Anda di halaman 1dari 34

UPAYA PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM MENINGKATKAN

MINAT BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI


1 RAKIT BANJARNEGARA

A. Latar Belakang Masalah


Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia termasuk
pendidikan. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah
laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan dapat diperoleh dimana saja,
salah satunya melalui kemajuan teknologi informasi seperti media sosial. Pada
era modern saat ini media sosial merupakan salah satu bagian dari kebutuhan
hidup masyarakat, bahkan banyak pelajar yang menggunakan media sosial.
Media sosial adalah salah satu alat yang dimana seseorang dapat
terhubung dengan segala hal dan yang terpenting adalah media sosial juga
sebagai alat berbagi informasi yang cepat. Media sosial juga mebawa dampak
signifikan untuk keberlangsungan hidup para kaum millenials jaman sekarang,
hal ini terjadi karena masyarakat terutama anak muda sekarang telah tumbuh
dan sangat terintegrasi dengan perangkat situs-situs jaringan sosial yang
signifikan.
Menurut Michael Cross (2013) – Media sosial adalah sebuah istilah
yang menggambarkan bermacam-macam teknologi yang digunakan untuk
mengikat orang-orang ke dalam suatu kolaborasi, saling bertukar informasi,
dan berinteraksi melalui isi pesan yang berbasis web. Dikarenakan internet
selalu mengalami perkembangan, maka berbagai macam teknologi dan fitur
yang tersedia bagi pengguna pun selalu mengalami perubahan. Hal ini
menjadikan media sosial lebih populer dibandingkan sebuah referensi khusus
terhadap berbagai penggunaan atau rancangan. 1

1
Michael Cross (2013)
Minat belajar merupakan salah satu peranan penting dalam
menentukan prestasi belajar siswa. Minat belajar siswa dalam pembelajaran
menjadi kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang
memiliki minat belajar akan memusatkan perhatiannya dalam pembelajaran
sehingga mampu berkonsentrasi dengan baik. Minat belajar yang dimiliki
siswa berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi minat belajar siswa yakni kondisi siswa, kemampuan daya
intelektual, motivasi, kebiasaan belajar, kondisi guru, ketersediaan sumber
belajar, keluarga, keadaan ekonomi, lingkungan.
Rendahnya minat belajar siswa nampak dari beberapa hal seperti siswa
kurang bergairah untuk mengikuti pembelajaran, siswa tidak merespon saat
guru berdasarkan observasi, bahwa di SMP Negeri 1 Rakit Kabupaten
Banjarnegara berlaku tata tertib salah satunya yang berbunyi “Siswa tidak
dibenarkan terlibat narkoba/minuman alkohol membawa senjata tajam/api,
handphone, memakai perhiasan emas berlebihan, berambut gondrong/pirang,
kuku panjang/dikoteks”. Aturan melarang siswa untuk membawa handphone
ke sekolah dengan alasan agar tidak mengganggu siswa dalam proses belajar
mengajar. Namun faktanya saat penulis melakukan wawancara singkat dengan
siswa terdapat beberapa siswa yang masih membawa handphone ke sekolah
tanpa sepengetahuan guru. Ada beberapa siswa yang kedapatan menggunakan
handphone saat proses belajar mengajar berlangsung. Karena itu siswa
dilarang membawa handphone ke sekolah.
Pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup kompleks
dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut
adalah guru. Guru merupakan komponen pendidikan yang memegang peranan
penting dan utama karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat
ditentukan oleh guru.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 55 Tahun
2007 menyatakan bahwa Pendidikan agama adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Kehadiran Internet sewajarnya dapat menumbuhkan minat belajar
siswa Jika digunakan dengan tepat agar prestasi siswa dapat meningkat.
Namun, pada kenyataannya pemanfaatan internet sering kali disalahgunakan
oleh siswa. Penggunaan media sosial tidak hanya digunakan oleh siswa untuk
menunjang proses belajar, tetapi lebih banyak pada non-belajar. Penggunaan
media sosial yang paling sering digunakan oleh siswa yakni facebook,
youtube, instagram, whatsaap. Fitur yang diberikan yakni bisa melihat
informasi tentang perkembangan jaman, tetapi bukan tentang belajar
melainkan video-video lucu, menambah teman di jejaring facebook, melihat
kegiatan teman yang di upload di jejaring facebook maupun instagram, dan
saling berbalas komentar dengan teman di kolom komentar yang disediakan
oleh facebook maupun instagram.
Penggunaan media sosial seharusnya harus dapat dimanfaatkan oleh
siswa-siswi di SMP Negeri 1 Rakit untuk meningkatkan nilai dan minat
belajar di berbagai mata pelajaran, terutama mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam. Penggunaan media sosial juga dapat sangat membahayakan jika
digunakan dengan maksud yang tidak jelas dan dapat merugikan diri sendiri
maupun orang tua. Guru juga sangat dirugikan dengan penggunaan media
sosial yang tidak tepat, karena dapat menghambat Pemberian pembelajaran
kepada para siswa. Tetapi bisa menjadi hal yang berguna dan baik jika media
sosial digunakan secara baik dan bijak.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
mengidentifikasi yaitu banyak siswa menyalahgunakan media sosial sehingga
muncul dampak negative pada siswa SMP 1 Rakit oleh karena itu perlu adanya
upaya pemanfaatan media sosial secara baik dan benar.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Konsep Pemanfaatan Media Sosial dan Minat Belajar Siswa
siswa di SMP N 1 Rakit Banjarnegara ?
2. Bagaimana upaya pemanfaatan media sosial dan minat belajar siswa di SMP
N 1 Rakit Banjarnegara ?
3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat upaya pemanfaatan media
sosial dalam meningkatkan minat belajar Pendidikan agama islam di SMP
N 1 Rakit Banjarnegara ?

D. Penegasan Istilah
Maksud dari penegasan istilah adalah untuk lebih memahami maksud dan
tujuan serta terhindari dari maksud dan tujuan salah persepsi dan penafsiran-
penafsiran yang keliru, maka penulis akan menjelaskan masalah pokokyang
berkaitan dengan judul, sebagai berikut:
1. Media Sosial
Media sosial atau sering juga disebut sebagai sosial media adalah
platform digital yang memfasilitasi penggunanya untuk saling
berkomunikasi atau membagikan konten berupa tulisan, foto, video, dan
merupakan platform digital yang menyediakan fasilitas untuk melakukan
aktivitas sosial bagi setiap penggunanya.[butuh rujukan] Media sosial juga
merupakan sebuah sarana untuk bersosialisasi satu sama lain dan
dilakukan secara daring yang memungkinkan manusia untuk saling
berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.
2. Minat Belajar
Minat belajar siswa merupakan rasa ketertarikan yang dimiliki
siswa dalam belajar. Minat belajar yang dimiliki siswa dapat dilihat pada
beberapa indikator, yaitu rasa suka atau ketertarikan terhadap hal yang
dipelajari, perasaan senang untuk belajar, perhatian terhadap
pembelajaran, keterlibatan siswa atau partisipasi siswa dalam
pembelajaran.
3. Pendidikan Agama
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 2007 Bab I Pasal 1
dijelaskan bahwa Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta
didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-
kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan.
E. Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep Pemanfaatan Media Sosial Dan Minat Belajar
Siswa
2. Untuk mengetahui Upaya Pemanfaatan Media Sosial Dan Minat Belajar
Siswa Di SMP Negeri 1 Rakit Banjarnegara
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghabat Upaya Pemanfaatan
Media Sosial dalam meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam
di SMP Negeri 1 Rakit Banjarnegara

F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan dan masalah di atas maka penelitian ini
mempunyai manfaat yaitu sebagai:
1. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan informasi kepada SMP
Negeri 1 Rakit megenai Upaya Pemanfaatan Media Sosial Dalam
Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa.
2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
bersifat positif dalam Upaya Pemanfaatan Media Sosial Dalam
Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di SMP
Negeri 1 Rakit Banjarnegara.
3. Bagi siswa, dengan adanya penelitian mengenai Upaya Pemanfaatan
Media Sosial Dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama
Islam Siswa Di SMP Negeri 1 Rakit Banjarnegara, kini siswa dapat
memanfaatkan media sosial dapat meningkatkan minat belajar
pendidikan agama Islam.
4. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan dan memberikan pengalaman belajar serta dapat
dijadikan sebagai penerapan yang diperoleh di bangku kuliah.

G. Landasan Teoritis
1. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan
langkah-langkah metode penelitian. Menurut Cooper dalam Creswell (2010)
mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan yakni
menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan
erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian
dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian-
penelitian sebelumnya (Creswell, 2010). Maka dalam hal ini untuk
memembedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya maka peneliti
mengambil beberapa penelitian terdahulu diantaranya yaitu:
1. Dyah Sari Rasyidah. " Pengaruh Penggunaan Media Sosial dan
Jenis Media Sosial Terhadap Intensitas Belajar PAI Kelas VIII di
SMP N 3 Karangdowo Klaten Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Terbiyah
dan Keguruan, IAIN Surakarta.
Skripsi ini membahas tentang pengaruh penggunaan media sosial dan
jenis media sosial terhadap intensitas belajar siswa dalam penelitian
ini bertujuan untuk
1) Mendiskripsikan penggunaan media sosial,
2) Mendiskripsikan jenis media sosial yang dimiliki siswa,
3) Mendiskripsikan intensitas belajar PAI,
4) Mengetahui pengaruh penggunaan media sosial dan jenis media
sosial terhadap intensitas belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini
223 siswa dan sampel penelitian ini sebanyak 91 sampel, jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif, sumber data diperoleh dari
anget, observasi yang merupakan data primer dan studi dokumntasi
berupa data nilai siswa yang merupakan data sekunder.
Kesimpulan penelitian ini adalah
1) Siswa kelas VIII di SMP N 3 Karangdowo Klaten menggunakan
media sosial berupa facebook, BBM, dan keduanya (facebook dan
BBM).
2) Intensitas belajar PAI siswa kelas VIII di SMP N 3 Karangdowo
Klaten tergolong sedang dengan presentase 59% dan 19% dalam
kategori tinggi, sedangkan 22% dalam kategori rendah, hal ini
dipengaruhi karena kurangnya respon siswa terhadap mata pelajaran
PAI ketika dirumah.
3) Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi variabel dummy hipotesis penggunaan media sosial dengan
intensitas belajar siswa diperoleh rhitung sebesar 0,411>0,05 maka H0
diterima, artinya tidak ada penggaruh antara penggunaan media sosial
dengan intensitas belajar PAI. Sedangkan jenis media sosial facebook
memiliki rata-rata sebesar 86,855 dan memperoleh rhitung 0,000 >
0,05, maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh antara facebook dengan
intensitas belajar PAI. BBM menghasilkan rata-rata sebesar 84,290
dan rhitung sebesar 0,000 > 0,05, artinya H0 ditolak dan ada pengaruh
dengan intensitas belajar PAI. Sedangkan jenis media facebook dan
BBM mendapatkan rata-rata 87,310 dan rhitung ditolak dan terdapat
pengaruh dengan intensitas belajar PAI.
2. Yahya Syahputra Taralaki. “Pengaruh Media Sosial Teradap Minat
Belajar Sejarah pada Siswa SMA Negeri 5 Sigi”. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako.
Skripsi ini membahas tentang pengaruh media sosial terhadap
minat belajar sejarah pada siswa SMA Negeri 5 Sigi. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh media sosial terhadap minat
belajar sejarah pada siswa SMA Negeri 5 Sigi. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif. Pengambilan jumlah sampel sebanyak 100
orang dari 318 populasi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan
data diperoleh melalui observasi, penyebaran angket, dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis menggunakan statistic
koefisien korelasi (r) maka diperoleh rhitung = 0,833 rtabel = 0,195.
Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan hasil nilai thitung 14,909
ttabel 1,661. Hal ini berarti Ha diterima dan HO ditolak, dengan
demikian hal tersebut menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif
yang signifikan antara penggunaan media sosial dengan minat belajar
sejarah pada siswa SMA Negeri 5 Sigi.

