Anda di halaman 1dari 31

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Guruan : SMPN 29 BULUKUMBA


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : IX / 1
Materi Pokok : Teks Cerpen
Alokasi Waktu : 2X40 menit (1 pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, Percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya
KI 3 : Memahami Pengetahuan (Faktual, Konseptual, dan Prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang di pelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut
pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.5 Menganalisis unsur pembangun karya 3.5.1 Menemukan unsur pembangun
sastra dalam teks cerita pendek yang karya sastra yang terdapat dalam
dibaca atau didengar. teks cerita pendek yang dibaca.
3.5.2 Menganalisis unsur pembangun
karya sastra yang terdapat dalam
teks cerita pendek
yang dibaca.
C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama:
Melalui kegiatan pembelajaran model Problem Based Learning dengan metode
Mind Mapping , peserta didik diharapkan dapat menemukan dan menganalisis
unsur pembangun karya sastra yang terdapat dalam teks cerita pendek yang
dibaca dengan tepat.

D. Materi Pembelajaran atau Bahan Ajar


1. Contoh Teks Cerpen
2. Pengertian cerpen
3. Unsur-unsur pembangun cerpen

E. Model dan Metode Pembelajaran


1. Model : Pertemuan 1. Problem Based Learning
Pertemuan 2. Problem Based Learning
2. Metode : Mind Mapping, ceramah dan penugasan.

F. Media dan Alat Pembelajaran


Media : LKPD, Powerpoint materi pembelajaran, buku ajar, teks cerpen
Alat : HP, Laptop, ATK

G. Sumber Pembelajaran
1. Kementerian Guruan dan Kebudayaan. 2018. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas
VIII. Jakarta: Kementerian Guruan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Halaman 34-50.
2. Mafrukhi, dkk. 2020. Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII. Jakarta:
Erlangga. Halaman 65-102
3. Website : http://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/113298-1600857756.pdf
http://jsi.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Cerpen-Festival-Teater-
SMP.pdf
H. Kegiatan Pembelajaran

Nilai PPK,
Alokasi
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Literasi, 4C
Waktu
HOTS
Pendahulua 1. Guru membuka pembelajaran dengan memberi salam, Religius 8
n memimpin doa bersama, dan mengecek kehadiran menit
peserta didik. Disiplin
2. Guru dan peserta didik menyenyikan lagu Indonesia
Raya.
3. Guru melakukan ice breaking kepada peserta didik Rasa Ingin Tahu
untuk membangkitkan semangat di awal pelajaran.
4. Peserta didik merespon apersepsi yang disampaikan oleh
guru
5. Peserta didik menerima informasi tentang KD, tujuan
pembelajaran, KKM, dan materi yang akan dipelajari
serta kegiatan yang akan dilakukan.
Inti Orientasi peserta didik pada masalah 60
Peserta didik menerima motivasi atau ransangan dengan menit
memusatkan perhatian dan menelaah dengan cara:
1. Membaca Literasi
Peserta didik membaca teks cerpen yang ditampilkan
oleh guru melalui tampilan PPt. TPACK
2. Menyimak
Peserta didik menyimak tampilan PPt terkait materi yang
dibahas yaitu unsur-unsur pembangun karya sastra yang
terdapat dalam cerpen.
3. Menulis
Peserta didik membuat beberapa catatan yang mereka perlukan
Berpikir Kritis
untuk menganalisis unsur-unsur pembangun karya sastra
(Critical
yang terdapat dalam cerpen.
Thinking), HOTS
4. Guru melakukan tanya jawab terkait isi dari cerpen yang
telah ditampilkan oleh peserta didik untuk mengetahui Kerja sama
pemahaman awal peserta didik. (Collaboration)
Berpikir Kritis
Mengorganisasi Peserta Didik
5. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap
kelompok beranggotakan 5-6 orang. Kerja sama
6. Secara berkelompok peserta didik mendiskusikan unsur- (Collaboration),
unsur pembangun karya sastra yang terdapat dalam Berpikir Kritis,
cerpen. HOTS
Membimbing penyelidikan peserta didik
7. Peserta didik mengumpulkan informasi dengan cara Komunikatif
menganalisis unsur-unsur pembangun karya sastra yang (Communication)
terdapat dalam cerpen dari LKPD yang diterima.
8. Peserta didik berdiskusi untuk memecahkan masalah
seperti yang terdapat dalam LKPD.
9. Guru memantau keterlibatan dan keaktifan peserta didik
dalam diskusi pemecahkan masalah menggunakan
penilaian proses (observasi).
Mengembangkan hasil karya
10. Peserta didik menyusun hasil diskusi kelompoknya
berdasarkan hasil analisis dan temuannya secara tertulis
dalam bentuk pemetaan pikiran (Mind Mapping)
menggunakan media, alat dan bahan yang telah
disiapkan dalam LKPD untuk mengembangkan sikap Kreativitas
jujur, teliti, kerja sama, dan kemampuan berpikir kritis (creativity)
sistematis.
11. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
12. Setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya dan kemudian ditanggapi oleh
kelompok lain.
13. Guru membimbing presentasi dan mendorong peserta
didik memberikan penghargaan serta masukan kepada
peserta didik lain.
14. Di bawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan
berdasarkan hasil diskusi.
15. Peserta didik menyelesaikan uji kompetensi yang
terdapat pada lembar kerja yang telah disediakan secara
individu untuk mengecek penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran.
Penutup 1. Guru memberikan penghargaan kepada satu kelompok Komunikatif 12
yang berhasil menjadi kelompok yang mempunyai (Communication) menit
jawaban yang paling benar dan mampu bekerja sama
secara tim.
2. Guru meminta peserta didik melakukan refleksi kegiatan HOTS
hari ini. Komunikatif
3. Guru menjelaskan rencana pembelajaran berikutnya (Communication)
4. Guru bersama peserta didik berdoa dan menutup kegiatan
pembelajaran Religius

