Anda di halaman 1dari 4

PUASA 9

Ceramah Ramadhan Ke-9: Keluarga Sakinah – Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini
CeramahPidato.Com akan berbagi artikel mengenai bahan ceramah ramadhan 2015 hari ke 9 yang berjudul
keluarga sakinah. Ceramah Ramadhan ini bisa anda jadikan referensi dalam melakukan dakwan pada bulan
puasa 1436 H. Simaklah selengkapnya:

Keluarga sakinah terdiri dari 2 kata, keluarga dan sakinah. Keluarga berarti unit terkecil terdiri dari ayah, ibu,
dan anak. Sakinah terambil dari kata sakana yang berarti diam/tetapnya suatu setelah bergejolak. Pernikah
dinamakan sakinah karena ketenangan yang dinamis dan aktif.

Tujuan pernikahan dalam Islam, selain menjalankan syariat dan sunnah Rasul. Adalah untuk mencapai sakinah,
yakni ketenangan lahir dan bathin, kedamaian jiwa, ketentrraman dan kesejahteraan, yang dalam bahasa Nabi
tercetus dalam ungkapan Baiti jannati atau rumah tanggaku adalah surgaku. Tetapi jalan menuju kondisi ideal
itu tidak selamanya mulus lakasana berlayar di lautan lepas. Tidak hanya riak gelombang, tetapi sering
menemui badai mengguncang, ombak menghempas, topan menerpa, dukapun melanda.

Lukman al-Hakim pernah berpesan, kehidupan dunia ini laksana lautan luas dan dalam, di mana manusia
berlayar di dalamnya. Karena itu jadikanlah taqwa sebagai perahumu. Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah
2:197:

‫َوتَزَ َّودُوا فَِإنَّ َخ ْي َر ال َّزا ِد التَّ ْق َو‬

Yang artinya:

Berbekallah kamu, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.

Karena itu untu menuju keluarga sakinah, maka dibutuhkan pasangan suami istri yang takwa. Indikator-
indikator takwa bagi suami dan istri adalah sebagai berikut: suami yang taat adalah sumai yang memandang
istri dan memperlakukannya sebagai amanah dari Allah, tidak menganggapnya sebagai barang komoditi yang
memperlakukannya seenaknya. Dalam cela khutbah wa’da rasul SAW bersabda: wahai manusia, takutlah
kepada Allah dalam urusan wanita sesungguhnya kamu telah mengambil mereka sebagai istri karena amanah
Allah. Sesungguhnya kamu punya hak atas istri kamu, dan istri punya hak atas kamu. Ketahuilah aku wasiatkan
kepada kalian untuk berbuat baik kepada istri kalian. Mereka adalah penolong kalian. Suami yang tidak
mendzalimi. Nabi bersabda: Ada dua dosa disegerakan Allah siksanya didunia (tidak ditangguhkan dikaherat),
yakni dosa berbuat aniaya dan dosa kepada orang tua.
Suami yang memuliakan istri dan inilah standar seorang laki-laki yang baik. Didalam riwayat dinyatakan
bahwa: sebaik-baik kamu adalah yang terbaik bagi keluarganya dan aku adalah yang terbaik diantara kamu
terhdap keluargaku. Orang yang memuliakan kaum wanita (istri pertanda orang yang hina. (HR. Abu Syakir
dari Ali).

Sedangkan indikator istri takwa adalah istri yang selalu tunduk dan patuh pada suami, selama tidak
bertentangan dengan norma-norma agama. Suami adalah qawwamun pada istri, yakni pemimpin, pengayom,
penyangga, dan tempat bersandar. Nabi SAW pernah bersabda: Seandainya aku diperbolehkan untuk
memerintahkan seseorang sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan istri sujud kepada suaminya karena
besarnya hak suami yang diberikan Allah atas mereka.(H.R. al-Turmudzi dari Abu Hurairah).

Istri yang selalu berusaha menciptakan rumah tangga menjadi surga. Nabi SAW bersabda: Maukah kamu
kuberitakan dengan suatu kebaikan yang tersimpan pada seorang istri, yakni istri yang saleh, apabila kamu
memandangnya ia akan membahagianmu, apabila kamu memerintahkannya, ia menaatimu, dan apabila kamu
tidak ada disampingnya, ia mampu memelihara kehormatan dan menjaga hartamu. (H.R. Abu Dawud dari
Umar r.a).

Hidup Bersuami Istri Dasar Pembinaan Keluarga Sakinah

Mendambakan pasangan merupakan fitrah sebelum dewasa, dan mendorong yang sulit dibendung setelah
dewasa. Oleh Karena itu, agama mensyariatkan dijalinnya peretemuan pria dan wanita, dan kemudian
mengarahkan pertemuan itu sehingga terlaksananya pernikahan, dan beralihlah kerisauan pria dan wanita
menjadi ketentraman atau sakinah. QS Al-Rum 30:21;
ٰ
ٍ ‫س ُكنُوا ِإلَ ْي َها َو َج َع َل بَ ْينَ ُكم َّم َو َّدةً َو َر ْح َمةً ۚ ِإنَّ فِي َذلِكَ آَل يَا‬
َ‫ت لِّقَ ْو ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ ً ‫س ُك ْم َأ ْز َو‬
ْ َ‫اجا لِّت‬ ِ ُ‫ق لَ ُكم ِّمنْ َأنف‬
َ َ‫َو ِمنْ آ َياتِ ِه َأنْ َخل‬

Yang Artinya:

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

Dalam pandangan agama, hidup berumah tangga merupakan fitrah hidup manusia. Oleh karena itu hidup
berumah tangga dinilai sebagai ibadah. Didalam suatu riwayat dinyatakan bahwa: separuh urusan agama sudah
tercakup dalam kehidupan rumah tangga, separuh selebihnya ada dalam bidang-bidang di luar rumah tangga.

Dalam rumah tangga, suami isteri akan terpenuhi kebutuhan biologisnya secara terhormat dan dapat
membangun mahligai atau istana di dalam jiwanya. Namun, dalam rumah tangga pun, selain ditemukan
keindahan, juga dijumpai penderitaan, perjuangan, kesetiaan, impian dan kesinambungan generasi. Di dalam
hidup rumah tangga akan terbangun dan teruji bakat-bakat keibuan, kebapaan, solidaritas, kepemimpinan,
kelembutan, ketegasan dan sebagainya.

Untuk membangun dan membina rumah tangga yang sakinah, maka bangunan itu harus direkat oleh tali-temali
rohani pernikahan, yaitu cinta, mawaddah, rahmah, dan amanah Allah, sehingga kalau cinta pupus dan
mawaddah putus, masih ada rahmat, dan kalaupun ini tidak tersisa, masih ada amanah Allah.

Selama pasangan itu beragama, amanahnya terpelihara karena alquran memerintahkan dalam QS An-Nisa 4:19:

ِ ‫ش ٍة ُّمبَيِّنَ ٍة ۚ َوع‬
َّ‫َاش ُروهُن‬ ِ َ‫ض َما آتَ ْيتُ ُموهُنَّ ِإاَّل َأن يَْأتِينَ بِف‬
َ ‫اح‬ ِ ‫ضلُوهُنَّ لِت َْذ َهبُوا بِبَ ْع‬ ُ ‫سا َء َك ْرهًا ۖ َواَل تَ ْع‬ َ ِّ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل يَ ِح ُّل لَ ُك ْم َأن تَ ِرثُوا الن‬
َ ‫س ٰى َأن تَ ْك َرهُوا‬
‫ش ْيًئا َويَ ْج َع َل هَّللا ُ فِي ِه َخ ْي ًرا َكثِي ًرا‬ َ ‫وف ۚ فَِإن َك ِر ْهتُ ُموهُنَّ فَ َع‬ِ ‫بِا ْل َم ْع ُر‬

Yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah
kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara
patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

Cinta berarti menyerahkan seluruh diri kepada yang dicintai, memeluk kepatuhan padanya, sehingga merasa
tidak mau kehilangan. Mawaddah berarti kelapangan dan kekosongan yakni kelapangan dada dan kekosongan
jiwa dari kehendak buruk.

Mawaddah adalah cinta plus, seseorang yang mencintai sesekali hatinya kesal sehingga cintanya pudar, bahkan
putus tetapi yang bersemai dalam hati mawaddah tidak lagi akan memutuskan hubungan, seperti yang biasa
terjadi pada orang yang bercinta, ini disebabkan oleh hatinya begitu lapang dan kosong dari keburukan
sehingga pintu-pintunya pun tertutup untuk dihinggapi keburukan lahir dan bathin (yang mungkin datang dari
pasangannya).

Rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul didalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan, sehingga
mendorong yang bersangkutan untuk memberdayakannya. Karena itu, dalam kehidupan berumah tangga,
masing-masing suami dan istri akan bersungguh-sungguh, bahkan bersusah payah demi mendatangi kebaikan
bagi pasangannya serta menolak segala yang mengganggu dan mengeruhkannya.

Setiap orang memiliki kelemahan dan kekuatan. Karena itu suami dan istri harus saling melengkapi, istri-istri
kamu (pada suami) adalah pakaian kamu, dan kamu adalah pakaian untuk mereka. QS Al-Baqarah 2:187:

َ‫َاب َعلَ ْي ُك ْم َو َعفَا عَن ُك ْم ۖ فَاآْل ن‬


َ ‫س ُك ْم فَت‬ َ ُ‫اس لَّ ُهنَّ ۗ َعلِ َم هَّللا ُ َأنَّ ُك ْم ُكنتُ ْم ت َْختَانُونَ َأنف‬ ٌ َ‫اس لَّ ُك ْم َوَأنتُ ْم لِب‬ ٌ َ‫ساِئ ُك ْم ۚ هُنَّ لِب‬ َ ِ‫ث ِإلَ ٰى ن‬ ِّ َ‫ُأ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَة‬
ُ َ‫الصيَ ِام ال َّرف‬
ِّ ‫س َو ِد ِمنَ ا ْلفَ ْج ِر ۖ ثُ َّم َأتِ ُّموا‬
‫الصيَا َم ِإلَى اللَّ ْي ِل ۚ َواَل‬ ْ ‫ض ِمنَ ا ْل َخ ْي ِط اَأْل‬ ُ َ‫ش َربُوا َحت َّٰى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ا ْل َخ ْيطُ اَأْل ْبي‬ ْ ‫اش ُروهُنَّ َوا ْبتَ ُغوا َما َكت ََب هَّللا ُ لَ ُك ْم ۚ َو ُكلُوا َوا‬ ِ َ‫ب‬
َ‫س لَ َعلَّ ُه ْم يَتَّقُون‬ ‫ا‬َّ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ت‬‫ا‬ ‫ي‬ ‫آ‬ ‫هَّللا‬ ُ‫ِّن‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ك‬
َ ‫ل‬‫ذ‬َ ٰ َ
‫ك‬ ۗ ‫َا‬
‫ه‬ ‫و‬ ‫ب‬‫ر‬ ْ
‫ق‬ َ ‫ت‬ ‫اَل‬َ ‫ف‬ ‫هَّللا‬ ‫د‬
ُ ‫ُو‬
‫د‬ ‫ح‬ ‫ك‬َ ‫ل‬ْ ‫ت‬ ۗ ‫د‬ ‫ج‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ف‬ َ‫ون‬ ُ ‫ف‬ ‫ك‬ ‫َا‬
‫ع‬ ‫م‬ ُ ‫ت‬‫ن‬‫َأ‬ ‫و‬ ‫ه‬
َّ‫ُن‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ش‬ ‫تُبَا‬
ِ ِ ِ ِ َ ُ َ ُ ِ ُ َ ِ ُ ِ ِ ِ َ َ ِ ِ ْ َ ُ ِ

Yang Artinya:

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah
pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan
Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia,
supaya mereka bertakwa.

Suami istri saling membutuhkan sebagaimana kebutuhan manusia pada pakaian yang harus berfungsi
membungkus atau menutup kekurangan pasangan.

Pernikahan adalah amanah, nabi SAW bersabda: kalian menerima istri berdasar amanah Allah. Amanah adalah
sesuatu yang diserahkan kepadfa pihak lain disertai dengan rasa aman dari pemberinya karena kepercayaannya
bahwa apa yang diamanatkan itu, akan terpelihara dengan baik, serta keberadaan-Nya amat diperlukan suami,
suamipun amanah di pangkuan istri. Pernikahan merupakan mitsaqan galiza (perjanjian yang amat kokoh). QS
An Nisa 4:21:

ً‫ض َوَأ َخ ْذنَ ِمن ُكم ِّميثَاقًا َغلِيظ‬


ٍ ‫ض ُك ْم ِإلَ ٰى بَ ْع‬ َ ‫َو َكيْفَ تَْأ ُخ ُذونَهُ َوقَ ْد َأ ْف‬
ُ ‫ض ٰى بَ ْع‬

Yang artinya:

Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang
lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.

Aspek aspek Keluarga Sakinah

Untik membina keluarga sakinah sebagai tujuan pernikahan seperti diisyaratkan dalam QS Ar-Rum 30:21,
maka harus terpenuhi aspek-aspek sebagai berikut: Hubungan keluarga yang demokratis, pembagian tanggung
jawab secara adil, adanya pengambilan keputusan yang transparan dan adil, bebas dari sub ordinasi, bebas dari
eksploitasi, bebas dari kekerasan fisik dan psikologis; terjaminnya kesejahteraan fisik, psikologi, spiritual dan
terjaminnya aktualisasi diri sebagai anggota keluarga.

Sementara untuk memenuhi aspek-aspek diatas, maka suami dan istri harus mengetahui dan memahami
kewajiban dan hak masing-masing, yakni:

Kewajiban suami istri: saling menghargai, menghormati, dan mempercayai dan berlaku jujur satu dengan yang
lain; saling setia dan memegang teguh tujuan pernikahan; berlaku sopan santung dan menghormati keluarga
masing-masing; menjaga kehormatan dirinya dan berlaku jujur terhadap diri sendiri dan pasangannya, dan
setiap persengketaan harus dihadapi dengan makruf dan harus menerima penyelesaian.

Hak suami istri: halal bergaul dan masing-masing dapat bersenang – senang satu dengan yang lain; terjadinya
hubungan mahram semenda, yaitu istri menjadi mahram ayah suami dan seterusnya keatas, dan suami menjadi
mahram ibu istri dan seterusnya ke atas; terjadinya hubungan waris-mewarisi antara suami dan istri. Istri berhak
mewarisi atas peninggalan suami dan suami mewarisi peninggalan istri; dan anak yang lahir menjadi anak
berdua. Allah SWT mengajarkan doa dalam suami istri dalam QS Al-Furqan 25:74:

ْ ‫َوالَّ ِذينَ يَقُولُونَ َربَّنَا ه َْب لَنَا ِمنْ َأ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّريَّاتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعيُ ٍن َو‬
‫اج َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما‬

Yang Artinya:

Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan
kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Disamping itu, aspek-aspek tersebut hanya dapat dicapai apabila ada keseimbangan atau kufu dalam agama dan
akhlak serta ditunjang dengan keseimbangan pendidikan, keturunan, kekayaan dan sebagainya. Sehingga antara
suami dan istri serta anggota keluarga yang lain ada sikap saling menghormati dan menghargai, saling
mendukung secara sportif dan melimpahkan kasih sayang antara anggota keluarganya.

Agama dan akhlak al-Karimah menjadi syarat utama pasangan pembina keluarga sakinah karena syarat inilah
yang betul-betul akan menjadi sumber ketenangan keluarga. Pasangan suami istri yang taat beragama dan
memiliki akhlak karimah akan dapat menghayati aspek-aspek yang diperlukan dalam membina keluarga
sakinah dan dapat mendudukkan dirinya sebagai hamba Allah yang baik dalam kehidupan modern sekarang ini.

Di dalam keluarga sakinah, setiap anggotanya berhak mendapatkan suasana tentram, damai, aman, bahagia, dan
sejahtera lahir, bathin dan sosial. Disamping itu suasana keluarga sakinah memberikan kemungkinan kepada
setiap anggotanya untuk dapat mengembangkan kemampuan dasar potensi sebagai hamba Allah dan khalifah
Allah di bumi. Kedua potensi itu menjelma menjadi kesadaran langsung terhadap tanggung jawab untuk
menciftakan kesejahteraan bagi diri, keluarga, masyarakat, dan Negara serta lingkungan alamnya. Demikian,
wa Allah A’lam bi al-shawab.[cp]

Anda mungkin juga menyukai