Anda di halaman 1dari 9

TEORI KEADILAN JOHN RAWLS DALAM

UPAYA MEMANUSIAKAN KAPITALISME

Dosen pengampu

Khoirul Umam, S. Sos., MH

Disusun Oleh:

1. Gandafika (10040120084)
2. Maulana Arif Siswoyo (10040120083)

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keadilan merupakan suatu kebijakan utama dalam institusi sosial, suatu hukum harus
direformasi jika tidak adil, karena setiap orang memiliki kehormatan berdasarkan kebebasan dan
hak haknya.1

John Rawls (1921-2002) adalah seorang pemikir yang memiliki pengaruh sangat besar di
bidang filsafat politik dan filsafat moral. Melalui gagasan-gagasan yang dituangkan di dalam A
Theory of Justice (1971), Rawls menjadikan dirinya pijakan utama bagi perdebatan filsafat
politik dan filsafat moral kontemporer. Para pemikir setelah Rawls hanya punya dua pilihan:
menyetujui atau tidak menyetujui Rawls. Tidak ada pilihan untuk mengabaikan Rawls sama
sekali. Hal ini dikarenakan jangkauan pemikiran Rawls yang sangat luas dan dalam, yakni:
Upaya untuk melampaui paham utilitarianisme yang sangat dominan di era sebelum Rawls serta
merekonstruksi warisan teori kontrak sosial dari Hobbes, Locke dan Kant sebagai titik tolak
untuk merumuskan sebuah teori keadilan yang menyeluruh dan sistematis (Daniels: 1971).2

Jadi tujuan penulis dalam menulis makalah ini adalah menghubungkan teori keadilan
dengan sistem ekonomi kapitalis. Dimana kita tahu bahwa ekonomi kapitalis sangat bertolak
belakang dengan gagasan- gagasan yang dituangkan didalam theory of justice oleh john rawls.
Dengan adanya gagasan-gagasan tersebut akan memberikan kritik dan sebuah upaya
memanusiakan sebuah sistm ekonomi kapitalisme dan memberikan keadilan seadil adilnya dan
merata.

1
Alfiyah, Zia Ulhaq. 2018. Konsep Keadilan John Rawls Dan Murtadha Muthahhari, (Jakarta : UIN Syarif
Hidyatullah), hal 47
2
Iqbal Hasanuddin. 2018. Keadilan Sosial:Telaah atas Filsafat Politik John Rawls. (Indonesia : BINUS), hal 193
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Keadilan John Rawles

Dalam bukunya Rawls sering menegaskan betapa pentingnya keadilan bagi seorang
individu dan sebuah institusi, negara yang wajib memelihara hak-hak dari setiap warga Negara.
Konsepsi mengenai keadilan ini adalah memahami kebutuhan akan prinsip umtuk memberikan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban dasar serta kebutuhan untuk menentukan bagaimana
keuntungan dan beban masyarakat. Rawls merumuskan konsep keadilan pada dua besar prinsip
mengenai keadilan, prinsip The Greatest Equal Principle, prinsip persamaan hak. Pada prinsip
pertama ini berlaku secara luas kepada seluruh masyarakat di suatu negara demokratis tanpa
terkecuali, persamaan yang dimaksud di sini ialah persamaan dalam hak asasi manusia,
misalnya; hak untuk hidup, hak bebas berpendapat, berserikat, mendapatkan keamanan,
pendidikan, dan terhindar dari segala macam bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Keadilan
mesti menjamin persamaan hak ini terwujud dan terjaga. Prinsip kedua ketimpangan sosial dan
ekonomi harus diatur sehingga dapat memberi keuntungan bagi semua orang dan posisi jabatan
terbuka bagi semua orang. Dari sudut politik konsepsi keadilan Rawls diformulasikan keadilan
dalam tiga hal: (1). Hak atas partisipasi politik yang sama, (2). Hak warga untuk tidak terpenuhi,
(3). Hak warga untuk menolak berdasarkan hati nurani. Ketiganya menjadi manifestasi dari
prinsip keadilan pertama dan teori keadilan sosial Rawls. Konsep kontrak sosial dikontruksi dan
dikembangan lebih jauh oleh Rawls dan mencapai paham Utilitarinisme. Keadilan tersebut
dilihat dari paham utilitarianisme klasik, kemudian netralitas dan kebaikan hati.3
John Rawls dalam bukunya a theory of justice (1971) menjelaskan teori keadilan sosial
sebagai the different principle dan the principle of fair equality of opportunity. Inti the
difference principle dalah bahwa perbedaan sosial dan ekonomi harus diatur agar memberikan
manfaat yang paling besar bagi mereka yang paling kurang beruntung. Tugas yang diberikan
John Rawls pada dirinya dalam bukunya, A Theory of Justice, adalah mengajukan sebuah
teori alternatif mengenan keadilan dengan menghindari kelemahan utilitarianisme sembari

3
Alfiyah, Zia Ulhaq. 2018. Konsep Keadilan John Rawls Dan Murtadha Muthahhari, (Jakarta : UIN Syarif
Hidyatullah), hal 47
mempertahankan kekuatan yang sama. Dia berharap dapat merumuskan sebuah teori yang
dapat mengakomodasikan pribadi individu secara serius tanpa mempertaruhkan kesejahteraan
atau hak-haknya demi kebaikan orang lain, sekaligus menawarkan sebuah metode yang konkret
untuk membuat keputusan paling fundamental mengenai keadilan distributif. Hasilnya adalah
“keadilan sebagai kesetaraan”(justice as fairness). 4
Rawls menekankan posisi penting suatu prosedur yang fair demi lahirnya keputusan-
keputusan yang oleh setiap orang dapat diterima sebagai hal yang adil. Adapun prosedur yang
fair ini hanya bias terpenuhi apabila terdapat iklim musyawarah yang memungkinkan lahirnya
keputusan yang mampu menjamin distribusi yang fair atas hak dan kewajiban. Rawls
menegaskan pentingnya semua pihak, yang terlibat dalam proses musyawarah untuk memilih
prinsip-prinsip keadilan, berada dalam suatu kondisi awal yang disebutnya “posisi asali” (the
original position). Rawls memunculkan gagasan tentang posisi asali dengan sejumlah catatan:
Pertama, adalah penting untuk menegaskan terlebih dahulu bahwa Rawls melihat posisi asali
sebagai suatu prasyarat yang niscaya bagi terjaminnya kadilan sebagai fairness. Namun, Rawls
tidak pernah memandang posisi asali sebagai suatu yang riil, melainkan merupakan sebuah
kondisi awal yang bersifat imajiner. Menurutnya, kondisi awal imajiner ini harus diandaikan dan
diterima, karena hanya dengan cara ini tercapainya keadilan sebagai prosedural murni bias
dibayangkan. Hanya saja, kendati bersifat imajiner, bagi Rawls posisi asali sudah merupakan
syarat yang memadai untuk melahirkan sebuah konsep keadilan yang bertujuan pada terjaminnya
kepentingan semua pihak secara fair. Kedua, setiap orang yang berpartisipasi di dalam proses
perumusan prinsip-prinsip keadilan ini harus benar-benar masuk dalam situasi ideal tersebut.
Hanya saja, Rawls percaya bahwa tidak semua orang dapat masuk ke dalam posisi asali. Hanya
orang-orang tertentu yang dapat masuk ke dalam situasi hipotesis ini, yakni mereka yang
memiliki kemampuan bernalar sesuai dengan standar formal dalam dunia ilmu pengetahuan.
Ketentuan-ketentuan ilmiah ini membuka peluang bagi semua orang untuk masuk ke dalam
proses musyawarah yang fair. Rawls menegaskan bahwa semua pihak yang berada dalam posisi
asali harus juga berada dalam keadaan “tanpa pengetahuan.” Melalui gagasan tentang “keadaan-
tanpa-pengetahuan” tersebut, Rawls ingin menegaskan bahwa semua pihak yang ada dalam
posisi asali tidak memiliki pengetahuan mengenai berbagai alternatif yang dapat mempengaruhi