2. Kajian Teori
a. Pengertian Media Sosial
Media sosial dapat dipahami sebagai suatu platform digital yang
menyediakan fasilitas untuk melakukan aktivitas sosial bagi setiap
penggunanya. Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan di media sosial,
misalnya yaitu melakukan komunikasi atau interaksi hingga
memberikan informasi atau konten berupa tulisan, foto dan video.
Berbagai informasi dalam konten yang dibagikan tersebut dapat
terbuka untuk semua pengguna selama 24 jam penuh.
Media sosial sendiri pada dasarnya adalah bagian dari
pengembangan internet. Kehadiran beberapa dekade lalu telah
membuat media sosial dapat berkembang dan bertumbuh secara luas
dan cepat seperti sekarang. Hal inilah yang menjadikan semua
pengguna yang tersambung dengan koneksi internet dapat melakukan
proses penyebaran informasi atau konten kapan pun dan di mana pun.
B.K. Lewis dalam karyanya yang berjudul Social Media and
Strategic Communication Attitudes and Perceptions among College
Students yang terbit pada tahun 2010 menyatakan, bahwa media sosial
merupakan suatu label yang merujuk pada teknologi digital yang
berpotensi membuat semua orang untuk saling terhubung dan
melakukan interaksi, produksi dan berbagi pesan.2
Sementara itu, Dave Kerpen dalam bukunya yang bertajuk
Likeable Social Media yang terbit pada tahun 2011 mengemukakan
bahwa media sosial memiliki definisi sebagai suatu tempat kumpulan
gambar, video, tulisan hingga hubungan interaksi dalam jaringan, baik
itu antar individu maupun antar kelompok seperti organisasi.
Sejarah sosial media diawali pada tahun 1970-an yakni saat
ditemukannya sistem papan buletin untuk menghubungkan satu orang
dengan orang lain melalui surat elektronik atau mengunggah dan
mengunduh perangkat lunak. Aktivitas ini masih dilakukan
menggunakan saluran telepon yang terhubung dengan modem. Tahun
1980-an, komputer sudah menjadi hal yang umum dan media sosial
jadi sangat digemari. Mulai ada Internet yang bernama "Relay Chat",
dan berlanjut semakin populer hingga 1990. Media sosial pertama kali
yang diketahui adalah "Six Degrees", yang diciptakan pada 1997 atau
23 tahun silam. Aplikasi ini mengizinkan pengguna mengunggah foto
profil dan saling berteman dengan user lain. Di tahun 1999, blog mulai
ramai dikembangkan.
Pada tahun 1995, muncul situs bernama GeoCities, sekarang
dikenal sebagai Yahoo! yang memberikan layanan penyewaan
penyimpanan data website agar bisa diakses dimana saja. GeoCities
merupakan tonggak awal berdirinya beragam website.
Saat ini jika seseorang tidak memiliki akun media sosial khususnya
bagi para remaja biasanya dianggap kuno, ketinggalan zaman dan
kurang bergaul. Hal ini pula yang menyebabkan pengguna media
sosial terus bertambah hingga saat ini, mulai dari anak-anak, remaja,
dewasa maupun orang tua.

2
B.K. Lewis dalam karyanya yang berjudul Social Media and Strategic Communication
Attitudes and Perceptions among College Students yang terbit pada tahun 2010
Sebagai salah satu media komunikasi, media sosial tidak hanya
dimanfaatkan untuk berbagai informasi, tetapi juga ekspresi diri (self
expression) pencitraan diri (personal branding), ajang curhat, keluh
kesah, dan bisnis online (online business) juga pemasaran online
(online marketing). Perkembangan media sosial mempunyai banyak
dampak bagi para pengunanya baik dampak positf maupun dampak
negatif.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media sosial
merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat akun pribadi,
kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan
berkomunikasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas, bisa saling
mengenal satu dengan yang lainnya dan mengetahui kepribadian
seseorang tanpa harus bertemu secara langsung karena jarak tidak lagi
menjadi masalah dalam berkomunikasi.

3. Dampak Penggunaan Media Sosial


Saat ini pengguna media sosial tidak hanya orang dewasa saja,
melainkan juga para pelajar. Dimana satu orang pelajar bisa memiliki
lebih dari satu media sosial. Penggunaan media sosial bagi pelajar
memberikan dampak positif maupun negatif. Inilah beberapa dampak
positif dan negatif media sosial bagi pelajar.
Dampak positif
1. Dapat Mengasah Keterampilan dari Hal-Hal Baru
Penggunaan media sosial memberikan banyak manfaat untuk
pelajar, salah satunya dapat mengasah ketrampilan dari hal-hal baru yang
dilihat dari media sosial. Bisa dibilang media sosial ini juga berfungsi
sebagai metode pembelajaran karena berguna untuk mengasah
keterampilan. Dengan begini maka anak bisa mengetahui cara kerja
teknologi dan bagaimana cara memanfaatkannya. Meski begitu, sebagai
orang tua harus tetap mengawasi sang buah hati saat menggunakan media
sosial.
2. Mudah dalam Mendapatkan Informasi
Menggunakan media sosial akan memudahkan penggunanya
dalam mendapatkan informasi. Informasi yang didapatkan tentang
berbagai hal, mulai dari informasi tentang mata pelajaran di sekolah,
kesehatan, olahraga dan masih banyak lagi.
3. Memudahkan dalam Melakukan Belajar Online
Saat masa pandemi seperti sekarang siswa sangat bergantung
kepada smartphone. Bagaimana tidak, kegiatan tatap muka diganti dengan
pembelajaran online. Berkat keberadaan smartphone dan media sosial
kegiatan pembelajaran online bisa dilakukan dengan baik dan lancar.
Selain itu, keberadaan media sosial juga memudahkan siswa
dalam melakukan belajar online. Di media sosial tersedia banyak
penjelasan tentang materi pelajaran sehingga sangat membantu siswa
dalam memahaminya. Saat dilakukan pembelajaran online siswa memang
dituntut untuk lebih mandiri

4. Mendorong Anak dalam Mengekspresikan Diri


Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendorong anak
mengekspresikan diri yaitu dengan menggunakan media sosial.
Keberadaan sosial media bisa dimanfaatkan untuk memotivasi pelajar
supaya lebih baik lagi dalam berkomunikasi. Orang tua bisa
memperlihatkan video sesuai usia anak supaya anak banyak belajar
mengenai cara bersikap dengan orang yang lebih tua, lebih mudah dan
teman sebaya.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media sosial
memiliki dampak positif bagi penggunanya, terutama bagi siswa. Dengan
media sosial siswa bisa menambah ilmunya atau mencari informasi yang
berkaitan dengan pendidikan. Selain itu media sosial juga bisa menambah
pertemanan dengan orang lain.
Dampak negatif
1. Anak Menjadi Malas
Dampak negatif media sosial bagi pelajar selanjutnya yaitu
anak menjadi malas. Penggunaan media sosial yang berlebihan akan
membuat anak menjadi malas untuk berinteraksi atau berkomunikasi
di dunia nyata. Tidak hanya itu saja, anak juga akan malas belajar dan
memilih menghabiskan waktunya untuk membuka media sosial. Ini
dikarenakan media sosial dianggap lebih menyenangkan daripada
belajar.
2. Tidak Peduli dengan Lingkungan
Penggunaan media sosial secara berlebihan akan memberikan
dampak negatif seperti anak menjadi egois karena lebih
mementingkan dirinya sendiri. Anak-anak akan lebih cuek dengan
lingkungan sekitarnya sehingga tidak lagi peduli dengan lingkungan.
Jika ini terus dibiarkan maka anak menjadi kurang memiliki rasa
empati di dunia nyata.
3. Sulit Berkomunikasi
Komunikasi yang terjalin di media sosial tidak ada aturan
ejaan dan tata bahasa sehingga penggunanya bisa menulis apa saja
yang diinginkan. Akibatnya akan membuat anak menjadi semakin
sulit membedakan komunikasi di media sosial dan dunia nyata.
Kondisi ini akan mempengaruhi kemampuan komunikasi anak dan
keterampilan menulisnya di sekolah dalam hal penggunaan ejaan dan
tata bahasa.
4. Memicu terjadinya aksi pornografi dan pelanggaran asusila. Mudah
sekali pengguna media sosial menemukan sesuatu yang berbau seks,
karena hal itu banyak di cari di internet.
5. Banyak terjadi kriminalitas oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab. Contohnya kasus penculikan yang diawali dengan perkenalan
seseorang yang tidak dikenalnya, penipuan, pembunuhan dan lainnya.
Menghamburkan uang. Siswa dapat menghabiskan uangnya untuk
membeli paketan internet atau online berjam-jam di warnet.
Selain memiliki dampak positif, media sosial juga mempunyai
dampak negatif bagi siswa yang menyalah gunakan. Dampak yang telah
disebutkan di atas, pastinya akan berpengaruh bagi siswa yang tidak dapat
mengontrol.

4. Jenis-Jenis Media Sosial


Media sosial adalah teknologi yang berbasis internet sebagai
alat komunikasi maupun sebagai media promosi dalam bisnis. Adapun
macam-macam media sosial, adalah sebagai berikut:
a. Blog
Blog Adalah bentuk aplikasi web yang berbentuk tulisan-
tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman web.
Tulisan-tulisan ini sering kali dimuat dalam urutan isi terbaru
dahulu sebelum diikuti isi yang lebih lama, meskipun tidak
selamanya demikian. Situs web seperti ini biasanya dapat diakses
oleh semua pengguna Internet sesuai dengan topik dan tujuan dari
si pengguna blog tersebut.
b. Microblogging
Microblogging adalah suatu bentuk# blog yang
memungkinkan penggunanya untuk menulis teks pembaharuan
singkat yang biasanya kurang dari 200 karakter dan
mempublikasikannya, baik untuk dilihat semua orang atau
kelompok terbatas yang dipilih oleh pengguna tersebut. Pesan-
pesan ini dapat dikirim melalui berbagai cara, yaitu melalui SMS
(Short Message Service), pesan instan, surat elektronik, digital
audio atau web.

c. Instagram
Instagram adalah sosial media berbasis gambar yang
memberikan layanan berbagi foto atau video secara online.
Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi
ini. Kata “insta” berasal dari kata “instan”, seperti kamera polaroid
yang pada masanya lebih dikenal dengan sebutan “foto instan”.
d. Youtube
YouTube adalah sebuah situs web berbagi video yang
dibuat oleh tiga mantan karyawan PayPal pada Februari 2005.
Situs web ini memungkinkan pengguna mengunggah, menonton,
dan berbagi video. Perusahaan ini berkantor pusat di San Bruno,
California, dan memakai teknologi Adobe Flash Video dan
HTML5 untuk menampilkan berbagai macam konten video buatan
pengguna/kreator, termasuk klip film, klip TV, dan video musik.
Selain itu, konten amatir seperti blog video, video orisinal pendek,
dan video pendidikan juga ada dalam situs ini.
e. WhatsApp
WhatsApp Messenger adalah aplikasi pesan untuk ponsel
cerdas. WhatsApp Messenger merupakan aplikasi pesan lintas
platform yang memungkinkan kita bertukar pesan tanpa pulsa,
karena WhatsApp Messenger menggunakan paket data internet.
Aplikasi WhatsApp Messenger menggunakan koneksi internet 3G,
4G atau WiFi untuk komunikasi data. Dengan menggunakan
WhatsApp, kita dapat melakukan obrolan daring, berbagi file,
bertukar foto, dan lain-lain.
f. Zoom
Zoom adalah Sebuah layanan konferensi video berbasiskan
cloud computing. Aplikasi tersebut dapat digunakan dalam
berbagai perangkat seluler, desktop, hingga telepon dan sistem
ruang. Pada umumnya, para pengguna menggunakan aplikasi ini
untuk melakukan meeting hingga konferensi video dan audio.
Pengertian Minat Belajar
Pengertian Minat
Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang
melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-
keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Berdasarkan pada defisi diatas maka minat merupakan keadaan dimana
seseorang menunjukkan keinginan ataupun kebutuhan yang ada dalam dirinya,
hal tersebut dapat terlihat dari ciri-ciri yang nampak pada diri mereka dan cirri
tersebut memunculkan arti yang terkadung didalamnya. Sardiman, menyatakan
bahwa “minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat
dari partisapasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar untuk bekerja”.
Dengan demikian minat akan selalu berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan.
Muhibbin Syah Menjelaskan Bahwa Minat Adalah Kecenderungan Hati
Yang Tinggi Terhadap Sesuatu, Gairah, Keinginan. Selain Itu, Minat Juga Berarti
Kecenderungan Dan Kegairahan Yang Tinggi Atau Keinginan Yang Besar
Terhadap Sesuatu. Menurut Slameto, Minat Adalah Suatu Rasa Lebih Suka Dan
Rasa Keterikatan Pada Suatu Hal Atau Aktivitas, Tanpa Ada Yang Menyuruh.
Oleh Sebab Itu, Ada Juga Yang Mengartikan Minat Adalah Perasaan Senang
Atau Tidak Senang Terhadap Suatu Objek.
Berdasarkan definisi minat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat
itu muncul karena ada perasaan tertarik terhadap sesuatu hal yang sedang
dikerjakan atau suatu kegiatan, dengan demikian minat itu merupakan dorongan
yang muncul dari dalam diri seseorang terhadap suatu kegiatan yang membuat
orang tersebut merasa tertarik. Jadi minat tidak timbul sendirian, ada unsur
kebutuhan yang terkandung didalamnya. Selain itu minat akan muncul karena
adanya dorongan atau motif dari orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 916), minat
adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, dan keinginan.
Minat merupakan keinginan yang timbul dari hati dengan sendirinya.3

3
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 916)
Minat memiliki peran penting bagi aktivitas belajar siswa. Minat belajar
siswa yang tinggi akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Menurut Slamento
(2010: 57) mengatakan bahwa: Minat belajar besar pengaruhnya terhadap belajar,
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya.4 Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari
pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari
dan tersimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
Menurut Makmun Khairani (2014: 144) mengemukakan bahwa, minat
sebagai aspek kewajiban, bukan aspek bawaan, melainkan kondisi terbentuk
setelah dipengaruhi oleh lingkungan.5 Karena itu minat sifatnya berubah-ubah
dan sangat tergantung pada individunya. Minat belajar terbentuk setelah siswa
beradaptasi dengan lingkungan belajarnya. Lingkungan belajar yang nyaman dan
mendukung pembelajaran akan berdampak pada prestasi belajar siswa.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, minat merupakan keinginan yang
timbul dari hati dengan sendirinya dan menjadi gaya gerak bagi seseorang untuk
melakukan suatu tindakan. Sedangkan minat belajar merupakan rasa suka,
tertarik, perhatian yang dimiliki siswa terhadap aktivitas belajar yang ditunjukkan
melalui perilaku siswa yang giat dan bersemangat dalam belajar.

Pengertian Belajar
Setelah memahami pengertian minat dengan baik maka selanjutnya dapat
djelaskan mengenai pengertian belajar. Belajar adalah salah satu aktivitas yang
paling sering dilakukan oleh siswa baik di sekolah maupun di rumah. Namun,
bukan hanya siswa saja yang dituntut harus terus belajar guru pun dituntut untuk
selalu memacu dirinya untuk banyak belajar. Bahkan masyarakat tetap
melakukan aktivitas belajar dengan cara membaca buku, media cetak, media
sosial maupun media-media lainnya.

4
Slamento (2010: 57)

5
Makmun Khairani (2014: 144)
Dengan kata lain, definisi belajar secara singkat adalah upaya dan
berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Kegiatan belajar bisa
dilakukan di mana saja, misalnya di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti
di museum, di laboratorium, di hutan dan lain-lain.
Belajar juga didefinisikan sebagai sebuah proses perubahan di dalam
keperibadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan
kemampuan-kemampuan yang lain.
Pengertian belajar menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Menurut Tanwey (2002: 21) minat belajar adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa ketertarikan yang menimbulkan keinginan untuk berhubungan dengan
aktif yang ditandai adanya hubungan perasaan senang tanpa adanya paksaan.6
Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi dalam kelasnya akan
menimbulkan keinginan untuk berhubungan lebih aktif dengan proses belajar di
kelas seperti sering bertanya pada guru, rajin mengerjakan pekerjaan rumah,
mencari referensi materi pelajaran sekolah dengan rasa senang, iklas dan
menjalankan kegiatan tanpa ada paksaan dari dalam dan dari laur individu.
Menurut Syah (2003: 99) minat belajar siswa merupakan rasa suka dan
ketertarikan pada aktivitas belajar antara lain membaca, menulis, serta tugas
praktek tanpa ada yang menyuruh. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi
akan memperhatikan partisipasinya pada suatu aktivitas yang dia minati khusus di
kelas.7

Indikator Minat Belajar

6
Tanwey (2002: 21)

7
Syah (2003: 99)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia indikator adalah alat pemantau
(sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan. Kaitannya dengan
minat belajar siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat
memberikan petunjuk kearah minat belajar. Ada beberapa indikator siswa yang
memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat diketahui melalui proses belajar
di kelas dan di rumah, kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, kehadiran
siswa bagi yang mengikuti pembelajaran, kemampuan siswa dalam menjawab
pertanyaan, semangat siswa dalam menjawab pertanyaan, perhatian siswa dalam
pembelajaran, ketekunan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan, rasa
ketertarikan siswa untuk menjawab pertanyaan
Menurut Djaali (2007), “minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan
pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. 8 Hal senada
diungkapkan pula oleh Slameto (2010) bahwa, “minat sebagai kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang”.9 Dari
pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa minat dicirikan dengan rasa lebih
suka, rasa tertarik atau rasa senang sebagai bentuk ekspresi terhadap sesuatu hal
yang diminati.
Melihat beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat diketahui ciri-ciri
adanya minat pada seseorang dari beberapa hal, antara lain: adanya perasaan
senang, adanya perhatian, adanya aktivitas yang merupakan akibat dari rasa
senang dan perhatian.

Selain itu menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:132) mengungkapkan


bahwa minat dapat diekpresikan anak didik melalui pernyataan lebih menyukai
sesuatu daripada yang lainnya, partisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang
diminati, serta memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang
diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).10

8
Djaali (2007)

9
Slameto (2010)

10
Syaiful Bahri Djamarah (2008:132)
Menurut Slameto (2010: 180) beberapa indikator minat belajar yaitu
perasaan senang, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa.11 Dari
beberapa definisi yang dikemukakan mengenai indikator minat belajar tersebut
diatas, indikator minat yaitu:
1. Perasaan senang
Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran
tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar. Contohnya yaitu
senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat
pelajaran.
2. Keterlibatan Siswa
Ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut
senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek
tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab
pertanyaan dari guru.
3. Ketertarikan
Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada
sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias dalam mengikuti
pelajaran, tidak menunda tugas dari guru.
4. Perhatian Siswa
Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam
penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa
terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain.
Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan
memperhatikan obyek tersebut. Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan
mencatat materi.

Pengertian Pendidikan Agama Islam


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 55 Tahun 2007
menyatakan bahwa Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan

11
Slameto (2010: 180)
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan
tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran
agamanya.
Pendidikan diniyah adalah pendidikan keagamaan Islam yang
diselenggarakan pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Pendidikan agama
berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian
dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama.
Tujuan dari pendidikan agama untuk berkembangnya kemampuan peserta
didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.
Sedangkan Zakiyah Daradjat menjelaskan pendidikan agama Islam adalah
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan ajarannya
yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.
Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya atau bersifat
komprehensif, tidak hanya membekali anak dengan pengertian agama atau
mengembangkan intelek anak saja, tetapi menyangkut keseluruhan pribadi anak,
mulai dari latihan amalan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang
menyangkut hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia lain,
manusia dengan alam, maupun manusia dengan dirinya sendiri. Jadi pendidikan
agama Islam tidak hanya mengajarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan di dunia ini saja tetapi juga mengajarkan bagaimana mempersiapkan
kehidupan di akhirat nanti.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk membina peserta didik agar
senantiasa mengetahui, memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran agama
Islam dalam kehidupan sehari-hari.

