Laporan Pendahuluan Perilaku Kekerasan Eka
Laporan Pendahuluan Perilaku Kekerasan Eka
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
Perilaku kekerasan
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering
disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu
Suatu keadaan ketika individu mengalami perilaku yang secara fisik dapat
membahayakan bagi diri sendiri atau pun orang lain (Sheila L. Videbeck, 2008).
bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2000).
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak
lingkungan.
a. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan
ketus.
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya,
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan kata-
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreativitas
terhambat.
g. Sosial
Keterangan :
ketenangan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternatif.
c. Pasif
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol.
e. Kekerasan
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik sengat terlibat dalam
2) Pengaruh Biokimia, menurut Goldsten dalam Townsend menyatakan bahwa berbagai
dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotinin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal
merupakan faktor predisposisi penting yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku agresif
pada seseorang
3) Pengaruh Genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya dengan genetik
termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku
4) Gangguan Otak, sindrom otak organik berhubungan dengan bernagai gangguan serebral,
tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis,
1) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.
Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku
agresif dan tindak kekerasan merupakan pengeungkapan secara terbuka terhadap rasa
2) Teori Pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu yang
memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi
oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai
perilaku kekerasan.
a. Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor eksternal dan internal.
1) Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya percaya diri,
2) Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yng dicintai, krisis dan lain-lain.
Hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai
berikut.
3) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam
4) Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan alkohol
serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menhadapi rasa frustasi.
5) kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan perubahan tahap
perkembangan keluarga.
Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien. Beberapa faktor yang dapat
menjadi pemicu agresi antara laian: provokasi, respon terhadap kegagalan, komunikasi yang
buruk, situasi yang menyebabkan frustrasi, pelanggaran batas terhadap jarak personal, dan
harapan yang tidak terpenuhi. Pada fase ini klien dan keluarga baru datang.
Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat diseterakan dengan respon fight or
flight. Pada fase escalasi kemarahan klien memuncak, dan belum terjadi tindakan kekerasan.
Pemicu dari perilaku agresif klien gangguan psikiatrik bervariasi misalnya: halusinasi,
gangguan kognitif, gangguan penggunaan zat, kerusakan neurologi/kognitif, bunuh diri dan
Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de escalation gagal mencapai
Klien yang melakukan kekerasan telah melepaskan energi marahnya. Mungkin masih ada
Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan berfokus pada
Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas, depresi, dan kelelahan.
7. Perilaku
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi
terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah
merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine
dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot,
seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat
dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari
seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya.
Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga
diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul
dengan orang lain ini tidak diatasi akan memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau
bayangan yang meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut akan
berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko tinggi mencederai diri, orang lain
dan lingkungan).
Selain diakibatkan berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik
dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga
tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau
menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik
inefektif.
Objektif :
Mata melotot
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Wajah memerah dan tegang
Postur tubuh kaku
Suara keras
faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai
berikut:
Perilaku kekerasan
Tujuan
c. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
d. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
f. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial dan dengan terapi
psikofarmaka.
Tindakan
a. BHSP
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan Saudara. Tindakan yang harus Saudara lakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya adalah mengucapkan salam terapeutik, berjabat
tangan, menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap
b. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di masa lalu dan saat ini.
e. Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan pada saat marah baik
f. Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya.
Tujuan
Tindakan
a. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi penyebab, tanda dan
b. Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan.
c. Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan tindakan yang telah
d. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila anggota keluarga dapat
e. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila klien menunjukkan gejala-
f. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera dilaporkan kepada
G. POHON MASALAH
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009. Model kepeawatan profesional jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, Ana Budi. Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta; EGC
Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC