Anda di halaman 1dari 9

A.

Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan

Pengertian Coaching

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,


Untuk mengawali proses memahami konsep coaching ini, mari kita simak ilustrasi berikut:
Pak Amir adalah seorang pengemudi kendaraan di Kota Tangerang. Saat ini, ia
mengantarkan Pak Handoko ke tempat tujuannya. Ternyata jalanan macet dan Pak Handoko
tampak panik mengingat acaranya yang akan segera dimulai. Pak Amir mengajak Pak
Handoko berdiskusi dan berdialog untuk menentukan alternatif jalan yang pernah ditempuh
sebelumnya. Pak Amir bertanya mengenai pengalaman yang dimiliki Pak Handoko terhadap
pilihan2 jalan alternatif tersebut.  Kemudian Pak Amir membantu Pak Handoko untuk
melakukan analisis dari setiap jalan alternatif  yang memungkinkan diambil  agar bisa lebih
cepat sampai ke tujuan. Dengan berbagai pertimbangan, Pak Handoko akhirnya
memutuskan untuk memilih satu jalan yang ia yakini lebih cepat dan lancar. Ternyata
keputusan yang diambil Pak Handoko tepat. Jalanan lancar, dan Pak Handoko sampai di
tempat tujuan tepat waktu..
Ilustrasi tersebut memperlihatkan bahwa untuk sampai ke tujuan dibutuhkan tindakan (action), dan
terjadi perubahan (change) tempat. Ketika dikaitkan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari, jika
Pak Amir adalah seorang coach dan Pak Handoko adalah coachee, maka Pak Amir menolong
dengan cara-cara tertentu, supaya Pak Handoko sampai ke sasaran yang dia inginkan. Dalam
konteks ini, coaching adalah salah satu alat untuk menolong Pak Handoko. Pak Amir yang
memerankan diri sebagai coach tidak serta merta mengajukan satu solusi yang harus diikuti
coachee,  melainkan menawarkan beberapa alternatif dan kemudian pak Handoko memutuskan
sendiri sesuai dengan kondisinya. Selanjutnya, Pak Handoko lah yang membuat keputusan
dengan cara yang diyakini dapat mencapai tujuannya.
Berangkat dari ilustrasi di atas, mari kita simak beberapa pengertian mengenai coaching. Para ahli
mendefinisikan coaching sebagai:

 sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan
sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman
hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999) 
 kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih
kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003)

1. Tuliskan prinsip-prinsip coaching yang dapat Anda ambil dari beberapa


pengertian coaching yang telah disajikan!
- Seni Bertanya
- Prinsip dasar coaching adalah menggali kemampuan diri dari coachee (dalam hal ini
adalah tim Anda) dengan bertanya maka dari pertanyaan tersebut coach membantu
melakukan pengamatan terhadap masalah yang ujungnya menimbulkan kesadaran
diri untuk melakukan perubahan.
- Seni Mendengarkan
- Mendengarkan aktif adalah kata kunci dari proses coaching. Semua leader pasti
tahu betapa sulitnya mendengarkan, lebih mudah untuk berbicara dibandingkan
untuk menyimak. Maka syarat pertama untuk bisa mendengarkan adalah kesabaran.
coach harus mampu untuk mengontrol diri untuk tidak memotong pembicaraan, dan
sabar untuk tidak memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dibahas oleh
coach dan tim.
- Seni Menangkap kata kunci
- Hal terakhir yang penting dikuasai dalam sebuah sesi coaching adalah ketrampilan
menangkap kata kunci selama coachee. Kata kunci bisa berarti satu kata atau
gabungan beberapa kata/frase.  Tujuan mengapa perlu memiliki ketrampilan
tersebut agar coach bisa memahami isi cerita untuk kemudian mengajukan
pertanyaan lebih lanjut yang memiliki korelasi dengan apa yang disampaikan oleh
coachee

2. Sebagai guru, pernahkah Anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah


Anda? Jika jawaban Anda "ya", berilah contoh dan penjelasannya!
Ya saya pernah menerapkan, ketika menghadapi anak yang melakukan pelanggaran karena ada
beberapa anak tidak mengerjakan tugas dan sudah ditegur dan diperingati namun tetap saja belum ada
perubahan ke arah yang lebih. 

Saya mencoba mengajaknya berdiskusi secara empat mata dan mencoba menuntunnya sehingga dapat
membuatnya nyaman dan mencurahkan segala permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan tugas
yang belum dikerjakan. Dan dengan setia saya berusaha untuk mendengarkan keluh kesahnya.

Dalam diskusi singkat tersebut ternyata anak tersebut mengalami permasalahan terkait
waktu belajar dirumah dan tugas yang terlalu banyak. anak tersebut adalah anak yatim
yang ayahnya meninggal saat bekerja sebagai ABK dan kapalnya tenggelam. dan ibunya
sakit diabetes dan glukoma, ibunya bekerja dengan menjual sosis dan makanan ringan,
oleh karena itu sepulang dari sekolah anak itu membantu ibunya berdagang, karena
merasa kasihan kepada ibunya yang sakit, tetapi harus bekerja keras untuk mencukupi
kebutuhannya. 
Karena kecapaian maka anak tersebut tidak sempat mengerjakan beberapa tugas yang telah diberikan
oleh beberapa guru mata pelajaran. Setelah diajak mengobrol dan diberikan pemahaman dan
membangkitkan kesadaran dari dalam dirinya dengan membuat jadwal bekarja dan belajar serta
memberinya semangat dengan melihat potensi atau kekuatan dalam dirinya. 

Sedikit demi sedikit anak tersebut berubah dengan membuat jadwal untuk membantu orangtua dan
belajar. Walaupun tidak seutuhnya berubah karena butuh proses dan penyesuaian.

Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International
Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:
“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan
profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan
proses kreatif.”
Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:

1. Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk


membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal
tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.
2. Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam
hal ini,  dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam,
seorang coach dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran
atau ide-ide baru.
3. Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya
memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga
potensi coachee berkembang.

Menyelami makna-makna yang terkandung dalam definisi coaching membawa kita pada


pertanyaan, “Apakah dengan demikian coaching ini bisa diterapkan di dunia pendidikan
sehingga bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik guru maupun murid?” Apakah guru
dapat berperan sebagai coach? Mari kita sama-sama membahas bagaimana coaching ini
diterapkan dalam konteks sekolah dan bagaimanakah peran guru guru dalam menerapkan
keterampilan coaching  sebagai coach.
B. Coaching dalam Konteks Sekolah Bapak /Ibu Calon Guru Penggerak, Mari kita bersama-sama
mempelajari coaching dalam konteks pendidikan. Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan
pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat
memperbaiki lakunya. oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk
menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai
manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik
sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak
kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Gambar 1. Ilustrasi Coaching Dalam konteks pendidikan
Indonesia saat ini, pendekatan coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar
murid dalam pembelajaran di sekolah. Pendampingan dengan pendekatan Coaching menjadi proses
yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program Merdeka Belajar
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi
lebih merdeka dalam mengeksplorasi diri dan mengoptimalisasikan potensi guna mencapai tujuan
pembelajaran. Harapannya, pendampingan murid melalui pendekatan coaching dapat menjadi salah
satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam
belajar. Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi
semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan
pendekatan Coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses Coaching.
Sebagai seorang Guru dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan
memaknai cara berpikir atau mindset Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan
pendekatan coaching. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara
guru dan murid yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan
persaudaraan. Oleh sebab itu, empat (4) cara berpikir ini dapat melatih guru dalam menciptakan
semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan
pembelajaran. Tut Wuri Handayani Mindset Murid adalah Mitra Belajar Emansipatif Memberikan
apresiasi kepada murid sebagai mitra belajar. Guru sejatinya memiliki sebuah cara berpikir bahwa dalam
proses coaching keduanya memiliki kesepahaman yang sama tentang belajar. Ketika mendengarkan
murid, guru belajar mengenali kekuatan dirinya juga mengenali muridnya secara mendalam. Demikian
pula sebaliknya, tuntunan yang diberikan guru memberikan ruang bagi siswa untuk menemukan
kekuatan dirinya sebagai murid dan sebagai manusia. Proses coaching membuka ruang emansipatif bagi
guru dan siswa untuk merefleksikan kebebasan mereka melalui kesepakatan dan pengakuan bersama
terhadap norma-norma yang mengikat mereka. Ruang emansipatif memberi peluang bagi murid untuk
menemukan kekuatan kodratnya, potensi dirinya, dan kekuatan yang dimilikinya. Kasih dan
Persaudaraan Ruang Perjumpaan Pribadi Proses coaching sebagai sebuah latihan menguatkan semangat
Tut Wuri Handayani yaitu mengikuti/mendampingi/mendorong kekuatan kodrat murid secara holistik
berdasarkan cinta kasih dan persaudaraan tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa.
Murid adalah seorang manusia yang memiliki kebebasan untuk mendapatkan cinta kasih. Proses
coaching merupakan sebuah ruang perjumpaan pribadi antara guru dan murid sehingga keduanya
membangun rasa percaya dalam kebebasan masing-masing. Kebebasan tercipta melalui
pertanyaanpertanyaan reflektif untuk menguatkan kekuatan kodrat murid. Masih terkait dengan
kemerdekaan belajar, proses coaching juga merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid.
Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu,
pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan
mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya. Murid kita di
sekolah tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan.
Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini
cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri
anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching. Coaching, sebagaimana telah dijelaskan
pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali
potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses
coaching yang berhasil akan memotivasi para murid untuk menjadi lebih baik karena mereka merasakan
potensi mereka tergali dan berkembang seiring dengan proses dan hasil dari coaching yang mereka
telah lakukan. Mengingat pentingnya proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi
murid, guru hendaknya memiliki keterampilan coaching. Keterampilan coaching ini sangat erat
kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi. Berkomunikasi seperti apakah yang perlu seorang coach
miliki akan dibahas pada bagian selanjutnya dalam modul coaching ini.

Tentunya, sebagai guru, Anda sudah memiliki keterampilan-keterampilan berkomunikasi


yang menjadi dasar dari keterampilan coaching.  Mari kita lakukan refleksi mengenai hal
tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

3. Keterampilan berkomunikasi yang bagaimanakah yang sudah Anda kuasai?


a. keterampilan membangun dasar proses coaching
b. keterampilan membangun hubungan baik
c. keterampilan berkomunikasi
d. keterampilan memfasilitasi pembelajaran

4. Keterampilan manakah yang perlu Anda asah agar dapat menjalankan coaching dengan baik? 

Keterampilan yang perlu saya asah adalah semua keterampilan yaitu keterampilan membangun dasar
proses coaching, keterampilan membangun hubungan baik, keterampilan berkomunikasi, dan
keterampilan memfasilitasi pembelajaran. Semua keterampilan tersebut perlu diasah agar kita dapat
melakukan proses coaching dengan benar sehingga dapat memperoleh hasil secara maksimal sesuai
dengan yang diharapkan. Yang terjadi selama ini ini adalah proses coaching yang dilakukan hanya
sekedar karena rasa empati dan kepedulian serta belum menyeluruh dalam artian belum menyetuh
semua siswa yang bermasalah. Untuk mencapai kesempurnaan terkait proses coaching kita perlu belajar
dan terus belajar secara mandiri dan berkolaborasi terutama ketika mengalami kendala.
5. Bagaimana cara burung hantu membantu sang kancil menyeberang sungai?
Mengajaknya berkomunikasi dengan mengajukan pertanyaan reflektif yang membangkitkan kesadaran
akan jati diri dan potensi apa yang dimilikinya. Langkah awal Dengan menanyakan permasalahan apa
yang sedang terjadi pada sang serigala untuk menemukan kata kunci atau akar permasalahnya. Terus
apa saja yang telah dilakukan atau usaha-usaha apa yang pernah dicoba untuk menyelesaikan masalah
(menyebrangi sungai).

Dari jawaban sang serigala, burung hantu mengajak serigala tersebut untuk merefleksi apakah-apakah
usaha-usahanya tersebut sudah sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Mengajak refleksi yang
dilakukan burung hantu terhadap serigala tersebut menyadarkan diri sang serigala untuk
memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya tidak perlu mencontoh dan mengikuti cara makhluk yang
lain.
6. Bagaimana cara burung hantu menanggapi pernyataan sang kancil tentang ketidak
mampuannya?
Meyakinkan dulu apakah benar sang serigala ingin melewati sungai yang kecil itu. Menanyakan usaha-
usaha apa saja yang telah dilakukan dan Menemukan pesan atau kata-kata kunci yang akan dijadikan
pertanyaan lanjutan untuk menggali informasi dan menyadarkan sang serigala terhadap usahanya yang
telah dilakukan dan apakah usahanya itu cocok dengan dirinya ataukah tidak.
Menyadarkan akan siapa dirinya dan kemampuan apa yang dimiliki serigala terakhir mencoba
kemampuan yang dimilki serigala untuk menyelesaikan masalahnya yaitu menyeberangi sungai.
7. Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang diajukan oleh burung hantu untuk membantu sang
kancil?
Dengan mengajukan pertanyaan reflektif atau pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan kesadaran
terhadap terhadap sang serigala. pertanyaan yang muncul dari medengarkan curahan permasalahan
sang serigala. pertanyaan terbuka yang membantu sang serigala untuk memperhatikan siapa diriya., dan
pertanyaan yang menstimulus serigala untuk menemukan ide menyelesaikan masalahnya yaitu
menyebrangi sungai kecil tersebut. berikut pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Burung Hantu kepada
Serigala:
 Bagaimana aku bisa membantumu?
 Pertanyaan penguatan apakah kamu ingin menyebrangi sungai yang kecil ini?
 Usaha apa yang pernah kamu dilakukan?
 Menggali terus usaha lain yang pernah dilakukan
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan lanjutan apakah usaha yang telah dilakukan tersebut sudah
benar atau belum.
 Dilanjutkan pertanyaan yang menyadarkan akan jati dirinya sebagai serigala
 pertanyaan yang menyadarkan akan potensi apa yang dimiliki serigala untuk menyebrangi sungai.
 pertanyaan yang mendorong serigala untuk mencoba menyebrangi sungai dengan potensi atau cara
yang sesuai dengan jati dirinya.
8. Jika Anda menjadi sang kancil, apa yang Anda rasakan ketika dibantu dengan cara demikian?
Sangat senang, bahagia dan berterima kasih karena bantuan yang diberikan tidak secara
langsung tetapi menjadikan saya sadar dan cerdas menghadapi masalah. Bantuan tersebut
membuat saya berpikir untuk menggali segala kemampuan yang dimiliki sendiri untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

9. Jika Anda adalah sang burung hantu dan kancil adalah murid Anda, apakah Anda cukup
sabar? Mengapa?
Ya saya cukup sabar, belajar sabar itu penting di video tersebut hanya dihadapkan dengan satu
permasalahan dan satu murid. Mengikuti alur pikir murid untuk menggali segala potensi yang dimiliki
murid sangat diperlukan oleh seorang guru. Jika satu murid menjadi sadar maka perubahan tidak
memerlukan lagi paksaan tetapi perubahan dilakukan secara sadar sebagai buah dari proses kesabaran
guru untuk menjadi coach.

Paradigma Pendampingan Coaching Sistem Among - ARTI


Paradigma Pendampingan Coaching Sistem Among - ARTI Sistem Among (Tut Wuri Handayani) menjadi
salah satu kekuatan dalam pendekatan pendampingan (coaching) bagi guru. Tut Wuri (mengikuti,
mendampingi) mempunyai makna mengikuti/mendampingi perkembangan murid dengan penuh
(holistik) berdasarkan cinta kasih tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Handayani
(mempengaruhi) mempunyai makna merangsang, memupuk, membimbing dan memberi teladan agar
murid mengembangkan pribadinya melalui disiplin pribadi. Among merupakan bahasa Jawa yang
memiliki arti mengasuh, mengikuti, mendampingi. Guru (Pamong/Pedagog) adalah seorang memiliki
cinta kasih dalam membimbing murid sesuai dengan kekuatan kodratnya. Guru sejatinya bebas dari
segala ikatan/belenggu untuk menguasai dan memaksa murid. Sistem Among dapat disebut juga sebagai
upaya memanusiakan sang anak sebagai seorang manusia (humanisasi). Menilik kembali filosofi Ki Hajar
Dewantara tentang peran utama guru (Pamong/Pedagog), maka memahami pendekatan Coaching
menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk
menuntun kekuatan kodrat anak (murid). Pendampingan yang dihayati dan dimaknai secara utuh oleh
seorang guru, sejatinya menciptakan ARTI (Apresiasi-Rencana-Tulus-Inkuiri) dalam proses menuntun
kekuatan kodrat anak (murid sebagai coachee). ARTI sebagai prinsip yang harus dipegang ketika
melakukan pendampingan kepada murid. Proses menciptakan ARTI dapat dilatih melalui pendekatan
coaching sistem among dengan menggunakan metode TIRTA yang akan dibahas pada bab berikutnya.
ARTI : Apresiasi - Rencana - Tulus - Inkuiri Apresiasi Dalam proses coaching, seorang coach
memposisikan coachee sebagai mitra dan menghormati setiap apa yang dikomunikasikan, memberikan
tanggapan positif dari apa yang disampaikan. Apresiasi merupakan nilai yang terkandung dalam
komunikasi yang memberdayakan. Rencana Setiap proses pendidikan yang kita rancang pastilah
bertujuan untuk mencapai sesuatu, begitu pula dengan Coaching. Proses coaching dilakukan sebagai
pendampingan bagi coachee dalam menemukan solusi dan menggali potensi yang ada dalam diri, yang
kemudian dituangkan dalam sebuah tindakan sebagai bentuk tanggung jawab (TIRTA). Tulus “Being
present in the coaching session”. Pada saat sesi coaching, seorang coach hendaknya Tulus memberikan
waktu dan diri seutuhnya dalam melakukan proses coaching. Dengan sebuah niat dan kesungguhan
ingin membantu coachee dlm pengembangan potensi mereka. Inkuiri Dalam proses coaching, seorang
coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran
atau ide-ide baru atas situasi yang sedang dihadapi. Proses coaching menekankan pada proses inkuiri
yaitu kekuatan pertanyaan atau proses bertanya yg muncul dalam dialog saat coaching. Pertanyaan
efektif mengaktifkan kemampuan berpikir reflektif para murid dan keterampilan bertanya mereka dalam
pencarian makna dan jawaban atas situasi atau fenomena yang mereka hadapi dan jalani.

C. Coaching, Konseling, dan Mentoring 

Sebagai guru, Anda diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin


pembelajaran, Anda tentunya harus memainkan banyak peran. Terkadang, untuk menghadapi
murid, Anda harus menjadi seorang konselor. Suatu saat Anda juga diharapkan menjadi mentor.
Selain itu, terkadang Anda juga harus menjadi seorang coach.
Tentunya, sebagai guru, Anda selalu menjadi mentor bagi murid Anda dengan menyampaikan
pengalaman yang Anda miliki. Anda juga melakukan konseling dengan murid Anda ketika mereka
datang dengan permasalahan mereka. Nah, ketika Anda harus menghadapi murid dengan
berbagai potensinya dan Anda berupaya untuk memaksimalkan potensi tersebut, Anda
seyogyanya berperan sebagai seorang coach. Mengapa Anda harus berperan sebagai coach?
Mari kita lihat ketiga metode pengembangan diri tersebut?
Untuk memahami perbedaan peran antara konselor, mentor, dan coach tersebut, mari kita simak
video berikut ini, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan mengenai video tersebut.

10. Apa yang seorang konselor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam
mengemudi mobil?

Secara langsung mengajarkan cara-cara menyelesaikan masalah klien/konseli dalam hal mengemudi.

11. Apa yang seorang mentor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?

Berbagi pengalaman dan memberikan tips-tips kepada mentee serta bagaimana cara menyelesaikan
permasalahan terkait mengemudi.

12. Apa yang seorang coach lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam
mengemudi mobil?
Mengarahkan coachee untuk menggali kemampuan apa saja yang dimiliki dan memaksimalkan
kemampuannya tersebut untuk menyelesaikan sendiri permasalahan yang dihadapinya dalam
mengemudi. Agar semakin memahami perbedaan antara mentoring, konseling, dan coaching,
mari kita pelajari pengertian mentoring dan konseling berikut ini:

Perbedaan Coaching, Mentoring, dan Konseling 

Agar semakin memahami perbedaan antara mentoring, konseling, dan coaching, mari kita pelajari pengertian
mentoring dan konseling berikut ini: 1. Definisi mentoring Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu
proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan
pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan
Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi
perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan. 2. Definisi
konseling Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor
dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa
konseling merupakan rangkaianrangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang
tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. Jika Anda memperhatikan definisi-
definisi mengenai mentoring dan konseling, kemudian membandingkannya dengan coaching, maka Anda dapat
melihat perbedaan-perbedaan di antara ketiga metode pengembangan diri tersebut. Untuk lebih mudahnya,
mari kita lihat tabel perbedaan antara coaching, mentoring, dan konseling berikut ini: Table 1. Perbedaan antara
Coaching, Mentoring, dan Konseling No Aspek Coaching Mentoring Konseling 1. Tujuan menuntun coachee
untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang
dikehendaki membagikan pengalamannya untuk membantu mentee mengembangkan dirinya membantu
konseli memecahkan masalahnya 2. Hubungan membangun kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang
mengambil keputusan. hubungan antara seseorang yang berpengalaman dan hubungan antara seorang ahli dan
seseorang yang Coach hanya mengarahkan saja, coachee lah yang membuat keputusan sendiri yang kurang
berpengalaman. Mentor langsung memberikan tips bagaimana menyelesaikan suatu masalah atau mencapai
sesuatu membutuhkan bantuannya. Konselor bisa saja langsung memberi solusi. Dari Tabel 1, kita dapat melihat
perbedaan-perbedaan antara coaching, mentoring dan konseling.

Anda mungkin juga menyukai