I. Penilaian
1. Teknik Penilaian
a. Sikap (spiritual dan sosial) : pengamatan orang tua
b. Pengetahuan : Tes tertulis
2. Bentuk instrumen
a. Sikap : jurnal
b. Pengetahuan : Uraian
c. Keterampilan : Laporan tertulis individu
3. Instrumen penilaian

a. Penilaian pengetahuan : LKPD (Terlampir)

Rublik penilaian pengetahuan


1. Menganalisis unsur Peserta didik dapat menganalisis enam unsur 6
pembangun yang pembangun yang terdapat dalam cerita pendek
terdapat dalam cerita yang dibaca.
pendek yang dibaca Peserta didik dapat menganalisis lima unsur 5
dengan pemetaan pembangun yang terdapat dalam cerita pendek
pikiran (mind
mapping). yang dibaca.
Peserta didik dapat menganalisis empat unsur 4
pembangun yang terdapat dalam cerita pendek
yang dibaca.

Peserta didik dapat menganalisis tiga unsur 3


pembangun yang terdapat dalam cerita pendek
yang dibaca.

Peserta didik dapat menganalisis dua unsur 2


pembangun yang terdapat dalam cerita pendek
yang dibaca.

Peserta didik dapat menganalisis satu unsur 1


pembangun yang terdapat dalam cerita pendek
yang dibaca.

Peserta didik tidak dapat menganalisis unsur 0


pembangun yang terdapat dalam cerita pendek
yang dibaca.

Skor Maksimal
Nilai = Skor yang diperoleh / skor maksimal X 100
a. Pembelajaran Remidial
a. Remidial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM.
b. Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas bagi peserta didik yang belum mencapai
KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal), misalnya Menganalisis unsur pembangun cerita pendek

b. Pengayaan
a. Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi pembelajaran
yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas mencapai KKM atau mencapai
Kompetensi Dasar.
b. Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan peserta didik.
c. Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang membutuhkan pengembangan
lebih luas misalnya Membandingkan unsur pembangun dari dua karya sastra.

Bulukumba, 22 September 2022


Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Bahasa Indonesia

St. Haena, S.Pd.,M.Pd. Tamrianto, S.Pd.


NIP 19640415 198703 2 017 NIP 19890126 202012 1 01
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

Satuan Guruan : SMPN 29 BULUKUMBA


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX / 1
Materi/Pokok Bahasan : Teks
Cerpen

A. Identitas
Nama : ..............................................................
Kelas : ..............................................................

B. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis unsur pembangun karya sastra dalam teks cerita pendek yang
dibaca atau didengar

C. Tujuan Pembelajaran
Menganalisis unsur pembangun cerita pendek

D. Petunjuk
Sebelum melakukan identifikasi unsur pembangun cerpen, bacalah langkah-langkah
kerjanya.

E. Langkah-langkah
1. Bacalah cerita pendek berjudul “Sang Jenius dari Indonesia Timur” berikut!

Kartu Pos dari Surga


Agus Noor

Mobil jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya langsung meloncat menghambur.
“Hati-hati!” teriak sopir. Tapi gadis kecil itu malah mempercepat larinya. Seperti capung ia
melintas halaman. Ia ingin segera membuka kotak pos itu. Pasti kartu pos dari Mama telah tiba.
Di kelas, tadi, ia sudah sibuk membayang-bayangkan: bergambar apakah kartu pos Mama kali
ini? Hingga Bu Guru menegurnya karena terus-terusan melamun.

Beningnya tertegun, mendapati kotak itu kosong. Ia melongok, barangkali kartu pos itu terselip
di dalamnya. Tapi memang tak ada. Apa Mama begitu sibuk hingga lupa mengirim kartu pos?
Mungkin Bi Sari sudah mengambilnya! Beningnya pun segera berlari berteriak, “Biiikkk…,
Bibiiikkk….” Ia nyaris kepleset dan menabrak pintu. Bik Sari yang sedang mengepel sampai
kaget melihat Beningnya terengah-engah begitu.

“Ada apa, Non?”

“Kartu posnya udah diambil Bibik, ya?”

Tongkat pel yang dipegangnya nyaris terlepas, dan Bik Sari merasa mulutnya langsung kaku. Ia
harus menjawab apa? Bik Sari bisa melihat mata kecil yang bening itu seketika meredup,
seakan sudah menebak, karna ia terus diam saja. Sungguh, ia selalu tak tahan melihat mata yang
kecewa itu.
Marwan hanya diam ketika Bik Sari cerita kejadian siang tadi. “Sekarang, setiap pulang,
Beningnya selalu nanya kartu pos…” suara pembantunya terdengar serba salah. “Saya ndak
tahu mesti jawab apa…” Memang, tak gampang menjelaskan semuanya pada anak itu. Ia masih
belum genap enam tahun. Marwan sendiri selalu berusaha menghindari jawaban langsung bila
anaknya bertanya, “Kok kartu pos Mama belum datang ya, Pa?”

“Mungkin Pak Posnya lagi sakit. Jadi belum sempet ngater kemari…”

Lalu ia mengelus lembut anaknya. Ia tak menyangka, betapa soal kartu pos ini akan
membuatnya mesti mengarang-ngarang jawaban.

