Anda di halaman 1dari 11

sMAKALAH AGAMA ISLAM

REFLEKSI IMAN,ISLAM DAN IHSAN


Dosen Pembimbing Mata Kuliah:
Achmad Junaidi, M,Pd.

Disusun Oleh:

1.Muhammad Iqbal (14201.12.20027)


2.Ummi sya’idah (14201.12.20045)
3.Indriwati (14201.12.20017)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PAJARAKAN-PROBOLINGGO
TAHUN 2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya karena
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya hingga kepada kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Pada makalah ini penulis membahas mengenai penulis membahas mengenai pengaruh
kesejajaran tubuh. Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan beberapa sumber
sebagai referensi, penulis mengambil referensi dari buku dan internet.
Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain tidak lepas dari
dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pengasuh Yayasan
Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. Nur Hamim, S.Kep., N.s M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Achmad Junaidi, M,Pd. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Agama Islam.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyajikan yang terbaik, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.
Genggong,17 april 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................04

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................04


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................04
1.3 Tujuan ..............................................................................................................................04

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................05

2.1 Pengertian Iman .............................................................................................................05


2.2 Pengertian Islam ...............................................................................................................08
2.3 Pengertian Ihsan ..............................................................................................................09

BAB III PENUTUP...........................................................................................................10

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................10


3.2 Saran..................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap
tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya.Jika Islam dan Iman disebut secara
bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan
mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang
memiliki enam rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing
menyandang makna dan hukumnya tersendiri.

Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang
yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku
yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah da syariat Islam disebut Ihsan. Dengan
demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih
besar yang disebut akhlaqul karimah.

Secara teori iman,islam dan ihsan dapat dibedakan namun dari segi prakteknya tidak
dapat dipisahkan,satu dan lainnya saling mengisi, iman menyangkut aspek keyakinan
dalam dalam hati yaitu kepercayaan atau keyakinan,sedangkan islam artinya
keselamatan,kesentosaan,patuh, dan tunduk dan ihsan artinya selalu berbuat baik karena
merasa diperhatikan oleh allah Kata iman secara Bahasa adalah pengakuan atau
pembenaran dalam hati yang mencangkup dua hal yaitu konsep iman,islam dan ihsan,
mempunyai keterkaitan antara tiga konsep tersebut yaitu meyakini apapun yang
berhubungan dengan nilai-nilai tauhid percaya terhadap rukun iman sehingga
menimpulkan ketenangan,kedamain dan keselamatan dengan menjalankan rukun islam .

B. Rumusan Masalah.
1. Apa yang dimaksud iman?
2. Apa yang dimaksud islam ?
3. Apa yang dimaksud ikhsan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui refleksi iman.
2. Untuk mengetahui refleksi islam.
3. Untuk mengetahui refleksi ikhsan.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Iman
Iman artinya mempercayai. Bukan hanya sekedar percaya,tapi mengimani dalam islam
dibuktikan dalam bentuk membenarkan dengan hati,diucapkan dengan lisan dan dibuktikan
dalam perbuatan. Jadi jika hanya salah satu saja,belum masuk kriteria iman.c.misalnya hp
kita,bisa kuat tapi bisa juga lemah batreinya. Demikian juga iman bis akita naik atau turun,
maka kita harus memperbaharui dengan mendzikirkan kalimat tayyibah (La ilaaha illallah)

Dengan demikian jika seseorang sudah mengimani seluruh ajaran islam, maka orang
tersebut sudah dapat dikatakan mukmin (orang yang beriman).dan orang yang sudah
menyatakan diri beriman menurut hukum islam haruslah menyatukan antara ucapan,sikap
dan perilaku anggota badan untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan tuntutan iman
tersebut. Dan Bila kita perhatikan penggunaan kata Iman dalam Al- Qur‟an, akan
mendapatinya dalam dua pengertian dasar, yaitu:

1) Iman dengan pengertian membenarkan adalah membenarkan berita yang datangnya


dari Allah dan Rasul-Nya. Dalam salah satu hadist shahih diceritakan bahwa Rasulullah
ketika menjawab pertanyaan Jibril tentang Iman yang artinya bahwa yang dikatakan Iman
itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-
Nya, hari kiamat dan engkau beriman bahwa Qadar baik dan buruk adalah dari Allah
SWT.

2) Iman dengan pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal : segala perbuatan
kebajikan yang tidak bertentangan dengan hukum yang telah digariskan oleh syara‟.
Dalam sebuah ayat dalam al-quran surat al-hujarot: ayat 15:

B‫ ِل‬B‫ ي‬Bِ‫ ب‬BB‫س‬


Bَ B‫ ي‬Bِ‫ ف‬B‫ ْم‬B‫ ِه‬BB‫س‬BBِ Bُ‫ ف‬B‫ َأ ْن‬B‫و‬Bَ B‫ ْم‬B‫ ِه‬Bِ‫ل‬B‫ ا‬B‫ َو‬B‫ َأ ْم‬Bِ‫ ب‬B‫ا‬B‫ و‬B‫ ُد‬Bَ‫ه‬B‫ ا‬B‫ج‬Bَ B‫و‬Bَ B‫ا‬B‫ و‬Bُ‫ب‬B‫ ا‬Bَ‫ ت‬B‫ر‬Bْ Bَ‫ ي‬B‫ ْم‬Bَ‫ ل‬B‫ َّم‬Bُ‫ ث‬B‫ ِه‬Bِ‫ل‬B‫ و‬B‫ ُس‬B‫ َر‬B‫و‬Bَ Bِ ‫هَّلل‬B‫ ا‬Bِ‫ ب‬B‫ا‬B‫ و‬Bُ‫ ن‬B‫ َم‬B‫ آ‬B‫ن‬Bَ B‫ ي‬B‫ ِذ‬Bَّ‫ل‬B‫ ا‬B‫ن‬Bَ B‫ و‬Bُ‫ ن‬B‫ ْؤ ِم‬B‫ ُم‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫ ا‬B‫ َم‬Bَّ‫ِإ ن‬
B‫ َن‬B‫ و‬Bُ‫ ق‬B‫ ِد‬B‫ ا‬BَّB‫ص‬B‫ل‬B‫ ا‬B‫ ُم‬Bُ‫ ه‬B‫ك‬Bَ ‫ ِئ‬Bَ‫ل‬BٰB‫ ُأ و‬Bۚ Bِ ‫هَّللا‬

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah oranga-orang yang


percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka
Itulah orang-orang yang benar.

Dari ayat tersebut, dapat dikatakan bahwa Iman adalah membenarkan Allah dan
RasulNya tanpa keraguan, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Pada akhir ayat
tersebut “mereka Itulah orang-orang yang benar” merupakan indikasi bahwa pada waktu itu
ada golongan yang mengaku beriman tanpa bukti, golongan ini sungguh telah berdusta dan
mereka tidak dapat memahami hakikat iman dengan sebenarnya. Mereka menganggap

5
bahwa iman itu hanya pengucapan yang dilakukan oleh bibir, tanpa pembuktian apapun. Inti
pendidikan agama terletak pada pendidikan keimanan. Para psikolog berpendapat bahwa
dalam keimanan kepada allah Swt. Terdapat kekuatan spiritual luar biasa yang dapat
membantu orang beriman mengatasi kegelisahan, ketegangan, dan kesulitan hidup di zaman
modern ini. Dunia modern yang telah dikuasai oleh kehidupan material dan di dominasi oleh
persaingan keras untuk mendapatkan materi, telah menimbulkan ketegangan, stress, dan
kegelisahan, atau bahkan penyakit kejiwaan lainnya dalam diri manusian yang miskin akan
nilai spiritual.

Seorang psikoanalisis, A.A. Brill berkata bahwa “orang yang beragama secara benar
sama sekali tidak akan menderita penyakit kejiwaan”. Berdasarkan eksperimennya, orang
beragama yang terbiasa mendatangi tempat-tempat ibadah mempunyai kepribadian yang
lebih baik daripada mereka yang tidak beragama atau yang tidak menjalankan ibadah
apapun.13 AlQur‟an menjelaskan perasaan aman dan tentram karena adanya iman di hati
dalam surat Ar Ra‟d ayat 28 :
ْ Bَ‫ ت‬Bِ ‫ هَّللا‬B‫ ِر‬B‫ ْك‬B‫ ِذ‬Bِ‫ َأ اَل ب‬Bۗ Bِ ‫ هَّللا‬B‫ ِر‬B‫ ْك‬B‫ ِذ‬Bِ‫ ب‬B‫ ْم‬Bُ‫ ه‬Bُ‫ب‬B‫ و‬Bُ‫ ل‬Bُ‫ ق‬B‫ ِئ ُّن‬B‫ َم‬B‫ط‬
ُ B‫ و‬Bُ‫ ل‬Bُ‫ ق‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫ ِئ ُّن‬B‫ َم‬B‫ط‬
B‫ب‬ ْ Bَ‫ ت‬B‫ َو‬B‫ا‬B‫ و‬Bُ‫ ن‬B‫ َم‬B‫ آ‬B‫ن‬Bَ B‫ ي‬B‫ ِذ‬Bَّ‫ل‬

Artinya “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah.

Dari ayat tersebut jelas bahwa ingat kepada Allah merupakan salah satu cara
merefleksikan keimanan kepadaNya. Iman kepada Allah juga dapat diwujudkan dengan
jalan mengikuti semua tuntunan yang telah digariskanNya. Hal itulah satu-satu nya cara
untuk mewujudkan rasa aman bagi manusia dan membebaskannya dari kegelisahan hidup..
Pendidikan iman yang dilakukan hendaknya didasarkan kepada wasiat dan petunjuk
Rasulullah dalam menyampaikan dasar-dasar keimanan kepada anak. Sebab dalam diri
Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi setiap orang sebagaimana disebutkan dalam surat
Al Ahzab ayat 21 :

B‫ ا‬B‫ ًر‬B‫ ي‬Bِ‫ ث‬B‫ َك‬Bَ ‫ هَّللا‬B‫ر‬Bَ B‫ َك‬B‫ َذ‬B‫و‬Bَ B‫ َر‬B‫خ‬Bِ ‫آْل‬B‫ ا‬B‫ َم‬B‫و‬Bْ Bَ‫ ي‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫و‬Bَ Bَ ‫ هَّللا‬B‫ و‬B‫ ُج‬B‫ر‬Bْ Bَ‫ ي‬B‫ن‬Bَ B‫ ا‬B‫ َك‬B‫ن‬Bْ B‫ َم‬Bِ‫ ل‬Bٌ‫ ة‬Bَ‫ ن‬B‫ َس‬B‫ َح‬Bٌ‫ ة‬B‫ َو‬B‫ ُأ ْس‬Bِ ‫ هَّللا‬B‫ ِل‬B‫ و‬B‫ ُس‬B‫ َر‬B‫ ي‬Bِ‫ ف‬B‫ ْم‬B‫ ُك‬Bَ‫ ل‬B‫ن‬Bَ B‫ ا‬B‫ َك‬B‫ ْد‬Bَ‫ ق‬Bَ‫ل‬

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Raasulullah itu suri te ladan yang baik bagimu
(yaitu ) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia
banyak.

Untuk mencapai hasil pendidikan keimanan yang diharapkan, sudah pasti tak dapat
dilakukan tanpa mengikuti jejak dan teladan Rasulukllah saw. secara tepat dan benar Salah
satunya adalah dengan merujuk kepada contoh dan teladan beliau yang dipaparkan dalam
hadist-hadist yang shahih. Dalam salah satu hadist, beliau memaparkan bahwa akidah Islam
itu mempunyai enam aspek (unsure, rukun), yakni iman kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, iman kepada hari akhir dan juga kepada segala ketentuan

6
yang digariskan-Nya. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan keimanan kepada anak
yang benar-benar berhasil mewarnai tata kehidupan masyarakat muslim hayalah yang
ditunjukkan para sahabat Rasulullah saw. sebagai hasil perjuangan beliau. Rasulullah tidak
hanya memberikan teori yang tidak dibuktikan dalam kehidupan konkritnya, tetapi justru
memberikan contoh dan tuntunan praktis yang diperlukan dalam mendidik anak berdasarkan
tauhid. Para sahabat meriwayatkan hadist tentang praktek beliau tersebut, banyak
diantaranya yang masih berusia anak-anak. Mereka inilah yang mengalami secara langsung
didikan Rasulullah dalam bidang keimanan.Menurut Muhammad Nur Abdul Hafizh,
setidaknya terdapat lima pola dasar pembinaan akidah atau keimanan yang sesuai dengan
petunjuk Rasulullah, yakni :

a) Membacakan kalimat tauhid kepada anak

b) Menanamkan kecintaan anak kepada Allah Swt

c) Menanamkan kecintaan anak kepada Rasulullah

d) Mengajarkan Al-Qur‟an kepada anak

e) Menanamkan nilai perjuangan dan pengorbanan dalam diri anak.

Sesuai dengan hadits Rasulullah saw sudah jelas bahwasanya ada enam rukun iman
yangharus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi
seorang hamba Allahyang ihsan nantinya.Keenam Rukun Iman tersebut adalah:

a.Beriman kepada Allah SwtYakni beriman kepada RububiyyahA l l a h


S w t , UluhiyyahAllah Swt, dan berimank e p a d a Asma wa shifat Allah SWT yang
sempurna serta agung sesuai yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.

b.Beriman kepada MalaikatMalaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka


diciptakan oleh Allah untuk beribadahkepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-
Nya, Allah telah membebankan kepada mereka berbagai tugas.Jadi kita dituntut untuk
beriman dan mempercayai adanya Malaikat Allah SWT.

c.Beriman kepada Kitab-kitab Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan
kepada para Rasul-Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Diantaranya:
kitab taurat diturunkan kepada NabiMusa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa, Zabur
diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf NabiIbrahim dan Nabi Musa, Al-quran
diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.

d.Beriman kepada para Rasul Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul,
rasul pertama adalah Nuh danyang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu
adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka adalah hamba-
hamba Allah yang dimuliakan dengankerasulan. Dan Allah telah mengakhiri semua
syari’at dengan syari’at yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk
seluruh manusia , maka tidak ada nabi sesudahnya.

7
e.Beriman kepada hari akhirat yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika
allah membangkitkan manusiadalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang penuh
kenikmatan atau ditempat siksaanyang amat pedih. Beriman kepada hari akhir meliputi
beriman kepada semua yang akan terjadisetelah itu, seperti kebangkitan dan hisab,
kemudian surga atau neraka.

f. Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan Allah Taqdir artinya: beriman bahwasanya Allah


telah mentardirkan semua yang ada dan
menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmunya yang terdahalu, dan menurutkebija
ksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula
tertulisdisisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.

2.2. Pengertian Islam

Kata Islam berasal dari bahasa Arab “S-L-M” ( Sin, Lam, Mim). Artinya antara lain:
Damai, Suci, Patuh dan Taat (tidak pernah membantah).Dalam pengertian agama, kata Islam
berarti kepatuhan kepada kehendak dan kemauan Allah, serta taat kepada hukum-Nya.
Hubungan antara pengertian menurut kata dasar dan pengertian menurut agama erat dan
nyata sekali, yaitu: “Hanya dengan kepatuhan kepada kehendak Allah dan tunduk kepada
hukum-hukum-Nya seorang dapat mencapai kedamaian yang sesungguhnya dan
memperoleh kesucian yang abadi”.Islam menurut Zuhairini, adalah menempuh jalan
keselamatan dengan yakin menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan melaksanakan
dengan penuh kepatuhan dan ketaatan akan segala ketentuan ketentuan dan aturan-aturan
oleh-Nya untuk mencapai kesejahteraan dan kesentosaan hidup dengan penuh keimanan dan
kedamaian. Agama Islam mempunyai pengertian yang lebih luas dari pengertian agama pada
umumnya. Di sini, kata Islam berasal dari Bahasa Arab yang mempunyai bermacam-macam
arti, diantaranya sebagai berikut:

1) Salam yang artinya selamat, aman sentosa dan sejahtera, yaitu aturan hidup yang dapat
menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Kata salam terdapat dalam al-Qur‟an
Surah al-An‟am ayat 54; Surah al-A‟raf ayat 46; dan surah an-Nahl ayat 32.

2) Aslama yang artinya menyerah atau masuk Islam, yaitu agama yang mengajarkan
penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat kepada hukum Allah tanpa tawar-
menawar. Kata aslama terdapat dalam al-Qur‟an surah al-Baqarah ayat 112; surah al-
Imran ayat 20 dan 83; surah an-Nisa ayat125; dan surah al-An‟am ayat 14.

3) Silmun yang artinya keselamatan atau perdamaian, yakni agama yang mengajarkan
hidup yang damai dan selamat.

4) Sulamun yang artinya tangga, kendaraan, yakni peraturan yang dapat mengangkat
derajat kemanusiaan yang dapat mengantarkan orang kepada kehidupan yang bahagia.
Adapun kata Islam menurut istilah (terminologi) adalah mengacu kepada agama yang

8
bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia.
Sebagai agama sempurna, Islam datang untuk menyempurnakan ajaran yang dibawa oleh
Nabi-nabi Allah sebelum Nabi Muhammad. Kesempurnaan ajaran ini menjadi misi
profetik (nubuwwah) kehadiran Nabi Muhammad SAW. Dalam al-Qur‟an (Surah al-
Ma‟idah [5]: 3) ditemukan penegasan tentang kesempurnaan ajaran Islam. Artinya:“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.” Berdasarkan firman Allah
di atas, jelas bahwa Islam adalah agama yang sempurna, agama yang memiliki ajaran
yang mencakup semua aspek kehidupan, dan agama yang menggariskan metode
kehidupan secara utuh.

2.3. Pengerian Ihsan

Ihsan berasal dari huruf alif, ha, sin dan nun . Di dalam al-Qur‟an, kata ihsan bersama
dengan berbagai derivasi dan kata jadiannya disebutkan secara berulang -ulang. Penyebutan
tersebut terdapat sebanyak 108 kali yang disebut tersebar dalam 101 ayat dan pada 36
surat.Derivasi ihsan berupa fi’il mâdhi, ahsana disebut dalam al-Qur‟an sebanyak 9
(sembilan) kali pada 9 (sembilan) ayat dan 8 (delapan) surat. Sedangkan kata ahsantum
diulang sebanyak 2 (dua) kali pada 1 (satu) ayat dan 1 (satu) surat. Sementara ahsanû
tercantum 6 (enam) kali pada 6 (enam) ayat dan 6 (enam) surat2. Perbedaan ungkapan
tersebut terletak pada fâ’il-nya (subjek) yang secara umum terdiri dari Allah dan manusia,
baik berupa isim zhâhir maupun isim dhamîr. Lebih lengkapnya, berikut ini adalah daftar
jumlah kata ihsan dengan berbagai derivasinya dalam al-Qur‟an Lafadz dari huruf alif, ha,
sin dan nun ini, selain menghasilkan term ihsan beserta derivasinya, juga dihasilkan pula
term hasuna beserta derivasinya. Meski memiliki makna umum yang serupa, tapi kedua
makna ini tidak berkonotasi ihsan. Ayat ihsan yang bersinggungan dengan bakti terhadap
orangtua memang mendominasi. Berdasarkan maknanya, kelima ayat tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah ayat -ayat yang
mengandung perintah untuk berbuat baik kepada kedua orangtua (ibu-bapak) dan juga
kepada orang lain, seperti kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga
jauh, teman sejawat, ibn sabil dan hamba sahaya, dan disertai pula dengan perintah
beribadah semata-mata hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun. Perintah ini secara eksplisit tertuang dalam surat al-Baqarah [2] : 83. Artinya: “Dan
(ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah
selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan
orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (Q.S. al-
Baqarah [2] : 83) Ayat yang disebutkan di atas menunjukkan perbuatan ihsan yang
mengarah pada bentuk perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia. Perbuatan baik ini
secara terkhusus dilakukan sebagai bentuk ibadah menyembah Allah sekaligus dengan
diiringi bentuk perbuatan baik yang dilakukan manusia kepada sesamanya. Bila dimaknai
lebih lanjut, ibadah manusia yang dilakukan dengan menyembah Allah dan tidak

9
mempersekutukan Allah ini disertai dengan kewajiban -kewajiban lain yang berhubungan
dengan perbuatan baik kepada sesama manusia. Di mana keutamaan perbuatan baik ini
dilakukan terhadap kedua orangtua.

para ulama menggolongkan ihsan menjadi 4 bagian yaitu:

1.ihsan kepada allah

2. ihsan kepada diri sendiri

3. ihsan kepada sesama manusia

4. ihsan bagi sesama makhluk

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ihsan memiliki satu rukun yaitu engkau
beribadah kepada allah swt seakan-akan engkau melihatnya, maka sesungguhnya dia
melihatmu. Hal ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan dari umar bin al-khattab RA.dalam
kisah ini jawaban nabi saw kepada Jibril Ketika ia bertanya tentang ihsan, maka nabi saw
menjawab:

‘’engkau beribadah kepada allah seakan-akan engkau melihatnya,maka bila engkau


melihatnya,sesungguhnya allah melihatmu’’

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Iman, islam dan ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang sesuai
dengan dalil , Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya
menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan Iman.
Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya,
kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan
Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam,yang sekaligus
merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri.

B. Saran.
Setelah mengetahui pengetahuan tentang refleksi iman islam dan ihsan yang telah
diuraikan dalam makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahaminya, karena
sangat penting dalam bidang. Semoga dengan adanya makalah ini dapat digunakan
sebagai pedoman bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa dalam memberikan
pelajaran agama secara professional.

DAFTAR PUSTAKA

Hatta, M. "Implementasi Isi Atau Materi Pendidikan (Iman, Islam, Ihsan, Amal Saleh,
Dan Islah) Di SD Muhammadiyah 7 Pekanbaru." Indonesian Journal of Islamic Educational
Management 2.1 (2019): 12-25.
Farah, Nailah, and Intan Fitriya. "Konsep Iman, Islam Dan Taqwa." Rausyan Fikr:
Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat 14.2 (2018): 209-241.
Anugrah,Ruri Liana,et al.’’Islam,Iman dan Ihsan dalam kitab matan Arba’in An-
Nawawi(Studi Materi Pembelajaran Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist Nabi
SAW).’’Tarbiyah Islamiyah:Jurnal Ilmiyah Pendidikan Agama Islam 9.2(2019)

11

Anda mungkin juga menyukai