Anda di halaman 1dari 52

MODUL 04

TEORI GRAF

Permasalahan yang muncul di dunia nyata sering terkait dengan objek diskrit dan relasi antar
objek tersebut. Sebagai contoh: (i) sebuah sistem transportasi: beberapa kota dalam suatu
propinsi yang dihubungkan oleh jalan dari suatu kota ke kota lain. Dalam hal ini kota
merupakan objek diskrit, sedangkan jalan merelasikan antar satu objek ke objek lainnya.
Disini obyektif kita adalah menentukan rangkaian jalan terpendek yang menghubungkan
sebuah kota dengan sebuah kota yang lain dalam propinsi itu; (ii) sebuah sistem jaringan
komputer terdiri dari objek-objek komputer baik sebagai server maupun workstation yang
dihubungkan oleh kabel-kabel. Disini obyektif kita misalnya menentukan apakah satu
komputer dapat terhubung ke komputer lainnya.
Berbagai permasalahan seperti ini dapat dimodelkan secara baik dengan menggunakan
konsep graf, graf berarah dan berbobot, graf pohon, maupun pohon biner. Dalam bab ini kita
akan membahas tentang konsep dasar graf dan berbagai contoh pemakaian dalam kehidupan
sehari-hari.

Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mengerti konsep graf, macam-macam graf, dan dapat menerapkan dalam mem-
bantu pemecahan masalah nyata yang kita hadapi sehari-hari.

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami definisi graf tak berarah dan graf berarah, dan dapat mengaitkannya dalam
permasalahan sehari-hari.
2. Memahami pengertian lintasan dan sirkuit dalam graf tak berarah dan graf berarah.
3. Memahami pengertian sirkuit Euler dan sirkuit Hamilton dan penerapannya.
4. Mampu menyelesaikan permasalahan perjalanan penjual produk.
5. Memahami definisi dan dapat mengenali graf isomofik .
6. Memahami pengertian graf planar dan dapat mengaitkannya dalam permasalahan
sehari-hari.
7. Dapat merepresentasikan graf dalam program komputer

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 1


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.1 GRAF
Suatu graf adalah himpunan benda-benda yang disebut verteks (atau node) yang terhubung
oleh edge-edge (atau arc). Biasanya graf digambarkan sebagai kumpulan titik-titik (dimana
setiap titik mewakili satu verteks) yang dihubungkan oleh garis-garis (dimana setiap garis
mewakili satu edge).

Tipe Graf
Definisi-4.1. Suatu graf tak berarah (undirected graph), G, adalah suatu pasangan
terurut himpunan, (V, E), dengan V sebuah himpunan berhingga dan tak kosong verteks
(vertex) atau noda (node) dan E sebuah himpunan multiset dari dua elemen di V, elemen
dari E dinamakan edge (atau arc). Graf tak berarah biasa disimbolkan dengan G=(V,E).

Himpunan verteks, V, biasa ditulis sebagai V  {v1 , v 2 ,..., v n } , dalam hal ini V mempunyai
sebanyak n elemen yaitu v1 , v 2 , v3 , …, dan vn , dan himpunan edge, E, biasa dituliskan
dengan E  {e1 , e2 ,..., em } dimana ei  {v j , v k }  e jk , j, k = 1, 2, ..., n. Sebuah graf yang
mempunyai edge kosong disebut null graph. Sebuah graf yang memuat sebuah verteks dan
tanpa edge disebut trivial graph. Sebuah edge yang mempunyai titik-titik ujung sebuah
verteks yang sama disebut sebuah loop.

Contoh-4.1. Diberikan sebuah graf G=({a, b, c, d}, {{a,b}, {a,d}, {b,b}, {b,c}, {c,d}}). Graf
G ini mempunyai himpunan verteks V={a, b, c, d}, jadi himpunan V mempunyai elemen
verteks–verteks a, b, c, dan d. Sedangkan himpunan edge E={{a,b}, {a,d}, {b,b}, {b,c},
{c,d}}, terlihat bahwa E merupakan sebuah himpunan multiset dari dua verteks di V. Jadi
sesuai dengan definisi diatas G merupakan graf tak berarah.

Penggambaran Graf Tak Berarah


Suatu graf tak berarah G=(V,E) dapat dinyatakan dalam bentuk gambar (grafik) dalam bidang
datar dengan aturan penggambaran sebagai berikut:
1. Untuk setiap verteks vi  V digambarkan dengan lingkaran kecil atau titik berlabel vi.
2. Untuk setiap edge eij  E atau eij  {v i , v j } digambarkan dengan garis yang menghu-
bungkan verteks vi dan verteks vj .
Untuk graf tak berarah pada Contoh-4.1. dapat dinyatakan dalam bentuk gambar sebagaimana
terlihat pada Gambar-4.1.
loop loop

(a) (b)
Gambar-4.1. Gambar graf tak berarah dalam Contoh-4.1.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 2


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Contoh-4.2. Graf tak berarah pada Gambar-4.2. merupakan graf dengan verteks adalah sub-
program p1, p2, p3, p4, dan p5. Disini, edge {pi, pj} menyatakan dua subprogram pi dan pj
yang menggunakan data secara bersama.

Gambar-4.2. Graf tak berarah dengan verteks melambangkan subprogram.

Definisi-4.2. Suatu graf berarah (directed graph / digraph), G, adalah suatu pasangan
terurut himpunan (V,E) dengan V adalah himpunan berhingga dan tak kosong verteks /
noda dan E adalah sebuah relasi biner pada V (atau 𝐸 ⊆ 𝑉 𝑥 𝑉). Elemen dari E di-
namakan edge atau arc. Graf berarah disimbolkan dengan G=(V,E).

Himpunan verteks, V, ditulis sebagai V  {v1 , v 2 ,..., v n } , dalam hal ini V mempunyai n
elemen yaitu v1 , v 2 , v3 , …, vn . Himpunan edge, E, ditulis sebagai E  {e1 , e2 ,..., em } dimana
ei  (v j , v k ) , j, k = 1, 2, ..., n, merupakan pasangan terurut verteks. Perlu diingat bahwa,
(v j , v k )  (v k , v j ) . Sebuah graf yang memuat edge tak berarah dan edge berarah disebut graf
campuran (mixed graph) atau graf berarah parsial (partially directed graph).

Contoh-4.3. Diberikan sebuah graf G=({a, b, c, d}, {(a,b), (a,d), (b,b), (b,c), (c,d)}). Graf G
ini mempunyai himpunan verteks V={a, b, c, d}, jadi himpunan V mempunyai elemen
verteks–verteks a, b, c, dan d. Sedangkan himpunan edge E={(a,b), (a,d), (b,b), (b,c), (c,d)}.
Terlihat bahwa setiap elemen dari E merupakan sebuah pasangan terurut dari dua verteks di
V. Jadi sesuai dengan definisi diatas G merupakan graf berarah.

Penggambaran Graf Berarah


Suatu graf berarah G=(V,E) dapat dinyatakan dalam bentuk gambar (grafik) dalam bidang
datar dengan aturan penggambaran sebagai berikut:
1. Untuk setiap verteks vi  V digambarkan dengan lingkaran kecil atau titik berlabel vi.
2. Untuk setiap edge eij  E atau eij  (vi , v j ) digambarkan dengan garis berarah yang
menghubungkan dari verteks vi berarah ke verteks vj .
Graf berarah pada Contoh-5.3. dapat dinyatakan dalam bentuk Gambar-4.3. (a) atau Gambar-
4.3. (b).

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 3


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

loop loop

(a) (b)
Gambar-4.3. Gambar graf berarah dalam Contoh-4.3.

Contoh-4.4. Graf berarah pada Gambar-4.4. merupakan graf dengan verteks adalah gardu
aliran listrik g1, g2, g3, g4, dan g5. Dimana edge (gi,gj) menyatakan aliran listrik yang
mengalir dari gardu gi ke gardu gj.

Gambar-4.4. Sebuah graf berarah dengan verteks berupa gardu listrik.

Contoh-4.5. Dalam suatu kompetisi catur yang menggunakan aturan permainan setengah
kompetisi, setiap pasang pemain hanya bertanding satu kali. Ada empat pemain yaitu:
Anang, Badu, Cecep, dan Deny. Hasil dari kompetisi tersebut disajikan dalam graf berarah
pada Gambar-4.5. Setiap pemain merepresentasikan label dari verteks, dan edge (u,v)
menyatakan bahwa pemain u mengalahkan pemain v.

Gambar-4.5. Graf dari sebuah kompetisi catur.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 4


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Untuk selanjutnya istilah graf mempunyai makna graf berarah atau graf tak berarah.
Sebuah graf yang tak memuat loop disebut graf sederhana (simple graph) atau graf linier
(linear graph), sedangkan sebuah graf yang memuat loop disebut pseudograph.

Model Graf
Graf digunakan dalam berbagai ragam model secara luas. Disini, kita akan memberikan
beberapa model graf dari berbagai bidang.

Contoh-4.6. Niche Overlap Graph in Ecology


Graf digunakan dalam banyak model termasuk interaksi dari spesies binatang yang berbeda.
Sebagai misal, kompetisi antara spesies dalam sebuah ekosistem dapat dimodelkan menggu-
nakan sebuah Niche overlap graph .

Contoh-4.7. Acquaintanceship Graph


Kita dapat menggunakan model graf untuk merepresentasikan beragam hubungan antar orang
Sebagai contoh, kita dapat menggunakan sebuah graf untuk merepresentasikan apakah dua
orang saling kenal, yaitu apakah mereka acquainted. Setiap orang dalam kelompok tertentu
orang diepesentasikan dengan sebuah verteks. Sbuah edge tak berarah digunakan untk
menghubungkan dua orang apabila orang-orang ini saling kenal.

Contoh-4.8. Influence Graph


Dalam studi tentang sifat-sifat kelompok, teramati bahwa orang-orang tertentu dapat mempe-
ngaruhi pikiran yang lainnya. Sebuah graf berarah yang disebut sebuah influence graph da-
pat digunakan untuk memodelkan sifat-sifat ini. Setiap orang dari kelompok direpresentasi-
kan dengan sebuah verteks. Terdapat sebuah edge berarah dari verteks a ke verteks b
apabila orang yang direpresentasikan dengan verteks a mempengaruhi orang yang direpre-
sentasikan dengan verteks b.

Contoh-4.9. The Hollywood Graph


Graf Hollywood merepresentasikan aktor dengan verteks dan menghubungkan dua verteks
ketika aktor-aktor yang direpresentasikan dengan verteks ini bekerja bersama-sama dalam
sebuah film. Menurut Internet Movie Database, dalam Nopember 2001 graf Hollywood
mempunyai sebanyak 574.724 verteks yang merepresentasikan aktor yang telah tampil dalam
292.609 film, dan mempunyai lebih dari 16 juta edges.

Contoh-4.10. Round-Robin Tournaments


Sebuah turnamen dimana setiap tim bertemu setiap tim yang lain tepat sekali disebut sebuah
turnamen round-robin. Turnamen seperti itu dapat dimodelkan menggunakan graf berarah
dimana setiap tim direpresentasikan dengan sebuah verteks. Perhatikan bahwa (a,b) adalah
sebuah edge jika tim a mengalahkan tim b. Sebuah contoh model graf berarah seperti itu
diberikan dalam Gambar-4.6.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 5


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Gambar-4.6. Model graf sebuah turnamen round-robin yang diikuti 6 tim.

