Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


COVID-19

Oleh :
M.AINUL FIKRIH (1440121029)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D III KEPERAWATAN
KRIKILAN – GLENMORE - BANYUWANGI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
COVID-19

Telah di koreksi dan disetujui pada tanggal..................oleh:

Pembimbing

(............................................)
NIK:....................................

Mengetahui, Kaprodi D III


Keperawatan

HENDRIK P.S, S.Kep., Ns, M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Covid-19” ini dengan lancar. Atas bimbingan dan arahan dalam penulisan
makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga
dapat diselesaikannya makalah ini.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Covid-19, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan
sikap sebagai dasar prilaku individu terhadap lingkungan sosial, tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Covid-19, khususnya bagi penulis. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.

Krikilan, 13 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Batasan Masalah...............................................................................................2
C. Rumusan Masalah............................................................................................2
D. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
A. KONSEP PENYAKIT......................................................................................3
1. Definisi...........................................................................................................3
2. Etiologi..........................................................................................................3
3. Manifestasi Klinis..........................................................................................5
4. Patofisiologi...................................................................................................8
5. Pathway Covid 19........................................................................................10
6. Klasifikasi....................................................................................................11
7. Komplikasi..................................................................................................12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................14
1. Pengkajian...................................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................17
3. Intervensi Keperawatan..............................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................1
SOAL............................................................................................................................1

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia dewasa ini menghadapi pandemi Covid 19 yang menyebar pada
216 negara dengan kasus sudah mencapai 29 juta . Berbagai upaya kebijakan
dunia dalam mencegah penyebaran Covid 19 yang kasusnya terus meningkat
tajam yaitu dengan lockdown, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir serta penggunaan masker. Pada Desember 2019 Italia
sebesar 10,19 %, Indonesia sebesar 8,73 %, China sebesar 4,04% dan
Amerika Serikat 1,44% (Hidayani, 2020).
Wabah yang semakin berkembang dengan pesat telah meresakan
dunia. Virus corona atau Covid-19 menjadi bencana yang menggangu
kesehatan di dunia. Virus yang awal mulanya berasal dari kota Wuhan di
Negara china ini telah meresakan seluruh dunia yang sudah menjadi tersebar
di banyak Negara. Covid-19 saat ini telah menggangu pada aspek
perekonomian dan kesehatan manusia di dunia. Bukan hanya aspek itu saja
bahkan hingga aspek pendidikan menjadi terganggu di sebabkan wabah ini.
Penyebaraan covid-19 yang terbilang sangat cepat memudahkan manusia
menjadi lebih cepat tertular dan tanpa disadari ia sudah terinfeksi wabah
tersebut. Hal ini membuat pemerintah Indonesia mengantisipasi dengan cara
membuat suatu kebijakan untuk menutup segala akses aktivitas untuk
menghindari jumlah yang penyebaran virus yang semakin lama bertambah
setiap waktunya. Pemerintah membuat kebijakan lockdown akses pada setiap
jalur, seperti dilarangnya berpergian, menutup tempat wisata, menutup
sebagian pusat berbelanjaan dan lain sebagainya yang memicu masyarakat
dari keramaian. Dengan adanya akses ini tak membuat pendidik dan peserta
didik untuk tidak ada aktivitas belajar mengajar. Aktivitas belajar mengajar
tetap dilaksanakan dalam dunia pendidikan walaupun akses lockdown di
sekolah dan universitas diberlakukan untuk mencegah penyebaran luas virus
corona. Kebijakan pada pendidikan bahwa aktivitas belajar mengajar
disekolah dapat dilaksanakan menggunakan E- learning berbasis daring
dirumah dalam kurun waktu 14 hari yang telah dikeuarkan keputusan dari

1
pemerintah pusat ataupun daerah untuk mengantisipasi penyebaran
dilingkungan sekolah dan universitas(Siahaan et al., 2020)

B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada
klien yang menderita penyakit covid 19.

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan covid 19?
2. Apa penyebab covid 19?
3. Bagaimana manifestasi klinis yang terjadi pada pasien covid 19?
4. Bagaimana patofisiologi covid 19?
5. Bagaimana klasifikasi covid 19?
6. Bagaimana komplikasi covid 19?

D. Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah:
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola piker yang ilmiah dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien Covid 19 dengan
menggunakan pendekatan proses perawatan.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa data,
menetapkaan diagnose keperawatan, merencanakan tindakan,
mengimplementasi tindakan sesuai rencana dan mengevaluasi asuhan
keperawatan pada pasien dengan gagal jantung atau dekompensasi kordis
serta memberikan pendidikan kesehatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
coronavirus yang paling baru ditemukan. Virus dan penyakit baru ini tidak
diketahui sebelum wabah dimulai di Wuhan, Cina, pada Desember 2019.
COVID-19 sekarang menjadi pandemi yang menyerang banyak negara
secara global (Fauziyah, 2020)
Virus Korona adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) dan Virus Korona yang paling baru
ditemukan COVID-19 (Amalia et al., 2020)
Coronavirus atau virus corona merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang,
seperti penyakit flu (Fadli, 2020).
Banyak orang terinfeksi virus ini, setidaknya satu kali dalam
hidupnya. Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa menimbulkan
penyakit yang lebih serius, seperti:
a) Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV)
b) Pneumonia.

2. Etiologi
Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei di China tengah, adalah
provinsi ketujuh terbesar di negara itu dengan populasi 11 juta orang. Pada
awal Desember 2019 seorang pasien didiagnosis menderita pneumonia
yang tidak biasa. Pada 31 Desember, kantor regional Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) di Beijing telah menerima pemberitahuan tentang
sekelompok pasien dengan pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya
dari kota yang sama.
Para peneliti di Institute of Virology di Wuhan telah melakukan
analisis metagenomics untuk mengidentifikasi virus corona baru sebagai
etiologi potensial. Mereka menyebutnya novel coronavirus 2019 (nCoV-
2019). Selanjutnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS

3
(CDC) menyebut virus corona sebagai 2019 novel coronavirus(2019-
nCoV) dan sekarang penyakitnya populer dengan istilah coronavirus
disease-19 (COVID-19).
Virus corona termasuk superdomain biota, kingdom virus.
Virus corona adalah kelompok virus terbesar dalam ordo
Nidovirales.Semua virus dalam ordo Nidovirales adalah non-segmented
positive-sense RNA viruses. Virus corona termasuk dalam familia
Coronaviridae, sub familia Coronavirinae, genus Betacoronavirus,
subgenus Sarbecovirus. Pengelompokan virus pada awalnya dipilah ke
dalam kelompok-kelompok berdasarkan serologi tetapi sekarang berdasar
pengelompokan filogenetik. Lebih jauh dijelaskan bahwa subgenus
Sarbecovirus meliputi Bat-SL-CoV, SARS-CoV dan 2019-nCoV. Bat-
SL-CoV awalnya ditemukan di Zhejiang, Yunan, Guizhou, Guangxi,
Shaanxi dan Hubei, China. Pengelompokan yang lain memperlihatkan
bahwa virus corona grup beta meliputi Bat coronavirus (BcoV), Porcine
hemagglutinating encephalomyelitis virus (HEV), Murine hepatitis virus
(MHV), Human coronavirus 4408 (HCoV-4408), Human coronavirus
OC43 (HCoV-OC43), Human coronavirus HKU1 (HCoV-HKU1), Severe
acute respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV) dan Middle Eastern
respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV).
Virus corona berbentuk bulat dengan diameter sekitar 125 nm
seperti yang digambarkan dalam penelitian menggunakan cryo-electron
microscopy. Partikel virus corona mengandung empat protein struktural
utama, yaitu protein S (spike protein) yang berbentuk seperti paku,
protein M (membrane protein), protein E (envelope protein), dan
protein N (nucleocapside protein). Protein S ( ~150 kDa),(7) protein M
(~25–30 kDa),(8) protein E (~8–12 kDa),(9) sedangkan protein N terdapat
di dalam nukleokapsid.
Analisis filogenetik mengungkapkan bahwa virus corona termasuk
dalam subgenus Sarbecovirus dari genus Betacoronavirus, dengan panjang
cabang yang relatif panjang untuk kerabat terdekat bat-SL-CoVZC45 dan
bat-SL-CoVZXC21, dan secara genetik berbeda dari SARS-CoV.
Khususnya, pemodelan homologi mengungkapkan bahwa virus corona
memiliki struktur receptor-binding domain yang sama dengan SARS-CoV,
meskipun terdapat variasi asam amino pada beberapa residu utama.

4
Meskipun virus corona lebih dekat ke bat-SL-CoVZC45 dan bat-SL-
CoVZXC21 di tingkat genom keseluruhan, tetapi melalui analisis
filogenetik dari receptor-binding domain ditemukan bahwa virus corona
lebih dekat dengan garis keturunan SARS-CoV.(10) Dewasa ini WHO
memberi nama severe acute respiratory syndrome coronavirus 2(SARS-
CoV-2) yang menjadi penyebab penyakit Covid-19.

3. Manifestasi Klinis
a. Gejala Umum Covid-19
1) Demam
Ini adalah gejala awal dari penderita yang terinfeksi.
Akibat dari adanya gejala demam ini maka banyak kalangan yang
memberlakukan pemeriksaan suhu tubuh untuk mendeteksi
penderita Covid-19 ini. Meskipun ini tidak bisa menjadi ukuran
yang tepat, tapi setidaknya cukup membantu. Gejala demam pada
Covid-19 lebih tinggi dibandingkan pada penyakit tubercolosis.
Biasanya suhu tubuh pada Covid-19 sering diatas 38°C. Pada
penyakit covid-19, onsetnya rata-rata sekitar 4-5 hari. Banyak
referensi juga menyatakan bahwa bahwa onset penyakit sekitar 1-
14 hari. Ini juga menjadi alasan mengapa isolasi mandiri harus
dilakukan selama 14 hari.
2) Batuk Kering
Gejala ini diakibatkan oleh virus corona yang memang
menyerang saluran pernafasan. Saat virus masuk ke dalam
tenggorokan, sistem imun kita akan meresponnya dengan cepat
sehingga efeknya tenggorokan akan terasa kering. dan mengalami
batuk kering. Meski hanya menjadi salah satu gejala, rupanya ini
cukup membuat orang dewasa waspada. Hal itu daopat dilihat jika
ada orang batuk di tempat umum, mungkin kita merasa curiga dan
akan cenderung menghindarinya. Padahal, tidak semua batuk
pasti mengindap Covid-19. Batuk pasien Covid-19 cenderung
mengalami batuk kering, bila dilihat dari patofisiologisnya. Kecil
kemungkinan dijumpai batuk berdahak pada Covid 19
3) Sesak Nafas

5
Gejala ini diakibatkan oleh virus corona yang memang
menyerang saluran pernafasan. Saat virus masuk ke dalam
tenggorokan, sistem imun kita akan meresponnya dengan cepat
sehingga efeknya tenggorokan akan terasa kering dan mengalami
batuk kering. Meski hanya menjadi salah satu gejala, rupanya ini
cukup membuat orang dewasa waspada. Hal itu dapat dilihat jika
ada orang batuk di tempat umum, mungkin kita merasa curiga dan
akan cenderung menghindarinya. Padahal, tidak semua batuk
pasti mengindap Covid-19. Batuk pasien Covid-19 cenderung
mengalami batuk kering, bila dilhat dari patofisiologisnya. Kecil
kemungkinan dijumpai batuk berdahak pada Covid 19.

b. Gejala Tidak Umum Covid-19


The US Centers for Disease Control and Prevention,
memperbarui daftar gejala Covid-19. Pada awalnya hanya ada demam,
batuk, dan sesak napas sebagai gejala klinis dari Covid-19, tetapi
sekarang menggigil, nyeri otot, sakit kepala, dan hilangnya rasa atau
bau menjadi gejala corona. Dengan perkembangan dan penelitian
mengenai virus corona ditemukan ada banyak gejala, bahkan
kemunculan gejalanya bisa jadi berbeda tergantung pada usia pasien.
Berdasarkan data yang dianalisis para peneliti mendefinisikan tingkat
keparahan Covid-19 dengan menggunakan pedoman American
Thoracic Society dalam makalah ini menyimpulan tingkat keparahan
Covid-19 dikategorikan menjadi dua, yaitu non-severe tidak parah dan
parah. Pasien parah banyak di antaranya disertai dengan gejala pada
saluran cerna, diare dan beberapa penyakit lainnya yang lebih rentan
terkena virus corona.
1) Gangguan Saluran Pencernaan/Diare
Penelitian di Ciname laporkan bahwa 2-10% pasien
terkonfirmasi positif Covid-19 menunjukkan gejala gangguan
pada sistem pencernaan seperti muntah, diare dan nyeri perut.
Karena reseptor angiotensin converting enzymes 2 (ACE-2)
sebagai tempat perlekatan Covid-19 untuk memulai. infeksi
bukan hanya terekpresi hanya pada saluran pernafasan saja
melainkan juga pada sel epitel ileum dan colon.

6
2) Sakit Kepala
Sebuah studi dalam jumal Annals of Clinical and
Translational Neurology pada 5 Oktober 2020, termasuk survei
yang dilakukan pada 509 pasien dengan virus Corona Covid-19 di
berbagai rumah sakit Northwestern Medicine di Chicago. AS.
Studi tersebut menemukan bahwa hampir 38 persen dari pasien
tersebut mengalami sakit kepala di beberapa titik selama periode
infeksi. Orang-orang lebih mungkin menghadapi gejala
neurologis selama perjalanan penyakit mereka.
3) Konjungtivitis
Virus corona baru ini dapat menyebabkan gejala mata
anda menjadi merah. Mata merah itu disebabkan oleh infeksi pada
jaringan konjungtiva atau dikenal sebagai konjungtivitis.
Konjungtiva adalah selaput tipis dan transparan yang melapisi
bagian dalam kelopak mata dan melindungi bagian putih mata.
Bahkan, penularan virus corona dapat terjadi lewat mata. Artinya,
virus ini bisa menyebar jika seseorang menyentuh matanya yang
terinfeksi lalu menyentuh orang lain. Atau jika seseorang yang
terinfeksi mengeluarkan droplet saat batuk atau berbicara, partikel
virusnya dapat menyebar dan mencapai mata.
4) Hilangnya Kemampuan Pengecap Perasa
Gejala yang ditimbulkan oleh penderita COVID-19
maupun flu biasa memiliki beberapa kesamaan, di antaranya
adalah hilangnya kemampuan untuk mencium bau dan mengecap
rasa. Dalam sebuah penelitian terbaru, diungkapkan perbedaan di
antara keduanya. Penelitian menemukan, bahwa hilangnya
kemampuan mencium bau dan mengecap rasa pada pasien Covid
19 bukan semata-mata disebabkan oleh hidung yang tersumbat.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Rhinology ini
mengemukakan bahwa hal itu lebih merujuk pada menurunnya
fungsi indera pencium dan pengecap berdasarkan dampak dari
virus SARS-CoV-2 pada otak dan sistem saraf.
5) Hilangnya Kemampuan Untuk Mencium Bau (Anosmia)
Anosmia pada Covid-19 ditandai dengan hilangnya
kemampuan indra penciuman. Gejala ini umumnya muncul

7
sekitar 2-14 hari setelah tubuh terpapar virus Corona. Anosmia
merupakan hilangnya fungsi indra penciuman secara total. Orang
yang mengalami anosmia tidak bisa mencium aroma apa pun,
baik aroma bunga atau parfum maupun bau tidak sedap, seperti
bau busuk dan bau amis. Sejauh ini, beberapa studi dan laporan
kasus menunjukkan bahwa anosmia merupakan salah satu
keluhan yang dapat dialami oleh penderita Covid-19, walaupun
gejala ini tidak selalu muncul. Sebagian penyintas Covid-19 yang
masih terus mengalami gejala tertentu. Anosmia umumnya
disebabkan oleh pembengkakan atau penyumbatan di rongga
hidung yang membuat bau atau aroma tertentu tidak bisa
terdeteksi oleh saraf di dalam hidung. Selain itu. anosmia juga
dapat terjadi karena adanya masalah pada sistem saraf yang
berfungsi untuk mendeteksi aroma atau bau.
6) Ruam Pada Kulit
Menurut beberapa penelitian, sekitar 20% pasien Covid-19
menunjukkan gejala ini ruam tersebut dapat muncul pada tahap
awal berkembangnya penyakit atau selama pasien menjalani
perawatan di rumah sakit. Uniknya. ruam kulit ini bisa muncul
dan menghilang secara tiba-tiba. Selain itu, tampilannya pun
mirip dengan ruam kulit pada beberapa jenis penyakit kulit
tertentu, seperti cacar air dan campak. Hingga kini, penyebab
munculnya ruam kulit pada pasien Covid-19 masih belum
diketahui secara pasti. Akan tetapi, beberapa studi menyebutkan
bahwa munculnya gejala ruam kulit tersebut berkaitan dengan
reaksi daya tahan tubuh dalam melawan virus corona atau efek
samping obat-obatan (Hidayani, 2020).

4. Patofisiologi
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah pandemi yang
disebabkan oleh Sindrom Pernafasan Akut Parah Coronavirus 2, juga
disebut SARS-CoV-2. Terlepas dari kesadaran luas tentang Covid-19,
banyak yang masih tidak menyadari bagaimana hal itu mempengaruhi
tubuh manusia.

8
SARS-CoV-2 memulai perjalanannya di hidung, mulut, atau mata
dan turun ke alveoli di paru-paru. Alveoli adalah kantung udara kecil di
mana pertukaran gas terjadi.
Pertukaran gas, setiap kantung udara, atau alveolus, dibungkus
dengan kapiler di mana sel darah merah melepaskan karbon dioksida
(CO2) dan mengambil oksigen (O2). Dua selus alveolus memfasilitasi
pertukaran gas: sel tipe I cukup tipis sehingga oksigen dapat melewatinya,
dan sel tipe II mensekresi surfaktan - suatu zat yang melapisi alveolus dan
mencegahnya kolaps.
Infeksi virus, protein lonjakan yang menutupi virus corona
mengikat keutamaan reseptor ACE2 pada sel alveolar tipe Il,
memungkinkan virus untuk menyuntikkan RNA-nya. RNA "membajak"
sel, memerintahkannya untuk mengumpulkan lebih banyak salinan virus
dan melepaskannya ke atveolus. Sel inang dihancurkan dalam proses ini
dan virus corona baru menginfeksi sel tetangga.
Gangguan pertukaran gas Ketika sistem kekebalan menyerang area
infeksi, ia juga membunuh sel alveolar yang sehat. Hal ini mengakibatkan
tiga hal yang menghambat pertukaran gas:
1. Alveolus kolaps karena hilangnya surfaktan dari sel Tipe II.
2. Kurang oksigen memasuki aliran darah karena kekurangan sel tipe
I.
3. Lebih banyak cairan memasuki alveolus.

Patofisiologi Covid-19 diawali dengan interaksi protein spike virus


dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi
dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi virus SARS-CoV-
2 (severe acute respiratory syndrome virus corona 2) pada inang.
Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan
menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian
hari.

9
5. Pathway Covid 19

10
6. Klasifikasi
a. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
Orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ispa) yaitu demam
(kurang dari 38°C) atau riwayat demam, disertai salah satu gejala/tanda
penyakit pernafasan seperti batuk/sesak nafas,sakit tenggorokan, pilek,
pneumonia ringan hingga berat dan tidak ada penyebab lain
berdasarkan: gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala. memiliki" riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
Orang dengan demam (lebih dari 38°C) atau riwayat demam atau
ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi Covid 19.
Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan.
b. Orang Dalam Pemantauan (ODP)
Orang yang mengalami demam (lebih dari 38°C) atau riwayat
demam, atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek, sakit
tenggorokan, batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalana atau tinggal di negara/wilayah, yang
melaporkan transmisi lokal.
Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti
pilek, sakit tenggorokan, batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi Covid-19.
c. Orang Tanpa Gejala (OTG)
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari
orang konfirmasi Covid-19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan
kontak erat dengan kasus konfirmasi Covid-19. Kontak erat adalah
seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau
berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus pasien dalam
pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.

11
 
7. Komplikasi
Berbagai gejala dirasakan oleh pengidap Covid-19. Mulai dari
gejala ringan, hingga berat. Gejala ringan nyatanya bisa diatasi dengan
perawatan di rumah. Sedangkan gejala berat, memerlukan perawatan di
rumah sakit untuk penanganan yang tepat.
Selain tingkat kesembuhan dari Covid-19 yang terus menunjukkan
peningkatan, tetapi masih terdapat kasus kematian setiap harinya. Bahkan,
hingga kemarin (24/2) kasus total kematian di Indonesia mencapai 35.518
orang. Umumnya, kasus kematian ini banyak dipicu oleh adanya
komplikasi akibat COVID-19 dan juga penyakit komorbid.
Menurut ketua bidang data dan teknologi informasi satgas penanganan
Covid-19, dr. Dewi Nur Aisyah, pengidap COVID-19 dengan komorbid
sakit ginjal sebesar 13,7 persen berisiko mengalami kematian.
Sedangkan, seseorang dengan penyakit jantung berisiko 9 kali lebih besar
mengalami kematian dibandingkan pengidap Covid-19 yang tidak
memiliki penyakit jantung.
Pengidap COVID-19 dengan penyakit autoimun, memiliki risiko 6
kali lebih besar. Sedangkan, kanker, penyakit hati, dan tuberkulosis
mengalami 3,3 kali lebih besar mengalami kematian. Semakin banyak
komorbid yang dialami, tentunya risiko kematian yang disebabkan
Covid-19 akan semakin besar.
Selain adanya gangguan pada fungsi paru, nyatanya Covid-19 juga
dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada ginjal, hingga
otak dan saraf yang dikenal sebagai gangguan neurologis. Tidak ada
salahnya, ketahui beberapa komplikasi akibat Covid-19 yang bisa dialami.
1. Pneumonia
Saat kamu terpapar virus corona, maka virus ini dapat berkembang
pada saluran pernapasan. Bukan itu saja, virus ini dapat menyebar
hingga ke paru-paru. Pada paru-paru yang sehat, oksigen akan masuk
melalui aliran darah ke dalam alveoli. Virus corona yang masuk ke
dalam paru-paru nyatanya dapat merusak alveoli. 
Saat ada virus masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh akan
berusaha melawan dan menyebabkan peradangan pada paru-paru.
Peradangan dapat menyebabkan cairan dan sel mati dalam paru

12
menumpuk, sehingga mengakibatkan penyakit pneumonia. Kondisi
ini menimbulkan gejala batuk dan sesak napas pada pengidap Covid-
19.
2. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Pneumonia yang disebabkan oleh Covid-19 juga dapat
memicu acute respiratory distress syndrome (ARDS). Kondisi ini
merupakan jenis kegagalan pernapasan progresif yang terjadi ketika
kantung udara pada paru-paru terisi cairan. Jika mengalami kondisi
ini, pengidap Covid-19 membutuhkan ventilator atau alat bantu napas
untuk proses pernapasan. Dengan begitu, gejala pneumonia dapat
diredakan.
3. Gangguan Hati
Melansir dari Journal of Hepatology, laporan terbaru
menunjukkan sekitar 2–11 persen pasien dengan Covid-19 sudah
memiliki penyakit hati kronis sebelumnya. Dalam masa pandemi,
disfungsi hati terlihat meningkat 14–53 persen pada pengidap Covid-
19. Peningkatan gangguan hati berkaitan langsung dengan kasus
kematian pengidap Covid-19. 
Gangguan hati dalam Covid-19 bisa dikaitkan dengan efek sitopatik
langsung dari virus, reaksi kekebalan yang tidak terkontrol, kondisi
sepsis, hingga efek dari penggunaan obat-obatan untuk meredakan
gejala Covid-19.
4. Gagal Ginjal Akut
Bukan hanya menyerang paru-paru, gejala Covid-19 yang
cukup parah nyatanya mampu menyebabkan gangguan pada ginjal.
Meskipun jarang terjadi, tetapi Covid-19 mampu meningkatkan
risiko gagal ginjal akut pada pengidap COVID-19. Kondisi ini
tentunya cukup berbahaya dan membuat pengidap COVID-19
membutuhkan penanganan yang lebih serius. Melansir The Pediatric
Infectious Disease Journal, sekitar 25 persen orang dewasa pengidap
Covid-19 bisa berisiko mengalami komplikasi ini. Namun, saat ini
belum ditemukan penyakit ini sebagai komplikasi pada pengidap
Covid-19 yang masih berusia anak-anak.
5. Gangguan Neurologis

13
Pada pengidap Covid-19 yang mengalami gangguan neurologis,
umumnya kondisi ini memang telah dimiliki sebelumnya. Paparan
virus corona yang tidak segera diatasi dapat memperburuk kondisi
ini. Namun, penyakit Covid-19 dengan gejala yang cukup parah dapat
berisiko menyebabkan sepsis dan kegagalan organ yang memicu
kondisi gangguan neurologis. Gangguan neurologis juga dapat
dialami oleh pengidap Covid-19 akibat efek samping dari pengobatan
yang dilakukan. Meskipun begitu, komplikasi gangguan neurologis
pada pengidap Covid-19 masih harus terus dilakukan penelitian lebih
mendalam.
6. Gangguan Jantung
Bukan hanya paru-paru, gangguan jantung juga kerap dialami oleh
pengidap Covid-19 sebagai komplikasi yang cukup umum terjadi.
Biasanya, virus corona menyebabkan gangguan irama jantung atau
aritmia. Selain itu, melansir jurnal American Heart Association, 22
persen pasien Covid-19 dengan gejala berat mengalami cedera
miokard akibat infeksi. Namun, penelitian mengenai kasus ini masih
akan dilakukan secara lebih mendalam.
Itulah beberapa komplikasi akibat Covid-19. Tidak ada salahnya
untuk waspada terhadap virus ini dan lakukan berbagai protokol
kesehatan untuk menurunkan risiko penularan. Melansir World
Health Organization, ada beberapa kelompok yang sangat rentan
terpapar Covid-19. Mulai dari lansia, pengidap penyakit paru,
diabetes, dan gangguan imun tubuh.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Covid-19 dapat di alami oleh pria atau wanita dari anak-anak, dewasa
sampai lansia.
b. Alasan masuk RS
Pasien tersebut peningkatan suhu tubuh alias demam, menggigil, batuk
kering, sakit tenggorokan, sesak napas, nyeri otot, kelelahan, anosmia.
c. Keluhan Utama

14
Pasien tersebut merasakan gangguan pada indera penciuman (anosmia)
dan pengecap, peningkatan suhu tubuh alias demam, menggigil, batuk
kering, sakit tenggorokan, sesak napas, nyeri otot, kelelahan.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien kehilangan pada indera penciuman (anosmia) dan pengecap,
peningkatan suhu tubuh alias demam, menggigil, batuk kering., sakit
tenggorokan, sesak napas, nyeri otot, kelelahan.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Kesadaran pasien composmentis. GCS (E4V6M5). Wajah
terlihat pucat, gelisah, lemas, sesak nafas. Pernafasan cuping
hidung, bentuk dada simetri, irama nafas terarur, pola nafas
dipsnea, terdapat otot bantu pernafasan. Terpasang IVFD dan
oksigen NRM (10 lt/menit
b) TTV
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 140/110 mmHg,
RR : 40 x/menit, N : 115 x/menit, T : 37.8◦C, SPO2 : 86 %.
Denyut nadi teraba kuat dan cepat, turgor kulit baik.
2) Body System
a) Sistem pernafasan
b) Sistem kardiovaskuler
c) Sistem persarafan
d) Sistem perkemihan
e) Sistem pencernaan
f) Sistem integument
g) Sistem muskuloskeletal
h) Sistem endokrin
i) Sistem reproduksi
j) Sistem penginderaan
k) Sistem imun

f. Pemeriksaan Penunjang
Didasari dengan pemeriksaan penunjang. CT scan toraks nonkontras
merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi

15
Covid-19. Nucleic acid amplification test (NAAT) seperti RT-PCR
dengan jenis spesimen usap nasofaring dan orofaring merupakan tes
diagnostik untuk mengkonfirmasi diagnosis Covid-19. Pemeriksaan
laboratorium merupakan pemeriksaan umum yang dapat menunjang
diagnosis Covid-19. Beberapa tes laboratorium yang dapat dilakukan
pada pasien Covid-19 berat, misalnya hematologi, analisa gas darah,
dan kadar D-dimer.
g. Penatalaksanaan
Tata laksana terapinya:
1) Terapi simptomatis, seperti: antipiretik untuk demam.
2) Edukasi pasien terkait perburukan gejala yang membutuhkan
penanganan medis lebih lanjut.
3) Umumnya, pasien dengan tingkat keparahan ringan, tidak
membutuhkan perawatan di rumah sakit. Perlu ditekankan bahwa
pasien perlu melakukan isolasi diri sebagai upaya untuk
meminimalkan sebaran virus. Tempat untuk melakukan isolasi
sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya setempat maupun
negara.
4) Terapi oksigen
Terapi oksigen diperlukan terutama pada pasien-pasien yang
mengalami severe acuterespiratory infection (SARI) dan distress
napas, hipoksemia, sentral sianosis, syok, koma atau konvulsi.
Berikut adalah teknis pemberian terapi oksigen pada pasien dengan
Covid-19:
a. Dewasa: berikan oksigen 5L/menit selama proses resusitasi
hingga mencapai target SpO2≥93% atau gunakan face mask
dengan reservoir bag 10–15 L/ menit pada pasien kritis. Ketika
pasien sudah stabil, target SpO2 adalah >90% pada pasien yang
tidak hamil dan ≥92–95% pada pasien hamil.
b. Anak-anak: berikan oksigen melalui nasal prongs atau nasal
cannula dengan target SpO2≥94% selama proses resusitasi.
Target SpO2 pada pasien anak yang stabil adalah ≥90%.
c. Pantau kondisi pasien dengan Covid-19 secara ketat dan lakukan
identifikasi gejala perburukan kondisi seperti terjadinya gagal

16
napas dan sepsis. Berikan tindakan secepatnya untuk
menyelamatkan nyawa pasien.
d. Perhatikan kondisi penyerta pasien, dan terapi Covid-19 tetap
perlumemperhatikan kondisi penyerta tersebut. Terapi infeksi
penyerta dan terapi antibiotik empirik perlu diberikan segera
untuk mengatasi patogen yang diduga menyebabkan sepsis.
5) Terapi acute respiratory distress syndrome (ARDS) Detail teknis
tindakan medis, termasuk tentang pengaturan ventilator dan
pemasangan intubasi untuk menyelamatkan nyawa pasien, harus
dilakukan oleh tenaga terlatih sesuai dengan pedoman terapi WHO.
Terapi cairan yang disarankan untuk pasien tanpa hipoperfusi
jaringan adalah pendekatan terapi cairan konservatif sesuai dengan
protokol masing-masing rumah sakit.
6) Penggunaan kortikosteroid sebagai terapi penunjang penggunaan
kortikosteroid sistemik secara rutin tidak direkomendasikan pada
pasien dengan pneumonia yang disebabkan oleh virus, kecuali
terdapat indikasi lain.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (SDKI PPNI 2017) Diagnosa keperawatan gagal jantung yang
muncul antara lain :
a. Ansietas
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Penyebab :
1. Krisis situasional.
2. Kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Krisis maturasional.
4. Ancaman terhadap konsep diri.
5. Ancaman terhadap kematian.
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7. Disfungsi sistem keluarga.
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.

17
9. Faktor keturunan (tempramen mudah teragitasi
sejak lahir).
10. Penyalahgunaan zat.
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan,
dan lain-lain).
12. Kurang terpapar informasi.
Gejala dan tanda mayor subyektif :

1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi.
3. Sulit berkonsentrasi.
Gejala dan tanda mayor objektif :

1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur.
Gejala dan tanda minor subjektif :

1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia.
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak berdaya.
Gejala dan tanda minor objektif :

1. Frekuensi nafas meningkat.


2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Diaphoresis.
5. Tremor.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu.
Kondisi klinis terkait

Penyakit kronis progresif (mis. kanker, penyakit autoimun)

18
b. Defisit perawatan diri
Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri.
Penyebab :
Gangguan muskuloskeletal
1. Gangguan neuromuskuler.
2. Kelemahan.
3. Gangguan psikologis dan/atau psikotik.
4. Penurunan motivasi/minat.
Gejala dan tanda mayor subjektif
1. Menolak melakukan perawatan.
Gejala dan tanda mayor Objektif
1. Tidak mampu diri mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri.
2. Minat melakukan perawatan diri kurang.
Gejala dan tanda minor subjektif
(tidak tersedia)
Gejala dan tanda minor objektif
(tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Depresi
4. Arthritis reumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian terganggu
Keterangan
Diagnosis Ini dispesifikkan menjadi salah satu atau lebih dari:
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Makan

19
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi
jalan nafas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab :
Fisiologis
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. 7 Hiperpiasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
Gejala dan tanda mayor subjektif
(tidak tersedia)
Gejala dan tanda mayor objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
5. Mekonium di jalan napas (pada neonatus)
GejaIa dan Tanda Minor Subjektif
1. Dispnea.
2. Sulit bicara.
3. Ortopnea.
Tanda dan gejala minor objektif
1. Gelisah.
2. Sianosis.
3. Bunyi nafas menurun.

20
4. Frekuensi nafas berubah.
5. Pola nafas berubah.
Kondisi klinis terkait
1. Gullian barre syndrome.
2. Skierosis multiple.
3. Myasthenia gravis.
4. Prosedur diagnostic.
5. Depresi sistem saraf pusat.
6. Cedera kepala.
7. Stroke.
8. Kuadriplegia.
9. Sindrom aspirasi meconium.
10. Infeksi saluran nafas.
d. Gangguan pertukaran gas
Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eleminasi
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler.
Penyebab :
1. Ketidak seimbangan ventilasi-perfusi.
2. Perubahan membrane alveolus-kapiler.
Gejala dan tanda mayor subjektif :
1. Dispnea.
Gejala dan tanda mayor objektif :
1. PCO2 meningkatkan atau menurunkan.
2. PO2 menurun, takikardia.
3. pH arteri meninkat /menurun.
4. Bunyi panas tambahan.
Gejala dan tanda minor subjektif :
1. Pusing.
2. Pengelihatan kabur.
Gejala dan tanda minor objektif :
1. Sianosis.
2. Diaforesis.
3. Gelisah.
4. Napas cuping hidung.

21
5. Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular,
dalam/dangkal).
6. Warna kulit abnormal (mis, pucat, kebiruan ).
7. Kesadaran menurun.
Kondisi klinis terkait :

1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).


2. Gagal jantung kongestif.
3. Asma.
4. Pneumonia.
5. Tuberculosis paru.
6. Penyakit membrane hialin.
7. Asfiksia.
8. Persistent pulmonary hypertension of newbom
(PPHN).
9. Prematuritas.
10. Infeksi saluran nafas (PPNI,2017, Hal, 22).
e. Ganguan ventilasi spontan
Definisi : Penurunan cadangan energi yang mengakibatkan
individu tidak mampu bernafas secara adekuat.
Faktor Risiko
1. Gangguan metabolism.
2. Kelelahan otot pemafasan.

Gejala dan tanda mayor subjektif

1. Dispnea

Gejala dan tanda bjektif

1. Penggunaan otot bantu napas meningkat. .


2. Volume tidal menurun.
3. PCO2 meningkat.
4. PO2 menurun.
5. SaO2 menurun.

Gejala dan tanda mayor subjektif

(tidak tersedia)

22
Gejala dan tanda mayor objektif

1. Gelisah.
2. Takikardia.

Kondisi klinis terkait

1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).


2. Asma.
3. Cedera kepala.
4. Gagal jantung.
5. Bedah jantung.
6. Adult respiratory distress syndrome (ARDS).
7. Persistent pulmonary hypertensi of newborn
(PPHN).
8. Prematuritas.
9. Infeksi saluran nafas.
f. Resiko Syok
Definisi : Beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubu, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang
mengancam jiwa.
Faktor Risiko
1. Hipoksemia.
2. Hipoksia.
3. Hipotensi.
4. Kekurangan volume cairan.
5. Sepsis.
6. Sindrom respons inflamasi sistemik (systemic
Inflamatory response syndrome [SIRS]).

Kondisi Klinis Trerkait

1. Perdarahan.
2. Trauma multiple.
3. Pneumothoraks.
4. Infark miokard.
5. Kardiomiopati.

23
6. Cedera medula spinalis.
7. Anafilaksis.
8. Sepsis.
9. Koagulasi Intravaskuler diseminata.
10. Sindrom respons inflamasi sistemik (systernic
inflamato respon syndrome (ISIRSI).

Diagnosis ini ditegakkan pada kondisi gawat darurat yang dapat


mengancam jiwa dan intervensi diarahkan untuk penyelamatan
jiwa.

3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas
1) Tujuan: Klien dapat menjalin BHSP (Bina
Hubungan Saling Percaya )
2) Kriteria hasil :Setalah 1x30 menit, klien menunjukkan tanda percaya
terhadap orang sekitar ditandai dengan (wajah tersenyum,ada kontak
mata)
3) Intevensi Terapi Relaksasi (SIKI hal 452 )
a) Observasi
Monitor tanda-tanda ansietas.
b) Terapeutik
1. Pahami situasi yang membuat ansietas.
2. Dengarkan dengan penuh perhatian.
3. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan.
4. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang.
5. Edukasi Informasikan secara faktual mengenai diagnosis
pengobatan dan prognosis.
6. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat.
7. Latih tehnik relaksasi.

b. Defisit perawatan diri


1) Tujuan:Px dapat memilihara
kebersihan diri sendiri

24
2) Kriteria hasil :Klien dapat mengetahui tentang kebersihan diri
sendirinya
3) Intevensi Dukungan perawatan diri (SIKI hal 36-37 )
a) Observasi
1. Monitor tingkat kemandirian.
2. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan makan.
b) Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang terapiutik (misal suasana hangat,
rilek,dan privasi).
2. Siapkan keperluan pribadi (misalkan parfum, sikat gigi,
sabun mandi).
c) Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Tujuan: Melatih pasien yang tidak
memiliki kemampuan batuk secara
efektif
2) Kriteria hasil : pasien dapat melakukan batuk efektif
3) Intevensi (SIKI hal 142)
a) Observasi
1. Identifikasi kemampuan batuk.
2. Monitor adanya retensi sputum.
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas.
b) Terapiutik
1. Atur posisi semifowler atau fowler.
2. Buang secret pada tempat sputum.
c) Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif.
2. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik
ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu selama 8 detik dan ulangi sebanyak 3
kali.

25
3. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
nafasdalam yang ke 3.
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian terapi mukolitik atau ekspektoran jika
perlu.Gangguan pertukaran observasi.
1. Monitor frekuensi , irama, kedalaman, dan upaya nafas.
2. Monitor pola nafas (seperti bradibnea, takipnea,
hyperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot ataksis).
3. Monitor saturasi oksigen monitor nilai AGD.
e) Kolaborasi Terapiutik
1. Dokumentasikan hasil pemantauan.
2. Edukasi
3. Informasikan hasil pemantauan jika perlu

d. Gangguan ventilasi spontan


1) Tujuan: Mempertahankan pernafasan spontan
untuk memaksimalkan pertukaran gas di pari-
paru
2) Kriteria hasil : pasien dapat bernafas dengan baik
3) Intevensi Dukungan Ventilasi (SIKI hal 49 )
a) Observasi
Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas monitor status
respiratori dan oksigenasi (misalnya frekuensidan kedaalaman
nafas, penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas tambahan, saturasi
oksigen)
b) Terapiutik
1. Pertahankan kepatenaan jalan nafas.
2. Berikan posisi semi fowler atau fowler.
3. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mialnya nasal canul,
masker wajah, masker rebreathing atau non rebreathing).
4. Gunakan bag valve mask jika perlu Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian bronkhodilator jika perlu.

e. Risiko syok
1) Tujuan:mencukupi kebutuhan jaringan

26
2) Kriteria hasil : Pernafasan normal dan nadi normal
3) Intevensi (SIKI hal 284)
Observasi
a) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi nafas, tekana darah,MAP), monitor status cairan
(masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT), monitor tingkat
kesadaran dn respon pupil
b) Terapiutik
1. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasioksigen >
94%.
2. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis jika perlu.
3. Kolaborasi Kolaborasi pemberian intravena jika perlu.

27
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L., Hiola, F., & Kesehatan Masyarakat, J. (2020). Analysis of Clinical
Symptoms and Immune Enhancement to Prevent COVID-19 Disease.
Jambura Journal, 2(2), 71–76.
Fadli, A. (2020). M ENGENAL C OVID -19 DAN C EGAH P
ENYEBARANNYA D ENGAN “ P EDULI L INDUNGI ” A PLIKASI B
ERBASIS A NDORID. Indonesia Masih Bergelut Melawan Virus Corona
Hingga Saat Ini, Sama Dengan Negara Lain Di Dunia. Jumlah Kasus Virus
Corona Terus Bertambah Dengan Beberapa Melaporkan Kesembuhan, Tapi
Tak Sedikit Yang Meninggal. Usaha Penanganan Dan Pencegahan Terus
Dilaku, April.
Fauziyah, A. S. (2020). Covid - 19. Meningkatkan Komitmen Kedisiplinan
Masyarakat Dalam Menjaga Protokol Kesehatan Di Masa Covid-19, 1, 7–8.
https://osf.io/qjwk4/download?format=pdf
Hidayani, W. R. (2020). Faktor Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
COVID 19 : Literature Review | Hidayani | Jurnal Untuk Masyarakat Sehat
(JUKMAS). Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS), 4(2), 120–134.
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas/article/view/1015/696
Siahaan, M., Akuntansi, P., Ekonomi, F., Bhayangkara, U., Raya, J., Raya
Perjuangan, J., Mulya, M., & Utara, B. (2020). Covid-19 Tidak menjadi
hambatan Pendidikan di Indonesia. Researchgate.Net, 1, 1410–9794.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.28543.36005/1
PPNI. (2017). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta selatan.DPP
PPNI.
PPNI. (2017). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta selatan.DPP
PPNI.
SOAL

1. Virus corona (COVID-19) dibawa oleh hewan.....dan menular kepada manusia.

a. Burung

b. Kelelawar

c. Itik

d. Ayam

2. COVID-19 bisa masuk melalui anggota-anggota tubuh di bawah ini, kecuali...

a. Mata

b. Mulut

c. Hidung

d. Telinga

3. Dibawah ini adalah media penyebaran virus Corona, kecuali....

a. Bersalaman/Sentuhan tangan

b. Percikan batuk dan bersin

c. Udara

d. Benda-benda Padat

4. Orang yang paling berpotensi terkena COVID-19 adalah...

a. Setiap orang yang daya tahan tubuhnya rendah dan punya riwayat penyakit
bawaan seperti paru, TB, hipertensi, asma, kanker, dan tumor.

b. Manusia lanjut usia yang berusia di atas 60 tahun.

c. Anak-anak yang sedang sakit demam, batuk, dan flu.

d. Orang yang keluar rumah tanpa menggunakan masker dan menghadiri


kerumunan massa.
5. Cuci tangan yang paling baik agar terhindar dari virus dilakukan dengan
menggunakan sabun pada...

a. Air mengalir

b. Air kolam

c. Air dalam wadah

d. Air hangat

6. Perhatikan aktivitas-aktivitas di bawah ini:

1) Mencuci tangan minimal 40-60 detik.

2) Berjemur di bawah sinar matahari selama 15-30 menit

3) Makan makanan dan minuman yang bergizi

4) Istirahat yang cukup

5) Memakai masker

Upaya untuk menjaga diri terhindar dari COVID-19 di rumah yang tepat
terdapat pada nomor....

a. 1, 2, 3, 4

b. 1, 2, 4, 5

c. 2, 3, 4, 5

d. 1, 3, 4, 5

7. Gejala awal orang yang terkena COVID-19 yaitu...

a. Demam, batuk, pilek, gangguan pernapasan, sakit tenggorokan, letih, lesu,


dan nyeri otot.

b. Demam, batuk, pilek, gangguan pernapasan, sakit tenggorokan, letih, lesu,


dan sakit kepala.

c. Demam, batuk, pilek, gangguan pernapasan, sakit tenggorokan, letih, lesu,


dan kejang-kejang.
d. Demam, batuk, pilek, gangguan pernapasan, sakit tenggorokan, letih, dan
lesu.

8. Cara bersin yang baik dan beretika yaitu...

a. Menutup dengan baju bagian luar

b. Menutup dengan baju bagian dalam

c. Menutup dengan telapak tangan

d. Menutup dengan tisu

9. Tujuan menjaga jarak (Social distancing/Physical distancing) sebagaimana


yang diinstruksikan oleh pemerintah kepada masyarakat yaitu...

a. Agar orang-orang tidak terlalu akrab antara satu sama lain.

b. Membudayakan antri dan disiplin.

c. Mengantisipasi penyebaran COVID-19.

d. Supaya orang-orang tidak berdesakan di tempat umum

10. Jika seseorang bersin di depan orang lain dan tidak menggunakan masker. Dia
hanya menggunakan tangannya untuk menutup hidungnya, maka hal yang
perlu dilakukan adalah...

a. Segera membersihkan/ mencuci tangannya dan membersihkan permukaan


benda yang terkena droplet (cairan) yang keluar dari hidungnya.

b. Segera meminum obat pilek dan segera beristirahat.

c. Segera meminta maaf kepada orang yang berada di depannya.

d. Orang yang dekat dengan orang yang bersin segera diperiksa oleh tenaga
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai