Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK

Dosen Pengampu :

Zuliani, S.kep. Ners. M.Kep

Disusun Oleh :

Kurotul Akyun (7121012)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

2022

Hal : 1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik KDM
di RSUD Jombang dan menyelesaikan Pembuatan Laporan Pendahuluan Kebutuhan
Aktivitas fisik. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan dari banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Zuliani, S.kep. Ners. M.Kep selaku
pembimbing akademik selama praktik di RSUD Jombang dan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu,kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi dunia pendidikan.

Hal : 2
BAB 1

PENDAHULUAN

Konsep dasar kebutuhan aktivitas fisik

1.1 Definisi

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang untuk beraktivitas
seperti berdiri,berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
sistem persarafan dan muskuloskeletal.

Mobilitas adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat,mobili mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif (penyakit jantung,stroke, kanker,
hipertensi,diabet diabetes tipe 2).

Mobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya
secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya.

Klasifikasi

Klasifikasi aktivitas terbagi menjadi 2 yaitu, mobilitas dan imobilitas.

A. Mobilitas

Mobilitas merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas mudah dan teratur. Sehingga
dapat beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilitas dibutuhkan untuk meningkatkan
kemandirian diri,menjngk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit dan aktualisasi diri.

Jenis-jenis mobilitas sebagai berikut:

1.) Mobilitas penuh

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat
melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
2. ) Mobilitas sebagian

Merupakan keadaan ketika gerakan seseorang memiliki keterbatasan yang jelas dan gerakan tersebut tidak
dapat dilakukan dengan bebas karena gangguan pada saraf motorik dan sensorik area tubuhnya.

a) Mobilitas sebagian temporer


Yaitu mobilitas sebagian yang sifatnya sementara. Hal ini dikarenakan oleh trauma reversibel pada
sistem muskuloskeletal, misalnya di lokasi sendi dan tulang.

Hal : 3
b) Mobilitas sebagian permanen
Mobilitas sebagian menetap. Hal ini disebabkan oleh kerusakan sistem saraf yang irreversible,
contohnya himeplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang dan pollomyelitid
karena gangguan pada sistem saraf motorik dan sensorik.
B. Imobilitas
Imobilitas merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak dengan bebas karena
kondisi yang menganggu pergerakan. Imobilitas dapat terjadi karena berbagai hal misalnya trauma
tulang belakang, cedera otot berat dan fraktur ekstermitas.
Jenis-jenis imobilitas
a. Imobilitas fisik
Yang disebabkan karena keterbatasan fisik hak ini disebabkan oleh faktor lingkungan atau
kondisi orang tersebut.
Contohnya: pasien himeplegia, mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai
fraktur pada ekstremitas dan faktor yang berhubungan dengan hambatan mobilitas.
b. Imobilitas intelektual
Yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan atau daya pikir misalnya pada kasus pasien
yang menderita kerusakan otak akibat suatu penyakit.
c. Imobilitas emosional
Karena adanya perubahan mendadak dalam menyesuaikan diri. Contohnya: keadaan stres berat
dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian
anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
d. Imobilitas sosial
Keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan
penyakit sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

1.2 faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan aktivitas

1. ) Gaya hidup dan kebiasaan

Orang yang biasanya berolahraga akan memiliki mobilitas yang lebih lentur dan lebih kuat daripada orang
yang tidak terbiasa berolahraga.

2. Keadaan sakit atau cedera (trauma langsung pada sistem muskuloskeletal atau neurovascular).
Dapat mempengaruhi pola mobilitas seseorang. Contohnya: orang yang keseleo akan lebih sulit
berjalan daripada orang yang sehat.
3. Tingkat energi
Energi merupakan sumber utama melakukan aktivitas mobilisasi untuk dapat melakukan
mobilisasi dibutuhkan energi dalam jumlahnya yang adekuat.
4. Usia dan status perkembangan
Aktivitas pada setiap tingkatan usia dan perkembangan berbeda-beda. Hal ini berhubungan dengan
kematangan dan penurunan fungsi alat gerak yang sejalan dengan perkembangan usia. Anak kecil
belum dapat melakukan gerakan yang sulit karena alat geraknya belum berkembang dengan
sempurna.
Hal : 4
Lansia umumnya sudah tidak dapat bergerak dengan cepat karena fungsi alat geraknya menurun.

