DI SUSUN OLEH
NI KETUT SANTIANI,S.Kep
2020032058
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
B. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik sangat kompleks glomerulanefritis, gagal ginjal
akut, hipertensi esensial dan pieloneftiris merupakan penyebab tersering dari
gagal ginjal kronik.Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, lupus eritemtosus
sistemik, poliartritis dan amyloidosis juga dapat menyebabkan gagal ginjal
kronik.Diabetes mellitus menjadi penyebab utama dan lebih dari 30% klien
mengalami dialysis dan hipertensi menjadi penyebab kedua dari gagal ginjal
kronik.
D. Patofisiologi
Pada waktu terjadinya kegagalan ginjal pathogenesis GGK melibatkan kerusakan
dan nerfon dengan kehilangan fungsi ginjal yang progresif .ketika laju filtrasi
glomerulus menurun menyebabkan nitrogen urea serum dan kreatinin meningkat.
Nefron yang tersisa masih berfungsi ikut mengalami hipertrofi ketika menyaring zat
terlarut yang memiliki molekul yang besar.Akibatnya ginjal kehilangan kemampuan
untuk mengonsentrasi urin secara maksimal.
Untuk melanjutkan eksresi zat terlarut volume haluaran urine akan meningkat
sehingga klien rentan mengalami kehilangan cairan. Tubulus kehilangan kemampuan
untuk mereabsorpsi elekrolit secara bertahap.Terkadang hasilnya adalah pembuangan
garam sehingga urine mengandung banyak natrium dan memicu terjadinya polyuria
berat.
Ketika kerusakan ginjal berlanjut dan terjadi penurunan jumlah nefron yang
masih berfungsi. Laju flitrasi glomerulus total menurun lebih jauh sehinga tubuh
tidak mampu mengeluarkan kelebihan air, garam dan sisa metabolism lainya melalui
ginjal. Ketika laju filtrasi kurang dari 10-20 ml/min, tubuh akan mengalami
keracunan ureum. Jika penyakit tidak diatasi dengan dialysis atau transplantasi hasil
dari gagal ginjal stadium akhir dalah uremia dan kematian.
E. Pathway Penurunan aliran darah
ginjal
infeksi (glomerulonephritis, Penyakit vaskuler Zat toksik ( obat Gangguan jaringan Gangguan metabolik ( DM, Nefropatik
pielonefritis) hipertensif (hipertensi nefrotoksik) penyambung ( SLE, Hiperparatiroidisme) obstruktif
esensial, nefrosklerosis) Poliartritis
Hiponatremia
Gangguan pd Volume vaskuler Retensi Na & Hipoalbuminemia Sel kekurangan Suplai O2 ke Informasi
Pruritus
gastrointestinal menurun H2O protein jaringan inadekuat
Kelebihan volume
Hiperventilasi
cairan
G. Komplikasi
Pada penderita CKD dapat menimbulkan keparahan bahkan komplikasi berlanjut.
Adapun beberapa komplikasi yg muncul :
1. Efek pada cairan dan elekrolit, hilangnya kemampuan ginjal dalam mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga kerusakan filtrasi menyebabkan
munculnya proteinuria, hematuria dan hyperkalemia.
2. Efek kardovaskular, penyakit ini menjadi penyebab utama kematian pada
penderita CKD. Hipertensi, hyperlipidemia dan intoleransi glukosa semuanya
berperan dalam proses tersebut.
3. Efek pada hematologi , ginjal berfungsi untuk meproduksi eritropoentin dan
hormone untuk mengontrol produksi SDM, sehingga ketika ginjal rusak
produksi tersebut menjadi turun dan menimbulkan salah satunya anemia.
4. Efek pada sistem imun, karena kadar urea dan sisa metabolik yang tinggi dapat
menyebabkan inflamasi dan fungsi imun terganggu hal ini disebabkan karena
penurunan SDP sehingga imunitas dan humoral rusak serta fagosi juga rusak.
5. Efek pada gastrointestinal, Karena adanya ulserasi pada saluran GI
menimbulkan uremia dan perdarahan pada GI sehingga menyebabkan
munculnya gejala anoreksia, mual, muntah .bahkan ulkus peptikum .
6. Efek neurologis, uremia menjadi peneyab terjadinya penurunan fungsi sistem
neurologis dan jika tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut dan sehingga
menimbulkan perubahan mental seperti kesulitan konsentrasi, insomnia, kejang
dan bahkan fungsi motoric juga rusak seperti kelemahan otot, penurunan reflek
tendon dan gangguan berjalan.
