Anda di halaman 1dari 9

LAPSUS OKTOBER 2022

P5 di SMP Nasima
Pentingnya Menanamkan Gaya Hidup yang Ramah Lingkungan

Peletak dasar filosofi pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menegaskan pentingnya


peserta didik mempelajari hal-hal di luar kelas. Pendidikan dalam konteks yang sesungguhnya,
diyakini oleh Ki Hadjar Dewantara, menyangkut upaya memahami dan
menganyomi kebutuhan peserta didik sebagai subyek pendidikan. Dalam konteks itu,
tugas pendidik adalah mengembangkan potensi-potensi peserta didik, menawarkan
pengetahuan, serta mengkomparasikan dengan kenyataan di lapangan. Semuanya itu
dimaksudkan untuk memantik dan mengungkapkan gagasan-gagasan peserta didik tentang
suatu topik tertentu sehingga yang terjadi adalah pengetahuan tidak ditanamkan secara
paksa tetapi ditemukan, diolah dan dipilih oleh murid. Dalam perspektif itulah Ki
Hadjar memaknai pendidikan sebagai aktivitas “mengasuh”.
Namun sayangnya, selama ini dunia pendidikan kita cenderung terlambat
mempraktikannya. Sampai kemudian, beberapa dekade terakhir, pendidik dan praktisi
pendidikan di seluruh dunia mulai menyadari, bahwa mempelajari hal-hal di luar kelas dapat
membantu pemahaman yang lebih holistik kepada peserta didik akan keterkaitan materi
pelajaran dengan persoalan kehidupan sehari- sehari.
Untuk itulah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui
Kurikulum Merdeka menggagas Projek Penguatan Profil pelajar Pancasila (P5). P5 didesain
sebagai salah satu sarana pencapaian profil pelajar Pancasila, memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus
kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.
Dalam kegiatan projek profil ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari
tema-tema atau isu penting seperti perubahan iklim, kearifan lokal, anti radikalisme, kesehatan
mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi sehingga peserta didik
dapat melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar
dan kebutuhannya.
P5 diharapkan dapat menginspirasi peserta didik untuk berkontribusi bagi lingkungan
sekitarnya. Bagi pekerja di dunia modern, keberhasilan menjalankan projek akan menjadi
prestasi. Selain itu, P5 juga diharapkan dapat menjadi sarana yang optimal dalam mendorong
peserta didik menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Dalam skema kurikulum, pelaksanaan P5 terdapat di dalam rumusan
Kepmendikbudristek No.56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka
Pemulihan Pembelajaran yang menyebutkan bahwa Struktur Kurikulum di jenjang PAUD serta
Pendidikan Dasar dan Menengah terdiri atas kegiatan pembelajaran intrakurikuler dan projek
penguatan profil pelajar Pancasila. Sementara pada Pendidikan Kesetaraan terdiri atas mata
pelajaran kelompok umum serta pemberdayaan dan keterampilan berbasis profil pelajar
Pancasila.

Pelaksanaan P5 di SMP Nasima


Projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu
dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk
menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila.
Pada projek pertama P5, SMP Nasima mengambil tema Gaya Hidup Berkelanjutan
(sustainable lifestyle) yang digelar secara blok mulai 26 September- 7 Oktober 2022 dan diikuti
peserta didik kelas VII yang berjumlah 112 dengan 12 guru pembimbing sekaligus fasilitator.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan Pengajaran, Sri Nikmatu Rupiah, S.Pd., M.Pd.
menjelaskan bahwa latar belakang pengambilan tema gaya hidup berkelanjutan atau
sustainable lifestyle, dengan fokus isu tentang pengelolaan sampah plastik dan ekonomi
sirkular, adalah sebagai wujud keprihatinan atas pengelolaan sampah dan penggunaan sumber
daya ekonomi yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan alam sekitar. Oleh karena itu,
dalam upaya untuk mengkampanyekan kesadaran tentang pentingnya merawat bumi sehingga
menjadi lebih baik serta mencegah bencana iklim, SMP Nasima merasa perlu
mengkampanyekan dan menerapkan gaya hidup berkelanjutan yang berpihak pada kelestarian
bumi.
“Bumi kita yang semakin tua ini semakin menderita karena kita membebaninya dengan
sampah plastik yang sulit diurai oleh alam. Demikian juga penggunaan sumber daya ekonomi
yang eksploitatif seolah-olah tidak berfikir tantang masa depan anak dan cucu kita”, jelasnya.
Lebih jauh menurutnya, berdasarkan refrensi dan hasil analisa dari WHO mengenai Gaya
Hidup Berkelanjutan dan kesehatan sosial dan lingkungan, yang dituliskan pada tahun 2018
menyatakan bahwa Gaya Hidup Berkelanjutan mempengaruhi faktor penentu kesehatan sosial
dan lingkungan - udara bersih, air minum yang aman, makanan yang cukup dan tempat tinggal
yang aman.
Antara tahun 2030 dan 2050, Gaya Hidup Berkelanjutan diperkirakan akan menyebabkan
sekitar 250.000 kematian tambahan per tahun, dari malnutrisi, malaria, diare, dan tekanan
panas. Wilayah dengan infrastruktur kesehatan yang lemah --kebanyakan di negara
berkembang-- akan menjadi orang yang paling tidak mampu mengatasi tanpa bantuan untuk
mempersiapkan dan menanggapi. Mengurangi sampah, terutama sampah plastik, pilihan
makanan dan penggunaan energi dapat meningkatkan kesehatan, terutama melalui
pengurangan polusi tanah dan air.
Gaya Hidup Berkelanjutan terjadi karena aktivitas manusia dan berpengaruh kepada cara
kita hidup dan masa depan bumi. Dengan melihat isu/permasalahan dalam Gaya Hidup
Berkelanjutan global, kita bisa mulai mengambil aksi yang membantu keberlanjutan
(sustainability) hidup di bumi. Sekolah sebagai komunitas dapat membangun kesadaran dari
seluruh anggota komunitasnya mengenai pengolahan sampah yang baik, sehingga dapat
mengurangi polusi dan memberikan efek ekonomi melalui konsep 3R (Reduce, Reuse dan
Recycle). Dengan adanya aksi sehari-hari yang dapat dilakukan sebagai komunitas, kita juga
berperan dalam keberlanjutan kehidupan di bumi.
Gaya hidup berkelanjutan sendiri diartikan sebagai gaya hidup dengan kesadaran dan
berpikir dalam jangka panjang, karena hampir semua tindakan yang kita lakukan memiliki
dampak pada lingkungan dan orang lain. Pada dasarnya, gaya hidup berkelanjutan tercermin
pada produk, perilaku, dan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan kita tanpa mengurangi dan
mengubah akses sumber daya untuk generasi di masa depan. Gaya hidup berkelanjutan
merupakan gaya hidup ramah lingkungan.
Kepala SMP Nasima, Yudina Tri Heryanti, S.Pd. menjelaskan P5 kali ini SMP Nasima fokus
mengangkat isu “Bijak Mengelola Sampah dan Ekonomi Sirkular” dengan tujuan untuk
membentuk peserta didik SMP Nasima memiliki kesadaran bahwa mereka adalah bagian dari
warga dunia (global citizen) yang dapat berkontribusi untuk mengurangi polusi dan melakukan
aksi menjalani gaya hidup ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“P5 ini kami fokus mengangkat isu tentang penggunaan plastik dan pengelolaan sampah
plastik yang bijak melalui konsep konsep Reduce, Reuse dan Recycle (3) dengan harapan
peserta didik tumbuh kesadaran dan kemauan mengubah sikap untuk mengelola sampah
plastik dengan bijak”.
Pelaksanaan P5 di SMP Nasima dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu: tahap pengenalan,
tahap kontekstualisasi, tahap aksi dan tahap evaluasi serta tahap refleksi.
Tahapan Pengenalan. Pada tahapan ini peserta didik diajak untuk mengenali dan
membangun kesadaran terkait isu Gaya Hidup Berkelanjutan, dan konsep masalah sampah bagi
lingkungan, serta pentingnya menghemat sumber daya alam melalui konsep ekonomi sirkular.
Pada tahapan ini juga, SMP Nasima mengundang pembicara tamu yang dari Yayasan Bina Karta
Lestari (Bintari). Yayasan Bintari merupakan lembaga swadaya masyarakat nasional bergerak dalam
perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Mereka berbicara tentang pentingnya
mengelola sampah, khususnya sampah plastik sebagai ancaman serius bagi alam.
Tahapan berikutnya adalah tahap kontekstualisasi. Pada tahap ini peserta didik diajak
untuk mengkontekstualisasikan masalah-masalah yang berhubungan dengan pengelolaan
sampah plastik di lingkungan terdekat seperti keluarga, masayarakat sekitar dan lingkungan
sekolah.
Tahap aksi adalah tahapan yang paling menarik, dimana peserta didik diajak secara
bersama-sama mewujudkan pelajaran yang didapatkan oleh murid melalui aksi nyata. Mereka
diajak melakukan praktik bersih-bersih sampah plastik, memilah dan mengelompokannya.
Kemudian mengunjungi pantai Tirang Semarang dan Pantai Sigandu Batang untuk melakukan
bersih pantai dan studi eksplorasi tentang pengelolaan sampah di kedua pantai di Jawa Tengah
itu.
Pada praktik ekonomi sirkular, peserta didik diajak untuk memanfaatkan limbah plastik
bekas kemasan kopi, deterjen, bumbu masak dan lain-lain untuk dijadikan barang-barang
kerajinan yang memiliki nilai guna seperti vas bunga, tatakan cangkir atau mangkuk, tas cantik,
dan lain-lain dengan bimbingan orang tua peserta didik yang sudah lama berkecimpung dalam
kerajinan dari limbah plastik.
Pada tahap akhir, dinamakan tahapan Refleksi dan Tindak Lanjut. Pada tahap ini peserta
didik melakukan kegiatan berbagi karya melalui panen karya hasil belajar. Panen karya hasil
belajar dilakukan dengan bekerjasama orang tua peserta didik. Pada panen karya hasil belajar
peserta didik memamerkan hasil karya mereka berupa barang-barang kerajinan dari limbah
plastik seperti vas bunga, tatakan cangkir atau mangkuk, tas cantik, dan lain-lain.
Melalui projek ini, peserta didik diharapkan telah mengembangkan secara spesifik tiga
dimensi Profil Pelajar Pancasila, yakni Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak
Mulia, Bernalar Kritis dan kreatif. Sedangkan manfaat P5 ini bagi satuan pendidikan antara lain
menjadikan satuan pendidikan sebagai sebuah ekosistem yang terbuka untuk partisipasi dan
keterlibatan masyarakat serta menjadikan satuan pendidikan sebagai organisasi pembelajaran
yang berkontribusi kepada lingkungan dan komunitas di sekitarnya. Sementara bagi peserta
didik, kegiatan ini memberi ruang dan waktu untuk mengembangkan kompetensi dan
memperkuat karakter dan profil pelajar Pancasila. (Taryadi)
TAHAP PENGENALAN: Mengenali dan membangun kesadaran murid terhadap isu gaya hidup
berkelanjutan, dan konsep masalah sampah bagi lingkungan.
LIMBAH PLASTIK: Membuat kerajinan yang bernilai guna dengan memanfaatkan limbah plastik
selain menyelamatkan lingkungan dari limbah plastic juga sebagai contoh praktik ekonomi
sirkular sederhana.

TOTE BAG: Tote bag hasil karya peserta didik yang di pamerkan dalam panen karya hasil belajar
P5 SMP Nasima.
STAND VII B: Selamat datang di stand kelas VII B pada panen raya hasil belajar P5
BERSIH PANTAI: Tahapan aksi yang dilakukan dalam kegiatan P5 SMP Nasima adalah dengan
melakukan kegiatan bersih pantai di Pantai Tirang Semarang dan Pantai Sigandu Batang.

Anda mungkin juga menyukai