Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Analisis Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003”

Disusun Oleh:
Deny Suteja Ginanjar Raksa G
(CB016112356)

Mata kuliah : Ilmu Pengantar Bisnis


Jurusan : Administrasi Niaga
ANGKATAN : 2016

Institut STIAMI JUANDA


DEPOK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Pada dasarnya makalah yang berjudul “Analisis Undang-Undang No. 13 Tahun


2003” dibuat dengan tujuan untuk mengetahui unsur mana saja yang lebih banyak
diuntungkan oleh undang-undang tersebut.

Pada kesempatan ini saya selaku penulis makalah ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Reny Fitriana selaku dosen Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia
di kampus STIAMI Juanda Depok
2. Teman-teman yang telah mendukung dan ikut memotivasi dalam menyelesaikan
makalah ini

Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun.

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ........................................................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................................................... ii

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan ............................................................................................................2
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................................2
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................................................... 2
1.5 Penegasan Istilah ...........................................................................................................2
1.6 Sistematika Pembahasan ............................................................................................. 3

Bab 2 Pembahasan ............................................................................................................... 4


2.1 Hubungan Kerja ...............................................................................................................4
2.2 Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan .........................................................6

Bab 3 Penutup ........................................................................................................................ 8


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 8
3.2 Kritik dan Saran ............................................................................................................... 8

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
berlaku mulai tanggal 25 Maret 2003 merupakan pengganti dari berbagai
perundangan ketenagakerjaan yang lama yang mengatur mengenai Pelatihan
Kerja, Penempatan Tenaga Kerja, Hubungan Kerja, Perlindungan, Pengupahan
dan Kesejahteraan, Hubungan Industrial, Pemutusan Hubungan Kerja, dan
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Peran UU Ketenagakerjaan dalam masyarakat saat ini masih belum berfungsi
secara maksimal sehingga masih banyak tenaga kerja yang belum mengetahui
tentang undang-undang tersebut,hal ini dapat terlihat pada praktik tenaga kerja
outsourching dimana hak para tenaga kerja tidak sesuai dengan UU
ketenagakerjaan yang saat ini berlaku di negara kita. Contohnya para tenaga kerja
outsourching biasanya bekerja dengan sistem kontrak dimana ketika kontrak selesai
maka tidak ada uang pesangon sebagai balas jasa atas apa yang dikerjakan oleh
para tenaga kerja tersebut selama bekerja dalam suatu perusahaan. Adapun contoh
lainnya adalah sistem upah tenaga kerja yang masih di bawah standar UMR. Dari
dua contoh tersebut menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak
mengetahui UU Ketenagakerjaan sehingga mereka menerima begitu saja apa yang
ditetapkan oleh pemilik perusahaan atau instansi tempat mereka bekerja dengan
alasan asalkan mereka diterima bekerja.
Ada beberapa poin dasar pembuatan Undang-Undang Ketenagakerjaan ini seperti
Undang-Undang didasarkan atas pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya
untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik
materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kemudian
dilanjutkan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peran
dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan juga sebagai tujuan
pembangunan. Karena tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan, maka
diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga
kerja dan peran sertanya. Di dalamnya juga diatur bahwa keluarga tenaga kerja juga
mendapatkan perlindungan sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.

-1-
1.2 Batasan Masalah
Bertolak dari ruang lingkup masalah di atas, maka penulisan makalah dengan judul
“Analisis Undang-Undang No. 13 Tahun 2003” perlu dibatasi supaya hasil penulisan
memberikan informasi dan hasil yang tepat. Masalah yang dibahas sebagai berikut :
 Menganalisis UU No. 13 Tahun 2003 tentang perburuhan khususnya
hubungan antara pemberi kerja dan pekerja/buruh.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah
berikut :
 keberpihakan unsur mana saja yang cenderung diuntungkan.

1.4 Tujuan Penulisan


1.4.1 Tujuan Umum
Secara umum penulisan makalah bertujuan mendiskripsikan tentang judul “Analisis
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003”.

1.4.2 Tujuan Khusus


Berdasarkan tujuan di atas dapat dirumuskan tujuan khusus pada judul “Analisis
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003” adalah untuk :
 Memperoleh penjelasan mengenai hubungan antara pemberi kerja dan
pekerja/buruh berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003.

1.5 Penegasan Istilah


Agar pemahaman makalah dengan judul “Analisis Undang-Undang No. 13 Tahun
2003” perlu ditegaskan istilah-istilah yang membentuk judul tersebut.

 Judul : Analisis Undang-Undang No. 13 Tahun 2003.


 Analisis : penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan
sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab,
duduk perkaranya, dan sebagainya). (https://kbbi.web.id/analisis)
 Undang-undang: etentuan dan peraturan negara yang dibuat oleh pemerintah
(menteri, badan eksekutif, dan sebagainya), disahkan oleh parlemen (Dewan

-2-
Perwakilan Rakyat, badan legislatif, dan sebagainya), ditandatangani oleh
kepala negara (presiden, kepala pemerintah, raja), dan mempunyai kekuatan
yang mengikat (https://kbbi.web.id/undang-2)

1.6 Sistematika Pembahasan


Makalah ini terdiri dari 3 bab, meliputi :
 Bab I Pendahuluan
 Bab II Pembahasan
 Bab III Penutup

-3-
BAB II
PEMBAHASAN

Pembuatan makalah berupa seperangkat konsepsi dan berbagai bentuk


operasionalnya yang meliputi berbagai konsepsi sebagai berikut :
1. Hubungan Kerja
2. Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan

2.1. Hubungan Kerja


1) Hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha dalam proses
produksi barang dan jasa didasarkan pada perjanjian kerja baik tertulis
maupun tidak tertulis (Pasal 51 ayat (1))
2) Dalam hal tidak terdapat perjanjian kerja, untuk menentukan ada tidaknya
hubungan kerja dapat dilihat dari unsur-unsur adanya pekerjaan, perintah
dan upah.
3) Perjanjian kerja dibuat dalam bentuk tertulis atau lisan. Untuk
memberikan kepastian hukum dalam hubungan kerja sebaiknya
perjanjian kerja dibuat secara tertulis.
4) Dalam hal perjanjian kerja dibuat secara lisan, bagi pekerja/buruh dan
pengusaha wajib membuat surat pengangkatan. Surat pengangkatan
dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum terutama mengenai
hak-hak pekerja/buruh serta syarat-syarat kerja lainnya.
5) Kewajiban pembuatan perjanjian kerja dan surat pengangkatan
dibebankan kepada pengusaha, dan apabila pengusaha tidak melakukan
kewajiban itu maka pengusaha bertanggung jawab terhadap akibat dari
pelaksanaan hubungan kerja tersebut (Pasal 53).
6) Perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu tertentu atau waktu tidak
tertentu.
7) Perjanjian kerja waktu tertentu hanya dibolehkan untuk jenis-jenis
kegiatan tertentu (Pasal 59) Latar belakang pembatasan ini adalah
walaupun kebebasan berkontrak merupakan hal yang asasi yang
diserahkan kepada para pihak untuk menentukan berapa lama ia
akan bekerja atau dipekerjakan, karena langkanya kesempatan kerja,
maka dibutuhkan adanya kepastian kesempatan kerja.

-4-
Bahwa asas perjanjian kerja adalah kebebasan berkontrak dan
apabila kontrak berakhir, hubungan kerja putus demi hukum tanpa
ada kewajiban pihak satu kepada pihak lainnya.
Apabila tidak ada pembatasan maka pengusaha akan leluasa membuat
kontrak untuk semua jenis pekerjaan, oleh karena itu perlu dilakukan
pembatasan jenis dan sifat pekerjaan yang dapat dikontrakkan.
8) Walaupun sifat pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang terus
menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu, dan merupakan
bagian dari suatu proses produksi, namun apabila terdapat kebutuhan
yang mendesak yang tidak dapat dipenuhi dengan pekerja/buruh yang
ada maka dalam kondisi tersebut perusahaan dapat mempekerjakan
pekerja/buruh baru dengan PKWT.
9) PKWT dibuat untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang 1 (satu) tahun, namun dalam hal tertentu dapat dilakukan
pembaharuan perjanjian kerja dengan ketentuan 1 (satu) kali
pembaharuan dan paling lama 2 (dua) tahun.
10) Waktu 30 (tiga puluh) hari digunakan untuk berfikir bias kontrak baru.
Pembaharuan PKWT hanya dapat dilakukan setelah lewat tenggang
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak berakhirnya PKWT, artinya dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari hubungan kerja putus. Apabila masih
diinginkan untuk melanjutkan hubungan kerja dilakukan dengan
pembaharuan PKWT dengan ketentuan paling lama 2 (dua) tahun (Pasal
59 ayat (6)).
11) Dalam hal syarat material (Pasal 59 ayat (1) dan ayat (2)) tidak terpenuhi
sehingga berubah menjadi PKWTT, maka PKWTT tersebut dihitung
sejak dimulainya hubungan kerja PKWT.
12) Dalam hal syarat formal (Pasal 59 ayat (4), ayat (5) dan ayat (6))
tidak terpenuhi sehingga berubah menjadi PKWTT, maka PKWTT
tersebut dihitung sejak tidak terpenuhinya syarat dimaksud.
13) Dalam kegiatan out sourcing dapat dibuat PKWT dan PKWTT (Pasal 64 -
Pasal 66)
14) Out sourcing yang dilakukan melalui pemborongan pekerjaan
hubungan kerja yang terjadi adalah antara pekerja/buruh dengan
perusahaan pemborong (Pasal 64 - Pasal 66)

-5-
15) Apabila syarat material (Pasal 65 ayat (2) dan ayat (3)) perjanjian
pemborongan tidak terpenuhi maka peralihan hubungan kerja antara
pekerja/buruh perusahaan pemborongan dengan perusahaan pemberi
pekerjaan dihitung sejak terjadinya perjanjian pemborongan.
Hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan pemborong
pekerjaan berakhir dan segala akibat hukum dari putusnya hubungan
kerja tersebut menjadi tanggung jawab perusahaan pemborongan
pekerjaan
16) Ketentuan butir 15 berlaku pula terhadap penyimpangan dari
ketentuan pasal 66 ayat (1), ayat (2) huruf a, b, dan d, dan ayat (3).
17) Out sourcing yang dilakukan melalui penyediaan jasa pekerja/buruh
hubungan kerja yang terjadi adalah antara perusahaan penyedia jasa
dengan pekerja/buruh (Pasal 64 - Pasal 66)

2.2. Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan


1) Larangan mempekerjakan anak dalam Pasal 68 harus dikaitkan
dengan Konvensi ILO No. 138 dan No. 182. Artinya anak yang berusia
lebih dari 15 tahun sampai dengan dibawah 18 tahun boleh bekerja,
dan diperlakukan sebagai pekerja/buruh dewasa kecuali untuk bekerja
pada pekerjaan yang terburuk untuk anak sebagaimana diatur dalam
Pasal 74.
2) Maksud dari membatasi anak untuk bekerja adalah salah satunya
melindungi anak tersebut dari perbuatan eksploitasi. Apabila anak
bekerja pada usaha keluarga tidak diwajibkan untuk dibayar upahnya.
Ketentuan ini membuka peluang terjadinya eksploitasi anak oleh
“keluarga”. Untuk mencegahnya, usaha-usaha keluarga agar diartikan
terbatas kepada usaha yang dimiliki orang tua atau saudara
sekandung orang tua atau saudara sekandung anak tersebut (Pasal 69
ayat (3))
3) Untuk menghindari mempekerjakan anak dengan tidak memperhatikan
syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-undang ini maka pengusaha
harus dapat membuktikan bahwa si anak yang berada di tempat
kerja tidak dipekerjakan (Pasal 73)

-6-
4) Selama menjalankan istirahat panjang, pekerja/buruh diberi uang
kompensasi hak istirahat tahunan tahun kedelapan sebesar 1/2
(setengah) bulan gaji dan bagi perusahaan yang elah memberlakukan
istirahat panjang yang lebih baik dari ketentuan undang-undang ini, maka
tidak boleh mengurangi dari ketentuan yang sudah ada. (Penjelasan
Pasal 79 ayat (2) huruf d)
5) Lahirnya hak istirahat panjang terhitung 6 (enam) tahun sejak
diundangkannya Undang-undang ini.
6) Kondisi keguguran kandungan hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan
kesehatan dokter kandungan atau bidan.
Dokter kandungan atau bidan dapat memberikan keterangan untuk
istirahat sesuai dengan kondisi kesehatan pekerja/buruh perempuan
tersebut (Pasal 82 ayat (2))
7) Pencapaian kebutuhan hidup layak dilakukan secara bertahap
mengingat kemampuan perusahaan yang berbeda, tingkat produktivitas
dan kondisi ekonomi makro.
Oleh karena itu pemerintah secara periodik menetapkan tingkat
pencapaian kebutuhan hidup layak tersebut (Pasal 89 ayat (2))
8) Struktur upah adalah susunan tingkat upah dari yang terendah
sampai yang tertinggi atau dari yang tertinggi sampai yang terendah
yang didasarkan atas perbedaan bobot pekerjaan dan atau golongan
jabatan.
9) Skala upah adalah kisaran nilai nominal upah untuk setiap golongan
jabatan.
10) Penyusunan struktur dan skala upah dimaksudkan sebagai pedoman
penetapan upah di perusahaan sehingga terdapat kepastian tingkat upah
menurut jenjang jabatan, kompetensi dan masa kerja untuk mengurangi
kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan yang
bersangkutan.

-7-
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab
sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

Karena banyaknya pasal dalam undang-undang ketenagakerjaan yang memihak


pada hak para pekerja, maka banyak perusahaan yang memilih jalan keluar untuk
memberlakukan sistem kontrak bagi para pekerja untuk menghindari salah satu
pasal yang mengatur tentang pemberian pesangon. Dengan sistem kontrak tersebut
mebuat lahirnya perusahaan-perusahaan outsourching atau perusahaanpenyedia
jasa tenaga kerja yang menjadi penyalur tenaga kerja kontrak pada perusahaan
industri yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak.

Masalah undang-undang ketenagakerjaan ini memang menjadi masalah yang cukup


kompleks selama di satu pihak merasa dirugikan dengan adanya undang-undang
tersebut. Dari pihak pengusaha merasa dirugikan dengan adanya undang-undang
ketenagakerjaan ini, serta banyak investor yang pada akhirnya batal
menginvestasikan modalnya di perusahaan dalam negeri karena takut akan
terjadinya pembayaran pesangon dalam jumlah yang besar. Sementara para pekerja
merasa undang-undang ketenagakerjaan ini tidak memiliki fungsi yang berarti dalam
kehidupan mereka sehingga mereka tidak memiliki keinginan untuk mengetahui hak-
hak dan kewajiban mereka yang telah diatur dalam undang-undang tersebut

3.2 Kritik dan Saran


Dengan tersusunnya makalah ini penulis menyarankan agar pembaca pada
umumnya serta mahasiswa STIAMI Juanda Depok pada khususnya, dapat
mengetahui dan memahami tentang Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Selain itu, disarankan agar para mahasiswa yang sudah bekerja khususnya dibagian
HRD senantiasa untuk mempelajari peraturan mengenai ketenagakerjaan.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis menerima setiap kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.

-8-
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003;


Buku pedoman pemahaman UU Nomor 13 tahun 2003;

Situs :
(https://betterworklifeblog.wordpress.com/2016/08/31/rangkuman-uu-no-13-tahun-
2003-tentang-ketenagakerjaan-part-1/)
(https://ebbycsasi.wordpress.com/2015/06/16/analisis-kebijakan-uu-no-13-tahun-
2003-tentang-ketenagakerjaan/)

-9-

Anda mungkin juga menyukai