7. Efek muskuloskleletal, penurunan kadar kalsium secara langsung akan
mengakibatkan deklasifikasimatriks pada tulang yang menyebabkan tulang
penulakan tulang dan penurunan massa tulang.
8. Efek endokrin dan metabolik, akumulasi produk sisa metabolic adalah faktor
utama. Hal ini menjadi resisten terhadap efek insulin dan menyebabkan
intoleransi glukosa dan kadar trigliserida dara tinggi dan kadar lipoporotein
densitas tinggi dan HDL menjandi rendah.
9. Efek dermatologi, anemia dan metablit dapat menyebabkan kulit menjadi pucat
dan berwarna kekuningan. Penurunan elastisitas dan kulit yang kering di
akobatkan oleh dehidrasi. Sisa metabolic yang tidak dikeluarkan dapat
menumpuk di kulit menyebabkan gatal dan pruritus.
H. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboraturium
1. Kadar BUN (normal : 5-25 ml/dL)2, Kreatini serum (normal: 0,5-1,5
mg/dL; 45-132,5 ᶙmol/L[unit SI] )2, Natrium ( normal : serum : 135-
145 mmol/L; Urine : 40-220 mEq/L/24 jam), dan kalium ( normal: 3,5-
5,0 mEq/L ; 3-5,0 mmol/L [unit SI])2 meningkat.
2. Analisa gas darah arteri menunjukan penurunan Ph arteri (normal :
7,35-7,45)2 dan kadar birkarbonat (normal : 24-28 mEq/L)2
3. Kadar hematocrit (normal : wanita = 36-46%, o,36-0,46 [unita SI] dan
hemoglobin (normal : wanita = 12-16 g/dL : pria 13,5-18 g/dL rendah :
masa hidup sel darah merah berkurang.
4. Muncul defek trombositopenia dan trombosit ringan
5. Sekresi aldosterone meningkat
6. Terjadi hiperglikemia dan hipertrigliseridemia
7. Penurunan kadar high density lipoprotein (HDL)(normal : 29-77
mg/dL)
8. Analisa gas darah (AGD) menunjukan asidosis metabolic
9. Berat jenis urine (normal : 1,005-1,030) tetapi pada angka 1.010
10. Pasien mengalai proteinuria, glikosuria, dan urine ditemukan
sedimentasi, leukosit, sel darah merah dan kristal.
b. Pencitraan
Radiografi KUB, Urografi ekskrektorik, nefrotomografi, scan ginjal, dan
arteriografi ginjal, menujunkkan penurunan ukuran ginjal.
c. Prosedur diagnostic
Biopsy ginjal memungkinkan identifikasi histologi dari proses penyakit
yang mendasari .EEG menunjukkan dugaan perubahan ensefalopati
metabolic.
I. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dapat diberikan yaitu :
a. Terapi konservatif, terapi ini diberikan apabila terjadi penurunan fungsi ginjal
tahap ringan, adapun pengobatan ini terdiri dari 3 yaitu :
1) Memperlambat laju penurunan fungsi ginjal
2) Mencegah kerusakan ginjal yang berlanjut
3) Pengelolahan uremia dan komplikasinya
b. Inisai dialysis, penatalaksanaan terapi konservatif dapat dihentikan bila pasien
akan melakukan transpalntasi dan memerlukan dialysis tetap. Dialisi
diperlukan jika:
1) Asidosis metabolik dan hyperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-
obatan
2) Cairan yang berlebihan
3) Penurunan kesadaran dan ensefalopati uremic
4) Sindrom uremic ( mual, muntah neuropati) yang memburuk
5) Efusi pericardial
c. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah untuk membuang cairan serta
sisa zat metabolik yang tidak dapat dikeluarkan oleh tubuh. Indikasi
hemodialisa dilakukan apabila CKD sudah memasuki stadium yang berat.
Indikasi ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Hemodialisa emergency, dilakukan apabila terjadi kegawatan ginjal dengan
keadaan, uremik berat, overhidrasi, oliguria
2) Hemodialisa kronik, dilakukan berkelanjutan demi kelangsungan seumur
hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisa.
J. Pencegahan
Pencegahan dilakukan untuk menghidari dari timbulnya kompikasi berlanjut.
Pencegahan yang dilakukan jika muncul tanda dan gejala dapat dilakukan dengan
prinsip CERDIK yaitu :
C= cek kesehatan secara berkala
E = enyahkan asap rokok
R = rajin aktivitas fisik
I = istirahat yang cukup
K = kelola stress
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder
terhadap gagal ginjal.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap
gagal ginjal.
6. Defisit Nutrisi berhubungan dengan anorekasia, mual, muntah, kehilangan
selera, bau, stomatitis dan diet tak enak.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
SLKI SIKI
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Managemen jalan napas (I.01011)
berhubungan dengan ....x24 jam Pola Napas membaik dengan Monitor pola napas
hambatan upaya napas kriteria hasil: Monitor bunyi napas
1. Ventilasi semenit meningkat Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Kapasitas vital meningkat Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
3. Tekanan ekspirasi meningkat head-tilt dan chin-lift
4. Tekanan inspirasi meningkat Posisikan semifowler an fowler
5. Dispnea menurun Berikan minum hangat
6. Penggunaan otot bantu napas menurun
Berikan fisioterapi dada bila perlu
7. Kedalaman napas membaik
Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15
detik
Berikan oksigen, jika perlu
Anjurkan asupan cairan 2000 mil/hari jika
tidak kontra indikasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Ajarkan diet yang diprogramkan
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan ....x24 jam Manajemen nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan status nutrisi bayi membaik dengan kriteria Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan hasil: Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
mengapsorsikan nutrisi 1. Berat badan meningkat Identifikasi makanan yang disukai
2. Panjang badan meningkat Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
3. Pucat menurun nutrien
4. Bayi Cengeng menurun Identifikasi perlunya penggunaan selang
5. Lapisan lemak membaik nasogatrik
Monitor asupan makan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (Mis.
Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik) jika
perlu.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
4 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan luka (1.14564) :
berhubungan dengan selama 2x24 jam didapatkan Penyembuhan 1. Monitor karakteristik luka
pruritus sekunder terhadap Luka (L.14130) adekuat dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda infeksi
gagal ginjal. hasil : 3. Lepaskan balutan dan plester secara
1. Penyatuan kulit (4) perlahan
2. Penyatuan tepi luka (4) 4. Bersihkan dengan cairan NaCl
3. Jaringan granulasi (4) 5. Berikan salep yang sesuai
4 = cukup meningkat 6. Pertahankan teknik steril saat melakukan
4. Edema pada sisi luka (4) perawatan luka
5. Peradangan luka (4) 7. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Nyeri (4) 8. Kolaborasi pemberian antibiotik
4 = cukup menurun
5 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi Ansietas (1.09314) :
dengan akan dilaksanakan selama 1x24 jam didapatkan Tingkat 1. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
operasi. Ansietas (L.09093) adekuat dengan kriteria non verbal)
hasil : 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk
1. Perilaku gelisah (4) menumbuhkan kepercayaan
2. Perilaku tegang (4) 3. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
3. Frekuensi pernafasan (4) akan dialami
4. Frekuensi nadi (4) 4. Informasikan secara factual mengenai
5. Tekanan darah (4) diagnosis, pengobatan dan prognosis
4 = cukup menurun 5. Latih teknik relaksasi
6. Kolaorasi pemberian obat antiansietas
6 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan ....x24 jam Regulasi temperatur (I.14578)
tingkat infeksi menurun dengan kriteria 1. Monitor tanda dan gejalah infeksi local
hasil: dan sistemik
1. Demam menurun 2. Batasi jumlah pengunjung
2. Kemerahan menurun 3. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Nyeri menurun 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
4. Bengkak menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
5. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi
6. Jelaskan tanda dan gejalah infeksi
7. Ajarkan car mencuci tangan yang benar
8. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia (2017). Buku Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta : EGC
Lyndon Saputra (2014). Ilustrasi Berwarna Anatomi dan Fisiologi.Jakarta : BINARUPA AKSARA
Ni Komang. A.M (2019).Asuhan keperawatan medical bedah pada Tn. A dengan chronic kidney
disease(CKD) di ruangan Komodo RSUD. PROF.DR.W.Z. Johanes Kupang. Politenik
Kesehatan Kemenkes Kupang.
Nanda International, (2018). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-2020 (10th ed).
Jakarta: ECG
Pricilia Lemone RN, Karen M, Genere Bauldoff, (2016), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed
5. Vol 3.Jakarta : EGC
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia