Anda di halaman 1dari 12

RMK PENGAUDITAN II KELAS F

AUDIT SALDO KAS

Dosen Pegampu : Dr. Nadhirah Nagu, SE., Ak., M.Si, CA.,CSRS,CSRA

Oleh :

Miftahul Fuji Amalia Burhan

(A031201119)

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022
A. Kas Di Bank dan Siklus Transaksi

Dalam audit atas kas, auditor harus membedakan antara verifikasi rekonsiliasi saldo laporan
bank oleh klien dengan saldo buku besar, dan verifikasi bahwa pencatatan kas dalam buku
besar merefleksikan dengan benar seluruh transaksi kas yang terjadi sepanjang tahun.
Verifikasi rekonsiliasi klien ke akun saldo bank dan buku besar lebih mudah, tetapi bagian
terpenting dalam total audit dalam perusahaan adalah adanya verifikasi bahwa pencatatan
transaksi kas dilakukan dengan benar. Misalnya, setiap salah saji berikut ini menghasilkan
kesalahan dalam pembayaran atau menyebabkan kesalahan dalam penerimaan kas, tetapi tak
satupun dapat ditemukan dalam audit atas rekonsiliasi bank:

- Kesalahan dalam menagih konsumen


- Pencurian kas dengan menghambat pembayaran kas dari konsumen sebelumnya
dicatat, dengan akun dianggap sebagai piutang tak tertagih
- Duplikasi pembayaran faktur vendor
- Pembayaran tidak benar atas biaya pribadi pejabat perusahaan
- Pembayaran atas bahan baku yang tidak pernah diterima
- Pembayaran atas karyawan lebih besar daripada jam kerja aktualnya
- Pembayaran atas bunga pada pihak luar jumlahnya lebih besar dibandingkan tingkat
bunga sebenarnya

Seluruh jenis salah saji biasanya ditemukan sebagai bagian dari pengujian atas rekonsiliasi
bank. Hal ini meliputi :

- Kesalahan dalam memasukkan cek yang tidak dicairkan didalam daftar cek beredar,
meskipun telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
- Kas yang diterima dari klien masih dalam perjalanan pada tanggal neraca, tetapi
sudah dicatat dalam penerimaan kas pada tahun berjalan
- Setoran dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan pada bank
dibulan yang sama, dan dimasukan dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran dalam
perjalanan
- Pembayaran atas wesel bayar didebet langsung dari saldo bank oleh bank, tetapi tidak
dimasukkan dalam catatan klien.
B. Jenis Akun Kas

Sebelum membahas mengenai pengujian klien atas rekonsiliasi bank klien, akan dibahas
terlebih dahulu tentang jenis akun kas yang digunakan oleh banyak perusahaan karena
pendekatan yang digunakan akan berbeda pada setiap akunnya. Berikut adalah jenis-jenis dari
akun kas :

1. Akun Kas Umum (general cash account) merupakan kas yang penting bagi
sebagian organisasi karena hampir semua penerimaan dan pengeluaran kas mengalir
melalui akun ini.
2. Akun Impres, pada umumnya banyak perusahaan yang menggunakan akun impres.
Misalnya, membuat akun penggajian impres terpisah untuk meningkatkan
pengendalian internal pembayaran gaji. Satu-satunya setoran ke dalam akun adalah
untuk penggajian mingguan dan semi bulanan dan satu-satunya pengeluaran adalah
pembayaran cek kepada karyawan.
3. Akun Bank Cabang (branch bank accounts) berguna untuk membangun relasi
dengan bank dalam komunitas lokal dan memungkinkan sentralisasi operasional pada
tingkat cabang. Dalam beberapa perusahaan, penyetoran dan pengeluaran untuk setiap
cabang dibuat dalam akun yang berbeda, dan kelebihan kas secara periodik
dikirimkan ke akun bank umum pada kantor pusat. Akun cabang dalam ini seperti
akun umum, tetapi pada tingkat cabang.
4. Dana kas kecil imprest (imprest petty cash fund) bukan merupakan rekening bank
tetapi hampir serupa dengan kas di bank pencantumannya. Dana tersebut digunakan
untuk akuisisi kas bernilai kecil yang dapat dibayar secara lebih mudah dan lebih
cepat dengan kas ketmbang dengan cek atau untuk memudahkan karyawan dalam
mencairkan cek pribadi atau cek penggajian. Akun kas imprest dibentuk atas dasar
yang sama seperti akun bank cabang imprest, tetapi biasanya digunakan untuk
pengeluaran dalam jumlah yang lebih kecil. Beban yang umum meliputi perlengkapan
minor kantor, perangko, sumbangan amal. Akun kas kecil biasanya tidak melampaui
beberapa ratus dollar dan sering kali diisi kembali satu cara dua kali setiap bulan.
5. Setara Kas (cash equivalent), meliputi deposito berjangka, sertifikat deposito, dan
dana pasar uang. Setara kas bisa sangat material dan dimasukan dalam laporan
keuangan sebagai keuangan dari akun kas jika merupakan investasi jangka pendek
yang siap dikonversikan menjadi kas dalam jumlah yang pasti, dan tidak dapat
dirisiko signifikan atas perubahan nilai dari perubahan tingkat bunga.Sekuritas yang
dapat diperdagangkan dan investasi berbunga dengan jangka waktu yang lebih
panjang bukan merupakan setara kas.
C. Audit Akun Kas Umum

