1. SIFAT TOTIPOTENSI
2. KULTUR JARINGAN
Teori yang mendasari teknik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schwann
dan Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi sel, yaitu bahwa setiap sel
tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis
yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika
kondisinya sesuai. Dan manfaat dari kultur jaringan sangat banyak diantaranya
melestarikan sifat tanaman induk, menghasilkan tanaman yang memiliki sifat
sama, menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang
singkat, dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus dapat dijadikan sarana
untuk melestarikan plasma nutfah, untuk menciptakan varietas baru melalui
rekayasa genetika, pelaksanaannya tidak tergantung pada musim. Tekniknya pun
beragam yaitu :
1. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat
dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut
harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse
agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari
sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.
2. Inisiasi Kultur
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan
kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru, ini
mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari
mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan
menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat, untuk perbanyakan pada
kultur tahap selanjutnya.
3. Sterilisasi
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman
yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari
lingkungan in-vitro ke lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan
memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk
diaklimatisasikan. Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di
pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan
tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut
dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Setelah tumbuh cukup
panjang, tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya
dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru
diakarkan. Pengakaran tunas in-vitro dapat dilakukan dengan memindahkan tunas
ke media pengakaran yang umumnya memerlukan auksin seperti NAA atau IBA.
Keberhasilan tahap ini tergantung pada tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada
tahap sebelumnya.
6. Aklimatisasi
Karena tumbuhan khas yang menjadi ikonik sebuah negara akan menjadi
tumbuhan yang dapat sering dijumpai. Kenapa bisa terjadi? Ketika suatu negara
memanfaatkan sifat totipotensi dari jaringan tumbuhan khas yang ada di negara
lain, maka tumbuhan khas negara tersebut menjadi tidak ikonik kembali. Hal itu
juga dapat mengurangi kerja sama antar negara untuk bidang ekspor dan impor
barang. Karena kultur jaringan dapat menghasilkan individu baru yang sama
dengan orang tuanya, sehingga bila dapat dikembangkan sebanyak-banyaknya
maka dapat menjadi penghasil juga. Dan karena ketidakpedulian masyarakat akan
bahayanya pencurian keanekaragaman hayati secara tidak langsung ini, maka
kasus ini masih sangat jarang didengar. Tetapi ternyata kasus ini banyak juga yang
terjadi di luar Indonesia, sehingga kasus ini bukanlah yang pertama, tapi untuk
yang ke sekian kalinya. Memang lebih baik menggunakan teori totipotensi karena
dengan begitu akan lebih mengurangi risiko bencana banjir , dan kebakaran hutan.