Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Elektrolit berperan penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua proses
metabolisme dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh elektrolit (Tiest et al, 1997; Sacher and
Pherson, 2004). Elektrolit diperlukan untuk memelihara potensial elektrokimiawi membrane
sel yang akhirnya dapat dipengaruhinfungsi saraf, otot, serta aktivitas sel seperti sekresi,
kontraksi, dan beberapa proses metabolik lain (Sacher and Pherson, 2004.)
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion bebas (free
ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion.
Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation
sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut
disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah Natrium (Na+) dan Kalium (K+) & contoh
dari anion adalah Klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-). Elektrolit-elektrolit yang terdapat
dalam jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah Natrium (Na+), Kalium (K+) Kalsium
(Ca2+), Magnesium (Mg2+), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO4) dan Sulfat
(SO4). Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (H 2O) elektrolit diatur secara ketat
agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-
elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh,
mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid
compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan
reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme.

Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadar Natrium, Kalium dan Klorida


adalah dengan metode elektroda ion selektif, spektrofotometer emisi nyala, pemeriksaan
kadar Kalsium metode Sulkowitch dan CPC, dan pemeriksaan Magnesium metode
Calmagite.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan elektrolit?
2. Bagaimana pemeriksaan elektrolit darah?
3. Bagaimana indikasi klinis dari hasil pemeriksaan elektrolit?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan elektrolit.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan elektrolit darah .
3. Untuk mengetahui bagaimana indikasi klinis dari hasil pemeriksaan elektrolit.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Elektrolit

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Zat terlarut yang
ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat
terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea,
glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh
mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+), Klorida (Cl-),
bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO4), sulfat (SO4). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh
bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion
pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-
muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.

A. Metabolisme Elektrolit
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui enam proses, yaitu :
a) Difusi
Perpindahan partikel melewati membran permeabel dan sehingga kedua
kompartemen larutan atau gas menjadi setimbang. Partikel listrik juga dapat
berdifusi karena ion yang berbeda muatan dapat tarik menarik. Kecepatan

3
difusi (perpindahan yang terus menerus dari molekul dalam suatu larutan atau
gas) dipengaruhi oleh :
 Ukuran molekul ( molekul kecil lebih cepat berdifusi dari molekul
besar)
 Konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah).
 Temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan kecepatan difusi)
b) Osmosis
Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang berkonsentrasi lebih
tinggi. Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi
suatu membran permeabel yang selektif. Proses osmosis (perpindahan pelarut
dari dari yang konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh :
 Pergerakan air
 Semipermeabilitas membran
c) Transfor aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme
transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan
berosmosis. Proses ini penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan
intra dan ekstrasel.
Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan
cairan dan membran semipermeabel.
a. Tekanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.
Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan
kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran.
Bi1a dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang
mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul intinya tidak dapat
bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan larutan yang
mempunyai kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan
tersebut discbut kristaloid. Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah
larutan garam. Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur
dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus
membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini

4
sangat penting dalam proses pembcrian cairan intravena. Biasanya
larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intrmuskular
bersifat isotonik karena mempunvai konsentrasi yang sama dengan
plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena yang hipotonik, yang
larutan mempuyai konsentrasi kurang pekat disbanding dengan
konsenirasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic
plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan
interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar
disbanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, maka
akan terbentuk larutan koloid Yang sulit menembus membran
semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul
larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk
pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
b. Membran semipermiabel
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak
tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, Yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul
atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
d) Tekanan hidrostatik
Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah.
Tekanan hidrostatik berada diantara arteri dan vena (kapiler) sehingga larutan
berpindah dari kapiler ke intertisial. Tekanan hidrostatik ditentukan oleh :
 kekuatan pompa jantung
 kecepatan aliran darah
 tekanan darah arteri
 tekanan darah vena
e) Filtrasi
Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan kapiler yang
lebih tinggi dari ruang intertisial. Perpindahan cairan melewati membran
permeabel dari tempat yang tinggi tekanan hidrostatiknya ke tempat yang
lebih rendah tekanan hidrostatiknya.
f) Tekanan osmotik koloid

5
Terbentuk oleh larutan koloid (protein atau substansi yang tidak bisa
berdifusi) dalam plasma. Tekanan osmotik koloid menyebabkan perpindahan
cairan antara intravaskuler dan intertisial melewati lapisan semipermeabel.
Hal ini karena protein dalam intravaskuler 16x lebih besar dari cairan
intertisial, cairan masuk ke capiler atau kompartemen pembuluh darah bila
pompa jantung efektif.

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang
merupakan membrane semi permiabel mampu memfilter tidak semua
substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

Metabolisme Mineral
 Natrium
- Komponen utama Kation cairan ekstrasel
- Sebagian besar berhubungan dengan klorida & bikarbonat dalam
pengaturan keseimbangan asam basa
- Mempertahankan Tek. Osmotik cairan tubuh sehingga melindungi tubuh
terhadap kehilangan cairan yang berlebihan
- Dapat juga berfungsi pd preservasi iritabilitas normal otot & permeabilitas
sel
- Metabolisme Na dipengaruhi oleh Steroid korteks adrenal
- Pada penyakit ginjal kronik + asidosis  Na ↓ oleh karena penyerapan
kembali NA terganggu

6
- Konsentrasi Na ↓ dalam serum (hiponatrimea) dapat timbul bila diberi
cairan bebas garam dalam jumlah yangbesar  disebabkan oleh pengaruh
over hidrasi
- Keadaan yang sama dapat dijumpai pada odem seperti pada sirosis atau
payah jantung kongesti  Na ↓
- Sumber utama Na dalam makanan adalah garam dapur (NaCl)
- Biasanya + 5-15 gr NaCl dimakan setiap hari tetapi 90-95% diekskresi
dalam urine
- Na diserap ileum & hanya sedikit yang terdapat dalam feses
- Pada individu yang peka, terdapat hub. Yg jelas antara intek Na & Tek.
Darah diatolik  intek Na berlebihan sbg NaCl  memperberat hipertensi

 Kalium
- Kation utama cairan intrasel
- Sumber utama K+ adalah materi selular yang kita makan sebagai bahan
makanan
- Defisiensi akibat makanan sangat jarang terjadi kecuali pada protein +
kalori malnutrisi berat
- K+ mudah diserap usus halus
- K dalam cairan ekstrasel  memasuki semua jaringan dalam tubuh &
mempunyai efek yang sangat besar pada fungsi beberapa organ, terutama
depolarisasi & kontraksi jantung
- Ginjal  tidak dapat menghambat K selektif menghambat Na
- Kehilangan K obligatorik mencapai 40 mEg/hari
- Bila intek K kurang dari kebutuhan minimal  K serum akan ↓
- Jika K intrasel mulai ↓ & tubulus renalis bersama sel-sel tubuh lain mulai
menggunakan proton H+ sebagai pengganti K+ H+ ↑  menyebabkan
asidosis intra seluler. Ini disebabkan alkalosis ekstraselular & asidosis
intraselular
- Kegagalan ginjal  kehilangan K+ obligatorik  jauh lebih besar dari
normal.
- Obat-obat diuretik  meningkatkan pembuangan Na+& K+ oleh ginjal
- Def. K+ terjadi pada pemberian K+ yang tidak cukup

7
- Keracunan K+ terjadi pada payah ginjal
- Hiperkalimia menyebabkan peubahan elektro kardiograf yang khas yang
menggambarkan efek yang sangat besar dari kelebihan K+ pada jantung &
membahayakan kehidupan.
- Efek listrik hiperkalimea  dilawan oleh konsentrasi yang tinggi dari K+
serum
- Pada hipokalimea  jantung sensitif terhadap oubain  terjadi keracunan
oubain  dapat dilawan oleh penambahan konsentrasi kalium serum.

 Klorida
- Sebagai komponen NaCl  berperan penting dalam keseimbangan air &
pengaturan tek. Osmotik serta keseimbangan asam basa
- Diabsorpsi didalam mukosa
- Intake klorida tergantung dari intake Na  NaCl
- Klorida ↓  diare, keringat berlebihan, gangguan endokrin, muntah-
muntah, obstruksi pilorus/duodenum
- Konsentrasi Klorida  dalam cairan serebrospinal lebih tinggi dari pada
dalam cairan tubuh lainya.

 Kalsium
- Kalsium diabsorbsi dari duodenum & jejunum proksimal oleh protein yang
disintesis sebagai respon terhadap kerja 1,25 – dihidroksikolekalsiferol
(1,25-dihidrosivitamin D3)
- Absorbsi dari pada Ca dihambat oleh senyawa-senyawa yang membentuk
garam-garam Ca yg tak larut (oksalat, vitat, fosfat) & oleh lemak yang
tidak dicerna melalui pembentukan sabun Ca yang tidak larut.
- Karena Ca ikut berperan dalam pengaturan beberapa proses didalam tubuh
maka Ca disebut juga sebagaimessenger ke-2, sebagai perantara respon-
respon seluler untuk berbagai stimulus dengan cara pengaturan kerja siklik
nukleotida.
- Kerja Ca melalui sebuah reseptor protein intrasel kalmodulin, yang
mengikat ion-ion Ca bila konsentrasinya meningkat sebagai respon
terhadap stimulus

8
- Obat fenotiazin digunakan untuk menghambat kerja kalmodulin
- Ca dalam aktifitas ini ditunjukan dengan ketepatan pangaturan kadar Ca
plasma
- Ginjal biasanya mengekskresi Ca bila Ca darah diatas 7 mg/100 ml
- Sebagian besar Ca diekskresi kedalam lumen usus & hampir semua hilang
dalam feses
- Ca urine  relatif konstan, sebagai Ca feses  bervariasi luas sesuai
dengan makanan
- Gejala defisiensi Ca termasuk tetani & gangguan otot & syaraf yang
berhubungan, ini akibat defisiensi vitamin D, hipoparatiroidisme atau
insufisiensi ginjal & termasuk kekurangan Ca sebagai suatu penyebab
- Kadar Ca ↓  Ca tulang dimobilisasi, karena itu meningkatkan Ca yang
bersirkulasi & pembentukan tulang baru dihambat

 Magnesium
- Absorpsi Mg  diseluruh usus halus
- Pada diet rendah Mg (1,9 mEg/hari), 75,8% diabsorpsi, sedangkan pada
intek Mg yg tinggi (47 mEg/hari) hanya 23,7% diabsorpsi
- Absorpsi ↓  pada makanan kaya Mg
- Absorpsi Mg tidak mempunyai hubungan dengan keadaan simpanan Mg
dalam tubuh
- 48 jam pertama setelah pemberian Mg +/- 10% dari jumlah yang
diabsorbsi diekskresi dalam urine
- Ginjal  kemampuan  mempertahankan Mg sehingga hanya + 1
mEg/hari MG yang hilang
- Def. Mg sering terjadi akibat dari tingginya kadar kalsium, protein, fosfat
 absorbsi Mg  ↓

 Fosfor
- Fosfat bebas diabsorbsi dalam jejenum bagian tengah & masuk aliran
darah melalui sirkulasi portal
- Absorpsi fosfat  diatur oleh 1,25-dihidroksivitamin D 3 (1,25-
dihidroksikolekalsiferol)

9
- Fosfat sebagai hidroksiapatit dalam tulang diatur oleh kadar hormon
paratiroid
- Ekskresi fosfat terjadi terutama dalam ginjal, 80-90% fosfat difiltrasi pada
glomerulus ginjal dan jumlah fosfat yang diekskresi dalam urin
menunjukan perbedaan antara jumlah yang difiltrasi dan yang direabsorbsi
oleh tubulus proksimal dan tubulus distal ginjal.
- 1,25 dihidroksivitamin D 3 merangsang reabsorbsi fosfat bersama Ca
dalam tubulus proksimal.
- Kekurangan fosfat terjadi sebagai akibat berkurangnya absorbsi dari usus
& pembuangan berlebihan melalui ginjal
- Hipofosfatemia  mempengaruhi sebagian besar tipe sel
- Rachitis & osteomalaisia  akibat metabolisme abnormal Ca & fosfat
- Keracunan fosfat terjadi bila kegagalan ginjal akut atau kronis
menghambat ekskresi fosfat normal
- Absorpsi fosfat  dihambat oleh penggunaan antasida yang mengikat
fosfat dalam lumen usus

B. Fungsi Elektrolit
Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain :
1. Menjaga tekanan osmotik tubuh
2. Mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s
fluid compartement)
3. Menjaga pH tubuh
4. Terlibat dalam setiap reaksioksidasi dan reduksi
5. Ikut berperan dalam setiap proses metabolisme
Fungsi Elektrolit Dalam Darah :
1. Fungsi natrium adalah memelihara tekanan osmotik cairan ekstraselular dan
berhubungan dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler.
Natrium juga membantu memelihara keseimbangan asam-basa.
berkurangnya natrium tubuh (hiponetramia) secara akut menimbulkan gejala-
gejala hipovolemia, syok dan kelainan jantung terkait seperti takikardi.

10
2. Fungsi klorida adalah membantu regulasi volume darah, tekanan arteri dan
keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Klorida jarang diperiksa
tersendiri tetapi biasanya bersama-sama dengan elektrolit lain.
3. Fungsi kalium adalah memelihara keseimbangan osmotik dalam sel,
meregulasi aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa. Kalium
merupakan kation utama dalam sel.
4. Kalsium berfungsi utama sebagai penggerak dari otot-otot, deposit utamanya
berada di tulang dan gigi, apabila diperlukan, kalsium ini dapat berpindah ke
dalam darah.
5. Magnesium berperan penting dalam aktivitas elektrik jaringan, mengatur
pergerakan ca2+ ke dalam otot serta memelihara kekuatan kontraksi jantung
dan kekuatan pembuluh darah tubuh.

C. Jenis Elektrolit
Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh
elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak
gangguan.
Beberapa contoh kation dalam tubuh adalah natrium (Na+), Kalium (K+),
kalsium (Ca+), Magnesium (Mg2+). Sedangkan anion adalah Klorida (Cl-), HC03-,
HPO4-, SO4-. Dalam keadaan normal, kadar anion dan kation ini sama besar sehingga
potensial listrik cairan tubuh bersifat netral. Pada cairan ekstrasel (cairan diluar sel),
kation utama adalah Na+ sedangkan anion utamanya adalah Cl-. Sedangkan di intrasel
(didalam sel) kation utamanya adalah kalium (K+).

Distribusi elektrolit pada cairan intrasel dan ekstrasel dapat dilihat pada Gambar 1.

11
D. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Elektrolit Tubuh
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
4. Stress

12
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
 Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL
(Insensible Water Loss).
 Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
 Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

E. Fisioligis Dan Gangguan Elektrolit


Yang dimaksud elektrolit utama dalam darah adalah :
 Natrium : ion Na dalam Serum
 Kalium : ion K dalam Serum
 Klorida : ion Cl dalam Serum
1. Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa
mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 1014
mEq/L) berada dalam cairan intrasel.

13
Fungsi :
 Untuk mengatur volume cairan di dalam sel dan juga volume
plasma darah.
 Membantu fungsi saraf, otot, dan otak.
 Berperan penting dalam mengontrol dan menjaga keseimbangan
asam-basa tubuh.
 1.2 – 1.5 gram per hari (rekomendasi dari Institute of Medicine,
Amerika Serikat).
 Natrium dalam bentuk natrium klorida (garam meja) maksimal
adalah 5g per hari (rekomendasi dari WHO, 2012)

Nilai Rujukan Kadar Natrium Pada:


- serum bayi : 134-150 mmol/L
- serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
- urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
- cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
- feses : kurang dari 10 mmol/hari

GANGGUAN KESEIMBANGAN NATRIUM


Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam
tubuhnya turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal (135-145
mEq/L) dan hipernatremia bila konsentrasi natrium plasma meningkat di atas
normal. Hiponatremia biasanya berkaitan dengan hipoosmolalitas dan
hipernatremia berkaitan dengan hiperosmolalitas.
 Hipernatremia
Gejala Klinis : gejala neurologis, antara lain letargi, kelemahan otot, twitching,
kejang-kejang dan koma
Penyebab :
- Penyebanya adalah karena terlalu sering konsumsi makanan mengandung
kadar garam tinggi, kurangnya minum air putih, dan karena dehidrasi
akibat diare dan muntah.
- Menyebabkan timbulnya hipertensi (darah tinggi)

14
 Hiponatremia
Gejala Klinis : Gangguan neurologis, antara lain karena edema otak. Kadar
Na < 125 mEq/L; mulai timbul nausea, malaise, antara 110-120 mEq/L; timbul
letargi dan sakit kepal, bila kadar < 110 mEq/L; kejang-kejang dan koma
Penyebab :
- Penyebabnya adalah minum air dalam jumlah yang sangat banyak. Dapat
melebihi kemampuan ginjal untuk membuang kelebihannya
- Beresiko tinggi menimbulkan kejang, koma, bahkan kematian
2. Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Jumlah
kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita
25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa
lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak. Perbedaan kadar kalium di dalam
plasma dan cairan interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan,
sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah
akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan
natrium).
Fungsi :
 Bersama dengan natrium, kalium bertanggung jawab untuk menjaga
keseimbangan asam-basa dan cairan tubuh.
 Manfaat penting dari menjaga keseimbangan cairan tubuh adalah untuk
mencegah dehidrasi dan keracunan.

Nilai Rujukan Kadar Kalium Pada:


- serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
- serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
- serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
- urine anak : 17-57 mmol/24 jam
- urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
- cairan lambung : 10 mmol/L

GANGGUAN KESEIMBANGAN KALIUM

15
Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar
kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia.
 Hiperkalemia
Gejala Klinis: Hiperkalemia dapat menjadi asymptomatic, yang berarti bahwa
ia tidak menyebabkan gejala-gejala. Adakalanya, pasien-pasien dengan
hyperkalemia melaporkan gejala-gejala yang samar-samar termasuk: mual,
lelah, kelemahan otot, atau perasaan-perasaan kesemutan.

Penyebab:
- Penyebabnya yang paling sering adalah karena gagal ginjal, yg membuat
kalium tidak dapat dieksresikan dalam urin.
- Berpotensi mengancam jiwa karena bisa menimbulkan gangguan pada
jantung

 Hipokalemia
Gejala Klinis: Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama
sekali. Hipokalemia yang lebih berat (kurang dari 3 meq/L darah) bisa
menyebabkan kelemahan otot, kejang otot dan bahkan kelumpuhan. Irama
jantung menjadi tidak normal, terutama pada penderita penyakit jantung.
Penyebab:
- Terjadi ketika tubuh kehilangan terlalu banyak kalium sebagai akibat dari
muntah, diare, berkeringat, dan obat-obatan diuretik atau obat pencahar.

3. Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi
klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan
keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah klorida dalam
tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk dan yang keluar.
Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan
klorida dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan
normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan ekskresi klorida
bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Ekskresi utama klorida adalah melalui
ginjal.

16
Fungsi :
- Berperan dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam basa
dan dengan natrium menentukan osmolalitas.
- Cl sebagian besar terikat dengan Na dalam bentuk NaCl.

Nilai Rujukan Kadar Klorida Pada:


- serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L
- serum anak : 98-105 mmol/L
- serum dewasa : 95-105 mmol/L
- keringat anak : <50 mmol/L
- keringat dewasa : <60 mmol/L
- urine : 110-250 mmol/24 jam
- feses : 2 mmol/24 jam

GANGGUAN KESEIMBANGAN KLORIDA


 Hipoklorinemia
Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan.
Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan
retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan
kompensasi ginjal.
Penyebab :
- Dapat terjadi pada penderita muntah, penghisapan lambung, diare, diet
rendah garam

 Hiperklorinemia
Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan
mekanisme homeostasis dari klorida.
Penyebab :

17
- Dapat terjadi pada penderita dehidrasi, hiperfungsi adrenal, peningkatan Na,
infus NaCl, gangguan ginjal dan dapat juga karena obat amonium chlorid
(OBH).

4. Magnesium
Magnesium dalam tubuh adalah untuk membantu proses pencernaan protein dan
mampu memelihara kesehatan otot serta sistem jaringan penghubung. Magnesium
merupakan salah satu mikro mineral terpenting yang dibutuhkan manusia yang
bekerja Membantu relaksasi otot, Membantu transmisi sinyal syaraf,
Memproduksi dan mendistribusi energi, Berperan penting dalam sintesa protein
dan Sebagai Co Faktor membantu enzim yang merupakan katalisator lebih dari
300 reaksi biokimia termasuk mengatur suhu tubuh manusia. Kecukupan
magnesium per hari adalah antara 310 – 420 mg per hari, tergantung pada usia
dan jenis kelamin.

Nilai rujukan kadar magnesium pada serum:


Dewasa : 1,5-2,5 mEg/l
Bayi baru lahir : 1,4-2,9 mEq/l
Anak : 1,6-2,6 mEq/l

GANGGUAN ELEKTROLIT MAGNESIUM


Bila kadar magnesium melebihi nilai rujukan maka disebut hipermagnesemia.
Bila kadar magnesium kurang dari nilai rujukan maka disebut hipomagnesemia.
 Hipomagnesemia
Penyebab :
- Penyebebnya karna kurang mengonsumsi makanan yang mengandung
magnesium, diare kronis, dan mengonsumsi obat-obatan diuretik.
- Menyebabkan tubuh kram, lemah, mengganggu sistem saraf &
irama jantung, pusing, halusinasi, dan kejang.
 Hipermagnesemia
- Paling sering terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
(dimana ekskresi magnesium terbatas)

18
- Menyebabkan gangguan irama jantung, kelemahan otot, mual, muntah,
dan kesulitan bernapas.

5. Kalsium
Kalsium adalah mineral penting yang banyak dibutuhkan manusia.
Fungsi :
 Untuk integritas kulit dan struktur sel
 Konduksi jantung
 Pembekuan darah
 Pembentukan tulang dan gigi
 Kecukupan kalsium adalah antara 1000-1300 mg per hari.
 Dapat berasal dari susu, sayuran hijau seperti bayam, brokoli, kacang-
kacangan, ikan, kedelai dan produk kedelai seperti tempe dan tahu

Nilai Rujukan Kadar Kalsium dalam serum:


- Dewasa : 9,0 – 11,0 mg/dL ( 4,5-5,5 meq/L)
- Anak : 9,0 – 11,5 mg/dL ( 4,5-5,8 meq/L)
- Bayi : 10,0 – 12,0 mg/dL ( 5,0-6,0 meq/L)
- Bayi baru lahir : 7,4 – 14,0 mg/dL ( 3,7-7,0 meq/L)

GANGGUAN KESEIMBANGAN KALSIUM


 Hiperkalsemia
Penyebab :
- Penyebab hiperkalsemia bisa karena adanya gangguan pada ginjal, karena
tumor paratiroid atau tumor lainnya.
- Menyebabkan batu ginjal, nyeri pada perut, dan gangguan irama jantung.
 Hipokalsemia
Penyebab :
- Biasanya dihubungkan dengan terjadinya gangguan makan
- Penyebabnya karena kekurangan hormon paratiroid
- Gejala yang muncul, lelah, keram otot, gangguan irama jantung

19
B. Pemeriksaan Elektrolit
1. Pemeriksaan Kalsium (Ca2+)
a. Cara Sulkowitch
 Persyaratan Pasien
- Tidak diperlukan persiapan khusus

 Persiapan Sampel
- Diperlukan urin 24 jam
- Urin ditampung di wadah bersih bertutup ulir bermulut lebar
- Sampel baiknya langsung di periksa tanpa penundaan
 Prosedur
1) Masukkan 3 mL urin ke dalam masing-masing 2 tabung reaksi.
2) Tabung reaksi kedua hanya dipakai sebagai control.
3) Pada tabung 1 tambahkan 3 mL reagen Sulkowitch, campur dan biarkan selama
2-3 menit.
4) Baca hasil secara semikuantitatif.
 Interpretasi Hasil
 Negatif : tidak terjadi kekeruhan
 Positif 1 : terjadi kekeruhan yang halus
 Positif 2 : kekeruhan sedang
 Positif 3 : kekeruhan agak berat yang timbul dalam waktu kurang dari 20 detik
 Positif 4 : Kekeruhan berat yang terjadi seketika
b. Metode Cresolphtalein Compleks (CPC)
 Prinsip
Kalsium yang terdapat dalam sampel akan bereaksi dengan CPC (Cresolphtalein
Compleks) membentuk warna ungu. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan
konsentrasi kalsium dalam serum. Kadarnya diukur pada panjang gelombang 578 nm.
 Nilai Normal
8,1 – 10,4 mg/dL
 Persiapan pasien:
 Tidak diperlukan persiapan khusus.
 Jelaskan kepada Pasien bahwa uji ini digunakan untuk menentukan kadar kalsium
darah.

20
 Diberitahukan kepada pasien bahwa uji tersenut memerlukan sampel darah.
Jelaskan kapan dan siapa yang akan melakukan penusukan vena.
 Jelaskan kepada pasien bahwa ini mungkin mengalami perasaan sedikit tidak
nyaman akibat pungsi dan tourniquet.
 Diberitahukan kepada pasien bahwa ia tidak perlu membatasi makanan dan cairan
sebelumnya.
 Persiapan Reagen
 Masukkan reagen 1 (Ion Kalsium) dan reagen 2 (Cresolphtalein Compleks ) ke
dalam beaker glass kecil dengan perbandingan 1:1.
 Campur sampai homogen, tutup dengan parafilm.
 Inkubasi selama 10 menit pada suhu 20°C – 25°C.
 Prosedur

Blanko Standar Sampel


Standar - 20 µL -
Serum - - 20 µL
Reagen CPC 1000 µL 1000 µL 1000 µL
Kocok, inkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25°C. Baca pada panjang
gelombang 578 nm.

 Indikasi Klinik
 Hiperkalsemia terutama terjadi akibat hiperparatiroidisme atau neoplasma
(kanker). Penyebab lain meliputi paratiroid adenoma atau hiperplasia (terkait
dengan hipofosfatemia), penyakit hodgkin, multiple mieloma, leukemia, penyakit
addison, penyakit paget, respiratori asidosis, metastase tulang, imobilisasi dan
terapi dengan diuretik tiazid.
 Hipokalsemia dapat diakibatkan oleh hiperfosfatemia, alkalosis, osteomalasia,
penggantian kalsium yang tidak mencukupi, penggunaan laksatif, furosemide,
dan pemberian kalsitonin. Pseudohipokalsemia kadang-kadang ditemukan bila
konsentrasi albumin rendah karena adanya gabungan kalsium dengan albumin.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kalsium:

21
- Hormon paratiroid bekerja pada tulang untuk melepaskan kalsium ke dalam
darah, meningkatkan absorpsi kalsium di usus dan meningkatkan reabsorbsi
kalsium di ginjal.
- Vitamin D menstimulasi absorpsi kalsium di usus.
- Estrogen meningkatkan simpanan kalsium dalam tulang.
- Androgen, glukokortikoid dan kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan
hipokalsemia dan kekurangan kalsium dalam tulang

 Hal yang Harus diwaspadai


Nilai kritis total kalsium:
 < 6 mg/dL (1,5 mmol/L) dapat menyebabkan tetanus dan kejang.
 13 mg/dL (3,25 mmol/L) dapat menyebabkan kardiotoksisitas, aritmia, dan
koma).
 Terapi cepat pada hiperkalsemia adalah kalsitonin.
2. Pemeriksaan Magnesium (Mg2+)
a. Metode Calmagite
 Prinsip
Magnesium yang terdapat dalam sampel akan bereaksi dengan calmagite
mermbentuk senyawa yang berwarna pada pH 12. Intensitas warna yang terbentuk
setara dengan konsentrasi Magnesium dalam serum. Dimana kadarnya dapat diukur
dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm.
 NilaI Normal
 Serum/plasma : 1,8 – 2,5 mg/dL (0,74 - 1,03 mmol/L)
 CSF : 2,5 – 3,5 mg/dL (1,03 - 1,44 mmol/L)
 Eritrosit : 5,0 – 6,5 mg/dL (2,05 - 2,67 mmol/L)
 Persiapan pasien
 Tidak dibutuhkan persiapan khusus
 Prosedur

Sampel 10 µL
Reagen 1000 µL
Campur, inkubasi selama 5 menit pada suhu 20-25°C. Ukur pada panjang

22
gelombang 546 nm.

 Faktor yang mempengaruhi


 Sampel didapatkan di atas lokasi intra vena yang menerima larutan yang
mengandung magnesium.
 Penggunaan antacid yang berlebihan atau infus magnesium sulfat yang berlebihan
(meningkatkan kadar magnesium serum).
 Infus intra vena tanpa magnesium yang berlangsung lama, pengguaan diuretic
yang berlebihan (menurunkan kadar magnesium serum).
 Hemolisis (memberikan hasil tinggi semu).
 Indikasi Klinis
 Hipermagnesemia dapat terjadi pada gagal ginjal, diabetik asidosis, pemberian
dosis magnesium (antasida) yang besar, insufi siensi ginjal, hipotiroidisme dan
dehidrasi.
 Hipomagnesemia dapat terjadi pada diare, hemodialisis, sindrom malabsorbsi
obat (kondisi tersebut mengganggu absorbsi tiazid, amfoterisin B, cisplatin),
laktasi, pankreatitis akut, menyusui, alkoholik kronik.
 Untuk mencegah aritmia, pemberian magnesium sulfat intra vena tidak lebih dari
2 g/jam.
 Hipomagnesia menyebabkan aritmia ventrikuler.
3. Pemeriksaan Natrium, Kalium, dan Klorida Metode Ion Selective Elektroda
(ISE)
 Prinsip

Aliran cairan yang melewati elektrode natrium terbuat dari selang kaca, yang dibuat
sensitif terhadap ion natrium.Elektrode Kalium terbuat dari selang plastik yang menggunakan
valinomycine sebagai elemen selektif. Elektrode Chloride termasuk tabung plastik,
khususnya diformulasikan untuk selektif terhadap ion Chloride. Potensial dari setiap
elektrode yang terukur dibandingkan terhadap elektrode referensi yang terbuat dari
perak/perak Chloride dengan voltase (tegangan) yang stabil dan tetap.

 Nilai Normal
 Natrium : 135 - 145 mEq/L
 Kalium : 3,5 - 5,2 mEq/L

23
 Klorida : 98 – 106 mEq/L
 Nilai Kritis
 Natrium : <120 mEq/L lemah, dehidrasi
155 mEq/L gejala kardiovaskular dan ginjal.
>160 mEq/L gagal jantung
 Klorida : <70 atau > 120 mEq/L atau mmol/L
 Kalium Dewasa : <2,5 atau >6,5 mEq/L
 Kalium Anak-anak : <2,5 atau >8 mEq/L

 Persiapan Pasien
1. Tidak dibutuhkan persiapan khusus.
 Pengumpulan Bahan Pemeriksaan
Bahan yang akan diperiksa yaitu darah vena. Langkah-langkah pengumpulan
bahan pemeriksaan yaitu:
 Siapkan alat yang akan di gunakan.
 Cuci tangan dan gunakan APD.
 Desinfeksi lokasi penusukan dengan cara berputar dari dalam keluar dengan
alkohol 70% dan biarkan sampai kering.
 Lokasi penusukan harus bebas dari luka.
 Darah diambil dari vena mediana cubiti pada lipat siku.
 Pasang Torniquet pada lengan atas dan pasien diminta untuk mengepal.
 Spuit disiapkan dengan memeriksa jarum dan penutupnya.
 Setelah itu vena mediana cubiti ditusuk dengan posisi sudut 45 derajat dengan
jarum menghadap keatas.
 Darah dibiarkan mengalir kedalam jarum kemudian jarum diputar menghadap
kebawah. Agar aliran bebas responden diminta untuk membuka kepalan
tangannya, darah kemudian dihisap sebanyak 3 ml.
 Torniquet dilepas, kemudian jarum ditarik dengan tetap menekan lubang
penusukan dengan kapas alkohol (agar tidak sakit).
 Tempat bekas penusukan ditekan dengan kapas alkohol sampai tidak keluar darah
lagi.

24
 Setelah itu bekas tusukan ditutup dengan plester
 Pengolahan Bahan Pemeriksaan
 Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.
 Pisahkan serum / plasma dari endapan.
 Serum siap digunakan untuk pemeriksaan. Serum / plasma stabil selama 24 jam
pada suhu 2-8˚C
 Reagen
Solution Pack Na/K/Cl

 Standar
ISE Solution Pack yang terdiri dari:
1) Standar A : 350 mL
Mengandung:
a) Natrium 150,0 mmol/L
b) Kalium 50 mmol/L
c) Klorida 115,1 mmol/L
2) Standar B : 85 mL
Mengandung:
a) Natrium 50,0 mmol/L
b) Kalium 1,8 mmol/L
c) Klorida 59,8 mmol/L
3) Larutan Referens
Mengandung:
a) Kalium Klorida 1,2 mmol/L
 Control
 Kontrol Normal
 Kontrol Abnormal High
 Alat
 Easylite
 Mikropipet
 Cuvet

25
 Blue tip / Yellow tip
 Bahan
 Utama : Serum
 Alternatif : Plasma lithium heparin
 Prosedur
 Pengerjaan Control
1) Control terdiri dari Kontrol Normal dan Kontrol Abnormal High
2) Control dilakukan setiap hari
3) Masukan control ke dalam cup kecil
4) Pilih “Second Menu”
5) Dengan menekan tombol “No” cari menu “Qual Control”
6) Lakukan kontrol satu persatu, pilih menu “Normal Control” atau Abnormal
(High) Control
7) Dokumenkan hasil kontrol tadi
8) Bila hasil control diterima maka pemeriksaan dapat dilakukan
9) Bila control tidak diterima, cek reagen, bahan kontrol dan lain lain apakah
ada yang tidak sesuai
10) Bila sudah diperiksa/dicek, ulangi periksa bahan kontrol, jika masih diluar
batas keberterimaan lakukan kalibrasi
11) Bila masih belum dapat diterima panggil teknisi
 Pembacaan Sampel
1) Serum dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 250 uL.
2) Dipilih analyze blood dan tekan yes, maka probe sampel akan turun.
3) Probe sample dimasukkan ke dalam cuvet yang berisi serum, kemudian tekan
yes.
4) Biarkan sampai proses pengambilan sampel selesai, probe tertarik naik dan
alat melakukan analisa sampel.
5) Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada display.
6) Hasil yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan
 Indikasi Klinis.
 Penurunan Natrium terdapat pada penderita muntah, diare, penghisapan
lambung, cedera jaringan, diet rendah garam, luka bakar, gagal ginjal,
penggunaan obat diuretic Furosemid, Thiazid dan Manitol.

26
 Peningkatan Natrium terdapat pada penderita dehidrasi, gangguan jantung
kronis, hiperfungsi adrenal, gagal hepatic, intake Na tinggi, dan penggunaan obat
kortison, anti biotic, laksansia dan obat batuk.
 Peningkatan kalium (hiperkalemia) dapat terjadi apabila ada gangguan ginjal,
oliguri, anuria,infuse KCL, oerlukaan, metabolic asidosis, dan penggunaan obat
sefalosporin, heparin,epinefrin, histamine.
 Penurunan kalium (hipokalemia) dapat terjadi karena input kalium rendah dan
eksresi lewat urin berlebihan, misalnya pada penyakit muntah, diare, dehidrasi,
malnutrisi, diet ketat,trauma, luka pembedahan, penghisapan lambung, DM
asidosis, banyak makan permen, luka bakar, hiperaldosteron, alkalosis metabolic
dan penggunaan obat diuretic, cortisone, insulin dan aspirin. 
 Peningkatan klorida dapat terjadi pada penderita dehidrasi, hiperfungsi adrenal,
peningkatan Na, cedera kepala, decompensasio cordis, infuse NaCl, asidosis
metabolic, gangguan ginjal, dan dapat karena obat Amonium Chlorid (OBH),
penggunaan kortison dan asetazolamid.
 Penurunan Klorida dapat terjadi pada penderita muntah, penghisapan lambung,
diare, diet rendah garam, Ge, colitis, insufisiensi adrenal, infeksi akut, luka bakar,
alkalosis metabolic, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis, asidosis
respiratorik, penurunan kadar Kalium dan Natrium, dapat juga terjadi karena
penggunaan obat Thiazid, diuretic loop dan bikarbonat.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion.
Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation
sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut
disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah natrium (Na), Kalsium (Ca) Kaium (K) dan
Magnesium (Mg) dan contoh dari anion adalah klorida (Cl), Fosfor  dan bikarbonat (HCO).

28
29
DAFTAR PUSTAKA

 Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. EGC:

Jakarta

 Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia:Jakarta

 Herawati, Fauna. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kemenkes RI

 Kowalak, Jennifer P. 2009. Buku Pegangan Uji Diagnostik Edisi 3. Buku Kedokteran

EGC: Jakarta

 Kozier, Barbara. 2011. Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice. Fifth

Edition Addison Wesley Nursing: California

 R. Gandosoebrata.2010. Penuntun Laboratorium Klinik.DIAN RAKYAT: Jakarta

 Sutedjo, AY. 2006. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium”.

Amarah Books: Yogyakarta

 (http://id.m.wikipedia.org/wiki/elektrolit) diakses tanggal 24 Oktober 2016

30

Anda mungkin juga menyukai