Pekerjaan Ren membuatnya sering bepergian. Kadang bisa sebulan tak pulang. Dari kota- kota
yang disinggahi, ia selalu mengirimkan kartu pos buat Beningnya. Marwan kadang meledek
istrinya, “Hari gini masih pake kartu pos?” Karna Ren sebenarnya bisa telepon atau kirim SMS.
Meski baru play group, Beningnya sudah pegang hape. Sekolahnya memang mengharuskan
setiap murid punya hand phone agar bisa dicek sewaktu-waktu, terutama saat bubaran sekolah,
untuk berjaga-jaga kalau ada penculikan.

“Kau memang tak pernah merasakan bagaimana bahagianya dapat kartu pos…”

Marwan tak lagi menggoda bila Ren sudah menjawab seperti itu. Sepanjang hidupnya, Marwan
tak pernah menerima kartu pos. Bahkan, rasanya, ia pun jarang dapat surat pos yang
membuatnya bahagia. Saat SMP, banyak temannya yang punya sahabat pena, yang dikenal
lewat rubrik majalah. Mereka akan berteriak senang bila menerima surat balasan atau kartu
pos, dan memamerkannya dengan membacanya keras-keras. Karena iri, Marwan pernah diam-
diam menulis surat untuk dirinya sendiri, lantas mengeposkannya. Ia pun berusaha tampak
gembira ketika surat yang dikirimkannya sendiri itu ia terima.

Ren sejak kanak sering menerima kiriman kartu pos dari Ayahnya yang pelaut. “Setiap kali
menerima kartu pos darinya, aku selalu merasa Ayahku muncul dari negeri-negeri yang jauh.
Negeri yang gambarnya ada dalam kartu pos itu…” ujar Ren. Marwan ingat, bagaimana Ren
bercerita, dengan suara penuh kenangan, “Aku selalu mengeluarkan semua kartu pos itu, setiap
Ayah pulang.” Ren kecil duduk di pangkuan, sementara Ayahnya berkisah keindahan kota-kota
pada kartu pos yang mereka pandangi. “Itulah saat-saat menyenangkan dan membanggakan
punya Ayah pelaut.” Ren merawat kartu pos itu seperti merawat kenangan. “Mungkin aku
memang jadul. Aku hanya ingin Beningnya punya kebahagiaan yang aku rasakan…”

Tak ingin berbantahan, Marwan diam. Meski tetap saja ia merasa aneh, dan yang lucu: pernah
suatu kali Ren sudah pulang, tetapi kartu pos yang dikirimkannya dari kota yang disinggahi
baru sampai tiga hari kemudian!

Ketukan di pintu membuat Marwan bangkit dan ia mendapati Beningnya berdiri sayu
menenteng kotak kayu. Itu kotak kayu pemberian Ren. Kotak kayu yang dulu juga dipakai Ren
menyimpan kartu pos dari Ayahnya. Marwan melirik jam dinding kamarnya. Pukul 11.20

“Enggak bisa tidur, ya? Mo tidur di kamar Papa?” Marwan menggandeng anaknya masuk.

“Besok Papa bisa anter Beningnya enggak?” tiba-tiba anaknya bertanya. “Nganter ke mana?

Pizza Hut?”

Beningnya menggeleng. “Ke mana?” “Ke rumah Pak Pos…”


Marwan merasakan sesuatu mendesir di dadanya.

“Kalu emang Pak Posnya sakit biar besok Beningnya aja yang ke rumahnya, ngambil kartu pos
dari Mama.”

Marwan hanya diam, bahkan ketika anaknya mulai mengeluarkan setumpuk kartu pos dari
kotak itu. Ia mencoba menarik perhatian Beningnya dengan memutar DVD Pokoyo, kartun
kesukaannya. Tapi Beningnya terus sibuk memandangi gambar-gambar kartu pos itu. Sudut
kota tua. Siluet menara dengan burung-burung melintas langit jernih. Sepeda yang berjajar di
tepian kanal. Pagoda kuning keemasan. Deretan kafe payung warna sepia. Dermaga dengan
deretan yacht tertambat. Air mancur dan patung bocah bersayap. Gambar pada dinding goa.
Bukit karang yang menjulang. Semua itu menjadi tampak lebih indah dalam kartu pos.

Rasanya, ia kini mulai dapat memahami, kenapa seorang pengarang bisa begitu terobsesi pada
senja dan ingin memotongnya menjadi kartu pos buat pacarnya.

Andai ada Ren, pasti akan dikisahkannya gambar-gambar di kartu pos itu hingga Beningnya
tertidur. Ah, bagaimanakah ia mesti menjelaskan semuanya pada bocah itu?

“Bilang saja Mamanya pergi…” kata Ita, teman sekantor, saat Marwan makan siang bersama.
Marwan masih ngantuk karena baru tidur menjelang jam lima pagi, setelah Beningnya pulas,

“Bagaimana kalau ia malah terus bertanya, kapan pulangnya?” “Ya sudah, kamu jelaskan saja

pelan-pelan yang sebenarnya.”

Itulah. Ia selalu merasa bingung, dari mana mesti memulainya? Marwan menatap Ita, yang tampak
memberi isyarat agar ia melihat ke sebelah. Beberapa rekan sekantornya terlihat tengah memandang
mejanya dengan mata penuh gosip. Pasti mereka menduga ia dan Ita….

“Atau kamu bisa saja tulis kartu pos buat dia. Seolah-olah itu dari Ren….” Marwan tersenyum. Merasa
lucu karena ingat kisah masa lalunya. Mobil jemputan belum lagi berhenti ketika Marwan melihat
Beningnya meloncat turun. Marwan mendengar teriakan sopir yang menyuruh hati-hati, tetapi bocah itu
telah melesat menuju kotak pos di pagar rumah. Marwan tersenyum. Ia sengaja tak masuk kantor untuk
melihat Beningnya gembira ketika mendapati kartu pos itu. Kartu pos yang diam-diam ia kirim. Dari
jendela ia bisa melihat anaknya memandangi kartu pos itu, seperti tercekat, kemudian berlarian tergesa
masuk rumah

Marwan menyambut gembira ketika Beningnya menyodorkan kartu pos itu. “Wah, udah datang

ya kartu posnya?”

Marwan melihat mata Beningnya berkaca-kaca.

“Ini bukan kartu pos dari Mama!” Jari mungilnya menunjuk kartu pos itu. “Ini bukan tulisan
Mama…”
Marwan tak berani menatap mata anaknya, ketika Beningnya terisak dan berlari ke kamarnya.
Bahkan membohongi anaknya saja ia tak bisa! Barangkali memang harus berterus terang. Tapi
bagaimanakah menjelaskan kematian pada anak seusianya? Rasanya akan lebih mudah bila
jenazah Ren terbaring di rumah. Ia bisa membiarkan Beningnya melihat Mamanya terakhir kali.
Membiarkannya ikut ke pemakaman. Mungkin ia akan terus-terusan menangis karena merasakan
kehilangan. Tetapi rasanya jauh lebih mudah menenangkan Beningnya dari tangisnya ketimbang
harus menjelaskan bahwa pesawat Ren jatuh ke laut dan mayatnya tak pernah ditemukan.

Ketukan gugup di pintu membuat Marwan bergegas bangun. Dua belas lewat, sekilas ia melihat
jam kamarnya.

“Ada apa?” Marwan mendapati Bik Sari yang pucat.

“Beningnya…”

Bergegas Marwan mengikuti Bik Sari. Dan ia tercekat di depan kamar anaknya. Ada cahaya
terang keluar dari celah pintu yang bukan cahaya lampu. Cahaya yang terang keperakan. Dan ia
mendengar Beningnya yang cekikikan riang, seperti tengah bercakap-cakap dengan seseorang.
Hawa dingin bagai merembes dari dinding. Bau wangi yang ganjil mengambang. Dan cahaya itu
makin menggenangi lantai. Rasanya ia hendak terserap amblas ke dalam kamar.

“Beningnya! Beningnya!” Marwan segera menggedor pintu kamar yang entah kenapa begitu sulit
ia buka. Ia melihat ada asap lembut, serupa kabut, keluar dari lubang kunci. Bau sangit
membuatnya tersedak. Lebih keras dari bau amoniak. Ia menduga terjadi kebakaran dan makin
panik membayangkan api mulai melahap kasur.

“Beningnya! Beningnya!” Bik Sari ikut berteriak memanggil. “Buka Beningnya! Cepat buka!”

Entahlah berapa lama ia menggedor, ketika akhirnya cahaya keperakan itu seketika lenyap dan
pintu terbuka. Beningnya berdiri sambil memegangi selimut. Segera Marwan menyambar
mendekapnya. Ia melongok ke dalam kamar, tak ada api, semua rapi. Hanya kartu pos-kartu pos
yang berserakan.

“Tadi Mama datang,” pelan Beningnya bicara. “Kata Mama tukang posnya emang sakit, jadi
Mama mesti nganter kartu posnya sendiri….”

Beningnya mengulurkan tangan. Marwan mendapati sepotong kain serupa kartu pos dipegangi
anaknya. Marwan menerima dan mengamati kain itu. Kain kafan yang tepiannya kecoklatan bagai
bekas terbakar.

Singapura-Yogyakarta,

2. Analislah unsur pembangun cerpen yang terdapat dalam teks cerpen diatas !
3. Salinlah hasil analisis kelompokmu kedalam karton yang telah disiapkan dalam bentuk peta
konsep (mind mapping) !
TEKS CERPEN

MATERI AJAR
BAHASA
INDONESIA

Oleh :
TAMRIANTO
SMPN 29 BULUKUMBA

RPP3-Teks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


-
12-
BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

Kompetensi Dasar dan Indikator


Pencapaian Kompetensi (IPK)
KD IPK
3.5 Menganalisis unsur pembangun 3.5.1 Menemukan unsur pembangun
karya sastra dalam teks cerita karya sastra yang terdapat dalam
pendek yang dibaca atau didengar teks cerita pendek yang dibaca.
3.5.2 Menganalisis unsur pembangun
karya sastra yang terdapat dalam teks
cerita pendek
yang dibaca.
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur 4.5.1 Menunjukkan bukti yang
pembangun karya sastra dengan mendukung unsur pembangun
bukti yang mendukung dari karya sastra dari cerita pendek
cerita pendek yang dibaca atau yang dibaca.
didengar 4.5.2 Menyimpulkan unsur-unsur
pembangun karya sastra dengan bukti
yang mendukung dari cerita
pendek yang dibaca.

Tujuan Pembelajaran

Pertemuan Pertama:
Melalui kegiatan pembelajaran model problem based learning, peserta didik diharapkan
dapat menganalisis unsur pembangun karya sastra yang terdapat dalam teks cerita pendek
yang dibaca dengan tepat.

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

MATERI

1. Pengertian Cerita Pendek


Cerita pendek (cerpen) adalah karangan dalam genre prosa tulis yang berbentuk
naratif dan bersifat fiktif. Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang memaparkan kisah
maupun cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya, yang dituangkan melalui kisahan
singkat. Cerpen bisa juga merupakan bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil
dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada
konflik atau pertikaian, tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib tokohnya.
2. Unsur pembangun cerita pendek

Unsur pembangun teks cerpen terbentuk atas enam komponen sebuah karya sastra.
Lima unsur itu adalah tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat. Keenam
unsur tersebut sering disebut sebagai unsur intrinsik cerita.
Daya pikat sebuah teks cerpen sangat ditentukan oleh keterampilan sang penulis
dalam menyatukan unsur-unsur cerita tersebut. Dengan demikian, teks cerpen mampu
merangsang minat pembaca untuk mengetahui jalan ceritanya selanjutnya. Berikut ini adalah
penjelasan unsur-unsur pembangun teks cerpen.
a. Tema cerita
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema
menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Oleh karena itu, tema bersifat menjiwai seluruh
bagian cerita itu. Sebagai contoh, sebuah cerpen dapat bertema keadilan, persahabatan,
perjuangan, cita-cita, atau kecerdikan.

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

b. Alur cerita
Alur cerita berisi jalannya cerita dari awal sampai akhir. Alur dibagi menjadi
tiga, yakni alur maju, alur mundur, dan alur campuran.
c. Penokohan
Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita.
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang bagaimana watak tokoh
tersebut. Penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita pun dijelaskan
sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
d. Latar
Latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi.
Latar dibagi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, latar suasana.
e. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara penulis memandang tokoh-tokoh cerita dengan
menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Sudut pandang ada empat macam, yaitu
sudut pandang orang pertama pelaku utama, sudut pandang orang pertama pelaku
sampingan, sudut pandang orang ketiga pengamat, dan sudut pandang orang ketiga
serba tahu.
f. Amanat
Amanat berisi pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

3. Contoh cerpen.
KEADILAN
Putu Wijaya
Ada suatu masa, ada saat banyak pedagang es pudeng dari Jawa berkeliaran di Bali.
Mereka memakai kostum yang menarik dengan topi-topi kerucut, gendongan es puter
mereka desainnya cantik. Gelas-gelas kaca atau plastik ala koktail bergantungan dengan
pudeng berwarna-warni. Kalau mereka lewat, anak-anak selalu memburunya. Kadang-
kadang tidak untuk membeli, tetapi untuk mengerumuninya. Pak Amat termasuk salah
satu di antara anak-anak itu. Tanpa merasa malu, ia ikut berebutan untuk membeli es
pudeng puter dan merasakan suasana cerianya. Bu Amat sampai malu melihat kelakuan
suaminya seperti itu.
Pada suatu hari yang terik, sementara anak-anak di alun-alun menaikkan layangannya,
tukang es pudeng itu lewat. Pak Sersan yang rumahnya di sudut alun-alun berteriak
memanggil, anaknya merengek-rengek minta es pudeng. Waktu tukang es pudeng itu
menuju ke sana, hampir semua anak- anak yang sedang main layangan menolehkan
kepalanya. Yang punya duit langsung lari sambil menggulung tali layangannya, tak
terkecuali Pak Amat. Waktu itu, ia sedang memperhatikan seorang juragan ayam yang
sedang memandikan ayam-ayamnya. Amat meraba kantongnya, lalu merasakan ada uang
di dalamnya. Ia langsung ikut berlari ke rumah Pak Sersan.
“Jangan ribut!” teriak Pak Sersan membentak anak-anak yang berdatangan itu, “Ada
orang sakit di dalam!”
“Sabar...sabar...,” kata tukang es pudeng, “Satu per satu semuanya
nanti dapat.” “Aku dulu, aku dulu,” kata anak-anak sambil
mengacungkan uangnya.
“Aku dulu,” teriak Pak Sersan marah, “Pudengnya
yang merah.” Tukang pudeng agak panik, ia
mengambil pudeng berwarna oren. “Merah”, teriak
Pak Sersan.
Tukang pudeng itu tambah gugup dan menyerahkan pudeng oren. Pak Sersan naik
pitam, ia menolak koktail berisi pudeng oren hingga jatuh. Anak-anak ketawa.
“Diam! Merah, kamu tahu nggak merah itu apa. Ini merah. Merah seperti matamu itu.”
Anak- anak tertawa lagi.
Tukang es meraih satu gelas koktail lagi, tetapi sekali lagi ia salah. Ternyata ia meraih
pudeng yang berwarna hijau. Pak Sersan berteriak sekali lagi, “Merah...” Lalu ia
mengambil koktail warna merah. Tukang es tampak ketakutan, ingin cepat-cepat
menuangkan es ke atas koktail itu. Pak Sersan langsung menyambarnya dan masuk ke
dalam rumah.
Anak-anak kemudian menyerbu tukang es pudeng sambil megacungkan uang minta
diladeni terlebih dahulu. Pak Amat pun tidak mau ketinggalan. Ia meraih salah satu
koktail dan mendorongkannya ke tukang es puter.
“Aku esnya dobel dong,” kata Pak Amat.
“Aku dulu, aku dulu,” teriak anak-anak menghalang-halangi Pak Amat. Tukang es
puter kewalahan, ia meraih belnya lalu membunyikannya keras-keras. Tapi, akibatnya
jelek sekali. Pintu rumah terkuak lebar. Pak Sersan muncul sambil mengacungkan
pistolnya.
“Diam kalian. Aku sudah bilang ada orang sakit
di dalam.” “Bukan saya, Pak, anak ini...,” kata
tukang es pudeng.
“Tapi kamu gara-garanya!” teriak Pak Sersan tidak
mau Cerpen//Kelas
RPP3-Tks dibantah. “Bukan
9-Semester saya,
1 Pak!”
BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

