Anda di halaman 1dari 9

tugas

MATA KULIAH

GEOGRAFI SUMBER DAYA ALAM

“Kerusakan Sumber Daya Alam”

OLEH

BAKRI

A1P1 17 032

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
Kerusakan Sumber Daya Alam

Ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA) di permukaan bumi sangat beragam dan
penyebaranya tidak merata. Ada sumber daya alam yang berlimpah ruah dan ada pula yang
jumlahnya terbatas atau sedikit. Bahkan, ada yang jika diambil sekali maka akan langsung
habis. Bila tidak terjadi keseimbangan antara jumlah penduduk dan persediaan sumber daya
alam, maka lingkungan hidup akan berubah. Kerusakan sumber daya alam dapat disebabkan
oleh alam itu sendiri maupun dapat disebabkan oleh manusia. Kerusakan SDA akan sangat
berpengaruh kepada kehidupan manusia di muka bumi, manusia akan kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan hidup jika sumber daya alam menjadi rusak. Sumber daya alam yang
rusak membutuhkan waktu yang lama untuk pulih

1. Bentuk-Bentuk Kerusakan Sumber Daya Alam Sebagai Berikut:


a) Hutan

Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya dalam
menunjang perekonomian nasional tetapi juga dalam menjaga daya dukung lingkungan
terhadap keseimbangan ekosistem dunia. Indonesia merupakan negara dengan luas hutan
terbesar dibanding dengan negara ASEAN lainnya. Namun, bersama Filipina, Indonesia
memiliki laju deforestasi tertinggi. Laju deforestasi yang pada periode 1985-1997 adalah
1,6 juta hektar per tahun meningkat menjadi 2,1 juta hektar per tahun pada periode 1997-
2001. Salah satu akibatnya jumlah satwa Indonesia yang terancam punah tertinggi
dibandingkan negara ASEAN lainnya.

b) Kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai).

Praktik penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan dampak yang luas, yaitu
kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS. Akibatnya, DAS berkondisi kritis meningkat
dari yang semula 22 DAS pada tahun 1984 menjadi berturut-turut sebesar 39 dan 62 DAS
pada tahun 1992 dan 1998. Pada saat ini diperkirakan sekitar 282 DAS dalam kondisi
kritis. Kerusakan DAS tersebut juga dipacu oleh pengelolaan DAS yang kurang
terkoordinasi antara hulu dan hilir serta kelembagaan yang masih lemah. Hal ini akan
mengancam keseimbangan ekosistem secara luas, khususnya cadangan dan pasokan air
yang sangat dibutuhkan untuk irigasi, pertanian, industri, dan konsumsi rumah tangga.

c) Habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak.

Kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut semakin meningkat,


khususnya di wilayah padat kegiatan seperti pantai utara Pulau Jawa dan pantai timur
Pulau Sumatera. Rusaknya habitat ekosistem pesisir seperti deforestasi hutan mangrove
serta terjadinya degradasi sebagian besar terumbu karang dan padang lamun telah
mengakibatkan erosi pantai dan berkurangnya keanekaragaman hayati (biodiversity).
Erosi ini juga diperburuk oleh perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah yang
kurang tepat. Beberapa kegiatan yang diduga sebagai penyebab terjadinya erosi pantai,
antara lain pengambilan pasir laut untuk reklamasi pantai, pembangunan hotel, dan
kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk memanfaatkan pantai dan perairannya.
Sementara itu, laju sedimentasi yang merusak perairan pesisir juga terus meningkat.
Beberapa muara sungai di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa mengalami pendangkalan
yang cepat, akibat tingginya laju sedimentasi yang disebabkan oleh kegiatan di lahan atas
yang tidak dilakukan dengan benar, bahkan mengabaikan asas konservasi tanah. Di
samping itu, tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan laut juga berada pada
kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber utama pencemaran pesisir dan laut
terutama berasal dari darat, yaitu kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian. Sumber
pencemaran juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, terutama dari kegiatan
perhubungan laut dan kapal pengangkut minyak serta kegiatan pertambangan. Sementara
praktik-praktik penangkapan ikan yang merusak dan ilegal (illegal fishing) serta
penambangan terumbu karang masih terjadi dimana-mana yang memperparah kondisi
habitat ekosistem pesisir dan laut.

2. faktor penyebab kerusakan sumber daya alam

1.pengundulan hutan

Penebangan hutan secara liar dapat menyebabkan hutan gundul. Jika tidak ada pohon lagi
maka udara bersih tidak akan ada lagi. Selain itu, tempat yang ditinggalkan menjadi kurang
subur. Akibat lebih jauh, saat musim hujan akan mengakibatkan pengikisan permukaan
tanah secara intensif. Hal ini bisa menyebabkan banjir, sementara saat musim kemarau,
tampat ini akan mengalami kekurangan air dan tandus.

Kerusakan hutan juga disebabkan oleh kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini dari tahun
ke tahun bertambah luas. Pada tahun 1997 luas kebakaran hutan seluas 2.091 ha dengan 31
titik api. Pada tahun 2006 sebagai akibat kemarau yang panjang kebakaran hutan semakin
luas yang mengakibatkan tebalnya asap di udara yang dapat menimbulkan berbagai masalah.

Penyebab kebakaran hutan dan lahan antara lain adalah adanya peningkatan kegiatan
pertanian seperti perkebunan, pertanian rakyat, perladangan, pemukiman, transmigrasi dll.,
terjadi secara alamiah seperti musim kemarau yang panjang, kecerobohan masyarakat dll.
Dampak negatif kebakaran hutan dan lahan antara lain adalah penurunan keanekaragaman
hayati (ekosistem, spesies dan genetik), habitat rusak, terganggunya keseimbangan biologis
(flora, fauna, mikroba); gangguan asap, erosi, banjir, longsor, terbatas jarak pandang;
meningkatnya gas-gas rumah kaca, CO dan hidrokarbon, gangguan metabolisme tanaman
dan perubahan iklim.

Sebab lain kerusakan hutan antara lain: 1) persepsi masyarakat bahwa hutan masih
terbatas untuk kepentingan ekonomi; 2) adanya konflik kepentingan; 3) laju perusakan hutan
tidak sebanding dengan upaya perlindungan; 4) masih luasnya lahan kritis di luar hutan
karena pengelolaan lahan secara tradisional dan praktek perladangan berpindah; 5) belum
optimalnya penegakan hukum dalam percepatan penyelesaian pelanggaran/kejahatan di
bidang kehutanan (al. Perambahan hutan, ilegal logging dll.).

Upaya untuk memulihkan hutan yang rusak adalah sebagai berikut:

(1) dalam jangka pendek adalah penegakan hukum. Hal ini sangat penting untuk
mencegah praktek-praktek ilegal logging dan perambahan hutan yang semakin luas.

(2) Hendaknya kegiatan pembangunan memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini


seringkali dilanggar oleh pelaksana pembangunan.

(3) Upaya penanaman kembali hutan yang telah rusak. Penghijauan telah dilakukan
namun belum efektif memulihkan kondisi hutan.

(4) Dalam jangka menengah dapat dilakukan sosialisasi dan pendidikan lingkungan pada
orang dewasa terutama yang tinggal di sekitar hutan lindung dan konservasi.

(5) Dalam jangka panjang pendidikan lingkungan menjadi salah satu pelajaran muatan
lokal baik di SD, SMP, SLTA maupun di perguruan tinggi.

Inilah salah satu contoh pertama yang menunjukkan kecintaannya pada lingkungan,
adalah orang-orang Bishnois di Rajasthan, India, yang rela mati demi mencegah
penebangan pohon-pohon di desa mereka atas perintah raja.

2. Teknologi dan Industri

Perkembangan teknologi yang pesat akan mempercepat dalam mempermudah manusia


dalam mengolah alam. Pemanfaatan teknologi yang tidak tepat dan tidak sesuai dapat
mengubah lingkungan menjadi buruk. Contoh traktor dapat mempermudah dan mempercepat
dalam membajak sawah. Namun, disisi lain traktor juga membawa dampak negatif. Traktor
membawa buangan oli, bahan bakar, dan sebagainya yang dapat merusak lingkungan.

3. Pencemaran

Pencemaran dapat menimbulkan gangguan ringan dan berat terhadap mutu lingkungan
hidup manusia. Jenis-jenis pencemaran ada empan yaitu pencemaran udara, air, tanah, dan
suara. Di Negara maju pembuangan rongsokan mobil dan barang yang tidak terpakai menjadi
masalah. Misalnya, benda yang dibuang dan dibakar menyebabkan terjadinya pencemaran
udara sehingga kadar CO2 di udara tinggi, sedangkan partikel-partikel halus dalam asap akan
memberikan pengaruh buruk. Dewasa ini kadar CO2 di dunia mengalami kenaikan 20 %. Hal
tersebut di duga menjadi penyebab kenaikan suhu dimuka bumi.

Kualitas udara, khususnya di kota-kota besar, semakin menurun. Kualitas udara di 10


kota besar Indonesia cukup mengkhawatirkan, dan di enam kota diantaranya, yaitu Jakarta,
Surabaya, Bandung, Medan, Jambi, dan Pekan Baru dalam satu tahun hanya dinikmati udara
bersih selama 22 sampai 62 hari saja. Senyawa yang perlu mendapat perhatian serius adalah
partikulat (PM10), karbon monoksida (CO), dan nitrogen oksida (NOx). Pencemaran udara
utamanya disebabkan oleh gas buang kendaraan dan industri, kebakaran hutan, dan
kurangnya tutupan hijau di perkotaan. Hal ini juga diperburuk oleh kualitas atmosfer global
yang menurun karena rusaknya lapisan ozon di stratosfer akibat akumulasi senyawa kimia
seperti chlorofluorocarbons (CFCs), halon, carbon tetrachloride, methyl bromide yang biasa
digunakan sebagai refrigerant mesin penyejuk udara, lemari es, spray, dan foam. Senyawa-
senyawa tersebut merupakan bahan perusak ozon (BPO) atau ODS (ozone depleting
substances). Indonesia terikat Montreal Protocol dan Kyoto Protocol yang telah diratifikasi
untuk ikut serta mengurangi penggunaan BPO tersebut, namun demikian sulit dilaksanakan
karena bahan penggantinya masih langka dan harganya relatif mahal.

Pencemaran air semakin meningkat. Penelitian di 20 sungai Jawa Barat pada tahun 2000
menunjukkan bahwa angka BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical
Oxygen Demand)-nya melebihi ambang batas. Indikasi serupa terjadi pula di DAS Brantas,
ditambah dengan tingginya kandungan amoniak. Limbah industri, pertanian, dan rumah
tangga merupakan penyumbang terbesar dari pencemaran air tersebut. Kualitas air
permukaan danau, situ, dan perairan umum lainnya juga menunjukkan kondisi yang
memprihatinkan. Umumnya disebabkan karena tumbuhnya phitoplankton secara berlebihan
(blooming) sehingga menyebabkan terjadinya timbunan senyawa phospat yang berlebihan.
Matinya ikan di Danau Singkarak (1999), Danau Maninjau (2003) serta lenyapnya beberapa
situ di Jabodetabek menunjukkan tingginya sedimentasi dan pencemaran air permukaan.
Kondisi air tanah, khususnya di perkotaan, juga mengkhawatirkan karena terjadinya intrusi
air laut dan banyak ditemukan bakteri Escherichia Coli dan logam berat yang melebihi
ambang batas.

Belum dilaksanakannya pengelolaan limbah secara terpadu dan sistematis.


Meningkatnya pendapatan dan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan berdampak pada
peningkatan pencemaran akibat limbah padat, cair, maupun gas secara signifikan. Untuk
limbah padat, hal ini membebani sistem pengelolaan sampah, khususnya tempat pembuangan
akhir sampah (TPA). Sebagai gambaran, di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi
(Jabodetabek) umur operasi TPA rata-rata tinggal 3-5 tahun lagi, sementara potensi lahan
sangat terbatas. Selain itu, sampah juga belum diolah dan dikelola secara sistematis, hanya
ditimbun begitu saja, sehingga mencemari tanah maupun air, menimbulkan genangan
leacheate, dan mengancam kesehatan masyarakat. Penurunan kualitas air di badan-badan air
akibat kegiatan rumah tangga, pertanian, dan industri juga memerlukan upaya pengelolaan
limbah cair yang terpadu antar sektor terkait. Semakin tingginya intensitas kegiatan industri
dan pergerakan penduduk menjadi pemicu memburuknya kualitas udara, terutama di
perkotaan. Pengaturan mengenai sistem pengelolaan dan pengendalian gas buang (emisi),
baik industri maupun transportasi diperlukan sebagai upaya peningkatan perbaikan kualitas
udara. Selain itu, limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang berasal dari rumah sakit,
industri, pertambangan, dan permukiman juga belum dikelola secara serius. Walaupun
Indonesia telah meratifikasi Basel Convention, saat ini hanya ada satu fasilitas pengolahan
limbah B3 yang dikelola swasta di Cibinong. Tingginya biaya, rumitnya pengelolaan B3,
serta rendahnya pemahaman masyarakat menjadi kendala tersendiri dalam upaya mengurangi
dampak negatif limbah terutama limbah B3 terhadap lingkungan.

4. Pertambangan

Sifat usaha pertambangan, khususnya tambang terbuka (open pit mining), selalu merubah
bentang alam sehingga mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Dalam skala besar akan
mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak buruk bagi kehidupan
manusia. Dengan citra semacam ini usaha pertambangan cenderung ditolak masyarakat. Citra
ini diperburuk oleh banyaknya pertambangan tanpa ijin (PETI) yang sangat merusak
lingkungan.

5. Ancaman Biodiversity

Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity). Sampai saat ini 90


jenis flora dan 176 fauna di Pulau Sumatera terancam punah. Populasi orang-utan di
Kalimantan menyusut tajam, dari 315.000 ekor di tahun 1900 menjadi 20.000 ekor di tahun
2002. Hutan bakau di Jawa dan Kalimantan menyusut tajam, disertai rusaknya berbagai
ekosistem. Gambaran tersebut menempatkan Indonesia pada posisi kritis berdasarkan Red
Data Book IUCN (International Union for the Conservation of Nature). Di sisi lain,
pelestarian plasma nutfah asli Indonesia belum berjalan baik. Kerusakan ekosistem dan
perburuan liar, yang dilatarbelakangi rendahnya kesadaran masyarakat, menjadi ancaman
utama bagi keanekaragaman hayati di Indonesia.

6. Banjir

Banjir sering terjadi saat musim hujan ketika curah hujan tinggi, dan dapat merusak
saluran irigasi, jembatan, jalan, rumah penduduk dan areal pertanian. Selain itu, hewan dan
manusia pun menjadi korban. Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain Penggundulan
hutan, Membuang sampah sembarangan, Tertutupnya tanah perkotaan dengan beton dan
aspal dan Rusaknya tanggul sungai
7. Gunung Meletus

Material yang dikeluarkan akibat gunung berapi akan merusak lingkungan. a. Lahar
panas akan merusak segala sesuatu yang dilewati b. Lahar dingin dapat merusak areal
pertanian dan permukiman penduduk serta bangunan-bangunan lain. c. Abu gunung api yang
bertebaran di udara dapat mengganggu kesehatan dan lalu lintas

8. Gempa Bumi

Getaran gempa atau gerak kulit bumi yang kuat akan menimbulkan kerusakan lingkungan
antara lain: a. Rusaknya sarana dan prasarana kehidupan,antara lain: jalan raya, jembatan dan
permukiman penduduk. b. Terputus atau rusaknya jaringan telekomunikasi dan jaringan
listrik.

9. Angin Topan

Contoh angin topan adalah angin lesus (Indonesia), taifun (Jepang), mistral (Perancis),
tornado (Amerika), hurricane (Florida), dan willys (Australia). Angin topan dapat
menimbulkan kerusakan, antara lain: a. Merobohkan bangunan rumah dan gedung yang
kurang kuat. b. Membahayakan penerbangan. c. Membahayakan pelayaran. d. Merusak areal
hutan, perkebunan dan pertanian. e. Jika angin bersifat kering dan panas (fohn), dapat
merusak tanaman.

10. Musim Kemarau

Musim kemarau yang panas dan panjang dapat merusak lingkungan hidup antara lain: a.
Sumber air kering b. Sungai, danau dan air dalam tanah kering sehingga merugikan
pertanian. c. Banyak tumbuh-tumbuhan mati sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup
makhluk hidup. d. Daun dan batang pohon menjadi kering sehingga mudah menimbulkan
kebakaran hutan.

3. Cara Mengurangi Kerusakan Sumber Daya Alam

Mencegah kerusakan alam adalah tanggung jawab kita semua. Alam yang indah ini perlu
kita cintai, karena alam merupakan ciptaan Tuhan yang tiada bandingnya dan tidak ada gantinya.
Dengan menjaga alam dengan baik dan tidak semena-mena adalah perilaku yang mulia sekali.
Alam perlu dijaga dan jangan sampai merusaknya, merusak alam merupakan tidakan yang
tercela karena akan mengakibatkan dampak yang buruk dikemudian hari.

Mencintai alam dengan sepenuh hati kita merupakan salah satu tugas yang sangat
penting. Tuhan menciptakan alam semesta ini yang begitu indahnya untuk makhluk di bumi ini.
Dengan mencintai alam maka kita akan peduli dengan lingkungan alam sekitar kita. Segala
kebutuhan dan keperluan hidup makhluk hidup di dunia ini adalah dari alam. Maka dari itu alam
harus dijaga kelestariannya supaya kebutuhan hidup makhluk hidup yang ada di bumi kita ini
terpenuhi. Berikut mengulas 5 cara mencegah kerusakan alam yang dapat dilakukan.

Banyak sekali kerusakan yang diakibatkan oleh keserakahan manusia terhadap alam
seperti gunung, hutan, laut. Hutan yang gundul merupakan salah satu contoh kerusakan alam
karena manusia menebang pohon secara liar. Hutan yang gundul ini karena akibat tidak didasari
sistem tebang pilih atau penghijauan kembali. Selain itu juga mengakibatkan tanah longsor
didaerah dataran tinggi karena dampak penebangan pohon secara liar.

Kemudian pencemaran air yang disebabkan ulah manusia membuang sampah


sembarangan di sungai terutama di daerah perkotaan. Hal ini akan mengakibatkan banjir setiap
tahunnya jika turun hujan biasanya banjir didapati di daerah perkotaan. Dan polusi udara yang
mengakibatkan global warming karena banyak asap kendaraan bermotor dan asap pabrik. Dan
juga tidak heran dijumpai limbah pabrik yang dibuang di lautan, hal ini mengakibatkan
kerusakan ekosistem laut.

Sekarang banyak sekali cara mencegah kerusakan lingkungan akibat ulah manusia. Sampai
upaya pemerintah menanggulangi kerusakan alam telah diatur dalam perundang-undangan
perlingdungan alam.

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi dan mencegah adanya bencana
alam di sekitar kita. Hanya dengan hal kecil sekalipun kita akan berhasil memeragi bencana alam
yang disebabkan oleh ulah manusia. Dengan cara mencegah kerusakan ekosistem laut dan darat
merupakan bentuk rasa cinta kita kepada alam.

a) Tidak membuang sampah sembarangan di sungai. Dengan membuang sampah ditempat


sampah akan menciptakan lingkungan yang bersih dan rapi dipandangnya. Tidak hanya
itu, tapi juga dengan membuang sampah ditempatnya akan menolong kota dari bahaya
bencana banjir.
b) Menanam kembali hutan yang gundul atau reboisasi ditanah yang harus ditanami pohon
kembali.
c) Tidak membuang limbah pabrik di laut. Sebaiknya sebuah pabrik mengetahui bagaimana
cara pembuangan sampai pemanfaatan limbah pabrik mereka. Dengan cara mencegah
kerusakan laut seperti ini akan mengurangi pencemaran air laut dan biota laut akan
terjaga.
d) Melakukan terasering. Terasering merupakan upaya untuk penanggulangan erosi tanah
supaya tanah tidak terkikis dari akibat aliran air.
e) Selalu menghargai dan mencintai alam.

Adapun bentuk lain cara mencegah kerusakan SDA alam sebagai berikut:

1. Di bidang pertanian dan perikanan


a. Mengurangi penggundulan hutan dan reboisasi
b. Pembuatan sengkedan
c. Penyuluhan kepada masyarakat
d. Mengurangi penyemprotan hama yang berlebihan
e. Melakukan penangkapan ikan dengan benar
2. Di bidang Teknologi
a. Menggunakan teknologi dengan baik dan benar
b. Mendatangkan tenaga ahli dan teknologi asing
c. Pendidikan kepada masyarakat untuk kebutuhan SDM.
d. Bekerja sama dengan Negara lain dalam pengolahan SDA
3. Dalam Pencemaran

a. Membuat saluran pembuangan limbah udara dan air sehingga tidak


b. Mengolah sisa limbah hasil industry
c.
4. mengganggu keseimbangan alam
a. Pengurangan penggunaan zat kimia berbahaya
b. Penyuluhan kepada masyarakat
c. Mencegah penggundulan hutan
d. Memperbaiki kerusakan tanggul dan mereboisasi hutan yang gundul

Anda mungkin juga menyukai