Contoh-4.11. Collaboration Graph


Sebuah graf yang disebut graf kolaborasi dapat digunakan untuk memodelkan penulisan
bersama dari paper akademis. Dalam sebuah graf kolaborasi verteks merepresentasikan orang
(barang kali untuk anggota dari sebuah komunitas akademis) dan edge menghubungkan dua
orang jika mereka telah secara bersama menulis sebuah paper. Graf kolaborasi untuk orang
yang bekerja bersama-sama pada paper penelitian dalam bidang matematika telah ditemukan
mempunyai lebih dari 337.000 verteks dan 496.000 edges.

Contoh-4.12. Call Graphs


Graf dapat digunakan untuk memodelkan panggilan telepon yang terjadi dalam sebuah jari-
ngan, seperti misalnya sebuah jaringan telepon jarak jauh. Secara khusus, sebuah multigraf
berarah dapat digunakan untuk memodelkan panggilan dimana setiap nomor telepon direpre-
sentasikan dengan sebuah verteks dan setiap panggilan telepon direpresentasikan dengan edge
berarah. Edge merepresentasikan sebuah panggilan yang dimulai di sebuah nomor telepon
dari mana panggilan dibuat dan berakhir di nomor telepon dimana panggilan ditujukan. .

Contoh-4.13. Web Graph


World-Wide-Web dapat dimodelkan sebagai sebuah graf berarah dimana setiap laman Web
(Web page) direpresentasikan dengan sebuah verteks dan dimana sebuah edge dimulai pada
sebuah laman a dan berakhir pada laman b jika terdapat sebuah hubungan dari a menuju
b. Karena laman Web baru dikreasi dan yang lain dibuang dmana-mana pada Web dalam
hampir setiap detik, graf Web berubah pada sebuah basis yang hampir kontinyu. Graf Web
saat ini mempunyai lebih dari satu miliyar verteks dan sepuluh miliyar edge.

Contoh-4.14. Precedence Graph and Concurrent Processing


Program komputer dapat dieksekusi secara lebih teatur dengan mengeksekusi statement
tertentu secara harmonis (concurrent). Adalah penting untuk tidak mengeksekusi sebuah
statement yang memerlukan hasil dari statement yang belum dieksekusi. Ketergantungan dari
statement pada statement sebelumnya dapat direpresentasikan dengan sebuah graf berarah.
Setiap statement direpresentasikan dengan sebuah verteks, dan tedapat sebuah edge dari
sebuah verteks ke sebuah verteks kedua jika statement yang direpresentasikan dengan verteks
kedua tidak dapat dieksekusi sebelum statement yang direpresentasikan dengan verteks per-
tama telah dieksekusi. Graf ini disebut sebuah graf presedensi (precedence graph).

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 6


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.2 TERMINOLOGI GRAF

4.2.1 Terminologi Dasar


Definisi-4.3. Dua verteks u dan v dalam sebuah graf tak berarah G=(V,E) dikatakan
bertetangga (neigbour / adjacent) dalam G jika ada sebuah edge e = {u, v} dalam E. Jika
e = {u, v}, edge e dikatakan incident dengan verteks u dan v. Verteks u dan v disebut titik
ujung (end point) dari e, dan e dikatakan menghubungkan (connect) verteks u dan v.

Definisi-4.4. Misalkan G sebuah graf tak berarah, derajat (degree) dari verteks u, disim-
bolkan dengan deg(u), adalah banyaknya edge yang incident dengan verteks u.

Sebuah verteks yang berderajat nul disebut verteks terisolir (isolated point) dan sebuah
verteks adalah pendant jika dan hanya jika mempunyai derajat satu.

Contoh-4.15. Graf pada Gambar-4.7 ialah sebuah graf tak berarah G=(V,E) dengan himpu-
nan V = {a, b, c, d}.
a b

c d
Gambar-4.7. Sebuah graf tak berarah dengan 4 verteks dan 6 edge.

Teorema-4.1. Handsaking (Euler’s Degree-Sum Theorem).


Misalkan G=(V,E) adalah sebuah graf tak berarah, total jumlah derajat verteks dalam G
sama dengan dua kali banyaknya edge, atau  deg(v)  2 | E |
vV

Bukti.
Setiap edge e  E , memberikan kontribusi sebanyak 2 derajat pada penghitungan derajat
verteks, dan definisi derajat dari verteks adalah banyaknya edge yang terhubung dengan
verteks tersebut, maka jumlah derajat dari semua verteks adalah 2|E|.
[Terbukti].

Teorema-4.2. Untuk suatu graf sederhana G=(V,E), banyaknya verteks yang berderajat
ganjil adalah genap.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 7


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Bukti.
Kebenaran Teorema-4.2. kita buktikan secara induksi atau mendasarkan pada Teorema-4.1.
Dengan melakukan induksi terhadap banyaknya edge dari graf sebagai berikut.
Misalkan banyaknya edge dalam graf G adalah n.
Basis induksi:
Untuk n=0, banyaknya edge yang berderajat ganjil adalah 0 (atau genap). Sebagai
gambaran lihat Gambar-4.8, verteks yang berwarna hitam berderajat ganjil, dan banyak-
nya adalah genap .
Hipotesa Induksi:
Kita anggap bahwa untuk graf G=(V,E) dengan banyak edge n= k mempunyai banyak
verteks yang berderajat ganjil adalah genap. Jadi pernyataan benar untuk n=k.
Step Induksi:
Selanjutnya akan ditunjukkan pernyataan benar untuk n=k+1, atau akan ditunjukkan bah-
wa pernyataan benar apabila edge bertambah satu. Penambahan satu edge pada graf akan
mengakibatkan beberapa alternatif yang mungkin berikut ini:
i. Jika kedua verteks ujung dari edge yang baru keduanya berderajat ganjil (yang berarti
sebelum penambahan edge keduanya berderajat genap) maka terjadi penambahan dua
buah verteks yang berderajat ganjil. Sehingga banyaknya verteks yang berderajat
ganjil adalah tetap genap.
ii. Jika kedua verteks ujung dari edge yang baru keduanya berderajat genap (yang berarti
sebelum penambahan edge keduanya berderajat ganjil) maka terjadi pengurangan dua
buah verteks yang berderajat ganjil. Sehingga banyaknya verteks yang berderajat
ganjil adalah tetap genap.
iii. Jika satu verteks ujung dari edge yang baru berderajat ganjil dan satu ujung lain
berderajat genap maka tidak ada penambahan atau pengurangan verteks yang berderjat
ganjil. Sehingga banyaknya verteks yang berderajat ganjil adalah tetap genap.
Dengan demikian kebenaran teorema diatas terbukti secara induksi.
[Terbukti].

(a) (b) (c)


Gambar-4.8. Graf 5 verteks ilustrasi bukti Teorema-4.3.

Berdasar pada Teorema-4.1, misalkan V dapat dipartisi atas dua blok: 𝑉 himpunan
verteks yang berderajat genap dan 𝑉 himpunan verteks yang berderajat ganjil, maka kita
dapat menuliskan sebuah ekspresi yang berlaku dalam graf G, sebagai berikut

2|𝐸| = ∑ ∈ 𝑑𝑒𝑔(𝑣) = ∑ ∈ 𝑑𝑒𝑔(𝑣) + ∑ ∈ 𝑑𝑒𝑔(𝑣) (genap)

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 8


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Dari ekspresi diatas, karena jumlah derajat verteks yang berderajat genap dalam G adalah
genap maka jumlah derajat dari verteks dalam G yang berderajat ganjil adalah genap. Ini
berarti bahwa banyaknya verteks dalam G yang berderajat ganjil adalah genap.
[Terbukti]

Definisi-4.5. Misalkan G=(V,E) sebuah graf berarah, dua verteks u dan v dikatakan adjacent
jika ada sebuah edge e = (u, v) atau e = (v, u) dalam E. Dalam hal e = (u, v), verteks u
disebut verteks awal (initial vertex) dari e dan verteks v disebut verteks akhir (terminal
vertex) dari e, dan e dikatakan menghubungkan dari (incident from) verteks u dan
menghubungkan ke (incident to) verteks v.

Definisi-4.6. Misalkan G sebuah graf berarah, derajat masuk (indegree) dari verteks u
adalah banyaknya edge yang menghubungkan ke verteks u, indeg(u). Sedangkan derajat
keluar (outdegree) dari verteks u adalah banyaknya edge yang menghubungkan dari verteks
u, outdeg(u). Derajat dari verteks u adalah derajat masuk + derajat keluar dari verteks u.

Contoh-4.16.

Gambar-4.9. Sebuah multigraf berarah.

Teorema-4.3. Misalkan G=(V,E) adalah sebuah graf berarah. Maka berlaku hubungan
𝒊𝒏𝒅𝒆𝒈(𝒗) = 𝒐𝒖𝒕𝒅𝒆𝒈(𝒗) = |𝑬|.
𝒗∈𝑽 𝒗∈𝑽

Bukti.
Karena setiap edge e dalam E menentukan satu derajat masuk dan satu derajat keluar.
[Terbukti]

Perhatikan graf pada Gambar-4.10, edge e5 dan e6 menghubungkan verteks yang sama,
dua edge yang menghubungkan verteks yang sama dinamakan edge sejajar (paralel edge)
atau biasa dinamakan juga dengan multiedge. Suatu graf G dapat memuat edge sejajar atau
loop, dan ini akan membawa kita pada definisi berikut ini.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 9


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Gambar-4.10. Sebuah multigraph.

Definisi-4.7. Sebuah multigraf (multigraph), G=(V, E), adalah graf berarah atau graf tak
berarah dengan V merupakan himpunan verteks dan E berupa multiset dengan elemen:
(i) berupa pasangan terurut verteks di V, jika graf G berarah, atau
(ii) berupa himpunan dengan elemen dua verteks di V, jika graf G tak berarah.
Sebuah multigrap yang tidak memuat loop disebut simple multigraph dan multigraph yang
memuat loop disebut pseudo-multigraph.

Dari definisi diatas, suatu multigraf dapat berupa graf berarah atau graf tak berarah. Perlu
dilihat lebih jauh, bahwa dengan didefinisikannya E merupakan sebuah multiset, mempunyai
makna bahwa E boleh mempunyai elemen kembar. Suatu multigraf dikatakan terhingga jika
graf tersebut mempunyai jumlah verteks terhingga. Sebagai akibat dari jumah verteks
terhingga, maka banyaknya edge juga terhingga.

Contoh-4.17. Graf pada Gambar-4.11. merupakan multigraf tak berarah, yaitu ada lebih dari
satu edge yang menghubungkan verteks dengan label Jkt dan verteks dengan label Bdg.
Multigraf banyak dijumpai pada jalur transportasi yang menghubungkan antar kota, biasanya
dari kota / tempat satu ke kota / tempat lain ada lebih dari satu jalur. Derajat dari masing-
masing verteks adalah: deg(Jkt)=3, deg(Bdg)=3, deg(Smg)=3, deg(Jgy)=2, deg(Sby)=3, dan
jumah dari semua derajat verteks ini adalah 14.

Gambar-4.11. Sebuah graf peta.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 10


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Contoh-4.18. Graf pada Gambar-4.12 merupakan sebuah multigraf berarah, karena ada
lebih dari satu edge yang menghubungkan verteks 1 dan 3. Derajat dari setiap verteks adalah:
Verteks Derajat masuk Derajat keluar Jumlah
1 1 4 5
2 2 0 2
3 3 1 4
4 1 2 3
Jumlah 7 7 14

Terlihat bahwa total jumlah derajat (masuk dan keluar) adalah 14 dan banyaknya edge adalah
7. Suatu verteks yang mempunyai derajat nol dikatakan verteks terisolasi (isolated vertex).

