Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

MIKROBIOLOGI
“SEL EUKARIOTIK YANG MIKROSKOPIS”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2:

RAMA SYAIDILLAH G701 17 221


FADRIANI G 701 17 165
ATIH MUTMAINAH G 701 15 237
NURLAELAH G 701 17 105

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan Rahmat serta Hidayah-nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusnan makalah yang berjudul “Sel eukariotik yang
mikroskopis”
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan yang harus disempurnakan baik itu dalam sistematika
penulisan dan isi makalah, mengingat kemampuan penulis yang masih rendah
serta masih dalam tahap belajar, oleh karena itu penulis berharap kepada semua
pihak atas kritik dan saran terhadap penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT membalas dengan imbalan
yang setimpal, kepada mereka yang telah memberikan bantuan, dorongan dan
arahan. Dan semoga semua ini bisa menjadi ibadah, amiin yaa robbal‘alamiin.

Palu, 28 Febuari 2019

Kelompok 2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam biologi sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat
hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu
melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk
mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel. Kebanyakan makhluk
hidup tersusun atas sel tunggal atau disebut organisme uniseluler, misalnya
bakteri dan amoeba. Makhluk hidup lainnya termasuk tumbuhan, hewan, dan
manusia, merupakan organisme multiseluler yang terdiri dari banyak tipe sel
terspesialisasi dengan fungsinya masing-masing. Sel-sel pada organisme
multiseluler tidak akan bertahan lama jika masing-masing berdiri sendiri. Sel
yang sama dikelompokkan menjadi jaringan yang membangun organ dan
kemudian sistem organ yang membentuk tubuh organisme tersebut.
Eukariotik berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti “eu =
sebenarnya” dan “karion = membran atau nucleus”. Jadi, sel eukariotik
merupakan jenis sel yang memiliki selaput atau membran untuk membungkus
materi genetik yang terkandung di dalam inti sel agar tidak tersebar. Contoh
makhluk hidup yang memiliki susunan sel eukariotik adalah ganggang
(kecuali ganggang biru), manusia, hewan, tumbuhan, dan jamur (fungi).
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup
eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap
molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Kalangan ilmuwan kerap menggunakan
istilah cendawan sebagai sinonim bagi Fungi. Kata bahasa Inggris fungus
secara langsung diadopsi dari bahasa Latin fungus (jamur), digunakan dalam
tulisan-tulisan Horatius dan Plinius. Kelompok dari semua fungi yang ada di
daerah tertentu dikenal sebagai mikobiota (kata benda jamak, tidak ada
bentuk tunggal). Awam menyebut sebagian besar anggota Fungi sebagai
jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah
penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri.
B. Maksud
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
menjadi inti makalah ini adalah :
1. Memahami Morfologi dan anatomi sel eukariotik
2. Memahami biologi, distribusi dan pengelompokan fungi

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Morfologi dan anatomi sel eukariotik
2. Biologi, distribusi dan pengelompokan fungi
D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini di buat diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk:
1. Dalam bidang ilmu pendidikan, terutama pendidikan farmasi dan biologi
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran laboratorium, terutama
pembelajaran mikrobiologi.
2. Dapat digunakan sebagai latihan dalam menyusun karya ilmiah lainnya.
3. Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang morfologi dan anatomi
sel eukariotik serta biologi dan distribusi pengelompokkan fungi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sel Eukariotik


Eukariotik berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti “eu =
sebenarnya” dan “karion = membran atau nucleus”. Jadi, sel eukariotik
merupakan jenis sel yang memiliki selaput atau membran untuk membungkus
materi genetik yang terkandung di dalam inti sel agar tidak tersebar. Contoh
makhluk hidup yang memiliki susunan sel eukariotik adalah ganggang (kecuali
ganggang biru), manusia, hewan, tumbuhan, dan jamur (fungi). Sedangkan sel
eukariotik merupakan tipe sel yang memiliki sistem endomembran. Pada sel
eukariotik, inti tampak jelas karena dibatasi oleh sistem membran. Pada sel ini,
sitoplasma memiliki berbagai jenis organel seperti antara lain: badan Golgi,
retikulum endoplasma (RE), kloroplas (kuhusus pada tumbuhan), mitokondria,
badan mikro, dan lisosom.

Sel eukariotik merupakan sel yang memiliki sistem endomembran. Sel


tipe ini secara struktural memiliki sejumlah organel pada sitoplasmanya.
Organel tersebut memiliki fungsi yang sangat khas yang berkaitan satu dengan
yang lainnya dan berperan penting untuk menyokong fungsi sel. Organisme
yang memiliki tipe sel ini antara lain hewan, tumbuhan, dan jamur baik
multiseluler. Sel eukariotik pada tumbuhan sedikit berbeda dengan pada
hewan. Pada sel hewan, pada bagian luar sel tidak ditemukan adanya dinding
sel, sebaliknya pada tumbuhan dan jamur ditemukan adanya dinding sel.
Walaupun demikian dinding sel tumbuhan dan sel jamur secara kimiawi
berbeda penyusunnya. Pada jamur didominasi oleh chitin sedangkan pada
tumbuhan selulosa. Pada tumbuhan ditemukan adanya organel kloroplas
sedangkan pada jamur dan hewan tidak ditemukan. Selain perbedaan tersebut
pada dasarnya baik sel hewan, tumbuhan, dan jamur memiliki struktur yang
serupa. Semua sel dibatasi oleh suatu membran yang disebut membran plasma,
sementara daerah di dalam sel disebut sitoplasma. Setiap sel, pada tahap
tertentu dalam hidupnya, mengandung DNA sebagai materi yang dapat
diwariskan dan mengarahkan aktivitas sel tersebut. Selain itu, semua sel
memiliki struktur yang disebut ribosom yang berfungsi dalam pembuatan
protein yang akan digunakan sebagai katalis pada berbagai reaksi kimia dalam
sel tersebut. Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang
secara struktur berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini
dibedakan berdasarkan posisi DNA di dalam sel sebagian besar DNA pada
eukariota terselubung membran organel yang disebut nukleus atau inti sel,
sedangkan prokariota tidak memiliki nukleus. Hanya bakteri dan arkea yang
memiliki sel prokariotik, sementara protista, tumbuhan, jamur, dan hewan
memiliki sel eukariotik. Diameter sel eukariota biasanya 10 hingga 100 µm,
sepuluh kali lebih besar daripada bakteri. Sitoplasma eukariota adalah daerah
di antara nukleus dan membran sel. Sitoplasma ini terdiri dari medium semicair
yang disebut sitosol, yang di dalamnya terdapat organel-organel dengan bentuk
dan fungsi terspesialisasi serta sebagian besar tidak dimiliki prokariota.[7]
Kebanyakan organel dibatasi oleh satu lapis membran, namun ada pula yang
dibatasi oleh dua membran, misalnya nukleus. Selain nukleus, sejumlah
organel lain dimiliki hampir semua sel eukariota, yaitu (1) mitokondria, tempat
sebagian besar metabolisme energi sel terjadi; (2) retikulum endoplasma, suatu
jaringan membran tempat sintesis glikoprotein dan lipid; (3) badan Golgi, yang
mengarahkan hasil sintesis sel ke tempat tujuannya; serta (4) peroksisom,
tempat perombakan asam lemak dan asam amino. Lisosom, yang menguraikan
komponen sel yang rusak dan benda asing yang dimasukkan oleh sel,
ditemukan pada sel hewan, tetapi tidak pada sel tumbuhan. Kloroplas, tempat
terjadinya fotosintesis, hanya ditemukan pada sel-sel tertentu daun tumbuhan
dan sejumlah organisme uniseluler. Baik sel tumbuhan maupun sejumlah
eukariota uniseluler memiliki satu atau lebih vakuola, yaitu organel tempat
menyimpan nutrien dan limbah serta tempat terjadinya sejumlah reaksi
penguraian. Jaringan protein serat sitoskeleton mempertahankan bentuk sel dan
mengendalikan pergerakan struktur di dalam sel eukariota. Sentriol, yang
hanya ditemukan pada sel hewan di dekat nukleus, juga terbuat dari
sitoskeleton. Dinding sel yang kaku, terbuat dari selulosa dan polimer lain,
mengelilingi sel tumbuhan dan membuatnya kuat dan tegar. Fungi juga
memiliki dinding sel, namun komposisinya berbeda dari dinding sel bakteri
maupun tumbuhan. Di antara dinding sel tumbuhan yang bersebelahan terdapat
saluran yang disebut plasmodesmata.
Beberapa ilmuwan pada abad ke-18 dan awal abad ke-19 telah
berspekulasi atau mengamati bahwa tumbuhan dan hewan tersusun atas sel,
namun hal tersebut masih diperdebatkan pada saat itu. Pada tahun 1838, ahli
botani Jerman Matthias Jakob Schleiden menyatakan bahwa semua tumbuhan
terdiri atas sel dan bahwa semua aspek fungsi tubuh tumbuhan pada dasarnya
merupakan manifestasi aktivitas sel. Ia juga menyatakan pentingnya nukleus
(yang ditemukan Robert Brown pada tahun 1831) dalam fungsi dan
pembentukan sel, namun ia salah mengira bahwa sel terbentuk dari nukleus.
Pada tahun 1839, Theodor Schwann, yang setelah berdiskusi dengan Schleiden
menyadari bahwa ia pernah mengamati nukleus sel hewan sebagaimana
Schleiden mengamatinya pada tumbuhan, menyatakan bahwa semua bagian
tubuh hewan juga tersusun atas sel. Menurutnya, prinsip universal
pembentukan berbagai bagian tubuh semua organisme adalah pembentukan sel.
Ilmuwan lain yang kemudian memerinci teori sel sebagaimana yang dikenal
dalam bentuk modern ialah Rudolf Virchow. Pada mulanya ia sependapat
dengan Schleiden mengenai pembentukan sel. Namun, pengamatan
mikroskopis atas berbagai proses patologis membuatnya menyimpulkan hal
yang sama dengan yang telah disimpulkan oleh Robert Remak dari
pengamatannya terhadap sel darah merah dan embrio, yaitu bahwa sel berasal
dari sel lain melalui pembelahan sel. Pada tahun 1855, Virchow menerbitkan
makalahnya yang memuat motonya yang terkenal, omnis cellula e cellula
(semua sel berasal dari sel). Antara tahun 1875 dan 1895, terjadi berbagai
penemuan mengenai fenomena seluler dasar, seperti mitosis, meiosis, dan
fertilisasi, serta berbagai organel penting, seperti mitokondria, kloroplas, dan
badan Golgi. Lahirlah bidang yang mempelajari sel, yang saat itu disebut
sitologi. Perkembangan teknik baru, terutama fraksinasi sel dan mikroskopi
elektron, memungkinkan sitologi dan biokimia melahirkan bidang baru yang
disebut biologi sel. Pada tahun 1960, perhimpunan ilmiah American Society
for Cell Biology didirikan di New York, Amerika Serikat, dan tidak lama
setelahnya, jurnal ilmiah Journal of Biochemical and Biophysical Cytology
berganti nama menjadi Journal of Cell Biology. Pada akhir dekade 1960-an,
biologi sel telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mapan, dengan perhimpunan
dan publikasi ilmiahnya sendiri serta memiliki misi mengungkapkan
mekanisme fungsi organel sel.

B. Morfologi Dan Anatomi Sel Eukariotik


1. Nukleus (yang terdapat sel hewan dan tumbuhan serta fungsinya yang sama)

Nukleus merupakan organel yang berperan  penting dalam pengontrolan


seluruh aktivitas yang terjadi didalam sel, sehingga sering disebut sebagai
pusat kendali atau otak. Didalam inti sel ini terdapat materi genetik yang
berfungsi sebagai pembawa sifat keturunan yakni DNA(asam
deoksiribonukleat) dan Kromosom. DNA eukariota disimpan dalam kumpulan
kromosom yang tersimpan di dalam nukleus yang terbungkus membran
nucleus. nucleus ini terbentuk atas:
a. Nukleolus merupakan daerah yang berwarna gelap yang berfungsi dalam
pembentukan protein dari RNA(asam ribonukleat) serta ikut berperan
dalam  produksi ribosom
b. Kromatin merupakan materi dalam nucleus yang tersusun atas protein dan
DNA yang akan tampak sebagai kromosom ketika sel mengalami
pembelahan.
c. Membran nuklir adalah selubung berpori yang berguna sebagai tempat
masuknya zat dan pelindung dari inti itu sendiri serta menjadi ciri khas
dari sel hewan dan  bersambung dengan RE
d. Nukleoplasma merupakan cairan padat dari protein yang ada dalam
nucleus yang mengandung kromatin dan ketika memadat membentuk
kromosom sekaligus gen yang membawa informasi turun-temurun
2. Sistem endomembran
Sel eukariotik memiliki beragam struktur yang dibatasi membrane yang
sering disebut system endomembran. System endomembran berfungsi
membentuk membrane untuk membatasi sel dan membrane plasma. Sistem ini
terdiri dari beberapa komponen, tiap komponen menghubungkan dengan
membrane plasma baik satu waktu maupun lain waktu. Komponen
endomembrane :
a. Reticulum endoplasma (Terdapat pada sel hewan maupun tumbuhan serta
fungsinya yang sama)
Jejaring kantong dan tabung bermembrane  berbentuk jala adalah bentuk dari
RE. Kantung ini disebut cisternae, organel ini berasal dari kata reticulum“
jaringan’’dan endoplasmic yang berarti ’’didalam sel’’, organel ini juga
berperan aktif dalam sintesis membrane dan proses sintesis sekaligus proses
metabolic lain. RE memiliki bagian yang halus atu agranuler (berperan untuk
mensintesis lipid, glikogen, kolesterol, dan gliserida serta membantu dalam
detoksifikasi zat-zat berbahaya dalam sel) dan kasar atu granuler (ditempeli
oleh ribosom sehingga bertanggung jawab untuk memegang protein terbentuk
di ribosom).
b. Badan golgi (Terdapat pada sel hewan maupun tumbuhan serta fungsinya
yang sama)

Badan golgi atau aparatus golgi adalah organel polimorfik yang


membranya berbentuk kantong pipih yakni pembuluh, gelembung kecil dan
bentukan seperti mangkok. Organel ini aktif dalam sintesis , modifikasi,
pemilahan dan sekresi produk-produk sel. Setiap sel hewan terdapat 10 hingga
20 badan golgi sedangkan  pada sel tumbuhan terdapat ratusan badan golgi.
Pada sel tumbuhan badan golgi sering disebut sebagai diktiosom, Lebih
spesifikainya adalah  berperan yaitu:
 Pembentukan vesikula ekskretorius (kantong pembungkus zat yang akan di
keluarkan dari sel)
 Pembentukan membrane plasma, dinding sel (pektin, hemiselulosa, dan
selulosa yang dibentuk dalam badan golgi
 pembentukan akrosom pada sperma, kuning telur pada sel telur dan lisosom.
 Tempat memodifikasi protein serta menyortir dan memaket molekul-
molekul untuk sekresi sel
c. Lisosom

Lisosom adalah organel pencerna  berupa kantong sebagai tempat


makromolekul dihidrolisis dan tersusun atas enzim yang terpisah menjadi
komponen yang dapat digunakan pada tingkat sel. Masalah sampah dan
partikel makanan bias dicerna dalam lisosom dan diekskresikan melalui
vakuola.
d. Peroksisom (Terdapat pada sel hewan maupun tumbuhan serta fungsinya
yang sama)

Organel seperti kantong-kantong yang memiliki membrane tunggal adalah


peroksisom. Organel ini berisi berbagai enzim dan yang paling khas enzim
katalase yang  berfungsi mengkatalis perombakan hydrogen peroksida menjadi
air. Organel ini merupakan salah satu organel yang berperan dalam berbagai
fungsi metabolic yang terspesialisasi serta perubahan lemak menjadi
karbohidrat.
3. Ribosom ( Terdapat pada sel hewan maupun tumbuhan serta fungsinya yang
sama)

Ribosom merupakan kompeks(titik-titik coklat kecil) yang berguna dalam


sintesis protein(transkripsi dan translasi). Biasanya ribosom mengambang
bebas dalam sitosol atau menempel pada RE kasar maupun selaput nucleus.
4. Mitokondria ( Terdapat pada sel hewan maupun tumbuhan serta fungsinya
yang sama)

Tempat berlangsungnya respirasi sel sekaligus menjadi penghasil sebagian


besar ATP merupakan beberapa fungsi dari mitokondria. Organel ini adalah
organel yang independen yang memiliki DNA, RNA dan ribosom yang
merupakan replikasi dan duplikasi diri. Organel ini disebut rumah mesin dari
sel sekaligus menjadi organel paling besar dalam sel. Membran mitokondria
tersusun atas dua bagian ruang, yakni :
 Ruang intermembran : ruangan diantara membrane luar dan membrane
dalam. Membrane terluar dari organel ini berstruktur halus sedangkan pada
bagian membrane dalam berupa lekukan yang sering disebut kista. Semua
molekul kecil  bisa melewati membrane luar tapi tidak bisa untuk protein
dan molekul besar
 Matriks mitokondria : merupakan ruangan yang berada dalam membrane
dalam mitokondria yang dijadikan tempat metabolisme serta mengandung
enzim untuk  proses siklus kreb dan oksidasi lemak. Selain enzim, di
dalamnya terdapat butiran  protein yang disintesis sendiri dengan bantuan
DNA, ribosom dan beberapa jenis


5. Plasma Membran (Terdapat pada sel hewan maupun tumbuhan serta
fungsinya yang sama)

Membrane sel merupakan bagian paling luar dari sel yang bersifat
semipermeable dan selektifpermeable yakni mengatur setiap zat yang akan
keluar dan masuk kedalam sel. Membrane sel terdiri atas fosfolipid
(orange) dan protein (biru). Pada fosfolipid sendiri disusun atas kepala
hidrofilik (suka air) dan dua ekor hidrofobik(sukar air). Selain itu protein
juga dibagi atas dua macam yakni protein integral dan protein porifer
6. Sitoplasma

Matriks atau gel zat atau cairan yang mengisi ruang sel yang
bersifat koloid yakni tidak cair maupun padat dan tersusun atas air dan
protein material. Sitoplasma adalah lokasi utama dimana  proses kehidupan
terjadi.
7. Flagella dan Silia (Terdapat pada sel hewan)

Merupakan organel lokomosi yang biasanya terdapat pada sel hewan


yang berfungsi sebagai alat gerak pada sel. Organel ini disusun dari
kumpulan mikrotubulus yang menjulur keluar pada membrane plasma. Zat
silia bergerak dalam pernapasan dan pencernaan pada hewan multiseluler.
Silia juga bekerja pada Pendengaran dan sel-sel reproduksi untuk  bergerak
dan sensasi. Pada sel tumbuhan tidak terdapat alat gerak seperti flagella atau
silia. Perbedaan nya yaitu:
 Flagela lebih panjang dalam ukuran sementara silia lebih pendek.
 Silia berkontribusi dalam pencegahan akumulasi debu dalam tabung
pernapasan dengan hanya menciptakan lapisan tipis lendir di dalam tabung
sementara flagela terutama digunakan sel sperma untuk bergerak dan
mendorong.
 Silia menggunakan ‘kinesin’ yang memiliki aktivitas ATPase yang
menghasilkan energi untuk melakukan gerakan sementara flagela yang
didukung oleh kekuatan motif- proton dengan membran plasma.
 Silia bergerak seperti memukul saat berenang sementara flagela bergerak
dalam gaya seperti dayung.
 Silia yang hadir dalam organisme multisel dan membantu dalam
menggerakan cairan melewati sebuah sel bergerak sedangkan flagela
terutama ditemukan pada gamet.
8. Sentrosom (Terdapat pada sel hewan)

Sentrosom merupakan wilayah dalam sel sebagai tempat mikrotubulus


sel bermula. organel ini mengandung dua sentriol berbentuk bintang yang
berfungsi memulai pembelahan sel yakni dalam penarikan kromosom ke arah
kutub baik secara mitosis maupun meiosis.  Sentriol juga berperan dalam
mengatur geometri sel dan orientasi, karakteristik ini menjadi sangat penting
selama perkembangan embrio organisme.
9. Mikrovili (Terdapat pada sel hewan)

Mikrovili Merupakan tonjolan silindris yang terdapat pada permukaan


bebas sel epitel. Tonjolann- tonjolan tersebut dinamakan berbeda- beda.
Misalnya yang terdapat pada tubulus kontortus proksimalis, pleksus khoroideus
dan plasenuta sebagai brush border, karena berbentuk bulu sikat. Sedangkan
tonjolan yang terdapat pada epitel usus dinamakan striated border, karena
tampak berganti -ganti. Fungsi mikrovili yaitu memperluas permukaan agar
dapat meningkatkan daya absorbsi sel- sel epitel usus. Pada permukaan
mikrovili usus terdapat enzim yang berguna untuk memecahkan bahan- bahan
agar dapat diabsorbsi.

10. Sitoskeloton (Terdapat  pada sel hewan )

Sitoskeleton ikut berperan dalam pergerakan sel dan memperkuat


bentuk sel. Komponen organel ini tersusun atas protein serta mencakup :
mikrofilamen, filament intermediet dan mikrotubulus. sel-sel hewan yang
mengandung sitoskeleton fleksibel terdiri dari filamen aktin, antara
filament tebal dan mikrotubulus berongga.
11. Vakuola (Terdapat  pada sel hewan )

Vokuola merupakan tempar cadangan makanan, menyimpan


pigmen dan menyimpan sisa metabolisme. Vakuola pada sel tumbuhan
sangat besar serta bersifat menetap. Vakuola dibatasi oleh membrane yang
disebut sebagai tonoplas. Mekanisme pertahanan hidup tumbuhan
bergantung bagaimana kemempuan vakuola menjaga konsentrasi zat-zat
terlarut didalamnya. Pada sel daun dewasa, vakuola mendominasi sebagian
besar ruang sel sehingga seringkali sel terlihat sebagai ruang kosong
karena sitosol terdesak ke bagian tepi dari sel. Vakuola berfungsi sebagai:
tempat penyimpanan zat cadangan makanan seperti amilum dan glukosa,
Tempat menyimpan pigmen (daun, bunga dan buah), tempat penyimpanan
minyak atsirik (golongan minyak yang memberikan bau khas seperti
minyak kayu putih), mengatur turgiditas sel (tekanan osmotik sel) dan
tempat penimbunan sisa metabolisme dan metabolik sekunder seperti
getah karet, alkaloid, tanin, dan kalsium oksabit.
12. Plastida (Terdapat  pada sel tumbuhan )
Organel pada sitoplasma memiliki ukuran dan bentuk yang
berfariasi. Pad asel tumbuhan berbunga  biasnya berbentuk piringan kecil
bikonfeks.beberapa macam organel ini  berdasarkan warna :
1.leukoplast(tidak berwarna) :  biasanya terdapat pada sel yang jarang
terkena oleh sinar matahari sepertidibagian paling dalam atau bewah
tanah. Organel berperan sebagai pusat sintesis dan penyimpanan cadangan
makanan seperti pati. 2.kloroplas( berklorofil) : pigmen hijau yang berasal
dari berbagai campuran zat pada tumbuhan. Perananya menangkap energy
cahaya yang digunakan sebagai fotosintesis. 3.Kromoplas : pigmen selain
hijau yang menimbulkan warna pada bagian- bagian tumbuhan.
13. Plasmodesmata

Plasmodesmata (bentuk jamak dari, plasmodesma) adalah suatu


saluran terbuka pada dinding sel tumbuhan melalui mana benang sitosol
terhubung dari sel-sel tetangganya. Sitoplasma lewat melintasi
plasmodemata dan menghubungkan kandungan hidup sel yang
bersebelahan. Ini akan menyatukan sebagian besar bagian tumbuhan itu
menjadi satu rangkaian hidup. Membran plasma sel yang bersebelahan
bersambungan melalui plasmodesmata. Air dan zat terlarut yang
berukuran kecil dapat lewat secara leluasa dari sel ke sel. Cara transportasi
tersebut dinamakan simplas. Dalam keadaan tertentu, molekul protein
khusus dan RNA dapat juga melakukan hal seperti itu. Plasmodesmata
telah dapat dilihat sejak berabad-abad lalu, tetapi struktur rincinya baru
dapat dipelajari setelah berkembangnya mikroskop elektron
Plasmodesmata tampak seperti terowongan yang terjadi dari perluasan
membran plasma dari sejumlah sel yang bersebelahan dan berisi sebuah
tabung berdiameter lebih kurang 40 nm.
14. Dinding sel (Terdapat pada sel tumbuhan )

Dinding sel tersusun atas selulosa dan derivat-derivatnya. Dinding


sel tumbuhan memiliki struktur yang kompleks karena mempunyai tiga
bagian fundamental yang dapat dibedakan yaitu lamella tengah, dinding
sel primer dan dinding sel sekunder, namun pada dinding sel sekunder
tidak semua sel mempunyainya, hanya terdapat pada tipe-tipe tertentu.
Lapisan perekat yang menyekat antara dinding primer sel satu dengan
yang lain yang  bersebelahan adalah lamella, sedangkan dinding sel primer
itu sendiri adalah dinding sel sejti. Yang terbentuk pertama kali oleh sel.

C. Biologi, Distribusi Dan Pengelompokkan Fungi

Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai
cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya
berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun
cendawan adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur
yang sebenarnya), dan sebagian besar  jamur tersebut terlihat hidup di atas
tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas. Fungi atau jamur
didefinisikan sebagai kelompok organism eukariotik, tidak berpindah tempat
(nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari
glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofi l, memperoleh nutrien dengan
menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan
aseksual. Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan
lebih dari 1.000 jenis baru yang berhasil dideskripsikan oleh para ahli setiap
tahunnya. Bahkan mungkin masih ada sekitar 200.000 jenis lain yang sampai
saat ini belum ditemukan atau dideskripsikan. Sementara itu, kegiatan
manusia dalam mengeksploitasi alam berpeluang mengancam
keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan hutan hujan tropis
yang hampir terjadi setiap hari atau perusakan habitat jamur yang lain tidak
diragukan lagi berpotensi membawa jenis-  jenis organisme berspora tersebut
kepada kepunahan, bahkan sebelum mereka sempat ditemukan dan dipelajari
oleh para ahli.
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di
tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan
cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat
heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari
organisme lain dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak
secara seksual dan aseksual. Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang
sudah dikenal dan lebih dari 1.000 jenis baru yang berhasil dideskripsikan
oleh para ahli setiap tahunnya. Bahkan mungkin masih ada sekitar 200.000
jenis lain yang sampai saat ini belum ditemukan atau dideskripsikan.
Sementara itu, kegiatan manusia dalam mengeksploitasi alam berpeluang
mengancam keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan hutan
hujan tropis yang hampir terjadi setiap hari atau perusakan habitat jamur yang
lain tidak diragukan lagi berpotensi membawa jenis-  jenis organisme
berspora tersebut kepada kepunahan, bahkan sebelum mereka sempat
ditemukan dan dipelajari oleh para ahli.
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu
sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh
buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu.
Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-
jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang
yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi
membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel
eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa
yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh
pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan
sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari
substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
Reproduksi Jamur dapat berkembang biak dengan cara aseksual dan
seksual. Perkembangan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan sel
(fragmentasi) dan pembentukan spora. Pembentukan spora berfungsi untuk
menyebarkan spesies dalam jumlah besar. Spora jamur dibedakan menjadi
dua, yaitu spora aseksual dan spora seksual. Spora aseksual membelah secara
mitosis dan spora seksual membelah secara meiosis. Contoh spora aseksual
adalah zoospora, endospora, dan konidia.
Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan peleburan dua sel
inti yaitu melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium
menyebabkan terjadinya Singami, yaitu penyatuan sel dari dua individu.
Singami terjadi dalam tiga tahap, yaitu plasmogami, kariogami, dan
meiosis. Pada tahap plasmogami, terjadi penyatuan dua protoplas membentuk
sel yang mengandung dua inti yang tidak menyatukan diri selama
pembelahan sel (stadium dikariot). Pada saat bersamaan, terjadi pula
pembelahan inti bersama. Setelah pembentukan benda buah, terjadilah
peleburan sel haploid (kariogami) inti zigot yang diploid.

Setelah ini, baru terjadi meiosis, yaitu pembelahan sel dan


pengurangan jumlah kromosom menjadi haploid kembali.
Beberapa tipe spora seksual adalah askospora, basidiospora, zigospora,
dan oospora. Perkawinan jamur Ascomycota menghasilkan askospora.

Basidiospora adalah spora yang dihasilkan oleh jamur Basidiomycota.


Askospora terdapat di dalam askus dan berjumlah 8 spora, sedangkan
basidiospora terdapat di dalam basidium dan berjumlah 4 spora.

Reproduksi Jamur secara seksual melalui kontak gametangium dan


konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu
persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap
pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah
kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-
masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion.
Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu
beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk
sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.
reproduksi aseksual Jamur yang diamati lebih sering daripada reproduksi
seksual. Hampir semua jenis jamur memiliki kemampuan untuk bereproduksi
secara aseksual. Juga, menyumbang distribusi luas jamur. Pada suatu waktu,
jutaan spora aseksual dilepaskan, dan ketika spora mendarat di lingkungan
yang subur, mereka berkecambah menjadi individu baru. Berbagai jenis
reproduksi aseksual pada jamur adalah pembentukan spora, fragmentasi,
tunas dan fisi.

Dari pembagian ini, spora vegetatif atau konidia adalah jenis yang
paling umum. Dalam pembentukan spora aseksual, hifa jamur menghasilkan
spora internal maupun eksternal. Fragmentasi, seperti istilah menandai,
melibatkan pecahnya miselium jamur menjadi beberapa fragmen. Setiap
bagian terfragmentasi kemudian berkembang menjadi jamur baru. Dalam
kasus tunas, sel induk menjorok ke tunas seperti struktur yang dikenakan
anak inti. Tunas ini terdiam dan kemudian tumbuh menjadi jamur baru.

Pengelompokkan jamur terbagi sebagai berikut:


1. Myxomycotina (Jamur lendir)

Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau


orange, walaupun ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat
heterotrof dan hidup secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus
hidup jamur lendir merupakan suatu massa ameboid yang disebut
plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh besar hingga diameternya
mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar, plasmodium bukan
multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang mengandung
banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis. Mereka
melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab,
daun-daunan atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai
mongering atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti
tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi
dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis
Dyctystelum discridium.
2. Zygomycotina

Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis


jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black
bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang
hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofit.
Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan
tidak menghasilkan spora yang berflagella. Reproduksi Zygomycotina terjadi
secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan
zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan
(germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak
spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar
terbawa angin. Apabila spora tersebut  jatuh di tempat yang sesuai, maka
spora akan tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi seksual atau generatif
dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang
berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing
hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada
bagian- bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium
tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot
kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya,
zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n)
mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang
sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini
memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya,
reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan
sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar.
Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan.
Jenis-jenis jamur tersebut antara lain:
a.  Rhizophus stolonifera, Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna
putih, memiliki rizoid dan stolon. Merupakan saprofi t yang hidup pada
bungkil kedelai dan bermanfaat dalam pembuatan tempe.
b. Rhizophus nigricans, Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.
c. Mucor mucedo, Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti,
sisa-sisa makanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di
dalam substrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor.
d. Pilobolus sp, Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower,
karena bila sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai
sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan
lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat
tersebut akan berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada
kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut.
3. Ascomycotina

Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi


yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau
kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan
askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh
buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut askomata).
Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa dari
Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal)
dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana. Jadi askus merupakan
struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycotina. Tubuhnya
ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai
saprofi t dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis
dengan makhluk hidup ganggang hijau-biru dan ganggang hijau bersel satu
membentuk lumut kerak. Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora
yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah
satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium,
yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya
membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya
berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid. Pada askogonium
tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan anteredium.
Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian
berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium
tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah
secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk
septa bercabang. Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian
ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal
askus. Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan
miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal
askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk
menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut  jatuh
pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau
miselium baru. Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara
membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur
uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler.
Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut
konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang
dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium. Berikut
adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi Ascomycotina:
a. Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel tunggal dan


tidak memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast.
Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas
(budding). Pada kondisi optimal, khamir dapat membentuk lebih dari 20
tunas. Tunas-tunas tersebut semakin membesar dan akhirnya terlepas dari sel
induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian tumbuh menjadi individu baru.
Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus dan askospora.
Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu
menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis,
sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid
tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksi
seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan, misalnya bila
suplai makanan terganggu atau lingkungan hidupnya tidak mendukung.
Dalam kehidupan manusia, S.cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti,
tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam
pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
b. Penicillium sp
Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat yang banyak mengandung
gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat gula
tersebut, jamur ini tampak seperti noda biru atau kehijauan. Perhatikan
Gambar 5.18. Reproduksi jamur Penicillium berlangsung secara vegetatif
(konidia) dan secara generatif (askus). Beberara contoh jamur anggota genus
Penicillium antara lain:
 Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum
 Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (penisilin)
 Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti
 Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau
mengharumkan keju.
c. Aspergillus
spp. Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-
alat rumah tangga. Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan
kehijauan. Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin
maupun daerah tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang
disebarkan oleh angin. Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus
adalah:
1. Aspergillus oryzae
 Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan  jamur
tersebut dapat menghasilkan enzim protease.
2. Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap, tauco,
asam sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim protease.
3. Aspegillus niger 
 Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan dapat
menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa
oksidase dan pektinase.
4.  Apergillus flavus
 Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab kanker pada manusia
5. Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.
d. Neurospora crassa
 Neurospora crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering
digunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga yang
muncul pada oncom merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya  jenis
ini dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama Monilia
sitophila. Tetapi setelah ditemukan alat reproduksi generatifnya, berupa askus,
sekarang jamur ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina. Morchella
deliciosa dan Morchella esculenta. Kedua jenis jamur ini merupakan jamur
makroskopis, hidup di tanah. Karena rasanya yang lezat, jamur ini menjadi
konsumsi manusia. Dalam dunia perdagangan jamur ini dikenal dengan nama
morel, ukuran tubuhnya sedang, berwarna coklat kemerahmerahan, tubuhnya
seperti spons dan sering dijual dalam bentuk awetan.
4. BASIDIOMYCOTINA

 Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi


atau yang sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms).
Jamur ini bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian
menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau
basidiokarp . Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang,
pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya
dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang
sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks.
Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini memiliki
miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang
panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini
umumnya hidup saprofi dan parasit, umumnya berkembang biak secara
aseksual dengan konidium. Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora
basidium atau konidium yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1
inti (monokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium.
Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing-
masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masingmasing dinding
sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga
sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya
tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah
(basidiokarp). Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian
bawahnya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela).
Masingmasing basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut
mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila
mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh
menjadi spora basidium, atau disebut  juga spora seksual. Begitu seterusnya
membentuk siklus hidup Basidiomycotina
Peranan Fungi dalam Kehidupan Manusia Jamur sangat berperan
dalam kehidupan manusia. Di dalam ekosistem  jamur dan bakteri berperan
sebagai pengurai (decomposer). Beberapa jenis  jamur dapat dimanfaatkan
dalam industry makanan dan minuman, disamping itu jamur ada juga yang
dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Berikut
ini beberapa jamur yang menguntungkan dan merugikan dalam kehidupan
manusia.
1. Jamur yang menguntungkan adalah sebagai berikut:
a. Rhizopus Oryzae, untuk pembuatan tempe
b. Mucor Javanicus, untuk pembuatan tape.
c. Saccharomyces cereviceae, untuk pembuatan roti dan minuman alcohol.
d. Aspergillus oryzae, untuk pembuatan roti
e. Aspergillus wentii, untuk pembuatan kecap
f. Penicillum notatum dan penicillum chrysogenum, menghasilkan antibiotic.
2. Jamur yang merugikan antara lain sebagai berikut:
a. Aspergillus flavus, menghasilkan racun aflatoksin
b. Aspergillus fumigates, penyebab pennyakit paru-paru pada burung
c. Exobasidium vexans, parasit pada tanaman the.
d. Amanita phalloides, menghasilkan racun balin.
e. Epidermophyton flocosum, penyebab penyakit kaki atlet.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sel eukariotik merupakan sel penyusun dari jaringan hewan, jaringan
tumbuhan dan  jaringan fungi. Setiap masing-masing sel berbeda baik
organelnya maupun struktur  bentuknya, misalnya organel pada sel hewan
seperti sentrosom, lisosom dan sentriol flagella hanya terdapat pada sel
hewan dan tidak ditemukan organel tersebut pada sel tumbuhan. Dan
sebaliknya sel tumbuhan juga memiliki organel yang tidak dimiliki oleh sel
hewan yakni kloroplas, dinding sel dan vakuola.
2. Ciri-ciri dari fungi yaitu sel jamur bersifat eukariotik, jamur bersifat
heterotrof, makanan diperoleh dari lingkungannya, memiliki hifa. Jamur
dikelompokkan menjadi 6 divisio yaitu: Myxomycotina, oomycotina,
ascomycotina, basidiomycotina, dan deutromycotina. Fungi memperbanyak
diri secara vegetative dan secara generative. Fungi sangat berperan dalam
kehidupan manusia. Di dalam ekosistem  jamur dan bakteri berperan
sebagai pengurai (decomposer). Beberapa jenis  jamur dapat dimanfaatkan
dalam industry makanan dan minuman, disamping itu jamur ada juga yang
dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan, hewan, dan manusia.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber- sumber yang lebih banyak yang dapat di pertanggung
jawabkan

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarata: Erlangga.

Dwidjoseputro, S., 1989, Mikrobiologi Dasar. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


Fauziah., 2008, Pengelompokkan Jamur. www. Fkugm 2008.com /wp- content/
uploads/ HSC/ 1-2x/ 6 / Praktikum6.pdf. Diakses pada tangan 12 Febuari 2019.

Filzahazny., 2008, Pengantar Tentang Bakteri, http://wordpress.com/Pengantar-


tentang- bakteri.htm. Diakses pada tangan 12 Febuari 2019.

Goldsten, Philip. 2004. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 10 Edisi 11. PT Ikrar
Mandiri Abadi. Jakarta.

Gandjar, Indrawati, dkk..2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia.
Gillespie, Stephen. 2008. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Jakarta:
Erlangga.
Mitchell,Reece.2003.Biologi. Jakarta:Erlangga.
Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UB Press.
Suwarno. 2009. Dasa -dasar Mikrobiologi. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai