Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya
yang tidak pernah berhenti memberikan kekuatan kepada kami untuk dapat menjalankan
amanah serta mampu menyelesaikan laporan Nusantara Sehat Individual penempatan
Puskesmas Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai status kesehatan
masyarakat khususnya laporan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas
Mappakasunggu.
Setidaknya laporan ini akan mampu memberikan gambaran mengenai kinerja
Puskesmas Mappakasunggu dari sudut pandang tenaga kesehatan penugasan khusus
yang memotret langsung segala aktifitas, berinteraksi langsung dengan tenaga kesehatan
setempat, serta mencari akar permasalahan bersama dengan pihak terkait.
Dalam penyusunan laporan ini, saya dari tim Nusantara Sehat Individual
penempatan Puskesmas Mappakasunggu ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Asridah Muis sebagai Kepala Puskesmas Mappakasunggu beserta
semua karyawan Puskesmas,
2. Bapak Camat Mappakasunggu beserta jajarannya,
3. Bapak-bapak Kepala Desa di Kecamatan Mappakasunggu beserta jajarannya
4. Pegawai atau staf Puskesmas Mappakasunggu
Banyak kendala dalam penyusunan laporan ini, antara lain keterlambatan
pengumpulan data, ketidak lengkapan data dan validitas data yang ada. Meskipun
demikian, sudah menjadi komitmen kami untuk tetap mengupayakan membuat laporan
setiap tahunnya dan lebih awal dari tahun-tahun sebelumya dala rangka menyajikan
bahan evaluasi berbagai program kesehatan yang telah dilaksanakan dan perencanaan
ke depan, berdasarkan data dalam pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat.
5. Warga masyarakat Mappakasunggu serta semua pihak yang terlibat namun
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Harapan kami semoga laporan ini bermanfaat untuk semua yang membutuhkannya
dan jika terdapat kekeliruan ataupun kekurangan di dalam laporan ini, saya dari tim
Nusantara Sehat Mappakasunggu dengan senang hati menerima masukan untuk
perbaikan laporan ini.
Salam Sehat.
Takalar, Juni 2017

Tim Nusantara Sehat Individual

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) yang bertanggungjawab atas kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan
bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan bagi masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat agar memperoleh
derajat kesehatan yang optimal .
Upaya yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari Upaya Kesehatan Wajib
dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib merupakan upaya
kesehatan yang dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas di Indonesia, upaya ini
memberikan daya ungkit paling besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan
melalui peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) , serta merupakan
kesepakan global dan nasional.Yang termasuk di dalam Upaya Kesehatan Wajib
adalah Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu Anak dan
Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular serta Pengobatan.
Upaya Kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat setempat serta
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya Kesehatan Pengembangan
ditetapkan bersama Dinas Kesehatan Kabupaten dengan mempertimbangkan
masukan dari masyarakat, apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakannya
tetapi telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten wajib
menyelenggarakannya. Upaya Kesehatan Pengembangan antara lain : Upaya
Kesehatan Anak sekolah, Upaya Kesehatan Olah Raga , Upaya Kesehatan Kerja,
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Jiwa, Upaya Kesehatan Mata,
Upaya Kesehatan Usia Lanjut, Pembinaan Pengobatan Tradisional, Perawatan
Kesehatan Masyarakat dan lain sebagainya. Upaya pelayanan Laboratorium dan
upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk kedalam pilihan karena merupakan
pelayanan penunjang dari setiap upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan Puskesmas.