5. Kekakuan otot
Kondisi dimana otot terasa kencang yang menyebabkan kamu lebih sulit untuk bergerak daripada
biasanya terutama setelah istirahat atau setelah tidur, juga mengalami nyeri otot, kram dan
ketidaknyamanan.

1.3 Gangguan masalah kebutuhan aktivitas

a) Kerusakan otot
Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan bisa terjadi kerusakan
pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa
hal seperti, trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot kerusakan tendon
atau ligament radang dan lainnya.
b) Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi tertentu
hingga menganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat menganggu bentuk
ukuran maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya fraktur, radang sendi, kekakuan sendi,dll.
c) Gangguan pada sistem persyaratan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari otak. Impuls tersebut merupakan
perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jika syaraf terganggu maka akan terjadi
gangguan penyampaian impuls, dan akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.
1.3.1 Anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal
1. Tulang (osteon)
Struktur tulang terdiri atas dua macam yaitu:
Tulang padat (Compact) dan tulang berongga (spongiosa) tulang padat biasanya terdapat pada
bagian luar semua tulang. Sedangkan tulang berongga biasanya terdapat pada bagian dalam
tulang, kecuali bagian yabg digantikan oleh sumsum tulang.
Bila tulang diklasifikasikan berdasarkan morfolog (bentuk) dibagi menjadi 5 jenis yaitu :
a. Tulang panjang(tulang pipa - long bone)
b. Tulang pendek (short bone)
c. Tulang tipis/pipih(flat bone)
d. Tulang tidak teratur (irreguler Bone)
e. Tulang sesamoid
Terdapat 11 tulang rangka penyusun tubuh manusia yang apabila dihitung mencapai 206
tulang :
1) Tulang tengkorak : 6 buah
2) Tulang wajah : 14 buah
3) Tulang telinga dalam : 6 buah
4) Tulang lidah : 1 buah
5) Tulang belakang (ruas tulang belakang) : 26 buah
6) Tulang iga : 24 buah
7) Tulang dada : 1 buah
Hal : 5
8) Tulang gelang bahu : 4 buah
9) Tulang anggota gerak/badan atas : 60 buah
10) Tulang gelang panggul : 2 buah
11) Tulang anggota gerak/badan bawah : 60 buah
2. Sendi
Sendi secara fungsional ada 3 yaitu :
Sendi yang tidak dapat bergerak (sinartrosis), sendi yang di gerakkan minimal (amflatrosis)
dan sendi yang bergerak bebas (diatrosis) secara struktural ada 2 :
- sendi fibrosa
- sendi kartilago
3. Ligamen, otot, Fasia dan tendon
- otot skelet
- otot jantung
- otot polos
4. Fungsi pokok otot
a. Motion
b. Mempertahankan postur
c. Menghasilkan kalori
5. Fungsi tendon : serabut kolagen yang melekatkan otot ke tulang
Fungsi ligamen : membatasi pergerakan sendi

1.3.2 Manifestasi klinis

1) Keterbatasan rentang gerak


2) Dispnea setelah beraktivitas
3) Gerakan bergetar
4) Pergerakan lambat
5) Pergerakan tidak terkoordinasi

1.3.3 Tanda dan gejala kekurangan mobilitas fisik

1) Mudah lelah
2) Bangun tidur badan terasa Sakit
3) Gampang stres
4) Gangguan pencernaan
5) Tidur tidak nyenyak

1.3.4 Penatalaksanaan keperawatan

1. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien


a) Posisi Fowler
Posisi setengah duduk/ duduk dimana bagian kepala lebih tinggi.
b) Posisi SIM
Posisi miring kanan dan kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan.
c) Posisi tendelenburg
Hal : 6
Kepala lebih rendah daripada kaki.
d) Posisi dorsal recumbent
Pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut direnggangkan.

