Green Log
Green Log
MANAGEMENT
UNTUK PENINGKATAN KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN
Deskripsi Masalah/Kasus
Perusahaan tidak akan mampu bersaing maupun memenangkan persaingan
yang ketat antar perusahaan sejenis lainnya kecuali mereka merancang langkah-
langkah untuk mengurangi biaya, meningkatkan kualitas, dan meningkatkan
produksi (Tipi et al., 2012). Masalahnya yaitu mencari tahu cara mengatasi suatu
masalah yang menimbulkan hubungan timbal balik, karena teknik pemotongan
biaya terkadang memiliki pengaruh yang merugikan pada kualitas atau
produktivitas.
Data yang dikumpulkan dalam jurnal yang akan diteliti ini yaitu data laporan
keuangan tahunan dan data internal perusahaan lainnya yang berasal dari
wawancara kepala gudang dan orang yang berhubungan dalam penelitian ini yang
akan dianalisis menggunakan kerangka model Green SCOR. Hal ini juga
memanfaatkan informasi dari kuesioner yang akan diisi oleh lima orang, termasuk
kepala Pabrik Gula Trangkil dalam contoh ini.
1. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah evaluasi atau ukuran kuantitatif tentang seberapa baik
perusahaan menggunakan aset bisnisnya dan menghasilkan pendapatan. Ini
mengacu pada kesehatan keuangan perusahaan secara keseluruhan selama periode
tertentu.(Delen et al., 2013).
Analisis Dupont juga disebut model Dupont adalah rasio keuangan berdasarkan
rasio return on equity yang digunakan untuk menganalisis kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan return on equity. Dengan kata lain, model ini
memecah rasio pengembalian atas ekuitas untuk menjelaskan bagaimana
perusahaan dapat meningkatkan pengembaliannya bagi investor.
2. Supply Chain Operations Reference (SCOR)
SCOR digunakan untuk menilai efektivitas dan efisiensi penjualan dan
perencanaan operasional (SOP) rantai pasokan perusahaan. Model SCOR
dirancang untuk membantu menstperusahaanrdisasi proses dan menciptakan cara
yang terukur untuk melacak hasil. SCM rumit, dan penerapan S&OP bisa jadi
sulit, tetapi model SCOR dimaksudkan untuk membantu menstperusahaanrdisasi
proses dan menawarkan cara terukur untuk melacak hasil. Ini beroperasi di
seluruh industri dan menggunakan definisi stperusahaanr yang dapat digunakan
untuk setiap proses rantai pasokan. Bisnis dapat menggunakan model SCOR
untuk menilai seberapa maju atau matang proses rantai pasokan, serta seberapa
sesuai dengan tujuan perusahaan. (Supply Chain Council, 2010).
Metode SCOR memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning and management of demand or supply).
2. Pembelian (Procuring Inventory, membuat permintaan)
A. Mengelola bisnis langsung, menganalisis pengadaan, dan menyimpan data,
serta menjadwalkan pengiriman, menerima, memverifikasi, dan mengirimkan
produk, dan mengotorisasi pembayaran pengadaan.
B. Melacak inventaris, jaringan rantai pasok, kebutuhan pengiriman dalam
maupun luar negeri, dan kontrak pembelian barang.
3. Manufaktur, suatu proses mengubah raw materials atau suku cadang menjadi
barang jadi melalui penggunaan alat, tenaga manusia, mesin, dan pemrosesan
kimia. Manufaktur merupakan bagian integral dari ekonomi. Sebagian besar
produk dibuat dengan tangan menggunakan tenaga manusia dan peralatan dasar
sebelum Revolusi Industri.
4. Pengiriman: mencakup pesanan dan nota pembelian, analisis penggunaan
transportasi, analisis pengelolaan distribusi, penerimaan dan menganalisa jasa
logistik serta aturan-aturan dalam pengiriman barang ekspor maupun impor.
5. Pelanggan mengembalikan raw materials dan barang jadi.
Proses SCOR dapat masuk ke berbagai tingkat detail proses untuk membantu
perusahaan menganalisis rantai pasokannya. Ini memberi perusahaan gambaran
tentang seberapa maju rantai pasokannya. Proses tersebut membantu perusahaan
memahami bagaimana 5 langkah tersebut berulang-ulang antara pemasok,
perusahaan, dan pelanggan. Setiap langkah adalah mata rantai dalam rantai
pasokan yang sangat penting dalam mendapatkan produk dengan sukses di setiap
tingkat. Model SCOR telah terbukti bermanfaat bagi perusahaan yang
menggunakannya untuk mengidentifikasi masalah rantai pasokan. Model ini
memungkinkan leverage penuh dari investasi modal, pembuatan peta jalan rantai
pasokan, penyelarasan fungsi bisnis, dan rata-rata dua hingga enam kali
pengembalian investasi.
Proses reverse logistics dari konsumen akhir ditunjukkan di bawah ini. Secara
umum meliputi produk retur yang telah diperbaharui agar tidak menjadi limbah,
pemanfaatan kembali limbah, baik ampas tebu yang digunakan untuk pupuk dan
campuran batu bata, serta tas bekas yang didaur ulang dan disaring ulang dari
distributor, dan sedikit atau tidak. dari pelanggan.
Bahkan laba perusahaan di atas tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sebesar
Rp23.331.000.000, dan total aset yang dikembalikan perusahaan melebihi tujuan
sebesar 3,7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa strategi yang digunakan dalam
situasi ini mampu menganalisis berdasarkan data sehingga kinerja perusahaan dan
laporan keuangan perusahaan dapat berjalan lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel Alfa Puryono a*, Mustafid b, Ferry Jie c
a STIMIK AKI Pati
b Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
cSchool of Business IT and Logistics, RMIT University)
Naskah Diterima : 27 April 2016; Diterima Publikasi : 11 Juni 2016
DOI: 10.21456/vol6iss2pp154-163