2
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka puskesmas harus
melaksanakan manajemen yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan output yang efektif
dan efisien, dimana manajemen terdiri dari perencanaan , pelaksanaan dan
pengendalian yang manjadi satu kesatuan saling terkait dan
berkesinambungan.Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus
dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan dengan memenfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna
dan berdaya guna. Perencanaan tingkat puskesmas disusun untuk mengatasi
masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya, mulai dari tahap analisa sampai
rencana pelaksanaan yang akan dilakukan baik dari Upaya Kesehatan Wajib maupun
Upaya Kesehatan Pengembangan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran pelayanan masyarakat di Puskesmas melalui
hasil pencapaian program dan indikator kesehatan yang dilaksanakan Puskesmas
sehingga dapat menjadi tolak ukur atau dasar pelaksanaan kegiatan Puskesmas,
Dinkes Kota/Kabupaten, Dinkes Provinsi serta Kemenkes.
2. Tujuan Khusus
a) Tersedianya data dan informasi yang akurat dalam pelaksanaan kegiatan.
b) Diperolehnya informasi mengenai cakupan program sehingga dapat memotivasi
pengelola untuk lebih meningkatkan kerjanya.
c) Menjadi acuan dalam membuat inovasi-inovasi lain dalam meningkatkan derajat
kesehatan.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Geografis
Puskesmas Mappakasunggu berada di Kecamatan Mappakasunggu Desa Takalar
Kabupaten Takalar serta mempunyai luas tanah 2.400 m2 dan luas bangunan 190 m2.
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Mappakasunggu adalah:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Sanrobone
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Mangngarabombang
c. Sebelah Barat : Selat Makassar
d. Sebelah Timur : Kecamatan Pattallassang
Puskesmas Mappakasunggu merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Takalar yang berada diwilayah Kecamatan Mappakasunggu. Wilayah kerja
Puskesmas Mappakasunggu meliputi satu (1) Kelurahan dan delapan (8) Desa.
Berikut tabel data Kelurahan/Desa, jumlah Lingkungan/Dusun, wilayah kerja
Puskesmas Mappakasunggu:
Tabel 1. Jumlah Kelurahan/Dusun, di Wilayah Kerja Puskesmas Mappakasunggu
Kecamatan Mappakasunggu
Kelurahan Takalar Tahun 2017

No Nama Kelurahan/Desa Jumlah Lingkungan/Dusun


1 Kelurahan Takalar 7 Linkungan
2 Desa Patani 5 Dusun
3 Desa Soreang 4 Dusun
4 Desa Pa’batangan 4 Dusun
5 Desa Maccini Baji 4 Dusun
6 Desa Mattiro Baji 4 Dusun
7 Desa Rewataya 5 Dusun
8 Desa Tompo Tanah 3 Dusun
9 Desa Balang Datu 6 Dusun
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu

B. Visi dan Misi Puskesmas Mappakasunggu


1. Visi Puskesmas Mappakasunggu Maros
TERWUJUDNYA MASYARAKAT BERSIH DAN SEHAT SECARA MANDIRI
2. Misi Puskesmas Mappakasunggu
Melalui upaya :
a. Mengembangkan mutu pelayanan yang berorientasi kebutuhan masyarakat
b. Memberdayakan serta mendorong kemandirian keluarga dan masyarakat untuk
hidup bersih dan sehat
c. Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM yang profesional.

4
d. Menggalang kemitraan

C. Upaya-Upaya Kesehatan di Puskesmas Mappakasunggu Pengembangan


1. Upaya kesehatan sekolah
2. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
3. Upaya kesehatan kerja
4. Upaya kesehatan gigi dan mulut
5. Upaya kesehatan jiwa
6. Upaya kesehatan mata
7. Upaya kesehatan usia lanjut
8. Upaya pelayanan penunjang :
a. Laboraturium, Farmasi
b. Pencatatan dan Pelaporan.
Puskesmas Mappakasunggu memiliki ruang yang terdiri atas Poli umum, Poli gigi,
Labotorium, ruang PTM, ruang TB dan kusta, Sanitasi Kesling, dan Surveilans, Gizi,
ruang Tata Usaha, Promkes, Apotik, Rekam medik, UGD, Imunisasi, ruang jaga
Perawat, KIA dan KB, ruang Bersalin, Kepala Puskesmas, gudang.
Berikut tabel jenis tenaga dan jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas
Mappakasunggu:

Tabel 2. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Mappakasunggu


Kecamatan Mappakasunggu Kelurahan Takalar
Tahun 2017

Jumlah/Jenis Kepegawaian
No. Jenis Tenaga Pendidikan
Jumlah PNS Honor PTT
1 Dokter Umum S1 Kedokteran 2 2 0 0
S1 Kedokteran Gigi
2 Dokter Gigi 1 1 0 0
D3 perawat gigi
3 Perawat Gigi 2 2 0 0
S1 Kep + Ners 4 4 0 0
4 Sarana Kes S1 Kep
S1 Kes-Mas 0 0 0 0
5 Perawat D3 Keperawatan 2 2 0 0
D3 Kebidanan 10 3 0 7
6 Bidan
DIV Kebidanan 2 2 0 0
S1 Apoteker, S1
7 Farmasi 2 2 0 0
Farmasi
8 Gizi D3, SPRG 2 2 0 0

5
9 Laboratorium D3 Analis 1 1 0 0

10 Sanitarian S1 1 1 0 0

11 Ka. TU D3 Gizi 1 1 0 0

12 Supir SMU 1 0 1 0
Cleaning
13 SMU 2 0 2 0
Servis
JUMLAH 34 26 3 7
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu

Berikut tabel sarana dan prasaran pelayanan kesehatan di Puskesmas


Mappakasunggu:
Tabel 3. Jumlah Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2017

No. Kesehatan Jumlah


1 Puskesmas Induk 1
2 Posyandu 26
3 Poskesdes 4
4 Pustu 7
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu

Upaya kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Induk yaitu;


a. Poli Gigi
b. Kamar Obat
c. Kamar Loket (kartu)
d. Poli Umum
e. Rawat Inap
f. Klinik Sanitasi
g. Klinik Gizi
h. Laboratotium

6
BAB III
SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. Pelayanan Kesehatan
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 dan K-4 dan Persalinan Oleh Tenaga
Kesehatan:
Tabel 4. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 dan K-4
Di Wilayah Kerja Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2016

IBU HAMIL IBU BERSALIN


Puskesm
Kecamatan JML JML Di tlg
as K1 % K4 % %
H H Nakes
Mappakasun Mapakas 98,
337 337 100 331 320 320 100
ggu unggu 2
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu

Dari 337 ibu hamil, Cakupan K-1 337 (100 %) dan K-4 sebanyak 331 (98,2
%). Dari persentase cakupan K1 dan K-4 menggambarkan bahwa kesadaran ibu
hamil untuk memeriksakan kandungannya sedini mungkin ke Puskesmas, Pustu
dan Poskesdes sudah mulai meningkat, namun demikian masih ada sebagian ibu
hamil memeriksakan kehamilannya setelah usia diatas triwulan pertama, sehingga
kunjungannya tetap tercatat sebagai K1 padahal jika berdasarkan usia
kehamilannya mestinya sudah tercatat sebagai K2, K3, ataupun K4.
Jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan adalah 320 (100 %) persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Mappakasunggu pada tahun 2016.
Persentase cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun ini
menggambarkan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap
persalinan semakin baik dibandingkan tahun sebelumnya.

2. Persentase Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita (Pra Sekolah)


Anak balita (Anak Prasekolah) yang dideteksi kesehatan dan tumbuh
kembangnya sesuai standar paling sedikit 4 kali per tahun di wilayah kerja
Puskesmas Mappakasunggu tahun2016 adalah 380 balita (48,84 %). Hal ini terjadi
peningkatan dari tahun sebelumnya yang tidak lepas dari proaktif pengelolah
program
3. Persentase Siswa SD, SMP, dan SMA sederajat yang Diperiksa Kesehatannya
Cakupan Pemeriksaan kesehatan pada anak SD/MI kelas 1 oleh tenaga
kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan

7
kesehatan di SD/MI di wilayah kerja Puskesmas Mappakasunggu tahun 2016
sebanyak 26 sekolah di wilayah Puskesmas Mappakasunggu.
4. Persentase Peserta KB Baru dan Aktif
Tabel 5. Peserta KB Baru dan Aktif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2016

Jumlah Peserta KB Baru Peserta KB Aktif


No Puskesmas
PUS JML % JML %
Puskesmas
1 2251 523 20,50 2078 81,45
Mappakasunggu
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu
Berdasarkan data Pengelola KB Kecamatan Puskesmas Mappakasunggu
tahun 2016, Peserta KB Baru 523 (20,50 %) dan peserta KB Aktif sebanyak 2078
(81,455 %) orang dari 2551 pasangan usia subur. Angka ini menunjukkan tingkat
partisipasi masyarakat tentang KB cukup baik.
Berdasarkan jenis kontrasepsi peserta KB lebih banyak menggunakan suntik
sebanyak 983, dibandingkan jenis kontasepsi lain yaitu pil 590, kondom 185, implan
232, IUD 63, MOP/MOW 1/24.
6. Persentase Desa yang mencapai UCI
Tabel 6. Pemantauan Desa Menuju UCI Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2016

Sasaran % Pencapaian Desa UCI


Desa tahunan DPT/ POLIO CAMP atau non
BCG
bayi HB(3) 4 AK UCI
Takalar 80 105 110 110 107,5 uci
Soreang 23 104,3 104,3 104,3 117,4 uci
Patani 35 97,1 108,6 108,6 105,7 uci
Pa’batangan 24 91,7 83,3 83,3 108,3 uci
Mattiro Baji 20 130 105 105 120 uci
Maccini Baji 36 80,6 75 75 72,2 Non uci
Tompo Tana 37 67,6 56,8 56,8 59,5 Non uci
Rewataya 33 78,8 78,8 78,8 87,9 uci
Balang Datu 20 120 125 125 125 uci
Puskesmas 308 95,5 94,2 94,2 98,1 uci
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu

8
Pada tahun 2016 cakupan imunisasi Puskesmas Mappakasunggu masih ada
2 (dua) Desa yang belum UCI. (universal child immunization). Imunisasi merupakan
salah satu jalan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
khususnya pada bayi dan balita melalui pemberian perlindungan / kekebalan tubuh
terhadap penyakit-penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi (PD31).
Imunisasi bayi terdiri atas :
a. Imunisasi BCG untuk memberi perlindungan terhadap penyakit TBC
b. Imunisasi DPT/HB 1 sampai 3, memberi perlindungan terhadap penyakit
hepatitis, difteri, pertusis dan tetanus.
c. Iminusasi polio 1 sampai polio 4, untuk memberikan perlindungan terhadap
penyakit polio.
d. Imunisasi campak, untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit campak
Pada tahun 2016 cakupan imunisasi Puskesmas Mappakasunggu dari 308
sasaran bayi sebagai berikut :
a. Cakupan imunisasi HBO mencapai 313 bayi atau 101,6 %
b. Cakupan imunisasi BCG mencapai 294 bayi atau 95,5 %
c. Cakupan imunisasi POLIO 1 mencapai 294 bayi atau 95,5 %
d. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 mencapai 303 bayi atau 98,46 %
e. Cakupan imunisasi POLIO 2 mencapai 303 bayi atau 98,4 %
f. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 mencapai 305 bayi atau 102,5 %
g. Cakupan imunisasi POLIO 3 mencapai 305 bayi atau 102,5 %
h. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 mencapai 290 bayi atau 94,2 %
i. Cakupan imunisasi POLIO 4 mencapai 290 bayi atau 94,2 %
j. Cakupan imunisasi Campak mencapai 302bayi atau 98,1%
Pencapaian ini memberi gambaran proporsi bayi yang telah mendapat
perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (khususnya
bagi yang telah mendapat DPT3 +HB3, Polio 3, BCG dan Campak. Yang berarti
tingkat pengelolaan program imunisasi harus lebih ditingkatkan serta pemanfaatan
pelayanan imunisasi di posyandu oleh masyarakat, hal ini sangat erat kaitannya
dengan kesadaran dari ibu untuk membawa anaknya keposyandu yang seringkali
diabaikan karena faktor pekerjaan rumah tangga, faktor anak yang sakit, dll.
Tingginya kecakupan imunisasi tahun2016sebagaimana terlihat pada data
tersebut diatas di sebabkan karena tingginya partisipasi masyarakat tentang
pentingnya imunisasi dan tak lepas dari proaktifnya pengelola program imunisasi
dan teman-teman didesa melakukan kegiatan swipping imunisasi.
7. Persentase Balita Mendapat Vitamin A 2 kali

9
Tabel 7.Cakupan Kapsul Vit A Dosis Tinggi pada Bayi (6-11 Bulanan),
Balita (1-5 Tahun) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2016

JML yang
Kel/Desa Sasaran Pencapaian(%)
diberikan
Takalar 190 190 100
Patani 92 92 100
Soreang 98 98 100
Pa’batangan 114 114 100
Mattiro Baji 117 117 100
Maccini Baji 111 111 100
Tompo Tana 132 132 100
Rewataya 101 101 100
Balang Datu 104 104 100
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu
Data Gizi Puskesmas Mappakasunggu tahun 2016 persentase bayi/balita di
wilayah Puskesmas Mappakasunggu tahun 2016 yang mendapatkan vitamin A
dosis tinggi sebanyak 1059 Balita (100 %) dari jumlah sasaran 1059 Balita
8. Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Tablet Fe3
Tabel 8. Cakupan Fe3 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2016

Jumlah Bumil yg
No Kelurahan/Desa Sasaran %
dapat FE
1 Takalar 88 90 102,2
2 Patani 39 42 107,6
3 Soreang 26 30 115,3
4 Pa’batangan 26 28 107,6
5 Mattiro Baji 40 34 85
6 Maccini Baji 22 24 109
7 Rewataya 36 43 119,4
8 Tompo Tana 24 25 104,1
9 Balang Datu 23 21 91,30
Puskesmas 329 337 102,43
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu

1
0
Data Gizi Puskesmas Mappakasunggu 2016 dari 329 sasaran bumil di
wilayah kerja Puskesmas Mappakasunggu tahun 2016 yang mendapat 90 tablet
Fe selama periode kehamilannya sebanyak 329 bumil atau 102,43 %. Angka
cakupan in sangat dipengaruhi oleh kunjungan ibu hamil ke sarana pelayanan
kesehatan.
9. Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Imunisasi TT
Tabel 9. Cakupan Kumulatif Hasil Imunisasi TT Ibu Hamil
Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2016

Cakupan Kumulatif Ibu Hamil Diimunisasi TT


Sasaran
Desa (%)
Bumil
TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
Takalar 88 33 32 26 21 10
Soreang 39 13 12 6 11 10
Patani 26 9 9 8 7 5
Pa’batangan 26 13 13 6 4 4
Mattiro Baji 40 15 20 10 6 3
Maccini Baji 22 8 6 8 7 5
Tompo Tana 24 11 8 11 0 3
Rewataya 36 23 23 12 8 1
Balang Datu 23 7 5 7 7 0
Puskesmas 324 132 128 94 71 41
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu
Data Imunisasi Puskesmas Mappakasunggu 2016 persentase ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Mappakasunggu yang mendapatkan imunisasi TT1
sampai TT5 pun sangat dipengaruhi oleh kunjungan ibu ke sarana pelayanan
kesehatan dalam hal ini ke puskesmas atau ke posyandu. Pada tahun 2016
cakupan imunisasi TT bumil harus di sesuaikan dengan pemberian imunisasi TT
sebelumnya.
10. Cakupan Rawat Jalan
Jumlah kunjungan rawat jalan di dalam ataupun diluar gedung Puskesmas
Mappakasunggu adalah 22.913 kunjungan yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan di wilayah Puskesmas Mappakasunggu, termasuk yang mendapat
pelayanan di Poli Umum, Poli Gigi, KIA, pelayanan di Puskesmas keliling, dsb.
Dari jumlah penduduk yang berkunjung ke Puskesmas tersebut mayoritas
mereka datang dengan tujuan untuk mendapatkan pelayanan pengobatan, hal ini
kurang sejalan dengan fungsi puskesmas yang bukan hanya kuratif tetapi juga

1
1
promotif, preventif. Sehingga diharapkanbukan hanya mereka yang sakit saja yang
datang untuk berobat tetapi sebagian mereka diharapkan datang berkonsultasi
tentang bagaimana mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Namun
kenyataanya hal tersebut masih jauh dari yang diharapkan karena persepsi
masyarakat bahwa puskesmas adalah tempat bagi orang-orang yang sedang sakit,
sehingga masyarakat yang datang dengan tujuan konsuktasi masalah kesehatan
yang sangat minim.
Namun kenyataannya hal tersebut masih jauh dari yang diharapkan karena
persepsi masyarakat bahwa puskesmas adalah tempat bagi orang-orang yang
sedang sakit, sehingga masyarakat yang datang dengan tujuan konsultasi masalah
kesehatan sangat minim. Berikut Gambaran 10 Penyakit Terbanayak di wilayah
Puskesmas Mappakasunggu Tahun 2016
Tabel 10. 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2016

NO DIAGNOSA L P JUMLAH
1 ISPA 868 957 1825
2 Demam 803 760 1563
3 Influenza 721 796 1517
4 Dispepsia 337 819 1156
5 Gangguan Jaringan Lunak 294 635 929
6 Sakit Kepala 205 672 877
7 Diare 424 414 838
8 Batuk 345 506 851
9 Penyakit Kulit Infeksi 289 410 699
10 Hipertensi 137 430 567
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa kunjungan tertinggi masih di dominasi
penyakit menular basis lingkungan dan kesadaran masyarakat tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih kurang, hal ini menggambarkan bahwa
kesehatan lingkungan di wilayah Puskesmas Mappakasunggu masih perlu
mendapat perhatian sehingga kedepannya dapat menurunkan penularan penyakit
yang berbasis lingkungan.
11. Ketersediaan Obat Esensial dan Generik Kebutuhan
Obat-obatan yang tersedia di Puskesmas Mappakasunggu adalah obat yang
tergolong obat generik yang pengadaannya langsung melalui Gudang Farmasi
Kabupaten Takalar.

1
2
12. Persentase Posyandu Aktif
Posyandu yang ada di wilayah Kecamatan Puskesmas Mappaksunggu
berjumlah 26 posyandu tersebar pada setiap dusun yang ada. Dalam
pelaksanaannya posyandu terkait dengan beberapa program Puskesmas, yaitu
Progaram Gizi, Imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak, KB dan Promosi Kesehatan.
Di wilayah Puskesmas Mappakasunggu belum ditemukan adanya posyandu
mandiri. Yang paling mempengaruhi karena kurangnya kesadaran masyarakat
dalam memanfaatkan posyandu secara maksimal, tetapi dalam hal ini kesalahan
bukan hanya berasal dari masyarakat saja tetapi juga karena kurangnya perhatian
pemerintah setempat, serta kurangnya kerjasama lintas sektor.
Tabel 11. Jumlah Posyandu dan Kader Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2016

Jumlah Posyandu Jumlah Kader


Desa Ada Aktif Ada Aktif
Takalar 7 7 35 30
Soreang 4 4 20 20
Patani 4 4 20 20
Pa’batangan 4 4 20 20
Mattiro Baji 2 2 10 10
Maccini Baji 1 1 5 8
Tompo Tana 2 2 10 10
Rewataya 1 1 7 7
Balang Datu 1 1 5 5
Jumlah 26 26 132 130
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu

1
3
BAB IV
HASIL KEGIATAN KHUSUS

A. Laporan Kesehatan Lingkungan


1. Keadaan Lingkungan
a. Rumah Sehat
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.
Dari jaman dulu hingga sekarang manusia mendesain rumahnya (tempat tinggal)
sedemikian rupa agar penghuninya merasa aman dan nyaman. Namun kadang
dalam membangun sebuah rumah kurang memperhatikan unsur
kesehatan/sanitasi lingkungan, seperti ventilasi, pencahayaan, sarana
pembuangan air limbah, pembuangan sampah, jamban keluarga dan sarana air
bersih. Berikut tabel jumlah rumah sehat di Puskesmas Mappakasunggu:
Tabel 12. Jumlah Rumah Yang Sehat DI Wilayah Kerja
Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2017

Rumah Memenuhi Tidak Memenuhi


Puskesmas Rumah
diperiksa Syarat Syarat
Mappakasunggu 3664 3158 2159 999
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu
Pada tahun 2016, jumlah rumah yang diperiksa kesehatan lingkungannya
sebanyak 3664 rumah dari 3158 rumah yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Mappakasunggu. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut yang dinyatakan
rumah sehat dengan berbagai kriteria penilaian hanya 2159 rumah atau berarti
masih banayak rumah yang belum memenuhi syarat dari segi kesehatan
lingkungan.
Dapat dilihat dari cakupan pemanfaatan jamban keluarga yang sangat
rendah utamanya di daerah pesisir/kepulauan yang kebanyakan masyakatnya
membuang hajat di sungai, dan dilaut. Di samping itu rumah yang memiliki SPAL
juga masih sedikit, umumnya mereka membuang limbahnya/comberan dikolom
rumah jika rumah panggung atau disamping rumah jika rumah permanen,
sehingga air limbah tersebut menjadi genangan air yang menimbulkan bau dan
menjadi sarang vektor penyakit. Dari kondisi lingkungan fisik yang kurang
memadai seperti diatas akan memberikan konstribusi jelek terhadap lingkungan
biologis. Kepemilikan sarana sanitasi yang kurang seperti saluran pembuangan
air limbah dan jamban keluarga mengakibatkan masyarakat membuang limbah
rumah tangga dan tinja di sembarang tempat, hal ini jelas akan menunjang

1
4
terjadinya penularan penyakit. Di samping itu tingkat pendidkan yang rendah
dapat mempengaruhi perilaku dan pola pikir masyarakat dalam menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat.
b. Persentase Keluarga yang memiliki Akses terhadap Air Bersih
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan air
sangatlah kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan
sebagainya. Di antara kegunaan-kegunaan tersebut yang paling penting adalah
kebutuhan untuk minum. Untuk itu air harus mempunyai persyaratan khusus
agar tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Di antaranya tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna, tidak terkontamiasi oleh bakteri patogen serta tidak
mengandung zat-zat kimia tertentu dalam jumlah yang terbatas.
Untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih tersebut, maka masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Mappakasunggu mengakses air dari berbagai
sumber, jumlah rumah yang menggunakan sumber air bersih sebanyak 4568
yang mereka gunakan diantaranya :
Tabel 13. Jumlah dan Akses Sarana Air Bersih (SAB)
Menurut Jenisnya Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2017

% Pencapaian Total Aks


Jumlah LAINN es
Desa Sumur PDA KEM
Rumah SPT PAH YA Jiwa
Gali M ASAN
%
Takalar 762 230 616 0 40 0 0
Soreang 272 142 185 0 7 0 0
Patani 268 66 193 0 50 0 0
Pa’batangan 258 50 91 0 40 0 0
Mattiro Baji 409 45 0 0 0 0 0
Maccini Baji 600 35 0 0 91 0 0
Tompo Tana 224 0 0 0 84 0 0
Rewataya 460 20 0 0 84 0 0
Balang Datu 411 38 0 0 70 0 0
Jumlah 3664 626 1085 0 466
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu
c. Persentase Keluarga yang Memiliki Sarana Sanitasi Dasar

1
5
Di katakan rumah sehat jika memiliki sarana sanitasi dasar yang
memenuhi syarat kesehatan seperti jamban keluarga, tempat sampah dan
pengelolaan air limbah rumah tangga.
Pada tahun 2017, dari 3782 rumah yang ada di wilayah Puskesmas
Mappakasunggu yang memiliki jamban keluarga (jaga) hanya 3145 rumah dan
2190 jaga yang dinyatakan memenuhi syarat, hal ini disebabkan karena
sebagian besar masyarakat menganggap jamban belum merupakan suatu
kebutuhan sehingga kesadaran untuk membangun jamban masih sangat kurang,
selain itu karena adanya wilayah kepulauan sehingga berdasarkan hasil
pemeriksaan tersebut cakupan sarana sanitasi lingkungan di wilayah Puskesmas
Mappakasunggu masih sangat rendah, hal ini pula yang menjadi salah satu
penyebab masih banyaknya penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang
ditemukan di masyarakat.
Tabel 14. Jumlah Akses Jamban Keluarga Di Wilayah
Kerja Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2017

Kecamatan Jumlah Rumah Memiliki Yang sehat % Sehat


Puskesmas
3782 3145 2190 79,1
Mappakasunggu
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu
d. Persentase Rumah Tangga Memiliki SPAL
Dikatakan Rumah sehat jika SPAL dirumah memenuhi syarat sehat seperti
tidak ad sampah dan tidak ada air sabun yang mengendap di sekitar rumah dan
terlihat kasat mata.
Tabel 15. Jumlah Sarana Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Menurut
Jenisnya Di Wilayah Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2016

JML KK YG JUMLAH
Kecamatan Jumlah Rumah % SEHAT
MEMILIKI SEHAT
Puskesmas
3782 531 531 17,6
Mappakasunggu
Sumber : profil Puskesmas Mappakasunggu
Data diatas menunjukkan masih rendahnya rumah tangga yang
membuang limbahnya sesuai dengan syarat kesehatan sehingga dapat
menimbulkan bau dan tempat berkembang biaknya vektor penyebab penyakit.
2. Laporan Inspeksi TTU (Tempat-tempat Umum)

1
6
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum
(semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan
kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus.
Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan
penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya.
Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan
untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi
kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan
kesehatan lainnya.
Sanitasi tempat-tempat umum, merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan tempat bertemunya
segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat.
Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit
terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air. Dengan
demikian sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan
dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat Tempat-tempat umum yaitu tempat ibadah, sekolah, DAMIU,
perkantoran, dan lain-lain. Tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk
berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan. Masalah kesehatan
lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan
ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu
dan sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang
berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung
upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan.
a. Tempat DAMIU (Depot Air Minum Isi Ulang)
Berdasarkan seluruh hasil survey DAMIU di wilayah kerja Puskesmas
Mappakasunggu ada 4 DAMIU yang masih beroperasi dan ada 2 yang
memenuhi syarat dari kebersihan lingkungan, pengamanan pekerja atau
keamanan dalam bekerja seperti sepatu bots dan memakai masker serta
penyediaan air dari aspek fisik, bakteriologis dan kimia memenuhi syarat.
Kemudian 2 DAMIU yang tidak memenuhi syarat dalam kebersihan lingkungan,
kebersihan alat penyediaan air, pengamanan pekerja atau keamanan dalam
bekerja. Akan tetapi pemeriksaan air dalam aspek fisik memenuhi syarat. Jika
dari aspek bakteriologis dan kimia kami tidak periksa karena keterbatasan alat
pemeriksaan. Berikut tabel DAMIU yang memenuhi syarat:

1
7
Tabel 16. Inspeksi TTU DAMIU Wilayah Kerja
Puskesmas Mappakasunggu
Tahun 2017

No Nama DAMIU Hasil


1 Avika Tidak memenuhi syarat
2 Panrannuang Memenuhi syara
3 Al-furqan Tidak memenuhi syarat
4 Jabal Rahma Memenuhi Syarat

b. Tempat Beribadah (Mesjid)


Berdasarkan Pemeriksaan atau inspeksi langsung di TTU (mesjid) yang
berada diwilayah kerja Puskesmas Mappakasunggu ada terdapat 40 mesjid yang
terdaftar. Memenuhi syarat sanitasinya ada 13 mesjid sedangkan yang tidak
memenuhi syarat sanitasi ada 27 mesjid.
c. Tempat Sekolah

Berdasarkan Pemeriksaan atau inspeksi langsung di TTU (Sekolah) yang


berada diwilayah kerja Puskesmas Mappakasunggu ada terdapat 43 sekolah
yang terdaftar. Memenuhi syarat sanitasinya ada 19 sekolah sedangkan yang
tidak memenuhi syarat sanitasi ada 24 sekolah.
3. Laporan Inspeksi TPM (Tempat Pengolahan/penjamah Makanan)
Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan yang
disediakan di luar rumah, maka produk-produk makanan yang disediakan oleh
perusahaan atau perorangan yang bergerak dalam usaha penyediaan makanan
untuk kepentingan umum, haruslah terjamin kesehatan dan keselamatannya. Hal
ini hanya dapat terwujud bila ditunjang dengan keadaan hygiene dan sanitasi
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang baik dan dipelihara secara bersama
oleh pengusaha dan masyarakat. TPM yang dimaksud meliputi rumah makan dan
restoran, jasaboga atau catering, industri makanan, kantin, warung dan makanan
jajanan dan sebagainya.
Sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah dan
menyediakan makanan bagi masyarakat banyak, maka TPM memiliki potensi
yang cukup besar untuk menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit bahkan
keracunan akibat dari makanan yang dihasilkannya. Dengan demikian kualitas
makanan yang dihasilkan, disajikan dan dijual oleh TPM harus memenuhi syarat-
syarat kesehatan. Salah satu syarat kesehatan TPM yang penting dan
mempengaruhi kualitas hygiene sanitasi makanan tersebut adalah faktor lokasi
dan bangunan TPM. Lokasi dan bangunan yang tidak memenuhi syarat kesehatan

1
8
akan memudahkan terjadinya kontaminasi makanan oleh mikroorganisme seperti
bakteri, jamur, virus dan parasit serta bahan-bahan kimia yang dapat
menimbulkan risiko terhadap kesehatan.
Berdasarkan Pemeriksaan atau inspeksi langsung di TPM yang berada
diwilayah kerja Puskesmas Mappakasunggu ada terdapat 31 TPM yang terdaftar.
Memenuhi syarat sanitasinya hanya 1 sedangkan yang tidak memenuhi syarat
sanitasi ada 30 TPM
4. Pemicuan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
Dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat,
mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan
masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk
meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam
pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, perlu disusun
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Kesehatan.
Kegiatan ini sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
diwilayah kerja Puskesmas dengan mengajak masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat. Kegiatan ini terlaksana di daerah Pulau seperti Desa Tompo Tana, Desa
Mattiro baji, Desa Rewataya, Desa Balang Datu dan Desa Maccini Baji serta di
daratan Kelurahan Takalar yang belum ODF atau masyarakatnya yang masih ada
BABS. Daerah pulau sangat memprihatinkan dalam kesehatan karena kendala
dengan masalah sumber air yang kurang pada waktu musim panas serta
permasalahan yang sering kami dapatkan yaitu masalah ekonomi.

B. Hambatan-Hambatan Petugas
1. Hambatan Petugas
a. Kurangnya tenaga kesehatan
b. Transport ke pulau karena penggunaan dana yang banyak dan di pulau
bermalam berhari-hari.
a. Hambatan Penugasan Khusus
a. Terutama bahasa daerah tersebut ketika kami melakukan penyuluhan memakai
bahasa indonesia dan ternyata masih ada masyarakat yang kurang mengerti.
b. Transport yang ingin ke pulau karena menggunakan biaya yang sangat banyak.
c. Perjalanan ke pulau harus melihat cuaca karena ketika cuaca buruk akan
mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan

BAB V

1
9
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
 Kurangnya tenaga kesehatan dan nakes yang tidak sesuai latar belakang
pendidikannya
 Kurangnya kinerja petugas kesehatan atau SDM para petugas
 Masih kurangnya pencapaian target dari setiap pemegang program
 Kurangnya kolaborasi dengan pemegang program-program lain
B. Saran
 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan utamanya melakukan penyuluhan
dengan tidak bersamaan dengan kegiatan lain.
 perlu penambahan kapasitas tenaga kesehatan dan penyuluhan di setiap desa agar
masyarakar beserta Kepala Kelurahan/Desa ikut serta dalam pembangunan
kesehatan.
 Perlu adanya duduk bersama-sama dengan pemegang program membahas
tentang peningkatan masalah kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas
Mappakasunggu.

2
0

Anda mungkin juga menyukai