Relasi gender tidak hanya lahir dari kesadaran individu, tetapi juga sangat
tergantung pada faktor budaya, ekonomi, sosial dan lingkungan. Gender di era
global berkaitan dengan kesadaran, tanggung jawab laki-laki dan perempuan,
pemberdayaan perempuan, hak-hak perempuan termasuk tantangan yang
dihadapi dalam bagaimana menghubungkan semua konsep gender untuk tujuan
kesejahteraan bersama. Konsep gender perlu diterjemahkan dalam aksi nyata
berupa gerakan pembebasan yang bertanggung jawab atas kesetaraan dan
keadilan.
Kesetaraan dan keadilan gender yang telah diperjuangkan berpuluh-puluh
tahun belum mencapai hasil seperti yang diharapkan, meskipun berbagai
instrumen yuridis telah disusun pemerintah untuk pencapaian target program.
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap masih tingginya ketimpangan gender
di masyarakat. Ketimpangan gender ini masih ditemui dalam berbagai bidang
termasuk budaya, kebijakan dan lainnya. Kondisi ini dapat dilihat dari
rendahnya alokasi dana yang dianggarkan birokrasi publik untuk pemberdayaan
perempuan yang belum menyeluruh dan tepat sasaran.
Karena adanya perbedaan antara hak dan kewajiban lelaki dan perempuan
dalam berbagai sektor .serta dikesampingkannnya kodrat wanita dalam aturan
konstitusi negara , dalam hal cuti haid yang dipersoalkan ,Cuti melahirkan ada,
namun justru menjadi kerentanan perempuan untuk diPHK .Serta pembatasan
usia masa kerja hanya dua tahun ,karena dianggap sudah masuk usia perkawinan
dan berkeluarga, sehingga nanti hamil melahirkan yang menurut perusahaan
justru menjadi tidak efisien. beban keibuan, beban di dalam rumah tangga,
apalagi kalau suami-istri jobless kehilangan kerja yang akan sangat terasa juga
perempuan, beban mengurus kesehatan, membesarkan dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak.
Nama : Ervikhasanahty NC
NIM 1824090250