ABSES PERITONSILER
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui lebih jaun mengenai Abses
Peritonsiler mulai definisi, klasifikasi, hingga tatalaksananya.
1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Abses Peritonsiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Abses peritonsil adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada
bagian kepala dan leher. Gabungan dari bakteri aerobic dan anaerobic di daerah
peritonsilar. Tempat yang bisa berpotensi terjadinya abses adalah adalah didaerah
pillar tonsil anteroposterior, fossa piriform inferior, dan palatum superior.
Abses Peritonsil (PTA) merupakan kumpulan/timbunan (accumulation) pus
(nanah) yang terlokalisir/terbatas (localized) pada jaringan peritonsillar yang
terbentuk sebagai hasil dari suppurative tonsillitis. Abses peritonsil merupakan
infeksi akut atau abses yang berlokasi di spatium peritonsiler, yaitu daerah yang
terdapat di antara tonsil dengan m. kontriktor superior, biasanya unilateral dan
didahului oleh infeksi tonsilopharingitis akut 5-7 hari sebelumnya.
2.2 Epidemiologi
Abses peritonsil dapat terjadi pada umur 10-60 tahun, namunpaling sering
terjadi pada umur 20-40 tahun. Pada anak-anak jarang terjadi kecuali pada
mereka yang menurun sistem immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan
obstruksi jalan napas yang signifikan pada anak-anak. Infeksi ini memiliki
proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Bukti menunjukkan bahwa
tonsilitis kronik atau percobaan multipel penggunaan antibiotik oral untuk
tonsilitis akut merupakan predisposisi pada orang untuk berkembangnya abses
peritonsiler. Di Amerika insiden tersebut kadang-kadang berkisar 30 kasus per
100.000 orang per tahun, dipertimbangkan hampir 45.000 kasus setiap tahun.
2.3 Etiologi
Proses ini terjadi sebagai komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang
bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman
penyebab sama dengan penyebab tonsilitis, dapat ditemukan kuman aerob dan
anaerob. Organisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsiler
adalah Streptococcus pyogenes (Group A Beta-hemolitik streptoccus),
Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan organisme
anaerob yang berperan adalah Fusobacterium. Prevotella, Porphyromonas,
Fusobacterium,dan Peptostreptococcus spp. Untuk kebanyakan abses peritonsiler
diduga disebabkan karena kombinasi antara organisme aerobik dan anaerobic.
2.4 Patofisiologi
Abses peritonsil akan menggeser kutub superior tonsil ke arah garis tengah
dan dapat diketahui derajat pembengkakan yang ditimbulkan di palatum
molle.
Terdapat riwayat faringitis akut, tonsillitis, dan rasa tidak nyaman pada
tenggorokan atau faring unilateral yang semakin memburuk.
Rinolalia aperta karena udem palatum molle udem dapat terjadi karena
infeksi menjalar ke radix lingua dan epiglotis = udem perifokalis
1. Adrianto, Petrus. 1986. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, 296, 308-309.
EGC, Jakarta
2. Bailey, Byron J, MD. Tonsillitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy. In : Head
and Neck Surgey-Otolaryngology 2nd Edition. Lippincott_Raven Publisher.
Philadelphia. P :1224, 1233-34
3. Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Applied anatomy and physiology mouth and
pharynx. In: Richard AB (ed). Ear, Nose and Throat Disease, a pocket reference.
2nd rev.ed. New York: Thieme Flexibook 1994:307 -315
4. Efendi H: Penyakit-Penyakit Nasofaring Dan Orofaring. Dalam: Boies, Buku Ajar
Penyakit THT Edisi VI, EGC, Jakarta, 1997. Hal 333
5. Fachruddin, Darnila. Abses Leher Dalam. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan,
Telinga-Hidung-Tenggorokan Edisi V, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006. Hal.
185
6. Gray RF, Hawthrorne M. Anatomy of the mouth and pharynx. In: Synopsis of
Otolaryngology. 5th.ed. Singapore: Butterworth Heinemann 1992: 288– 304.
7. Hasibuan R, A.H. Sp THT. Pharingologi, Jala Penerbit, Jakarta, 2004. hal. 38, 55-
810. Hatmansjah. Tonsilektomi. Cermin Dunia Kedokteran Vol. 89, 1993.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal : 19-21.
8. Iskandar H.N; Mangunkusumo E.H; Roezin A.H: Penyakit, Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala, dan Leher, Binarupa Aksara, Jakarta, 1994. Hal 350-5212.
Preston, M. 2008. Peritonsillar Abscess (Quinsy).