e) Posisi litotomi
Posisi terlentang, kaki ditekuk sampai ke perut.
f) Posisi Genufektoral
Posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel.
2. Latihan ROM pasif dan aktif
Berikut beberapa gerakan latihan ROM yang dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan
kekuatan otot :
1) Fleksi dan ekstensi pergerakan tangan
2) Fleksi dan ekstensi siku
3) Pronasi dan supinasi lengan
4) Abduksi dan adduksi
5) Rotasi bahu
6) Fleksi dan ekstensi jari-jari
7) Fleksi dan ekstensi lutut
8) Fleksi dan ekstensi kaki
9) Pronasi dan flrsi bahu
10) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
11) Rotasi pangkal paha
12) Abduksi dan adduksi pangkal paha
3. Latihan ambulasi
a. Duduk diatas tempat tidur
b. Turun di tempat tidur, berdiri, kemudian duduk di kursi rata.
c. Membantu berjalan

Hal : 7
1.4 Pathways

Hal : 8
BAB 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MOBILISASI

3.1 Pengkajian

a) Biodata pasien : Biasanya kebutuhan aktivitas terjadi mulai usia balita, anak-anak dewasa dan
lansia. Dapat dipengaruhi oleh faktor status perkembangan akibatnya pada usia balita belum dapat
melakukan gerakan yang sulit karena alat geraknya atau postur tubuh balita belum berkembang
dengan sempurna. Gangguan ini biasanya disebabkan karena kurangnya stimulasi atau pola asuhan
yang salah. Pekerjaan dapat mempengaruhi pada usia dewasa atau lansia, pada usia anak-anak
pendidikan tidak mempengaruhi.
b) Keluhan utama : Mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas, nyeri saat bergerak, enggan
melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak kelelahan.
c) Riwayat penyakit sekarang : Gangguan keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstermitas secara mandiri.
d) Riwayat penyakit masalalu : Gangguan muskuloskeletal sulit menggerakkan ekstermitas.
e) Riwayat kesehatan keluarga : keluarga mempunyai riwayat penyakit hipertensi
f) Pola tidur/ istirahat : biasanya pasien lebih banyak tidur dan istirahat karena semua sistem
tubuhnya dan mengalami penurunan kerja dan penurunan kesadaran sehingga lebih banyak diam.
g) Pola eliminasi : retensi inkontinensia akibat kurangnya aktivitas dan pengontrolan urinasi
menurun.
h) Pola makan dan minum : Menggunakan sonde
i) Pola kebersihan : keluarga pasien mengatakan pasien sering diseka karena susah untuk
menggerakkan tubuhnya.
j) Pola kegiatan : enggan melakukan pergerakan, sendi merasa kaku fisik lemah.
k) Pola seksual : kaji status pernikahan pasien. Berapa jumlah anaknya.
l) Pola penanggulangan stres : kaji status penyebab stres pasien
m) Data psikososial : kelelahan, takut, kekhawatiran, kecemasan, nyeri, sendi kaku.
n) Data spiritual : melakukan sholat 5 waktu/ ibadah sesuai agama yang dianut.
o) Pemeriksaan fisik :
- keadaan umum
Hal : 9
- otot : otot terasa kaku untuk digerakkan
- tanda-tanda vital : tensi/tekanan darah,RR, Nadi, suhu
- pernafasan : menggunakan alat bantu atau tidak
- suhu tubuh : Normal/hipovolemi atau hipervolemi

Pemeriksaan kepala dan leher

1. Kepala
Rambut (warna, kualitas, distribusi, dan alipesia).
Kulit kepala (terdapat benjolan atau tidak, bersih atau tidak, luka atau tidak)
Bentuk kepala (simetris atau tidak, ada luka atau benjolan)
2. Leher
- kulit leher (warna, akral)
- ROM
- kelenjar lympe
- trachea
- kelenjar tiroid
- Vena jugularis
3. Mata : simetris atau tidak, konjugtiva (warna, ada benjolan atau tidak, ada edema atau tidak)
4. Hidung : simetris atau tidak, ada peradangan atau tidak, kebersihan ada lesi atau tidak, ada alat
bantu atau tidak
5. Telinga : Normal, simetris atau tidak antara kanan dan kiri, kebersihan ada lesi atau tidak
6. Mulut : ada lesi atau tidak, pucat atau tidak, ada stimulus atau tidak, bau atau tidak

2.2 Diagnosa keperawatan

Kategori : Aktivitas

1. D.0053 : Disorganisasi perilaku bayi


2. D.0054 : Gangguan mobilitas fisik
3. D.0055 : Gangguan pola tidur
4. D.0056 : Intoleransi aktivitas
5. D.0057 : Keletihan
6. D.0058 : Kesiapan peningkatan pola tidur
7. D.0059 : Resiko disorganisasi perilaku bayi
8. D.0060 : Resiko intoleransi aktivitas

Masalah keperawatan : D.0054 Gangguan mobilitas fisik

Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri

Penyebab : Gangguan muskuloskeletal dan neuromuskular, gejala dan tanda mayor dan minor

Subjektif :

1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas


2. Nyeri saat bergerak
3. Enggan melakukan pergerakan

Hal : 10
4. Merasa cemas saat bergerak

Objektif :

1. Kekuatan otot menurun


2. Rentang gerak (ROM) menurun
3. Sendi kaku
4. Gerakan tidak terkoordinasi
5. Gerakan terbatas
6. Fisik lemah

Kondisi klinis terkait :

1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Osteomalacia
7. Keganasan

2.3 Intervensi keperawatan

1. Diagnosa keperawatan : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal


dan gangguan neuromuskular, ditandai dengan sulit menggerakkan ekstermitas kekuatan otot
menurun, nyeri saat bergerak, sendi kaku, fisik lemah.
2. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam adanya gangguan
muskuloskeletal menjadi normal.
3. Kriteria standart :
- Pergerakan ekstermitas meningkat
- Kekuatan otot meningkat
- Nyeri menurun
- Rentang gerakan meningkat
- Kaku sendi menurun
4. Intervensi utama : Tindakan
Observasi :
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terauptik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu ( Mis. Pagar tempat tidur )
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Hal : 11
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan ( mis. Duduk di tempat tidur,
duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi.

2.4 Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang di perkirakan dalam asuhan keperawatan dilakukan dan di
selesaikan intervensi keperawatan yang sudah di rencanakan berdasarkan standar operating prosedur
( SOP ) dilaksanakan pada tahap implementasi keperawatan. Tindakan yang dilakukan mungkin sama,
mungkin juga berbeda dengan urutan yang dibuat pada perencanaan sesuai dengan kondisi pasien.

Implementasi keperawatan akan sukses sesuai dengan rencana apabila perawat mempunyai kemampuan
kognitif, kemampuan hubungan interpersonal dan keterampilan dalam melakukan tindakan yang pusat
pada kebutuhan pasien.

Tindakan pasien :

1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.


2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
4. Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
6. Fasilitasi melakukan pergerakan
7. Libatkan keluarga pasien untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
8. Jelaskan tujuan prosedur mobilisasi
9. Ajarkan mobilisasi dini
10. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

2.5 Evaluasi

Evaluasi dari proses keperawatan adalah mengukur respon pasien terhadap keperawatan serta kemajuan
pasien ke arah pencapaian tujuan yang telah di tentukan format evaluasi keperawatan adalah
menggunakan SOAP.

1. S : Pernyataan atau keluhan yang di utarakan pasien / keluarga pasien


2. O : Data yang di dapat dari observasi perawatan
3. A : Masalah keperawatan yang akan di alami oleh pasien
4. P : Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan mobilisasi

Hal : 12
Berdasarkan kriteria hasil dalam perencanaan keperawatan diatas adalah :

1. Pergerakan ekstermitas meningkat


2. Kekuatan otot meningkat
3. Nyeri menurun
4. Rentang gerakan meningkat
5. Kaku sendi menurun

DAFTAR PUSTKA

https://www.academia.edu/45003029/LAPORAN_PENDAHULUAN_MOBILITAS_FISIK

Buku SDKI,SLKI,SIKI

Hal : 13
Prodi D-3 Keperawatan

FIK UNIPDU Jombang

Nama Mahasiswa : Kurotul Akyun

NIM : 7121012

Tanggal Ujian :

