Disusun Oleh :
Kelompok 12
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
“Islam dan Masalah Harta dan Jabatan” dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan
dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat
bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini diharapkan
dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para
pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa. Tidak lupa pula kami
mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, dikarenakan banyak
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
C. TUJUAN PENELITIAN.....................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................................2
A. Harta dan Jabatan sebagai Amanah dan Karunia Allah..................................................2
B. Kewajiban Mencari Harta..................................................................................................4
C. Sikap Terhadap Harta dan Jabatan...................................................................................4
D. Pendayagunaan harta dan jabatan dijalan Allah..............................................................6
E. Hubungan Masalah Harta dan Jabatan dengan Perawat.................................................6
BAB III.............................................................................................................................................8
PENUTUP........................................................................................................................................8
A. KESIMPULAN....................................................................................................................8
B. SARAN.................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Harta adalah benda berharga yang dimiliki manusia. Karena harta itu, manusia dapat
memperoleh apapun yang dikendakinya. Harta itu dapat berwujud benda bergerak
ataupun benda tidak bergerak. Cara memperoleh harta pun kian beragam. Dari cara yang
halal seperti bekerja keras hingga orang yang menggunaka “jalan pintas”. Salah satu cara
memperoleh harta itu adalah melalui jalur warisan yaitu memperoleh sejumlah harta yang
diakibatkan meninggalnya seseorang. Tentunya cara ini pun harus sesuai dengan prosedur
hukum yang berlaku. Khususnya hukum Islam. Melalui berbagai syarat dan ketentuan
yang di atur dalam hukum Islam tersebut diharapkan seorang generasi penerus keluarga
atau anak dari salah satu orang tua yang meninggal dapat memperoleh harta peninggalan
orang tuanya dengan tidak mendzalimi atau merugikan orang lain. Untuk itu kita perlu
mengetahui bagaimanakah hukum kewarisan itu dalam agama Islam dan khususnya
sebagai masyarakat islam Indonesia, maka kita pun perlu tau bagaimana fikih Islam
(KHI) mengaturnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Harta dan Jabatan sebagai Amanah dan Karunia Allah?
2. Apa itu Kewajiban Mencari Harta?
3. Apa itu Sikap terhadap Harta dan Jabatan?
4. Apa itu Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk Mengetahui Apa itu Harta dan Jabatan sebagai Amanah dan Karunia Allah?
2. Untuk Mengetahui Apa itu Kewajiban Mencari Harta?
3. Untuk Mengetahui Apa itu Sikap terhadap Harta dan Jabatan?
4. Untuk Mengetahui Apa itu Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
ت َخ ۡي ٌر ِع ۡن َد
ُ صلِ ٰح ُ اَ ۡل َما ُل َو ۡالبَـنُ ۡو َن ِز ۡينَةُ ۡال َح ٰيو ِة ال ُّد ۡنيَا ۚ َو ۡال ٰبقِ ٰي
ّ ٰ ت ال
ك ثَ َوابًا َّو َخ ۡي ٌر اَ َم ًل
َ َِّرب
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan
yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan.
Selain itu pada Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 14.
ص هّٰللا َ َو َرس ُۡولَهٗ َويَتَ َع َّد ُح ُد ۡو َد ٗه ي ُۡد ِخ ۡلهُ نَارًا َخالِ ًداِ َو َم ۡن ي َّۡع
فِ ۡيهَا ۖ َولَهٗ َع َذابٌ ُّم ِه ۡي ٌن
Artinya: Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas
hukum-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, dia kekal di dalamnya
dan dia akan mendapat azab yang menghinakan. Pada Al-Qur’an surat AL Kahfi: 46 dan
surat An-Nisa: 14 dijelaskan bahwa kebutuhan menjelaskan bahwa kebutuhan manusia
terhadap harta sama dengan kebutuhan manusia terhadap anak atau keturunan, maka
kebutuhan manusia terhadap harta adalah kebutuhan yang mendasar. Sebenarnya manusia
bukan pemilik mutlak terhadap harta, melainkan kepemilikan manusia terhadap harta
2
dibatasi oleh hak-hak Allah, dapat dilihat dari kewajiban manusia mengeluarkan sebagian
kecil hartanya untuk berzakat dan ibadah lainnya.
Menurut bahasa, jabatan artinya sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas yang diemban.
Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu atau terhormat dalam setiap
lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya jabatan.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan, baik yang
menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf maupun yang menunjukkan
keburukan seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan sebagainya. Dalam surat Al-
Haqqah Allah SWT menyatakan bahwa pejabat yang tidak beriman itu di akhirat kelak
akan mengatakan bahwa lepas sudah jabatannya (yang sewaktu di dunia ia miliki).
Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah. Disebut
sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan semata-mata
karena kehebatan seseorang, tetapi karena berkah dan karunia dari Allah, juga sejatinya
bukan dimaksud untuk kesenangan pribadi pemiliknya, tetapi juga buat kemaslahatan
orang lain. Karena harta dan jabatan adalah amanah, maka harus dijaga dan dijalankan
atau dipelihara dan dilaksanakan dengan benar, sebab satu saat akan dipertanggung-
jawabkan di hadapan Allah SWT.
Itu sebabnya maka Al-Qur’an dan hadis selalu mengingatkan bahwa harta itu juga
merupakan cobaan atau fitnah, seperti Firman Allah pada Surat Al-Anfal ayat 28:
َع ِظي ٌم َأجْ ٌر ُ ِع ْن َده َ هَّللا َوَأ َّن ٌفِ ْتنَة َوَأ ْواَل ُد ُك ْم َأ ْم َوالُ ُك ْم َأنَّ َما َوا ْعلَ ُموا
Dan ketahuilah, bahwahartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan, dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. Sehubungan dengan hal itu, maka
harta dan jabatan adalah karunia Allah yang sangat baik buat manusia, tetapi manakala
tidak dapat dijaga dan dipelihara dengan baik, maka ia akan menjadi fitnah dan bencana.
Harta dan jabatan yang halal serta digunakan dengan baik akan membawa manfaat dan
barokah, sedangkan harta dan jabatan yang disalahgunakan atau diperoleh dengan tidak
halal akan menjadi fitnah bahkan musibah. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah SAW
bersabda:
3
Artinya : “Rasulbersabda :Sebaik baik harta yang soleh adalah yang dimiliki oleh orang
yangsoleh.” HR Ahmad dan Ibnu Hibban. (Musnah Ahmad 29/16 hadits 17763 dan sohih
Ibnu Hibban 8/6) Dijelaskan bahwa hadits ini adalah sohih.
Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harat selama
yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang berlaku, yaitu halal dan baik.
Hal ini berarti Islam tidak melarang seseorang untuk mencari kekayaan
sebanyak mungkin. Karena bagaimana pun yang menentukan kekayaan yang dapat
diperoleh seseorang adalah Allah swt.sendiri. Di samping itu, dalam pandangan Islam
harta itu bukanlah tujuan, tetapi, merupakan petuntuk menyempurnakan kehidupan dan
untuk mencapai keridhaan Allah.
ٰي َب ِن ْٓي ٰادَ َم ُخ ُذ ْوا ِز ْي َن َت ُك ْم ِع ْندَ ُك ِّل َمسْ ِج ٍد وَّ ُكلُ ْوا
وا ْش َرب ُْو َاواَل ُتسْ ِرفُ ْو ۚا ِا َّن ٗه اَل ُيحِبُّ ْالمُسْ ِر ِفي َْن َ
Artinya: “Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan
dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan”
Tabdzir (boros), dalam arti menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak
diperlukan danmenghambur-hamburkan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
Janganlah kmau menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat
kafir (ingkar) terhadap Tuhannya. (Q.S.Al-Isra’:26 &27) Khalifah itu wajib
menjalankan hukum Allah dan Rasulnya, baik terhadap amal dirinya sendiri
maupun terhadap jalannya pemerintahan.
ِ َو ٰا
ت َذا ْالقُرْ ٰبى َح َّق ٗه َو ْال ِمسْ ِكي َْن َواب َْن الس َِّبي ِْل َواَل
ان ال َّشي ْٰط ُن لِ َرب ِّٖه َ اِ َّن ْال ُمبَ ِّذ ِري َْن َكانُ ْٓوا اِ ْخ َو
َ ان ال َّش ٰي ِطي ِْن ۗ َو َك
َكفُ ْورًا
5
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan
setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.
Artinya: Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya
Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku
dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.”
Apabila harta telah dibelanjakan di jalan Allah, maka kebaikan/pahalanya akan mengalir
terus sehingga dapat dikatakan sebagai aset yang permanen, terutama bila yang
dibelanjakan itu bertahan lama zatnya atau yang disebut sebagai wakaf, ini sesuai dengan
sabda Nabi SAW yang berbunyi:
“Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia telah meninggal dunia
maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal, yaitu: Ilmu yang dimanfaatkan,
sodakoh yang mengalir untuknya atau anak soleh yang mendoakan untuk kebaikannya. HR
Ad-Darimi dantirmidzi. (Sunan Darimi 1/462 dan sunan tirmidzi 3/53..Sanadnya sohih.)
6
manusia. Ajaran islam yang berkenaan dengan kesehatan dapat dibagi menjadi tiga
macam,yaitu:
1. Islam melarang perbuatan-perbuatan yang dapat membahayakan kesehatan diri nya dan
atau orang lain.
2. Islam menyuruh (Wajib) atau menyarankan (Sunnah) yang mempunyai dampak positif,
yakni mencegah penyakit dan menyegarkan atau menyehatkan jasmani dan rohani.
3. Islam menyuruh (Wajib) orang yang sakit berobat untuk mengobati penyakitnya.
Tempat pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat umum dimana seluruh kalangan
masyarakat akan berinteraksi disana. Diantaranya seperti rumah sakit, Puskesmas, dan lain-
lain. Rumah sakit (hospital) adalah sebuah institusi perawatan kesehatan propesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter,perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Dalam hukum Islam, hubungan antara pasien dan perawat adalah hubungan antara pemakai
jasa dan penjual jasa sehingga terjadi akad ijrah antara kedua belah pihak. Pasien dapat
memanfaatkan ilmu dan keterampilan dari perawat, sedangkan perawat mendapat imbalan
dari propesinya berupa honor atau gaji. Ini sesuai dengan asas keadilan hukum yang harus
dijaga oleh islam, maka hak dan kewajiban kedua belah pihak harus sesuai dengan
posisinya masing-masing makin besar tanggung jawabnya maka makin besar pula hak dan
kewajibanya. Dalam pola etika medis sekarang, kepentingan seorang perawat ialah
kesejahteraan pasien. Perawat sepenuhnya bertanggung jawab atas kesehatan dan
keselamatan pasien begitupun pasien terikat secara etis pada perawat, dengan asumsi bahwa
perawat itu merupakan agen yang mewakili kegiatan pasien.
Perawat yang sudah lama bekerja dan perawat yang baru memulai bekerja tetap harus adil
dan sama perlakuannya melayani pasien. Berapapun nominal gaji seorang perawat, perawat
tetap harus melaksanakan tugasnya yaitu melayani pasien sebaik-baiknya tanpa membeda-
bedakan. Sesuai dengan sumpah perawat yaitu “Dalam melaksanakan tugas atas dasar
kemanusiaan, tidak akan membedakan pangkat, kedudukan, keturunan, golongan, bangsa
dan agama”
7
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa harta dan jabatan adalah hal
yangmenjadi prioritas manusia didunia, namun kembali pada sebuah hadis yang
menjelaskan bahwa duniaadalah ladang akhirat. Bekerjalah untuk tetap dapat hidup di
dunia menambah amalan di Akhirat kelak. Karena harta dan jabatan adalah amanah dari
yang maha kuasa. Teori Harta merupakan komponen pokokdalam kehidupan manusia,
unsur naluri yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Dengan harta, manusiabisa
memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat materi ataupun immateri. Harta dan jabatan
yang halal serta digunakan dengan baik akan membawa manfaat dan barokah, sedangkan
harta dan jabatan yangdisalahgunakan atau diperoleh dengan tidak halal akan menjadi
fitnah bahkan musibah.
Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah. Disebut
sebagai amanahAllah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan semata-mata karena
kehebatan seseorang, tetapikarena berkah dan karunia dari Allah, juga sejatinya
bukan dimaksud untuk kesenangan pribadipemiliknya, tetapi juga buat kemaslahatan
orang lain.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca agar dapat memahami bagaimana
island dan masalah harta dan jabatan. Selain itu diharapkan pembaca dapat menerapkan
ilmu yang didapat dalam makalah ini dalam penulisan karya ilmiah ataupun sejenisnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/lidiya/58b2ddf9b27e61aa084f7f3b/harta-dalam-pandangan-
islam
http://dewandakwahaceh.com/cara-memperoleh-harta-dalam-islam/
https://prezi.com/w-9sk0ewjv9_/islam-dan-masalah-harta-dana-dan-jabatan/
Ghazaly, dkk. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah
Syarifudin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh. Bogor:Kencana
10