Anda di halaman 1dari 1

Kepo yang Menjerumuskan

Suara hentakan kaki lamat-lamat terdengar sangat jelas mendekat ke arah gubuk reot
di pinggiran terasering. Ternyata dua gadis kecil berjalan tergopoh-gopoh dengan kantung
kresek di tangan mereka. Tiba-tiba langkah mereka terhenti. Bengong. Kaget. Sebuah buku
usang tiba-tiba menyembul di balik rerumputan pas di depan mereka berdiri. Mereka saling
berpandangan. Seperti saling memahami. Mereka langsung membuka buku tua itu dan ajaib
tubuh mereka tersedot melewati lorong waktu.
Secepat kilat mereka berada dalam timeline 90an. Banyak orang berpakaian sangat
sederhana sedang berjalan cepat menuju kerumunan. Dua gadis saling berpandangan
bingung. Suara gamelan yang mendayu-dayu mengoyak rasa penasaran mereka untuk
membelah lautan manusia di depannya. Mata dua gadis kecil terbelalak. Mulutnya berdecak
kagum. Seorang penari berparas ayu lihai menari sesekali mengibaskan selendangnya diiringi
alunan gamelan. Konon, penari itu menari dalam keadaan dirasuki roh leluhurnya selama
tujuh hari. Benar, hanya raganya yang menari, sedangkan jiwanya menjelajah entah ke
dimensi apa dan dimana.
“Wah, menakjubkan!” ujar salah satu gadis kecil.
“Tarian Seblang. Tarian ini dipercaya bisa menghilangkan pagebluk.” ujar laki-laki
paruh baya berbaju serba hitam dengan udeng bertahta di kepalanya.
Gadis-gadis kecil itu melongo dan semakin takjub dengan pernyataan laki-laki
tersebut. Dalam benak mereka, mana mungkin sebuah tarian bisa menyelamatkan manusia
dari pagebluk. Mata mereka memburu laki-laki paruh baya itu, namun sosoknya begitu cepat
menghilang dibalik punggung-punggung manusia yang lalu lalang. Sekerjap mata, tubuh
mereka terjerembab masuk ke pusaran cahaya. Kembali ke dunia nyata. Buku tua itu bukan
sembarang buku. Ia adalah portal menuju sejarah yang harus diungkap.

Anda mungkin juga menyukai