Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PIO PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

DISUSUN OLEH :

NAMA : SRI DEWI RAMA DANI LUBIS


Nim : P07539021036
Kelas : 2A - SEMESTER III

DOSEN PENGAMPU :
Dra.Masniah,M,Kes,Apt

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN FARMASI PROGRAM STUDI DIPLOMA III
TAHUN AJARAN 2022/2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya la sehingga makalah ini dapat disusun hingga selesai dengan
lancar.Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Peranan kegiatan kesmas di masyakarakat indonesia”, yang saya sajikan
berdasarkan berbagai sumber informasi.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Semoga makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi pembaca umumnya,khususnya saya sendiri
untuk kedepannya dapat memperbaiki susunan dan isi makalah menjadi lebih
baik.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya , saya tahu masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca kepada saya.

Medan, 11 Agustus 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................3

1.3 Tujuan..........................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................5

2.1 Pelayanan Informasi Obat................................................................................6

2.2 Diabetes Mellitus...............................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................8

3.1 Manfaat dan Tujuan Pelayanan Informasi Obat...............................................9

3.2 Fungsi Pelayanan Informasi Obat………………………………………………...10

3.3 Langkah-langkah Sistem Pelayanan Informasi Oba…………………….………11

3.4 Diabetes Mellitus…………………………………………………………………….12

3.5 Klasifikasi Diabetes Mellitus………………………………………………………..13

3.6 Pengobatan pada Pasien Diabetes Mellitus……………………………………...14

3.7 Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Mellitus………………………………15

3.8 Pelayanan Informasi Obat kepada pasien Diabetes Mellitu…………………….16

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………….17

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………18

4.2 Saran…………………………………………………………………………………..19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……..20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi obat, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, terkini, oleh
apoteker kepada pasien, masyarakat, profesional kesehatan lain, dan pihak-pihak yang
memerlukan (Menkes, 2014). Pelayanan ini meliputi penyediaan, pengolahan, penyajian,
dan pengawasan mutu data/informasi obat dan keputusan profesional.
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan penyakit yang menjadi
masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam urutan keempat
prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler,
serebrovaskuler, rheumatik dan katarak (Tjokroprawiro, 2001). Diabetes adalah salah satu
diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa mendatang.
Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21.
WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20
tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun
2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2006). Diabetes
mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya
dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 %
dari keseluruhan populasi penderita DM (Anonim, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka dapat di rumuskan suatu permasalahan yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan PIO?
2. Apakah manfaat dan tujuan PIO pada pasien Diabetes Mellitus?

3. Apakah langkah-langkah dalam PIO pada pasien Diabetes Mellitus

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PIO
2. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan PIO pada pasien penderita diabetes mellitus
3.Untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam PIO pada pasien
diabetes mellitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan
secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi, toksikologi, dan penggunaan
terapi obat. Sedangkan Pemberian Informasi Obat merupakan bagian dari pelayanan
farmasi yang meliputi pemilihan, penggunaan, penetapan obat, serta cara pemberian obat
yang tepat dan kepatuhan penderita.

Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,


rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, terkini, oleh Apoteker kepada
pasien, masyarakat, professional kesehatan yang lain, dan pihak- pihak yang memerlukan.
Pelayanan Informasi Obat adalah pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada Dokter, Apoteker, Perawat,
profesi kesehatan lainnya dan pasien. Dapat disimpulkan bahwa pelayanan informasi obat
adalah kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai
informasi obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan obat kepada profesi lain, pasien ataumasyarakat.

2.2 Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan penyakit yang menjadi
masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam urutan keempat
prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler,
serebrovaskuler, rheumatik dan katarak (Tjokroprawiro, 2001). Diabetes adalah salah satu
diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa mendatang.
Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21.
WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20
tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun
2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2006). Diabetes
mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya
dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 %
dari keseluruhan populasi penderita DM (Anonim, 2005).
Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik
dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan
baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.
Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh
pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes,
pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel
tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Manfaat dan Tujuan Pelayanan Informasi Obat


Konseling dan PIO tentu sangat bermanfaat dan memiliki tujuan dalam tata pelayanank
efarmasian, dimana manfaat nya yaitu :
1. Bagi pasien : menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan, mendapatkan penjelasanta
mbahan mengenai penyakitnya, membantu dalam merawat dan perawatan kesehatan sendi
ri, membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu, menurunkan kesalahan pen
ggunaan obat, meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi, menghindari reaksiobat
yang tidak diinginkan, dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi biaya kesehatan.
2. Bagi Farmasi : menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayan kesehatan, mewujud
kan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi farmasi, menghi
ndari farmasi dari tuntutan karena kesalahan penggunaan obat.

Adapun tujuan pelayanan informasi obat yaitu:


a. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi pada pasien,te
naga kesehatan, dan pihak lain.
b. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan, dan piha
k lain.
c. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan o
bat terutama bagi PFT/KFT (Panitia/Komite Farmasi dan Terapi).

3.2 Fungsi Pelayanan Informasi Obat


Adapun fungsi pelayanan informasi obat yaitu :
a. Memberikan respon terhadap pertanyaan tentang obat 
b. Memberikan masukan terhadap komite farmasi dan terapi di RS
c. Drug utilization review (DUR)/drug utilization review evaluation (DUE)
d. Pelaporan efek samping obat (MESO)
e. Pembuatan buletin / newsletter 
f. Edukasig. Riset dan penelitian

3.3 Langkah-langkah sistem Pelayanan Informasi Obat


Berikut langkah yang perlu dilakukan dalam pelayanan informasi obat, yaitu :
1. Libatkan pasien : ciptakan suasana dimana pasien menyadari kalau anda tertarik dan
peduli dan bersedia untuk membantu menangani masalah yang berhubungan denganobat.
2. Spesifik : dapatkan rincian spesifik bila pasien mendiskusikan masalah obatnya.
3. Identifikasi hambatan utama yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam minum obat.
4. Apakah pasien mengerti cara meminum obatnya?

5 .Apakah regimen obat terlalu kompleks?


6.Apakah pasien mengerti keuntungan utama dari obatnya?
7. Apakah pasien mengerti kalau obat dapat membantu walaupun pasien tidak merasakan
keuntungannya?
8.Apakah biaya menjadi masalah?
3.4 Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanyakenaikan
kadar gula darah (hiperglikemia) kronik. Keadaan hiperglikemia kronik tersebut dapat
mengenai banyak orang pada semua lapisan masyarakat di seluruh dunia(Waspadji, 1995).
Diabetes Mellitus ditandai oleh hiperglikemia serta gangguan-gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang bertkaitan dengan defisiensiabsolut atau relativ aktivitas
dan atau sekresi insulin. Karena itu meskipun diabetesasalnya merupakan endokrin,
manifestasi pokoknya adalah penyakit metabolik. Definisi lain menyebutkan diabetes
mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi kelainan sekresi insulin,kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik
pada diabetes berhubungandengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan
beberapa organ tubuh,terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.

World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM


merupakan sesuatu yang tidak dapatdituangkan dalam suatu jawaban yang jelas dan
singkat tetapi secara umum dapatdikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik
dan kimiawi akibat dari sejumlahfaktor dimana dapat defisiensi insulin absolut atau relativ
dan gangguan fungsi insulin.

3.5 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus diklasifikasikan menjadi 2 kelompok utama yaitu DM tipe 1 dan 2,


disamping DM yang terjadi pada kasus kehamilan dan DM yang terjadi akibat sebab
sebablain. Sebagian besar pasien diabetes diklasifikasikan ke dalam salah satu dari dua
kategoriyaitu diabetes tipe 1 disebabkan oleh kekurangan mutlak insulin, atau diabetes tipe
2 didefinisikan oleh adanya resistensi insulin dengan peningkatan kompensasi memadai
dalamsekresi insulin.

a. Diabetes tipe 1 : Diabetes tipe 1 terjadi akibat kerusakan autoimun dari sel B-pankreas.
Tanda kerusakan diantaranya kekebalan sel B pada saat diagnosis dalam 90% adalah
terbentuknya islet sel antibodi, terbentuknya antibodi terhadap dekarboksilase
asamglutamat, dan antibodi terhadap insulin. DM tipe ini dapat terjadi pada semua usia. DM
tipe 1 yang terjadi pada anak-anak dan remaja akan memiliki tingkat kehancuransel B-
pankreas yang lebih cepat dan sering kali disertai dengan ketoasidosis. Sedangkan bila
terjadi pada orang dewasa umumnya kelompok pasien ini lebihmampu mempertahankan
sekresi insulin yang cukup dan mencegah terjadinya ketoasidosis selama bertahun tahun,
yang sering disebut dengan istilah diabetesautoimun laten pada orang dewasa (latent
autoimmune diabetes in adults (LADA). Gejala klinik pada diabetes mellitus tipe 1 adalah
Poliuri, Polidipsi, Polifagi, cepatlelah (fatigue), berat badan menurun drastis, gatal-gatal pada
kulit.

b. Diabetes tipe 2 : Diabetes tipe 2 ditandai dengan resistensi insulin dan kurangnya relatife
sekresi insulin, dengan sekresi insulin semakin rendah dari waktu ke waktu. Sebagian besar
pasien DM tipe 2 ditandai dengan obesitas perut (buncit) yang menyebabkan terjadinya
resistensi insulin. Selain itu hipertensi, dislipidemia (tinggi trigliserida dan rendah HDL
kolesterol), dan tingginya level penghambatan plasminogen activator tipe 1 (PAI-1) sering
menyertai kondisi DM tipe 2 ini. Klasifikasi DM ini mengacu pada “sindrom resistensi insulin”
atau “gangguanmetabolic”. Gejala klinik pada diabetes mellitus tipe 2 adalah hampir tidak
dirasakan gejalanya.Penanganan biasanya baru dimulai ketika komplikasi sudah terjadi,
mudah terkena
3.6 Pengobatan pada Pasien Diabetes Mellitus

A. Terapi non Farmakologi

1.Pengaturan diet Diet merupakan langkah penting dalam penanganan DM pada pasien
lansia. Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan DM. Penurunan
berat badan terbukti dapat mengurangi resistensi insulin danmemperbaiki respon sel-sel
terhadap glukosa. Penurunan berat badan dapat mengurangi morbiditas pada pasien
obesitas dengan penyakit DM tipe 2.
2.Olah raga, pada lansia secara langsung dapat meningkatkan fungsi fisiologis tubuhdengan
mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan sirkulasi darah,menurunkan berat badan.
3.Berhenti merokok, kandungan nikotin dalam rokok dapat mengurangi penyerapanglukosa
oleh sel. Pasien lansia yang merokok 2 batang dalam sehari dapatmenyebabkan resiko
nefropati dan menghambat absorbsi insulin.

b.Terapi farmakologi
Lansia dengan DM tipe 2 tetap memiliki kemampuan memproduksi insulin,sehingga
penatalaksanaan DM dengan diet dapat mengendalikan kontrol glukosadarah. Namun,
apabila penderita tidak melakukan pembatasan makan dengan ketatatau apabila penyakit
tidak terdeteksi dari awal maka terapi farmakologi dapat diberikan

1.Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


a. Pemicu sekresi insulin Golongan Sulfoniluria, Golongan sulfonilurea seringdisebut insulin
secretagogue. Mekanisme kerja golongan sulfonilureamerangsang sekresi insulin dari
granul sel-sel Langerhans pankreas. Untuk pasien lansia tidak direkomendasikan
pemberian klorpropamid danglibenklamid karena menimbulkan efek hipoglikemi berat.
Sulfonilurea yangdirekomendasikan untuk lansia yaitu obat yang diekskresikan melalui hati
danmempunyai masa kerja pendek misalnya glipizid dan glikazid. Glinidmempunyai
mekanisme kerja yang sama dengan sulfonilurea. Repaglinid dannateglinid diabsorbsi
dengan cepat sehingga mencapai kadar puncak dalamwaktu 1 jam dan diekskresi dalam
waktu 1 jam.
b.Penambah sensitifitas insulin Tiazolidindion merupakan agonis PeroxsisomeProliferator
Activated Receptor Gamma (PPAR-) yang sangat selektif dan poten. Peningkatan
sensitifitas insulin dapat merangsang transport glukosa kesel dan meningkatkan oksidasi
asam lemak. Pemberian tiazolidindion untuk lansia dapat meningkatkan HDL dan
menurunkan trigliserid. Hasil penelitian terhadap pasien dengan usia ≥ 60 tahun,
tiazolidindion dikontraindikasikan untuk pasien dengan gagal jantung kelas 1-4.
c.Golongan penghambat glukosidase α (Acarbose) Obat golongan ini dapat memperlambat
absorbsi polisakarida dan disakarida di usus halus. Penghambatan enzim α-glikosidase
dapat mengurangi pencernaan karbohidrat dan absorbsinya, sehingga mengurangi
peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita DM. Untuk mendapat efek
maksimal, acarbosediberikan pada suapan pertama. Efek samping yang paling sering
yaituflatulen.
d.Golongan penghambat glukoneogenesis, Metformin digunakan sebagai obat pilihan
pertama pada penderita DM tipe 2 dan DM obesitas, karena keamananterhadap
kardiovaskuler. Metformin menurunkan kadar glukosa darah melalui penurunan produksi
glukosa hepar dan meningkatkan absorbsi glukosa di ototrangka. Metformin
dikontraindikasikan untuk pasien dengan gangguan fungsiginjal dan hati, alkoholisme, gagal
jantung, infeksi.

2.Insulin, Insulin merupakan hormon polipeptida yang di sekresi oleh sel pankreas. Insulin
dapat dirusak oleh enzim pencernaan sehingga diberikan melaluiinjeksi. Insulin yang
dikeluarkan oleh sel-sel pankreas langsung ditransfusi kedalam hati melalui vena porta,
kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Insulin di dalam tubuh
membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel. Terapi insulin pada pasien lansia
diberikan apabila kontrol glukosadarah tidak dapat dikendalikan dengan OHO. Insulin yang
digunakan yaitu insulin NPH dan reguler.

3.7 Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan terapi DM menurut PDT (Pedoman Diagnosis dan Terapi) yaitu pasien
dirawat secara holistik untuk menormalkan kadar gula darah dengan cara:

a. Pengaturan Diet
b. Pemberian Medikamentosa

1.Insulin, Insulin diberikan apabila ada indikasi : DM tidak terkontrol, DM nonobesitas, koma
hiperglikemi, infeksi berat, stroke. Macam preparat insulin yaitu insulin kerjacepat (actrapid),
insulin kerja menengah (Monotard), insulin kerja panjang (Mixtard). Tata cara pemberian
insulin (pada pasien non darurat) :
a. Dimulai dengan insulinkerja cepat (insulin reguler).
b. Dosis awal kecil (3 x 5-8 U) subkutan.
c. Apabila belum terkontrol, dosis dinaikkan bertahap sedikit demi sedikit.
d. Dosis insulin kerjamenengah/panjang dimulai dengan ½ x dosis harian, insulin kerja
pendek ditingkatkan sesuaidengan kadar gula darah.

2.Obat Hipoglikemik Oral (OHO), Kontraindikasi pemberian OHO: Infeksi, komadiabertik,


trauma, infark akut, alergi OHO. OHO yang dapat diberikan: Golongan sulfonilurea ,
Golongan Biguanid ( Metformin). Spesifikasi penggunaan OHO: Gliquidondiindikasikan pada
pasien dengan gagal ginjal/sirosis hati. (Metformin sebaiknya diberikan pada pasien gemuk
dan dikombinasikan dengan sulfonilurea.

3.8 Pelayanan Informasi Obat kepada pasien Diabetes Mellitus

PIO terhadap pasien DM bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai
penggunaan dan pengobatan kepada pasien, meliputi :

1.Nama obat

2.Tujuan pengobatan

3.Jadwal pengobatan

4.Cara menggunakan obat

5.Lama penggunaan obat-obatan

6.Efek samping obat

7.Tanda-tanda toksisitas

8.Cara cara penyimpananan obat

9.Penggunaan obat lain-lain

10.Serta upaya meningkatkan kepatuhan pasien terhadap perintah pengobatannya.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Salah satu permasalahan utama pengobatan DM adalah rendahnya kepatuhan pasien


terhadap pengobatan dan kurangnya pemahaman terhadap instruksi pengobatan
hipoglikemik oral pada terapi DM. Adapun faktor kunci kepatuhan pasien terhadap
pengobatan adalah pemahaman terhadap instruksi pengobatan.
2. PIO terhadap pasien DM bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai
penggunaan dan pengobatan kepada pasien, meliputi : nama obat, tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat-obatan, efek samping
obat, tanda-tanda toksisitas, cara-cara penyimpananan obat, dan penggunaan obat lain-lain,
serta upaya meningkatkan kepatuhan pasien terhadap perintah pengobatannya.
3. Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan
diabetes yaitu membantu penderita menyesuaikan pola diet sebagaimana yang disarankan
ahli gizi. Dalam melakukan edukasi, apoteker dapat menggunakan alat bantu ataumedia,
baik media, audio, visual.
4. Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanyakenaikan
kadar gula darah (hiperglikemia) kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.

4.2 Saran

Dari makalah ini kami menghrapkan agar para pembaca bisa memahaminya dan membuat
makalah ini menjadi referensi untuk pentingnya pelayanan informasi obat kepada pasien
diabetes mellitus
DAFTAR PUSTAKA
Askandar Tjokroprawiro A. 2001. Klasifikasi diabetes mellitus. Diabetes mellitus : klasifikasi,
diagnosis, dan terapi. Edisi 3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Irianto. 2015. Memahami Berbagai Macam penyakit. CV Alfabeta.
Bandung.Katzung, B. G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. EGC. Jakarta.Kurniawan, W.
K., dan Chabib, L. 2010.
Pelayanan Informasi Obat Teori dan Praktik. Graha ilmu. Yogyakarta.Umi Athiyah. 2014.
Modul Asuhan Kefarmaasian (Pharmeceutical Care) pada Terapi Diabetes Mellitus Airlangga
University Press.

Anda mungkin juga menyukai