terdiri atas 4 komponen utama yaitu :

 Bangunan instalasi pengolahan air


 Unit pembubuh
 Bangunan penunjang
 Peralatan mekanikal dan elektrikal

Dalam merencanakan sistem managemen K3L, terdapat beberapa tahap meliputi :

 Penentuan kebijakan K3L


 Perencanaan K3L
 Pengendalian operasional
 Pemeriksaan dan evaluasi
 Tinjau ulang pelaksanaan

Kebijakan SMK3L merupakan arahan yang harus dipahami dan ditaati dalam
pelaksanaannya oleh pimpinan perusahaan dan seluruh pegawainya, dan dalam
operasional suatu instalasi pengolahan air (IPA), kebijakan tersebut minimal memuat
hal sebagai berikut dibawah ini :

 Komitmen mencegah kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja

 Komitmen menjaga proses untuk memperoleh kualitas dan kuantitas air pengolahan
sesuai dengan rencana dan persyaratan

 Komitmen melaksanakan operasi dan pemeliharaan IPA yang memperhatikan aspek


lingkungan

 Komitmen untuk mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku Adapun dalam
pelaksanaannya diperlukan :

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 8


PA.13

1. Unit organisasi SMK3L : mempunyai struktur organisasi dengan tugas, tanggung


jawab dan wewenang. Dalam penerapannya pada suatu IPA, tentunya unit SMK3L
ini juga perlu disesuaikan dengan skala pengolahan IPA itu sendiri, tetapi minimal
diperlukan seorang penanggung jawab SMK3L, petugas kondisi darurat,
keamanan lingkungan IPA dan petugas P3K.

2. Managemen resiko SMK3L : identifikasi bahaya, penilaian resiko, skala prioritas


dan pengendalian resiko (pada gambar 1 dan gambar 2.)

3. Pemenuhan peraturan dan persyaratan lainnya : kesesuaian pelaksanaan


pekerjaan dengan peraturan.

4. Sasaran dan program SMK3L : sasaran umum dan sasaran khusus, dengan
mempertimbangkan sumber daya, jangka waktu, indikator pencapaian dan
monitoring

Dalam managemen resiko K3L, perlu dilakukan identifikasi bahaya, penilaian resiko,
skala prioritas dan pengendalian resiko.

MANAGEMEN RESIKO
Identifikasi Bahaya K3L

Penyusunan Penilaian Resiko K3L Perkiraan


Perencanaan Potensi
Rencana Pengendalian Bahaya K3L
Resiko K3L

Perhitungan Biaya K3L

Gambar 2.1. Managemen Resiko

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 9


PA.13

PENGUJIAN RESIKO
Lingkup/jenis pekerjaan dan persyaratan
spesifikasi proyek/kegitan

• Eliminasi Identifikasi bahaya


• Substitusi
• Pengendalian
• Pengendalian Penilaian Tingkat Resiko Monitoring Evaluasi
Bahaya
administrasi
• Alat Pelindung
Diri (APD) Pengendalian Resiko Bahaya

Implementasi

Gambar 2.2. Flow chart Identifikasi Resiko Bahaya dan Pengendalian


Bahaya

Identifikasi Bahaya, Penilaian resiko dan Pengendalian Bahaya ini harus


disosialisasikan kepada semua pekerja dan pegawai melalui forum-forum komunikasi
K3L seperti tool box meeting sebelum melaksanakan pekerjaan, safety talk, pamflet
dan lain-lain. Demikian juga review harus diadakan setiap bulan dan atau jika ada
perubahan lingkup pekerjaan atau perubahan metode kerja.

Pada managemen resiko K3L ini, perhatikan berbagai aspek berikut :

 Manusia : kriteria jabatan, pendidikan, kompetensi, usia, pengalaman dan


pelatihan yang pernah diikuti
 Pendanaan : sumber dan kebutuhan dana
 Instalasi Pengolahan Air : tata letak instalasi, akses keluar masuk instralasi, sistem
pengolahan, pembuangannya padatan sisa pengolahan.
 Sumber air baku : kualitas dan kuantitas, saat musim hujan, kemarau, kemarau
Panjang
 Mekanikal dan elektrikal : pengoperasian, kebisingan, pembuangan limbah,
penggunaan bahan bakar
 Bangunan penunjang, kantor, ruang laboratorium, gudang termasuk gudang
penyimpanan bahan kimia, rumah pompa, genset : tata letak, pencahayaan,
ventilasi, bahaya kebakaran, keracunan, iritasi dsb.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 10


PA.13

Berikut garis besar sistem pengolahan air yang terdiri dari beberapa unit proses
seperti digambarkan dibawah ini.

INTAKE AERASi PRA SEDIMENTASI KOAGULASI

Klorinasi

FILTRASI SEDIMENTASI FLOKULASI

Gambar 2.3. Unit proses pada Instalasi Pengolahan Air

 Intake : tempat pengambilan air baku, umumnya dilengkapi dengan bar screen/
penyaring yang bertujuan untuk menyaring benda-benda terapung seperti
sampah dll, agar tidak sampai masuk ruang intake karena bisa mengganggu
kinerja pompa
 Aerasi : proses penambahan kandungan oksigen dalam air
 Koagulasi & Flokulasi : proses koagulasi adalah proses pemberian koagulan
dengan maksud mengurangi gaya tolak menolak antar partikel koloid sehingga
partikel koloid tersebut bisa bergabung menjadi flok-flok kecil. Sedangkan
flokulasi yaitu proses pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan flok-
flok kecil yang telah terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi) sehingga
menjadi besar dan mudah untuk diendapkan. Dalam proses flokulasi mengalami
pengadukan lambat memberikan kesempatan flok-flok kecil menjadi semakin
besar dan mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah terbentuk.
 Sedimentasi : pada proses sedimentasi, partikel-partikel / flok- flok yang
terbentuk dari flokulasi akan mengendap pada bak sedimentasi.
 Filtrasi : proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-flok halus
yang belum dapat terendapkan pada bak sedimentasi., dilakukan dengan cara
melewatkan air melalui media porous yaitu; pasir silica/ kwarsa.
 Chlorinasi : adalah pembubuhan zat disinfektan (contoh ; gas Chlor, Sodium
Hypochlorit) yang bertujuan untuk membunuh bakteri yang mungkin ada, baik
di reservoir, jaringan pipa distribusi hingga sampai ke pelanggan.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 11


PA.13

2.3 Menilai Risiko dan Bahaya

Menilai risiko dan bahaya dengan 5 langkah proses:

1. Mengidentifikasi bahaya;
2. Memahami siapa yang mungkin dirugikan, kemungkinan kerugian terjadi, dan
seberapa parah kerusakan yang mungkin ditimbulkan;
3. Mengevaluasi risiko dan memutuskan tindakan pencegahan;
4. Rekam temuan dan menerapkannya; dan
5. Meninjau penilaian dan memperbaruinya jika diperlukan

Sebuah bahaya adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan kerusakan, seper ti
terpapar bahan kimia, bahan kimia korosif seper ti asam atau basa, dan lain-lain.
Memperkirakan risiko atau peluang bahaya, tinggi atau rendah, bahwa seseorang bisa
dirugikan oleh suatu bahaya, beser ta dengan indikasi seberapa serius bahaya tersebut
merupakan esensi dari penilaian risiko. Mengidentifikasibahaya dapat dengan
mempelajari sistem atau proses yang terjadi, menentukan apa dan kondisi seperti apa,
seperti misalnya :

 Bahaya tersengat listrik;


 Bahaya ruang tertutup/terbatas;
 Bahaya tenggelam;
 Bahaya jatuh/terjerembab atau tersandung;
 Bahaya terpapar bahan kimia;
 Bahaya biologis; dan
 Lainnya

IIdentifikasi Resiko Mayor :

 Perlu diidentifikasi berbagai kemungkinan jenis resiko di berbagai unit proses IPA,
peralatan mekanik dan elektrikal, penyimpanan bahan kimia serta ruang
laboratorium
 Dari hasil identifikasi resiko mayor kemudian disusun rencana penanganan resiko

Tabel 2.1. Identifikasi dan Pengelolaan Resiko

Lokasi instalasi Kemungkinan bahaya Langkah-langkah mitigasi


intake Terjatuh dan tenggelam Peralatan keselamatan,
Bak aerasi, koagulasi, Terjatuh, tergelincir pagar pengaman
flokulasi, sedimentasi,
filtrasi
Unit klorinasi Terpapar bahan kimia

Bak pengolah Terjatuh, kontaminasi bakteri


lumpur/sedimentasi

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 12


PA.13

Lokasi instalasi Kemungkinan bahaya Langkah-langkah mitigasi


Lapangan dan ruang Tersandung, terkena sengatan Kebersihan Umum,
terbuka sekitar instalasi dan lain-lain tempat sampah,
membersihkan
tumpahan, pemeliharaan
landscape
Gudang penyimpanan Terpapar bahan kimia Kebersihan, keamanan
bahan kimia gudang,
petunjuk/informasi
bahaya
Ruang peralatan/ Tergelincir, tersengat listrik, Kebersihan, pelindung
pompa cedera mesin, terkait mesin, Sekering pemutus
arus, prosedur
pemutusan arus
Laboratorium Terpapar bahan kimia, Pelatihan, kebersihan,
kebakaran keamanan ruang,
kelengkapan peralatan
keamanan
Dan sebagainya

Daftar ini dapat digunakan sebagai daftar awal dan dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan spesifik di instalasi .

Tabel 2.2. Tindakan pencegahan untuk semua pekerja :

1. Menggunakan sepatu safety atau sepatu dengan sol non-slip


2. Memakai alat pelindung diri dan pakaian tahan kimia untuk menghindari
paparan terhadap kulit atau mata dari zat korosif dan / atau pencemar dari zat
padat, cair, gas atau uap
3. Tidak mencampur bahan kimia tanpa pengawasan seorang ahli kimia yang
memenuhi syarat atau tenaga keselamatan professional
4. Mematuhi semua-petunjuk keselamatan mengenai penyimpanan, transportasi,
penanganan atau cara menuangkan bahan kimia
5. Memeriksa peralatan listrik sebelum digunakan, memverifikasi bahwa semua
kabel listrik terisolasi dengan benar; mengganti peralatan listrik yang rusak atau
meminta teknisi listrik untuk pengujian dan perbaikan
6. Mengenakan kacamata keselamatan dalam semua kasus di mana mata
mungkin dapat terkena debu, partikel terbang, atau percikan cairan berbahaya
7. Memakai respirator, atau masker gas, bila terkena bahan berbahaya aerosol,
debu, uap atau gas
8. Berhati-hati saat menangani bahan/zat cair yang korosif atau gas klorin, asam
pekat atau alkali, atau ketika gas beracun dapat dipancarkan dari reagen

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 13


PA.13

9. Mematuhi semua petunjuk keselamatan tentang masuk ke ruang terbatas/


isolasi/khusus/sempit, misalnya, memeriksa kadar oksigen atau gas beracun,
menggunakan peralatan pelindung pernapasan jika diperlukan, harus ada
rekan kerja untuk berjaga jaga jika dibutuhkan untuk bantuan
10. Tidak merokok, makan atau minum di daerah di mana mungkin terdapat
banyak zat kimia atau kontaminasi biologi
11. Menggunakan sarung tangan non-latex jika alergi terhadap bahan lateks
12. Semua pekerja harus menjalani pemeriksaan berkala oleh dokter kesehatan
kerja untuk mengetahui gejala awal dari kemungkinan efek kronis atau alergi
13. Belajar dengan aman menggunakan alat pengungkit dan teknik untuk
memindahkan beban berat atau bahaya seperti kontainer bahan kimia;
menggunakan alat bantu mekanik untuk membantu dalam mengangkat beban
14. Menjaga kelengkapan kit P3K dan memberikan pelatihan tentang cara
menggunakannya
15. Memposting/menempel nomor telepon untuk tanggap darurat (polisi,
pemadam kebakaran, ambulans) di tempat-tempat penting disekitar instalasi

Referensi: ILO Ensiklopedia Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi 4, Stellman, J. Mager,
Editor, Vol. 2, pp. 55,29-32, 35-39(1998).
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---protrav/---safework
/documents/publication/wcms_192394.pdf

2.4 Keselamatan Kerja di Laboratorium

Laboratorium pengujian kualitas air pada suatu instalasi pengolahan air minum
merupakan sarana untuk menunjang proses unit pengolahan, monitoring kualitas air
dan menjamin hasil pengolahan air sesuai dengan kualitas yang direncanakan. Pada
laboratorium, selain bahan kimia juga terdapat peralatan yang diperlukan dalam suatu
proses pengujian dan analisa.

Dalam pelaksanaan K3 laboratorium perlu memperhatikan dua hal yakni indoor dan
outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan
operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanannya maupun
terhadap jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas udara, kualitas pencahayaan,
kebisingan, tata ruang dan alat, sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain
mengenai penggunaan alat laboratorium.

Bahan, tempat dengan segala kelengkapan peralatannya tentunya berpotensi


menimbulkan bahaya kepada penggunanya. Pengawasan terhadap alat maupun
terhadap pekerja harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan, yaitu :

a. Fasilitas Perlindungan Pekerja (Praktikan)

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 14


PA.13

 Jas Praktikum, merupakan pengaman langsung, terbuat dari bahan yang baik,
yaitu tidak mudah terbakar, tidak berupa bahan konduktor listrik maupun panas,
tahan bahan kimia.
 Ventilasi, desain laboratorium yang baik harus memiliki ventilasi yang cukup dan
memadai dengan sirkulasi udara segar yang baik
 Alat Pemadam Kebakaran, mutlak dimiliki setiap laboratorium karena kebanyakan
laboratorium telah terhubung dengan arus listrik tegangan tinggi sebagai sumber
energinya terhadap alat praktikum yang digunakan didalamnya

b. Peningkatan Kemampuan Pekerja (Praktikan)


Memberikan pengetahuan praktis kepada pekerja tentang prosedur penggunaan alat
serta prosedur melakukan kegiatan laboratorium yang sesuai dengan penerapan
keselamatan kerja.

c. Penanganan Kecelakaan
 Penyediaan P3K, meskipun penerapan prosedur keselamatan kerja telah
diberlakukan, bukan tidak mungkin terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan.
 Pengadaan Tanda-tanda Peringatan Bahaya, mengurangi statistik kecelakaan
dalam laboratorium dengan alarm, kode tertulis seperti poster dan sebagainya.

d. Sanitasi ruang dan peralatan laboratorium

Kondisi lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata sehingga mudah
dibersihkan dan tidak ada genangan air. Dinding, jendela, langit-langit, kerangka
bangunan, perpipaan, lampu, dan benda lain yang berada disekitar ruang pengujian
harus dalam kondisi bersih.

Kondisi umum bangunan harus memperhatikan aspek pencahayaan dan ventilasi


yang baik. Ventilasi harus tersedia dengan cukup dan berfungsu dengan baik.
Pencahayaan atau penerangan hendaknya tersebar secara merata dan cuku di semua
ruangan, namun hendaknya diatur sedemikian rupa seingga tidak menyilaukan.

Semua perlatan yang digunakan untuk pengujian harus selalu diperhatikan


kebersihannya, dan juga penangannya harus hati-hati karena kebanyakan peralatan
laboratorium mudah pecah.

Setelah penggunaan alat gelas dan non gelas selesai atau pekerjaan telah selesai
semua, peralatan tersebut harus dibersihkan dan ruangan yang digunakan harus
dibersihkan dengan bahan saniter. Saniter adalah senyawa kimia yang dapat
membantu membunuh bakteri dan mikroba. Air yang digunakan dalam pencucuian
alat hendaknya air yang bersih yang memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga
mencegah kontaminasi.

e. Pengendalian Ruang Penyimpanan Bahan Kimia

Ruang penyimpanan bahan kimia di laboratorium harus dikendalikan sehingga


temperatur, kelemban, dan sirkulasi udara sesuai dengan persyaratan laboratorium.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 15


PA.13

Jika temperature dalam ruang penyimpanan bahan kimia tersebut tinggi dan terasa
pengap, maka exhaust fan harus dihidupkan dan ventilasi atau pintu dibuka agar
terjadi sirkulasi udara, sehingga dapat menurunkan temperature dan kelembaban.

Pada saat akan mengambil bahan kimia harus memalai alat keselamatan. Sebelum
masuk ke ruang penyimpanan bahan kimia, harus memeriksa suhu dan kelembaban
ruangan apakah sesuai dengan persyaratan, baru melakukan pengambilan atau
penempatan bahan kimia.

Pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan :

 Iritasi, yaitu terjadinya luka bakar akibat kontak bahan kimia dengan bagian tubuh
 Korosif kerusakan jaringan : Timbulnya alergi Nampak sebagian ada bintik2 merah
atau gelembung berisi cairan atau gangguan pernafasan
 Pernafasan terganggu, sulir bernafas
 Timbulnya keracunan sistemik, yaitu bahan kimia yang dapat mempengaruhi
bagian-bagian tubuh seperti merusak hati, ginjal, susunan syaraf dll
 Kanker, akibat sering mendapat paparan bahan kimia
 Kerusakan atau kelainan janin yang ditandai dengan kelahiran yang cacat atau
terjadi kemandulan

f. Pembuangan limbah

Saluran pembuangan limbah bahan kimia dalam bentuk cair harus dikonstruksi dengan
baik, sehingga proses pembuangan limbah cair tidak terhambat Tempat penampungan
dibuat, jangan langsung dibuang ketempat umum karena akan mengganggu dan
mencemari lingkungan. Jika produksi sampah/limbah cair ternyata cukup tinggi, atau
telah mengakibatkan pencemaran, hal itu adalah indikasi awal bahwa masalah
lingkungan telah terjadi dan disarankan untuk berkonsultasi dengan institusi pengelola
limbah.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 16


PA.13

BAB III
BAHAN DAN PERALATAN K3L

3.1 Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan peralatan pelindung diri melindungi pekerja dari bahaya ter tentu. Hal ini
juga mempromosikan rasa profesionalisme dan budaya keselamatan. APD harus
digunakan sepanjang waktu selama pekerja melakukan pekerjaannya. Tidak hanya ketika
manajemen/ pimpinan memantau kegiatan staf. Adapun manfaat APD adalah untuk :

- Melindungi pekerja dari bahaya secara umum


- Mempromosikan sikap profesionalisme yang mendorong praktek kerja yang
aman
- Menampilkan citra kompetensi di mata publik.

Pelindung badan berfungsi untuk melindungi diri agar tidak mengalami cidera akibat
kerja. Untuk menghindarkan dan memperkecil kemungkinan terjadinya
kecelakaan/penyakit akibat kerja, maka tenaga kerja perlu melengkapi dirinya dengan
pelindung badan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya serta persyaratan yang
berlaku.

Gambar 3.1. Informasi Keselamatan Diri

Pelindung badan yang harus digunakan adalah seperti :

 Sabuk pengaman (safety belt)


Merupakan perlengkapan penting dan harus digunakan terutama pada saat
melakukan pekerjaan pada ketinggian lebih dari 3 m. Sabuk pengaman dipasang
pada pinggang seperti ikat pinggang biasa, mengikatkan bagian talinya kepada
bagian yang diperkirakan cukup kuat dan dapat menahan beban manusia,
sehingga jika pekerja tergelincir/terpeleset tidak akan langsung jatuh akan tetapi
dapat tertahan oleh sabuk pengaman sehingga terhindar dari kecelakan yang lebih
fatal.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 17


PA.13

 Topi keras (helm), digunakan untuk melindungi kepala dari benturan benda -
benda yang mungkin jatuh, untuk itu topi keras harus dipilih yang baik mutunya.

Gambar 3.2. Alat Pelindung Kepala

 Sarung tangan, digunakan untuk menghindarkan kulit tangan dari permukaan


benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau dingin serta
perlindungan diri dari pelarut/cairan, peralatan gelas (pecah/rusak). Penggunaan
sarung tangan harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, yaitu : Sarung
Tangan Karet (neoprene)

Gambar 3.3. Sarung Tangan

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 18


PA.13

 Sepatu kerja, digunakan untuk melindungi kaki, dari resiko luka, terjepit, benda
tajam dan sejenisnya. Penggunaan sepatu harus sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan, yaitu : Boots, karet atau kulit berlapis baja

Gambar 3.4. Sepatu Boots

 Penutup hidung (masker), digunakan pada saat bekerja pada daerah yang
berdebu atau yang mengandung unsur kimia yang dapat menimbulkan gangguan
pada pernapasan, yaitu Dust Mask, Respirator

Gambar 3.5. Masker

 Kaca mata, digunakan pada saat melakukan pekerjaan khusus seperti: memecah
batu, mengelas, menggerinda dan percikan larutan kimia atau panas yang dapat
membahayakan mata pekerja/operator. Kaca mata tersebut terbagi menjadi
2 (dua) jenis, yaitu cleatr safety glasses dan clear safety goggles.

Gambar 3.6. Kaca mata

 Pelindung telinga, perlu digunakan pada lingkungan pekerjaan yang bising


yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 19


PA.13

Gambar 3.7. Pelindung Telinga

Selain alat pelindung diri, setiap laboratorium/ruang pembubuh dilengkapi dengan


safety shower. Bila terkena tumpahan cairan kimia dengan jumlah relatif banyak,
segeralah menuju safety shower dan guyur badan Anda dengan air dari alat tersebut.

Gambar 3.8. Safety Shower

Pakaian yang dikenakan juga harus dipilih yang kira-kira tidak terlalu ketat juga tidak
terlalu longgar, sehingga tidak menyulitkan pada saat bekerja.

Gambar 3.9. Pakaian Pelindung Badan

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 20


PA.13

Personil lapangan harus terlatih dalam pengetahuan dan keterampilan pendukung


teugas, harus sesuai dan mutakhir. Personil lapangan perlu tahu dasar P3K dan
punya akses segera terhadap peralatan P3K.

Gambar 3.10. Perlengkapan P3K

3.2 Alat dan Bahan Pemadam Kebakaran

Bahaya kebakaran adalah bencana api yang sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan kerusakan dan kerugian baik terhadap harta benda maupun jiwa manusia.
Dengan demikian pengetahuan tentang alat-alat dan pemadam kebakaran perlu
dikuasai oleh para pelaksana pekerjaan lapangan dalam rangka mengantisipasi
terjadinya bahaya kebakaran.

Gambar 3.11. Alat dan Bahan Pemadam Kebakaran

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 21


PA.13

3.3 Rambu-Rambu K-3

Rabu-rambu K-3 merupakan bagian penting dalam penerapan K-3 dan harus
dipasang pada tempat - tempat yang strategis, dalam arti mudah dilihat dan sesuai
dengan situasi kerja. Rambu - rambu yang diperlukan pada lokasi operasional IPA
antara lain :

 Dilarang merokok atau menyalakan api pada daerah yang berdekatan dengan
tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar, seperti bensin, bahan kimia
dan sejenisnya.
 Bebas narkoba
 Wajib menggunakan penutup/pelindung telinga pada daerah yang bising akibat
bunyi mesin seperti mesin ketam,mesin gergaji dsb
 Rambu lainnya sesuai dengan karakteristik bidang pekerjaannya.

Gambar 3.12. Contoh Pemasangan Rambu-Rambu K3

3.4 Menyimpan, merawat bahan dan peralatan

Penyimpanan, merawat bahan kimia (koagulan) harus memenuhi ketentuan sebagai


berikut :

 Harus sesuai dengan ketentuan teknis penyimpanan dan penataan bahan kimia
(koagulan)
 Bahan kimia (koagulan) harus disimpan pada tempat yang kering dengan
ventilasi yang memadai

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 22


PA.13

 Tempat penyimpanan bahan kimia (koagulan) yang memadai dapat mencegah


berbagai masalah keamanan, dengan menghilangkan debu dan mengurangi
kesempatan bahan kimia (koagulan) menimbulkan reaksi yang berbahaya.
 Pada tempat penyimpanan bahan kimia kering

Penyimpanan , merawat peralatan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

 Simpanlah kunci dan alat perkakas di dalam laci atau lemari dan susunlah
secara teratur dan rapi, agar tidak banyak waktu terbuang untuk
mencarinya.
 Jangan sembarangan meletakkan perkakas atau alat dilantai, bawalah alat
tersebut dalam kotak atau tas.
 Selama bekerja simpanlah perkakas atau alat yang tajam dan runcing di
tempat aman, agar tidak jatuh menimpa orang
 Rawatlah semua peralatan dengan baik, karena seringkali kecelakaan
terjadi diakibatkan oleh peralatan yang rusak dan tidak terawat.

3.5 Menata tempat kerja

 Usahakan agar temput kerja dalam keadaan rapi dan bersih. letakkan potongan
- potongan bahan,lap atau potongan kain yang berminyak, kertas tak terpakai
dan sampah lainnya di tempat - tempat yang disediakan.
 Jagalah agar lantai tempat bekerja selalu senantiasa dalam keadaan bersih.
Letakkan barang - barang yang sekiranya dapat menyebabkan tergelincir seperti
paku, pecahan kaca, kayu dsb di tempat yamg disediakan
 Harus diupayakan agar pengaturan tempat kerja,lingkungan kerja dan tata cara
kerja sedemikian rupa sehingga dapat membuat para pekerja dengan tenang
melaksanakan pekerjaannya karena merasa terlindung dari resiko bahaya
kecelakaan.

3.6 Manual/prosedur kerja peralatan dan penempatan bahan

 Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja selayaknya para


pekerja harus berpedoman atau memahami kepada manual/prosedur kerja
setiap jenis peralatan
 Sebelum menggunakan peralatan, bacalah lebih dahulu buku pedoman
untuk mengoperasikannya
 Pelajari manual dengan tenang
 Cocokkan manual dengan peralatan sebenarnya untuk mendapatkan
keyakinan dalam bekerja.

BALAI TEKNIK AIR MINUM - REVIU MODUL 2018 23

Anda mungkin juga menyukai