Tiba-tiba, Pak Sersan meletuskan pistolnya. Semua mendadak terdiam. Anak-anak


ketakutan, tukang es pudeng pucat pasi. Pak Amat mencoba menetralisasi keadaan
sebelum menjadi runyam. Lalu ia memberanikan diri berbicara.
“Pa Sersan, maaf itu salah saya. Anak-anak itu protes karena saya minta didahulukan.
Saya minta maaf, saya yang salah...”
Pak Sersan menggeleng dan menodongkan senjatanya ke tukang es itu.
“Tidak! Dia ini yang salah. Kalau dia tidak bawa es pudengnya keluar masuk
kampung kita, anak-anak tidak akan punya kebiasaan beli es sampai sakit-sakit seperti
anakku, yang walaupun sudah sakit masih teriak-teriak minta es kalau terdengar
kelenengannya lewat. Dan, dia tahu sekali itu. Minggat! Sebelum aku tembak kamu. Aku
sudah banyak menyingkirkan Portugis di Timtim, nambah satu lagi tidak apa! Minggat!”

Pak Sersan lalu menutup pintu dan menguncinya tanpa membayar es yang dibelinya.
Tukang es itu pucat pasi, mukanya tak berdarah. Pak Amat menunggu beberapa lama,
kemudian berbisik, “Baiknya Bapak pergi sebelum Pak Sersan keluar lagi.”
Tukang es itu terkejut seperti mendadak siuman. Ia memandangi Pak Amat lalu
berkata, “Bapak yang beli es kemarin yang deket lapangan?”
“Ya.”
“Mana gelasnya? Bapak belum kembalikan. Itu harganya 50 ribu satu gelas, itu
gelas kristal.” Pak Amat terkejut, bengong. Tukang es mendekat dan
menadahkan tangannya.
“Ayo bayar.”
Pak Amat merasa itu tidak lucu lagi. Ia merasa telah menyelamatkan nyawa orang itu,
tapi orang itu malah menuntut. Pak Amat lalu melangkah, tapi orang itu tiba-tiba
menyerang. Pak Amat masih sempat mengelak meskipun tangannya terluka.
“Bayar!”
Pak Amat merasa sanggup menghajar orang itu meskipun usianya lebih tua. Semangat
mati dalam pertempuran melawan penjajah tiba-tiba bangkit lagi. Tapi, rasanya itu tidak
sepadan dan tidak gaya untuk berhadapan dengan tuntutan keadilan hanya gara-gara
tukang es yang kacau itu. Tanpa merasa takut sedikit pun, Pak Amat menaruh uang
sepuluh ribu di atas salah satu gelas tukang es itu. Lalu, dengan perasaan hancur lebur, ia
berbalik dan pergi. Siap menghajar kalau tukang es itu mencoba menyerangnya, tetapi
tidak.
Sambil menahan air mata, Pak Amat berjalan pulang. Belum sampai satu abad
merdeka, citra anak bangsa terhadap keadilan sudah sangat berbeda-beda.
“Apa yang sedang terjadi dengan bangsaku ini?” bisik Pak Amat

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

UJI KOMPETENSI

NAMA : ………………………
KELAS : ………………………
I. PILIHAN GANDA
Pilihlah jawaban a, b, c, atau d yang benar!
1. Bacalah kutipan cerpen berikut!
Sebuah mobil colt berplat nomor merah berhenti persis di depan kedai kasur Alin.
Murni berdebar- debar, kalau-kalau orang yang turun dari mobil itu utusan hotel yang
memesan tiga puluh kasur single itu. Ia berusaha tersenyum dan menyembunyikan
giginya yang terlalu menonjol ke depan. Orang berpakaian pegawai itu juga tersenyum
membalas.
"Maaf, Bu. Saya pegawai ketertiban Balaikota. Apakah racun api Ibu masih
baik? Boleh saya periksa?"
Kata tercetak miring tersebut mengandung makna . . . .
A. bangunan tempat memproduksi barang C. bangunan tempat menitipkan
barang
B. bangunan tempat berjualan D. bangunan tempat menumpuk
barang

2. (1)"Apakah peranku bagimu, silumankah aku?" tak ada jawabmu, hanya angin berdesir di
sekeliling kita. (2)Bulan pucat tak bisa menyembunyikan senyumanmu demi melihat
kerutan di dahiku. (3)Biarlah menjadi rahasia alam akan apa yang kita rasakan ini.
(4)Jangan lagi memaknainya, menanyakannya atau mengharapkannya esok hari.
Bukti bahwa kutipan cerpen tersebut berlatar malam hari terdapat pada nomor . . . .
A. (1) B. (2) C. (3)
D. (4)

3. Kuingin kau berbohong padaku. Seperti yang kau utarakan kemarin, dan yang kemarin dulu
itu. Ketika mentari meredup berpendar di pucuk daun sebelah barat rumah dan ketika
kerumunan itu tak lagi bersamamu, kau mulai dengan kisah kebohonganmu yang pertama
kepadaku.
Bukti bahwa kutipan cerpen tersebut berlatar waktu sore adalah . . . .
A. Mentari meredup C.pucuk daun di sebelah barat
B. Ketika kerumunan tidak bersama D. Kebohongan yang disampaikan
tokoh kamu

Bacalah kutipan cerpen berikut dengan saksama kemudian kerjakan soal


nomor 4 s.d. 5! Seperti teman-temannya yang lain, sebenarnya Andi ingin sekali memberi
hadiah untuk Tommy, tetapi ia tidak enak hati meminta uang pada ibunya. Apalagi, ibu
hanya diam ketika ia menyodorkan undangan pesta ulang tahun Tommy kemarin. Saat itu,
ibu sedang duduk-duduk di beranda sambil memandangi matahari yang mulai tenggelam.
Diamnya ibu, pertanda ibu belum punya uang untuk membeli hadiah. Andi sadar, sejak
ayahnya meninggal tiga tahun yang lalu, ia dan ibunya memang harus hidup hemat.
”Ah masa iya aku tak bisa memberi hadiah untuk Tommy temanku?” gumam Andi seraya
bangkit dari tempat tidur pembaringan. Ia beranjak menuju meja belajarnya. Dimatikannya
lampu tidurnya dan digantinya dengan lampu belajar. Ia mengambil secarik kertas, pensil,
dan spidol warna-warni.
Tangannya mulai mencorat-coret. Kini, ada senyum menghiasi bibirnya, “Besok pagi,
aku sudah punya hadiah untuk Tommy.”
4. Bukti bahwa peristiwa tersebut terjadi pada malam hari adalah . . . .
A. kalimat pertama pada paragraf pertama C. Kalimat keempat pada paragraf

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

kedua
B. Kalimat kedua pada paragraph pertama D. Kalimat ketiga pada paragraf kedua

5. Amanat yang terdapat pada cerpen tersebut adalah . . . .


A. Jangan menyusahkan orang tua hanya karena ingin memberi hadiah teman!
B. Usahakan selalu memberi hadiah kepada teman orang tua!
C. Temanilah ibumu saat duduk-duduk di beranda!
D. Matikan lampu jika sudah tidak diperlukan!

6. (1) Boleh jadi, itu sikap angkuhnya seorang yang sukses dan kaya menghadapi pemuda kere
macam aku. (2) Sebagai pimpinan sebuah bank papan atas di negeri ini, mungkin dia tak rela
hati anak gadisnya kupacari. (3) Jadi, amat wajar dia kelihatan tidak suka terhadapku. (4)
Apalagi tampangku tidak keren kayak aktor Nicholas Saputra, sementara wajah Mawar
memang cakep. (5) Kamu sendiri bilang, Mawar mirip Dian Sastro dengan bodi semampai
macam Luna Maya (padahal menurutku, Mawar lebih mirip penyanyi kesukaanmu, Mulan
Jamila).
Bukti bahwa watak tokoh ‘dia’ pada kutipan cepen tersebut sombong terletak pada kalimat
bernomor .
...
A. (1) dan (2) B. (2) dan (3) C. (3) dan (4) D.
(4) dan (5)
7. Ku tak mungkin jatuh cinta kan? Tidak sekarang, tidak denganmu. Pesonamu menjeratku tapi
aku tak kan membiarkan diriku jatuh cinta kepadamu. Tak kan pernah kupercaya segala
tuturmu kepadaku, dan ku akan selalu menganggap bohong apa pun yang kau ucapkan
kepadaku sejak itu, termasuk yang itu yang dua kali kau sampaikan padaku. Sampai
kapan pun kau merayuku, aku tak akan
pernah lagi percaya padamu. Kebohongan-kebohonganmu telah
merusak cintaku. Bukti bahwa watak tokoh “kamu” pembohong dapat
diketahui melalui . . . .
A. Tingkah laku tokoh kamu C. Dialog tokoh kamu
B. Tingkah laku tokoh aku D. Dialog tokoh aku

8. Bacalah kutipan cerpen berikut dengan saksama!


Dengan memberanikan diri, aku pun bertanya, "Apa Ibu kenal dengan seorang anak
bernama Eric yang dulu tinggal di sana itu?" Ia menjawab, "Silakan masuk, Nyonya! Kalau
Anda ibunya Eric, sungguh Anda tak punya hati!”. Ia membuka pintu tempat tinggalnya. (1)
"Tolong katakan, di mana ia sekarang? Saya janji menyayanginya dan tidak akan
meninggalkannya lagi!” (2)
Aku berlari memeluk tubuhnya yang bergetar keras. "Nyonya, semua sudah
terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Jasadnya
ditemukan di kolong jembatan,” jawabnya dengan suara terbata-bata. (3)
”Eric............maafkan Ibu, Nak!” Aku sungguh menyesal, mengapa anakku Eric, dulu
kutinggalkan. (4)
Bukti latar tempat pada kutipan cerita tersebut ditandai nomor . . . .
A. (1) B. (2) C. (3) D.
(4)

9. Parjimin adalah tukang batu, tetangga Kurdi. Lumayan bagi mereka, mendapat proyek baru.
Rupanya, proyek rumah gedong itulah yang selalu diperbincangkan Kurdi disetiap
kesempatan. Di tempat perhelatan nikah, supitan, di tempat kerja bakti, sarasehan kampung,
sampai ronda malam. Dia senantiasa tidak lupa menceritakan rencananya membangun rumah
gedungnya itu.

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

Berdasarkan kutipan cerpen tersebut, Kurdi bersifat . . . .


A. pemberani B. baik C. sombong
D. Egois
.10. Bacalah kedua kutipan cerpen berikut!
Kutipan Cerpen I
"Sudah saya pikir masak-masak!" Saya terkejut. "Pikirkan sekali lagi! Bapak kasi waktu satu
bulan!" Taksu menggeleng. "Dikasih waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi
guru!" "Tidak! Kamu pikir saja dulu satu bulan lagi!" Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan
kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak
muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa krupuk kulit ikan kegemaran Taksu. Saya
sendiri membawa sebuah laptop baru yang paling canggih, sebagai kejutan.
Kutipan Cerpen II "
Jadi, apa yang membawamu kemari?" "Kenangan." "Palsu! Kalau ini hanya soal kenangan,
tidak perlu menunggu 10 tahun setelah keluargamu kembali dan menetap 30 kilometer saja dari
sini?" Saya tersenyum. Hanya sebentar kecanggungan di antara kami sebelum katakata obrolan
meluncur seperti peluru-peluru yang berebutan keluar dari magasin. Bertemu dengannya, mau
tidak mau mengingatkan kembali pada pengalaman kami dahulu. Pengalaman yang menjadikan
dia, walau tidak setiap waktu, selalu lekat di ingatan saya. Tentu dia mengingatnya pula,
bahkan saya yakin rasa yang diidapnya lebih besar efeknya. Karena sebagai seorang sahabat,
dia jelas jauh lebih tulus dan setia daripada saya. Malam itu saya berada di sini,
memperhatikannya belajar. Teplok yang menjadi penerang ruangan diletakkan di atas meja,
hampir mendekat sama sekali dengan wajahnya jika dia menunduk untuk menulis. Di atas
amben, ayahnya santai merokok. Sesekali menyalakan pemantik jika bara rokok lintingannya
soak bertemu potongan besar cengkeh atau kemenyan yang tidak lembut diirisnya. Ibunya,
seorang perempuan yang banyak tertawa, berada di sudut sembari bekerja memilin sabut-sabut
kelapa menjadi tambang. Kami tertawa. Tertawa dan tertawa seakan-akan seluruh rentetan
kejadian yang akhirnya menjadi pengingat abadi persahabatan kami itu bukanlah sebuah
kejadian meloloskan diri dari maut karena waktu telah menghapus semua kengeriannya.

Komentar atas perbedaan pola pengembangan kedua kutipan cerpen tersebut adalah . . . .
A. Kutipan I menggunakan alur sorot balik. Kutipan II menggunakan alur maju.
B. Kutipan I menggunakan alur maju. Kutipan II menggunakan alur campuran.
C. Kutipan I menggunakan alur sorot balik. Kutipan II menggunakan alur campuran.
D. Kutipan I menggunakan alur maju. Kutipan II menggunakan alur sorot balik.

RPP3-Tks Cerpen//Kelas 9-Semester 1


BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

KISI-KISI TUGAS EVALUASI

Bahan Kls/ Level No. Bentuk


No. Kompetensi Dasar Konten/Materi Indikator Soal
Semester Kognitif Soal Soal
3.5 . Mengidentifikasi unsur pembangun karya sastra Disajikan kutipan teks cerpen, peserta didik
1. dalam teks cerita pendek yang dibaca atau didengar IX/1 Teks Cerpen C4 dapat menganalisi makna kata tercetak 1 PG
miring
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra C4 Disajikan kutipan teks cerpen, peserta didik
2. dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca IX/1 Teks Cerpen dapat mennganalisis bukti cerepen berlatar 2 PG
atau didengar malam hari
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra C4 Disajikan kutipan teks cerpen, peserta didik
3. dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang IX/1 Teks Cerpen dapat menganalisis bukti cerpen berlatar 3 PG
dibaca atau didengar waktu sore
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra C4 Disajikan kutipan teks cerpen, peserta didik
4. dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang IX/1 Teks Cerpen dapat menganalisis bukti bahwa peristiwa 4 PG
dibaca atau didengar tersebut terjadi pada malam hari
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra C4 Disajikan kutipan teks cerpen, peserta didik
5. dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang IX/1 Teks Cerpen dapat menganalisis Amanat yang terdapat 5 PG
dibaca atau didengar pada cerpen
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra C4 Disajikan kutipan teks cerpen, peserta didik
6. dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang IX/1 Teks Cerpen dapat mennganalisis bukti watak tokoh ‘dia’ 6 PG
dibaca atau didengar pada kutipan cepen
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra C4 Disajikan kutipan teks cerpen, peserta didik
7. dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang IX/1 Teks Cerpen dapat mennganalisis bukti bahwa watak tokoh 7 PG
dibaca atau didengar “kamu” pembohong
BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013
Bahan Kls/ Level No. Bentuk
No. Kompetensi Dasar Konten/Materi Indikator Soal
Semester Kognitif Soal Soal
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra C4
Disajikan kutipan teks cerpen, peserta didik
8. dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca IX/1 Teks Cerpen 8 PG
dapat mennganalisis bukti latar tempat
atau didengar
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra C4 Disajikan kutipan teks cerpen, peserta didik
9. dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang IX/1 Teks Cerpen dapat mennganalisis sifat “Kurdi” 9 PG
dibaca atau didengar
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra C4 Disajikan dua kutipan teks cerpen, peserta
dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca didik dapat menganalisis komentar atas
10. IX/1 Teks Cerpen 10 PG
atau didengar perbedaan pola pengembangan kedua
kutipan cerpen
Bulukumba, September 2022
Guru Bahasa Indonesia

Tamrianto, S.Pd.

Nip 198901262020121010
BAHASA INDONESIA-KURIKULUM 2013

Anda mungkin juga menyukai