Anda di halaman 1dari 142

616.

042
ind
k

HARI PERTAMA
KEHIDUPAN

Kementerian PPN/ KEMENTERIAN KOORDINATOR


Bappenas BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIA
REPUBLIK INDONESIA

C KEMENTERIAN
KEMENTERIAN KEMENTERIAN AGAMA KEMENTERIAN SOSIAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA KEMKOMINFO REPUBLIK INDONESIA
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
REPUBLIK INDONESIA PERUMAHAN RAKYAT

CM

MY

CY

CMY

PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT)


K

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2018
C

CM

MY

CY

CMY

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI


616.042
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
ind
Kesehatan Masyarakat
k
Kurikulum pelatihan untuk pelatih (TOT) fasilitator
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)-Stunting.-
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2018

ISBN 978-602-416-347-1

1. Judul
I. GROWTH DISORDERS
II. GENETIC DISEASES
III. NUTRITIONAL DISORDERS
IV. HEALTH MANPOWER
KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN

S
tunting pada anak mencerminkan
kondisi gagal tumbuh pada anak
balita (bawah 5 tahun) akibat dari
kekurangan gizi kronis, sehingga
anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi kronis ini berlangsung
sejak bayi dalam kandungan hingga usia 2
tahun. Dengan demikian periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan seyogyanya mendapat
perhatian khusus karena menjadi penentu
tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan
produktifitas seseorang.
Indonesia merupakan salah satu negara
dengan prevalensi stunting yang cukup
tinggi dibandingkan dengan negara-negara
berpendapatan menengah lainnya. Situasi
ini jika tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia.
Saat ini Pemerintah Indonesia telah menetapkan 5 (lima) pilar utama aksi intervensi
stunting yaitu:
1. Komitmen dan visi pimpinan tertinggi negara
2. Kampanye nasional berfokus pada peningkatan pemahaman, perubahan
perilaku, komitmen politik, dan akuntabilitas
3. Konvergensi, koordinasi dan konsolidasi program nasional, daerah, dan
masyarakat
4. Mendorong kebijakan “Food Nutritional Security”
5. Pemantauan dan evaluasi
Implementasi 5 pilar utama tersebut diperlukan ketersediaan dan kecukupan sumber
daya manusia yang terampil serta memahami model pendekatan perubahan perilaku
yang tepat melalui peningkatan kapasitas bagi para pelaksana/pelaku program dan
mitra terkait.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 i


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Program air bersih dan sanitasi dilakukan melalui pendekatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakarat (STBM) yang diyakini sebagai pendekatan yang efektif dan
efisien terutama dalam merubah perilaku masyarakat. Pendekatan ini cocok untuk
diimplementasikan pada penanggulangan stunting khususnya pada aspek-aspek
perubahan perilaku yang berkaitan dengan praktek nutrisi yang benar yang terjadi
dalam individu maupun komunitas.
Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan kurikulum dan modul Pelatihan STBM-
Stunting terakreditasi sebagai acuan/panduan untuk pelaksanaan peningkatan
kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Jakarta, 11 Januari 2018


Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat

dr. Anung Sugihantono, M.Kes


NIP. 196003201985021002

ii KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

DAFTAR ISI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 iii


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

iv KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 3
B. Filosofi Pelatihan ............................................................................. 5
BAB II PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI .................................................... 7
A. Peran ............................................................................................... 9
B. Fungsi .............................................................................................. 9
C. Kompetensi ..................................................................................... 9
BAB III TUJUAN PELATIHAN .......................................................................... 11
A. Tujuan Umum ................................................................................. 13
B. Tujuan Khusus ................................................................................. 13
BAB IV STRUKTUR PROGRAM ....................................................................... 15
BAB V GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) ...................... 19
BAB VI DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN ................................................... 31
BAB VII PESERTA DAN PELATIH ..................................................................... 37
A. Peserta ............................................................................................ 39
B. Pelatih/fasilitator/instruktur ........................................................... 39
BAB VIII PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN .................... 41
A. Penyelenggara ................................................................................ 43
B. Tempat Penyelenggaraan ................................................................ 43
BAB IX EVALUASI .......................................................................................... 45
A. Peserta ............................................................................................ 47
B. Pelatih ............................................................................................. 47
C. Penyelenggara ................................................................................ 47
BAB X SERTIFIKAT ........................................................................................ 49
LAMPIRAN ................................................................................................... 53
Lampiran 1. JADWAL Pelatihan Untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM-Stunting 55
Lampiran 2. MATERI INTI 1: KONSEP DASAR STBM-STUNTING ................ 57
Lampiran 3. MATERI INTI 2: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
STBM-STUNTING ............................................................... 60

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 v


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 4. MATERI INTI 3: KOMUNIKASI, ADVOKASI DAN FASILITASI 62


STBM-STUNTING ........................................................... 69
Lampiran 5. MATERI INTI 4: PEMICUAN STBM-STUNTING DI KOMUNITAS 91
Lampiran 6. MATERI INTI 5: TEKNIK MELATIH .....................................
Lampiran 7. MATERI PENUNJANG 1: MEMBANGUN KOMITMEN 97
BELAJAR (BLC) ................................................................ 100
Lampiran 8. MATERI PENUNJANG 2: ANTI KORUPSI ............................ 102
Lampiran 9. MATERI PENUNJANG 3: RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) 103
Lampiran 10. PRE dan POST TEST .......................................................
MD.1 Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Perce­patan 103
Perbaikan Gizi dengan STBM ........................................ 104
MI. 1 Konsep Dasar STBM dan Stunting ............................... 108
MI. 2 Pemberdayaan Masyarakat STBM-Stunting ................. 113
MI. 3 Advokasi dan Fasilitasi STBM-Stunting ......................... 116
MI. 4 Pemicuan STBM-Stunting ........................................... 118
MP. 2 Anti Korupsi ................................................................ 120
KUNCI JAWABAN .................................................................... 121
Lampiran 11. FORMAT EVALUASI PELATIH ........................................

vi KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB I
PENDAHULUAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 1


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

2 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara terbesar kelima dengan jumlah anak stunting
di dunia. Studi Pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan tahun
2016 mencatat terdapat 27,5% anak di bawah lima tahun (balita) mengalami
stunting dan sebesar 21,7% anak dibawah dua tahun mengalami stunting.di
Indonesia. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama. Stunting terjadi mulai dari
dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun, dimana anak
secara fisik terlihat lebih pendek daripada anak lain seumurnya. Kekurangan
gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan
penderitanya mudah sakit, memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa,
dan tidak memiliki kekampuan kognitif yang memadai, sehingga tidak saja
mengakibatkan kerugian bagi individu tetapi juga kerugian sosial ekonomi
jangka panjang bagi Indonesia.
Stunting bukan hanya karena kurang makan. Stunting disebabkan oleh berbagai
faktor yang berakar pada kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, serta
pendidikan. Secara tidak langsung akar masalah ini mempengaruhi ketersediaan
dan pola konsumsi rumah tangga, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan
kesehatan lingkungan yang kemudian mempengaruhi asupan makanan dan
menyebabkan berbagai infeksi, sehingga menimbulkan gangguan gizi ibu dan
anak (UNICEF 1990, disesuaikan dengan kondisi Indonesia).
Untuk mencegah dan mengatasi stunting, dilakukan dua model intervensi yaitu
intervensi spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik mencakup upaya-upaya mencegah
dan mengurangi gangguan secara langsung misalnya melalui imunisasi, pemberian
makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita, dan pemantauan pertumbuhan.
Intervensi sensitif mencakup upaya-upaya mencegah dan mengurangi gangguan
secara tidak langsung misalnya melalui penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi,
peningkatan pendidikan, penanggulangan kemiskinan, dan peningkatan kesetaraan
gender. Studi Lancet (2013) menemukan bahwa intervensi spesifik hanya
mendukung 20% upaya pencegahan/penurunan stunting, sementara intervensi
sensitif berkontribusi hingga 80%. Sementara itu berbagai studi yang dilakukan
oleh WHO, UNICEF, Bank Dunia, dan dari kalangan akademisi menemukan bahwa
ketersediaan akses air minum yang aman dan sanitasi yang layak merupakan kunci

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 3


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

untuk mencegah paparan penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang menjadi


penyebab terjadinya diare, cacingan, infeksi saluran pernafasan, dan stunting.
Diterapkannya pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) oleh
Kemenkes sejak 2008 telah meningkatkan akses sanitasi dari 48,56% di
tahun 2008 ke 67,80 di tahun 2016. Diadopsinya pendekatan STBM ke dalam
program-program air minum juga telah berkontribusi pada peningkatan akses
dari 46,45% tahun 2008 ke 71,14% di tahun 2016. Masih ada sekitar 80 juta
penduduk Indonesia yang belum memiliki akses kepada sanitasi yang layak dan
74 juta yang belum memiliki akses air minum yang layak (BPS, 2017).
Pembangunan Kesehatan tahun 2015-2019 merupakan salah satu komponen
pelaksanaan ke-5 dari Nawacita Presiden, yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia. Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN)
2015-2019, pemerintah menetapkan target tersedianya akses air minum dan
sanitasi universal (100%) bagi seluruh rakyat Indonesia dan penurunan angka
stunting dari 40% ke 28% pada tahun 2019. Secara spesifik, Kementerian Kesehatan
menetapkan empat prioritas kesehatan 2015-2019, yaitu: 1) menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi, 2) menurunkan prevalensi balita pendek
(stunting), 3) menanggulangi penyakit menular HIV-AIDS, Tuberculosis, dan
Malaria, dan 4) menanggulangi penyakit tidak menular Hipertensi, Diabetes,
Obesitas, Kanker, dan gangguan jiwa.
Dalam upaya menurunkan angka stunting dan mencapai target akses universal
air minum dan sanitasi, diperlukan kolaborasi dan integrasi antara program air
minum, sanitasi, dan gizi. Kolaborasi ini memerlukan sumber daya manusia
(SDM) yang mampu mengelola kegiatan terkait STBM dan stunting yang
tersebar merata di seluruh Indonesia. Kolaborasi dan integrasi antara SDM yang
memahami STBM dan memahami isu stunting merupakan hal baru. Oleh karena
itu, diperlukan kegiatan pengembangan sumber daya manusia, khususnya
melalui pelatihan.
Kebutuhan terhadap Pelatihan Fasilitator STBM-Stunting ini belum diimbangi
dengan ketersediaan jumlah tenaga pelatih yang mencukupi, mumpuni, dan
mampu memahami serta menyampaikan atau memfasilitasi materi sesuai
dengan Kurikulum dan Modul Pelatihan yang terlah ditetapkan. Sehingga untuk
mengakomodir kebutuhan ini perlu dilakukan suatu pelatihan untuk pelatih
(TOT) Fasilitator STBM-Stunting. TOT ini menjadi begitu penting dan perlu
segera dilaksanakan untuk mencetak fasilitator-fasilitator STBM-Stunting yang
handal, yang mampu mendorong percepatan pencapaian target sanitasi dan
penurunan stunting di Indonesia dan meningkatkan keterampilan para fasilitator
dalam hal melatih, serta untuk memberikan penyamaan pesepsi diantara para
fasilitator agar terdapat keseragaman materi yang akan disampaikan pada
pelatihan Fasilitator STBM-Stunting sesuai kurikulum yang ditetapkan. Adapun
penyelenggaraan pelatihan ini mengacu pada kurikulum Pelatihan untuk Pelatih
(TOT) Fasilitator STBM-Stunting.

4 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

B. Filosofi Pelatihan
Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM-Stunting ini diselenggarakan
dengan memperhatikan:
1. Prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi), dimana selama pelatihan
peserta berhak untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai pemberdayaan
masyarakat, perubahan perilaku, advokasi, komunikasi, penyeleng­garaan
STBM, dan pemantauan dan perbaikan gizi.
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam
konteks pelatihan.
c. Diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap
proses pembelajaran.
d. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan.
2. Berorientasi kepada peserta, di mana peserta berhak untuk:
a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar tentang STBM-Stunting.
b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat menfasilitasi dengan
berbagai metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi
STBM-Stunting.
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual,
auditorial maupun kinestetik (gerak).
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing
tentang STBM-Stunting, saling berbagi antar peserta maupun fasilitator.
e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.
f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi tingkat kemampuannya.
3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk
a. Mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam mem­peroleh
kompetensi yang diharapkan dalam mengelola program STBM-Stunting.
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mencapai kom­petensi
yang diharapkan pada akhir pelatihan.
4. Melakukan experimentasi dengan menggunakan metode Experimental
Learning Cycle (ELC) yang memberikan petunjuk praktis tentang desain
pembelajaran, dengan karakteristik:
a. Terkait dengan kehidupan nyata,
b. Mendorong peserta untuk dapat mengekspresikan perasaan dan opini
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka, dan
c. Menerapkan evaluasi terintegrasi dengan memberikan umpan balik
kepada peserta latih tentang kemajuan yang telah dicapai.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 5


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

6 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB II
PERAN, FUNGSI,
DAN KOMPENTENSI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 7


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

8 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB II
PERAN, FUNGSI,
DAN KOMPETENSI

A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai pelatih pada Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting di wilayah kerjanya masing-masing.

B. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya peserta mempunyai fungsi sebagai pelatih pada
pelatihan Fasilitator STBM-Stunting di wilayah kerjanya masing-masing.

C. Kompetensi
Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki kompetensi dalam:
1. Menjelaskan konsep dasar STBM-Stunting.
2. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam STBM–Stunting.
3. Melakukan komunikasi, advokasi, dan fasilitasi STBM–Stunting.
4. Melakukan pemicuan STBM-Stunting di komunitas.
5. Melatih dalam pelatihan Fasilitator STBM-Stunting.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 9


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

10 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB III
TUJUAN PELATIHAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 11


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

12 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB III
TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melatih dalam Pelatihan Fasilitator
STBM-Stunting di wilayah kerjanya masing-masing.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar STBM–Stunting.
2. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam STBM–Stunting.
3. Melakukan komunikasi, advokasi, dan fasilitasi STBM–Stunting.
4. Melakukan pemicuan STBM-Stunting di komunitas.
5. Melatih pada Pelatihan Fasilitator STBM–Stunting.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 13


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

14 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB IV
STRUKTUR PROGRAM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 15


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

16 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB IV
STRUKTUR PROGRAM

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka disusunlah materi yang akan
diberikan secara rinci pada tabel berikut:

WAKTU
No MATERI
T P PL JML

1 MATERI DASAR

1. Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi


2 0 0 2
dengan STBM

Subtotal 2 0 0 2

2 MATERI INTI

1. Konsep Dasar STBM-Stunting 3 3 0 6


2. Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM-Stunting 1 2 0 3
3. Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-Stunting 2 6 0 8
4. Pemicuan STBM-Stunting di komunitas 6 8 10 24
5. Teknik Melatih 5 7 0 12

Subtotal 17 26 10 53

3 MATERI PENUNJANG

1. Building Learning Commitment (BLC) 0 3 0 3


2. Anti Korupsi 1 1 0 2
3. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 1 2 0 3

Subtotal 2 6 0 8

Total 21 32 10 63

Keterangan:1 jpl @ 45 menit; T = Teori; P = Penugasan di kelas; PL = Praktik


Lapangan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 17


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

18 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB V
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM
PEMBELAJARAN (GBPP)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 19


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

20 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB V
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM
PEMBELAJARAN (GBPP)

Nomor : MD.1
Judul Materi : Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam
Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM
Waktu : 2 JPL (T=2 jpl; P=0 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
memahami kebijakan pembangunan kesehatan
untuk percepatan perbaikan gizi dengan STBM.

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Media dan Alat


Metode Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Bantu

Setelah mengikuti materi/ sesi ini peserta latih mampu:

1. Menjelaskan Kebijakan 1. Kebijakan Ceramah tanya • Bahan • UU No. 36/2009


Pembangunan Kesehatan Pembangunan jawab (CTJ) tayangan/ Slide tentang
Kesehatan: power point Kesehatan
a. Konsep • Modul • PP No. 66/2014
Pembangunan • Komputer tentang kesehatan
Kesehatan • LCD Projector Lingkungan
b. Pendekatan • Sound System • Peraturan
keluarga dalam • Flip chart Presiden No.
pencapaian • Spidol (ATK) 2/2015 tentang
prioritas RPJMN 2015-2019
pembangunan • Inpres No. 1
kesehatan Tahun 2017
c. Gerakan tentang Gerakan
Masyarakat Masyarakat Hidup
Hidup Sehat Sehat
• Peraturan
Presiden No.
2. Menjelaskan Gerakan 2. Gerakan Nasional
42 Tahun 2013
Nasional Percepatan Percepatan
tentang Gerakan
Perbaikan Gizi Perbaikan Gizi.
Nasional
Percepatan
Perbaikan Gizi
3. Menjelaskan Kebijakan 3. Kebijakan dan • Renstra
dan Strategi Nasional Strategi Nasional Kementerian
STBM STBM. Kesehatan
2015-2019
• STBM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 21


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Nomor : MI.1
Judul Materi : Konsep Dasar STBM-Stunting
Waktu : 6 JPL (T=3 jpl; P=3 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
memahami konsepdasar STBM-Stunting.
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan
Metode Media dan Alat Bantu Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan
Peserta latih mampu:
1. Menjelaskan Stunting 1. Stunting: • CTJ • Bahan tayang /slide • Andrew J Prendergast, Jean
a. Pengertian stunting • Curah Pendapat power point H Humphrey. The Stunting
b. Penyebab Stunting • Pemutaran Film dengan • Film Stunting dan Masa Syndrome in Developing
c. Akibat Stunting durasi 15 menit (TPK 1 & Depan Indonesia, Film Countries.Paediatrics and
TPK 2) Dewi dan Putri International Child Health.
2. Menjelaskan 2. Pencegahan Stunting:
• Diskusi kelompok (TPK 3) • Modul Vol.34 no 4, 2014 p 250-
Pencegahan Stunting a. Pendekatan secara
• LCD, komputer/laptop, 265.
langsung/ kegiatan gizi
• kertas plano/flipchart, • Black, et.al. Maternal
spesifik
• spidol, and Child Undernutritin
b. Pendekatan secara tidak
• papan tulis, and Overweight in Low
langsung
• kain tempel, Income and Middle-Income
3. Menjelaskan Konsep 3. Konsep STBM: • lem semprot kain, Countries, Lancet 202 No.
STBM a. Pengertian STBM • meta plan, 9890: 427-451.
b. Tujuan STBM • panduan pemutaran film, • Chase, C and Ngure,
c. Sejarah Program • panduan diskusi F, 2016. Multisectoral
Pembangunan Sanitasi. kelompok, Approaches to Improving
4. Menjelaskan Prinsip- 4. Prinsip-prinsip STBM- Nutrition: Water, Sanitation
Prinsip STBM-Stunting Stunting: and Hygiene. Water
a. Tanpa subsidi (untuk non- and Sanitation Program
kuratif) Technical Paper, the World
b. Masyarakat sebagai Bank.
pemimpin • Environmental Health
c. Tidak menggurui/ Perspective Volume 112 no
memaksa 11, November 2014, Beyond
d. Totalitas Malnutrition The role of
Sanitatiin in Stunted Grow.
5. Menjelaskan Strategi 5. Strategi STBM-Stunting: • Institute for Development
STBM-Stunting a. Peningkan kebutuhan Studies, Working Paper184,
dan Permintaan sanitasi- Subsidy or Self-Respect
stunting Total Community Sanitation
b. Peningkatan layanan in Bangladesh, Kamal Kar,
penyediaan sanitasi dan September 2003.
pencegahan stunting • Permenkes Nomor 3 Tahun
c. Penciptaan lingkungan 2014 tentang STBM
yang kondusif • Kemenkes RI, Kurikulum
6. Menjelaskan Delapan 6. Delapan Pilar STBM- dan Modul Pelatihan
Pilar STBM-Stunting Stunting: Fasilitator Pemberdayaan
a. Pengertian pilar-pilar Masyarakat Bidang
dalam STBM-Stunting Kesehatan: Buku Sisipan
b. Penyelenggaraan STBM, Jakarta, 2013.
pelaksanaan 8 pilar STBM- • Kemenkes RI, Dit.
Stunting Penyehatan Lingkungan,
c. Manfaat pelaksanaan 8 Modul Hiegiene Sanitasi
pilar STBM-Stunting Makanan dan Minuman,
d. Tujuan pelaksanaan 8 2012.
pilar STBM-Stunting
7. Menjelaskan Tangga 7. Tangga Perubahan Perilaku
Perubahan Perilaku Visi STBM-Stunting:
Visi STBM-Stunting a. Tangga Perubahan
Perilaku Sanitasi
b. Tangga Perubahan
Perilaku Asupan Gizi
c. Tangga Perubahan
Perilaku Visi STBM-
Stunting

22 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Nomor : MI.2
Judul Materi : Pemberdayaan Masyarakat STBM-Stunting
Waktu : 3 JPL (T=1 jpl; P=2 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
melakukan pemberdayaan masyarakat
STBM-Stunting.
Tujuan
Pokok Bahasan dan Media dan Alat
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bahasan Bantu
Khusus (TPK)
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:

1. Menjelaskan 1. Partisipasi • Ceramah • Bahan tayang/ • Permenkes No.


partisipasi masyarakat Tanya jawab slide power 65/2013 tentang
masyarakat a. Pengertian • Curah point Pedoman Pelaksanaan
partisipasi Pendapat • Modul dan Pembinaan
masyarakat • Bermain Peran • LCD Pemberdayaan
b. Tingkatan • Komputer/ Masyarakat bidang
partisipasi laptop Kesehatan.
masyarakat • Flipchart • Permenkes No. 3/2014
• Spidol tentang STBM.
2. Melakukan 2. Pemberdayaan • Meta plan • Kurikulum dan Modul
pemberdayaan masyarakat dalam • Kain tempel Pelatihan Fasilitator
masyarakat dalam STBM-Stunting • Skenario STBM, Kemenkes RI,
STBM-Stunting a. Pengertian bermain peran 2014.
pemberdayaan • Health Promotion
masyarakat and Community
b. Prinsip dasar Participation, WHO,
pemberdayaan 2002.
masyarakat
c. Tahapan
pemberdayaan
masyarakat
d. Melakukan
pemberdayan
masyarakat
dalam STBM-
Stunting.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 23


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Nomor : MI.3
Judul Materi : Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi STBM-
Stunting
Waktu : 8 JPL (T=2 jpl; P=6 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
melakukan Komunikasi, advokasi, dan fasilitasi
STBM-Stunting
Tujuan
Pokok Bahasan dan Media dan Alat
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bahasan Bantu
Khusus (TPK)
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:

1. Melakukan 1. Komunikasi • CTJ • Bahan tayang/ • Buku Sisipan Kurikulum


komunikasi a. Pengertian dan • Curah slide ppt dan Modul Pelatihan
STBM- bentuk-bentuk pendapat • Modul Fasilitator Pemberdayaan
Stunting komunikasi • Diskusi • LCD Masyarakat Bidang
b. Strategi komunikasi Kelompok • Komputer/ Kesehatan, Jakarta: 2013.
STBM-Stunting • Bermain laptop • Modul Teknologi Advokasi
c. Komunikasi efektif peran • Flipchart Kesehatan Bagi Penyuluh
• P r a k t i k • Spidol Kesehatan Masyarakat
2. Melakukan 2. Advokasi teknik- • Meta plan Ahli, Puspromkes,
Advokasi a. Pengertian teknik • Kain tempel Kemenkes: 2011.
STBM- advokasi fasilitasi • Panduan diskusi • Materi Teknik Fasilitasi
Stunting b. Langkah-langkah kelompok Partisipatif, Eko
advokasi STBM- • Skenario Dermawan, 2012.
Stunting bermain peran • Health Principles of
c. Cara melakukan • Panduan praktik Housing, WHO, 1989
advokasi yang teknik-teknik • Issue in Health Advocay,
efektif fasilitasi JHU, 1999.
• Facilitator’s Guide to
Participatory Decision
Making, Kaner, S,et all
3. Melakukan 3. Teknik fasilitasi STBM- 2007.
Fasilitasi Stunting
STBM- a. Prinsip-prinsip
Stunting fasilitasi STBM-
Stunting
1) Pengertian
fasilitasi
2) Prinsip dasar
fasilitasi
3) Peran
fasilitator
4) Perilaku
fasilitator
dalam STBM-
Stunting
b. Teknik-Teknik
fasilitasi
1) Teknik
mendengar
2) Teknik
bertanya
3) Teknik
menghadapi
situasi sulit
4) Dinamika
bertanya
5) Curah
pendapat

24 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Nomor : MI.4
Judul Materi : Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas
Waktu : 24 JPL (T=6 jpl; P=8 jpl; PL=10 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
melakukan pemicuan STBM-Stunting di
komunitas.
Tujuan
Pokok Bahasan dan Media dan
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Khusus (TPK)
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:

1. Melakukan 1. Kegiatan pra- • CTJ • Bahan tayang/ • Permenkes No. 3


kegiatan pra- pemicuan • Pemutaran film slide ppt tahun 2014 tentang
pemicuan a. Observasi PHBS • Diskusi • Film Pemicuan Pilar Sanitasi Total
dan penapisan/ Kelompok 1 STBM dan Film Berbasis Masyarakat
screening faktor • Simulasi singkat pengukuran • Permenkes no. 40
resiko stunting • Praktik tinggi badan tahun 2011/2012
b. Persiapan pengisian • Modul tentang Pemberian
pemicuan dan lembar • LCD, Makanan Bayi dan
menciptakan observasi • komputer/laptop, Anak
suasana yang • Praktik • flipchart (lembar • Perpres no.42 tahun
kondusif sebelum pengukuran balik), 2013 tentang Gerakan
pemicuan. antropometri • spidol, Nasional Percepatan
c. Persiapan teknis • Praktik • metaplan, Pebaikan Gizi.
dan logistik. Lapangan • Lembar diskusi • Surat Edaran Menteri
kelompok, Kesehatan no. 184
2. Melakukan 2. Kegiatan Pemicuan • tali, tahun 2015 tentang
kegiatan a. Pengantar • kain tempel, Proporsi Pendanaan
pemicuan b. Alat-alat utama • alat-alat dan STBM dalam APBD
untuk pemicuan bahan untuk • PP no. 33 tahun 2012
c. Elemen pemicuan pemicuan(terlampir) tentang Pemberian
dan faktor • Buku KIA ASI Eksklusif.
penghambat • Lembar Observasi • PP no. 66 tahun 2014
pemicuan • Tabel WHO 2005 tentang Kesehatan
d. Langkah-langkah • Alat LILA (Lingkar Lingkungan.
pemicuan di Lengan Atas) • Inpres no.1 tahun
komunitas. • Panduan simulasi, 2017 tentang Gerakan
• Panduan praktik Masyarakat Hidup
3. Melakukan 3. Kegiatan Paska lapangan Sehat
kegiatan Pemicuan • Panduan praktik • Pedoman Teknis
paska a. Cara membangun pengukuran Wirausaha Sanitasi
pemicuan. ulang komitmen antropometri • Permenkes no.75
b. Pilihan teknologi • Panduan pengisian tahun 2013 tentang
sanitasi untuk lembar observasi Angka Kecukupan
8 pilar STBM- Gizi Bagi Bangsa
Stunting. Indonesia
c. Teknik membangun • Permenkes no.23
jejaring layanan tahun 2014 tentang
penyediaan sanitasi Upaya Perbaikan Gizi
dan gizi. • Permenkes no.
d. Pendampingan dan 35 tahun 2016
monitoring tentang Pedoman
e. Cara menggali Penyelenglenggaraan
media promosi Program Keluarga
untuk perubahan Sehat Dengan
perilaku yang Pendekatan Keluarga
berkelanjutan. • Kepmenkes no. 1955
tahun 2010 tentang
Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi
Anak

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 25


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Nomor : MI.5
Judul Materi : Teknik Melatih
Waktu : 12 JPL (T=5 jpl; P=7 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
melatih pada Pelatihan Fasilitator STBM-Stunting

Tujuan
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Media dan Alat
Pembelajaran Metode Referensi
Bahasan Bantu
Khusus (TPK)
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :

1. Melakukan 1. Pembelajaran Orang Dewasa • C e r a m a h • Komputer,


Pembelajaran (POD). Tanya jawab • LCD,
orang dewasa a. Pengertian POD • L a t i h a n • Papan/ kertas
(POD). b. Ciri-ciri POD membuat Flipchart,
c. Prinsip POD SAP • Spidol
d. Implikasi POD dalam • M i c r o • L e m b a r
pelatihan teaching latihan
• P a n d u a n
2. Membuat satuan 2. Satuan Acara Pembelajaran m e l a t i h
acara (SAP). ( m i c r o -
pembe­lajaran a. Pengertian SAP teaching)
(SAP) b. Tujuan, fungsi, dan • L e m b a r
manfaat SAP penilaian
c. Komponen SAP. m i c r o
teaching
3. Menggunakan 3. Metode, media, dan alat
metode, bantu pelatihan :
media, dan a. Pengertian metode,
alat bantu media, dan alat bantu
pelatihan. pelatihan.
b. Manfaat metode,
media dan alat bantu
pelatihan.
c. Jenis-jenis metode,
media, dan alat bantu
pelatihan.

4. Melakukan 4. Teknik presentasi efektif.


presentasi
efektif.

26 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Nomor : MP.1
Judul Materi : Membangun Komitmen Belajar (BLC)
Waktu : 3 JPL (T=0 jpl; P=3 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
membangun komitmen belajar dalam rangka
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
selama proses pelatihan berlangsung.

Pokok Bahasan
Tujuan
dan Media dan
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Alat Bantu
Khusus (TPK)
Bahasan
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:

1. Mengenal sesama 1. Perkenalan • CTJ • Bahan tayang • Buku Panduan Dinamika


warga pembelajar • Curah pendapat (slide ppt) Kelompok (LAN 2010 dan
pada proses • Permainan • Flipchart/ Pusdiklat Aparatur)
pelatihan • Diskusi kelompok papan tulis • Depkes RI,Pusdiklat
• Spidol Kesehatan, 2004,
2. Menyiapkan diri 2. Pencairan (ice • Meta plan Kumpulan Games dan
untuk belajar breaking) • Jadwal dan alur Energizer, Jakarta.
bersama secara Pelatihan • Munir, Baderal, 2001,
aktif dalam • Panduan Dinamika Kelompok,
suasana yang diskusi Penerapannya Dalam
kondusif kelompok Laboratorium Ilmu
• Norma/ tata Perilaku, Jakarta
3. Merumuskan 3. Harapan-
tertib standar
harapan- harapan harapan
pelatihan
yang ingin dicapai dalam proses
• Panduan
bersama baik pembelajaran
permainan
dalam proses dan hasil yang
pembelajaran ingin dicapai
maupun hasil yang
ingin dicapai di
akhir pelatihan.

4. Merumuskan 4. Norma
kesepakatan norma kelas dalam
kelas yang harus pembelajaran
dianut oleh seluruh
warga pembelajar
selama pelatihan
berlangsung.

5. Merumuskan 5. Kontrol
kesepakatan kolektif dalam
bersama tentang pelaksanaan
kontrol kolektif norma kelas
dalam pelaksanaan
norma kelas

6. Membentuk 6. Organisasi
organisasi kelas kelas

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 27


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Nomor : MP. 2
Materi : Anti Korupsi
Waktu : 2 Jpl (T = 1, P = 1, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
memahami Anti Korupsi

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan:

1. Konsep korupsi 1. Konsep korupsi • Curah pendapat • Modul • Undang-undang


a. Definisi korupsi • Ceramah tanya • Bahan tayang Nomor 20 Tahun 2001
b. Ciri-ciri korupsi jawab • Komputer tentang Perubahan Atas
c. Bentuk/jenis korupsi • Studi kasus • Flipchart Undang-undang Nomor
d. Tingkatan korupsi • Spidol 31 Tahun 1999 tentang
e. Faktor penyebab • Panduan studi Pemberantasan Tindak
korupsi kasus Pidana Korupsi
f. Dasar hukum • Instruksi Presiden
tentang korupsi • Nomor 1 Tahun 2013
• Keputusan Menteri
2. Konsep anti korupsi 2. Konsep anti korupsi Kesehatan Nomor
a. Definisi anti korupsi 232/MENKES/SK/
b. Nilai-nilai anti korupsi VI/2013 tentang Strategi
c. Prinsip-prinsip anti Komunikasi Pekerjaan
korupsi dan Budaya Anti
Korupsi
3. Upaya pencegahan 3. Upaya pencegahan dan
• Modul Anti Korupsi,
korupsi dan pemberantasan korupsi
pemberantasan a. Upaya pencegahan Kemenkes, 2014
korupsi korupsi
b. Upaya
pemberantasan
korupsi
c. Strategi komunikasi
Pemberatasan
Korupsi (PK)

4. Tata cara 4. Tata cara pelaporan


pelaporan dugaan dugaan pelanggaran
pelanggaran tindak Tindak Pidana Korupsi
pidana korupsi (TPK)
a. Laporan
b. Penyelesaian
hasil penanganan
pengaduan
masyarakat
c. Pengaduan
d. Tatacara
penyampaian
pengaduan
e. Tim penanganan
pengaduan
masyarakat terpadu
di lingkungan
Kemenkes.
f. Pencatatan
pengaduan

5. Gratifikasi 5. Gratifikasi
a. Pengertian
gratifikasi
b. Aspek hukum
c. Gratifikasi dikatakan
sebagai Tindak
Pidana Korupsi
(TPK)
d. Contoh gratifikasi
e. Sanksi gratifikasi

28 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Nomor : MP.3
Judul Materi : Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Waktu : 3 JPL (T=1 jpl; P=2 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
menyusun rencana tindak lanjut pelaksanaan
kegiatan STBM-Stunting di wilayah kerjanya
masing-masing.

Pokok Bahasan
Tujuan
dan Media dan Alat
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bantu
Khusus (TPK)
Bahasan
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:

1. Menjelaskan 1. RTL: • Ceramah • Flipchart • Kemenkes RI, Pusdiklat


pengertian dan a. Pengertian Tanya Jawab • Spidol Aparatur, Rencana
ruang lingkup RTL • Diskusi • Meta plan Tindak Lanjut, Kurmod
RTL. b. Ruang lingkup kelompok • Kain tempel Surveillance, Jakarta: 2008.
RTL. • Penugasan • LCD • BPPSDM Kesehatan,
• Panduan Diskusi Rencana Tindak Lanjut,
• Lembar/ Format Modul TOT NAPZA, Jakarta:
2. Menjelaskan 2. Langkah-langkah RTL 2009.
langkah-langkah penyusunan • Kemenkes RI, Pedoman
penyusunan RTL RTL. Umum Pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif,
3. Menyusun RTL 3. Penyusunan RTL
Jakarta: 2010,
dan Gantt Chart dan gantt chart
• Kemenkes RI, Second
untuk kegiatan untuk kegiatan
Decentralized Health
yang akan yang akan
Services Project, Model
dilakukan. dilakukan.
Pelatihan Pemberdayaan
4. Melakukan 4. Evaluasi Masyarakat Bagi Petugas
evaluasi pelaksanaan Puskesmas, Jakarta: 2010.
pelaksanaan STBM-Stunting
STBM-Stunting

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 29


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

30 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB VI
DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 31


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

32 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB VI
DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 33


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Rincian rangkaian alur proses pelatihan sebagai berikut:


1. Pre Test
Pelaksanaan pre tes dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
awal peserta terhadap materi yang akan diberikan pada proses pembelajaran.
2. Pembukaan
Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan dan penjelasan program pelatihan.
b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya
pelatihan dan dukungannya terhadap program STBM-Stunting.
3. Building Learning Commitment (BLC)/ Membangun Komitmen Belajar
Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses
pelatihan. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses BLC adalah tujuan
pelatihan, peserta (jumlah dan karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan
prasarana yang tersedia. Proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai
bentuk permainan sesuai dengan tujuan pelatihan. Proses BLC dilakukan
dengan alokasi waktu 3 jpl dan proses tidak terputus. Dalam prosesnya, 1 (satu)
orang fasilitator memfasilitasi maksimal 30 orang peserta.
Proses pembelajaran meliputi:
a. Forming
Pada tahap ini setiap peserta masing-masing masih saling observasi
dan memberikan ide ke dalam kelompok. Pelatih berperan memberikan
rangsangan agar setiap peserta berperan serta dan memberikan ide yang
bervariasi.
b. Storming
Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin
memanas karena ide yang diberikan mendapatkan tanggapan yang saling
mempertahankan idenya masing-masing. Pelatih berperan memberikan
rangsangan pada peserta yang kurang terlibat agar ikut aktif menanggapi.
c. Norming
Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda karena kelompok
sudah setuju dengan klarifikasi yang dibuat dan adanya kesamaan
persepsi. Masing-masing peserta mulai menyadari dan muncul rasa mau
menerima ide peserta lainnya. Dalam tahap ini sudah terbentuk norma
baru yang disepakati kelompok. Pelatih berperan membulatkan ide yang
telah disepakati menjadi ide kelompok.
d. Performing
Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana kerjasama yang
harmonis sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama. Pelatih
berperan memacu kelompok agar masing-masing peserta ikut secara aktif
dalam setiap kegiatan kelompok dan tetap menjalankan norma yang telah
disepakati.

34 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran adalah:


a. Harapan yang ingin dicapai
b. Kekhawatiran
c. Norma kelas
d. Komitmen
e. Pembentukan tim (organisasi kelas)
4. Pengisian wawasan
Setelah materi BLC/Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan
memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/ wawasan yang sebaiknya
diketahui peserta dalam pelatihan ini, yaitu: Arah dan Kebijakan Program
Kesehatan Masyarakat.
5. Pemberian pengetahuan dan keterampilan
Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan
mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian
materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan
semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut,
yaitu ceramah tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok, diskusi pleno,
bermain peran, simulasi, pemutaran film, dan praktek lapang.
Pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan meliputi materi:
a. Konsep Dasar STBM-Stunting.
b. Pemberdayaan Masyarakat STBM-Stunting.
c. Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-Stunting.
d. Pemicuan STBM-Stunting di komunitas
e. Teknik melatih
Setiap hari sebelum proses pembelajaran dimulai, pelatih/fasilitator melakukan
kegiatan refleksi dimana pada kegiatan ini pelatih/fasilitator bertugas untuk
menyamakan persepsi tentang materi yang sebelumnya diterima sebagai bahan
evaluasi untuk proses pembelajaran berikutnya.
6. Evaluasi
a. Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi terhadap proses pembelajaran
tiap hari (refleksi) dan terhadap pelatih/fasilitator.
b. Evaluasi tiap hari (refleksi) dilakukan dengan cara mereview kegiatan
proses pembelajaran yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk
menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya.
c. Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta pada saat pelatih/
fasilitator telah mengakhiri materi yang disampaikannya. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan form evaluasi terhadap pelatih/fasilitator.
7. Praktek Lapangan
Praktek lapangan dilaksanakan setelah seluruh materi dasar dan materi inti
diberikan. Praktek lapangan bertujuan agar peserta dapat mengimplementasikan
keterampilan yang sudah didapatkan di kelas.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 35


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

8. Micro Teaching
Setelah semua materi selesai dipaparkan dan praktik kerja lapang telah
dilaksanakan maka dilanjutkan dengan micro teaching yang dilaksanakan secara
perkelompok dengan masing-masing peserta menyiapkan materi Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) dan bahan papaan terkait materi yang tekah disampaikan
sebelumnya. Masing-masing peserta diberikan waktu selama kurang lebih 30
menit untuk pemaparan materinya dalam praktik micro teching (teknik melatih)
dengan penilaian dilakukan oleh seorang widyaiswara dan fasilitator pelatihan
dimana hasil micor teaching ini menentukan layak atau tidaknya seorang
menjadi fasilitator STBM-Stunting.
9. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut hasil pelatihan sesuai
dengan peran dan fungsinya di wilayah kerja masing-masing.
10. Post-test dan evaluasi penyelenggaraan
Post-test dilakukan untuk mengetahui pengetahuan peserta setelah mendapat
materi selama pelatihan. Selain post-tes, dilakukan evaluasi kompetensi yaitu
penilaian terhadap kemampuan yang telah didapat peserta melalui penugasan-
penugasan. Setelah itu dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan
pelatihan yang dilakukan setelah semua materi disampaikan dan sebelum
penutupan. Tujuan evaluasi penyelenggaraan adalah mendapatkan masukan
dari peserta tentang penyelenggaraan pelatihan yang akan digunakan untuk
menyempurnakan penyelenggaraan pelatihan berikutnya.
11. Penutupan
Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua rangkaian kegiatan, dilaksanakan
oleh pejabat yang berwenang dengan susunan acara sebagai berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.
b. Pengumuman peringkat keberhasilan peserta.
c. Pembagian sertifikat.
d. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta.
e. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat yang berwenang.
f. Pembacaan doa.

36 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB VII
PESERTA DAN PELATIH

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 37


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

38 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB VII
PESERTA DAN PELATIH

A. Peserta
1. Kriteria Peserta adalah:
Peserta pelatihan berasal dari Tenaga Kesehatan dan instansi/institusi
lainnya dengan kriteria sebagai berikut:
a. Pendidikan minimal D3.
b. Bersedia menjadi Fasilitator STBM-Stunting dan mendampingi
program di wilayah masing-masing.
c. Mendapat rekomendasi dari pemerintah setempat atau lembaga
lainnya yang kompeten.
2. Jumlah Peserta :
Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal 30 orang.

B. Pelatih/fasilitator/instruktur
Pelatih adalah tim pelatih/fasilitator STBM-Stunting dari Kementerian Kesehatan
dan praktisi STBM dan Gizi dari berbagai instansi dan proyek pendukung, dengan
memenuhi kriteria berikut ini:
a. Pendidikan minimal S1
b. Menguasai substansi yang akan disampaikan.
c. Telah mengikuti TOT Fasilitator STBM/ TOT PMBA/ TOT PP / TPPK/
Widyaiswara Dasar.
d. Memiliki pengalaman sebagai pelatih dalam kegiatan STBM dan/atau Gizi.
e. Memahami kurikulum pelatihan STBM Stunting terutama GBPP yang telah
disampaikan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 39


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

40 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB VIII
PENYELENGGARA DAN TEMPAT
PENYELENGGARAAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 41


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

42 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB VIII
PENYELENGGARA DAN
TEMPAT PENYELENGGARAAN

A. Penyelenggara
Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM-Stunting diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan RI/ Instansi/Institusi bekerjasama dengan institusi
pelatihan yang terakreditasi (Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK)/ Balai
Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), dengan kriteria:
1. Memiliki tenaga Pengendali Pelatihan atau seseorang yang ditunjuk sebagai
pengendali proses pembelajaran yang menguasai materi pelatihan.
2. Memiliki minimal 1 orang tenaga SDM yang telah mengikuti pelatihan
penyelenggara pelatihan (Training Officer Course/TOC).

B. Tempat Penyelenggaraan
Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM-Stunting diselenggarakan di
Institusi pelatihan yang terakreditas ((BBPK)/ (Bapelkes))/ instansi lainnya yang
memiliki sarana dan fasilitas yang memenuhi kebutuhan/persyaratan Balai
Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK)/ Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) untuk
pelatihan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 43


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

44 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB IX
EVALUASI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 45


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

46 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB IX
EVALUASI

Evaluasi dilakukan terhadap:

A. Peserta
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari peserta. Evaluasi
terhadap peserta dilakukan melalui:
1. Menilai penyerapan materi pelatihan oleh peserta latih (Pre-test dan Post-test).
2. Evaluasi penyusunan SAP,
3. Evaluasi praktik melatih (microteaching).

B. Pelatih
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan pelatih/ fasilitator dalam
menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan yang dapat dipahami dan diserap peserta, yaitu:
1. Penguasaan materi
2. Ketepatan waktu
3. Sistematika penyajian
4. Penggunaan metode dan alat bantu pelatihan
5. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta
6. Penggunaan bahasa dan volume suara
7. Pemberian motivasi belajar kepada peserta
8. Pencapaian Tujuan Pembelajaran Umum
9. Memberikan kesempatan tanya jawab
10. Kemampuan menyajikan
11. Kerapihan berpakaian
12. Kerjasama antar Tim pelatih

C. Penyelenggara
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan sesuai form
terlampir.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 47


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

48 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB X
SERTIFIKAT

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 49


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

50 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

BAB X
SERTIFIKAT

S
etiap peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran
minimal 95% dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran akan mendapatkan
sertifikat pelatihan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dengan
angka kredit 1 (satu). Sertifikat ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan
oleh panitia penyelenggara. Apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut maka
peserta hanya akan mendapatkan surat keterangan telah mengikuti pelatihan yang
ditandatangani oleh ketua panitia penyelenggara.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 51


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

52 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

LAMPIRAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 53


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

54 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 1.

JADWAL
Pelatihan Untuk Pelatih (TOT)
Fasilitator STBM-Stunting

Waktu Materi JPL Pelatih

T P

HARI 1

Hari / Tanggal

07.00 – 08.00 Registrasi

08.00 – 09.00 Pembukaan:


Penjelasan penyelenggaraan,
Sambutan pengarahan dan pembukaan.

09.00 – 09.30 Pretest

09.30 – 09.45 Rehat Sehat

09.45 – 12.00 Membangun Komitmen Belajar (BLC) 0 3

12.00 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 14.30 Anti Korupsi 1 1

14.30 – 15.15 Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan


1 0
Gizi dengan STBM

15.15 – 15.45 Rehat Sehat

15.45 – 16.30 Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan


1 0
Gizi dengan STBM

HARI 2

Hari / Tanggal

08.00 – 09.30 Konsep Dasar STBM-Stunting 2 0

09.30 – 09.45 Rehat Sehat

09.45 – 12.00 Konsep Dasar STBM-Stunting 1 2

12.00 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 13.45 Konsep Dasar STBM-Stunting 0 1

13.45 – 15.30 Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM-Stunting 1 1

15.30 – 16.00 Rehat Sehat

16.00 – 16.45 Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM-Stunting 0 1

HARI 3

Hari / Tanggal

08.00 – 09.30 Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-Stunting 2 0

09.30 – 09.45 Rehat Sehat

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 55


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Waktu Materi JPL Pelatih

09.45 – 12.00 Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-Stunting 0 3

12.00 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.15 Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-Stunting 0 3

15.15 – 15.45 Rehat Sehat

15.45 – 18.00 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas 3 0

HARI 4

Hari / Tanggal

08.00 – 09.30 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas 2 0

09.30 – 09.45 Rehat Sehat

09.45 – 12.00 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas 1 2

12.00 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.15 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas 0 3

15.15 – 15.45 Rehat Sehat

15.45 – 18.00 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas 0 3 38

HARI 5

Hari / Tanggal

07.00 – 14.30 Praktek Lapangan (diarsir saja) 10

14.30 – 15.15 Teknik melatih 1 0

15.15 – 15.30 Rehat Sehat

15.30 – 18.15 Teknik melatih 4 0

HARI 6

Hari / Tanggal

07.30 – 09.00 Teknik melatih 1 1

09.00 – 09.15 Rehat Sehat

09.15 – 12.15 Teknik melatih 0 4

12.15 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 14.30 Teknik melatih 0 2

14.30 – 15.15 Rencana Tindak Lanjut

15.15 – 15.30 Rehat Sehat

15.30 – 17.00 Rencana Tindak Lanjut 0 2

17.00 – 17.15 Post-Test

17.15 – 18.00 Penutupan

TOTAL JP 63

56 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 2.