Ruangan : Gatotkaca

PENGKAJIAN

I. BIODATA

Nama : Tn. S

Umur : 62 tahun

Agama : Islam

Alamat : Candi Mulyo Jombang

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : PNS

Tanggal MRS : 16 Juli 2022

Diagnosa Medis : Pneumonia

Hal : 14
Nomor Register : 54-92-30

Tanggal Pengkajian : 20 Juli 2022

II. KELUHAN UTAMA

Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh sesak nafas.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Keluarga pasien mengatakan pasien 1 bulan yang lalu pernah di bawa ke RSUD Jombang dengan keluhan
sesak nafas, namun setelah dilakukan pemeriksaan dan mendapatkan obat pasien melakukan rawat
jalan.Tetapi di rumah selama rawat jalan pasien tak kunjung membaik. Pada tanggal 16 Juli 2022 pukul
11.00 pasien di bawa ke IGD RSUD Jombang pasien diberikan tindakan berupa pemasangan masker
oksigen 10 lpm, pemasangan kateter, injeksi ranitidine,injeksi furosemide,dan cek DL.

Setelah kondisi pasien cukup membaik,pasien dipindahkan ke ruang Gatot kaca pukul 10.25. Pada tanggal
20 Juli 2022 saya melakukan pengkajian kepada pasien tetapi dikarenakan pasien sulit untuk berbicara
jadi saya melakukan pengkajian pada keluarga pasien. Saat pengkajian tekanan darah : 120/80 mmHg,
suhu : 36,9°C, Respiratory rate : 35×/menit, Nadi : 77×/ menit, Spo² : 98%.

IV. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU

Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami stroke selama 2 tahun.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Keluarga pasien mengatakan ayah dari pasien mempunyai penyakit hipertensi.

VI. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI :

1. Pola tidur/Istirahat :

SMRS : keluarga pasien mengatakan pasien selama dirumah kurang bisa tidur sering terbangun
karena sesak nafas

MRS : keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien tidak bisa tidur

2. Pola Eliminasi :

SMRS : keluarga pasien mengatakan pasien BAK 5-6 kali sehari dengan warna pekat,dan BAB 1
Minggu 2× dengan konsistensi padat.

MRS : keluarga pasien mengatakan pasien BAK 600 ml/12 jam dengan warna pekat, dan BAB 1
Minggu 1× dengan konsistensi padat.

3. Pola makan/minum :

SMRS : keluarga pasien mengatakan pasien kurang suka makan sayur makan 2-3 kali sehari ( nasi,
lauk ayam daging).

MRS : keluarga pasien mengatakan pasien mengatakan pasien makan dsn minum melalui selang NGT
(diet susu RG 6×200 cc)
Hal : 15
4. Pola Kebersihan diri :

SMRS : keluarga pasien mengatakan pasien mandi 2× sehari, keramas 2× dalam 1 Minggu, gosok gigi 2×
sehari

MRS : keluarga pasien mengatakan pasien diseka 2× sehari pagi dan sore hari

5. Pola Kegiatan/kebiasaan lain :

SMRS : keluarga pasien mengatakan pasien biasanya melakukan kegiatan sehari-hari dirumah, berkebun,
menanam, dll.

MRS : keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa karena
(bed rest)

6. Pola Hubungan Peran ( Konsep Diri ) :

SMRS : keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai 2 orang anak

MRS : keluarga pasien mengatakan yang menjaga pasien bergantian

7. Pola Seksual :

Keluarga pasien mengatakan pasien telah menikah dan mempunyai 2 orang anak.

8. Pola Penanggulangan Stress :

Keluarga pasien mengatakan pasien jika ada masalah selalu kepikiran dan menyebabkan tekanan
darahnya naik.

VII. DATA PSIKOSOSIAL

SMRS : keluarga pasien mengatakan pasien berhubungan baik dengan keluarga dan kerabatnya

MRS : keluarga pasien mengatakan pasien tidak nyaman di rumah sakit karena tidak bisa bersosialisasi
dengan keluarga dan kerabatnya.

VIII. DATA SPIRITUAL

SMRS : keluarga pasien mengatakan pasien taat dalam beribadah tapi akhir-akhir ini tidak bisa karena
keterbatasan alat gerak

MRS : keluarga pasien mengatakan tidak bisa beribadah karena KU lemah.

IX. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum :

Pasien dalam keadaan lemah

B. Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Suhu : 36,9° C

Hal : 16
Respiratory rate : 35×/ menit

Nadi : 77×/ menit

C. Pemeriksaan kepala dan leher :

Kepala

Inspeksi : Rambut sebagian memutih, Tidak ada lesi, Kepala bersih

Palpasi :tidak ada nyeri tekan

Leher

Inspeksi : tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada kelenjar tyroid

D. Mata :

Inspeksi : bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak ada odem pada palpebra sklera berwarna putih,
penglihatan baik, konjugtiva merah, mata terlihat sayu

Palpasi : tidak ada benjolan tidak ada nyeri tekan

E. Hidung :

Inspeksi : Bentuk simetris, terpasang selang ngt lubang hidung sebelah kanan, terpasang masker
oksigen 10 lpm, ada pernafasan cuping hidung

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

F. Telinga :

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada serumen, tidak ada peradangan, tidak ada lesi, tidak ada
peradangan, tidak ada lesi, pendengaran baik

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

G. Mulut :

Inspeksi : bentuk simetris, membran mukosa lembab, mulut ngiler, mulut sariawan

Palpasi : Terdapat nyeri tekan, dan benjolan sariawan di mulut

H. Integumen :

Inspeksi : Bersih, warna kulit sawo matang, tidak ada odem, tidak ada lesi

Palpasi : Akral hangat, CRT kurang dari 3 detik, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit menurun

I. Thorak/dada :

Paru-paru

Hal : 17
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat tarikan intervostae

Palpasi : Vokal fremitus teraba

Perkusi : Terdengar sonor

Auskultasi : Terdapat suara tambahan wheezing

Jantung

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak tampak fulfasi jantung

Palpasi : Fulfasi jantung teraba di KS 5

Perkusi : Terdengar sonor

Auskultasi : Bunyi S¹, S² Lub dub

J. Abdomen :

Inspeksi : Bentuk simetris, datar, tidak ada benjolan, tidak ada lesi

Auskultasi : Peristaltik 12× / menit

Perkusi : Tympani (

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

K. Kelamin dan daerah sekitarnya :

Pasien terpasang selang kateter 16 fr

L. Muskuloskeletal :
Pasien terpasang infus pada tangan sebelah kiri
ROM ekstermitas kanan (aktif) ROM ekstermitas kiri (aktif)
Fleksi (+) Fleksi (+)
Rotasi (+) Rotasi (+)
Abduksi (+) Abduksi (+)
Adduksi (+) Adduksi (+)

M. Neurologi :

Nervus Olfaktori (N. I) = Normal


Nervus Optikus (N. II) = Normal
Nervus Okulomotoris (N. III) = Normal
Nervus trokhlearis (N. IV) = Normal
Nervus Abdusen (N. VI) = Normal
Nervus Trochlearis (N. IV) = Normal
Nervus Trigeminus (N. V) = Normal

Hal : 18
Nervus Abdusen (N. VI) = Normal
Nervus Fasialis (N. VII) = Normal
Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII) = Normal
Nervus Glosofaringeus (N. IX) = Normal
Nervus Vagus (N. X) = Terdapat nyeri tekan

Nervus Asesoris (N. XI) = Normal


Nervus Hipoglosus (N. XII) = Normal

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

- Pemeriksaan Thorax : Pneumonia

- Hasil Laboratorium (Tanggal 16 Juli 2022)

Pemeriksaan darah lengkap Hasil Nilai normal

Hemoglobin 12.8 13.2 - 17.3

Hematokrit 37.5 40 - 52

Eritrosit 4.60 4.4 - 5.9

MCV 81.5 82 - 92

Segmen 84 50 - 70

Limfosit 10 25 - 40

Limfosit absolut ( ALC ) 1.0 1.1 - 3.3

NLR 8.66 <3.313

Ret- He 27.8 >30.3

Hal : 19
XI. PENATA LAKSANAAN/TERAPI

Inj. Ondan sentron 3×1 mg ( digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah yang bisa
disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radio terapi, atau Operasi)

Injeksi piracetam 3×1 mg ( digunakan untuk mengobati berbagai kondisi otak, piracetam bekerja pada
otak fwn sistem saraf )

Infus Nacl 7 tom

Obat oral

Ambroxol 30 mg 3×10 mg ( digunakan untuk meredakan batuk berdahak akibat beberapa kondisi seperti
bronkitis atau emfisema )

Lisinopril 10 mg 3×3 mg ( digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi, membantu mencegah
stroke, serangan jantung, masalah ginjal ).

Hal : 20
------------------------,-------------------------20.....

PERAWAT

( __________________________)

NIM : 7121012

ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. S Dx. Medis : Pneumonia

No. Register : 549230 Ruangan : Gatut kaca

No Kelompok Data Kemungkinan Masalah


Penyebab

1. DS : • keluarga pasien mengatakan pasien sulit Penurunan kekuatan Gangguan


menggerakkan ekstermitas otot mobilitas fisik

DO :

• rentang gerak (ROM) menurun

• Tekanan darah : 120/80 mmHg

• Nadi : 77×/ menit

• RR : 35× / menit

• Suhu : 36,9° C

DS : • keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh Pola nafas


2.
sesak nafas tidak efektif
Hambatan upaya
DO : • Tekanan darah : 120/80 mmHg nafas

• Nadi : 77×/ menit

• RR : 35×/menit

•Suhu : 36,9°C

• SpO2 : 90%

DS : • keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh


3. sulit menelan
Hal : 21
DO : • otot menelan lemah Defisit nutrisi

• sariawan

Pengkajian ABCD Ketidakmampuan


menelan makanan
A) Anthropometri measurement
BB : 60kg
TB : 160 cm

B) Biomedical data
1. Hemoglobin :12.8
2. Hemotokrit : 37.5
3. Limfosit : 84
C) Chinical sign
D) Dietary history
•pasien mengurangi makan garam

DS : keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh


4. sulit tidur dan keluarga pasien juga mengatakan
pasien mengeluh tidak cukup tidur

Gangguan
Pola Tidur

Kurang kontrol tidur

Hal : 22
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

Nama Klien :Tn. S Dx. Medis : Pneumonia

No. Register : 549230 Ruangan : Gatut kaca

Tanggal TTD
No Diagnosa Perawatan
Ditemukan Teratasi

Hal : 23
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan 20 Juli 2022 22 Juli 2022
dengan hambatan upaya nafas di
tandai dengan mengeluh sesak nafas

Gangguan mobilitas fisik berhubungan


2.
dengan penurunan kekuatan otot di 20 Juli 2022 22 Juli 2022

tandai dengan mengeluh sulit


menggerakan ektermitas

Hal : 24
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. S Dx. Medis : Pneumonia

No. Register : 549230 Ruangan : Gatut kaca

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO. TUJUAN KRITERIA / STANDART RENCANA TINDAKAN

1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Pola Nafas Manajemen jalan napas
berhubungan dengan tindakan keperawatan ( 1.01011)
SLKI (L.01004)
depresi pusat nafas ditandai 2x24 jam diharapkan Observasi
dengan pasien sesak nafas tingkat nyeri menurun 1. Dyspnea menurun 1. Monitor pola nafas
2. Penggunaan otot bantu 2. Monitor bunyi nafas
napas menurun Terauptik
3. Pemanjangan fase 1. Posisikan semi Fowler/Fowler
ekspirasi 2. Berikan minum hangat
3. Mempertahankan oksigen
Edukasi
1. Ajarkan teknik batuk efektif

Setelah dilakukan Kolaborasi

tindakan keperawatan 1. Kolaborasi pemberian obat


Gangguan mobilitas fisik Mobilitas fisik
selama 3×24 jam Dukungan mobilisasi
2. berhubungan dengan SLKI ( L.05042)
diharapkan mobilitas ( 1.05173)
penurunan kekuatan otot di 1. Pergerakan ekstermitas
fisik membaik
Hal : 25
tandai dengan mengeluh meningkat Observasi
sulit menggerakkan 2. Kekuatan otot meningkat 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
ekstermitas 3. Rentang gerak ( ROM) lainnya
meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terauptik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu ( mis.pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis.duduk ditempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur)

Hal : 26
Hal : 27
CATATAN KEPERAWATAN

Nama Klien Tn. S Dx. Medis : Pneumonia

No. Register : 549230 Ruangan : Gatut kaca

Tgl / No. Tindakan Perawatan Respon Klien TTD


Jam Dx.

1. 1. Memonitor jalan nafas 1. Pasien menggunakan


2. Memonitor bunyi nafas oksigen 10 Lpm
23 Juli
3. Memposisikan semi fowler 2. Terdapat pernafasan
2022
4. Memberikan oksigen cuping hidung
5. Mengkolaborasi pemberian 3. Posisi semi fowler
bronkodilator,ekspetoran,mukolit 4. Pasien menerima oksigen
10 Lpm
5. Pasien menerima obat

23 Juli 1. Pasien mengeluh nyeri


1. Mengidentifikasi adanya nyeri
2022 saat bergerak
2. 2. Memonitor tekanan darah sebelum 2. Tekanan darah:
melakukan mobilisasi 120/80mmHg
3. Memonitor keadaan umum selama 3. Keadaan pasien masih
melakukan mobilisasi lemah
4. Memfasilitasi aktivitas fisik dengan 4. Pasien menerima dengan
alat bantu ( mis.pagar tempat tidur ) baik
5. Melibatkan keluarga untuk 5. Pasien menerima dengan
membantu pasien dalam baik
meningkatkan pergerakan 6. Pasien menerima dengan
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur baik
mobilisasi
7. Menganjurkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.duduk di

Hal :
28
tempat tidur)

Hal :
29
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. S Dx. Medis : Pneumonia

No. Register : 549230 Ruangan : Gatut kaca

Tanggal Jam No. Dx. Catatan Perkembangan TTD

20 Juli 1. S : keluarga pasien mengatakan pasien sesak


2022 nafas
19.20
O:

 Ada pernafasan cuping hidung


 Keadaan umum lemas
 TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi = 77 X/mnt,
Suhu = 36,9 oC, Respirasi Rate (RR) = 35
X/mnt

A : Masalah pola nafas belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan (1,2,3,4,5,6)

S : keluarga pasien mengatakan pasien sesak


21 Juli nafas
09.20
2022
O:

 Keadaan umum lemas


 TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi = 79 X/mnt,
Suhu = 36,8 oC, Respirasi Rate (RR) = 30
X/mnt

A : Masalah pola nafas sebagian teratasi

Hal :
30
P : Intervensi dilanjutkan (1,5,6)

21.00 S : keluarga pasien mengatakan pasien sesak


nafas berkurang
22 Juli
2022 O:

 Keadaan umum lemas


 TTV : TD 110/80 mmHg, Nadi = 80 X/mnt,
Suhu = 36,9 oC, Respirasi Rate (RR) = 25
X/mnt

A : Masalah pola nafas teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

19.20 2.
S : keluarga pasien mengatakan pasien lemah
20 Juli
dalam bergerak
2022
O:

Ada pernafasan cuping hidung

Keadaan umum lemas

TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi = 77 X/mnt, Suhu =


36,9 oC, Respirasi Rate (RR) = 35 X/mnt

A : Masalah pola nafas belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan (1,2,3,4,5,6)

Hal :
31
S : keluarga pasien mengatakan pasien sudah
berlatih bergerak
09.20
O:
21 Juli
2022 Keadaan umum lemas

TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi = 79 X/mnt, Suhu =


36,8 oC, Respirasi Rate (RR) = 30 X/mnt

A : Masalah pola nafas sebagian teratasi

P : Intervensi dilanjutkan (1,5,6)

S : keluarga pasien mengatakan pasien nyeri


saat bergerak berkurang

21.00 O:

Keadaan umum lemas


22 Juli
TTV : TD 110/80 mmHg, Nadi = 80 X/mnt, Suhu =
2022
36,9 oC, Respirasi Rate (RR) = 25 X/mnt

A : Masalah pola nafas teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Hal :
32

Anda mungkin juga menyukai