Pada pengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus mengakumulasikan
bukti yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas, sebagaimana dinyatakan dalam
neraca, dinyatakan dan diungkapkan dengan wajar sesuai lima dari keenam tujuan audit-
terkait saldo untuk seluruh pengujian perincian saldo (keberadaan, kelengkapan, akurasi ,
pisah batas, dan kecocokan perincian). Hak atas kas umum, klasifikasinya dalam neraca, dan
nilai realisasi kas tidak dapat diaplikasikan. Metodologi untuk kas pada akhir tahun sama
dengan saldo akun neraca lainya.

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang mempengaruhi Kas (Tahap I)

Banyak perusahaan yang tidak memiliki risiko bisnis yang cukup signifikan dalam
memengaruhi saldo kas. Risiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan manajemen kas
yang tidak memadai atau penanganan dana yang dilakukan pihak luar.

Risiko bisnis klien lebih banyak muncul dari setara kas dan jenis investasi lainnya. Beberapa
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan mengalami kerugian besar akibat aktivitas
perdagangan oleh perorangan yang disembunyikan dengan salah menyajikan saldo investasi
dan kas. Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien, sama
halnya dengan pengendalian manajemen yang dapat memperburuk risiko tersebut.

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Menilai Risiko Bawaan (Tahap I)

Saldo kas tidak material dalam kebanyakan audit, tetapi transaksi kas yang memengaruhi
saldo ini sifatnya hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, sering muncul potensi salah
saji material dalam kas. Oleh karena kas lebih mudah dicuri dibandingkan aset lainnya,
terdapat risiko bawaan cukup tinggi untuk tujuan keberadaan, kelengkapan dan akurasi.
Tujuan ini biasanya akan berfokus pada audit saldo kas. Risiko bawaan relatif kecil untuk
tujuan lainnya.

Menilai Risiko Pengendalian (Tahap 1)

Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:
a. Pengendalian atau siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan penerimaan kas
dan pengeluaran kas.
b. Rekonsiliasi
c. pengendalian pembagian tugas yang memadai antara penandatangan cek dan bank
independent

Pengendalian yang penting atas saldo akhir kas adalah rekonsiliasi bank secara bulanan dari
akun bank umum berbasis waktu oleh personel yang independen dari pihak yang menangani
atau mencatat transaksi kas. Jika suatu perusahaan melakukan rekonsiliasi bank dengan
memakan waktu lama, maka nilai pengendalian akan turun dan memengaruhi penilaian
auditor atau risiko pengendalian kas. Rekonsiliasi membantu mencatat akuntansi agar
mencerminkan saldo kas yang lama antar saldo kas aktual di bank setelah
mempertimbangkan transaksitransaksi yang memerlukan rekonsiliasi. Lebih penting lagi,
verifikasi atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dapat dilakukan dalam rekonsiliasi
yang independen. Jika laporan bank diterima dalam keadaan tertutup oleh pihak yang
merekonsiliasi dan pengendalian fisik dilakukan atas laporan bank tersebut sampai
rekonsiliasi diselesaikan, maka cek dibatalkan, duplikat slip setoran, dokumen lain yang
termasuk dalam laporan bank dapat diperiksa tanpa perlu khawatir akan diganti, dihapus atau
ditambahkan. Rekonsiliasi bank dilakukan dengan hatihati oleh pihak klien dengan
melakukan tindakan berikut ini:

a. Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas atas


tanggal, dibayarkan kepada siapa, dan berapa jumlahnya.
b. Memeriksa tanda tangan, personel otorisasi, dan pembatalan atas cek dibatalkan.
c. Membandingkan setoran ke bank dengan tanggal, pembeli, dan jumlah pada
pencatatan setoran kas.
d. Memeriksa urutan nomer pada cek dan memeriksa jika ada yang hilang.
e. Merekonsiliasi seluruh bagian yang menyebabkan perbedaan antara saldo buku
dengan saldo bank dan memeriksa kewajarannya dalam bisnis klien.
f. Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran
kas.
g. Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan
kas.
h. Menindaklanjuti cek beredar dan peringatan penghentian pembayaran.
Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif Atas
Transaksi (Tahap II)

Oleh karena saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan pergudangan,
maka sejumlah besar transaksi akun memengaruhi kas. Dalam bab-bab sebelumnya, telah
membahas secara terperinci mengenai pengujian pengendalian dan pegujian substansif yang
memadai untuk audit setiap siklus. Misalnya, pengendalian atas penerimaan kas. Transaksi
kas diaudit melalui pengujian siklus transaksi tersebut.

Mendesain dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III)

Dalam audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara luas. Dengan menggunakan
prosedur analitis, pengujian atas kewajaran saldo kas tidak terlalu penting dibandingkan area
audit lainya. Auditor biasanya membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran
dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya dengan rekonsiliasi yang
dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Auditor juga membandingkan saldo akhir kas
dengan saldo bulan-bulan sebelumnya. Prosedur analitis ini dapat ditemukan salah saji pada
kas.

Mendesain Pengujian Perincian Saldo Kas (Tahap III)

Titik awal verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah dengan mendapatkan rekonsiliasi
bank dari klien dengan memasukkan dokumentasi auditor. Untuk mengaudit kas dibank,
auditor melakukan verifikasi apakah rekonsiliasi bank yang diterima klien sudah benar.
Tujuan audit-terkait saldo dan pengujian perincian saldo dalam audit kas yang paling penting
adalah keberadaan, kelengkapan, dan akurasi, oleh karena itu harus diperhatikan. Auditor
juga melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat tujuan penyajian dan
pengungkapan, seperti menelaah hasil pertemuan dewan direksi dan penyajian utang untuk
menentukan apakah ada restriksi atas kas yang harus diungkapkan. Dalam area audit lainya,
prosedur audit aktual bergantung pada materialitas dan risiko dalam kas yang sudah
diidentifikasi auditor pada audit di bagian lainnya.

Berikut adalah tiga prosedur yang layak dibahas lebih lanjut karena arti penting dan
kompleksitasnya, yaitu:

1. Permintaan atas Konfirmasi Bank


bank atau institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan klien, kecuali jika terdapat
sejumlah besar akun yang tidak aktif. Jika bank tidak menjawab permintaan
konfrimasi, maka auditor perlu mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien
berkomunikasi dengan bank untuk meminta mereka melengkapi dan mengembalikan
konfirmasi kepada auditor, agar memudahkan auditor maupun pihak bank yang
diminta mengisi konfirmasi. Pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih dari
sekedar verifikasi saldo kas aktual. Bank mengonfirmasi informasi pinjaman dan
saldo bank dalam formulir yang sama. Informasi pada wesel bayar pada bank,
hipotek, dan utang lainnya biasanya memasukkan jumlah dan tanggal pinjaman,
tanggal jatuh tempo pinjaman, tingkat bunga, dan adanya jaminan.
Bank tidak bertanggung jawab untuk mencari pencatatan atas saldo bank atau
pinjaman selain yang dimasukkan dalam formulir dari klien KAP. Laporan di bagian
bawah formulir meminta bank menginformasikan kepada KAP semua pinjaman yang
tidak dimasukkan dalam konfirmasi dari bank yang memiliki informasi tersebut.
Dampak dari tanggung jawab yang terbatas ini dalah untuk mensyaratkan auditor agar
memenuhi tujuan kelengkapan atas saldo dan utang bank yang tidak tercatat dengan
cara lain. Sama halnya, bank tidak perlu menginformasikan kepada auditor mengenai
persyaratan kredit, persyaratan saldo kompensasi, atau kewajiban kontinjen ketika
kewajiban dijaminkan. Jika auditor menginginkan konfirmasi atas jenis informasi ini,
maka mereka harus mendapatkan konfirmasi yang terpisah dari institusi keuangan
yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.
2. Permintaan atas Laporan Bank Pisah Batas
Laporan bank atas pisah batas adalah laporan bank pada periode tertentu dan
pembatalan cek terkait, duplikat slip setoran, dan dokumen lain yang termasuk dalam
laporan bank, dikirimkan oleh bank ke kantor KAP. Tujuan dari laporan bank atas
pisah batas adalah untuk memberikan verifikasi bagian yang direkonsiliasi pada
rekonsiliasi bank klien di akhir tahun dengan bukti yang tidak dapat diakses ke klien.
Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta klien agar bank mengirimkan laporan
langsung kepada auditor dalam waktu 7 sampai 10 hari setelah tanggal neraca.
Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank jika laporan pisah batas
tidak diterima langsung dari pihak bank. Tujuan adalah untuk menguji apakah
karyawan klien tidak memasukkan, menambahkan, atau menggantikan dokumen
sesuai dengan laporan. Pengujian ini jelas dilakukan untuk salah saji yang disengaja.
Auditor melakukan verifikasi berikut ini dalam bulan setelah tanggal neraca:
a. Memeriksa saldo seluruh cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo
kredit.
b. Melakukan verifikasi saldo laporan bank saat penjumlahan dilakukan.
c. Menelaah bagian dari penjumlahan untuk memastikan sudah dibatalkan oleh bank
pada periode yang tepat dan tidak ada penghapusan atau penggantian.
3. Pengujian Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi bank yang dilakukan dengan benar oleh pihak independen merupakan
pengendalian internal penting atas kas. Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk
menentukan apakah pihak klien sudah menyiapkan rekonsiliasi dengan hati-hati dan
melakukan verifikasi apakah saldo bank yang dicatat klien sama jumlahnya dengan
kas di bank, kecuali bila ada setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis
rekonsiliasi lainnya.
Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi dalam laporan bank
atas pisah batas untuk melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor
dalam rekonsiliasi meliputi beberapa prosedur:
a. Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara matematis.
b. Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah batas ke
saldo per bank pada rekonsiliasi bank untuk memastikan jumlahnya sama.
c. Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan ke
laporan bank atas pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank dan
juga jurnal pengeluaran kas dalam periode neraca atau periode sebelumnya.
Seluruh cek yang dikliring bank setelah tanggal neraca dan dimasukkan dalam
jurnal pengeluaran kas harus dimasukkan dalam daftar cek beredar. Jika cek
dimasukkan dalam jurnal pengeluaran kas, maka seharusnya dianggap cek beredar
karena tidak dikliring di bank sebelum tanggal neraca, maka tidak boleh
dimasukkan dalam rekonsiliasi bank.
d. Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan termasuk dalam daftar cek
beredar yang belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas. Langkah
pertama dalam pemeriksaan ini harus dilakukan dengan menelusuri jumlah yang
belum dikliring dalam jurnal pengeluaran kas. Alasan mengapa cek belum
diuangkan, harus dibahas dengan klien, dan jika auditor khawatir telah terjadi
kecurangan, maka vendor yang termasuk dalam saldo utang dagang harus
dikonfirmasi untuk menentukan apakah vendor tersebut sudah mengakui
penerimaan kas dalam pecatatannya. Ditambah lagi, cek yang dibatalkan perlu
diperiksa sebelum tanggal terakhir audit jika memang ada.
e. Menerima kas yang tidak disetorkan ke bank di akhir tahun harus ditelusuri ke
laporan pisah batas untuk memastikan bahwa kas tersebut disetorkan segera di
awal tahun berikutnya.
f. Memperhatikan jenis rekonsiliasi lain ke laporan bank dan rekonsiliasi bank. Hal
ini meliputi biaya jasa bank, kesalahan dan pembetulan bank, dan transaksi tak
tercatat yang didebet atau dikredit langsung ke akun bank oleh pihak bank. Jenis
rekonsiliasi ini perlu di investigasi untuk memastikan sudah diperlukan dengan
benar oleh klien.
D. Prosedur yang Berorientasi Kecurangan
Perimbangan utama dalam audit saldo kas umum adalah kemungkinan terjadinya
kecurangan. Auditor harus memperluas prosedur dalam audit kas akhir tahun untuk
mentukan kemungkinan adanya kecurangan yang material apabila pengendalian
internaltidak memadai, terutama pemisahan tugas yang tidak tepat antara penanganan kas
dan pencatatan transaksi kas dalam catatan akuntansi serta tidak adanya rekonsiliasi bank
bulanan yang disiapkan secara independen.
Prosedur yang dapat mengungkapkan kecurangan dalam bidang penerimaan kas:
1. Konfirmasi piutang usaha.
2. Pengujian yang dilaksanakan untuk mendeteksi lapping.
3. Mereview ayat jurnal buku besar umum dalam akun kas untuk pos-pos tidak biasa.
4. Membandingkan pesanan pelanggan dengan penjualan dan penerimaan kas
selanjutnya.
5. Memeriksa persetujuan dan dokumen pendukung piutang tak tertagih dan retur
penjualan serta pengurangan.

Perluasan Pengujian atas Rekonsiliasi Bank

Jika rekonsiliasi bank dapat dengan sengaja salah saji, maka perlu dilakukan perluasan
pengujian atas rekonsiliasi bank akhir tahun.

Ada kelemahan pengendalian internal yang material dan akhir tahun klien adalah 31
desember, dengan menggunakan pendekatan umum auditor :

1. Memulai dengan rekonsiliasi bank bulan November dan membandingkan semua


item yang direkonsiliasi dengan cek yang dibatalkan dan dokumen lain dalam
laporan bank bulan Desember
2. Membandingkan semua cek yang dibatalkan yang tersisa dan slip setoran dalam
laoran bank bulan desember dengan jurnal pengeluaran kas dan penerimaan kas
3. Menelusuri semua item yang belum dikliring dalam rekonsiliasi bank bulan
November dan jurnal pengeluarandan penerimaan kas bulan Desember ke
rekonsiliasi bank tanggal 31 Desember untuk memastikan bahwa item-item
tersebut telah dimasukan.
4. Memverifikasi bahwa semua item rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank tanggal 31
desember menyajikan item dari rekonsiliasi bank bukan November dan jurnal
bulan Desember yang belum dikliring oleh bank.

Bukti Kas

Auditor menggunakan bukti kas untuk menentukan apakah hal-hal berikut dilakukan:

 Semua kas yang tercatat telah disetor


 Semua setoran telah dicatat
 Semua pengeluaran kas yang tercatat telah dibayar oleh bank
 Semua jumlah yang dibayarkan oleh bank telah dicatat

Pembuktian kas  (proof of cash) meliputi empat tugas rekonsiliasi berikut ini :

1. Rekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo buku besar pada awal periode
pembuktian kas.
2. Rekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan yang
tercatat dalam jurnal penerimaan kas pada periode tertentu.
3. Rekonsiliasi kliring cek yang dibatalkan oleh bank dengan yang dicatat dalam
jurnal pengeluaran kas untuk periode tertentu.
4. Rekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar umum pada akhir
periode pembuktian kas.

Pengujian Transfer Antar Bank

Para penggelap biasanya menutupi pencurian kas dengan praktik yang dikenal sebagai
Kitting: mentransfer uang dari satu bank ke bank lainnya dan mencatat transaksi tersebut
dengan tidak benar.

Untuk menguji kitting, dan kesalahan tidak sengaja dalam mencatat transfer antarbank,
auditor dapat mendata semua transfer antarbank yang dilakukan beberapa hari sebelum
dan setelah tanggal neraca serta menelusuri masing-masing ke catatan akuntansi agar
pencatatannya benar.

Meskipun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya dimaksudkan untuk


menemukan kecurangan, tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank tanpa
memerhatikan pengendalian internal. Bila ada kemungkinan kiting, maka dapat
mengakibatkan salah perhitungan antara kas dan utang dagang.

E. Audit Atas Akun Bank Penggajian Impres


Pengujian atas rekonsiliasi bank untuk penggajian tidak akan memakan waktu jika
terdapat akun impres untuk penggajian dan rekonsiliasi independen atas akun bank, seperti
yang dijelaskan pada akun umum. Biasanya, bagian yang direkonsiliasi adalah cek
beredar.
Prosedur rekonsiliasi sama dengan kas umum, kecuali pengujian pada cek beredar yang
biasanya terbatas untuk pengujian kewajarannya. Biasanya, diperlukan perluasan prosedur
bila pengendalian tidak memadai atau jika akun bank tidak direkonsiliasi dengan saldo kas
impres pada buku besar.
F. Audit Atas Kas Kecil Impres
Kas kecil adalah akun yang unik. Meskipun jumlahnya tidak material, banyak auditor
melakukan verifikasi kas kecil karena terdapat potensi kecurangan dan klien
mengharapkan auditor memeriksa akun tersebut meski jumlahnya tidak material.
- Pengendalian Internal atas Kas Kecil
Pengendalian internal yang paling penting dalam kas kecil adalah penggunaan dan
impres yang merupakan tanggung jawab perorangan. Dana untuk kas kecil tidak dapat
digabungkan dengan penerimaan lainnya, dan dana harus disimpan terpisah dari
aktivitas lainnya. Pembatasan juga harus dilakukan atas pengeluaran dari kas kecil,
sama halnya dengan jumlah total dana. Jenis pengeluaran yang dilakukan dari
transaksi kas kecil harus jelas didefinisikan sesuai kebijakan perusahaan.
Saat pengeluaran kas dilakukan dari kas kecil, pengendalian internal yang memadai
mensyaratkan adanya tanda tangan personel yang berwenang pada formulir kas kecil
yang bernomor urut. Total dari kas aktual dan cek dananya, ditambah total formulir
kas kecil yang disebut dalam buku besar. Perhitungan mendadak secara periodik dan
rekonsiliasi dana kas kecil harus dilakukan oleh auditor internal atau personel lain
yang berwenang.
Saat saldo kas kecil tinggal sedikit, cek dari akun kas umum harus dibuat untuk
mengisi kas kecil. Cek harus ditulis dengan jumlah yang sama dengan voucher
bernomor urut yang dijadikan bukti pengeluaran aktual sebelumnya. Voucher ini
harus diverifikasi oleh petugas utang dagang dan dibatalkan agar tidak digunakan
kembali.
- Pengujian Audit atas Kas Kecil
Penekanan dilakukan pada verifikasi kas kecil atas pengujian transaksi kas kecil
dibandingkan saldo akhir tahun. Bahkan jika dana kas kecil jumlahnya kecil, terdapat
potensi kecurangan transaksi jika dana sering dikeluarkan atau digunakan.
Dalam pengujian kas kecil, auditor pertama kali harus menentukan prosedur klien
dalam menangani dana. Hal ini dilakukan dengan mendiskusikan pengendalian
internal bersama pemegang kas kecil dan memeriksa dokumen atas beberapa
transaksi. Ketika auditor menguji kas kecil, dua prosedur utamanya adalah
menghitung saldo kas kecil dan melanjutkan dengan pengujian terperinci atas satu
atau dua transaksi pengeluaran. Prosedur utama harus memasukkan :
 Footing voucher kas kecil yang menunjukkan jumlah pengeluaran.
 Memperhatikan urutan voucher kas kecil.\
 Memeriksa otorisasi dan pembatalan voucher kas kecil.
 Memeriksa kewajaran dokumen pendukung, biasanya terdiri atas gulungan
register kas, faktur, dan bukti penerimaan.
Pengujian kas kecil dapat dilakukan sewaktu-waktu selama tahun berjalan, tetapi agar
memudahkan, biasanya dilakukan pada tanggal interim. Jika saldo dana kas kecil
diperkirakan material, hal ini jarang terjadi, maka saldo tersebut harus diperhitungkan
pada akhir tahun. Pengeluaran yang belum diganti harus diperiksa sebagai bagian dari
penentuan apakah biaya yang belum tercatat jumlahnya material.

Daftar Referensi
Alvin A Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley “Auditing And Assurance Service” 14th
Edition.

Anda mungkin juga menyukai