Gambar-4.12. Sebuah multigraf berarah.

4.2.2 Beberapa Graf Sederhana Khusus

Definisi-4.8. Sebuah graf lengkap (complete graph) ialah sebuah graf sederhana sehingga
setiap pasangan verteks dihubungkan oleh tepat sebuah edge. Sebuah graf lengkap dengan n
verteks dinyatakan dengan 𝐾 (lihat Gambar-4.13.)

K1 K2 K3 K4 K5

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar-4.13. Graf lengkap K1, K2, K3, K4, dan K5.

Definisi-4.9. Sebuah graf sirkel (cycle), 𝐶 , 𝑛 ≥ 3, terdiri atas n verteks 𝑣 , 𝑣 , … , 𝑣 dan


edge {𝑣 , 𝑣 }, {𝑣 , 𝑣 } … , {𝑣 , 𝑣 } dan {𝑣 , 𝑣 }.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 11


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Definisi-4.10. Sebuah graf roda (wheel) ialah sebuah graf sederhana sehingga setiap pasang
verteks dihubungkan oleh tepat sebuah edge. Sebuah graf lengkap dengan n verteks dinyata-
kan dengan 𝐾 .

Gambar-4.14. Graf roda W1 dan W2.

Definisi-4.11. Sebuah graf kubik (Cubes) ialah sebuah graf sederhana

Gambar-4.15. Graf kubik Q1, Q2.

4.2.3 Graf Bipartisi

Definisi-4.12. Graf Bipartisi.


Sebuah graf bipartisi (bipartite graph) ialah sebuah graf yang mempunyai himpunan verteks
V dapat dipartisi kedalam dua himpunan bagian (subset) atau blok (block) U dan W
sehingga setiap edge dari G mempunyai satu titik ujung di U dan satu titik ujung di W.
Pasangan U, W disebut sebuah vertex bipartition dari G, sedangkan U dan W disebut
bipartition subset.

Proposisi-4.4. Sebuah graf bipartisi tidak mempunyai loop.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 12


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Bukti.
Ini merupakan konsekuensi dari definisi.
[Terbukti]

Definisi-4.13. Graf Bipartisi Lengkap.


Sebuah graf bipartisi lengkap (complete bipartite graph), 𝐾 , ialah sebuah graf yang
mempunyai himpunan verteks V dapat dipartisi kedalam dua himpunan bagian (subset) atau
blok (block) U dan W masing-masing dengan m dan n verteks.

Contoh-4.19.

Gambar-4.16. Graf bipartisi dan bipartisi lengkap.

4.2.4 Graf Baru dari Graf Lama

Definisi-4.14. Padang graf G =(V,E). Suatu graf H = (V’, E’) dikatakan sebagai suatu subgraf dari
graf G jika semua verteks dan edge dari H termuat dalam himpunan verteks dan edge dari G, atau
jika V’ ⊆ V dan E‘ ⊆ E.

Secara khusus:
i. Jika verteks v di G, maka G - v merupakan subgraf dari G yang diperoleh dengan cara
menghapus v dari G dan menghapus semua edge di G yang incident dengan v.
ii. Jika edge e di G, maka G - e merupakan subgraf dari G yang diperoleh dengan cara
menghapus e dari G.

Contoh-4.20. Graf pada Gambar-4.17 (b) dan Gambar-4.17 (c) merupakan subgraf dari graf
pada Gambar-4.17 (a).

(a) (b) (c)

Gambar 4.17. Contoh graf dan subgrafnya.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 13


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Selanjutnya kita akan melihat dua graf yang serupa akan tetapi kedua graf tersebut tidak
sama. Seperti graf G1 = ({a,b,c,d},{{a,b},{a,d},{b,c},{c,d}) pada Gambar-4.18 (a) dan graf
G2 = ({1,2,3,4},{{1,2},{1,4},{2,3},{3,4}) Gambar-4.18(b) berikut ini.

G1 G2
(a) (b)
Gambar-4.18. Dua graf yang serupa tapi tak sama.

Walaupun secara gambar sama, hanya berbeda penamaan saja, akan tetapi secara definisi graf
keduanya berbeda karena {a,b,c,d} ≠ {1,2,3,4}. Perhatikan juga graf pada Gambar-4.19(a) dan graf
pada Gambar-4.19(b). Secara gambar geometrik graf keduanya kelihatan berbeda, akan tetapi kedua
graf tersebut merepresentasikan obyek yang sama.

(a) (b)
Gambar-4.19. Dua graf yang sama.

Definisi-4.15. Perhatikan graf G=(V,E). Suatu subgraf H=(V’,E’) dikatakan sebagai


sebuah subgraf perentang (spanning subgraph) dari graf G jika H memuat semua verteks
dari G, (atau jika V’ = V ).

Definisi-4.16. Perhatikan graf G=(V,E) dan H=(V’,E’) adalah sebuah subgraf dari G.
(i) Komplemen relatif (relative complement) dari graf H terhadap G adalah sebuah graf
𝐻 = (𝑉 , 𝐸 ) yang memuat semua edge yang ada dalam G tetapi tidak termuat dalam
H. Jadi 𝑉 = 𝑉 dan 𝐸 = 𝐸 − 𝐸 .
(ii) Komplemen mutlak (absolute complement) dari G adalah sebuah graf 𝐺 yang memiliki
edge 𝑒 = 𝑣 , 𝑣 tidak dalam E untuk setiap 𝑣 , 𝑣 ∈ 𝑉.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 14


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Latihan-4.2

1. Dapatkah sebuah graf sederhana dengan 15 verteks masing-masing dengan derajat lima
terjadi ?

2. Gambarkan graf-graf berikut:


a) 𝐾 b) 𝐾 ,
c) 𝐾 , d) 𝐶
e) 𝑊 f) 𝑄

3. Untuk nilai n yang mana graf berikut adalah graf bipatisi ?


a) 𝐾 : graf lengkap dengan n verteks. b) 𝐶 : graf sirkel dengan n verteks
c) 𝑊 : graf roda dengan n verteks. d) 𝑄 : graf kubik dengan n dimensi.

4. Berapa banyaknya verteks dan berapa banyaknya edge dalam graf berikut:
a) 𝐾 b) 𝐶
c) 𝑊 d) 𝐾 ,
e) 𝑄

5. Berapa banyaknya edge dalam sebuah graf yang mempunyai verteks berdegree : 5, 2, 2, 2,
2, 1. Gambarkan graf tersebut !

6. Berapa banyaknya edge dalam sebuah graf yang mempunyai verteks berdegree : 4, 3, 3, 2,
2. Gambarkan graf tersebut !

7. Selidiki apakah terdapat sebuah graf sederhana dengan enam verteks dan dengan derajat
sebagai berikut, jika ada gambarkan graf seperti itu.
a) 0, 1, 2, 3, 4, 5 b) 1, 2, 3, 4, 5, 6
c) 2, 2, 2, 2, 2, 2 d) 3, 2, 3, 2, 3, 2

8. Selidiki apakah terdapat sebuah graf sederhana dengan lima verteks dan dengan derajat
sebagai berikut, jika ada gambarkan graf seperti itu.
a) 3, 3, 3, 3, 2 b) 1, 2, 3, 4, 5
c) 1, 2, 3, 4, 4 d) 3, 4, 3, 4, 3

9. Berapa banyaknya subgraf dengan sedikitnya satu verteks yang dimiliki graf 𝐾 ?

10. Berapa banyaknya subgraf dengan sedikitnya satu verteks yang dimiliki graf 𝐾 ?

11 Berapa banyaknya subgraf dengan sedikitnya satu verteks yang dimiliki graf 𝑊 ?

12. Sebuah graf G disebut graf n-regular jika setiap verteks dalam G mempunyai degree
sama, yaitu n.
Untuk nilai n berapa graf berikut ini merupakan graf n-regular:
a) 𝐾 b) 𝐶
c) 𝑊 d) 𝑄

13. Untuk nilai m dan n yang mana graf 𝐾 , adalah regular ?

14. Berapa banyaknya verteks yang dimiliki oleh sebuah graf 4-regular dengan memiliki 10
edge ?

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 15


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

15. Dapatkan graf komplemen dari graf berikut:


a) 𝐾 b) 𝐶
c) 𝑊

16. Jika G sebuah graf sederhana dengan 15 edge dan 𝐺 mempunyai 13 edge, berapa ver-
teks yang dimiliki oleh graf G ?

17. Tunjukkan bahwa jika G sebuah graf sederhana-bipartisi dengan v verteks dan e edge,
maka 𝑒 ≤ 𝑣 ⁄4.

18. Tunjukkan bahwa jika G sebuah graf sederhana dengan n verteks, maka gabungan dari
G dan 𝐺 adalah 𝐾 .

19.

20.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 16


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.3 GRAF REPRESENTASI DAN ISOMORFISMA GRAF

4.3.1 Matriks Ajasensi

Definisi-4.17. Andaikan bahwa G=(V,E) adalah sebuah graf sederhana dengan n verteks
𝑣 , 𝑣 , … , 𝑣 . Matriks ajasensi 𝐴 = 𝑎 dari G, ialah matriks berukuran n x n dengan
unsur 1 (atau 0) sehingga
1 jika 𝑣 ajasen 𝑣
𝑎 =
0 jika 𝑣 tak ajasen 𝑣

Contoh-4.21.

4.3.2 Matriks Insidensi

Definisi-4.18. Andaikan bahwa G=(V,E) adalah sebuah graf sederhana dan tak berarah
dengan n verteks 𝑣 , 𝑣 , … , 𝑣 dan m edge 𝑒 , 𝑒 , … , 𝑒 . Matriks insidensi 𝑀 = 𝑚
dari G, ialah matriks berukuran n x m dengan unsur 1 (atau 0) sehingga
1 jika 𝑒𝑑𝑔𝑒 𝑒 insiden dengan 𝑣
𝑚 =
0 jika 𝑒𝑑𝑔𝑒 𝑒 tak insiden dengan 𝑣

Contoh-4.22.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 17


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.3.3 Isomorfisma Graf

Definisi-4.19. Graf G=(V,E) dan G*=(V*,E*) dikatakan isomorfik (isomorphic) jika ada
korespondensi satu-satu f : V → V* sedemikian sehingga jika edge {u,v} di G maka edge {f(u),f(v)}
juga di G*.

Contoh-4.23. Untuk graf pada Gambar-5.20, ada 10 graf yang bentuknya menyerupai huruf.
Dapatkan pasangan graf yang saling isomorpik.

Gambar-4.20. Beberapa graf huruf.


Perhatikan bahwa:
 Graf bentuk huruf A dan R adalah isomorpik.
 Graf bentuk huruf F dan T adalah isomorpik.
 Graf bentuk huruf K dan X adalah isomorpik.
 Graf bentuk huruf M, S, V dan Z adalah isomorpik.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 18


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Latihan-4.3

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 19


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.4 KETERHUBUNGAN
Sekarang kita akan menuju ke suatu graf yang setiap edge-nya berlabel sebuah bilangan riil
seperti graf pada Gambar-4.21. Label pada setiap edge pada graf tersebut menyatakan jarak
antar kota dalam kilo meter. Label bilangan riil pada edge dinamakan bobot (weight) dari
edge tersebut. Suatu graf (berarah atau tak berarah) yang setiap edge-nya mempunyai bobot
dinamakan graf berbobot / graf terboboti (weighted graph).

Gambar-4.21. Graf peta berbobot.

Definisi-4.20. Sebuah graf berbobot adalah suatu graf (berarah atau tak berarah) yang
setiap edge e  E diberikan label bobot bilangan riil. Graf berbobot disimbolkan dengan
G=(V,E,W) dimana (V,E) dapat berupa graf berarah atau tak berarah dan W merupakan
suatu fungsi yang memetakan himpunan edge, E, ke himpunan bilangan riil R (atau W:
E→R). Untuk edge e  E dan r  R , w(e)=r menyatakan label r pada edge e.

Contoh-4.24. Dalam suatu kompetisi catur yang menggunakan aturan permainan sistem
kom-petisi penuh, setiap pasang pemain hanya bertanding dua kali. Ada empat pemain yaitu:
Anang, Badu, Cecep, dan Deny. Hasil dari kompetisi tersebut disajikan dalam graf berarah
pada Gambar-4.22. Setiap pemain dinyatakan dengan sebuah verteks, dan edge (u,v,r) me-
nyatakan bahwa pemain u mengalahkan pemain v dalam waktu r menit.

Gambar-4.22. Sebuah graf kompetisi catur.

Edge dari Anang ke Badu berabel 100 artinya Anang mengalahkan Badu dalam waktu 100
menit. Ada juga edge dari Badu ke Anang berlabel 150 artinya bahwa dalam pertemuan yang
lain Badu mengalahkan Anang dalam waktu 150 menit. Ada dua edge dari Anang ke Deny
masing-masing berabel 80 dan 75, artinya bahwa dalam dua pertemuan Anang mengalahkan
Badu dalam waktu 80 menit dan 70 menit.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 20


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.4.1 Lintasan Dan Sirkuit


Dalam sebuah graf G, jika verteks menyatakan kota dan edge menyatakan jalan yang
menghubungkan kota satu ke kota yang lain, maka perjalanan dari suatu kota melewati
beberapa kota dan berakhir di kota yang lain akan melalui sederetan jalan. Sederetan jalan
yang demikian ini dinamakan suatu lintasan dari kota awal menuju kota akhir.

Definisi-4.21. Dalam suatu graf, G=(V,E), sebuah lintasan (path) dari verteks v0 menuju
verteks vn dengan panjang n adalah sederetan berselang-seling antara (n+1) verteks dan n
edge yang berawal dari verteks v0 dan berakhir pada verteks vn atau dalam bentuk simbol
sebagai berikut
v0, e1, v1, e2, ..., vn-1, en, vn
edge ei incident dengan verteks vi-1 dan vi untuk i = 1, 2 , ..., n.
Panjang lintasan dalam graf tak berbobot, G, adalah banyaknya edge dalam lintasan
tersebut.
Dalam suatu graf berbobot, G=(V,E,W), sebuah lintasan dari verteks v0 menuju
verteks vt adalah sederetan berselang-seling verteks dan edge yang berawal dari verteks v0
dan berakhir pada verteks vt atau dalam bentuk simbol sebagai berikut.
v0, e1, v1, e2, ..., vt-1, et, vt
edge ei incident from verteks vi-1 dan incident to verteks vi untuk i = 1, 2, ..., t.
t
Panjang lintasan dalam graf berbobot, G=(V,E,W), adalah  w(e )
i 1
i yaitu jumlah semua

bobot dari edge dalam lintasan tersebut.

Kalau kita perhatikan definisi lintasan diatas, panjang lintasan dalam graf berbobot dan tidak
berbobot ada perbedaan. Dalam graf berbobot panjang lintasan adalah jumlah semua bobot
edge pada lintasan. Sedangkan dalam graf tidak berbobot panjang lintasan adalah banyaknya
edge pada lintasan tersebut. Untuk lebih jelasnya kita lihat contoh berikut ini. Ingat bahwa
verteks dan edge yang dilalui di dalam lintasan boleh diulang-ulang. Sebuah lintasan dikata-
kan lintasan sederhana (simple path) jika lintasan tersebut tidak memuat / melewati edge
yang sama dua kali (setiap edge dilalui tepat hanya satu kali). Sebuah lintasan dikatakan
lintasan dasar / elementer (elementary path) jika lintasan tersebut tidak memuat / melewati
verteks yang sama dua kali (setiap verteks dilalui tepat hanya satu kali).
Jika graf yang sedang kita tinjau merupakan graf sederhana, maka simbol–simbol edge
pada penulisan lintasan dapat kita hilangkan. Hal ini dikarenakan edge dari verteks u ke v
dalam graf sederhana tidak lebih dari satu. Sedangkan pada multigraf, penulisan lintasan
harus lengkap.

Definisi-4.22. Dalam sebuah graf, G, suatu lintasan yang mempunyai verteks awal dan
verteks akhir sama dinamakan sirkuit (circuit) atau sirkel (cycle).

Sebuah sirkuit dikatakan sirkuit sederhana (simple circuit) jika sirkuit tersebut tidak
memuat / melewati edge yang sama dua kali (setiap edge dilalui tepat hanya satu kali).
Sebuah sirkuit dikatakan sirkuit dasar / elementer (elementary circuit) jika sirkuit tersebut
tidak memuat / melewati verteks yang sama dua kali (setiap verteks dilalui tepat hanya satu
kali, kecuali verteks awal dan verteks akhir boleh sama).

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 21


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Contoh-4.25. Untuk graf tak berarah dan tak berbobot pada Gambar-4.23, carilah beberapa:
a. Lintasan dari a ke d yang panjangnya masing-masing 1, 2, 3, dan 6?
b. Lintasan sederhana dari c ke b yang panjangnya 4?
c. Sirkuit sederhana dari a ke a yang panjangnya 5?

Gambar-4.23. Sebuah pseudo-multigraph tak berarah dan berbobot.

Pemecahan.
a. Lintasan dari a ke d :
 Yang panjangnya 1: a-e2-d merupakan lintasan sederhana dan juga lintasan dasar.
 Yang panjangnya 2: tidak ada
 Yang panjangnya 3: a-e2-d-e5-c-e5-d bukan lintasan sederhana, juga bukan litasan
dasar.
a-e2-d-e5-c-e6-d merupakan lintasan sederhana, bukan lintasan
dasar.
a-e1-b-e4-c-e6-d merupakan lintasan sederhana.
dan yang lainnya, silahkan dicoba cari yang lainnya.
 Yang panjangnya 6: a-e1-b-e3-b-e4-c-e5-d-e6-c-e5-d bukan lintasan sederhana.
Dan masih ada satu lagi, silahkan dicoba untuk dicari.
b. Lintasan sederhana dari c ke b yang panjangnya 4 adalah a-e5-d-e6-c-e4-b-e3-b.
Dan masih ada satu lagi, silahkan dicoba untuk dicari.
c. Sirkuit sederhana dari a ke a yang panjangnya 5: a-e2-d-e6-c-e4-b-e3-b-e1-a.
Dan silahkan dicoba untuk mencari yang lainnya.

Contoh-4.26. Untuk graf berarah dan tak berbobot pada Gambar-4.24, carilah lintasan dari
a ke d yang panjangnya masing-masing 1, dan 4?

Gambar-4.24. Sebuah pseudo-graph berarah dan tak berbobot.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 22


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Pemecahan.
Graf pada Gambar-4.24 himpunan edge E tidak memuat elemen kembar. Oleh karena itu
lintasannya dapat dituliskan dengan menggunakan sederatan verteks-verteks saja.
 Lintasan dari a ke d yang panjangnya 1 adalah a-d, merupakan lintasan sederhana dan
lintasan dasar.
 Lintasan dari a ke d yang panjangnya 4 adalah a-b-b-c-d, merupakan lintasan sederhana
dan bukan lintasan dasar.

Contoh-4.27. Untuk graf tak berarah dan berbobot pada Gambar-4.25, carilah beberapa
lintasan dari verteks a ke verteks f dan tentukan panjangnya?

Gambar-4.25. Sebuah graf tak berarah dan berbobot.

Pemecahan.

No Lintasan dari a ke f Panjang lintasan

1 a-c-e-f 11

2 a-b-d-f 10

3 a-b-e-f 12

4 a-b-c-e-f 10

5 a-b-c-e-d-f 8

.....

Selanjutnya kita akan melihat keterhubungan suatu graf. Keterhubungan dua buah
verteks dalam suatu graf adalah penting. Dua verteks u dan verteks v dikatakan terhubung
jika terdapat lintasan dari u ke v. Jika verteks u terhubung dengan verteks v maka pasti
verteks v dapat dicapai dari verteks u. Misal suatu graf menggambarkan suatu jaringan
komputer, maka dua komputer akan dapat berkomunikasi apabila kedua komputer tersebut
terhubung dalam jaringan.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 23


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.4.2 Terhubung Kuat Dan Terhubung Lemah

Definisi-4.23. Sebuah graf tak berarah, G, disebut graf terhubung (connected graph) jika
untuk setiap pasang verteks u dan v di dalam himpunan V terdapat lintasan dari u ke v
(atau dari v ke u). Jika tidak demikian maka graf G disebut sebuah graf takterhubung
(disconnected graph).

Contoh-4.28. Untuk graf tak berarah pada Gambar-4.26 (a) merupakan graf terhubung,
karena jika kita ambil dua verteks sembarang u dan v pada graf tersebut, maka ada lintasan
dari u ke v. Sedangkan untuk graf tak berarah pada Gambar-4.26 (b) merupakan graf tak
terhubung, karena ada pasangan verteks yang tidak dihubungkan oleh satu lintasanpun, yaitu
tidak ada lintasan dari verteks a dan f.

(a) (b)
Gambar-4.26. Graf terhubung dan graf tak terhubung.

Definisi-4.24. Suatu graf berarah, G, disebut graf terhubung (connected graph) jika arah
pada setiap edge pada G dihilangkan, akan didapat graf tak berarah yang terhubung. Jika
tidak demikian maka graf berarah G disebut graf tak-terhubung (disconnected graph).

Dalam graf berarah terhubung, dua verteks u dan v dikatakan terhubung kuat (strongly
connected) jika terdapat lintasan berarah dari u ke v dan terdapat lintasan berarah dari v ke u.
Dan dua verteks u dan v dikatakan terhubung lemah (weakly connected) jika terdapat satu
lintasan berarah dari u ke v (atau dari v ke u).

Definisi-4.25. Suatu graf berarah, G, disebut graf terhubung kuat (strongly connected
graph) jika setiap pasang verteks pada G terhubung kuat. Jika ada sepasang verteks di G
yang tidak terhubung kuat, maka graf G dikatakan terhubung lemah (weakly connected
graph).

Contoh-4.29. Untuk graf tak berarah pada Gambar-4.27 (a) merupakan graf terhubung kuat,
karena untuk setiap pasang verteks u dan v di dalam graf tersebut terdapat lintasan dari u ke v
dan lintasan dari v ke u. Sedangkan graf pada Gambar-4.27 (b) merupakan graf terhubung
lemah, karena tidak semua pasangan verteks mempunyai lintasan dari dua arah. Contohnya:
untuk verteks a dan verteks d, ada lintasan dari a ke d, akan tetapi tidak ada lintasan dari
d ke a.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 24


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

(a) (b)

Gambar-4.27. Graf terhubung kuat dan terhubung lemah.

Teorema-4.5 Dalam sebuah graf tak berarah (sebuah graf berarah) dengan n verteks, jika
terdapat sebuah lintasan dari verteks 𝑣 ke verteks 𝑣 , maka terdapat sebuah lintasan
dengan tidak lebih dari n – 1 edge dari verteks 𝑣 ke verteks 𝑣 .
Bukti.
Andaikan terdapat sebuah lintasan dari verteks 𝑣 ke verteks 𝑣 . Misalkan 𝑣 , … , 𝑣 , … , 𝑣
adalah barisan verteks yang lintasan jumpai ketika ditelusuri dari 𝑣 ke 𝑣 . Jika terdapat l
edge dalam lintasan, maka ada l + 1 verteks dalam lintasan. Untuk l lebih besar dari n – 1,
maka harus terdapat sebuah verteks 𝑣 yang muncul lebih dari sekali dalam barisan, yaitu
𝑣 , … , 𝑣 , … , 𝑣 , … , 𝑣 , … , 𝑣 . Penghapusan edge dalam barisan yang diawali dari 𝑣 dan
kembali ke 𝑣 , kita mempunyai sebuah lintasan dari 𝑣 ke 𝑣 yang mempunyai lebih sedi-
kit edge dari aslinya. Argumentasi ini dapat diulangi sampai kita peroleh sebuah lintasan
yang mempunyai n – 1 (lebih sedikit) edge.
[Terbukti]

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 25


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Latihan-4.4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 26


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.5 LINTASAN EULER DAN LINTASAN HAMILTON


Tulisan pertama tentang graf adalah karya Leonhard Euler pada 1736. Tulisan tersebut
menyajikan sebuah teori umum yang menyertakan sebuah solusi masalah yang sekarang
disebut masalah jembatan Königsberg. Dua pulau terhampar di Sungai Pregel yang terletak di
kota Königsberg (saat ini Kaliningrad di Rusia) saling terhubung oleh jembatan-jembatan,
seperti yang diperlihatkan dalam Gambar-4.28 (a). Permasalahannya adalah dapatkah kita
berjalan dari sembarang lokasi A, B, C, atau D menyeberangi setiap jembatan tepat satu kali,
kemudian kembali lagi pada tempat semula. Permasalahan ini yang dinamakan dengan
permasalahan sirkuit Euler. Permasalahan Euler pada jembatan Königsberg dapat disederha-
nakan dalam bentuk graf seperti yang terlihat pada Gambar-4.28 (b).

(a) (b)
Gambar-4.28. Jembatan Kőnigsberg dan grafnya.

4.5.1 Lintasan Euler Dan Sirkuit Euler


Definisi-5.26. Sebuah lintasan Euler pada suatu graf, G, adalah sebuah lintasan yang
melewati setiap edge pada graf G tepat satu kali. Sebuah sirkuit Euler pada suatu graf, G,
adalah sebuah sirkuit yang melewati setiap edge pada graf G tepat satu kali.

Lintasan Euler melewati setiap edge dari graf tepat satu kali. Bila lintasan Euler tersebut
kembali ke verteks asal maka lintasan tertutup tersebut dinamakan sirkuit Euler. Graf G yang
mempunyai sirkuit Euler disebut graf Euler (Eulerian graph). Sedangkan graf G yang hanya
memiliki lintasan Euler dinamakan graf semi-Euler (semi-Eulerian graph).

Contoh-4.30. Perhatikan Gambar-4.29. Setiap graf yang berada pada gambar tersebut
merupakan graf semi-Euler, yaitu hanya terdapat lintasan Euler.

(a) (b)
Gambar-4.29. Graf semi Euler.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 27


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Untuk graf pada Gambar-4.29 (a), salah satu lintasan Eulernya adalah: c-a-b-c-e-b-d-e. Graf
ini tidak memiliki sirkuit Euler. Sedangkan untuk graf pada Gambar-4.29 (b), salah satu
lintasan Eulernya adalah: c-a-b-c-e-b-d-e-f-d. Graf ini juga tidak memiliki sirkuit Euler.

Contoh-5.31. Perhatikan Gambar-4.30. Setiap graf yang berada pada gambar tersebut
merupakan graf-Euler, yaitu graf yang mempunyai sirkuit Euler.

(a) (b)
Gambar-4.30. Graf Euler.

Untuk graf pada Gambar-4.30 (a), salah satu sirkuit Eulernya adalah: a-b-c-d-e-c-a.
Sedangkan untuk graf pada Gambar-4.30 (b), salah satu sirkuit Eulernya adalah: a-b-c-e-b-d-
e-f-d-c-a.

Syarat cukup dan perlu keberadaan lintasan Euler maupun sirkuit Euler dalam suatu
graf ternyata sangat sederhana. Euler menemukan syarat tersebut untuk memecahkan masalah
jembatan Konigsberg, yang dinyatakan di dalam Teorema-4.6 sampai dengan Teorema-4.9.

Teorema-5.6 Sebuah graf tak berarah, G, mempunyai lintasan Euler jika dan hanya jika G
terhubung dan mempunyai salah satu: (i) zero verteks berderajat ganjil atau (ii) dua verteks
berderajat ganjil.
Bukti.
Andaikan bahwa graf G memuat sebuah lintasan Euler. Bahwa graf G harus terhubung
terpenuhi. Apabila lintasan Euler ini ditelusuri, kita amati bahwa setiap kali lintasan men-
jumpai verteks, ia melewati dua edge yang insiden dengan verteks tersebut dan belum
ditelusuri sebelumnya. Jadi, kecuali untuk dua verteks di dua ujung lintasan, derajat dari
sebarang verteks dalam graf harus genap. Jika dua verteks di dua ujung lintasn Euler adalah
berbeda, mereka hanya dua verteks berderajat ganjil. Jika mereka berimpit, semua verteks
mempunyai derajat genap dan lintasan Euler menjadi sebuah sirkuit Euler. Jadi, syarat perlu
(necessity condition) terbukti.
Untuk membuktikan syarat cukup (sufficiency condition), kita konstruksi sebuah linta-
san Euler dengan mengawali di salah satu verteks yang mempunyai derajat ganjil dan mene-
lusuri edge dari graf dalam suatu cara sehingga tidak ada edge yang akan ditelusuri lebih dari
sekali. Untuk sebuah verteks berderajat genap, kapanpun lintasan memasuki verteks lewat
sebuah edge, ia selalu dapat meninggalkan verteks lewat sebuah edge yang belum ditelusuri
sebelumnya. Karenanya, ketika pengkonstruksian

[Terbukti]

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 28


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Corollary-4.7 Sebuah graf tak berarah dan terhubung, G, mempunyai sirkuit Euler jika dan
hanya jika setiap verteks dalam graf G tersebut berderajat genap.
Bukti.
Misalkan dalam suatu graf G terdapat sirkuit Euler yang berawal dari suatu verteks, misal a,
dan akan berakhir di a. Ini berarti bahwa ada edge awal dan edge akhir dari sirkuit yang
memberikan kontribusi pada jumlahan derajat dari a sebanyak dua.
Sedangkan untuk verteks lain b, yang bukan verteks awal atau akhir dari sirkuit, yang
dilalui sirkuit, ada edge menuju b dan edge keluar b. Ini mengakibatkan derajat dari verteks
tersebut bertambah dua (genap). Karena setiap edge pada graf G harus dilalui oleh sirkuit
Euler dan setiap edge yang dilalui derajatnya bertambah dua (genap), maka setiap verteks
akan berderajat genap.
[Terbukti].

Teorema-4.8. Jika setiap verteks di dalam suatu graf tak berarah terhubung G berderajat
genap maka pada graf G terdapat sirkuit Euler.
Bukti.
Pembuktian teorema ini akan dilakukan secara induksi. Misal banyaknya edge adalah n.
Basis induksi:
Untuk n=0, graf G terhubung dan tidak mempunyai edge, berarti graf G hanya terdiri dari
sebuah verteks. Oleh karena itu pada G ada sirkuit Euler yang terdiri dari verteks tunggal dan
tanpa edge.

Hipotesa induksi dan Langkah induksi:


Andaikan G mempunyai n edge, n > 0, dan bahwa sembarang graf terhubung dengan k edge,
k < n, setiap verteks mempunyai derajat genap maka G mempunyai sebuah sirkuit Euler. Ini
merupakan cara langsung untuk membuktikan bahwa sebuah graf terhubung dengan verteks
atau lebih, masing-masing mempunyai derajat genap, mempunyai sebuah sirkuit, sehingga
kita asumsikan bahwa graf tersebut mempunyai paling sedikit tiga verteks. Karena G
terhubung, terdapat verteks v1, v2, dan v3 di G dengan edge e1 incident pada v1 dan v2, serta
edge e2 incident pada v2 dan v3. Jika kita hapus edge e1, dan e2, tetapi kita biarkan verteks-
verteksnya, dan kita tambahkan sebuah edge e yang incident pada v1 dan v3 untuk
memperoleh graf G' seperti terlihat pada Gambar-4.31(a). Perhatikan bahwa setiap komponen
dari graf G' mempunyai edge lebih sedikit dari n edge. Dan dalam setiap komponen dari graf
G' setiap verteks mempunyai derajat genap. Kita tunjukkan bahwa G' mempunyai satu atau
pun dua komponen.
Misalkan v adalah sebuah verteks di G. Karena G terhubung, terdapat sebuah lintasan P
di G dari v ke v1. Misalkan P' adalah bagian dari lintasan P yang berawal dari v yang edge-
edge-nya juga di G'. Selanjutnya P' berakhir baik pada v1, v2, ataupun v3 karena satu-satunya
cara P gagal sebagai sebuah lintasan di V' adalah P mengadung satu dari edge-edge terhapus
e1 atau e2. Jika P' berakhir di v1, maka v berada di komponen yang sama seperti v1 di G, Jika
P' berakhir di v3 [lihat Gambar-4.31 (b)], maka v berada di komponen yang sama dengan v3 di
G’, yang berada dalam komponen yang sama dengan v1 di G' (karena edge e di G' incident
pada v1 dan v3). Jika P' berakhir di v2, maka v2 berada dalam komponen yang sama dengan v.
Oleh karena itu, sembarang verteks di G' berada dalam komponen yang sama dengan baik v1
maupun v2. Sehingga G' mempunyai satu atau dua komponen.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 29


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

(a) (b) (c)


Gambar-4.31. Pembuktian Teorema-4.5.

Jika G' mempunyai satu komponen, yakni, jika G' terhubung, kita dapat menerapkan
hipotesis induktif untuk menyimpulkan bahwa G' mempunyai sebuah sirkuit Euler C'.
Sirkuit Euler ini dapat dimodifikasi untuk menghasilkan sebuah sirkuit Euler di G, kita
hanya mengganti kemunculan edge e di C' dengan edge-edge e1 dan e2.
Andaikan bahwa G' mempunyai dua komponen [lihat Gambar-4.31 (c)]. Menurut
hipotesis induktif, komponen yang mengadung v1 mempunyai sebuah sirkuit Euler C' dan
komponen yang mengadung v2 mempunyai sebuah sirkuit Euler C" yang berawal dan
berakhir di v2. Sebuah sirkuit Euler di G diperoleh dengan memodifikasi C' dengan
menggantikan (v1, v3) di C' dengan (v1, v2) yang diikuti oleh (v2, v3) atau dengan
menggantikan (v3, v1) di C' dengan (v3, v2) yang diikuti oleh C" yang diikuti oleh (v2, v1).
Langkah Induktif telah lengkap dan G mempunyai sebuah sirkuit Euler.
[Terbukti]

Pembahasan lintasan dan sirkuit Euler di atas untuk graf tak berarah yang terhu-
bung. Bagaimana dengan graf yang berarah dan terhubung. Untuk graf berarah, kebera-
daan lintasan dan sirkuit Euler langsung disajikan pada Teorema-4.9 yang tidak disertai
dengan bukti.

Teorema-4.9. Sebuah graf tak berarah dan terhubung, G, mempunyai lintasan Euler jika
dan hanya jika di dalam graf G tersebut terdapat tepat dua verteks berderajat ganjil.
Bukti.
Bukti dari teorema ini dibiarkan untuk latihan.

Teorema-4.10. Sebuah graf berarah dan terhubung, G, mempunyai sirkuit Euler jika
dan hanya jika G terhubung dan setiap verteks mempunyai derajat-masuk (in-degree)
dan derajat-keluar (out-degree) sama. G mempunyai lintasan Euler jika dan hanya
jika G terhubung dan setiap verteks mempunyai derajat masuk dan derajat-keluar
sama kecuali dua verteks: yang pertama mempunyai derajat keluar satu lebih besar
dai derajat-masuknya, dan yang kedua memiliki derajat masuk satu lebih besar dari
derajat-keluarnya.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 30


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.5.2 Lintasan Hamilton Dan Sirkuit Hamilton


Jika pada pembahasan lintasan dan sirkuit Euler melewati setiap edge dari graf tepat
sekali, maka selanjutnya kita akan mengkaji permasalahan suatu lintasan yang melewati
setiap verteks pada graf tepat satu kali.

Definisi-4.27. Sebuah lintasan Hamilton pada suatu graf, G, adalah suatu lintasan yang
melewati setiap verteks dalam graf G tepat satu kali. Sebuah sirkuit Hamilton pada suatu
graf G adalah suatu sirkuit yang melewati setiap verteks dalam graf G tepat satu kali.

Dari definisi di atas, apabila dalam lintasan Hamilton verteks awal sama dengan verteks
akhir, lintasan tersebut menjadi tertutup dan dinamakan sirkuit Hamilton. Graf yang memiliki
sirkuit Hamilton dinamakan graf Hamilton (Hamiltonian graph), sedangkan graf yang hanya
memiliki lintasan Hamilton disebut graf semi-Hamilton (Semi-Hamiltonian graph).
Nama sirkuit Hamilton muncul ketika Sir William Hamilton membuat permainan dodeca-
hedron. Pada tahun 1859 Sir William Hamilton menawarkan mainan teka-teki ke pabrik alat
mainan Dublin. Mainan itu terdiri dari dodecahedron (yaitu benda yang disusun oleh 12 buah
pentagonal dan di sini ada 20 buah titik sudut) dan tiap titik sudut diberi nama ibukota negara
seperti terlihat pada Gambar-4.32 (a). Permainan yang dapat dilakukan adalah membentuk
perjalanan keliling dunia, yang mengunjungi setiap ibukota tepat satu kali dan kembali lagi ke
kota asal. Persoalan ini dinamakan mencari sirkuit Hamilton. Gambar-4.32 (b) adalah graf
yang memodelkan proyeksi dodecahedron dengan sebuah sirkuit Hamilton yang bergaris
tebal.

(a) (b)
Gambar-4.32. Sirkuit Hamilton pada dodecahedron.

Selanjutnya akan dibahas beberapa teorema yang menunjukkan keberadaan lintasan atau
sirkuit Hamilton.

Teorema-4.11. Misalkan G adalah sebuah graf sederhana (sebuah graf linier) dengan n
verteks. Jika jumlah derajat dari setiap pasang verteks dalam G adalah n – 1 (atau lebih),
maka terdapat sebuah lintasan Hamilton dalam G.

Teorema-4.12. Dalam sebuah graf lengkap dan berarah selalu terdapat sebuah lintasan
Hamilton.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 31


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Teorema-4.13. Dirac.
Jika graf G merupakan graf sederhana dengan n buah verteks, n ≥ 3, sedemikian sehingga
derajat tiap verteks paling sedikit n/2 maka graf G merupakan graf-Hamilton.

Teorema-4.14. Ataue.
Jika graf G merupakan graf sederhana dengan n buah verteks, n ≥ 3, sedemikian sehingga
jumlah derajat tiap pasang verteks u dan v di G yang tidak adjacent paling sedikit n atau
d(u) + d(v) ≥ n maka graf G merupakan graf-Hamilton.

Teorema-4.15. Jika graf G adalah sebuah graf lengkap maka G merupakan graf-Hamilton

Teorema-4.16. Jika graf G merupakan graf lengkap dengan n buah verteks, n ≥ 3, maka
terdapat (n - 1)!/2 buah sirkuit Hamilton.

Teorema-4.17. Jika graf G merupakan graf lengkap dengan n buah verteks, n ≥ 3 dan n
ganjil, maka terdapat (n - 1)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling lepas (tidak ada edge yang
beririsan).
Jika graf G merupakan graf lengkap dengan n buah verteks, n ≥ 3 dan n genap, maka
terdapat (n - 2)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling lepas.

Contoh-4.32. Persoalan pengaturan tempat duduk: Sembilan anggota sebuah klub bertemu
tiap hari untuk makan siang pada sebuah meja bundar. Mereka memutuskan duduk
sedemikian sehingga setiap anggota mempunyai tetangga duduk berbeda pada setiap makan
siang. Berapa hari pengaturan tersebut dapat dilaksanakan?
Pemecahan.
Masalah di atas dapat direpresentasikan sebagai sebuah graf dengan sembilan buah verteks
sedemikian sehingga setiap verteks menyatakan anggota klub, dan edge yang menghubung-
kan dua buah verteks menyatakan kedua verteks tersebut bertetangga dalam tempat duduk,
lihat Gambar-4.33.

Gambar-4.33. Graf masalah pengaturan tenpat duduk.

Sirkuit Hamilton: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 1 edge dengan garis tebal, menyatakan salah satu


cara pengaturan tempat duduk. Pada fataumasi ini atauang 1 bertetangga kiri dengan 2 dan
bertetangga kanan dengan atauang 9. Atauang 2 bertetangga kiri dengan 3 dan bertetangga
kanan dengan atauang 1, dan seterusnya.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 32


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Sirkuit Hamilton: 1, 5, 9, 4, 8, 3, 7, 2, 6, 1 edge dengan garis tipis, menyatakan salah satu cara
lain pengaturan tempat duduk. Pada fataumasi ini atauang 1 bertetangga kiri dengan 5 dan
bertetangga kanan dengan atauang 6. Atauang 2 bertetangga kiri dengan 6 dan bertetangga
kanan dengan atauang 7, dan seterusnya.
Kalau kita lihat sirkuit Hamilton garis tebal dan garis tipis tidak beririsan edge dengan sirkuit
Hamilton yang bergaris tipis, atau kedua sirkuit tersebut saling asing.
Jumlah pengaturan tempat duduk yang berbeda ada (9-1)/2 = 4. Oleh karena itu atauang
dalam klub tersebut dapat bertemu dalam 4 hari dengan selalu berganti tetangga duduk.
Suatu graf dapat berupa graf Hamilton dan sekaligus berupa graf Euler, seperti graf
pada Gambar-4.34.

Gambar-4.34. Graf Hamilton sekaligus graf Euler.

4.5.3 Masalah Lintasan Terpendek


Dalam suatu graf berbobot G=(V,E,W), panjang lintasan dari verteks awal s ke verteks akhir t
t
adalah  w(e )
i 1
i dengan w(ei) adalah bobot pada edge ei yang berada pada lintasan tersebut,

atau jumlahan dari semua bobot edge dalam lintasan tersebut. Sebagaimana kita ketahui
sebelumnya bahwa lintasan dari satu verteks ke verteks lain tidak tunggal, sehingga panjang
lintasan dari verteks s ke verteks t bisa lebih dari satu nilai. Dari sini, muncul suatu
permasalahan bagaimana mencari lintasan terpendek dari verteks s ke verteks t.

Definisi-4.28. Sebuah lintasan terpendek dari verteks s ke verteks t pada suatu graf ber-
bobot G=(V,E,W) adalah lintasan yang mempunyai panjang minimal dari semua panjang
lintasan yang dapat dibentuk dari verteks s menuju verteks t.

Contoh-4.33. Perhatikan graf tak berarah berbobot dan terhubung pada Gambar-4.35.

Gambar-4.35.

Tabel berikut ini menampilkan beberapa lintasan terpendek dari suatu verteks ke satu verteks
yang lain.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 33


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Vertek awal Vertek tujuan Lintasan dari s ke t Panjang Lintasan terpendek dan
s t lintasan dan panjangnya
a b a-b 3 a-b
a-c-b 8 Panjang = 3
a-c-d-b 15
Dan lainnya
a d a-b-d 8 a-b-c-d
a-b-c-d 7 Panjang = 7
a-c-d 10
Dan lainnya
d b d-b 5 d-c-b
d-c-b 4 Panjang = 4
d-c-a-b 13
Dan lainnya
Dan yang lainnya

Contoh-4.34. Perhatikan graf berarah berbobot dan terhubung pada Gambar-4.36.

Gambar-4.36.

Tabel berikut ini menampilkan beberapa lintasan terpendek dari suatu verteks ke satu verteks
yang lain.

Vertek awal Vertek tujuan Lintasan dari s ke t Panjang Lintasan terpendek dan
s t lintasan dan panjangnya
a d a-b-d 8 a-b-d
a-c-b-d 13 Panjang = 8
a-c-d 10
a-c-d-a-b-d 16
Dan lainnya
a c a-c 7 a-c
a-b-d-a-c 13 Panjang = 7
Dan lainnya
Dan yang lainnya

Langkah-langkah untuk mencari lintasan terpendek dari satu verteks ke satu verteks lain
ditemukan oleh E. W. Dijkstra, lahir 5 Mei 1930 di Rotterdam Belanda. Oleh karena itu,
langkah-langkah untuk mencari lintasan terpendek ini dikenal sebagai algoritma Dijkstra.
Karena dedikasinya pada pemrograman maka pada saat pernikahannya di tahun 1957, ia
mencantumkan profesinya sebagai seorang programmer. Akan tetapi pemerintah Belanda

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 34


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

menyatakan bahwa profesi semacam itu tidak ada dan dia harus mengubah profesi menjadi
"fisikawan teoritis:" Ia memenangkan Turing Award dari Association of Computing
Machinery pada tahun 1972. Ia juga terpilih sebagai Schlumbleger Centennial Chair in
Computer Science di Universitas Texas, Austin tahun 1984.

Ingat bahwa dalam pembahasan pencarian lintasan terpendek ini, graf G=(V,E,W)
menyatakan sebuah graf berbobot terhubung dan tidak memuat sirkuit (cycle) dengan panjang
negatif. Algoritma Dijkstra melibatkan pemasangan label pada setiap verteks v  V.
Anggaplah kita akan mencari lintasan terpendek dari verteks s ke verteks lainnya. Dua
langkah utama dalam algoritma Dijkstra adalah:
1. Pemberian label pada verteks
2. Pencarian lintasan dan penghitungan panjang lintasan terpendek

Algoritma Dijkstra

1 Langkah Pemberian label pada verteks


Pada setiap vertek v  V diberikan label [ p(v), d(v), m(v) ] dimana:
p(v) : predecessor dari v (verteks sebelum v di dalam lintasan)
d(v) : panjang (distance) lintasan dari verteks awal s menuju verteks v.
m(v) : suatu tanda yang nilainya permanen (’*’) atau sementara (’-’).

Urutan langkah-langkah pencarian pemberian label dalam algoritma Dijkstra sebagai berikut:
i. Langkah inisialisasi:
 Untuk verteks awal s diberikan label p(s)=s, d(s)=0, dan m(s)=’*’ atau [ s, 0, * ].
 Untuk setiap verteks v  V selain s diberikan label p(v)=v, d(v)=, dan m(s)=’-‘
atau [ v, , - ].
 t = verteks terakhir yang diberikan tanda permanen (*), pada awal ini t=s.
ii. Untuk setiap verteks v  V yang adjacent dengan t dan tidak berlabel permanen,
lakukan:
 Penghitugan label d(v) = min{ d(v), d(t) + w(t,v) }, w(t,v) adalah bobot edge (t,v).
tetap, jika d (v)  d (t )  w(t , )
 Label p(v)  
t, jika d (v)  d (t )  w(t , )
iii. Untuk verteks v  V yang belum berlabel permanen, kita cari verteks u yang
mempunyai label jarak p(u) paling kecil dan
 beri tanda permanen pada u atau m(u)=* dan p(u)=t.
 t= verteks terakhir yang diberikan tanda permanen (*), atau t=u.
iv. Jika ada verteks v  V yang adjacent dengan t maka ulangi dari langkah ii, jika-tidak
maka selesai.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 35


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

2 Langkah pencarian lintasan dan penghitungan panjang lintasan


terpendek
Dari hasil pelabelan (graf yang sudah berlabel) langkah sebelumnya, dilakukan:
i. Pencarian panjang lintasan terpendek dari verteks s ke verteks v  V.
Panjang litasan terpendek dari s ke v adalah d(v).
ii. Pencarian lintasan terpendek dari verteks s ke verteks v  V.
Berawal dari v, atau t=v. Dan Litasan Terpendek =’v’;
Selama t s lakukan:
 Lintasan terpendek = p(t) digabung dengan Lintasan terpendek;
 t=p(t);

Contoh-4.35. Untuk graf pada Gambar-4.37, dapatkan lintasan terpendek dari a ke d dan
dari a ke c.

Gambar 4.37.
Pemecahan.
 Langkah Pemberian label pada verteks.
Verteks awal adalah verteks a, dan beri label pada verteks a dengan [ a, 0, * ]
Label untuk verteks lainnya dapat dilihat langsung pada gambar graf, label ada disebelah
verteks.

Iterasi-1
Untuk semua verteks yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan a, yaitu verteks
b dan c, lakukan:
d(b) = min{ d(b), d(a) + w(a,b) } = min{ , 0+3 } = 3 dan label p(b) = a
d(c) = min{ d(c), d(a) + w(a,c) } = min{ , 0+7 } = 7 dan label p(c) = a

Label graf tampak seperti gambar berikut ini.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 36


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks b.
Verteks b kita beri label permanen, atau m(b)=”*”. Verteks terakhir yang berlabel
permanen adalah verteks b, dan graf menjadi:

Iterasi-2
Untuk semua verteks yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan b, yaitu verteks
c dan d, lakukan :
d(c) = min{ d(c), d(b) + w(b,c) } = min{ 7, 3+1 } = 4 dan label p(c) = b
d(d) = min{ d(d), d(b) + w(b,d) } = min{ , 3+5 } = 8 dan label p(d) = b

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks c.
Verteks c kita beri label permanen, atau m(c)=”*”. Verteks terakhir yang berlabel
permanen adalah verteks c, dan graf menjadi :

Iterasi-3
Untuk semua verteks yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan c, yaitu verteks
d, lakukan :

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 37


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

d(d) = min{ d(d), d(c) + w(c,d) } = min{ 8, 4+3 } = 7 dan label p(d) = c

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks d.
Verteks d kita beri label permanen, atau m(d)=”*”. Verteks terakhir yang berlabel
permanen adalah verteks d, dan graf menjadi :

Dan sudah tidak ada lagi verteks yang berlabel tidak permanen, langkah pelabelan selesai.

 Langkah pencarian lintasan dan penghitungan panjang lintasan terpendek


Lintasan terpendek dari a ke d :
Panjang lintasan terpendeknya adalah d(d) = 7.
Lintasan terpendeknya adalah:
o Dari verteks d buat lintasan: d
o Gabung p(d)=c dengan lintasan sebelumnya, didapat: c-d
o Gabung p(c)=b dengan lintasan sebelumnya, didapat: b-c-d
o Gabung p(b)=a dengan lintasan sebelumnya, didapat: a-b-c-d
Jadi lintasan terpendeknya adalah: a-b-c-d.

Lintasan terpendek dari a ke c :


Panjang lintasan terpendeknya adalah d(c) = 4.
Lintasan terpendeknya adalah:
o Dari verteks c buat lintasan: c
o Gabung p(c)=b dengan lintasan sebelumnya, didapat: b-c
o Gabung p(b)=a dengan lintasan sebelumnya, didapat: a-b-c
Jadi lintasan terpendeknya adalah: a-b-c.

Contoh-4.36. Untuk graf pada Gambar-4.38, dapatkan lintasan terpendek dari s ke t.

Gambar-4.38.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 38


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Pemecahan.
 Langkah Pemberian label pada verteks.
Verteks awal adalah verteks s, dan beri label pada verteks s dengan [ s, 0, * ]
Label untuk verteks lainnya dapat dilihat langsung pada gambar graf, label ada disebelah
verteks.

Iterasi-1
Untuk semua verteks yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan s, yaitu verteks
b dan c, lakukan :
d(b) = min{ d(b), d(s) + w(s,b) } = min{ , 0+2 } = 2 dan label p(b) = s
d(c) = min{ d(c), d(s) + w(s,c) } = min{ , 0+6 } = 6 dan label p(c) = s

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks b.
Verteks b kita beri label permanen, atau m(b)=”*”. Verteks terakhir yang berlabel
permanen adalah verteks b, dan graf menjadi :

Iterasi-2
Untuk semua verteks yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan b, yaitu verteks
c dan d, lakukan :
d(c) = min{ d(c), d(b) + w(b,c) } = min{ 6, 2+3 } = 5 dan label p(c) = b
d(d) = min{ d(d), d(b) + w(b,d) } = min{ , 2+12 } = 14 dan label p(d) = b

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks c.
Verteks c kita beri label permanen, atau m(c)=”*”. Verteks terakhir yang berlabel
permanen adalah verteks c, dan graf menjadi :

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 39


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Iterasi-3
Untuk semua verteks yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan c, yaitu verteks
e, lakukan :
d(e) = min{ d(e), d(c) + w(c,e) } = min{ ∞, 5+14 } = 19 dan label p(e) = c

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks d.
Verteks d kita beri label permanen, atau m(d)=”*”. Verteks terakhir yang berlabel
permanen adalah verteks d, dan graf menjadi :

Iterasi-4
Untuk semua verteks yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan d, yaitu verteks
e dan t, lakukan :
d(e) = min{ d(e), d(d) + w(d,e) } = min{ 19, 14+3 } = 17 dan label p(e) = d
d(t) = min{ d(t), d(d) + w(d,t) } = min{ ∞, 14+13 } = 27 dan label p(t) = d

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks e.
Verteks e kita beri label permanen, atau m(e)=”*”. Verteks terakhir yang berlabel
permanen adalah verteks e, dan graf menjadi :

Iterasi-5
Untuk semua verteks yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan e, yaitu verteks
t, lakukan :
d(t) = min{ d(t), d(e) + w(e,t) } = min{ 27, 17+6 } = 23 dan label p(t)=e

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks t.
Verteks t kita beri label permanen, atau m(t)=”*”. Verteks terakhir yang berlabel
permanen adalah verteks t, dan graf menjadi :

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 40


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Dan sudah tidak ada lagi verteks yang berlabel tidak permanen, langkah pelabelan selesai.

 Langkah pencarian lintasan dan penghitungan panjang lintasan terpendek


Lintasan terpendek dari s ke t :
Panjang lintasan terpendeknya adalah d(t) = 23.
Lintasan terpendeknya adalah:
o Dari vertek t buat lintasan: t
o Gabung p(t) = e dengan lintasan sebelumnya, didapat: e-t
o Gabung p(e) = d dengan lintasan sebelumnya, didapat: d-e-t
o Gabung p(d) = b dengan lintasan sebelumnya, didapat: b-d-e-t
o Gabung p(b) = s dengan lintasan sebelumnya, didapat: s-b-d-e-t

Jadi lintasan terpendeknya adalah: s-b-d-e-t.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 41


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Latihan-4.5

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 42


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.6 GRAF PLANAR


Sebagaimana telah disinggung pada submodul sebelumnya bahwa suatu graf dapat digambar-
kan dalam beberapa macam bentuk, seperti Gambar-4.39 berikut ini.
Graf pada Gambar-4.39 (a) dan graf pada Gambar-4.39 (b) adalah graf yang sama. Pada
Gambar-4.39 (a) tidak ada edge yang saling memotong, sedang graf pada Gambar-4.39 (b)
memuat edge yang saling memotong.

(a) (b)
Gambar-4.39. Dua graf sama, tetapi beda representasi.

Pada submodul ini, kita akan belajar tentang suatu graf yang digambar dalam suatu
bidang datar dengan edge satu dengan lainnya tidak saling memotong. Hal ini akan mem-
bawa kita pada definisi berikut ini.

Definisi-4.29. Sebuah graf, G, disebut sebuah graf planar jika G dapat digambarkan da-
lam bidang datar tanpa ada edge-edge dalam G yang saling memotong.
Gambar graf yang tidak memuat edge-edge yang saling berpotongan dinamakan representasi
planar (planar representation) dari graf planar, atau sering dinamakan juga dengan graf
bidang (plane graph). Suatu graf planar dapat juga mempunyai gambar graf yang memuat
edge-edge yang saling berpotongan. Akan tetapi grafnya tetap planar. Untuk menunjukkan
bahwa suatu graf planar, cukup ditunjukkan representasi planar dari graf tersebut.

Contoh-4.37. Graf lengkap K4 seperti pada Gambar-4.40 merupakan sebuah contoh graf
planar.

Gambar-4.40. Representasi planar untuk graf lengkap K4.

Contoh-4.38. Tunjukkan bahwa graf G=({a, b, c, d, e, f, g, h}, E) merupakan graf planar?


Dimana E = {{a,b},{a,d},{a,e},{b,c},{b,f},{c,d},{c,g},{d,h},{e,f},{e,h},{f,g}, {g,h}}.
Pemecahan.
Graf G di atas dapat dinyatakan dalam bentuk Gambar-4.41 (a) dan Gambar-4.41 (b). Dalam
representasi pada Gambar-4.41(b) tidak ada edge-edge yang saling berpotongan. Oleh karena
itu, graf G merupakan graf planar.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 43


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

(a) (b)
Gambar-4.41. Dua graf untuk graf G dalam Contoh 4.38.

Contoh-4.39. Perisalah apakah graf lengkap K5 seperti pada Gambar-4.42 merupakan graf
planar?.

Gambar-4.42. Graf lengkap K5.


Pemecahan.

Graf lengkap K5 bukan merupakan graf planar, ketidakplanaran suatu graf akan dibahas
dibelakang melalui beberapa teorema. Sekarang kita coba untuk menghindarkan perpotongan
antar edge-edge dalam graf K5. Untuk memudahkan pembahasan edge-edge pada graf
tersebut kita berilabel seperti Gambar-4.43(a). Edge e2 kita coba hindarkan dari berpotongan
dengan edge e5 dan edge e6. Begitu juga untuk edge e3 kita coba hindarkan dari berpotongan
dengan edge e5 dan edge e8, menghasilkan suatu gambar graf K5 Gambar-4.43 (b). Masih ada
dua edge yang berpotongan, yaitu edge e6 dan edge e8. Kita coba edge e6 dilewatkan keluar
segmen garis edge e8, bisa keluar dari segmen garis edge e8, akan tetapi akan memotong edge
lain e2 atau e4, lihat Gambar-4.43 (c) dan (d). Oleh karena itu graf lengkap K5 tidak planar,
begitu juga untuk graf lengkap Kn ( dengan n ≥ 5 ) bukan merupakan graf planar.

(a) (b) (c) (d)


Gambar-4.43. Dua bentuk graf lengkap K5.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 44


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.6.1 Peta

Definisi-5.30. Suatu peta (map) adalah suatu representasi planar dari suatu multigraf. Jika
multigraf dari peta tersebut terhubung, maka peta tersebut dikatakan terhubung. Sebuah
peta membagi bidang menjadi beberapa wilayah (region). Wilayah satu dengan yang lainnya
dipisahkan oleh sederetan edge-edge yang membentuk circuit / cycle dalam graf tersebut.
Derajat dari suatu wilayah r, deg(r), adalah panjang sirkuit yang membatasi wilayah r.

Representasi planar untuk graf lengkap K4 pada Gambar-4.44 (a) dan (b) membagi bidang
menjadi 4 wilayah. Wilayah r1, r2, dan r3 adalah terbatas atau dibatasi oleh edge sekumpulan
edge-edge yang membentuk sikuit / cycle, sedangkan wilayah f4 adalah tak terbatas. Panjang
sirkuit r1, r2, r3, dan r4 masing-masing adalah 3, 3, 3, dan 3.

(a) (b)
Gambar-4.44. Representasi planar K4 membagi bidang menjadi 4 wilayah.

Teorema-4.18. Jumlahan dari derajat semua wilayah dari suatu peta sama dengan dua kali
banyaknya edge pada peta tersebut.

Contoh-4.40. Perhatikan peta pada Gambar-4.45. Graf tersebut memiliki edge sebanyak 9
buah edge dan verteks sebanyak 6 buah verteks.

Gambar-4.45.

Peta tersebut terbagi kedalam wilayah dan batas wilayah berikut ini.

Wilayah Sirkuit Batas wilayah Panjang sirkuit = deg(r)


R1 a-b-c-e-a 4
R2 b-c-d-b 3
R3 a-b-d-a 3
R4 c-d-e-c 3
R5 a-d-e-f-e-a 5
18

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 45


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

4.6.2 Formula Euler

Teorema-4.19. Formula Euler.


Jika e menyatakan banyaknya edge, dan v menyatakan banyaknya verteks pada sebuah
graf sederhana G yang terhubung dan planar, maka banyaknya wilayah (region) r dalam
sebuah representasi planar / graf peta (map) dari G adalah r = e – v + 2.
Bukti.
Kita melakukan pembuktian dengan menginduksi terhadap banyaknya edge dalam G.
Basis Induksi
Untuk e = 0, maka G adalah sebuah graf nul: v = 1, e = 0 dan r = 1. Jadi diperoleh
1 = 0 -1 + 2 = 1 (benar)
Hipotesa Induksi
Misalkan untuk e, maka r = e – v + 2 (benar)
Step Induksi
Untuk e + 1, yaitu penambahan sebuah edge pada G:

Contoh-4.41. Perhatikan peta pada Gambar-4.45, banyaknya verteks n = 4, dan e = 6,


maka banyaknya wilayah adalah r = 6 – 4 + 2 = 4. Dan pada peta Gambar-4.46, banyaknya
wilayah adalah r = 9 – 6 + 2 = 5.

Jika G merupakan multigraf terhubung planar yang memiliki 3 verteks atau lebih, dan
representasi planar dari G adalah H, maka:
i. Suatu wilayah di H mempunyai derajat 1 jika dan hanya jika batas wilayah tersebut
adalah sebuah loop. Lihat wilayah 𝑟 pada Gambar-4.46.

Gambar-4.46. Wilayah dengan derajat 1 dan 2.

ii. Suatu wilayah di H mempunyai derajat 2 jika dan hanya jika batas wilayah tersebut
adalah dua multiple edge. Lihat wilayah 𝑟 pada Gambar-4.46.

merupakan multigraf, maka setiap wilayah ri di G mempunyai derajat 3 atau lebih.

Corollary-4.20. Pertidaksamaan Euler.


Jika G adalah sebuah graf sederhana, terhubung, dan planar dengan banyaknya verteks
adalah 𝑣 ≥ 3 (banyaknya edge 𝑒 ≥ 2), maka e ≤ 3v - 6.

Bukti:
Karena graf (bukan multigraf) terhubung planar dan tidak punya loop, setiap wilayah ri mempunyai
batas wilayah paling sedikit 3 edge, deg(ri) ≥ 3, dengan i = 1,2, …,r. Dan r menyatakan banyaknya

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 46


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

wilayah pada graf tersebut. Atau dengan kata lain jumlahan derajat dari semua wilayah paling sedikit
adalah 3r, sehingga didapat pertidaksamaan berikut ini.
r

 deg( r )  3r
i 1
i

Brdasarkan teorema sebulumnya bahwa jumlahan derajat semua wilayah sama dengan 2 kali banyak-
nya edge. Oleh karena itu didapat:
2e ≥ 3r
Substitusikan persamaan Euler r = e – n + 2, didapat:
2e ≥ 3(e – n + 2)
atau
e ≤ 3n - 6
[Terbukti]

Untuk graf yang terhubung planar dan tidak punya loop, berlaku pertidaksamaan Euler.
Sebagai kontraposisi dari kalimat ini bahwa: untuk suatu graf terhubung, tidak punya loop,
yang tidak memenuhi pertidaksamaan Euler maka graf tersebut tidak planar. Ini bisa dipakai
untuk menentukan ketidakplanaran suatu graf yang terhubung dan tidak punya loop.

Contoh-4.42. Perhatikan sebuah graf lengkap K5. Akan kita tunjukkan bahwa graf K5 tidak
planar. Graf ini memenuhi kriteria pada Teorema-4.16. Banyaknya verteks n = 5 dan
banyak-nya edge e=10, kalau kita masukkan ke pertidaksamaan Euler didapat:
10 ≤ 3(5) - 6 atau 10 ≤ 9
Hal ini tidak mungkin, oleh karena itu graf K5 tidak planar.

Corollary-4.21. Jika G adalah sebuah graf sederhana, terhubung, dan planar, maka G
mempunyai sebuah verteks dengan derajat tidak mencapai 5.

Corollary-4.22. Jika G adalah sebuah graf sederhana, terhubung, dan planar dengan
banyaknya verteks adalah 𝑣 ≥ 3, banyaknya edge e, dan tidak memuat sirkuit dengan
panjang 3, maka e ≤ 2v - 4.
Bukti.
Bukti dari teorema ini mirip dengan bukti pada teorema sebelumnya, dan dipakai untuk
latihan.

Contoh-4.43. Perhatikan permasalahan tiga rumah (𝑟 , 𝑟 , dan 𝑟 ) dengan tiga utilitas


sambungan listrik (l), air (a), dan gas (g). Apakah mungkin jalur sambungan dari 3 utilitas
tersebut tidak saling berpotongan?. Karena kalau saling berpotongan bisa membahayakan.
(Lihat-4.47(a)). Permasalahan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk graf Gambar-4.47(b).
Disini kita harus memperlihatkan apakah graf tersebut planar atau tidak?

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 47


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

(a) Tiga rumah dan tiga utilitas (b) Graf untuk tiga rumah tiga utilitas
Gambar-4.47. Graf jaringan listrik.

Permasalahan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk graf Gambar-4.46 (b), apakah graf
tersebut planar?
Pemecahan.
Dalam graf Gambar-4.46 (b) terdapat verteks sebanyak n = 6, edge sebanyak e = 9, dan
tidak memuat sirkuit dengan panjang 3. Oleh karena itu, graf ini memenuhi kriteria pada
Teorema-4.16. Kalau kita masukkan ke dalam pertidaksamaan pada Teorema-5.17, e ≤ 2n -
4, didapat:
9 ≤ 2(6) - 4 atau 9 ≤ 8
Hal ini tidak mungkin, oleh karena itu graf tersebut tidak planar.

4.6.3 Homeomorfisma
Suatu graf dapat diperoleh dari graf lain dengan cara menambahkan verteks ditengah dari
suatu edge pada graf tersebut. Graf yang didapat dengan cara demikian ini dinamakan graf
homeomorpik, dan didefinisikan seperti berikut ini.

Definisi-4.31. Homeomorfisma.
Jika sebuah graf G=(V,E) adalah planar, sehingga akan terjadi: suatu graf 𝐺 = (𝑉 , 𝐸 )
dan 𝐺 = (𝑉 , 𝐸 ) yang diperoleh dari G dengan sebuah elementary subdivision, yaitu
menambahkan beberapa verteks pada beberapa edge dari G, maka graf 𝐺 dan 𝐺
dikatakan dua graf yang homeomorpik (homeomorphic), dan ditulis 𝐺 ≅ 𝐺 .

Contoh-4.44. Untuk graf pada Gambar-4.48 (b) dan graf Gambar-4.48(c) adalah homeo-
morpik karena keduanya didapat dari graf pada Gambar-4.48 (a) dengan cara menambahkan
beberapa verteks pada suatu edge yang sama di graf pada Gambar-4.48 (a).

(a) (b) (c)


Gambar-4.48. Beberapa graf homeomorfik.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 48


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Kazimierz Kuratowski [1930] mengemukakan teorema yang mengkarakterisasi graf


planar menggunakan konsep homeomorfisma graf, yaitu sebagai berikut

Teorema-4.23. Kuratowski.
Sebuah graf G tidak planar jika dan hanya jika G memuat sebuah subgraf homeomorfik
dengan 𝐾 , atau 𝐾 .
Bukti.

[Terbukti]

Crossing number dari sebuah graf sederhana adalah bilangan terkecil dari persilangan
(crossing) yang dapat terjadi ketika graf ini digambarkan dalam bidang dimana tidak terdapat
tiga edge diperbolehkan menyilang di titik yang sama.

Thickness number dari sebuah graf sederhana G adalah jumlah terkecil subgraf planar
dari G yang mempunyai G sebagai gabungan (union) mereka..

Definisi-4.32. Dua graf 𝐺 dan 𝐺 dikatakan isomorphic to within vertex of degree 2 jika
mereka isomorfik atau jika mereka dapat ditranformasi kedalam graf isomorfik dengan penyi-
sipan berulang dan / atau penghapusan verteks berderajat 2.

Teorema-4.24. Kuratowski.
Sebuah graf G adalah planar jika dan hanya jika G tidak memuat sebuah subgraf yang
isomorphic within vertex of degree 2.

Bukti.

[Terbukti]

Definisi-4.33. Suatu faktor-k (k-factor) dari sebuah graf G didefinisikan sebagai sebuah
subgraf perentang dari graf G dengan derajat dari setiap verteksnya adalah k.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 49


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Latihan-4.6

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 50


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

DAFTAR PUSTAKA

GRIMALDI, R.P., “Discrete and Combinatorial Mathematics - An Applied Introduction”,


Addison-Wesley Publishing Co., 1989.

LIU, C.L., “Elements Of Discrete Mathemathics”, McGraw-Hill, 1986.

ROBERT, F.S., “Applied Combinatorics”, Prentice-Hall Inc., 1984.

ROSEN, K.H., “Discrete Mathematics and Its Applications”, McGraw-Hill, 2003.

SEYMOUR L., MARC L.L., “Schaum’s Outline of Theory and Problems of Discrete
Mathematics”, Second Edition. McGraw-Hill, 1997.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 51


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Graf

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 52

Anda mungkin juga menyukai