H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi
inquiri yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik,
gejala, simbol maupun deskripsi tentang suatu fenomena, fokus dan
multimetode, bersifat alami dan holistik, mengutamakan kualitas,
menggunakan beberapa cara, serta disajikan secara naratif. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menemukan
jawaban terhadap suatu fenomena atau pertanyaan melalui aplikasi prosedur
ilmiah secara sistematis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain. Muktar (2013: 29)
berpendapat penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah penelitian yang
dimaksudkan untuk mengungkap sebuah fakta empiris secara objektif ilmiah
dengan berlandaskan pada logika keilmuan, prosedur dan didukung oleh
metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni. 12
Penelitian ini mempunyai maksud untuk mengetahui dan menemukan
informasi sebanyak-banyaknya dan memberikan gambaran tentang Upaya
Pemanfaatan Media Sosial Untuk Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 1 Rakit Banjarnegara.

2. Tempat dan Jadwal Penelitian

12
Muktar (2013: 29)
a. Tempat Penelitian
tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Rakit, desa Adipasir, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara.
b. Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung dari bulan Maret – April
2022 bersesuian dengan Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022.

3. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
siswa dan salah satu guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1 Rakit
banjarnegara dengan jumlah siswa 548 orang tahun ajaran 2022/2023.
Populasi dapat dilihat di tabel berikut:
No Kelas Detail Jumlah TOTAL
1 Kelas 7 L 96 185
. P 89
2 Kelas 8 L 110 203
. P 93
3 Kelas 9 L 86 160
. P 74
Total keseluruhan 548

4. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam kegiatan penelitian ini sangatlah penting, hal
ini dikarenakan tersedianya data yang dibutuhkan menjadi suatu jawaban
dalam permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Pengertian observasi secara umum adalah kegiatan pengamatan
pada sebuah objek secara langsung dan detail untuk mendapatkan
informasi yang benar terkait objek tersebut. Pengujian yang diteliti dan
diamati bertujuan untuk mengumpulkan data atau penilaian. Hal-hal yang
akan diamati oleh peneliti dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1
Pamona Timur Kabupaten Poso untuk mengetahui secara objektif dan
konkrit mengenai penggunaan media sosial pengaruhnya terhadap minat
belajar. Peneliti dalam penelitian ini melakukan observasi secara langsung,
dimana peneliti melakukan pengamatan beberapa kali kunjungan ke
sekolah dengan melihat secara langsung kegiatan-kegiatan peserta didik di
sekolah.
Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi terus terang
atau tersamar. Penulis melakukan pengumpulan data menyatakan terus
terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Hal ini
untuk menghindari jika data yang ingin diperoleh merupakan data yang
masih dirahasiakan. Selanjutnya dalam penelitian ini penulis mengadakan
obsevasi dengan kegiatan-kegiatan siswa dalam Upaya Pemanfaatan
Media Sosial Dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama
Islam di dalam kelas.

b. Wawancara
Wawancara atau dikenal juga dengan istilah interview atau interviu
adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara. Tanya jawab antara pewawancara dan
narasumber ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah informasi, pendapat,
data, dan keterangan.
Pengertian wawancara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah tanya jawab dengan seseorang (pejabat dan sebagainya)
yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai
suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau
ditayangkan pada layar televisi.

c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bentuk kegiatan atau proses sistematis dalam
melakukan pencarian, pemakaian, penyelidikan, penghimpunan, dan
penyediaan dokumen untuk memperoleh penerangan pengetahuan,
keterangan, serta bukti dan juga menyebarkannya kepada pihak
berkepentingan.
Selain itu, pengertian dokumentasi adalah suatu bentuk kegiatan
atau proses dalam menyediakan berbagai dokumen dengan memanfaatkan
bukti yang akurat berdasarkan pencatatan dari berbagai sumber.metode ini
dugunakan untuk mendapatkan gambaran umum SMP Negeri 1 Rakit
Banjarnegara baik secara fisik maupun non fisik, foto, serta dokumen data
tentang jumlah siswa, nama siswa dan lain-lain yang berkaitan dengan
penelitian ini. Hal-hal yang akan diamati oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah siswa SMP Negeri 1 Pamona Timur Kabupaten Poso untuk
mengetahui secara objektif dan konkrit mengenai penggunaan media sosial
pengaruhnya terhadap minat belajar. Peneliti dalam penelitian ini
melakukan observasi secara langsung, dimana peneliti melakukan
pengamatan beberapa kali kunjungan ke sekolah dengan melihat secara
langsung kegiatan-kegiatan peserta didik di sekolah.

d. Studi kepustakaan
Studi kepustakan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti
untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah
yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-
buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan
disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan,
ensiklopedia dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik
lain. Adapun studi kepustakaan yang penulis lakukan dalam penelitian ini
adalah menggunakan dokumen tertulis yaitu: buku, skripsi, artikel, dan
jurnal dan menggunakan media elektronik yaitu internet.

5. Instrumen Penelitian
Secara umum, instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan
untuk mendapatkan data penelitian. Tanpa instrumen, kamu tidak akan bisa
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Jika datanya tidak ada,
penelitian pun tidak akan bisa dilakukan.
Menurut Sanjaya Instrumen dalam penelitian adalah alat yang
digunakan dalam kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian.
Menurutnya, kegiatan penelitian merupakan kegiatan pengukuran, sehingga
harus menggunakan alat ukur yang valid dan baik.
Instrumen penilitian memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses
penelitian, yaitu digunakan sebagai alat dalam mengumpulkan data yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan adanya intrumen penelitian, maka
akan mengetahui sumber daya data yang akan diteliti dan jenis datanya, teknik
pengumpulan datanya, instrumen pengumpulan datanya, langkah penyusunan
instrumen penelitian tersebut serta mengetahui validitas, rebilitas, tingkat
kesukaran daya pembeda, dan pengecoh/distractor suatu data dalam penelitian.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis antara lain:
1. Observasi
Metode ini dipakai seorang peneliti untuk mengamati perilaku atau
situasi individu. Sejauh ini, ada dua jenis observasi yakni observasi
partisipan dan observasi non-partisipan. Dalam observasi partisipan,
peneliti adalah anggota kelompok yang akan diamati.
Hasil yang akurat dan tepat waktu akan diperoleh oleh peneliti,
tetapi kadang memiliki masalah bias. Sedangkan dalam pengamatan non-
partisipan, peneliti bukan anggota kelompok yang akan diamati. Sehingga
hasilnya lebih layak karena bebas dari bias tetapi memiliki masalah
ketidaktepatan dan hasil yang tertunda.
Kelebihan metode observasi yakni lebih fleksibel dan lebih murah
untuk dijalankan. Metode ini menuntut kerjasama yang kurang aktif dari
yang diamati dan hasilnya dapat diandalkan untuk kegiatan penelitian.
Namun Akinade & Owolabi menegaskan metode observasi adalah alat
yang populer dalam penelitian terutama dalam ilmu perilaku dan sosial.
Metode ini memerlukan keterampilan khusus untuk membuat dan
menilai pengamatan perilaku dalam penelitian. Ketika melakukan
pengamatan perilaku, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah
mengembangkan kategori perilaku (skema pengkodean). Cara ini
melibatkan pengidentifikasian atribut spesifik yang akan memberikan
petunjuk untuk masalah yang dihadapi.

2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu instrumen penelitian yang kerap
dipakai untuk penelitian kualitatif. Dalam wawancara, peneliti
mengumpulkan informasi dari responden melalui interaksi verbal.
Sebelumnya peneliti menyiapkan daftar pertanyaan terstruktur yang
berkaitan dengan penelitian. Peneliti kemudian bertemu dengan
narasumber dan mengajukan pertanyaan.
Peralatan dan perlengkapan yang dapat digunakan selama periode
wawancara adalah tape recorder, kertas, pulpen, laptop, dan lain-lain.
Wawancara dapat dilakukan secara pribadi atau melalui telepon atau
sistem surat elektronik (email).
Keuntungan utama dari metode wawancara adalah menghasilkan
tingkat respon yang tinggi. Selain itu, wawancara lebih mewakili seluruh
populasi penelitian. Selain itu, kontak pribadi antara peneliti dan
responden memungkinkan peneliti untuk menjelaskan pertanyaan
membingungkan dan ambigu secara detail.
Sama seperti kuesioner, wawancara pun tak luput dari kelemahan.
Instrumen ini memiliki kelemahan, yaitu jumlah narasumber yang
dijangkau tidak banyak karena keterbatasan waktu dan tenaga peneliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merujuk kepada barang-barang tertulis. Instrumen ini
memungkinkan peneliti memperoleh data melalui penelitian terhadap
benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, catatan harian, artefak, video
dan lain sebagainya. Instrumen ini dikembangkan dalam penelitian dengan
pendekatan analisis isi. Oleh karenanya, biasanya digunakan dalam
penelitian seperti bukti-bukti sejarah, landasan hukum suatu peraturan, dan
lain sebagainya.

4. Keabsahan Data
Sugiyono (2015: 92) menyatakan bahwa teknik pemeriksaan
keabsahan data adalah derajat kepercayaan atas data penelitian yang
diperoleh dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sugiyono
(2015) menjelaskan bahwa untuk pemeriksaan keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas (credibility), uji
transferabilitas (transferability), uji dependabilitas (dependability) dan
terakhir uji obyektivitas (confirmability).13

3. Uji Kredibilitas
Uji Kredibilitas (credibility) merupakan uji kepercayaan terhadap data
hasil penelitian kualitatif (Prastowo, 2012: 266). Moleong (2016: 324)
menyatakan bahwa uji kredibilitas ini memiliki dua fungsi, yaitu fungsi pertama
untuk melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa tingkat kepercayaan penemuan
kita dapat dicapai, dan fungsi yang kedua untuk mempertunjukkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan kita dengan jalan pembuktian terhadap
kenyataan ganda yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini untuk uji kredibilitas
(credibility) peneliti menggunakan triangulasi. Moleong (2016: 330) menjelaskan
bahwa triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan data, atau
sering disebut bahwa triangulasi sebagai pembanding data. 14 Dijelaskan juga oleh
Sugiyono (2015: 372) triangulasi merupakan teknik pemeriksanaan keabsahan
data yang menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang ada, triangulasi ini memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data

13
Sugiyono (2015: 92)

14
Moleong (2016: 324), Moleong (2016: 330)
penelitian, dengan tujuan untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data penelitian yang diperoleh.15

BAGAN
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber. Sugiyono (2015:373) mengungkapkan bahwa triangulasi sumber adalah
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Penerapan metode ini dapat dicapai dengan cara membandingkan data hasil
observasi dengan data hasil wawancara, dan dokumentasi. Maksudnya
membandingkan apa yang dilakukan (responden), dengan keterangan wawancara
yang diberikannya dalam wawancara tetap konsisten dan di tunjang dengan data
dokumentasi berupa foto serta data lainnya seperti jurnal ilmiah, penelitian
terdahulu dan teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian ini.

4. Uji Transferabilitas (Transferability)


Sugiyono (2015: 376) menjelaskan bahwa uji transferabilitas
(transferability) adalah teknik untuk menguji validitas eksternal didalam
penelitian kualitatif. Uji ini dapat menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel itu diambil. 16
Kemudian Moleong (2016: 324) menjelaskan bahwa tranferabilitas
merupakan persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan konteks
pengirim dan penerima.17 Untuk menerapkan uji transferabilitas didalam
penelitian ini nantinya peneliti akan memberikan uraian yang rinci, jelas, dan
juga secara sistematis terhadap hasil penelitian. Diuraikannya hasil penelitian
secara rinci, jelas dan sistematis bertujuan supaya penelitian ini dapat mudah

15
Sugiyono (2015: 372)

16
Sugiyono (2015:373), Sugiyono (2015: 376)

17
Moleong (2016: 324)
dipahami oleh orang lain dan hasil penelitiannya dapat diterapkan ke dalam
populasi dimana sampel pada penelitian ini diambil

5. Uji Dependabilitas (Dependability)


Prastowo (2012: 274) uji Dependabilitas (Dependability) ini sering
disebut sebagai reliabilitas didalam penelitian kuantitatif, uji dependabilitas
didalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses didalam penelitian.18 Dijelaskan juga oleh Sugiyono (2015:
377) bahwa uji dependabilitas dilakukan dengan cara mengaudit segala
keseluruhan proses penelitian. Pada penelitian ini nantinya peneliti akan
melakukan audit dengan cara peneliti akan berkonsultasi kembali kepada
pembimbing, kemudian pembimbing akan mengaudit keseluruhan proses
penelitian. Disini nanti peneliti akan berkonsultasi terhadap pembimbing untuk
mengurangi kekeliruan-kekeliruan dalam penyajian hasil penelitian dan proses
selama dilakukannya penelitian.

6. Uji Konfirmabilitas/Objektivitas (Confirmability)


Sugiyono (2015: 377) menjelaskan bahwa uji konfirmabilitas merupakan
uji objektivitas di dalam penelitian kuantitatif, penelitian bisa dikatakan
objektif apabila penelitian ini telah disepakati oleh orang banyak.19 Prastowo
(2012: 275) mengatakan bahwa menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil
penelitian yang dihubungkan dengan proses penelitian dilakukan. Di dalam uji
ini nantinya peneliti akan menguji kembali data yang didapat tentang
manajemen sarana dan prasarana Penjasorkes di SD Negeri Kota Bengkulu.
Prastowo (2012: 276) menjelaskan bahwa ada empat teknik untuk
melaksanakan uji konfirmabilitas, seperti meningkatkan ketekunan,
triangulasi sumber, diskusi teman sejawat, menggunakan bahan referensi.20
7. Teknik Analisis Data
18
Prastowo (2012: 274)

19
Sugiyono (2015: 377),

20
Prastowo (2012: 275), Prastowo (2012: 276)
Secara istilah analisis data merupakan sebuah kegiatan analisa penelitian
yang dilakukan dengan cara memeriksa segala bentuk data dari komponen
penelitian, seperti catatan, dokumen, hasil tes, rekaman, oral history dan lain
sebagainya. Pengertian lainnya adalah sebuah metode untuk memproses atau
mengolah data menjadi informasi valid yang mudah dipahami ketika diasajikan
kepada khalayak umum untuk kemudian dimanfaatkan untuk menemukan
solusi dari permasalahan. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Teknik Analisis Data Kualitatif.
Teknik analisis kualitatif data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh menggunakan berbagai teknik pengumpulan
data seperti, wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi seperti
rekaman video/audio dengan cara mengorganisasikan data dan memilih mana
yang penting dan dipelajari, serta membuat kesimpulan, sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus
menerus sampai tuntas. Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis
data model Miles Huberman yang meliputi reduksi data, display data,
penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2015). Langkah-langkah
analisis data tersebut dapat digambarkan dengan skema berikut:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan terdiri dari dua aspek yakni
deskripsi dan refleksi. Sugiyono (2015: 337) mengatakan bahwa
pengumpulan data adalah data alami yang berisi apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, disaksikan, dan dialami sendiri oleh peneliti tentang
fenomena yang dijumpai, sedangkan catatan refleksi adalah catatan yang
memuat kesan, komentar, tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai
dan merupakan rencana pengumpulan data untuk tahap selanjutnya, dan
gun mendapatkan catatan ini, maka peneliti melakukan observasi,
wawancara, dan dokumentasi terhadap beberapa responden penelitian.
Tahap pertama peneliti melakukan pengumpulan data setelah data
terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan serta
kejelasan data yang diperoleh, sehingga data yang didapat merupakan data
valid.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif.
Reduksi data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang
yang tidak perlu data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat
menghasilkan informasi yang bermakna dan memudahkan dalam
penarikan kesimpulan. Banyaknya jumlah data dan kompleksnya data,
diperlukan analisis data melalui tahap reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan
untuk pemilihan relevan atau tidaknya data dengan tujuan akhir.
3. Display Data
Display data atau penyajian data juga merupakan tahap dari teknik
analisis data kualitatif. Penyajian data merupakan kegiatan saat
sekumpulan data disusun secara sistematis dan mudah dipahami, sehingga
memberikan kemungkinan menghasilkan kesimpulan. Bentuk penyajian
data kualitatif bisa berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan),
matriks, grafik, jaringan ataupun bagan. Melalui penyajian data tersebut,
maka nantinya data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
4. Kesimpulan Dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir
dalam teknik analisis data kualitatif yang dilakukan melihat hasil reduksi
data tetap mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini
bertujuan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari
hubungan, persamaan, atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai
jawaban dari permasalahan yang ada.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
memungkinan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti
yang valid, maka kesimpulan yang dihasilkan merupakan kesimpulan yang
kredibel. Verifikasi dimaksudkan agar penilaian tentang kesesuaian data
dengan maksud yang terkandung dalam konsep dasar analisis tersebut
lebih tepat dan obyektif. Salah satu cara dapat dilakukan adalah dengan
Peer debriefing.
5. Pengumpulan Data (Data Collection)
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan terdiri dari dua aspek yakni
deskripsi dan refleksi. Sugiyono (2015: 337) mengatakan bahwa
pengumpulan data adalah data alami yang berisi apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, disaksikan, dan dialami sendiri oleh peneliti tentang
fenomena yang dijumpai, sedangkan catatan refleksi adalah catatan yang
memuat kesan, komentar, tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai
dan merupakan rencana pengumpulan data untuk tahap selanjutnya, dan
gun mendapatkan catatan ini, maka peneliti melakukan observasi,
wawancara, dan dokumentasi terhadap beberapa responden penelitian.
Tahap pertama peneliti melakukan pengumpulan data setelah data
terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan serta
kejelasan data yang diperoleh, sehingga data yang didapat merupakan data
valid.
6. Reduksi Data
Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif.
Reduksi data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang
yang tidak perlu data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat
menghasilkan informasi yang bermakna dan memudahkan dalam
penarikan kesimpulan. Banyaknya jumlah data dan kompleksnya data,
diperlukan analisis data melalui tahap reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan
untuk pemilihan relevan atau tidaknya data dengan tujuan akhir.
7. Display Data
Display data atau penyajian data juga merupakan tahap dari teknik
analisis data kualitatif. Penyajian data merupakan kegiatan saat
sekumpulan data disusun secara sistematis dan mudah dipahami, sehingga
memberikan kemungkinan menghasilkan kesimpulan. Bentuk penyajian
data kualitatif bisa berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan),
matriks, grafik, jaringan ataupun bagan. Melalui penyajian data tersebut,
maka nantinya data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
8. Kesimpulan Dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir
dalam teknik analisis data kualitatif yang dilakukan melihat hasil reduksi
data tetap mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini
bertujuan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari
hubungan, persamaan, atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai
jawaban dari permasalahan yang ada.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
memungkinan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti
yang valid, maka kesimpulan yang dihasilkan merupakan kesimpulan yang
kredibel. Verifikasi dimaksudkan agar penilaian tentang kesesuaian data
dengan maksud yang terkandung dalam konsep dasar analisis tersebut
lebih tepat dan obyektif. Salah satu cara dapat dilakukan adalah dengan
Peer debriefing.21

21
Sugiyono (2015: 337)

Anda mungkin juga menyukai