4
Safira, Martha Eri. 2019. Analisis Pendekatan Teori Keadilan John Rawls Dan Teori Moralitas Immanuel Khan
Terhadap Caleg Mantan Narapidana Yang Lolos Sebagai Anggota Legeslatif Dalam Pemilu . (Indonesia : IAIN
Ponorogo) hal-138.
mereka dalam proses perumusan dan pemilihan prinsip-prinsip pertama keadilan. Keadaan
ketidaktahuan akan hal-hal partikular memang menjadi syarat penting untuk menjamin fairness.
Rawls juga menggambarkan bahwa dalam posisi asali tersebut semua pihak juga diandaikan
bersikap saling-tidak-peduli dengan kepentingan pihak lain. Gagasan Rawls tentang posisi asali
tersebut sebenarnya merupakan refleksi dari konsep moral tentang person: setiap manusia diakui
dan diperlakukan sebagai person yang rasional, bebas, dan setara (memiliki hak yang sama).
Dalam pandangan Rawls, manusia sebagai person moral pada dasarnya memiliki dua
kemampuan moral, yakni: 1) kemampuan untuk mengerti dan bertindak berdasarkan rasa
keadilan dan dengan itu juga didorong untuk mengusahakan suatu kerja sama sosial; dan 2)
kemampuan untuk membentuk, merevisi, dan secara rasional mengusahakan terwujudnya konsep
yang baik. Rawls menyebut kedua kemampuan ini sebagai a sense of justice dan a sense of the
good.5
B. Sistem Ekonomi Kapitalisme
Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang didasarkan pada pemilikan pribadi atau
swasta atas alat-alat produksi, distribusi dan pertukaran. Secara luas, di dalam sistem ekonomi
Kapitalisme ini alat-alat produksi, distribusi dan pertukaran yang utama berasa di tangan swasta
(pribadi maupun perusahaan). Dengan ciri-ciri utamanya antara lain; pemilikan alat produksi;
pertukaran dan distribusi yang tak terlarang; kebebasan ekonomi; laba sebagai pendorong
kegiatan produksi; kebebasan pasar dan persaingan; keabsahan monopoli; perbankan dan
keberadaan bunga; disparitas yang lebar dalam distribusi kekayaan; eksploitasi ekonomi oleh
yang kuat terhadap yang lemah, dan sebagainya. Kapitalisme didefenisikan juga sebagai sistem
ekonomi yang dikuasai dan diwarnai oleh peranan modal (kapital) yang didasarkan pada tiga
gagasan utama; kepemilikan individu; persaingan usaha (ekonomi ditentutkan oleh mekanisme
pasar); dan rasionalitas; baik rasio instrumental (teknologi untuk industrialisasi), rasio hukum,
maupun ilmiah). Sistem ekonomi Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang menjadikan
akumulasi dan ekspansi modal sebanyak dan seluas mungkin tanpa batas dan akhir sebagai
tujuan. Karenanya, sistem ini melahirkan ekploitasi dan alienasi manusia. Bahkan, terbukti tidak
berpijak pada fondasi yang benar, di mana komitmennya pada moral dan kemanusiaan sangat
lemah. Menurut Muhammad Sharif Chaudhry kelemahan ekonomi Kapitalisme dapat dilihat dari
berbagai sisi antara lain; Pertama, dari sisi hak milik. Ekonomi Kapitalis menyandarkan hak
5
Hasanuddin, Iqbal. Keadilan Sosial. 2018. Telaah atas Filsafat Politik John Rawls. (Indonesia : Univ. Bina
Nusantara) hal 193
pemilikan oleh swasta merupakan tanda utama Kapitalisme. Dalam arti, sistem ini mempercayai
swasta atas alat produksi, distribusi dan pertukaran yang dikelola dan dikendalikan oleh individu
atau sekelompok individu, dengan tujuan mendapat laba. Konsep seperti ini, dapat mengarah
kepada konsentrasi kekayaan di tangan sedikit orang. Hal ini akan mengganggu keseimbangan
distribusi kekayaan dan pendapat di dalam masyarakat. Disparitas ekonomi dan celah yang selalu
melebar antara si kaya dan si miskin akan menabur benih perselisihan dan akhirnya kehancuran
masyarakat Kapitalis. Kedua, dari sisi kebebasan ekonomi. Ekonomi Kapitalisme menempatkan
kebebasan ekonomi yang tak terbatas dan tiadanya campur tangan negara. Kebebasan ekonomi
tanpa batas seperti ini menimbulkan pikiran untuk mendapatkan harta dengan cara curang seperti
judi dan pelacuran. Lebih lanjut, demi keuntungan dapat menimbulkan malpraktik bisnis seperti
penyelundupan, pasar gelap, pencarian laba berlebihan, , penindasan atau eksploitasi, pemalsuan,
dan sebagainya. Ketiga, dari sisi monopoli. Kapitalisme sangat memuja persaingan. Maka,
dengan pengakuan atas keberadaan monopoli akan mendorong terjadi merger beberapa bisnis
kecil menjadi satu sehingga menjadi monopoli atau kartel. Konsekuensinya, monopoli
membunuh persaingan bebas, menyebabkan inflasi dan akhirnya menyebabkan terjadinya
pengangguran. Lebih dari itu, siklus perdagangan (business cycle), produksi yang tak terencana,
persaingan yang berlebihan, dan akumulasi modal yang terus meningkat akan merusak
keseimbangan antara produksi dan konsumsi, dan hal akan berujung pada terjadinya depresi
ekonomi. Keempat, dari sisi bunga. Lembaga perbankan dan bunga adalah darah kehidupan
Kapitalisme. Praktek perbankan adalah menggunakan basis bunga (interest based). Dimana salah
satu pihak (nasabah), bertindak sebagai peminjam dan pihak yang lainnya (bank) bertindak
sebagai pemberi pinjaman. Atas dasar pinjaman tersebut, nasabah dikenakan bunga sebagai
kompensasi dari pertangguhan waktu pembayaran hutang tersebut, dengan tidak memperdulikan,
apakah usaha nasabah mengalami keuntungan ataupun tidak. Kelima, dari sisi eksploitasi.
Konsep hak tak terbatas dalam kebebasan ekonomi dan hak pemilikan oleh individu maupun
swasta yang tak terkontrol telah secara praktis menimbulkan eksploitasi atau penindasan.
Sehingga seolah menjadi pemandangan umum melihat penindasan yang dilakukan si kuat
terhadap si lemah, seperti pekerja ditindas majikan, petani diperas tuan tanah, si miskin
dieksploitasi si kaya. 6

6
Amri, Hoiru. 2018. Kelemahan Sistem Ekonomi Kapitalisme Dan Sosialisme Menurut Muhammad Sharif
Chaudhry Dalam Karyanya Fundamental Of Islamic Economic System.. (Palembang : Univ Muhammadiyah
Palembang), hal 5
C. Kajian Teori Keadilan Dalam Kapitalisme

Dari sudut penataan ekonomi, konsepsi keadilan Rawls menuntut suatu basis ekonomi
yang fair melalui sistem perpajakan yang proporsional (dan bahkan pajak progresif jika
diperlukan) serta sistem menabung yang adil sehingga memungkinkan terwujudnya distribusi
yang adil pula atas semua nilai dan sumber daya sosial. Di sini perlu ditegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak untuk menikmati nilai-nilai dan sumber daya sosial dalam jumlah yang
sama, tetapi juga memiliki kewajiban untuk menciptakan. harus digunakan untuk meningkatkan
prospek orang-orang yang paling tidak beruntung di dalam masyarakat kemungkinan yang
membawa kemaslahatan bagi masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini tidak hanya berlaku
bagi anggota masyarakat dalam generasi yang sama, tetapi juga bagi generasi yang satu dengan
generasi yang lainnya. 7

7
Hasanuddin, Iqbal. Keadilan Sosial. 2018. Telaah atas Filsafat Politik John Rawls. (Indonesia : Univ,. Bina
Nusantara) hal 200
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Rawls merumuskan konsep keadilan pada dua besar prinsip mengenai keadilan, prinsip
The Greatest Equal Principle, prinsip persamaan hak. Pada prinsip pertama ini berlaku secara
luas kepada seluruh masyarakat di suatu negara demokratis tanpa terkecuali, persamaan yang
dimaksud di sini ialah persamaan dalam hak asasi manusia, misalnya; hak untuk hidup, hak
bebas berpendapat, berserikat, mendapatkan keamanan, pendidikan, dan terhindar dari segala
macam bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang
didasarkan pada pemilikan pribadi atau swasta atas alat-alat produksi, distribusi dan pertukaran.
Secara luas, di dalam sistem ekonomi Kapitalisme ini alat-alat produksi, distribusi dan
pertukaran yang utama berasa di tangan swasta (pribadi maupun perusahaan). Dengan ciri-ciri
utamanya antara lain; pemilikan alat produksi; pertukaran dan distribusi yang tak terlarang;
kebebasan ekonomi; laba sebagai pendorong kegiatan produksi; kebebasan pasar dan persaingan;
keabsahan monopoli; perbankan dan keberadaan bunga; disparitas yang lebar dalam distribusi
kekayaan; eksploitasi ekonomi oleh yang kuat terhadap yang lemah, dan sebagainya.
Kapitalisme didefenisikan juga sebagai sistem ekonomi yang dikuasai dan diwarnai oleh peranan
modal (kapital) yang didasarkan pada tiga gagasan utama; kepemilikan individu; persaingan
usaha (ekonomi ditentutkan oleh mekanisme pasar); dan rasionalitas; baik rasio instrumental
(teknologi untuk industrialisasi), rasio hukum, maupun ilmiah).

Dari sudut penataan ekonomi, konsepsi keadilan Rawls menuntut suatu basis ekonomi
yang fair melalui sistem perpajakan yang proporsional (dan bahkan pajak progresif jika
diperlukan) serta sistem menabung yang adil sehingga memungkinkan terwujudnya distribusi
yang adil pula atas semua nilai dan sumber daya social.
DAFTAR PUSTAKA

Hasanuddin, Iqbal. Keadilan Sosial. 2018. Telaah atas Filsafat Politik John Rawls. Indonesia :
Univ,. Bina Nusantara

Amri, Hoiru. 2018. Kelemahan Sistem Ekonomi Kapitalisme Dan Sosialisme Menurut
Muhammad Sharif Chaudhry Dalam Karyanya Fundamental Of Chaudhry Dalam
Karyanya Fundamental Of Islamic Economic System. Palembang : Univ Muhammadiyah
Palembang.

Hasanuddin, Iqbal. Keadilan Sosial. 2018. Telaah atas Filsafat Politik John Rawls. Indonesia :
Univ. bina nusantara

Safira, Martha Eri. 2019. Analisis Pendekatan Teori Keadilan John Rawls Dan Teori Moralitas
Immanuel Khan Terhadap Caleg Mantan Narapidana Yang Lolos Sebagai Anggota
Legeslatif Dalam Pemilu Indonesia : IAIN Ponorogo.

Alfiyah, Zia Ulhaq. 2018. Konsep Keadilan John Rawls Dan Murtadha Muthahhari, Jakarta : uin
Syarif hidyatullah.

Iqbal Hasanuddin. 2018. Keadilan Sosial:Telaah atas Filsafat Politik John Rawls. (Indonesia :
Binus.

Alfiyah, Zia Ulhaq. 2018. Konsep Keadilan John Rawls Dan Murtadha Muthahhari, Jakarta : uin
Syarif hidyatullah.

Anda mungkin juga menyukai