MATERI INTI 1: KONSEP DASAR STBM-STUNTING


1. Panduan Diskusi Kelompok Tanda-Tanda, Penyebab, dan Akibat
Stunting (LP I.1)
PB/SPB : PB.1. Stunting
Metode : Diskusi kelompok (60 menit)
Tujuan:
Setelah diskusi kelompok, peserta mampu memahami tanda-tanda,
penyebab, dan akibat stunting.
Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok (5 menit).
2. Setiap kelompok mempunyai waktu 20 menit untuk mendiskusikan
salah satu topik berikut:
- Kelompok A : Tanda-tanda Stunting
- Kelompok B : Penyebab Stunting
- Kelompok C : Akibat Stunting
3. Masing-masing kelompok memiliki waktu 5 menit untuk menyajikan/
mempresentasikan hasil diskusinya.
4. Peserta dari kelompok lain dapat memberikan masukan/tanggapan/
klarifikasi selama 15 menit.
5. Setelah seluruh kelompok menyampaikan masukan/tanggapan dan
klarifikasi, fasilitator merangkum dan menutup diskusi. (5 menit).
2. Panduan Menonton Film “Dewi dan Putri” serta Film” Stunting dan
Masa Depan Indonesia” (LP.I.2)
PB/SPB : PB.2. Pencegahan Stunting
Metode : Putar film (15 menit)
Tujuan:
Setelah menonton film, peserta mampu memahami cara mencegah
stunting.
Petunjuk:
1) Peserta memperhatikan film berjudul Stunting dan Masa Depan
Indonesia serta Film Dewi dan Putri, bila perlu mencatat hal-hal yang
dianggap penting untuk kemudian didiskusikan.
2) Peserta menuliskan pendapatnya dalam kertas metaplan tentang
upaya pencegahan stunting yang disampaikan dalam film tersebut.
Pendapat ditulis dengan huruf besar/kapital dengan ukuran cukup
besar yang bisa dilihat dari jarak sekitar 3 meter. Peserta kemudian
menempelkan pendapatnya pada kain rekat yang sudah disiapkan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 57


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

3) Peserta mendiskusikan pendapat-pendapat yang telah ditempel di kain


rekat difasilitasi oleh fasilitator. Klarifikasikan jawaban yang kurang jelas
dan kemudian dikelompokkan bila ada jawaban yang mirip/sejenis.
3. Panduan Diskusi Kelompok Sejarah Program Pembangunan Sanitasi (LP)
I.3
PB/SPB : PB.3. Sejarah Program Pembangunan Sanitasi
Metode : Diskusi Kelompok (60 menit)
Tujuan:
Setelah diskusi kelompok, peserta mampu memahami sejarah program
pembangunan sanitasi.
Petunjuk:
1. Peserta dibagi ke dalam 4 kelompok dengan metode sebagai berikut:
a. Menanyakan kepada peserta, siapa yang pernah memiliki
pengalaman/terlibat dalam kegiatan/proyek pembangunan
sarana sanitasi/jamban
b. Mintakan kepada peserta yang pernah teribat kegiatan/
proyek pembangunan sarana sanitasi tersebut untuk
menyebutkan judul kegiatan/proyek, lokasi dan waktu serta
tujuannya
c. Pilih 4 judul kegiatan/proyek daripeserta
d. Mintakan kepada peserta yang memiliki judul kegiatan/
proyek terpilih untuk maju ke depan dan menghadaap
membelakangi peserta.
e. Mintakan kepada peserta lainnya untuk menempatkan diri
di belakang ke-4 pemilik judul kegiatan/proyek terpilih,
sehingga peserta terbagi merata menjadi 4 kelompok.
2. Setelah terbentuk kelompok, mintakan anggota kelompok untuk
menanyakan kepada pemilik kegiatan/proyek untuk menceritakan
tentang kegiatan/proyek sanitasi yang telah dikerjakan, berkaitan
dengan :
§ Nama kegiatan/proyek
§ Waktu
§ Lokasi
§ Sasaran
§ Target
§ Proses
§ Jenis sarana yang dibangun
§ Capaian
3. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya selama
masing-masing 5 menit.
4. Kelompok lain dipersilahkan untuk bertanya atau mengklarifikasi.
5. Masing-masing kelompok melanjutkan diskusi tentang keberhasilan

58 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

proyek dinilai dari capaian kegiatan dibandingkan dengan :


- Tujuan
- Pemutusan alur penularan penyakit.
- Risiko penularan di masyarakat
- Keberlanjutan penggunaan sarana (apakah masih
dipakai, mengapa masih dipakai/tidak dipakai, siapa
saja yang terlibat dan keterlibatan dalam hal apa)
- Pemutusan alur penularan penyakit
- Kesimpulan proyek dibanding tujuan pemutusan alur
penularan penyakit
6. Kelompok menyampaikan hasil diskusi lanjutannya dan kelompok
lain menambahkan informasi yang belum dibahas oleh kelompok
sebelumnya.
7. Fasilitator merangkum dan memberikan sedikit penjelasan terkait
sejarah program pembangunan sanitasi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 59


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 3.

MATERI INTI 2: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM STBM-STUNTING


1. Panduan Bermain Peran (LP 2.1)
PB/SPB : 2.4. Penerapan Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM–Stunting
Metode : bermain peran (60 menit)
Tujuan:
Setelah Bermain Peran peserta mampu menerapkan pemberdayaan masyarakat
dalam STBM–Stunting.
Petunjuk:
1. Setiap kelompok mempunyai waktu 15 menit untuk mempersiapkan
skenario bermain peran dengan membaca skenario yang diberikan.
Menyiap­kan 2-3 orang yang berperan sebagai Tim Fasilitator Pemicuan
STBM–Stunting.
2. Masing-masing kelompok memiliki waktu 15 menit untuk memperagakan
skenario yang didapatkan.
3. Sementara satu kelompok sedang bermain peran, kelompok lain harus
memperhatikan dan tidak boleh melakukan aktivitas lain.

Bermain Peran Kelompok – 1


Skenario Pertama

Desa Singa Rusa, terletak di Kecamatan Subur merupakan salah satu desa yang cukup jauh dari perkotaan.
Sebagian besar warga bekerja sebagai petani sayur dan buah. Di desa tersebut terdapat sungai yang digunakan
sebagai sumber air, tempat buang air besar, mencuci, mandi, dan tempat membuang sampah. Di desa tersebut
banyak remaja putri yang putus sekolah atau hanya sekolah sampai SD, dan memutuskan untuk menikah muda.
Menurut informasi dari Puskesmas, sebagian besar remaja tersebut tidak suka makan makanan sumber protein,
sayur dan buah-buahan, sehingga mengalami anemia atau kekurangan zat yang dibutuhkan dalam darah.
Akibatnya banyak remaja putri dan wanita usia subur yang terlihat lemah, letih, lesu, lunglai, dan lelah. Beberapa
kader posyandu menyampaikan bahwa banyak remaja putri yang kesakitan dan diare saat menstruasi. Kader
menduga kurangnya kebersihan selama menstruasi merupakan penyebab kesakitan, tetapi kader tidak yakin
dengan penyebab tersebut.
Setelah dilakukan pemicuan oleh fasilitator STBM-Stunting, masyarakat desa berkeinginan untuk memperbaiki
kondisi gizi dan higinitas remaja putri dan wanita usia subur. Semua kepala dusun sepakat agar di desa tersebut
dilakukan pertemuan dengan para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda/remaja putri, wanita usia
subur, kader, bidan desa, dan anggota masyarakat untuk mendiskusikan masalah tersebut dan mencari solusi.

Tugas:
1. Masing-masing peserta berperan sebagai tokoh yang disebutkan di atas termasuk 2-3 orang sebagai Tim
Fasilitator Pemicuan STBM-Stunting.
2. Peragakan skenario tersebut dan simulasikan proses pertemuannya untuk mendiskusikan masalah dan
mencari solusi selama 15 menit.

60 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Bermain Peran Kelompok – 2


Skenario Kedua

Desa Nyiur, terletak di Kecamatan Pantai Subur yang merupakan salah satu desa dekat dengan pantai dan
cukup jauh dari perkotaan. Sebagian besar warganya bekerja sebagai nelayan. Namun demikian, warga jarang
mengkonsumsi ikan hasil tangkapannya karena langsung dijual untuk keperluan ekonomi. Di desa tersebut
terdapat sumur dan rawa yang digunakan sebagai sumber air, mandi, mencuci. Warga umumnya buang air besar
dan membuang sampah di pantai.
Di desa tersebut banyak ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya baik ke petugas kesehatan maupun
posyandu. Setelah dilakukan pengukuran lingkar lengan atas/lila oleh petugas kesehatan Puskesmas ternyata
lingkar lengan atas/lilanya kurang dari 23.5 cm. Program KB tidak berjalan di desa ini. Banyak keluarga yang
memiliki anak lebih dari 3 orang.
Kebiasaan makan bagi ibu hamil, terutama yang sudah memiliki banyak anak, kurang mengkonsumsi makanan
yang bergizi, baik segi frekuensi maupun kualitas. Dari hasil pemeriksaan ibu-ibu hamil tersebut menunjukkan
gejala anemi dengan tanda-tanda lemah, letih, lesu, lunglai dan lelah.
Setelah dilakukan pemicuan oleh fasilitator STBM-Stunting, masyarakat Desa Nyiur berkeinginan untuk
memperbaiki kondisi gizi ibu hamil. Semua kepala dusun sepakat agar di desa tersebut dilakukan pertemuan
dengan para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, wanita hamil, kader, bidan desa, dan anggota
masyarakat untuk mendiskusikan masalah tersebut dan mencari solusi.

Tugas:
1. Masing-masing peserta berperan sebagai tokoh yang disebutkan di atas termasuk 2-3 orang sebagai Tim
Fasilitator Pemicuan STBM-Stunting.
2. Peragakan skenario tersebut dan simulasikan proses pertemuannya untuk mendiskusikan masalah dan
mencari solusi selama 15 menit.

Bermain Peran Kelompok – 3


Skenario Ketiga

Kelurahan Besi, Kecamatan Nikel terletak di kawasan industri yang kumuh dan padat penduduk di Kota Tembaga.
Sebagian besar warganya bekerja sebagai buruh pabrik. Masyarakat tinggal di lingkungan yang padat dan kurang
bersih. Sampah berserakan di jalan, buangan air limbah industri bercampur dengan limbah rumah tangga.
Masyarakat umumnya membeli air minum jirigen karena air tanah sudah tercemar. Masyarakat banyak yang mandi
di toilet umum. Karena keterbatasan air, masyarakat tidak terbiasa mencuci tangan dan mencuci perlengkapan
makan. Karena ibu bekerja sebagai buruh, banyak bayi usia dibawah dua tahun (baduta) yang diberikan susu
formula. Akibatnya puskemas mencatat banyak kasus diare dan ISPA pada baduta. Kasus ”kuning“ pada bayi yang
baru lahir juga cukup tinggi karena bayi tidak pernah ”dijemur“ untuk mendapatkan vitamin D. Kehadiran ibu dan
bayi di posyandu rendah. Anak-anak banyak yang terlihat lebih pendek dari tinggi normal anak seumur mereka.
Setelah dilakukan pemicuan oleh fasilitator STBM-Stunting, masyarakat Kelurahan Besi berkeinginan untuk
memperbaiki kondisi gizi anak dan kondisi lingkungan sekitarnya. Lurah mengundang para tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh pemuda/karang taruna, ibu menyusui, penjaga anak di bawah dua tahun, kader, puskesmas,
dan anggota masyarakat untuk mendiskusikan masalah tersebut dan mencari solusi.

Tugas:
1. Masing-masing peserta berperan sebagai tokoh yang disebutkan di atas termasuk 2-3 orang sebagai Tim
Fasilitator Pemicuan STBM-Stunting.
2. Peragakan skenario tersebut dan simulasikan proses pertemuannya untuk mendiskusikan masalah dan
mencari solusi selama 15 menit.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 61


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 4.

MATERI INTI 3: KOMUNIKASI, ADVOKASI DAN FASILITASI STBM-STUNTING


1. Panduan Diskusi Kelompok dan Bermain Peran “Komunikasi” (LP.3.1)
PB/SPB : 1.1. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Komunikasi
Metode : Diskusi kelompok dan Bermain Peran (15 menit)
Tujuan:
Setelah Bermain Peran peserta mampu melakukan komunikasi STBM-Stunting.
Petunjuk:
1. Peserta dibagi ke dalam dua kelompok. Satu kelompok membahas
mengenai Komunikasi verbal dan kelompok lainnya membahas komunikasi
non-verbal dengan tema STBM-Stunting.
2. Setiap kelompok mempunyai waktu 5 menit untuk mempersiapkan
skenario bermain peran.
3. Setiap kelompok kemudian memperagakan skenarionya selama 5 menit.
2. Panduan Diskusi Kelompok ”Menyusun Materi Komunikasi Perubahan
Perilaku“ (LP 3.2)
PB/SPB : 1.3. Strategi komunikasi STBM-Stunting
Metode : Diskusi kelompok (45 menit)
Tujuan:
Setelah Bermain Peran peserta mampu menyusun materi komunikasi
perubahan perilaku.
Petunjuk:
1. Peserta dibagi ke dalam 6 kelompok.
2. Setiap kelompok mengembangkan materi pesan komunikasi publik terkait
dengan masalah sanitasi dan stunting dalam bentuk:
a. Kelompok 1: Poster
b. Kelompok 2: Spanduk
c. Kelompok 3: Leaflet
d. Kelompok 4: Seni Budaya
e. Kelompok 5: Yel-yel
f. Kelompok 6: Radio spot
3. Masing-masing kelompok mendiskusikan dan mengembangkan media
tersebut selama 20 menit.
4. Masing-masing kelompok mempresentasikan/memperagakannya selama
2-3 menit terutama yang berkaitan dengan bagaimana bentuk media
tersebut tepat untuk sasaran yang ditetapkan dan mampu merubah
perilaku publik/masyarakat dalam hal sanitasi dan stunting.

62 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

3. Panduan Diskusi Kelompok dan Bermain Peran (LP 3.3)


PB/SPB : 2.2. Cara Melakukan Advokasi yang Efektif.
Metode : Diskusi kelompok (45 menit)
Tujuan:
Setelah melakukan diskusi kelompok peserta mampu melakukan advokasi.
Petunjuk:
1. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok.
2. Setiap kelompok mendiskusikan tugas berikut selama 20 menit:
Siapkanlah suatu konsep advokasi yang memuat materi dan strategi/cara
advokasinya untuk suatu kabupaten yang memiliki banyak permasalahan
sanitasi dan stunting serta belum ada dukungan kebijakan yang memadai
dari pemerintah (kabupaten sampai desa) dan DPRD setempat serta juga
masyarakatnya”.
3. Sasaran advokasi berbeda untuk setiap kelompok.
a. Kelompok 1:
1. Diskusikan strategi/cara dan materi advokasi, khususnya
kepada KEPALA DESA/TOKOH MASYARAKAT sesuai situasi
permasalahan sanitasi dan stunting di desanya. Tulis
hasilnya dalam kertas flipchart.
2. Siapkan skenario untuk bermain peran sesuai strategi advokasi
yang sudah disusun sebelumnya termasuk memerankan siapa
tim fasilitator dan siapa para pihak yang akan diadvokasi
(sesuai strategi hasil diskusi kelo­mpoknya). Untuk peragaan,
maka pihak yang di advokasi adalah KEPALA DESA/TOKOH
MASYARAKAT.
b. Kelompok 2:
1. Diskusikan strategi/cara dan materi advokasi khususnya
kepada BUPATI sesuai situasi permasalahan sanitasi dan
stunting di tingkat kabupaten. Tulis hasilnya dalam kertas
flipchart.
2. Siapkan skenario untuk bermain peran sesuai strategi
advokasinya yang sudah disusun sebelumnya termasuk
memerankan siapa tim fasilitator dan siapa para pihak yang
akan diadvokasi (sesuai strategi hasil diskusi kelompoknya).
Untuk peragaan, maka pihak yang di advokasi adalah BUPATI.
c. Kelompok 3:
1. Diskusikan strategi/cara dan materi advokasi khususnya
kepada DPRD sesuai situasi permasalahan sanitasi dan
stunting di tingkat kabupaten. Tulis hasilnya dalam kertas
flipchart.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 63


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

2. Siapkan skenario untuk bermain peran sesuai strategi


advokasinya yang sudah disusun sebelumnya termasuk
meme­­rankan siapa tim fasilitator dan siapa para pihak yang
akan diadvokasi (sesuai strategi hasil diskusi kelom­poknya).
Untuk peragaan, maka pihak yang di advokasi adalah DPRD.
4. Setiap kelompok melakukan permainan peran para pihak yang akan di
advokasi termasuk tim advokasinya/fasilitator sesuai skenario masing-masing
selama 5 menit.
4. Panduan Diskusi Kelompok dan Peragaan Bahasa Tubuh (LP 3.4)
PB/SPB : 3.1. Prinsip-Prinsip Fasilitasi STBM-Stunting (Perubahan Perilaku
Fasilitator)
Metode : Diskusi kelompok dan Peragaan Bahasa Tubuh (30 menit)
Tujuan:
Setelah melakukan diskusi kelompok peserta mampu menjelaskan dengan
tepat tentang pentingnya perubahan perilaku fasilitator dalam proses fasilitasi
dan pemicuan STBM-Stunting dan memperagakan bahasa tubuh yang sesuai
untuk pendekatan STBM-Stunting.
Petunjuk:
1. Diskusi “Upper–Lower”
a. Diskusikan dan identifikasi sekurang-kurangnya 5 point selama 5
menit “siapa yang dianggap upper dan siapa yang dianggap lower-nya
dalam satu hubungan upper dan lower”. Kelompok-1 membahas dari
segi PERSONAL, Kelompok-2 membahas dari segi INSTITUSIONAL
dan Kelompok-3 membahas dari segi PROFESIONAL. Setiap upper
dan setiap lower ditulis masing-masing dalam 1 kartu metaplan dan
gunakan matriks/kolom seperti di bawah ini.

PERSONAL (Kelompok – 1)

Upper Lower

INSTITUSIONAL (Kelompok – 2)

Upper Lower

64 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

PROFESIONAL (Kelompok – 3)

Upper Lower

b. Presentasikan hasilnya di depan kelompok lain.


2. Peragaan Bahasa Tubuh
a. Kelompok (selama 5 menit) membuat skenario melalui bahasa tubuh
(gesture) tanpa kata-kata yang menggambarkan suatu kegiatan atau
perintah yang diberikan oleh Fasilitator.
b. Kelompok menampilkan skenarionya (hanya melalui bahasa tubuh)
selama 5 menit dan kelompok lain menjadi pengamat dan mencoba
menebak kondisi atau situasi peragaan tersebut.serta dibagi ke
dalam 3 kelompok.
5. Panduan Bermain Peran Fasilitator (LP 3.5)
PB/SPB 3.1: Prinsip-prinsip Fasilitasi STBM-Stunting
Metode: Bermain Peran/Role Play (45 menit)
Tujuan:
Setelah melakuan role play, peserta dapat melakukan peran-peran yang sesuai
sebagai fasilitator dan dapat membedakan dengan peran sebagai Guru.
Petunjuk:
1. Setiap kelompok akan melakukan role play berbeda. Role play tersebut
adalah:
a. Kelompok 1: berperan sebagai Fasilitator
b. Kelompok 2: berperan sebagai Guru
2. Kelompok 1:
Kelompok anda mempunyai 10 menit untuk mempersiapkan role-play
sepanjang 7 menit. Salah satu anggota kelompok akan memainkan peran
seorang FASILITATOR, sementara yang lainnya menjadi peserta. Sebagai
persiapan, perhatikan beberapa ciri seorang fasilitator sebagai berikut.
Seorang fasilitator adalah seorang yang:
1. Mendukung peserta dalam berbagi dan belajar sendiri,
2. Memobilisasi pengetahuan yang sudah dimiliki peserta,
3. Tertarik akan pengalaman dan masalah peserta,
4. Tidak mendominasi materi atau proses, tetapi menjamin partisipasi
yang setara,
5. Hanya melakukan intervensi kalau peserta mengalami kesulitan,
6. Membantu peserta untuk merangkum, menyimpulkan dan mengambil
keputusan, Tidak menguasai hasilnya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 65


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

3. Kelompok 2:
Anda mempunyai 10 menit untuk mempersiapkan role play sepanjang
7 menit. Salah satu anggota kelompok akan memainkan peran seorang
GURU, sementara yang lainnya menjadi peserta. Sebagai persiapan,
perhatikan beberapa ciri seorang guru berikut. Seorang guru adalah
seseorang yang:
1. Memberitahu peserta aoa yang perlu mereka ketahui,
2. Harus menjadi (atau berpura-pura menjadi) seorang ahli yang bisa
menjawab apa saja,
3. Datang dengan kuliah/ceramah yang disiapkan sebelumnya, dan
menyampaikan fakta-fakta serta gagasan,
4. Mempunyai focus pada materi teoritis dan teori-teori,
5. Tidak tertarik akan pengetahuan atau latar belakang peserta,
6. Mendominasi materi dan proses,
7. Hanya mengijinkan pertanyaan dari peserta sesekali saja,
8. Menguji pengetahun dan keterampilan.
6. Panduan Diskusi Kelompok “Teknik Fasilitasi STBM-Stunting” (LP 3.6)
PB/SPB : 3.2. Teknik-teknik Fasilitasi (Bentuk Intervensi dan Menghadapi
Situasi Diskusi Sulit dan Penuh Hambatan)
Metode : Diskusi kelompok (15 menit)
Tujuan:
Setelah melakukan diskusi kelompok diskusi kelompok, peserta mampu men­
jelaskan bentuk-bentuk intervensi yang tepat dalam menghadapi situasi diskusi
sulit dan penuh hambatan.
Petunjuk:
1. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok.
2. Selama 15 menit, kelompok mendiskusikan “apa bentuk intervensi yang
memungkinkan untuk menghadapi berbagai tipe dan kesulitan orang yang
difasilitasi?”.
Tipe pada umumnya Kemungkinan Intervensi yang tepat

1. Pendiam atau pemalu

2. Marah terhadap tugas atau mengecewakan orang

3. Agresif

4. Terlalu dominan

5. Motivasi rendah atau malas

6. Pelawak

7. Penyendiri

66 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

7. Panduan Diskusi Kelompok dan Praktik Bertanya (LP 3.7)


PB/SPB : 3.2. Teknik-Teknik Fasilitasi (Mengembangkan dan Menggunakan
Pertanyaan Efektif)
Metode : Diskusi kelompok dan Praktik (30 menit)
Tujuan:
Setelah melakukan diskusi kelompok diskusi kelompok, Setelah melakukan
diskusi kelompok dan praktik, peserta mampu:
1. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka memicu
perubahan perilaku dalam pendekatan STBM-Stunting,
2. Mempraktikan bertanya dan probing dalam proses pemicuan STBM-Stunting.
Petunjuk:
1. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok.
2. Fasilitator menyampaikan bahwa mengajukan pertanyaan adalah alat
fasilitasi yang sangat berguna dalam lingkungan pemicuan STBM-Stunting.
Fasilitator harus bisa mengajukan pertanyaan yang tepat dengan cara
yang tepat pula.
3. Diskusikan dalam kelompok selama 20 menit:
a. Mengapa kita sebagai fasilitator perlu mengajukan pertanyaan.
b. Apa perbedaan antara pertanyaan tertutup dan terbuka, berikan
contoh keduanya.
c. Buat 1 contoh pertanyaan yang mampu menjawab alasan seperti
tabel berikut:

Buatkan 1 contoh kalimat pertan-


Alasan untuk:
yaan yang tepat

1) Meraih keterlibatan peserta

2) Merasakan pikiran, ide-ide atau opini peserta

3) Melibatkan orang yang non-partisipatif

4) Mengenali kontributor penting

5) Mengelola waktu diskusi

6) Meraih pemahaman dengan menggali pertanyaan


dari kedua belah pihak tentang suatu hal.

d. Diskusikan dan buat contoh pertanyaan yang tepat untuk memicu


berbagai elemen pemicuan STBM-Stunting.
Elemen Nomor 1 – 3, dikerjakan oleh kelompok 1 dan 2
Elemen Nomor 4 – 6, dikerjakan oleh kelompok 3 dan 4
Elemen Nomor 7 – 10, dikerjakan oleh kelompok 5 dan 6

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 67


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Daftar minimal 3 contoh pertan-


Elemen Pemicuan
yaan dari setiap elemen pemicuan

1. Memicu Rasa Malu (gizi/stunting dan


sanitasi)

2. Memicu Rasa Jijik (gizi dan sanitasi)

3. Memicu Rasa Takut Berdosa (aspek Agama)


(Sanitasi dan Gizi/ Stunting)

4. Memicu Takut Sakit (Sanitasi dan Gizi/


Stunting)

5. Takut anaknya kurang gizi

6. Privacy (terutama dengan kelompok perem-


puan)

7. Gengsi (Sanitasi dan Gizi/ Stunting)

8. Takut Miskin (Sanitasi dan Gizi/ Stunting)

9. Takut anaknya lahir “pendek” – atau istilah


stunting lainnya yang disepakati di masyara-
kat ketika awal pemicuan.

10. Malu anaknya disebut Bodoh

Contoh pertanyaan dari setiap elemen, ditulis pada kartu-kartu


metaplan dengan menulis kode nomor elemen, dan contoh
kalimat pertanyaannya.
e. Peserta mempraktikkan bertanya berdasarkan kalimat
pertanyaan yang dibuat, dan peserta lain memberikan respon.

68 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 5.

MATERI INTI 4: PEMICUAN STBM-STUNTING DI KOMUNITAS


1. Panduan Diskusi Kelompok (LP 4.1)
PB/SPB : 4.1. Pra Pemicuan (Screening Stunting dan Faktor Resiko)
Metode : Diskusi Kelompok
Tujuan:
Setelah melakukan observasi, peserta mampu mengidentifikasi data dan
informasi yang diperlukan sebelum pemicuan.
Petunjuk:
1. Peserta dibagi ke dalam 4 kelompok atau lebih (tergantung titik wilayah
yang akan dipicu).
2. Setiap anggota kelompok mencoba untuk mengidentifikasi data dan
informasi apa saja yang diperlukan sebelum pemicuan yang terkait PHBS.
3. Setiap anggota kelompok mencoba untuk mengidentifikasi data dan
informasi apa saja yang diperlukan sebelum pemicuan yang terkait
Stunting.
4. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, untuk
didiskusikan dan dibahas bersama-sama.
2. Panduan Observasi Keluarga (LP 4.2)
PB/SPB : 4.1. Pra Pemicuan (Screening Stunting dan Faktor Resiko)
Metode : Observasi
Tujuan:
Setelah melakukan observasi, peserta mampu
1. Mengidentifikasi ada tidaknya resiko stunting dan/atau resiko KEK pada
keluarga dengan anak balita dan/atau keluarga dengan ibu hamil dan/
atau dengan WUS
Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok atau lebih (tergantung jumlah
komunitas atau titik wilayah yang akan dipicu):
a. Kelompok A: bertanggung jawab pada wilayah RT 01
b. Kelompok B: bertanggung jawab pada wilayah RT 02
c. Kelompok C: bertanggung jawab pada wilayah RT 03
d. Kelompok lainnya
2. Setiap anggota kelompok melakukan kunjungan rumah pada keluarga yang
mempunyai anak balita dan/atau yang mempunyai ibu hamil dan/atau WUS.
3. Setiap anggota kelompok melakukan observasi dan wawancara serta
pengukuran (bila diperlukan) pada keluarga sasaran.
4. Setiap kelompok menganalisis hasil observasi untuk digunakan dalam
kegiatan pemicuan.
5. Formulir observasi terlampir.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 69


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

FORMULIR OBSERVASI FAKTOR RISIKO STUNTING PADA KELUARGA BALITA

Nama anak:…………… Jenis Kelamin: …………. Usia (bulan): ………….


PETUNJUK: berilah tanda cek (√) sesuai jawaban responden/subyek

NO FAKTOR RISIKO STUNTING YA TIDAK

(1) (2) (3) (4)

A. PERTUMBUHAN:

1. Apakah anak nampak pendek (stunting) dibanding teman sebaya?

2. Apakah ibu anak nampak pendek (stunting) dibanding seusianya?

3. Apakah ada saudara kandung atau keluarga anak yang pendek ?

4. Apakah anak sering sakit?

5. Apakah anak pernah menderita sakit dalam waktu lama?

B. PEMANTAUAN PERTUMBUHAN:

1. Apakah anak ibu mengikuti Posyandu?

2. Apakah anak ibu ditimbang berat badannya setiap bulan?

3. Apakah anak ibu pernah diukur tinggi badannya?

4. Apakah anak ibu mempunyai KMS atau Buku KIA?

C. ASI EKSKLUSIF:

1. Apakah saat ini anak Anda masih diberikan ASI?

2. Apakah ASI yang pertama kali keluar (yang berwarna kuning) juga diberikan
kepada bayi Anda segera setelah lahir?

3. Sampai usia berapa, anak Anda diberikan ASI? (tulis pd kolom 3)

4. Pada saat usia bayi 0-6 bulan, selain anak menyusu apakah Ibu juga
memberikan susu pengganti (susu formula)?

5. Pada saat usia bayi 0-6 bulan, selain anak menyusu apakah Ibu juga memberi
makanan lainnya seperti pisang, madu, dll?

D. MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

1. Apakah saat ini anak Ibu sudah diberikan makanan pendamping ASI (selain ASI
dan susu formula)?

2. Apakah frekuensi pemberian MP-ASI


a. 1 x sehari ?
b. 2 x sehari ?
c. 3 x sehari ?

3. Apakah bentuk MP-ASI yang diberikan kepada anak saat ini:


a. Cair ?
b. Lembek ?
c. Padat ?

4. Apakah MP-ASI yang diberikan terdiri dari :


a. Makanan pokok (nasi/bubur/roti/kentang/mie/singkong/ubi)?
b. Lauk hewani (daging sapi/ayam/telur/ikan) ?
c. Lauk nabati (tahu/tempe/oncom/kacang-kacangan)?
d. Sayuran (bayam/kangkung/kol/wortel/labu/buncis, dll)?
e. Buah (papaya/pisang/mangga/semangka/melon, dll)?

E. KESIMPULAN:

1. Apakah ada risiko pertumbuhan (stunting/pendek)?

2. Apakah dilakukan pemantauan pertumbuhan pada anak?

3. Apakah anak diberikan ASI-Eklusif?

4. Apakah anak diberikan MP-ASI dengan tepat?

5. Apakah konsumsi anak beraneka ragam (gizi seimbang)?

……………………, …………. 2017


Petugas Observasi,
TT dan Nama jelas

70 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

FORMULIR OBSERVASI FAKTOR RISIKO STUNTING DAN KEK PADA IBU HAMIL dan/
atau WUS

Nama ibu:…… Usia (tahun): …………. BB: …………… TB: …………


PETUNJUK: berilah tanda cek (√) sesuai jawaban responden/subyek

NO FAKTOR RISIKO STUNTING DAN KEK YA TIDAK

(1) (2) (3) (4)

A. PERTUMBUHAN:

1. Apakah ibu nampak pendek (stunting) dibanding ibu-ibu sebayanya?

2. Apakah ibu nampak kurus dibanding ibu-ibu sebayanya?

3. Apakah ada saudara kandung atau keluarga ibu yang pendek ?

4. Apakah ada saudara kandung atau keluarga ibu yang kurus?

4. Apakah ibu sering sakit?

5. Apakah ibu pernah menderita sakit dalam waktu lama?

B. PEMANTAUAN PERTUMBUHAN:

1. Apakah ibu mengikuti Posyandu?

2. Apakah berat badan ibu ditimbang setiap bulan?

3. Apakah tinggi badan ibu pernah diukur ?

4. Apakah ibu mempunyai KMS bumil atau Buku KIA?

C. MAKANAN IBU HAMIL:

1. Apakah sejak hamil, makanan ibu:


a. Sama saja seperti saat tidak hamil?
b. Lebih banyak dibanding saat tidak hamil ?
c. Lebih sedikit dibanding saat tidak hamil ?

2. Apakah selama hamil frekuensi makan ibu setiap hari:


a. 1 x sehari ?
b. 2 x sehari ?
c. 3 x sehari ?
d. 4 x sehari ?
e. 5 x sehari ?

3. Apakah ada makanan selingan (snack) yang dikonsumsi ibu selama hamil?

4. Apakah makanan ibu sehari-hari terdiri dari :


a. Makanan pokok (nasi/bubur/roti/kentang/mie/singkong/ubi)?
b. Lauk hewani (daging sapi/ayam/telur/ikan) ?
c. Lauk nabati (tahu/tempe/oncom/kacang-kacangan)?
d. Sayuran (bayam/kangkung/kol/wortel/labu/buncis, dll)?
e. Buah (papaya/pisang/mangga/semangka/melon, dll)?

E. KESIMPULAN:

1. Apakah ada risiko pertumbuhan (stunting/pendek)?

2. Apakah ada risiko kurus/kurang energi protein (KEK)

2. Apakah dilakukan pemantauan pertumbuhan selama hamil?

3. Apakah makanan yang dikonsumsi lebih banyak dari biasanya?

4. Apakah konsumsi ibu hamil beraneka ragam (gizi seimbang)?


……………………, …………. 2017
Petugas Observasi,
TT dan Nama jelas

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 71


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Kelengkapan Pemicuan
No Logistik Satuan

1 Semen warna merah 1kg Bungkus

2 Semen warna putih 1kg Bungkus

3 Semen warna biru 1kg

4 Dedak atau serbuk gergaji kayu 3kg

5 Tali rapiah ukuran sedang Gulung

6 Air Mineral ukuran gelas Dus

7 Kantung plastik ukuran besar Pak

8 Permen dan makanan ringan bungkus

9 Gambar : Alur Diagram F berwarna set

10 Gambar : Alur Stunting berwarna set

11 Alat pengukur Panjang Badan set

1. Panduan Penugasan Bina Suasana (LP 4.3)


PB/SPB : 4.1. Pra Pemicuan
Metode : Praktik Bina Suasana (…menit)
Tujuan:
Setelah melakukan praktik bina suasana, peserta mampu
1. Menjelaskan perlu bina suasana dalam pemicuan
2. Melakukan bina suasana
Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 2 kelompok dengan berbagai latar belakang.
2. Setiap kelompok mendiskusikan selama 3 menit tentang: jenis permainan
yang diperlukan untuk mencairkan suasana dengan melibatkan orang
banyak, gembira dan waktu 10 menit per permainan.
3. Setiap kelompok mempraktekkan jenis permainan/ bina suasana yang
ditentukan.
4. Setiap kelompok menyampaikan manfaat dari permainan sebagai bina
suasana di kelas besar.
2. Panduan Persiapan Praktik Lapangan dan Simulasi Kelompok (LP 4.4)
PB/SPB : 4.1. Pra Pemicuan
Metode : Diskusi Tim Pemicu dan Simulasi Alat Pemicuan
Tujuan:
Setelah melakukan diskusi dan simulasi alat-alat pemicuan, peserta mampu
dan siap memfasilitasi proses pemicuan STBM Stunting di masyarakat.
Petunjuk:
1. Peserta akan melaksanakan praktik kerja lapang dan setiap kelompok
harus mempersiapkan diri (menyusun panduan dan berlatih bila perlu).

72 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

2. Setiap Kelompok (Tim Pemicu) harus mempersiapkan komposisi tim


pemicu yang biasanya digunakan dalam memfasilitasi STBM Stunting di
komunitas, yaitu:
a. Lead facilitator: fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses
fasilitasi, biasanya 1 orang,
b. Co – facilitator: membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi
proses sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada
perkembangan situasi,
c. Content recorder: perekam proses, bertugas mencatat proses dan
hasil untuk kepentingan dokumentasi/pelaporan program,
d. Process facilitator: penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol
agar proses sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan
fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati) bilamana ada hal-hal
yang perlu dikoreksi,
e. Environment Setter: penata suasana, menjaga suasana ‘serius’
proses fasilitasi, misalnya dengan: mengajak anak-anak bermain
agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa mengajak mereka
terlibat dalam kampanye STBM Stunting, misalnya dengan: menyanyi
bersama, meneriakkan slogan, dsb.), mengajak berdiskusi terpisah
partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses, dsb.
3. Perwakilan Puskesmas atau panitia dari lokasi pemicuan menjelaskan lokasi
praktik lapangan dan gambaran awal jika tersedia, rencana keberangkatan
(waktu, perlengkapan yang harus dibawa, kendaraan, alur perjalanan, dll.),
serta hal-hal yang perlu diperhatikan oleh tim pemicu selama berada di
lapangan (apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan).
4. Setiap kelompok mempersiapkan diri dan pelatih mendampingi sesuai
dengan keperluan. Berpakaian yang bersahaja guna menghindari kesan
upper-lower, bila perlu berpakaian seperti yang dikenakan oleh masyarakat
yang akan dikunjungi.
5. Bila masih ada cukup waktu, lakukan bermain peran pemicuan STBM
Stunting dalam kelas melalui simulasi alat pemicuan. Disepakati salah
satu kelompok untuk menjadi tim fasilitator dan peserta lainnya sebagai
masyarakat (10 – 15 orang).

CATATAN PENTING:
ü Dalam fasilitasi sebenarnya, urutan tidaklah dibakukan, namun pemetaan
sosial semestinya dilakukan pertama,
ü Lokasi pemetaan sosial sebaiknya di lahan terbuka (halaman), namun
hasilnya harus segera dipindahkan ke kertas plano,
ü Lokasi pemicuan dengan alat-alat seperti alur kontaminasi, alur STBM
Stunting, menghitung tinja, dll. tidaklah harus di ruang pertemuan
tertutup, tetapi sebaiknya di lokasi-lokasi yang bisa mengoptimalkan rasa
jijik, takut penyakit, berdosa, kebodohan, kemiskinan dll.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 73


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

3. Panduan Praktik Lapangan (Pemicuan di Masyarakat) (LP 4.5)


PB/SPB : 4.2. Pemicuan
Metode : Praktik Lapangan
A. Pemicuan STBM Stunting di Masyarakat
B. Fasilitasi Pleno Menyusun Rencana Tindak Lanjut Masyarakat
Tujuan:
Setelah pemicuan di masyarakat, peserta mampu melakukan pemicuan dan
fasilitasi penyusunan rencana kerja tindak lanjut masyarakat dengan benar
Output:
1. Masyarakat memahami permasalahan STBM Stunting di komunitasnya dan
berkomitmen untuk memecahkannya secara swadaya,
2. Masyarakat menyusun rencana kegiatan dalam rangka pemecahan masalah
STBM Stunting di komunitasnya,
3. Masyarakat memilih panitia lokal komunitas yang mengkoordinir kegiatan
masyarakat.
4. Tim Pemicuan/peserta menuliskan pembelajaran dan pelaporan proses
dan hasil pemicuan.
7. Alat/Tools/Media: Kit untuk pemicuan masyarakat (praktik lapangan)
Indikator Pencapain Tujuan: Ada kesepakatan dan komitmen perubahan
perilaku di komunitas lokasi pemicuan.
Persiapan Penting Fasilitator: Media/ bahan untuk praktik lapangan sudah
dipersiapkan sehari sebelumnya. Pembagian tugas sudah mantap.
Petunjuk:
1. Pemicuan STBM Stunting di Masyarakat
a. Persiapan metode, alat dan bahan dan materi
Masing-masing kelompok mempersiapkan bahan dan alat
pemicuan. Pemandu menyemangati setiap kelompok dengan yel-
yel secara bergantian. Pastikan semua anggota kelompok lengkap
dan dalam kondisi siap praktek di lapangan dan mental serta
semangat peserta meningkat.
ü METODE: Praktik Lapang dan pemantauan observasi dan
asistensi terhadap praktek fasilitasi yang dilakukan peserta.
Alat/Tools yang disiapkan adalah:
v Pemetaan
v Transect walk
v Fokus group discussion untuk melakukan pemicuan dan
rencana tindak lanjut untuk mendukung individu yang
telah terpicu.
v Alur kontaminasi diagram F dan alur STBM Stunting
Panduan proses dari setiap metode di atas dapat dilihat
pada Lampiran 4.4.1. di bawah.

74 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

ü MATERI:
v Buku panduan pemicuan
v Buku catatan
v Alat dokumentasi seperti kamera
v Spidol
v Kertas flipchart
ü ALAT BANTU:
v Tali rafia/plastik
v Bubuk/tepung berwarna : 3-4 warna
v Bahan-bahan pemicuan yang bisa diperoleh ditempat
pemicuan
b. Advokasi Dusun dan Tokoh (Lokasi Pemicuan)
ü Tim menyampaikan maksud dan tujuan kepada kepala desa,
toma atau toga
ü Tim melakukan advokasi kepada kepala desa, toma atau toga
c. Pemicuan:
Pengantar:
Karena kegiatan praktik kerja lapang yang dilakukan peserta ini
merupakan kegiatan riil (bukan simulasi), maka kesalahan proses
dan hasil sedapat mungkin diminimalisir. Fungsi pelatih yang
melakukan observasi dan asistensi adalah menjamin agar proses
dan hasil fasilitasi yang dilakukan peserta benar dan optimal.
Petunjuk yang bisa ditempuh perlu disepakati dengan para peserta
yang memfasilitasi di tingkat komunitas, agar proses dan hasil
sesuai yang diharapkan namun eksistensi peserta sebagai fasilitator
haruslah dijaga (apalagi akan terus memfasilitasi komunitas
tersebut). Bila memungkinkan, setiap kelompok sebaiknya
didampingi oleh 1-2 fasilitator yang hanya berkonsentrasi untuk
kelompok tersebut.
Petunjuk:
ü Tim melakukan pemicuan di komunitas.
ü Tim memfasilitasi proses diskusi (FGD)
ü Tim memfasilitasi dalam proses penyusunan Rencana
kongkrit tercapainya target ODF komunitas dan bebas dari
Stunting.
ü Ingatkanlah (sesuai jadwal yang diinformasikan pada
persiapan pemicuan di kelas), --- bahwa siang hari perwakilan
masyarakat (5 orang per dusun termasuk pengurus dusun,
dengan perimbangan laki-laki dan perempuan) diundang
ke balai desa untuk menyampaikan pengalamannya (kondisi
sanitasi hingga saat ini) serta rencana dusun ke depan kepada
seluruh peserta pelatihan di balai desa, sekaligus makan siang
bersama. Wakil masyarakat akan diantar kembali ke dusun.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 75


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

d. Dokumentasi
ü Tim menganalisa faktor yang mendukung dan menghambat
program, pembelajaran, strategi yang digunakan dan
menuangkan dalam flipchart
ü Tim kembali ke balai desa.
Beberapa tugas yang harus dilakukan pada praktek di komunitas:
1. Tugas Tim Pemicu (didiskusikan bersama kelompok setelah kembali
ke lokasi pelatihan):
a. Tahapan pemicuan
b. Faktor yang menghambat proses pemicuan (dari intern/
fasilitator atau prosesnya)
c. Faktor yang mendukung proses pemicuan
d. Pembelajaran yang dapat diambil
Hasil diskusi dituangkan dalam kertas flipchart/plano
2. Tugas Masyarakat (dampingi per Dusun perwakilan masyarakat)
untuk menuliskan hasil pemicuan pada flipchart yang meliputi :
a. Jumlah peserta yang hadir (L/P) saat pemicuan
b. Total KK dalam satu komunitas
c. Total KK yang BAB di jamban sehat, jamban tidak sehat,
sharing dan OD (masih sembarangan)
e. Jumlah KK terpicu (Tulis nama dan tanggal berapa akan
berubah)
f. Susunan Komite beserta nama-namanya
g. Rencana konkrit/ Rencana Tindak lanjut
h. Target SBS Komunitas dan target bebas dari stunting
Salinan peta sosial (komunitas)
Catatan Penting
ü Ingatkanlah, bahwa perwakilan masyarakat (6 orang per dusun
atau per kelompok wilayah pemicuan), dengan perimbangan
laki-laki dan perempuan), tokoh formal dan informal serta
natural leader diundang dan akan dijemput (sesuai jam dalam
jadwal) untuk menyampaikan pengalamannya (kondisi stunting/
pendek) dan sanitasi hingga saat ini) dan rencana ke depan
kepada seluruh peserta pelatihan di tempat penyelenggaraan
pelatihan, sekaligus makan siang bersama. Wakil masyarakat
akan diantar kembali ke dusun/desa dari tempat pelatihan
setelah kegiatan.
ü Untuk itu, peta lapangan dan rencana kegiatan sebaiknya disalin
ke kertas (plano) sebagai bahan presentasi masyarakat.
ü Hal ini bisa disesuaikan dengan rencana pelatihan yang akan
dilaksanakan.

76 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

2. Panduan Pleno Masyarakat


Pengantar
Dalam rangka memastikan rencana individu/ rumah tangga
terkonsolidasi di tingkat dusun dan Kelurahan/ Desa, serta Kelurahan/
Desa memiliki rencana yang jelas tentang target STBM dalam
perubahan perilaku yang lebih luas, maka dipandang perlu melakukan
pleno masyarakat.
Pleno menjadi ajang kompetisi dan pemicuan ulang antar dusun,
sehingga akan melahirkan komitmen kongkrit dalam menyelesaikan
permasalahan kesehatan di tingkat kelurahan/desa secara bersama-
sama (collective action).

• Memicu kembali antar Dusun untuk memastikan target perubahan


perilaku yang lebih luas dan kongkrit.
• Mengkonsolidasikan RTL antar Dusun sehingga menghasilkan RTL di
TUJUAN :
tingkat Desa.
• Meningkatnya motivasi masyarakat dan Dusun untuk melaksanakan
rencana kegiatan yang mereka susun.

WAKTU : Maksimum 180 menit

• Presentasi masyarakat
• Sharing pengalaman
METODE :
• Diskusi pleno
• Feedback progresif.

• Semua visual hasil pemicuan ditempel di dinding.


ALAT/TOOLS/MEDIA :
• Matriks kompetisi antar kelompok (benchmark)-terlampir.

INDIKATOR Rencana kongkrit dari masing-masing komunitas dalam mewujudkan


:
PENCAPAIAN TUJUAN ODF dan bebas dari stunting.

• Ruangan sudah disetting sedemikian rupa untuk dinamisnya proses


PERSIAPAN PENTING pleno
:
FASILITATOR • Matriks kompetisi antar komunitas sudah disiapkan sebelumnya
• Audio (sound system)dipastikan sudah berfungsi

Peserta
Peserta pleno dari setiap Dusun/titik pemicuan yang dipicu sebanyak 5
orang yang terdiri dari unsur:
1. Natural Leader (Kampium) 4 orang
2. Kepala Dusun atau tokoh formal 1 orang
Peserta adalah mereka-mereka yang kita sebut tamu istimewa, karena
mereka adalah pilihan dan leader alami yang diharapkan akan menjadi
pemicu lanjutan. Peserta dari Natural Leader atau kampium umumnya
mereka yang terpicu lebih awal atau memiliki semangat belajar dan
kerelawanan yang kuat. Nama-nya sangat tergantung siapa yang terpicu
lebih awal dan muncul tanda-tanda sebagai relawan untuk menjadi
leader alami. Sedangkan peserta dari unsur Dusun atau tokoh formal,
secara otomatis harus diinformasikan oleh Peserta Latih. Peserta dari
setiap Dusun diundang secara lisan oleh Tim Pemicu.
Peserta lainnya adalah perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten
Minahasa Utara, unsur desa dan Puskemas yang diundang oleh
Panitia.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 77


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Pemandu/Fasilitator
Pleno dipandu atau difasilitasi oleh peserta latih yang dipilih pada saat
pelatihan di kelas (sebelum ke lapangan) dan disebut Tim Pemandu.
Fasilitator adalah dalam bentuk tim yang terdiri dari:
1. Pembawa Acara/MC (menghantar acara menyambut tamu
istimewa dari Dusun).
2. Pemandu Utama, yang akan memandu/memfasilitasi proses pleno
dan pemicuan ulang
3. Pemandu Pendamping, mendampingi pemandu Utama dalam
menjalankan perannya
4. Pencatat
Proses:
No Langkah Output

PERSIAPAN

Ruangan di
Tim Pemandu menata ruangan tempat pertemuan. Ruangan harus
1. Balai Desa siap
dipastikan menarik dan dinamis untuk proses pleno.
digunakan

Tim Pemandu berbagi tugas dan memastikan bahwa rencana pleno Tugas dipahami
2.
benar-benar siap. dengan baik.

Perwakilan Tim Pemandu memastikan bahwa pleno akan dimulai jika Peserta perwakilan
3.
semua perwakilan Dusun sudah tiba dan sudah makan siang. Dusun berkumpul.

Hasil visual
Tim pemicu (kelompok lapangan) memastikan kelengkapan bahan
4. lengkap dan siap
presentasi setiap wakil komunitas.
dipresentasikan.

PELAKSANAAN PLENO

Masing-masing tim pemicu (8 kelompok lapangan) mengumpulkan


1.
perwakilan Dusun dan meminta untuk bersiap-siap.

MC meminta masing-masing tim pemicu (8 kelompok lapangan) untuk


menyambut wakil komunitas dan mengajak mengambil posisi diiringi
dengan musik yang bersemangat dan tepuk tangan dari semua yang hadir. Penghargaan untuk
2.
MC mempersilahkan mereka foto bersama fasilitator pemicu yang datang wakil komunitas.
ke wilayahnya secara bergantian (pastikan semua wakil masyarakat dapat
foto bersama).

MC mengucapkan selamat datang dan menjelaskan tujuan mereka Pemahaman


3. diundang dan membangun komitmen bahwa semua akan menghargai tujuan pertemuan
siapapun yang melakukan presentasi. oleh komunitas.

MC menyerahkan kegiatan pleno kepada Pemandu Utama dan Pemandu Pemandu Utama
4.
Pendamping untuk memandu proses pleno. mulai berperan.

Pemandu utama memfasilitasi/memoderasi masing-masing komunitas


Komitmen dan
Dusun untuk mempresentasikan hasil diskusi dan RTL pasca pemicuan
5. rencana pasca
sementara Pemandu lainnya memasang bagan/matriks untuk bahan
pemicuan.
penilaian (lihat lampiran di bawah).

Pencatat/Pemandu Pendamping mengisi matriks selama presentasi Matriks terisi


6.
setiap Dusun. (sementara).

78 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

No Langkah Output

Pemantapan
komitmen baru
untuk ODF dan
penurunan
Pemandu Utama memicu kembali komunitas yang belum berkomitmen
stunting
ODF dan penurunan Stunting serta mendorong percepatan bagi
secepatnya dan
7. komunitas yang sudah mempunyai komitmen.
tidak berharap
Pemandu Pendamping/Pencatat bisa merubah nilai/bagan/grafik jika subsidi.
warga Dusun menyatakan perubahannya dalam pemicuan.
Kemungkinan
setiap matriks akan
berubah nilai/
grafiknya.

Pemandu Utama meminta komunitas yang mau berubah lebih cepat,


Reward untuk
8. maju ke depan kelas untuk diberi applaus dan selamat serta foto bersama
kampiun
sebagai reward. Tanyakan “siapa lagi yang mau menyusul?”

RTL dan PENUTUPAN

Strategi dan RTL


Pemandu Utama meminta komunitas didampingi tim pemicu
9. pasca pemicuan
memperbaiki strategi dan menyusun rencana tindak lanjut-nya.
(pleno).

Semangat
MC memberikan salam, ucapan terima kasih, dan memberikan applaus
10. mendorong
diiringi musik yang bersemangat.
perubahan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 79


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran: Matriks Aspek Benchmark antar Dusun/Titik Pemicuan (harus


divisualisasikan) ketika pleno)

Dusun
Dusun 1 (Titik Dusun 2 (Titik Dusun 4 (Titik
Aspek Kategori 3 (Titik
Pemicuan–1) Pemicuan–2) Pemicuan–4)
Pemicuan–3)

1. Mengharap Bantuan dari pihak Luar


(Subsidi)
Jika masih ada yang mengharap nilai-nya 0
dan sebaliknya.

2. Jumah warga yang terpicu


Semakin banyak yang terpicu semakin tinggi
nilainya (%).

3. Adanya Tim Komite


Semakin lengkap nama dan struktur tim-nya
semakin besar nilainya.

4. Rencana tindak lanjut dan strategi


Semakin lengkap/ detail RTL-nya semakin
tinggi nilainya.

5. Target ODF dan Target bebas dari Stunting


Semakin jelas, lebih dekat dari sisi waktu
dan semakin terukur, maka semakin tinggi
nilainya.

6. Target Masyarakat Cegah Stunting


Jumlah Masyarakat yang berkomitmen
untuk mencegah stunting

80 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lembar Panduan/Pedoman Alat-alat/Tools Pemicuan, Analisa Partisipatif dan


Tindak Lanjut oleh Masyarakat (LP 4.5)
PEMETAAN
Tujuan:
§ Mengetahui / melihat peta wilayah BAB masyarakat
§ Sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi
masyarakat)
Alat yang diperlukan;
• Tanah lapang atau halaman
• Bubuk putih untuk membuat batas desa.
• Potongan – potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk.
• Bubuk kuning untuk menggambarkan kotoran.
• Spidol.
• Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana sanitasi
• Bahan tersebut bisa digantikan dengan bahan lokal seperti: daun, batu,
ranting kayu, dll.
Proses;
1) Ajak masyarakat untuk membuat outline desa/ dusun/ kampung, seperti
batas desa/dusun/kampung, jalan, sungai dan lain-lain.
2) Siapkan potongan-potongan kertas dan minta masyarakat untuk
mengambilnya, menuliskan nama kepala keluarga masing-masing dan
menempatkannya sebagai rumah, kemudian peserta berdiri di atas rumah
masing-masing.
3) Minta mereka untuk menyebutkan tempat BABnya masing-masing. JIka
seseorang BAB di luar rumahnya baik itu di tempat terbuka maupun
“numpang di tetangga”, tunjukkan tempatnya dan tandai dengan bubuk
kuning. Beri tanda (garis akses) dari masing-masing KK ke tempat BAB nya.
4) Tanyakan pula di mana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat
seperti pada saat malam hari, saat hujan atau saat terserang sakit perut.
Pendalaman/ analisa partisipatif dari kegiatan pemetaan;
1) Tanyakan berapa kira-kira jumlah “tinja” yang dihasilkan oleh setiap orang
setiap harinya. Sepakati jumlah rata-ratanya.
2) Minta masyarakat untuk menulis jumlah anggota keluarga di atas kertas
yang berisi nama KK dan berapa jumlah total “tinja” yang dihasilkan oleh 1
keluarga/rumah setiap harinya.
3) Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih BAB di sembarang
tempat) yang paling banyak menghasilkan tinja. (beri tepuk tangan).
4) Pada penduduk yang BAB di sungai, tanyakan ke mana arah aliran airnya.
5) Pada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan dimana mereka
mandi. Picu masyarakat bahwa bapak/ibu telah mandi dengan air yang ada
tinjanya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 81


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

6) Ajak masyarakat menghitung jumlah “tinja” dari masyarakat yang masih


BAB di sembarang tempat per hari, dan kemudian per bulan. Berapa
banyak “tinja” yang ada di desa / dusun tersebut dalam 1 tahun? Berapa
lama kebisaaan BAB semabrang tempat berlangsung?.
7) Tanyakan kemana Kira-kira “perginya” tinja – tinja tersebut.
8) Di akhir kegiatan tanyakan: kira-kira kemana besok mereka akan BAB?
Apakah mereka akan melakukan hal yang sama?
Catatan:
• Untuk kepentingan masyarakat dalam memonitor kondisi wilayahnya
sendiri, peta di atas lahan “harus” disalin ke dalam kertas (flipchart).
• Jika tempat tidak memungkinkan, pemetaan bisa dilakukan dengan
menggunakan kertas yang cukup besar.
1. TRANSECT
Tujuan:
Melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB,
dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat
tersebut. Diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang
biasa BAB di tempat tersebut, diharapkan akan terpicu rasa malunya.
Proses:
1) Ajak masyarakat untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang sering
dijadikan tempat BAB (didasarkan pada hasil pemetaan),
2) Lakukan analisa partisipatif di tempat tersebut,
3) Tanya siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa yang
hari ini telah BAB di tempat tersebut,
4) Jika di antara masyarakat yang ikut transek ada yang biasa melakukan
BAB di tempat tersebut, tanyakan:
• bagaimana perasaannya,
• berapa lama kebiasaan itu berlangsung,
• apakah besok akan melakukan hal yang sama?
5) Jika diantara masyarakat yang ikut transek tidak ada satupun yang
biasa melakukan BAB di tempat tersebut tanyakan pula bagaimana
perasaannya melihat wilayah tersebut. Tanyakan hal yang sama pada
warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat yang sering dipakai
BAB tersebut.
6) Jika ada anak kecil yang ikut dalam transek atau berada tidak jauh
dengan tempat BAB itu, tanyakan “apakah mereka senang dengan
keadaan itu?” Jika anak-anak kecil menyatakan tidak suka, ajak anak-
anak itu untuk menghentikan kebiasaan itu, yang bisa dituangkan
dalam nyanyian, slogan, puisi, dan bentuk-bentuk kesenian (lokal)
lainnya.

82 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Catatan:
Jika masyarakat sudah terpicu tetapi belum total (yang mau berubah
baru sebagian), natural leader dan anggota masyarakat lainnya dapat
melakukan kembali transek dengan membawa “peta”. Transek ini dilakukan
dengan mengunjungi rumah-rumah dan menanyakan kepada mereka
kapan mereka mau berubah seperti masyarakat lainnya yang sudah mulai
berubah? Minta waktu yang detil, misalnya tanggal berapa. Tandai rumah
masing-masing dengan tanggal sesuai kesiapan mereka.
2. DIAGRAM F/ALUR KONTMINASI (ORAL FECAL) DAN STUNTING
Pengantar:
Dengan mengetahui alur masuknya bibit penyakit yang berasal dari tinja
manusia kemudian masuk ketubuh masyarakat menjadi tahu penyebab
terjadinya penularan penyakit diare dan penyakit lainnya dan diajak
berdiskusi upaya pencegahannya. Dengan mengetahui alur penyebab
terjadinya stunting pada anak manusia, masyarakat menjadi tahu
penyebab stunting dan diajak berdiskusi upaya pencegahannya.
Tujuan:
Mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat
dimakan oleh manusia yang lainnya dan mengajak masyarakat untuk
mengetahui bagaimana stunting pada anak bisa terjadi.
Alat yang digunakan:
• Gambar tinja dan gambar mulut, (atau dapat dilengkapi dengan kertas
bergambar sungai, kebun, telapak tangan, lalat, yang tercemar tinja),
makanan yang dihinggapi lalat juga gambar-gambar untuk blocking
seperti Jamban sehat, CTPS, Memasak Air, penutup makanan dll).
• Gambar lain; anak yang sering terkena diare, anak yang stunting, anak
yang lemah dan malas belajar, gambar ibu hamil yang kurang nutrisi,
bayi yang tidak diberi ASI eksklusif (masih dibawah 6 bulan sudah diberi
susu formula atau makanan tambahan), Juga gambar-gambar upaya
pencegahan stunting seperti; bayi yang disusui, baduta diberi makanan
bergizi, penimbangan bayi, ragam makanan bergizi, kunjungan ke
Posandu).
• Potongan-potongan kertas, tanda panah
• Spidol.
Proses:
• Jelaskan kegiatan yang akan dilakukan, berapa lama dan apa metode/ cara
diskusi yang akan digunakan. Misalnya menggunakan gambar-gambar
untuk belajar bersama tentang pengalaman Bapak/Ibu Masyarakat disini.
• Tanyakan kepada masyarakat “apakah mereka yakin bahwa tinja bisa
masuk ke dalam mulut?”
• Tanyakan “bagaimana tinja bisa-dimakan oleh kita?” “melalui apa
saja?”. Minta masyarakat untuk menggambarkan atau menuliskan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 83


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

hal-hal yang menjadi perantara tinja sampai ke mulut. Tanyakan terus


sampai menemukan pola/pemahaman/ alur pikir dan pengalaman
masyarakat sendiri “bukan pemahaman kita yang dipaksakan ke
masyarakat”.
• Biarkan masyarakat sendiri yang menyusun gambar (dan bisa
menambahi) dari alur yang mereka tahu.
• Ajak masyarakat untuk menganalisa hasilnya dan kembangkan diskusi
(misalnya FGD untuk memicu rasa takut sakit).
• Tanyakan apakah perilaku masyarakat disini masih ada yang seperti
dalam alur tersebut? Tanyakan bagaimana cara menghentikan
terjadinya alur tersebut (upaya blocking apa saja yang harus dilakukan).
• Sebagai lanjutan dari alur penularan penyakit diare sebelumnya,
tanyakan “apa yang akan terjadi jika anak atau ibu hamil sering kena
diare?”. “Apa saja yang terjadi pada anak jika kekurangan nutrisi
makanan?”. Selain pertumbuhan anak terganggu, apakah dapat pula
menyebabkan kebodohan (diskusikan anak yang sering sakit, menjadi
lemah dan malas belajar).
• Kemudian bagikan gambar gambar alur stunting. Minta mereka
menyusun alur terjadinya stunting. Biarkan masyarakat yang menyu­sun
sendiri alurnya.
• Jika dianggap selesai minta mereka menjelaskan alur gambar yang
mereka susun.
• Ajak masyarakat untuk menganalisa hasilnya dan kembangkan diskusi
(misalnya FGD untuk memicu rasa takut anak anaknya menjadi
stunting dan bodoh).
• Tanyakan “apakah perilaku masyarakat disini masih ada yang se­perti
dalam alur tersebut?” Tanyakan “bagaimana cara mencegah terjadinya
stunting tersebut?” (upaya/tindakan apa saja yang harus dilakukan).
3. SIMULASI AIR YANG TELAH TERKONTAMINASI
Simulasi dengan menggunakan air ini dapat dilakukan pada saat transek,
saat pemetaan atau pada saat diskusi kelompok lainnya.
Tujuan:
Mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap air yang biasa
mereka gunakan seharí – hari.
Alat yang digunakan:
• Ember yang diisi air (air mentah/sungai atau air masak/minum)
• Polutan air (tinja)
Proses:
• Dengan disaksikan oleh seluruh peserta, ambil 1 ember air sungai
dan minta salah seorang untuk menggunakan air tersebut untuk cuci
muka, kumur-kumur, cuci pakaian dan lain-lain yang biasa dilakukan
oleh warga di sungai.

84 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

• Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, dan minta salah
seorang peserta untuk melakukan hal yang dilakukan sebelumnya.
• Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa
alasannya? Apa bedanya dengan kebiasaan masyarakat yang sudah
terjadi dalam kurun waktu tertentu? Apa yang akan dilakukan
masyarakat di kemudian hari?
Catatan:
Peragaan ini bisa ditambahkan dengan hal-hal lain seperti mencampur
sedikit kotoran ke dalam gelas dan minta mereka untuk meminumnya,
meminta masyarakat untuk mencuci beras, sikat gigi atau berwudlu
dengan air sungai yang telah dicampur dengan kotoran, dan lain-lain.
Bila peragaan ini dilakukan pada saat transek ke wilayah sungai, untuk
menunjukkan bahwa air telah terkontaminasi tidak perlu memasukkan
kotoran ke dalam air dalam ember, melainkan bisa langsung mengambil
air yang di sekitar air tersebut terdapat tinja.
Kegiatan-kegiatan pemicuan tersebut dilakukan dengan cara simulasi dan
dilanjutkan dengan FGD.
4. DISKUSI KELOMPOK TERFOKUS (FGD).
Tujuan
Bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan
menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat
merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan.
Banyak hal yang harus dipicu yang dapat dilakukan melalui diskusi dengan
masyarakat, diantaranya:
FGD untuk memicu rasa “malu” dan hal-hal yang bersifat “pribadi”
• Tanyakan seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di
tempat terbuka dan alasan mengapa mereka melakukannya.
• Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat terbuka
yang tidak terlindung dan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat oleh
setiap orang?
• Bagaimana perasaan laki-laki ketika istrinya, anaknya atau ibunya
melakukan BAB di tempat terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun
juga yang kebetulan melihatnya secara sengaja atau tidak sengaja?
• Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat terbuka)
padahal ia sedang mendapatkan rutinitas bulanan. Apa yang dirasakan?
• Apa yang akan dilakukan besok hari? Apakah tetap akan melakukan
kebisaaan yang sama?
Catatan
Dalam kebisaaan BAB di sembarang tempat, perempuan adalah pihak yang
paling terbebani (kehilangan privacy), jadi perempuan termasuk kelompok
yang paling kompeten untuk dipicu.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 85


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

FGD untuk memicu rasa “jijik” dan “takut sakit”


• Ajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah “tinja di
kampungnya”, dan kemana perginya sejumlah tinja tersebut.
• Jika dalam diagram alur terdapat pendapat masyarakat bahwa lalat
adalah salah satu media penghantar kotoran ke mulut, lakukan
probing tentang lalat. Misalnya: jumlah dan anatomi kaki lalat,
bagaimana lalat hinggap di kotoran dan terbang ke mana saja dengan
membawa kotoran di kaki-kakinya, bagaimana memastikan bahwa
rumah–rumah dan makanan-makanan di dalam kampung itu dijamin
bebas dari lalat, dan sebagainya.
• Ajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian tanyakan rumah
mana saja yang pernah terkena diare (2 – 3 tahun lalu);
1) berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat,
2) adakah anggota keluarga (terutama anak kecil) yang meninggal
karena diare,
3) bagaimana perasaan bapak/ibu atau anggota keluarga lainnya,
• Apa yang akan dilakukan kemudian?
FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan (contohnya
dalam komunitas yang beragama Islam)
• Bisa dengan mengutip hadist atau pendapat para alim ulama yang relevan
dengan larangan atau dampak buruk dari melakukan BAB sembarangan
dan tidak mencegah stunting, seperti contoh/misalnya; “bahwa ada
3 kelompok yang karena perbuatannya termasuk orang-orang yang
terkutuk, yaitu orang yang biasa membuang air (besar) di air yang
mengalir (sungai/kolam), di jalan dan di bawah pohon (tempat berteduh)”.
• Bisa dengan mengajak untuk mengingat hukum berwudlu, yaitu
untuk menghilangkan “najis”. Tanyakan air apa yang selama ini
digunakan oleh masyarakat untuk wudlu”? apakah benar-benar
bebas dari najis?
• Apa yang akan dilakukan kemudian?
FGD menyangkut kemiskinan
• FGD ini biasanya berlangsung ketika masyarakat sudah terpicu dan
ingin berubah, namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk
membangun jamban.
• Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu
perlu dana besar, fasilitator bisa menanyakan apakah benar jamban
itu mahal? Bagaimana dengan bentuk ini (berikan alternatif yang
paling sederhana), atau bisa dengan menunjukkan jamban di tempat
yang sudah digunakan masyarakat (yang sederhana).
• Apabila masyarakat tetap beralasan mereka cukup miskin untuk
bisa membangun jamban (meskipun dengan bentuk yang paling
sederhana), fasilitator bisa mengambil perbandingan dengan
masyarakat yang “jauh lebih miskin” daripada masyarakat Indonesia,

86 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

misalnya Bangladesh. Bagaimana masyarakat miskin di Bangladesh


berupaya untuk merubah kebisaaan BAB di sembarang tempat.
• Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan kepada
mereka: tanggung jawab siapa masalah BAB ini? Apakah untuk BAB
saja kita harus menunggu diurus oleh pemerintah dan pihak luar
lainnya?
5. FASILITASI DI AKHIR PEMICUAN (dimana masyarakat sudah terpicu)
Tujuan:
Memberikan dukungan, semangat dan apresiasi kepada masyarakat yang
mau melakukan perubahan di bidang sanitasi.
Proses:
§ Jika masyarakat sudah kelihatan ingin berubah, minta masyarakat
untuk merumuskan upaya-upaya apa. Biarkan mereka merumuskan
apa upaya mereka untuk berubah. Jika mereka menanyakan pendapat
fasilitator, kembalikan pertanyaan itu kepada masyarakat, apa
yang sebaiknya diupayakan? Atau jika masyarakat terlihat sangat
mengharapkan solusi dari fasilitator, kita sebaiknya berpura-pura sibuk
sendiri (sehingga bukan kita yang memberikan solusi) tetapi dengan
tetap memperhatikan dan mendengarkan apa yang mereka diskusikan.
§ Jika diskusi di antara mereka terlihat sudah selesai, tanyakan : siapa
yang ingin berubah dan membuat jamban esok hari?, termasuk siapa
yang ingin berubah untuk melakukan pencegahan stunting (rutin ke
posyandu, ASI ekslusif, dll.) Buat daftar namanya. Berikan apresiasi
dengan memberikan selamat dan bertepuk tangan.
§ Orang yang pertama menyatakan ingin berubah, itulah yang
diharapkan menjadi  natural leader untuk memicu masyarakat lainnya
untuk merubah kebiasaan BAB di sembarang tempat dan melakukan
praktik-praktik pencegahan stunting.
§ Dorong masyarakat yang mampu untuk membantu keluarga yang
kurang mampu dalam mencari jalan keluar untuk menghentikan
kebisaaan BAB di sembarang tempat.
§ Dukung masyarakat yang termasuk dalam pressure group untuk
bisa memfasilitasi masyarakatnya agar terjadi perubahan kebisaaan
secara total. Contoh di Sumbawa, masyarakat yang punya kebun dan
kebunnya sering digunakan sebagai tempat BAB sementara ia sendiri
sudah mempunyai jamban adalah salah seorang yang termasuk
dalam pressure group karena ia merasa dirugikan dengan perilaku
masyarakatnya tersebut.
§ Jika sudah mencapai tahap ini dan masyarakat mengharapkan
bantuan fasilitator dalam hal teknis, fasilitator bisa mulai membantu
mereka dengan menggambarkan bentuk-bentuk jamban, mulai dari
yang paling sederhana sampai yang paling layak (sehat, aman dan
nyaman) --à LADDER SANITASI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 87


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Catatan penting pada saat pemicuan.

Di setiap akhir fasilitasi (FGD) tanyakan kepada mereka


• “bagaimana perasaan ibu/bapak terhadap kondisi ini?”
• “apakah bapak/ibu ingin terus dalam kondisi seperti ini?”

Fasilitator menyampaikan kesimpulan atas analisa yang telah dilakukan oleh


masyarakat.
Jika masyarakat masih senang dengan kondisi sanitasi mereka, artinya tidak
mau berubah dengan berbagai macam alasan, fasilitator bisa menyampaikan
:
Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk melakukan analisa
tentang sanitasi di desa bapak/ibu, silakan bapak/ibu meneruskan
kebiasaan ini, dan ibu/bapak adalah satu-satunya kelompok ma-
syarakat yang masih senang untuk membiarkan masyarakatnya saling
mengkonsumsi kotoran.
Dengan senang hati kami akan menyampaikan hasil analisa bapak/
ibu ini kepada bapak camat/bupati/dst, bahwa di wilayah kerja mer-
eka masih terdapat masyarakat yang mau bertahan dengan kondisi
sanitasi seperti ini.

6. FASILITASI UNTUK RENCANA TINDAK LANJUT MASYARAKAT


Tujuan:
Mendampingi masyarakat dalam menyusun rencana tindak lanjut untuk
memperbaiki kondisi sanitasinya.
Proses:
§ Tanyakan kembali siapa yang akan berubah (dengan membuat jamban)
esok hari? Buat daftar nama orang-orang yang akan berubah.
§ Tanyakan siapa yang akan berubah dengan rajin datang ke Posyandu? Buat
daftar nama orang-orang yang akan berubah.
§ Tegaskan kepada orang-orang yang pertama kali akan berubah bahwa
mereka adalah “pemimpin” yang diharapkan dapat membawa perubahan
sanitasi dan pencegahan stunting secara keseluruhan di desanya (sepakati
dengan mereka kemungkinan orang-orang tersebut untuk menjadi semacam
“panitia” dalam rangka perubahan sanitasi-stunting ke arah yang lebih baik.
§ Tanyakan pula, siapa yang akan mulai merubah kebisaaan BAB sembarangan
3 hari kemudian, 1 minggu kemudian, 10 hari, 2 minggu, 1 bulan, dan
seterusnya.
§ Tanyakan pula, siapa yang akan mulai merubah kebiasaan ASI, posyandu,
pemantauan pertumbuhan minggu depan, bulan depan, dan seterusnya.
§ Berdasarkan kesepakatan, apa sebaiknya yang akan dilakukan oleh
masyarakat (yang akan berubah) kepada masyarakat lain di desanya jika
kesanggupan mereka untuk berubah (setelah masing-masing menyanggupi
waktunya) tiba-tiba saja tertunda? -à misalnya dengan membantu secara

88 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

gotong royong, sanksi, dll sesuai kesepakatan.


§ Tanyakan pula, kapan kira-kira seluruh masyarakat kampung/dusun/
desa ini akan berubah dan menjadi salah satu desa yang menyatakan
diri 100% telah bebas dari kebisaaan BAB sembarangan dan berperilaku
mencegah stunting? Fasilitasikan kepada mereka berdasarkan hasil analisa
sebelumnya, bahwa sebagian kecil saja masyarakat yang masih BAB
sembarangan dampaknya tetap akan dirasakan oleh seluruh masyarakat.
§ tanyakan apakah yang dapat mereka lakukan terhadap masyarakat
kampung lain di dalam desanya atau desa lain yang masih mempunyai
kebisaaan BAB di sembarang tempat? Tidak terbiasa ke posyandu Untuk
memantau pertumbuhan anak dan ibu hamil? (apakah mereka bersedia
untuk menyebarkan kepada masyarakat kampung lain tentang upaya yang
mereka lakukan untuk merubah kebisaaan?)
§ Fasilitasikan kepada masyarakat bahwa fasilitator akan membantu
masyarakat dalam mendeklarasikan kempung mereka sebagai kampung
yang 100% bebas dari kebisaaan BAB sembarangan dan berperilaku
mencegah stunting misalnya dengan mendatangkan kepala daerah
(bupati), pers, masyarakat kampung lain, dan sebagainy
7. Panduan Menonton Film “Pengukuran Antropometri Dan Praktik Pengukuran
Lila ” (LP 4.6)
PB/SPB : PB.1. Pra Pemicuan
Metode : Putar film (15 menit)
Tujuan:
Setelah menonton film, peserta mampu memahami cara melakukan pengukuran
antropometri dan praktik pengukuran LILA.
Petunjuk:
1) Peserta memperhatikan film berjudul pengukuran antropometri dan
praktik pengukuran LILA, bila perlu mencatat hal-hal yang dianggap
penting untuk kemudian didiskusikan.
2) Peserta dalam masing- masing kelompok mengidentifikasi langkah dan
kegiatan apa saja yang disampaikan dalam film tersebut. Pendapat ditulis
dengan huruf besar/kapital dengan ukuran cukup besar yang bisa dilihat
dari jarak sekitar 3 meter. Peserta kemudian menempelkan pendapatnya
pada kain rekat yang sudah disiapkan.
3) Peserta memberikan penjelasan tentang pembagian peran dan persiapan
Tim termasuk persiapan teknis dan logistik.
4) Peserta mendiskusikan pendapat-pendapat yang telah ditempel di kain
rekat difasilitasi oleh fasilitator. Klarifikasikan jawaban yang kurang jelas
dan kemudian dikelompokkan bila ada jawaban yang mirip/sejenis.
5) Peserta melakukan simulasi/latihan dan persiapan pengukuran
antropometri dan praktik pengukuran LILA.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 89


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

8. Panduan Menonton Film “Tutorial Pemicuan Pilar 1 STBM ” (LP 4.7)


PB/SPB : PB.2. Pemicuan
Metode : Putar film (15 menit)
Tujuan:
Setelah menonton film, peserta mampu memahami cara melakukan pemicuan.
Petunjuk:
1) Peserta memperhatikan film berjudul Tutorial Pemicuan Pilar 1 STBM,
bila perlu mencatat hal-hal yang dianggap penting untuk kemudian
didiskusikan.
2) Peserta dalam masing- masing kelompok mengidentifikasi langkah dan
kegiatan serta elemen pemicu apa saja yang disampaikan dalam film
tersebut. Pendapat ditulis dengan huruf besar/kapital dengan ukuran
cukup besar yang bisa dilihat dari jarak sekitar 3 meter. Peserta kemudian
menempelkan pendapatnya pada kain rekat yang sudah disiapkan.
3) Peserta memberikan penjelasan tentang pembagian peran dan persiapan
Tim Pemicu termasuk persiapan teknis dan logistik.
4) Peserta mendiskusikan pendapat-pendapat yang telah ditempel di kain
rekat difasilitasi oleh fasilitator. Klarifikasikan jawaban yang kurang jelas
dan kemudian dikelompokkan bila ada jawaban yang mirip/sejenis.
5) Peserta melakukan simulasi/latihan dan persiapan pemicuan.

90 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 6.

MATERI INTI 5: TEKNIK MELATIH


1. Lembar Penilaiaan Praktik Mengajar di Kelas (Micro Teaching) Pelatihan
untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM - Stunting
LEMBAR PENILAIAN
PRAKTEK MENGAJAR DI KELAS (MICRO TEACHING)
PELATIHAN UNTUK PELATIH FASILITATOR STBM

Nama Peserta Praktik :


Materi Pembelajaran :
Pokok Bahasan :
Sub Pokok Bahasan :
Waktu :
_______________________________________________________________
PETUNJUK PENILAIAN
1. Obyek penilaian adalah aktifitas /kegiatan praktik melatih di kelas, untuk
itu amatilah secara seksama seluruh komponen kegiatan berjumlah....
butir seperti yang tercantum pada halaman 2 (dua). Sedangkan untuk
memberikan nilai pada setiap butir obyek penilaian dapat digunakan
panduan pada halaman 4, 5 dan 6.
2. Berilah nilai pada kolom hasil pengamatan dengan ketentuan:
[ √ ] Jika komponen kegiatan yang dilakukan/ dimunculkan sesuai dengan
kaidah yang tercantum pada panduan dan dilakukan secara baik
dan benar (efektif dan efisien), maka dapat diberikan nilai 8, 9
atau 10
[ x ] Jika komponen kegiatan yang dilakukan / dimunculkan sesuai dengan
kaidah yang tercantum pada panduan tetapi dilakukan dengan
kurang baik atau kurang benar (kurang efektif/efisien), atau
kegiatan yang dilakukan/ dimunculkan kurang sesuai dengan
kaidah yang tercantum pada panduan, maka dapat diberikan nilai
5, 6 atau 7
[ O ] Jika komponen kegiatan tidak dilakukan/ dimunculkan sama sekali,
maka dapat diberikan nilai 2, 3 atau 4
3. Berikan catatan khusus berupa kritik dan saran jika Anda temukan hal-hal
yang kurang sesuai dengan kaidah kediklatan yang baik dan benar sesuai
dengan panduan. Tetapi berikan pujian jika Anda temukan hal-hal yang
sudah baik sesuai panduan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 91


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

LEMBAR PENILAIAN

HASIL OBSERVASI
NO PRAKTEK MELATIH
[v] [X] [O]

PEMBUKAAN
1. Pengucapan salam dan perkenalan pengkondisian
A situasi dan lingkungan

2. Keterkaitan dengan materi sebelumnya, penyampaian


TPU/TPK dan Apersepsi

PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN


1. Presentasi interaktif:
a. Menghantarkan sesi pembelajaran
b. Mengelola hubungan interaktif
c. Teknik bertanya efektif
• Cara/kaidah pertanyaan
• Kesesuaian pertanyaan dengan tujuan/moment
• Cara menanggapi jawaban
• Cara menanggapi pertanyaan.
B
2. Penentuan metoda pembelajaran yang sesuai/efektif
untuk mencapai tujuan

3. Pemilihan media dan alat bantu pembelajaran yang


sesuai dengan metoda pembelajaran

. Penguasaan substansi materi

5. Ketepatan alokasi waktu

PENGAKHIRAN :
1. Merangkum sesi pembelajaran/ evaluasi/ pencapaian
TPU/TPK
C
2. Kesesuaian penyimpulan pokok bahasan dengan
TPU/TPK dan pemberian pesan tindak lanjut

3. Pengucapan terima kasih dan salam perpisahan

JUMLAH:

Jumlah Kumulatif : [v] + [x] + [o] = PENILAI


10

(……………………….)
CATATAN [kritik, saran,perbaikan dan pujian] :
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………...............................................................................……

92 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

2. Panduan Penilaian Micro Teaching


PANDUAN PENILAIAN
PRAKTIK MENGAJAR DI KELAS
(MICRO TEACHING)
A. PEMBUKAAN
1. Pengucapan salam perjumpaan dan perkenalan (singkat, wajar,
proporsional tapi berkesan) dan pengkondisian situasi dan lingkungan
( kesesuaian lay out ruangan untuk memeriksa kesepian, ekspresi
wajah bersahabat dll).
2. Keterkaitan dengan materi sebelumnya dengan TPU/TPK dan
Apersepsi : Menyajikan judul materi (tulisan atau gambar/ grafis
affirmasi) dan meminta pembelajaran untuk mempersepsikan/
menebak kira-kira apa yang akan “kita bahas” bersama, kemudian
dilakukan klarifikasi oleh kelas
B. PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Presentasi Interktif
a. Menghantar sesi pembelajaran:
Menangkap minat keseluruhan kelompok pembelajaran dan
membuat pembelajar menyadari harapan pelatih/fasilitator
dengan cara:
v Mereview tujuan sesi dengan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti sesuai dengan situasi kondisi pekerjaan
pembelajaran di unit kerjanya
v Menghubungkan pokok bahasan dengan: materi sebelumnya,
pengalaman nyata di tempat kerja penyaji, pengalaman kerja
pembelajar, berbagi pengalaman antar pembelajaran
• Jika menginginkan agar suasana lebih “hidup” dapat
dilakukan: (salah satu)
v Mengajukan pertanyaan yang bersifat retorikal
v Membuat definisi/pengertian/sinonim yang tidak “ghaib”
v Mengutip pendapat orang bijak
v Memberikan pertanyaan “misterius”
v Mengemukakan ide yang mendukung pokok bahasan
dengan : analogi ilmiah fakta statistik, kesaksian pakar,
pengalaman tragis/dramatis
• Mengelola hubungan interaktif :
v Menyesuaikan diri dengan pembelajar sebagai pendengar :
bahasa yang digunakan, berbicara efektif, gaya penampilan
v Mendengarkan secara efektif: memberi perhatian khusus
pada penanya
v Menyadari apa yang sedang terjadi ketika proses
pembelajaran sedang berlangsung: keadaan tiap individu,
suasana kelas, sarana, lingkungan dll.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 93


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

v Ekspresi wajah ramah, gerak tubuh dinamis tapi wajar,


volume suara, intonasi, kecepatan berbicara.
b. Sistematika penyajian
c. Penggunaan Bahasa, Volume suara, Bahasa tubuh dan sikap
terhadap peserta
d. Pemberian motivasi belajar kepada peserta
e. Teknik bertanya Efektif
v Cara/kaidah pertanyaan: dirumuskan secara jelas, bersifat
sederhana, bersifat menantang, bersifat khusus
v Kesesuaian pertanyaan dengan tujuan/moment:
pertanyaan yang dianjurkan mempunyai tujuan tertentu
dan sesuai dengan momentumnya
v Cara menanggapi jawaban :
• Untuk pertanyaan yang dijawab sekali benar
• Untuk pertanyaan yang dijawab kurang benar
• Untuk pertanyaan yang dijawab berkali-kali baru
benar
• Untuk pertanyaan yang sasarannya tidak mau
menjawab
v Cara menanggapi pertanyaan : Seluruh pertanyaan dari
pembelajar dilempar ke forum dan dibimbing untuk
menemukanjawabannya
2. Pemilihan metoda pembelajaran :
v Beragam metoda yang digunakan sesuai dengan dinamika kelas
v Kesesuaian setiap metoda yang digunakan dengan TPK
v Pengembangan/kreatifitas metoda yang digunakan
3. Pemilihan media & Alat Bantu Pembelajaran (APB) :
v Beragam media & APB yang digunakan sesuai dengan dinamika
kelas
v Kesesuaian setiap media & APB yang digunakan dengan TPK
v Pengembangan/kreatifitas media & APB yang digunakan
4. Penguasaan substansi materi bahasan:
Pembahasan diarahkan pada materi inti, aplikasi dan penunjang
secara proporsi sesuai TPU/TPK :
v Harus dikuasai sepenuhnya (materi inti yang sesuai dengan
TPU/TPK)
v Perlu dikuasai (materi aplikasi yang berkaitan dengan TPU/TPK)
v Baik untuk diketahui (materi penunjang yang mendukung TPU/
TPK)
5. Ketetapan alokasi waktu: Penggunaan waktu secara efektif dengan
proporsi:

94 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

v >75% digunakan untuk membahas materi yang harus dibahas


sesuai TPU/TPK
v <15% digunakan untuk membahas materi yang perlu dibahas
sesuai TPU/TPK
v <10% digunakan untuk membahas materi yang baik untuk
dibahas sesuai TPU/TPK

C. PENGAKHIRAN KEGIATAN PEMBELAJARAN


1. Merangkum sesi pembelajaran:
Syarat : Singkat, menggambarkan satu kesatuan butir-butir inti dan
melibatkan sebagian besar pembelajar.
Teknik yang digunakan: (salah satu)
v Meminta pembelajar bertanya dan jawaban dilemparkan ke
forum dengan metoda curah pendapat
v Bertanya kepada pembelajar dimulai dengan butir pertanyaan
mudah kemudian menuju butir yang sulit
v Latihan tes tertulis (semacam post test) hasil test dibahas
ulang di forum kelas
v Tanya jawab saling-silang antar kelompok sesuai dengan
jumlah pokok bahasan/sub pokok bahasan. Kelompok A
membuat pertanyaan untuk dijawab oleh kelompok B dan
sebaliknya.
2. Penyimpulan pokok bahasan kesesuaian dengan TPU/TPK dan
pemberian pesan tindak lanjut
Menanyangkan kembali slide/ transparent yang memuat TPU/TPK
dan pembelajar diminta untuk menilai tingkat ketercapaiannya.
Pesan tindak lanjut (jika ada)
3. Pengucapan terima kasih dan salam perpisahan:
v Ucapan terima kasih karena telah sama-sama berhasil
mencapai TPU/TPK dengan sukses
v Ucapan maaf kalau ada yang kurang berkenan
v Salam perpisahan, berpamitan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 95


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

1. Contoh Format Satuan Acara Pembelajaran (SAP)


SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )

1. Nama Diklat :

2. Mata Diklat :

3. Alokasi Waktu :

4. Deskripsi Singkat :

Tujuan Pembelajaran
a. Umum
5. :
b. Khusus

6. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


a. Materi Pokok :

7. KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEGIATAN MEDIA / ALAT


TAHAPAN KEGIATAN METODE WAKTU
FASILITATOR PESERTA BANTU

1 2 3 4 5 6

1. Pendahulan (Pengkondisian)

2. Penyampaian Materi

3. Penutup

8. Evaluasi Pembelajaran :

9. Referensi :
.............................. , ............................

(................................................)

-------------------------------------

96 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 7.

MATERI PENUNJANG 1: MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (BLC)


Lembar penugasan
Total Penugasan: 115 menit (3 JP)
A. Permainan untuk Perkenalan dan Pencairan Suasana
Perkenalan dan Pencairan Suasana
(Masuk kedalam dinamika kelompok untuk perkenalan)
Untuk memfasilitasi proses perkenalan dan pencairan suasana, fasilitator dapat
melakukan kegiatan interaktif melalui berbagai cara, seperti pada contoh berikut:
Deskripsi singkat:
Perkenalan merupakan proses yang sangat penting dalam suasana pelatihan
untuk menciptakan suasana akrab dan dinamika positif. Fasilitator harus
menyiapkan suasana agar para peserta, termasuk fasilitator, dapat saling
mengenal satu sama lain. Proses perkenalan yang dinamis dapat mencairkan
suasana, menciptakan kondisi belajar yang mendukung dimana para peserta
dapat dengan leluasa mengungkapkan gagasan, ide dan pengalamannya, serta
berbagi untuk memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku
hidup bersih dan sehat dan masalah kesehatan secara umum. Proses belajar
akan lebih kaya dengan pembuktian yang ada di masyarakat.
Metode: Permainan Kreatif
Waktu: 20 menit
Tujuan
o Mencairkan situasi kaku dan saling mengenal antar peserta sehingga
mudah untuk bekerjasama,
o Terjadinya interaksi antar individu dalam kelompok secara lebih
mendalam dan dinamis,
o Terbentuknya sikap kesetiakawanan, keterbukaan dan kebersamaan
antar seluruh peserta.
Alat Bantu (tergantung kepada permainan yang digunakan). Misalnya:
a. Spidol,
b. Kertas Plano,
c. Kertas metaplan,
d. Bola Plastik/bola yang terbuat dari kertas Koran,
Langkah-langkah:
Acara perkenalan bisa dilakukan dengan beberapa cara, berikut ini 2 alternatif
yang bisa digunakan:
• Alternatif 1: Bagilah seluruh partisipan (peserta, fasilitator dan panitia)
menjadi beberapa kelompok (5-6 kelompok). Pada setiap kelompok,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 97


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

setiap individu memperkenalkan dirinya kepada anggota kelompok


lainnya (nama lengkap, nama panggilan dan lembaga asalnya serta bisa
ditambahkan hal-hal lain seperti: tanggal lahir, status perkawinan, jumlah
anak, hobi, bintang film yang disukai, dll.). Perkenalan bisa dilanjutkan
ke tingkat pleno, misalnya dengan cara meminta kesediaan perwakilan
kelompok untuk memperkenalkan seluruh anggota kelompoknya. Jika
seluruh anggota kelompok telah diperkenalkan, cobalah bersama dengan
seluruh partisipan untuk menghafal bersama nama seluruh partisipan
pelatihan. Puncak acara perkenalan dapat dilakukan dengan menanyakan:
siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Untuk itu, mintalah
kepada partisipan yang mengatakan paling banyak hafal nama partisipan
untuk membuktikan kemampuannya menghafal nama partisipan dengan
cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per satu.
• Alternatif 2: Mintalah partisipan berpasang-pasangan. Disarankan untuk
berpasangan dengan partisipan lain yang belum/ kurang dikenal dan
saling memperkenalkan diri (nama lengkap, nama panggilan, lembaga
asal, tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, dsb.). Setelah
setiap pasangan selesai saling memperkenalkan diri, mintalah mereka
untuk memperkenalkan ke tingkat pleno dengan cara setiap orang
memperkenalkan secara rinci tentang pasangannya. Jika seluruh pasangan
telah diperkenalkan, cobalah bersama dengan seluruh partisipan untuk
menghafal bersama nama seluruh partisipan pelatihan. Puncak acara
perkenalan dapat dilakukan dengan menanyakan: siapa yang paling
banyak hafal nama partisipan? Untuk itu, mintalah kepada partisipan yang
mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan
kemampuannya menghafal nama partisipan dengan cara menyebut nama
dan menunjuk orangnya satu per satu.
Pencairan suasana ditujukan untuk membangun hubungan antar partisipan yang
kondusif (suasana kesetaraan: tidak kaku, tidak formal, tidak ada sekat-sekat)
untuk mencapai tujuan pelatihan dalam tingkat optimal. Pada akhir session
ini, pastikanlah bahwa seluruh partisipan sudah saling mengenal dan memiliki
hubungan yang akrab.
CATATAN:
Ada kemungkinan beberapa partisipan tidak mau terlibat dalam perkenalan
dan pencairan suasana ini. Ajaklah mereka secara persuasif (dengan melibatkan
partisipan lainnya) agar mereka mau terlibat. Jangan paksa mereka, tetapi
jangan pula membatalkan proses karena beberapa individu tidak bersedia
terlibat. Untuk mempercepat perkenalan, peserta diminta menulis nama
panggilan dan asal instansi pada secarik kertas dengan spidol dan ditempelkan
pada dada sebelah kiri.
Untuk membangun komitmen belajar, langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dapat juga dikombinasikan dengan langkah-langkah yang biasa digunakan

98 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

dalam pelatihan-pelatihan STBM. Khusus langkah 4 (30 menit), dapat dilakukan


dengan cara:
1. Fasilitator membuat gambar telapak tangan raksasa di lantai,
2. Fasilitator menanyakan kepada peserta berapa besar tingkat
pemahamannya terhadap materi,
3. Fasilitator meminta para peserta menempatkan dirinya pada salah satu
jari yang dipilih sesuai penilaian terhadap diri sendiri terkait materi yang
ditanya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 99


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 8.

MATERI PENUNJANG 2: ANTI KORUPSI


LEMBAR KERJA
A. Tugas/Latihan PB.1
1. Menurut Anda, apakah ciri-ciri korupsi seperti yang telah Anda baca pada
pokon bahasan ini sudah menggambarkan kondisi yang Anda pernah
ketahui di lingkungan kerja Anda maupun di luar lingkungan kerja Anda?
Diskusikan dengan teman kelompok Anda!
2. Anda sudah menguasai konsep tentang korupsi dan anti korupsi, silahkan
Anda nilai apakah bentuk korupsi dan perbuatan korupsi yang sudah
Anda pelajari, sesuai dengan konsep tersebut? Diskusikan kembali dengan
kelompok Anda
B. Tugas/Latihan PB.2
Setelah Anda mempelajari modul ini, diskusikan di dalam kelompok Anda
tentang: Dampak pendidikan budaya anti korupsi
C. Tugas/Latihan PB.3
Setelah Anda mempelajari modul ini bagaimana komentar Anda terhadap:
1. Berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk memberantas korupsi
yang dikembangkan dalam Upaya Pencegahan Korupsi secara tepat dan
benar seperti yang Anda pelajari pada modul ini, bagaimana pandangan
Anda terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh Indonesia?
2. Dalam pemberantasan korupsi sangat penting untuk menghubungkan
strategi atau upaya pemberantasan korupsi dengan melihat karakteristik
dari berbagai pihak yang terlibat serta lingkungan di mana mereka bekerja
atau beroperasi. Bagaimana komentar Anda terhadap pernyataan tersebut
terkait dengan upaya Pemberantasan Korupsi dengan benar.
Apakah Strategi Komunikasi Pemberantasan Anti Korupsi (PAK) seperti yang
Anda pelajari pada pokok bahasan tersebut yaitu dengan adanya regulasi,
perbaikan sistem, dan perbaikan manusianya, merupakan cara yang efektif
untuk memberantas korupsi. Diskusikan di dalam kelompok Anda!
D. Tugas/Latihan PB.4
Setelah Anda mempelajari pokok bahasan tersebut di atas, ada dua hal penting
yang perlu didiskusikan lebih lanjut di dalam kelompok masing-masing yaitu:
1. Nilai-nilai yang merupakan landasan untuk menegakkan prinsip anti
korupsi.
2. Mengapa nilai- nilai anti korupsi dimulai secara internal sejak dari dalam
keluarga, budaya dan nilai agama.

100 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Masing-masing Jari dapat diartikan:


1. Jempol: sudah tahu STBM, sudah tahu stunting, sudah trampil dalam
memicu, dan mampu untuk menularkan pengetahuan STBM dan
stunting kepada orang lain.
2. Telunjuk: sudah pernah melakukan pemicuan STBM dan sudah pernah
melakukan screening/konseling gizi.
3. Jari Tengah: Tahu kedua konsep: STBM dan Stunting.
4. Jari manis: Tahu salah satu konsep: STBM atau Stunting.
5. Kelingking: baru dengar tentang STBM dan Stunting, tau kepanjangan,
belum tahu sama sekali.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 101


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 9.

MATERI PENUNJANG 3: RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)


LEMBAR PANDUAN/PENUGASAN (Total Penugasan: 90 menit (2 JPL)
1. Pedoman Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
PB/SPB : PB 1, 2, dam 3 Rencana Tindak Lanjut
Metode : Diskusi Kelompok (90 menit)
Tujuan:
Setelah melakukan diskusi kelompon, peserta mampu menyusun RTL
Langkah-langkah:
1. Masing-masing kelompok menyusun RTL, yang mencakup aspek:
a. Jenis kegiatan
b. Tujuan
c. Sasaran (orang dan lokasi)
d. Cara / metode
e. Waktu dan tempat
f. Sumber dana
g. Penanggung Jawab
h. Indikator keberhasilan
Penyusunan RTL dapat menggunakan format sebagai berikut:
Format Isian Rencana Tindak Lanjut

SUMBER PELAKSANA/
CARA/ WAKTU INDIKATOR
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN DANA / PENANGGUNG
METODE &TEMPAT KEBERHASILAN
BIAYA JAWAB

1 2 3 4 5 6 7 8

1.

2.

3.

DST

102 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 10.

PRE dan POST TEST


Petunjuk :
1. Jawablah soal-soal di bawah ini pda lembar jawaban yang telah disediakan.
2. Tuliskan nama saudara pada lembar jawaban.
3. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap benar.
4. Pilih jawaban yang menurut Saudara paling tepat.
5. Untuk setiap soal hanya ada satu pilihan jawaban.
6. Apabila ada piihan jawaban yang dianggap belum tepat, berilah tanda bulatan
(o) pada jawaban yang sudah diberi tanda silang dan silahkan memilih jawaban
lain yang dianggap benar.
Soal :
MD.1 Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan
Perbaikan Gizi dengan STBM
1. Berikut ini merupakan salah satu dari 3 pilar program Indonesia sehat:
a. Paradigma sehat
b. upaya kuratif
c. upaya rehabilitatif
d. upaya informatif
2. Strategi yang dilakukan dalam paradigma sehat adalah?
a. Upaya kuratif
b. upaya rehabilitatif
c. pemberdayaan
d. penguatan pelayanan kesehatan
3. Masa emas (golden period) pada masa pertumbuhan manusia dikenal dengan
istilah:
a. masa kehamilan
b. masa remaja
c. masa 1000 Hari Pertama Kehidupan
d. masa menyusui
4. Intervensi yang mempunyai kontribusi sampai 70% dalam perbaikan gizi balita
adalah:
a. Intervensi sensitif
b. Intervensi spesifik
c. Intervensi sektor kesehatan
d. Intervensi partisipatif

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 103


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

5. Sebagai contoh intervensi adalah pemberian makanan tambahan pada ibu


hamil. Bentuk intervensi tersebut merupakan contoh dari:
a. Intervensi sensitif
b. Intervensi spesifik
c. Intervensi sektor kesehatan
d. Intervensi partisipatif
6. Intervensi yang mempunyai kontribusi sampai 30% dalam perbaikan gizi balita
adalah:
a. Intervensi sensitif
b. Intervensi spesifik
c. Intervensi sektor kesehatan
d. Intervensi partisipatif
7. Indikator % cakupan pemberian MP ASI anak usia > 6 bulan merupakan kegiatan
dari:
a. Perlindungan terhadap kekurangan yodium
b. Perlindungan terhadap kekurangan zat besi
c. Pemberian makanan pendamping AsiI (MPASI)
d. Fortifikasi pangan
8. Gugus tugas Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dipimpin oleh:
a. Menteri Kesehatan
b. Menteri pertanian
c. Menteri kesejahteraan sosial
d. Menteri Koordinator Pembangunan manusia dan kebudayaan
9. Berikut ini yang merupakan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yaitu:
a. Perilaku tidak merokok
b. Perilaku tidak minum alkohol
c. Peningkatan aktifitas fisik
d. Kebiasaan makan sayur dan buah
10. Pendekatan keluarga yang dilakukan untuk meningkatkan jangkauan sasaran
pelayanan kesehatan dengan cara:
a. Kunjungan keluarga
b. Pemberdayaan masyarakat
c. Partisipasi masyarakat
d. Pos pelayanan terpadu
MI. 1 Konsep Dasar STBM dan Stunting
1. Stunting adalah.........
a. Kondisi anak dimana Berat Badan menurut umurnya tidak
normal(tidak sesuai standar)
b. Kondisi anak dimana Berat Badan menurut Tinggi Badannya tidak normal
c. Kondisi anak dimana Panjang Badan menurut umurnya tidak normal
d. Kondisi anak dimana Indeks masa Tubuh menurut umurnya tidak normal

104 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

2. Faktor penyebab langsung terjadinya “stunting” adalah.....


a. Sosial politik budaya dan budaya
b. Asupan yang kurang dan penyakit infeksi
c. Sanitasi dan pelayanan kesehatan
d. Karena anak sering sakit
3. Stunting pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena.......
a. Ibu hamil yang menderita Kurang Energi Khronis (KEK)
b. Ibu hamil yang tinggi badannya lebih dari 150 cm
c. Ibu hamil yang usainya diatas umur 30 tahun
d. Bayi yang diberi ASI ekslusif
4. Akibat dari anak yang menderita stunting
a. Anak gemuk dan gangguan pendengaran
b. Anak kurus dan mudah terserang panyakit
c. Anak kurus dan pertumbuhan sel otak terganggu
d. Anak pendek dan pertumbuhan sel otak terganggu
5. Penanggulangan stunting pada bayi & anak 0-24 bulan dari aspek gizi
a. Pemantauan pertumbuhan, Pemberian ASI ekslusif, Pemberian makan
sesuai anjuran
b. Pemantauan pertumbuhan, Pemberian susu pengganti ASI, Makanan
bervariasi
c. Pemberian makanan sesuai anjuran, Pemberian ASI ekslusif,
Immunisasi
d. Immunisasi, Penimbangan secara rutin dan Pemberian makanan
tambahan
6. Komponen STBM yang mencakup advokasi kepada pemerintah, pemerintah
daerah, dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama
untuk melembagakan program pembangunan sanitasi perdesaan, yaitu
a. Penciptaan lingkungan yang kondusif
b. Peningkatan kebutuhan sanitasi
c. Peningkatan penyediaan akses sanitasi
d. Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi
7. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah:
a. Pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan untuk menurunkan
kejadian diare.
b. Pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan saniter melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
c. Pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
untuk menurunkan kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis
lingkungan lainnya.
d. Pendekatan untuk merubah perilaku hidup bersih dan sehat melalui
upaya pemberdayaan masyarakat

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 105


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

8. Yang tidak termasuk upaya untuk mencegah terjadinya stunting adalah:


a. Perbaikan kondisi sanitasi lingkungan.
b. Bayi mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang
c. Bayi mendapatkan imunisasi yang lengkap
d. Menggalakkan posyandu
9. Tiga pondasi utama perubahan perilaku fasilitator, adalah:
a. Perubahan perilaku dan kebiasaan (Attitude and behavior change),
berbagi (sharing), dan metode (method).
b. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment),
peningkatan kebutuhan (demand creation), dan peningkatan suplai
layanan (supply creation).
c. Inisiatif masyarakat, totalitas, dan solidaritas masyarakat.
d. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment),
totalitas dan solidaritas masyarakat, dan peningkatan suplai layanan
(supply creation).
10. Seorang fasilitator STBM hendaknya menempatkan masyarakat sebagai:
a. Mitra kerja
b. Guru
c. Kelompok yang perlu ditolong
d. Kelompok yang perlu diajar
11. Seorang fasilitator hendaknya memiliki perilaku:
a. Sebagai penolong masyarakat
b. Sebagai guru masyarakat
c. Sebagai motivator dan pendamping bagi masyarakat
d. Sebagai pemberi solusi atas permasalahan masyarakat
12. Penyakit diare dalam tinja dapat disebarkan melalui:
a. Air, tanah, lalat, makanan, kaki
b. Air, tanah, lalat, tangan, makanan
c. Tangan, kaki, tanah, lalat
d. Tangan, air, kaki, lalat
13. Di bawah ini yang bukan termasuk prinsip-prinsip STBM adalah:
a. Masyarakat sebagai pemimpin
b. Tanpa subsidi
c. Melakukan penyuluhan
d. Totalitas seluruh komponen masyarakat
14. Yang tidak termasuk manfaat dari Peta sanitasi di masyarakat?
a. Sebagai media bagi Puskemas untuk membangun fasilitas sanitasi
b. Mengetahui kondisi sanitasi yang ada di masyarakat
c. Sebagai alat memicu masyarakat yang belum mengakses jamban
sehat
d. Sebagai alat monitoring perkembangan akses sanitasi di masyarakat

106 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

15. Tingkatan partisipasi masyarakat yang paling sesuai dengan pendekatan STBM adalah:
a. Masyarakat hanya menerima informasi
b. Masyarakat mulai diajak untuk berunding
c. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan
pihak luar
d. Masyarakat mendapatkan wewenang untuk mengatur sumber daya
dan membuat keputusan
16. Urutan pendampingan STBM ke masyarakat adalah:
1. Monitoring dan Verifikasi
2. Pemicuan
3. Pengumpulan data awal
4. Advokasi kepada Toma Toga
a. 1-3-2-4
b. 3-4-2-1
c. 2-3-1-4
d. 3-1-2-4
17. Sebelum melakukan pemicuan perlu dikumpulkan data awal. Data yang tidak
perlu dikumpulkan di tingkat desa adalah:
a. Data awal jumlah masyarakat yang memiliki dan menggunakan
jamban sehat, tidak sehat, numpang, dan BAB sembarangan
b. Data awal volume limbah ternak
c. Data awal jumlah keluarga yang telah mengelola limbah cair
d. Data awal jumlah keluarga yang telah mengelola sampahnya
18. Tim Pemicu terdiri dari unsur apa saja?
a. Fasilitator utama, pembuat peta sosial, perekam proses, penjaga alur,
dan penata suasana.
b. Fasilitator utama, asisten fasilitator, perekam proses, penjaga alur,
dan penata suasana.
c. Fasilitator utama, promotor kesehatan, perekam proses, penjaga alur,
dan penata suasana.
d. Promotor kesehatan, fasilitator, pembuat peta sosial, penjaga alur,
dan penata suasana.
19. Dibawah ini yang tidak termasuk dalam elemen pemicuan, sbb :
a. Rasa malu dan takut sakit.
b. Takut dosa.
c. Harga diri
d. Sakit hati
20. Dalam jendela fasilitator, seorang fasilitator harus:
a. Banyak bertanya, banyak menjelaskan
b. Banyak bertanya, sedikit menjelaskan
c. Sedikit bertanya, banyak menjelaskan
d. Sedikit bertanya, sedikit menjelaskan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 107


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

21. Jika masyarakat ingin membangun jamban sehat dengan harga terjangkau bisa
menghubungi siapa?
a. Toko material.
b. Wirausaha sanitasi dan penyedia layanan sanitasi
c. Koperasi.
d. Puskesmas.
22. Yang bukan bagian dari manfaat kegiatan monitoring dalam STBM adalah:
a. Mengetahui perkembangan komitmen masyarakat
b. Memberikan informasi untuk kegiatan tindak lanjut
c. Strategi perencanaan kegiatan
d. Mendapatkan dana bantuan
23. Strategi pelaksanaan monitoring STBM di desa sebagai berikut, kecuali:
a. Pelibatan aktif kader dengan melibatkan komite/natural leader dan
kelompok-kelompok yang ada di masyarakat
b. Menggunakan peta sanitasi dan melihat data perkembangan
c. Dilakukan secara berkala, terjadual dan berkelanjutan
d. Melalui pertemuan pleno desa
24. Kegiatan pemicuan terdiri dari tiga tahapan yaitu pra pemicuan, pemicuan dan
paska pemicuan. Yang tidak perlu dipersiapkan dalam pemicuan, adalah:
a. Tim pemicu
b. Alat dan bahan pemicuan, format-format pendukung
c. Menghadirkan Toma dan Toga
d. Pengumpulan data awal
25. Kegiatan-kegiatan paska pemicuan, kecuali:
a. Monitoring dan membangun ulang komitmen
b. Mempersiapkan alat dan bahan pemicuan
c. Pemicuan lanjutan
d. Membangun jejaring dengan wirausaha sanitasi dan penyedia jasa
sanitasi
MI. 2 Pemberdayaan Masyarakat STBM-Stunting
1. Pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam
pembangunan kesehatan karena?
a. 80% sumber daya pembangunan berasal dari kontribusi/partisipasi
masyarakat.
b. Perilaku masyarakat merupakan faktor utama terjadinya masalah
kesehatan.
c. Pemerintah memiliki cukup sumber dana untuk mengatasi masalah
kesehatan masyarakat.
d. Masalah kesehatan masyarakat semakin kompleks dan mahal.
2. Keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan
melaksanakan keputusan disebut?

108 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

a. Pelibatan masyarakat
b. Partisipasi masyarakat
c. Pemberdayaan masyarakat
d. Pengembangan masyarakat
3. Kunci partisipasi masyarakat dalam STBM adalah?
a. STBM adalah inisiatif masyarakat, dilakukan secara total, memerlukan
solidaritas masyarakat, dan semua oleh masyarakat.
b. STBM adalah inisiatif fasilitator, dilakukan secara total, memerlukan
solidaritas bersama, dan didukung oleh pemerintah.
c. STBM adalah inisiatif bersama masyarakat dan pemerintah, dilakukan
secara total, memerlukan solidaritas masyarakat, dan semua oleh
masyarakat.
d. STBM adalah inisiatif masyarakat, dilakukan bersama total,
memerlukan partisipasi masyarakat, dan semua oleh masyarakat.
4. Tingkatan partisipasi masyarakat dalam STBM-Stunting adalah?
a. Masyarakat hanya menerima informasi
b. Masyarakat mulai diajak untuk berunding
c. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan
pihak luar
d. Masyarakat memiliki wewenang untuk mengatur sumber daya dan
membuat keputusan.
5. Pemberdayaan masyarakat Adalah?
a. Instruksi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat.
b. Fasilitasi non instruktif untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat.
c. Dukungan pemerintah untuk mendidik dan meningkatkan
kemampuan masyarakat.
d. Bantuan fasilitator untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan
dan melakukan pemecahan masalah di masyarakat.
6. Pemberdayaan masyarakat bersifat dua arah atau resiprokal, artinya?
a. Pemerintah memberi informasi dan instruksi, masyarakat melakukan
kegiatan.
b. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya
kemudian membuat rencana tindak lanjut.
c. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya,
membuat rencana, menerapkan, mengevaluasi, dan memberi umpan
balik kepada pemerintah.
d. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya,
membuat rencana, menerapkan, mengevaluasi, memberi umpan
balik kepada pemerintah, dan pemerintah memberi respon dan
mengakomodasi umpan balik masyarakat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 109


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

7. Pemberdayaan masyarakat diarahkan agar masyarakat lebih?


a. Mandiri dan kuat
b. Mampu, proaktif, terbuka
c. Mampu, proaktif, dan aspiratif
d. Mandiri, proaktif, terbuka, aspiratif.
8. Yang tidak termasuk prinsip dasar pemberdayaan masyarakat adalah?
a. Kesukarelaan
b. Partisipatif
c. Kesinambungan
d. Keterbukaan
9. Prinsip pemberdayaan masyarakat yang artinya dapat dipertanggungjawabkan
dan terbukan untuk diawasi oleh siapa saja, adalah?
a. Prinsip demokratis
b. Prinsip desentralisasi
c. Prinsip keterbukaan
d. Prinsip akuntabilitas
10. Prinsip-prinsip tambahan atau landasan lain dari pemberdayaan masyarakat
adalah?
a. Prinsip ekologi
b. Prinsip gender
c. Prinsip globalisasi
d. Prinsip perdamaian
11. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi
melaksanakan perilaku. Apakah itu dalam pemberdayaan masyarakat?
a. Prinsip pemberdayaan masyarakat
b. Tahapan pemberdayaan masyarakat
c. Tingkatan pemberdayaan masyarakat
d. Strategi pemberdayaan masyarakat
12. Dimanakah tercantum pedoman tentang pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan?
a. Permenkes No. 3/2014
b. Permenkes No. 45/2014
c. Permenkes No. 65/2013
d. Permenkes No. 3/2013
13. Ada berapakah strategi pemberdayaan masyarakat menurut Permenkes terkait
Pemberdayaan Masyarakat di bidang kesehatan?
a. 4 strategi
b. 5 strategi
c. 6 strategi
d. 7 strategi

110 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

14. Yang tidak termasuk kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah?


a. Membangun kesadaran kritis masyarakat
b. Perencanaan partisipatif
c. Pengorganisasian masyarakat
d. Pemberian instruksi
15. Ada berapa pilar yang disasar dalam STBM-Stunting?
a. 5 pilar
b. 6 pilar
c. 7 pilar
d. 8 pilar
16. Pengecekan lingkar lengan atas dilakukan kepada?
a. Remaja Putri
b. Wanita Usia Subur
c. Ibu Hamil
d. Ibu Menyusui
17. Anemia disebabkan karena?
a. Kurang makan sayur
b. Kurang makan buah
c. Kekurangan zat besi
d. Kurang makan ikan
18. Faktor penyebab utama masalah kesehatan masyarakat adalah:
a. Genetik
b. Perilaku
c. Pelayanan Kesehatan
d. Lingkungan
19. Batasan lingkar lengan atas yang digunakan untuk mengidentifikasi Kekurangan
Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil adalah:
a. =< 23.5 cm
b. > 23,0 cm
c. < 28,0 cm
d. > 28,0 cm
20. Salah satu kunci untuk terbentuknya partisipasi masyarakat adalah:
a. Kerjasama
b. Empathy
c. Mau mendengarkan
d. Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada campur tangan pihak luar,
dan biasanya akan muncul “natural leader” di masyarakat.
21. Salah satu tingkatan dalam partisipasi masyarakat adalah:
a. Saling memiliki dalam unsur masyarakat
b. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan
pihak luar.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 111


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

c. Bekerja secara sukarela


d. Saling menghargai dalam berperilaku
22. Prinsip dasar pemberdayaan yang dilandasi kejujuran, saling percaya, dan saling
memperdulikan merupakan prinsip:
a. Otonom
b. Egaliter
c. Akuntabilitas
d. Keterbukaan
23. Strategi yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat adalah:
a. Peningkatan upaya advokasi yang mendukung masyarakat
memperjuangkan kepen­tingan­nya melalui pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan.
b. Peningkatan gotong royong untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat.
c. Keterbukaan bagi setiap anggota masyarakat
d. Upaya perubahan perilaku masyarakat yang terus menerus.
24. Dari hasil kajian menunjukkan bahwa pentingnya pemberdayaan masyarakat
dilandasi oleh:
a. Keterbatasan man, money, material dan method
b. Ternyata 70% sumber daya pembangunan nasional berasal dari
kontribusi /partisipasi masyarakat
c. Ternyata perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab utama
masalah kesehatan.
d. Keberlangsungan program kesehatan.
25. Tingkatan dari partisipasi masyakat yang paling rendah adalah:
a. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan
pihak luar
b. Masyarakat hanya menerima informasi
c. Masyarakat mulai diajak untuk berunding;
d. Masyarakat memiliki wewenang untuk mengatur sumber daya dan
membuat keputusan.

112 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

MI. 3 Advokasi dan Fasilitasi STBM-Stunting


1. Advokasi adalah :
a. Proses penyampaian pesan kepada pemangku kebijakan
(stakeholders), sehingga stakehol­der tersebut fahan aka nisi pesannya
b. Proses penyampaian pesan yang ditujukan kepada tokoh masyarakat
agar mau melakukan perubahan perilaku
c. Proses penyampaian pesan kepada masyarakat agar masyarakat mau
melakukan perubahan
d. Kegiatan dalam rangka mempengaruhi pihak terkait untuk mendapat­
kan komitmen yang mendukung kepentingan masyarakat
2. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan advokasi adalah :
a. Inventarisasi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang akan
diselesaikan
b. Inventarisasi isu dan kemudian menetapkan isu strategis
c. Inventarisasi sasaran yang terkena masalah
d. Menghubungi media massa
3. Kriteria dalam memilih isu, antara lain adalah
a. Isu yang realistis, bukan angan-angan
b. Isu yang mempengaruhi banyak orang
c. Isunya jelas dan dapat diukur
d. Isunya mudah disampaikan
4. Salah satu kriteria pesan advokasi yang efektif adalah call to action, artinya :
a. Pesan harus dapat mendorong stakeholders untuk bertindak atau
berbuat
b. Menarik bagi siapa saja yang mendengarnya
c. Mendorong masyarakat untuk bertindak
d. Masyarakat merasa terpanggil
5. Pesan advokasi sebaiknya bersifat :
a. Peringatan dini
b. Larangan
c. Petunjuk untuk berbuat
d. Membujuk agar berubah
6. Pengertian fasilitasi:
a. Fasilitasi adalah proses percakapan dan diskusi warga/ anggota
kelompok. Karenanya, fasilitator bicara jauh lebih banyak.
b. Fasilitasi adalah proses sadar untuk membantu suatu kelompok
masyarakat sehingga dapat berhasil melaksanakan tugas mereka
sambil tetap menjaga eksistensi kelompok itu.
c. Fasilitasi adalah proses belajar. Hal ini memerlukan ruangan dan
tempat yang nyaman.
d. Fasilitasi adalah menyampaikan suatu materi atau pesan untuk
mempermudah dalam menentukan pilihan solusi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 113


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

7. Prinsip fasilitasi:
a. Prinsip fasilitator harus netral dan hanya berorientasi pada kepada isi
dari sebuah diskusi.
b. Prinsip utama fasilitasi adalah proses, bukan isi.
c. Fasilitator tidak sama dengan masyarakat sehingga tidak sederajat
dan bukan bagian dari warga masyarakat yang bekerja langsung
bersama mereka
d. Fasilitator lebih banyak menjawab dan bicara namun hanya memakan
waktu sekitar 10 menit
8. Perilaku Fasilitator dalam STBM-Stunting
a. Langsung menjawab pertanyaan masyarakat sasaran agar masyarakat
puas.
b. Bersikap kritis dan ingin menggali lebih dalam
c. Memberikan berbagai solusi dari permasalahan yang ada untuk
dipilih oleh masyarakat
d. Mengajari/menggurui/menyuruh ataupun menganjurkan sasaran
untuk berbuat ini dan itu
9. Fasilitasi yang Harus Dilakukan dan Dihindari dalam STBM-Stunting
a. Jangan memfasilitasi masyarakat untuk menganalisa kondisi mereka,
yang memicu rasa jijik dan malu. Tapi minta masyarakat membuat
jamban, sarana dan prasarana
b. Jangan menjadi pemimpin atau mendominasi proses diskusi. Dan
biarkan masyarakat yang berbicara/diskusi lebih banyak (masyarakat
yang memimpin)
c. Jangan biarkan masyarakat menyadarinya sendiri. Tapi beritahu apa
yang baik dan apa yang buruk
d. Jangan libatkan masyarakat pada setiap proses fasilitasi. Berikan alat
atau petunjuk kepada orang per orang.
10. Tiga pilar utama perubahan perilaku yang harus dihilangkan agar terjadi proses
penerapan metode dan sharing dengan baik adalah:
a. Proses fasilitasi, metode, dan perubahan perilaku.
b. Profesional, personal, dan institusional.
c. Metode, alat bantu, dan kebiasaan.
d. Kebiasaan, metode dan proses sharing
11. Fasilitator STBM-Stunting menghadapi kondisi di lokasi yang sudah ada subsidi
dan harus menerapkan prinsip tanpa subsidi, apa yang harus dilakukan oleh
fasilitator:
a. Pindah ke lokasi yang lain
b. Melakukan advokasi ulang
c. Menawarkan subsidi
d. Melakukan loby ke tingkat lebih tinggi

114 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

12. Berdasarkan 4 jendela peran fasilitator, maka posisi Fasilitator dalam hal ini
adalah:
a. Banyak menjelaskan/ menerangkan dan sedikit bertanya
b. Banyak bertanya dan banyak menjelaskan/menerangkan
c. Sedikit bertanya dan sedikit menjelaskan/menerangkan
d. Sedikit menjelaskan/menerangkan dan banyak bertanya
13. Untuk mengungkapkan Fakta biasanya memakai kata Tanya:
a. APA, MENGAPA, DIMANA
b. APA, SIAPA, DIMANA, KAPAN
c. APA, BAGAIMANA, DIMANA
d. APA, MENGAPA, KAPAN, SIAPA
14. Tips untuk mengelola anggota kelompok diskusi yang sulit terutama tipe
“Pendiam atau Pemalu” adalah:
a. Ingatkan kelompok tentang aturan. Hadapi perilakunya ketika
terjadi. Bentuk alternatif non-agresif. Diskusikan akibatnya dengan
keseluruhan kelompok.
b. Catat tingkat keikut sertaan. Tempatkan dalam kelompok yang sama
dengan pelatih. Minta diam. Undang untuk ikut bertangggung jawab
atas peran serta yang lain.
c. Hargai. Semangati apapun jawabannya. Berikan umpan balik secara
tersendiri. Beri waktu untuk mempersiapkan suatu topik, dan beri
tahu sebelumnya. Undang untuk bicara perlahan. Tempatkan dalam
kelompok yang saling membantu dan lebih kecil.
d. Diskusikan dalam kelompok mengenai kegunaan dan penyalahgunaan
humor. Hadapi pelakunya. Berikan umpan balik – beri waktu untuk
berubah. Dukung perilaku yang berbeda dari yang ini.
15. Tips untuk mengelola anggota kelompok diskusi yang sulit terutama tipe
“Agresif” adalah:
a. Catat tingkat keikut sertaan. Tempatkan dalam kelompok yang sama
dengan pelatih. Minta diam. Undang untuk ikut bertangggung jawab
atas peran serta yang lain.
b. Hargai. Semangati apapun jawabannya. Berikan umpan balik secara
tersendiri. Beri waktu untuk mempersiapkan suatu topik, dan beri
tahu sebelumnya. Undang untuk bicara perlahan. Tempatkan dalam
kelompok yang saling membantu dan lebih kecil.
c. Diskusikan dalam kelompok mengenai kegunaan dan penyalahgunaan
humor. Hadapi pelakunya. Berikan umpan balik – beri waktu untuk
berubah. Dukung perilaku yang berbeda dari yang ini.
d. Ingatkan kelompok tentang aturan. Hadapi perilakunya ketika
terjadi. Bentuk alternatif non-agresif. Diskusikan akibatnya dengan
keseluruhan kelompok.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 115


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

16. Berdasarkan 4 jendela peran fasilitator, maka posisi Fasilitator dalam hal ini
adalah:
a. Banyak menjelaskan/ menerangkan dan sedikit bertanya
b. Banyak bertanya dan banyak menjelaskan/menerangkan
c. Sedikit bertanya dan sedikit menjelaskan/menerangkan
d. Sedikit menjelaskan/menerangkan dan banyak bertanya

MI. 4 Pemicuan STBM-Stunting


1. Pada saat persalinan, setelah bayi lahir harus dilakukan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD), yang dimaksud dengan IMD adalah :
a. IMD adalah proses menyusu dimulai secepatnya segera setelah lahir.
Dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya
segera setelah lahir dan berlangsung minimal satu jam
b. IMD adalah proses menyusu dimulai secepatnya setelah lahir dan
dimandikan. Dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi
dengan ibunya dan berlangsung minimal satu jam
c. IMD adalah proses menyusu dimulai secepatnya segera setelah lahir.
Dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya
segera setelah lahir dan berlangsung secepatnya
d. IMD adalah proses menyusu dimulai secepatnya segera setelah lahir.
Dilakukan dengan cara mendekatkan bayi dengan puting ibunya
segera setelah lahir
2. Pemberian ASI (air susu ibu) dikatakan ASI Eksklusif bila ibu menyusui bayinya :
a. Dari lahir sampai usia 24 bulan hanya diberikan Asi saja
b. Dari lahir sampai usia 6 bulan hanya diberikan ASI saja
c. Dari lahir sampai usia 12 bulan hanya diberikan ASI saja
d. Dari lahir sampai usia 9 bulan hanya diberikan ASI saja
3. MP-ASI (makanan pendamping ASI) diberikan kepada bayi mulai usia:
a. 4 bulan
b. 5 bulan
c. 6 bulan
d. Baru lahir
4. Pemberian MP-ASI pada bayi dan anak harus mempertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut
a. Usia, harga, kekentalan, frekwensi, kebersihan, jumlah, responsif aktif
b. Usia, musim, kekentalan, frekwensi, kebersihan, jumlah, responsive
aktif
c. Usia, frekwensi, jumlah, kekentalan, responsive aktif, kebersihan
d. Usia, peralatan masak, kekentalan, kebersihan, frekwensi, responsive
aktif
5. MP-ASI dengan 4 * (empat bintang) adalah MP-ASI dengan komposisi :
a. Sumber Karbohidrat, Protein, lemak, Vitamin dan mineral
b. Tahu, tepung terigu, ikan, sayuran dan buah-buahan, minyak goreng

116 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

c. Pisang, madu, selai kacang, tepung maezena, mentega


d. Semua benar
6. Pengertian anak stunting secara umum adalah:
a. Anak yang tinggi badannya lebih pendek dari tinggi badan anak
seusianya.
b. Anak yang tinggi badannya lebih tinggi dari tinggi badan anak
seusianya.
c. Anak yang tinggi badannya sama dengan tinggi badan anak seusianya.
d. Anak yang pendek
7. Anak usia di bawah lima tahun (balita) dikatakan normal panjang badannya atau
tinggi badannya bila mempunyai nilai Z-skor berdasarkan indeks PB/U atau TB/U
yaitu:
a. Di bawah -3 SD
b. Di bawah -2 SD
c. -2 SD sampai dengan +2 SD
d. Diatas +2 SD
8. Identifikasi status gizi anak balita (individu atau kelompok) yang membandingkan
hasil pengukuran panjang badan atau tinggi badan dengan ‘cut off point’ dari
standar adalah pengertian dari:
a. Skrining
b. Stunting
c. Antropometri
d. Skrining stunting
9. Menurut penelitian MGRs (WHO 2005), bahwa terdapat perbedaan pengukuran
antara panjang badan dan tinggi badan anak balita sebesar:
a. 0,5 cm
b. 0,6 cm
c. 0,7 cm
d. 0,8 cm
10. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil (bumil) dikatakan menderita Kurang
Energi Kronik (KEK) bila mempunyai Lingkar Lengan Atas (LILA) :
a. Kurang dari 22,5 cm
b. Kurang dari 23,5 cm
c. Sama dengan 23,5 cm
d. Lebih dari 23,5 cm
11. Ouput Pemicuan adalah:
a. Tersedia prevalensi Stunting 20%
b. Terlaksana pemicuan
c. Stunting turun prevalensi
d. Komitmen

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 117


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

12. Identifikasi masalah yang dilakukan secara partisipatif dapat dilakukan melalui:
a. Pemetaan
b. Elemen Pemicuan
c. Komitmen
d. Simulasi
13. Advokasi kepada tokoh masyarakat, dikerjakan pada tahap:
a. Perkenalan
b. Pra Pemicuan
c. Post Pemicuan
d. Pemicuan
14. Memicu rasa malu punya anak Stunting, dikerjakan dengan:
a. Bina Suasana
b. Percontohan
c. Pertanyaan
d. FGD
15. Elemen Pemicuan terdiri dari adalah:
a. 7 Elemen pemicuan
b. 2 Elemen pemicuan
c. 3 Elemen pemicuan
d. 5 Elemen pemicuan

MP. 2 Anti Korupsi


1. Pencegahan dan pemberantasan korupsi diatur dalam:
a. Instruksi Presiden No. 1/2013
b. Peraturan Presiden No. 1/2013
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 3/2014
d. Undang-Undang No. 6/2014
2. Berikut adalah ciri-ciri korupsi, kecuali
a. Merahasiakan motif, ada keuntungan yang ingin diraih
b. Melanggar kaidah kejujuran dan norma hokum
c. Dilakukan oleh satu orang
d. Mengkhianati kepercayaan
3. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negari atau penyelenggara
negara dengan maksud tertentu dalam jabatannya adalah perbuatan korupsi
yang…
a. Pemerasan
b. Korupsi
c. Suap menyuap
d. Perbuatan curang

118 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

4. Yang tidak termasuk tingkatan korupsi adalah:


a. Penyalahgunaan kekuasaan
b. Pengkhianatan terhadap kepercayaan
c. Materi benefit
d. Pemanfaatan hubungan saudara
5. Korupsi terjadi karena kurang adanya teladan dari pimpinan merupakan korupsi
karena aspek
a. Aspek individu
b. Aspek organisasi
c. Aspek masyarakat
d. Aspek sistem
6. Anti korupsi adalah
a. Pencegahan
b. Pengawasan
c. Tindakan
d. Penyadaran
7. Berikut adalah prinsip anti korupsi, kecuali:
a. Akuntabilitas
b. Transparansi
c. Perencanaan
d. Kontrol kebijakan
8. Untuk mencegah korupsi, perlu dilakukan reformasi sebagai berikut:
a. Kelembagaan
b. Monitoring
c. Keuangan
d. Klarifikasi
9. Termasuk strategi komunikasi pemberantasan korupsi, kecuali:
a. Adanya regulasi
b. Adanya perbaikan sistem
c. Perbaikan manusianya
d. Adanya kampanye
10. Cara penanggulangan korupsi adalah:
a. Preventif dan promotif
b. Preventif dan represif
c. Promotif dan represif
d. Preventif, promotif, dan represif

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 119


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

KUNCI JAWABAN

No. MD. 1 MI. 1 MI. 2 MI. 3 MI. 4 MP. 2

1. A C B D A A

2. C B B B B C

3. C A A B C C

4. A D D A C D

5. B A B D D B

6. B A D B A A

7. C B C B C C

8. D C C B D A

9. C A C B C D

10. A B A B B B

11. C B B D

12. B C D A

13. C B B B

14. A D C D

15. D D D A

16. B C D

17. B C

18. B B

19. D A

20. B D

21. B B

22. D D

23. D A

24. D B

25. B B

120 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

Lampiran 11.

FORMAT EVALUASI PELATIH


KOMENTAR dan SARAN

FORM EVALUASI PELATIH / FASILITATOR


(Diisi oleh: Peserta Latih)

1. Nama Pelatihan : ………………………………………………………………………………….

2. Nama Pelatih : ………………………………………………………………………………….

3. Materi : ………………………………………………………………………………….

4. Hari/Tanggal : ………………………………………………………………………………….

5. Waktu/Jam : ………………………………………………………………………………….

PENILAIAN

KOMPONEN
NILAI
No 45

50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

1 Penguasaan Materi

2 Ketepatan Waktu

3 Sistematika Penyajian

Penggunaan Metode dan


4
Alat Bantu Diklat

Empati, Gaya dan Sikap


5
terhadap Peserta

Penggunaan Bahasa dan


6
Volume Suara

Pemberian Motivasi Belajar


7
kepada Peserta

Pencapaian Tujuan
8
Pembelajaran

9 Kesempatan Tanya Jawab

10 Kemampuan Menyajikan

11 Kerapihan Pakaian

Kerjasama antar Tim Pelatih


12
(apabila team teaching)

JUMLAH NILAI

NILAI RATA-RATA ……………..

Keterangan : Bila, 45 – 55 : kurang; 56 – 75 : sedang; 76 – 85 : baik; 86 ke atas sangat baik

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 121


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

KOMENTAR SARAN

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

FORMAT DAFTAR HADIR PESERTA

DAFTAR HADIR PESERTA PEMICUAN

NAMA DESA :
NAMA DUSUN :
RW / RT :
TGL/BLN/THN PEMICUAN :

Jenis

No. Nama Kelamin Alamat No. HP TTD

(L/P)

10

11

122 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

FORMAT LAMPIRAN FORM PEMICUAN

DIISI OLEH TIM PEMICU

NAMA-NAMA WARGA YANG TERPICU


UNTUK;.............................................................................................................
KAB…………………………... PROVINSI ………………………………………..
DESA :
DUSUN / RW /RT :
TGL/BLN/THN PEMICUAN ANGGOTA
TEMPAT PELAKSANAAN PEMICUAN :
NO NAMA KK WAKTU MEMULAI ALAMAT TANDA TANGAN
(DUSUN)

1
1.

2
2.

3
3.

4
4.

5
5.

6
6.

7
7.

8
8.

9
9.

10
10.

11
11.

12
12.

13
13.

14
14.

15
15.
MENGETAHUI,

Kepala Desa/Lurah

( ) ( )

CATATAN;
FORM INI DISESUAIKAN DENGAN KOMITMEN YANG DIHASILKAN MISALNYA ; KOMITMEN MEMBAWA BALITA SETIAP BULAN KE
POSYANDU, KOMITMEN MEBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI DI BAWAH 6 BULAN, KOMITMEN MINUM TABLET TAMBAH DARAH SETIAP
HARI SELAMA HAMIL, KOMITMEN MAKAN MAKANAN YANG BERAGAM SATU PORSI LEBIH BANYAK DARI SEBELUM HAMIL, KOMITMEN
MEMBERIKAN MAKANAN OENDAMPING ASI YANG BERAGAM MULAI USIA ANAK 6 BULAN DAN MENERUSKAN PEMBERIAN ASI SAMPAI 2
TAHUN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 123


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

DIISI OLEH TIM PEMICU

NAMA-NAMA WARGA YANG TERPICU MEMBUAT JAMBAN


KAB…………………………... PROVINSI ………………………………………..
DESA :
DUSUN / RW /RT :
TGL/BLN/THN PEMICUAN :
TEMPAT PELAKSANAAN PEMICUAN :
NO NAMA KK WAKTU PEMBANGUNAN JAMBAN ALAMAT TANDA TANGAN
MULAI SELESAI (DUSUN)

1
1.

2
2.

3
3.

4
4.

5
5.

6
6.

7
7.

8
8.

9
9.

10
10.

11
11.

12
12.

13
13.

14
14.

15
15.

16
16.

17
17.

18
18.

19
19.

20
20.
MENGETAHUI,
PERWAKILAN PUSKESMAS KEPALA DESA ..............................

( ) ( )

124 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

DIISI OLEH TIM PEMICU KECAMATAN/DESA

RENCANA KERJA TINDAK LANJUT


Kab......................................Provinsi.......................................

Nama Desa : ...............................................


Nama Dusun : ...............................................
RT/RW : ...............................................
Tgl/Bln/Thn Pemicuan : ...............................................
NO. RENCANA KERJA

........................................................ 2017

PERWAKILAN PUSKESMAS PERWAKILAN KOMITE

(............................................) (........................................................)

NIP

Mengetahui
Kepala desa/lurah

(..........................................)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 125


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

DIISI OLEH TIM PEMICU KECAMATAN/DESA

PERNYATAAN / KESEPAKATAN WARGA


MERUBAH PERILAKU TIDAK SEHAT

Pada hari ini, .................. tgl ...... bulan ......................... thn .............., kami warga dusun
............................. desa ................................................. Kecamatan .................................
Kabupaten ........................................... Provinsi........................................, setelah dilakukan
kegiatan pemicuan STBM-STUNTING di RT/RW/Dusun.................................. maka kami selaku
masyarakat dusun............................desa ................................................. “bersedia untuk
melakukan perubahan perilaku tidak sehat dengan ;
1. Membangun dan menggunakan jamban sehat serta ”
2. ...............................................................................................................................
3. ...............................................................................................................................
4. ...............................................................................................................................
5. ...............................................................................................................................
6. ...............................................................................................................................
7. ...............................................................................................................................
sebagaimana yang tertuang dalam daftar kesepakatan warga (terlampir).
Demikian kesepakatan warga ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab agar
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Dusun...................Desa .............................. Tgl ........ bln... ......thn 2017

Mengetahui,
Tokoh Masyarakat, Perwakilan Komite

( ....................................................) ( ..............................................................)

Menyetujui,
Kepala Desa ........................................

( ..............................................................)

126 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

DIISI OLEH TIM PEMICU KECAMATAN/DESA

PERNYATAAN / KESEPAKATAN WARGA


MERUBAH PERILAKU TIDAK SEHAT

Pada hari ini, .................. tgl ...... bulan ......................... thn .............., kami warga dusun
............................. desa ................................................. Kecamatan .................................
Kabupaten ........................................... Provinsi........................................, setelah dilakukan
kegiatan pemicuan STBM-STUNTING di RT/RW/Dusun.................................. maka kami selaku
masyarakat dusun............................desa ................................................. “bersedia untuk
melakukan perubahan perilaku tidak sehat dengan ;
1. Membangun dan menggunakan jamban sehat serta ”
2. Membawa anak balita setiap bulan ke posyandu
3. Periksa kehamilan paling sedikit 4 kali selama hamil
4. Anak bayi di bawah enam bulan hanya diberi Asi saja
5. Ibu hamil minum tablet tambah darah selama kehamilan
6. Memberikan makanan pendamping ASI yang tepat jumlah dan jenis mulai bayi usia 6
bulan sambil tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.
7. Ibu hamil makan yang beragam satu porsi lebih banyak dari sebelum hamil
sebagaimana yang tertuang dalam daftar kesepakatan warga (terlampir).
Demikian kesepakatan warga ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab agar
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Dusun...................Desa .............................. Tgl ........ bln... ......thn 2017

Mengetahui,
Tokoh Masyarakat, Perwakilan Komite

( ....................................................) ( ..............................................................)

Menyetujui,
Kepala Desa ........................................

( ..............................................................)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 127


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

DIISI OLEH TIM PEMICU KECAMATAN/DESA

SUSUNAN KOMITE STBM-STUNTING


Kab......................... Provinsi............................
Nama Desa : ...............................................
Nama Dusun : ...............................................
RT/RW : ...............................................
Tgl/Bln/Thn Pemicuan : ..............................................
UNSUR NAMA

KETUA

1. ...........................................................................
2. ...........................................................................
3. ...........................................................................
4. ...........................................................................
ANGGOTA
5. ...........................................................................
6. ...........................................................................
7. ...........................................................................

.............................................................. 2017
........................................................ 2017

PERWAKILAN PUSKESMAS KETUA KOMITE

(............................................) (........................................................)

NIP

MENGETAHUI
KEPALA DESA/LURAH

(..........................................)

128 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

FORMAT EVALUASI PENYELENGGARAAN

HASIL EVALUASI
TERHADAP PENYELENGGARAAN PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT)
(Diisi oleh: Peserta Latih)
Nama Pelatihan: ……………………………….
NILAI
No KOMPONEN
45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

Pengalaman belajar dalam pelatihan


1
ini

Rata-rata penggunaan metode


2
pembelajaran oleh pengajar

Tingkat semangat belajar saudara


3
mengikuti program pelatihan ini

Tingkat kepuasan terhadap


4 penyelenggaraan proses belajar
mengajar

5 Kenyamanan ruang belajar

Penyediaan alat bantu pelatihan di


6
dalam kelas

Penyediaan dan pelayanan bahan


7 belajar (seperti pengadaan, bahan
diskusi)

Penyediaan dan kebersihan kamar


8
kecil

9 Pelayanan sekretariat

10 Penyediaan pelayanan akomodasi

11 Penyediaan dan pelayanan konsumsi

JUMLAH

NILAI RATA-RATA

Keterangan : 45 – 55 : kurang, 56 – 75 : sedang, 76 – 85 : baik, 86 ke atas sangat baik

FORMAT KOMENTAR DAN SARAN

Komentar dan saran terhadap :


1. FASILITATOR
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................

2. PENYELENGGARAAN/PELAYANAN PANITIA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 129


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................

3. PENGENDALI DIKLAT
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................

Hal- hal yang dirasakan membantu maupun menghambat dalam kegiatan pelatihan
ini

YANG DIRASAKAN YANG DIRASAKAN


MEMBANTU MENGHAMBAT

MATERI YANG RELEVAN MATERI YANG KURANG RELEVAN


DALAM PELATIHAN INI DALAM PELATIHAN INI

130 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

TIM
PENYUSUN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 131


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

132 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

TIM PENYUSUN

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat


Direktorat Kesehatan Lingkungan
1. Nugroho Direktorat Kesehatan Lingkungan
2. Yulita Suprihatin Direktorat Kesehatan Lingkungan
3. Indah Hidayat Direktorat Kesehatan Lingkungan
4. Widya Utami Direktorat Kesehatan Lingkungan
5. Adelina Hutahuruk Direktorat Kesehatan Lingkungan
6. Agustina Ruth Sekretariat STBM Nasional
Direktorat Gizi Masyarakat
1. Yuni Zahraini Direktorat Gizi Masyarakat
2. Evarini Ruslina Direktorat Gizi Masyarakat
3. Ivonne Kusumaningtyas Direktorat Gizi Masyarakat
4. Elisa Direktorat Gizi Masyarakat
Sesditjen
1.
Rinda Juwita Sesditjen
Badan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
1. Masnapita Tambunan Pusat Pelatihan
2. Etna Saraswati BBPK Ciloto
3. Zaini Dahlan Pusat Pendidikan
4. Hendro Saputro Pusat Pendidikan
5. Muryoto, SKM, M.Kes Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
6. Nur Hilal, SKM, M.Kes Poltekkes Semarang-Purwokerto
7. Trina Astuti Poltekkes Jakarta II
Asosiasi
1. Alam Harahap HAKLI
2. Titoes Priyo AIP-VOGI
3. Edith Sumedi PERSAGI
Mitra Pembangunan
1. Rahmi Kasri World Bank
2. Nyoman Oka World Bank
3. Elvi Martini World Bank
4. Wano Irwantoro World Bank
5. Hening Darpito MCA-Indonesia
6. Rosnani Pangaribuan MCA-Indonesia
7. Rostia La Ode Pado MCA-Indonesia
8. Ismail Waji MCA-Indonesia
9. Ronie Prasetyo MCA-Indonesia

KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018 133


KURIKULUM PELATIHAN UNTUK PELATIH (TOT) FASILITATOR STBM – STUNTING

134 KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai