Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara hitung retikulosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara hitung retikulosit darah probandus.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan hitung retikulosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah retikulosit dalam %.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil hitung retikulosit darah probandus.
II. Metode
III. Prinsip
Sel – sel retikulosit adalah eritrosit muda mengandung sisa dari RNA yang basophilic
(berwarna biru). Materi yang berwarna biru ini akan tercatat secara supravital oleh cat
tertentu seperti New Methylene Blue atau Brilliant Cresyl Blue untuk membentuk suatu
granula yang berwarna biru.
Retikulosit adalah sel darah merah yang belum matang, yang mengandung Ribonucleic
acid intracellular (RNA), mitochondria, dan ribosom (Viana et al., 2014). Retikulosit
merupakan eritrosit yang lebih muda yang dilepaskan dari sumsum tulang belakang ke dalam
sirkulasi darah. Dalam kondisi normal, setelah retikulosit matang dalam waktu 1-3 hari di
dalam sumsum tulang belakang, mereka dilepaskan ke dalam sirkulasi atau aliran darah
perifer yang mana mereka disirkulasikan selama 1-2 hari sebelum mereka menjadi eritrosit
dewasa. Konten retikulosit hemoglobin (CHr) berisi zat besi fungsional yang berfungsi untuk
pembentukan sel darah merah yang baru selama 3-4 hari sebelumnya. CHr dalam sampel
darah perifer telah terbukti bermanfaat sebagai penanda untuk diagosis defisiensi zat besi dan
defisiensi anemia besi (IDA) yang baik pada anak-anak usia 2-4 tahun dan pada orang
dewasa (Parodi et al., 2016).
Bruganara, dkk. telah membuktikan bahwa CHr juga menyediakan ukuran awal dari
respon terhadap terapi besi parenteral yang meningkat dalam 2-4 hari sejak inisiasi intravena
terapi besi. Tujuan utama dari terapi untuk IDA adalah untuk menyediakan memasok zat besi
untuk memperbaiki penurunan hemoglobin (Hb) dan mengisi penyediaan zat besi yang
merupakan masalah hematologikal yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Pemberian
zat besi lewat oral merupakan terapi yang efektif dan pelayanan yang diterima di dunia yang
ditujukan kepada penderita anemia berasal dari diet zat besi asupan yang inadekuat karena
kemanjurannya, keamanan, dan kemurahannya (Parodi et al., 2016).
Dengan demikian pada Unit Hematologi Pediatric, perawatan zat besi oral merupakan
perawatan garis depan untuk semua anak-anak dengan IDA dengan kecurigaan anamnesa
asupan besi yang tidak adekuat, secara mandiri berdasarkan kadar Hb dalam darah. Baru-baru
ini, peneliti dapat mengidentifikasi absolute reticulocyte count (ARC) atau hitung retikulosit
absolut dan CHr sebagai penanda yang akurat dan priesisius dalam rangka untuk mendeteksi
lebih awal para responden ke zat besi oral yang eksklusif therapy in a small cohort of pasien
anak-anak dengan anemia defisiensi zat besi yang parah (IDA). Hasil pendahuluan pada
anak-anak dengan basis Hb yang rendah (median tingkat Hb sebelum perawatan 6.3 g/dL;
dengan range 4.5–7.0) mendorong kami untuk menyelidiki keampuhan parameter retikulosit
dalam memantau respons terhadap suplementasi zat besi oral dalam kelompok pasien anak
yang lebih besar (Parodi et al., 2016).