Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH PENGEMBANGAN ALAT UKUR

Psychological Testing Principles, Applications, and Issues


ISBN 978-981-4410-33-5/2009
Robert M. Kaplan, Dennis P. Saccuzzo
Bunga Aliya Hutami

Pada awalnya, pengukuran psikologi umumnya di pengaruhi oleh ilmu fisiologi dan
fisika. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pengukuran dalam ilmu ini mempengaruhi
juga pengukuran dalam psikologi. Karya‐karya tokoh dalam bidang psikofisika umumnya
mencari hukum‐hukum umum (generalisasi). Baru kemudian, terutama karena pengaruh
Galton, gerakan “testing” yang mengutamakan ciri‐ciri individual menjadi berkembang ilmu
psikologi disebut sebagai pseudoscience. Hal ini membuat ilmu psikologi tidak dapat
dipercaya karena tidak berdasarkan dengan fakta-fakta ilmiah yang pasti. Oleh karena itu,
para psikolog mencari cara agar psikologi dapat diakui sebagai suatu ilmu. Positivisme
berperan dalam perkembangan psikologi menjadi suatu ilmu. Positivisme sendiri berarti
kebenaran yang benar-benar terjadi dan dapat dilihat sehingga dapat dipercaya. Paham
positivisme juga berhubungan dengan angka karena angka merupakan data yang pasti dan
bisa dilihat. Untuk menjadikan psikologi sebagai suatu ilmu, maka psikologi mengadopsi
pengukuran dengan angka dari matematika. Maka bisa dikatakan bahwa pengukuran psikologi
adalah cabang dari ilmu statistika karena berhubungan dengan angka dan data. Sejak itulah
muncul pengukuran psikologi atau juga disebut sebagai psikometri.
Dengan pengukuran, psikologi dapat diakui sebagai ilmu dan dipandang secara
empirisme. Francis Galton, seorang psikolog asal Inggris, merupakan salah satu orang
pertama yang berusaha untuk mengukur intelegensi manusia. Charles Darwin merupakan
inspirasi dari Galton untuk membuat psikometri. Teori evolusi Darwin memiliki dampak yang
besar dalam dunia biologi dan psikologi. Dalam bukunya yang berjudul “The Origin of
Species”, Darwin membahas tentang perbedaan antara spesies-spesies (Darwin, 1859). Galton
menjadi tertarik untuk mempelajari perbedaan antara manusia dan bagaimana cara mengukur
perbedaan-perbedaan tersebut. Beliau juga menanyakan apakah karakteristik tersebut turun
temurun dari generasi ke generasi.
Pada tahun 1869, Galton menerbitkan bukunya yang berjudul “Hereditary Genius”. Edisi
Amerika pertama diterbitkan oleh D. Appleton & Company padatahun 1870 (Galton, 1870).
Di dalam bukunya, beliau membahas secara deta il tentang karakteristik yang membuat
seseorang berbeda dengan yang lain, bagaimana karakteristik yang dimiliki orang tersebut
membuatnya lebih layak daripada yang lain, dan apakah karakteristik tersebut merupakan
sesuatuyang dapat diturunkan kepada keturunan seseorang (Galton, 1869).Galton yang
dijuluki “bapak psikometri”, sangat tertarik dengan pengukuran. Bahkan beliau menciptakan
peta cuaca, mengukur tingkat kebosanan mahasiswa selama kuliah, dan menyarankan
penggunaan sidik jari untuk mengidentifikasi individu dalam ilmu forensik. Selain dariitu,
Francis Galton juga berusaha untuk mengukur intelegensi manusia dengan menggunakan
metode sensori-motorik. Namun hasil dari usahanya tidak memuaskan. Pada tahun 1905, tes
intelegensi pertama yang berhasil disusun oleh seorang peneliti asal Prancis bernama Alfred
Binet. Dari sanalah banyak muncul tes intelegensi, tes kepribadian, dan banyak tes psikologi
lainnya (Kalat, 2016)
Pengukuran Psikologi adalah bagian dari disiplin ilmu psikologi yang dimana hal tersebut
merupakan awal mula dari psikologi diakui sebagai ilmu yang mandiri. Selain itu adapun
bagian dari cabang ilmu psikologi, psikometri secara historis merupakan rumpun ilmu lain
yaitu ; rumpun ilmu sosial, rumpun ilmu antropologi, kesehatan dan psikiatrik, rumpun ilmu
matematik dan juga statistik
Pengukuran psikologi tetnunya memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu yang lain. yang
dimana tentunya hal itu yang dapat membantu tenaga profesional untuk memahami seti
perkembangan dari pengembangan alat ukur psikologi ini. Psikometri memiliki keterkaitan
dengan ilmu berikut
1. Ilmu Kesehatan dan psikiatri : Pengembangan alat ukur ini mempunyai hubungan
dengan ilmu kesehatasan atau klinisyang dimana hal tersebut berfungsi untuk
mengetahui kondisi psikis dari individu.
2. Ilmu Sosial: psikometri mengukur prilaku dan kecenderungan sikap manusia dalam
berinteraksi dan posisi psikologis manusia, hal ini mendukung indentifikasi karakter
individu
3. Ilmu Statistik : hal ini berkaitan bahwa psikometri menggunakan disiplin matematis
dalam menentukan nilai validitas dan eliabilitas dan perhitungan kuantitatif untuk
menentukan norma dan skor klasifikasi dari kondisi klien.
REFERENSI

Jahja Umar, D. M. (2015). Jurnal Pengukuran Psikologi Universitas Indonesia. JP31, Vol. IV
No. 1.
Robert M. Kaplan, D. P. (2009). Pyschological Testing Principles, Applications and Issues.
Singapore: Cengage Learning.
Saifudin Azwar. (2005.). Dasar‐dasar Psikometri, . Yogyakarta, : Pustaka Pelajar, .
Supratiknya. (n.d.). Pengukuran Psikologis,. Penerbit Universitas Sanata.
Supratiknya, A. (2014). PENGUKURAN PSIKOLOGI. Yogyakarta: Penerbit Universitas
Sanata Dharma.
Umar, J. (2011). Psikometri. UIN Jakarta. UIN Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai