HUKUM KETENAGAKERJAAN
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
FAKULTAS TEKNIK
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Pertama - tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada tuhan yang maha ESA
karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan lancar.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ari Syaiful Rahman
Arifin, ST, MT. sebagai dosen pembimbing mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan yang telah
membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memahami tentang seputar Hak Buruh dan Hak Perusahaan,
sehingga Mahasiswa bisa memahami seputar pembahasan yang kami buat.
9 September 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Hak Buruh...........................................................................3
2.2 Pengertian Hak Perusahaan...................................................................7
2.3 Hak-hak Buruh......................................................................................7
2.4 Hak-hak Perusahaan Terhadap Karyawannya.......................................7
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................6
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lalu Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial adalah undang-
undang lain dengan implikasi tentang hak-hak buruh di Indonesia.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui yang dimaksud dengan Hak buruh
1.3.2 Mengetahui Pengertian dari hak perusahaan
1.3.3 Mengetahui apa saja hak-hak buruh
1.3.4 Mengetahui apa saja hak-hak perusahaan terhadap karyawannya
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dan kewajiban pekerja. Pada dasarnya setiap hak dan kewajiban telah diatur dalam suatu
peraturan baik itu umum maupun dalam UndangUndang Nomor 13 tahun 2003.
1. Perjanjian Kerja
3
Pasal 52 Ayat (1), (2), dan (3) UU Ketenagakerjaan mengatakan bahwa:
kesusilaan,
(2) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
(3) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum.
Kemudian Pasal 54 Ayat (2) dan (3), menyatakan perjanjian kerja tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja sama (antara beberapa
serikat pekerja/buruh dan pengusaha atau beberapa pengusaha), dan kesemua itu tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
4
- Pasal 67 Ayat (1), mengatakan Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja
penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatannya.
3. Waktu Kerja
- Pasal 77 Ayat (2) UU Ketenagakerjaan mengatur, yakni 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari
dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
5
minggu; atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
- Pasal 78 Ayat (1) mengatakan jika pengusaha memperkerjakan melebihi waktu kerja
sebagaimana diatur di Pasal 77, maka harus ada persetujuan dari pekerja/buruh. Untuk
waktu kerja lemburnya sendiri hanya dapat dilaksanakan maksimal 3 jam dalam satu
hari dan 14 jam dalam 1 minggu.
Pekerja/buruh bukanlah robot yang harus bekerja setiap waktu, tetapi mereka
juga memiliki hak yang manusiawi yakni istirahat dan cuti. Hal ini diatur dalam Pasal
79 UU Ketenagakerjaan.
- Isirahat Harian: istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak
termasuk jam kerja;
- Istirahat Mingguan: istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu
- Cuti Tahunan: cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah
pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus
menerus
6
5. Pengupahan, Tunjangan Hari Raya (THR), Pesangon Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK)
Upah adalah tujuan utama dari bekerja atas jerih payah pekerja/buruh dalam
melaksankan kewajian mereka dalam bekerja. Semua hal itu diatur dalam Pasal 88-98
UU Ketenagakerjaan. Upah apa aja yang diterima pekerja/buruh?
- upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaanya
Tidak hanya upah pokok, tetapi pekerja/buruh juga ada yang Namanya
Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan. Berdasarkan Permenaker Nomor 6 Tahun
2016 tentang THR Keagamaan bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan, yakni:
- Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan secara terus
menerus atau lebih, diberikan sebesar 1 (satu) bulan upah
- Pekerja/Buruh yang mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus menerus
tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, diberikan secara proporsional
7
- Pengusaha yang terlambat membayar THR Keagamaan kepada Pekerja/Buruh
dikenai denda sebesar 5% (lima persen) dari total THR Keagamaan yang harus
dibayar sejak berakhirnya batas waktu kewajiban Pengusaha untuk membayar.
Terakhir adalah uang pesangon yang diberikan kepada pekerja/buruh atas diputusnya
hubungan kerja sepihak oleh perusahaan kepada pekerja/buruh. Hal ini diatur dalam
Pasal 156 UU Ketenagakerjaan, yakni dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja,
pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
Kerja sama ini terikat dalam kontrak yang mana mewajibkan karyawan
memberikan kinerja untuk perusahaan. Sebagai pihak yang membeli tenaga,
perusahaan juga berhak menagih hasil kinerja karyawan tersebut.
8
Perusahaan juga bisa memutus hubungan kerja dengan karyawan dalam
kondisi darurat. Misalnya perusahaan mengalami kerugian besar karena pandemi dan
terpaksa harus mengurangi jumlah karyawan. Namun perlu diperhatikan, ketika
memutus hubungan kerja dengan karyawan, perusahaan juga wajib memberikan hak
mereka berupa pesangon.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak dan kewajiban menjadi hal penting yang harus diperhatikan ketika seorang
karyawan menekan kontrak dengan perusahaan, sebab ada timbal balik yang mengikat
kedua belah pihak di sana.
Sebagai karyawan, perlu diperhatikan bahwa banyak hak yang harus diperjuangkan
ketika bekerja di bawah perusahaan. Mulai dari hak upah yang layak, hak mendapatka
jaminan sosial, jaminan kesehatan, hingga hak pesangon jika karyawan terkena PHK.
Demikian juga dengan perusahaan, pihak perusahaan harus mendapatkan haknya dari
karyawan tanggung jawab terhadap pekerjaan, loyalitas, hingga komitmen karyawan.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://disnakertrans.ntbprov.go.id/hak-hak-perusahaan-dan-karyawan-dalam-undang-
undang-ketenagakerjaan/
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/hak-hak-buruh/
https://id.wikipedia.org/wiki/Hak-hak_buruh