Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“DEMENSIA”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8

YUSI RIZKIANTI (019.01.3655)


MELINDA PUTERI (019.01.3639)
EMA ULUL AZEMI (019.01.3629)
HENDRA PEBRIANTO DENAN (019.01.3631)
LALU ANDRIADI (019.01.3639)
MUHAMMAD ASGAR HISHOM (019.01.3640)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok bahasan : Demensia pada lansia


Sub pokok bahasan : Mengenal tanda-tanda demensia pada lansia dan cara
mengatasinya.

Hari/tanggal : 09 Noveber 2022


Waktu : 60 Menit
Penyajian : Mahasiswa
Sasaran : Kelompok masayarakat desa
Tempat : Balai Desa

A. Tujuan
1. Tujuan intruksional umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang demensia pada lansia dan cara
mengatasinya, diharapkan peserta dapat memotivasi dirinya, keluarga, dan
lingkungannya agar dapat mengatasi demensia pada lansia.
2. Tujuan intruksional khusus
a. Menjelaskan pengertian demensia
b. Menjelaskan penyebab demensia
c. Menjelaskan tanda dan gejala demensia
d. Menjelaskan cara mengatasi demensia
3. Materi
Terlampir
4. Media Leaflet
Lembar balik
Toa
Sound sytem

5. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 Pembukaan :
1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab salam.
2. Memperkenalkan diri. 2. Mendengarkan.
5 menit 3. Menjelaskan tujuan dari 3. Memperhatikan
kegiatan penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan
disampaikan.

2 Pelaksanaan :
1. Menjelaskan pengertian demensia
2. Menjelaskan penyebab demensia 1. Memperhatikan
3. Menjelaskan tanda dan gejala 2. Bertanya dan
30 menit demensia menjawab
4. Menjelaskan cara mengatasi demensia pertanyaan yang
diberikan oleh
pembicara .

3 Evaluasi :
10 menit 1. Menanyakan kepada audiens tentang Menjawab pertanyaan
materi yang telah disampaikan. dan mendengarkan

2. Menyimpulkan materi yang telah


disampaikan

4 Terminasi :
5 menit 1. Mengucapkan terima kasih atas waktu 1. Mendengarkan dan
yang diluangkan dan serta peran membalas
aktif audiens selama mengikuti ucapan
kegiatan penyuluhan. terimakasih.
2. Salam penutup. 2. Menjawab salam.

6. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
d. Evaluasi
7. Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
a. Perserta hadir ditempat penyuluhan
b. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan.
c. Peserta mengajukan dan menjawab pertanyaan secara benar.
3. Rencana Evaluasi Kegiatan
a. Apa pengertian dari demensia?
b. Apa saja yang menyebabkan demensia?
c. Apa saja tanda dan gejala demensia?
d. Sebutkan cara mengatasi demensia ?
4. Evaluasi hasil
a. Audiens mengetahui apakah pengertian dari demensia lansia
b. Audiens dapat menyebutkan penyebab demensia lansia
c. Audiens dapat menyebutkan tanda dan gejala demensia pada lansia
d. Audiens dapat menyebutkan cara mengatasi demensia pada lansia
Lampiran materi :
A. Pengertian

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang
mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley,
A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah
sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit
atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak
degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila
mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai
latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang
rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

Dimensia pada lansia adalah suatu gangguan intelektual/ daya ingat yang umumnya
progresif dan ireversibel. Biasanya ini sering terjadi pada orang yang berusia > 65 tahun.
Di Indonesia sering menganggap bahwa demensia ini merupakan gejala yang normal
pada setiap orang tua/lansia. Namun kenyataan bahwa suatu anggapan atau persepsi
yang salah bahwa setiap orang tua mengalami gangguan atau penurunan daya ingat
adalah suatu proses yang normal saja. Anggapan ini harus dihilangkan dari pandangan
masyarakat kita yang salah.

B. Penyebab

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya
gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan
sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006).
Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala
demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia
Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh
penyakit lain.

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer.
Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari
otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita
Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga
penurunan proses berpikir. memicu terjadinya demensia pada lansia. Faktor resiko
demensia yaitu riwayat keluarga, sindrom down, trauma kepala, penyakit teroid, dan
stroke/CAV.

Berdasarkan penyebabnya, demansia dibagi menjadi tiga jenis.

1. Demensia alzheimer yang menyebabkan adalah kerusakan otak yang tidak diketahui.
Demensia tipe alzheimer (DAT) adalah proses degeneratif yang terjadi pertama-tama
pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks
serebal dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemapuaan
untuk mengeluarkan astilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai
berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat yang dapat dilakukan untuk
menghidupkan kembali sel-sel itu atau menggantikannya.
2. Demensia vaskular yang penyebabnya adalah kerusakan otak karena stroke yang
multiple
3. Demensia lain yang penyebabnya adalah kekurangan vitamin B12 dan tumor otak

Faktor-faktor yang menyebabkan demensia antara lain adalah sebagai berikut.

1. Faktor Genetik

Demensia akan lebih mudah menyerang seseorang yang memiliki riwayat keturunan
penderita demensia pula. Akan tetapi, bukan berarti seluruh keturunan dari seorang
penderita demensia akan menderita hal yang sama.

2. Faktor Usia
Pada usia lanjut, sudah merupakan hal yang wajar ketika fungsi kerja otak mengalami
penurunan. Sel-sel saraf pada otak akan mengalami penyusutan sehingga semakin
rentan terserang penyakit demensia ini.

3. Akibat Alkohol dan Obat-obatan

Mengkonsumsi alkohol, obat pereda rasa sakit yang dikonsumsi secara terus menerus,
serta obat-obatan terlarang dapat menjadi pemicu terjadinya demensia pada lansia.
Zat kimia yang dikonsumsi dapat menyumbat aliran darah yang membawa oksigen ke
otak sehingga mengakibatkan bergam malapetaka.

Gejala Demensia Pada Lansia

Ada beberapa gejala yang akan terlihat ketika seseorang menderita penyakit demensia.
Gejala-gejala tersebut juga dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni gejala dari segi
psikologis dan gejala dari segi kognitif.

1. Gejala Demensia Pada Lansia dari Segi Psikologis

a. Penderitanya merasa gelisah dan tidak tenang.


b. Terlihat depresi.
c. Terjadi perubahan tingkah laku dan emosi.
d. Penderitanya juga mengalami paranoid (merasa ketakutan).
e. Mengalami halusinasi.

2. Gejala Demensia Pada Lansia dari Segi Kognitif

a. Mengalami hilang ingatan dan daya ingat menurun.


b. Kesulitan dalam mengolah bahasa, berbicara, dan berkomunikasi.
c. Menjadi sulit fokus.
d. Ragu dalam menilai keadaan dan mengambil keputusan.
e. Tidak bisa merencanakan sesuatu dan menyelesaikan masalah sendiri.
f. Kesulitan dalam mengontrol pergerakan tubuh.
g. Terlihat kebingungan.
C. Tanda dan Gejala

Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan kepribadian
dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita yang
dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas.
Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal,
mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif.
Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu
mereka atau lupa meletakkan suatu barang.Mereka sering kali menutup-nutupi hal
tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka.
Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama,
mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun
sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak
istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan
daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.Gejala demensia berikutnya yang muncul
biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih
sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya
akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat
ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita
demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus
pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim
kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji
dan mengenali gejala demensia.

Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu
yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada
lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar
belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan
sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.Pada tahap lanjut demensia
memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu
sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh
Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat
memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang
harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang
dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi,
depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan
tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri,
melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C.,
Mahoney, E. 1998). Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:

1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa
perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
6. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
7. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
8. kurang konsentrasi
9. kurang kebersihan diri
10. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
11. Tremor
12. Kurang koordinasi gerakan.
13. Sering lupa akan kejadian-kejadia yang dialami, dalam keadaan makin berat, nama
orang tua dan keluarga dapat dilupakan
14. Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulang
15. Tidak mengenal demensia waktu, misalnya bangunan dan berpakaian pada malam
hari
16. Tidak dapat mengenal demensia ruang dan waktu
17. Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah
18. Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas

D. Cara Mengatasi

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti
:

1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan
zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap
hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
4. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
5. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
6. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia demensia adalah sebagai berikut.
1. Evaluasi secara cermat kemampuan maksimal dari lansia dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari kemudian dapat ditetukan jenis perawatan yang dibutuhkan
2. Perbaiki lingkungan tempat tinggal untuk menghindari kecelakaan yang tidak
diingikan

3. Upayakan lansia tersebut dapat mempertahankan kegiatan sehari-hari secara


optimal
4. Bantu daya pengenalan terhadap waktu, tempat, dan orang dengan sering
mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kejadia dan hal yang pernah
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai