Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Materi khutbah Jumat kali ini berpesan agar kita semua tak sembarangan dalam merujuk
kepada Al-Qur'an dan hadits. Dua sumber primer ajaran Islam ini mesti dipahami melalui
pemegang otoritas keilmuan di bidang itu, yakni ulama.
Baca juga: Khutbah Jumat: Kematian itu Pasti, Bersiaplah!
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat: Kewajiban Mengimani Siksa
Kubur. (Ilustrasi)". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print
berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga
bermanfaat! (Redaksi).
Khutbah I
َوَأ ْشَهُد، َوَعَلى آِلِه َوَص ْحِبِه َوَتاِبِعْيِه َعَلى َمِّر الَّز َماِن، َوالَّص َلاُة َوالَّس َلاُم َعَلى ُم َّمَح ٍد َسِّيِد َوَلِد َعْدَناَن،الَحْمُد للِه اْلَمِلِك الَّد َّي اِن
َوَأ ْشَهُد َأ َّن َسِّيَدَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه،َأ ْن َّل ا ِإ لَه ِإ َّل ا اللُه َوْحَدُه َلا َشِرْيَك َلُه اْلُم ـَنَّز ُه َعِن اْلِجْس ِمَّي ِة َواْل ِجَهِة َوالَّز َماِن َواْلَمَكاِن
َوَرُسْوُلُه اَّلِذْي َكاَن ُخُلُقُه اْلُقْرآَن
َفإِّني ُأ ْوِصْيُكْم َوَنْفِسي ِبَتْقَوى اللِه َّن، ِعَباَد الَّر ْحٰمِن،َأ َّم ا َبْعُد
َوَمٓا َأ ْرَس ْلَنا َقْبَلَك ِإ َّل ا ِرَجاًلا: اْلَقاِئِل ِفي ِك اَتِبِه اْلُقْرآِن،الَماِن
َفْس َٔـ ٓوُل ۟ا َأ ْهَل ٱلِّذْكِر ِإ ن ُكنُتْم َلا َتْعَلُموَن ۖ ُّن وِحٓى ِإ َلْيِهْم
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Alhamdulillah pada kesempatan Jumat yang mulia ini, kita masih diberi rahmat, hidayah,
serta inayah oleh Allah swt sehingga kita masih bisa mengungkapkan rasa syukur dengan
melaksanakan rangkaian ibadah shalat Jumat di masjid ini dalam keadaan sehat walafiat.
Sebagai wujud rasa syukur pula kita kepada Allah swt, marilah kita senantiasa
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan sebenar-benar
keimanan dan sebaik-baik ketakwaan, dengan cata menjalankan imtitsâlu awâmirillâh
wajtinâbu nawâhîhi, yaitu menjalankan apa pun yang diperintahkan oleh Allah swt dan
berupaya dengan sungguh-sungguh menjauhi apa pun yang dilarang-Nya, sebab dengan
jalan takwa inilah Allah menjanjikan kemuliaan bagi hamba-hamba-Nya sebagaimana
terfirman dalam al-Qur’an.
ِإ َّن َأ ْكَرَمُكْم ِعْنَد الَّل ِه َأ ْتَقاُكْم
Artinya, "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu" (QS Al-Hujurat: 13)
Dalam berkehidupan tentu kita sering menemui permasalahan, baik permasalahan dalam
keluarga, tetangga, rekan kerja, ataupun orang lain di sekitar kita, sehingga dibutuhkan
pedoman atau tuntunan sebagai solusi dari permasalahan tersebut agar berbuah
kemaslahatan. Sebagai seorang Muslim, tidak boleh tidak, yang harus dijadikan pedoman
adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw,
ِكَتاَب اللِه َو ُس َّن َة َرُسْوِلِه:َتَرْك ُت ِفْيُكْم َأ ْمَر ْيِن َلْن َتِض ُّل ْوا َما َتَمَّس ْك ُتْم ِبِهَما
Artinya, “Aku tinggalkan kepada kamu (umatku) dua perkara. Jika kamu berpegang teguh
kepada keduanya maka niscaya kamu tidak akan tersesat untuk selama-selamanya. (Dua
perkara itu adalah) al-Qur’an dan Sunnah” (HR Al-Baihaqi).
Lalu bagaimanakah cara kita kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah? Sebab, tidak semua
orang mampu menjadi penafsir atau memahami sunnah dengan baik kecuali mereka yang
sehat aqidah, terbebas dari hawa nafsu, menguasai ilmu bahasa Arab dengan baik, dan
menguasai ilmu yang berkaitan dengan ilmu tafsir hadits.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Hadad dalam kitab Risalatul Mu’awanah menyampaikan
secara lugas dan tegas berkaitan dengan hal ini:
"Bahwa tak seorang pun mampu menyelesaikan segala persoalannya sendiri baik lahir
maupun batin sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits, karena kemampuan tersebut hanya
dimiliki oleh ulama yang ilmunya sudah mendalam.”
Dengan demikian jika kita menghadapi suatu masalah yang tidak mampu diselesaikan
sendiri, maka kembalikanlah permasalahan itu pada orang yang dipilih oleh Allah sebagai
tempat kembali, yaitu ulama.
Allah swt befirman,
َفْس َٔـ ٓوُل ۟ا َأ ْهَل ٱلِّذْكِر ِإ ن ُكنُتْم َلا َتْعَلُموَن
Artinya, "…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui” (QS. An-Nahl: 43).
Yang dimaksud ahlu dzikr adalah ulama yang mengetahui dan memahami sifat-sifat Allah
dan agama-Nya, mengamalkan ilmu yang dimilikinya, selalu mencari keridhaan Allah,
zuhud terhadap keduniaan, selalu ingat kepada-Nya, berdakwah di jalan Allah dengan akal
dan kearifan sehingga terbuka baginya rahasia-rahasia Allah. Ahlu dzikr inilah yang patut
menyandang identitis al-ulamâ' ar-râsikhûn.
Di dalam Tafsir Lathaif Isyarat, Imam al-Qusyairi mengatakan bahwa ahludz dzikri adalah
ulama.
َفاْلُعَلَماُء ِبالَأ ْحَكاِم ِإ َلْيِهُم الُّر ُجْوُع ِفي اْلاْس ِتْف َتاِء ِمْن ِقَبِل اْلَعَواِم َفَمْن ُأ ْش ِكل َعَلْيِه َشْي ٌء ِمْن:ُهُم اْلُعَلَماُء؛ َواْلُعَلَماُء ُمْخَتِلُفْوَن
َوَمْن اْش َتَبَه َعَلْيِه َشْي ٌء ِمْن ِعْلِم الُّس ُلْوِك ِفي َطِر ْيِق اللِه َيْرِجُع،َأ ْحَكاِم اْلَأ ْمِر َوالَّن ْه ِي َيْرِجُع ِإ َلى اْلُفَقَهاِء ِفْي َأ ْحَكاِم اللِه
اْلَعاِرِفْيَن ِباللِهِإ َلى
Artinya, "Mereka (ahlu dzikri) adalah ulama. Ulama itu beragam jenis. Ada ulama di
bidang hukum-hukum syariat (fuqaha) yang bisa menjadi rujukan fatwa bagi kalangan
awam. Jika seseorang merasa ada permasalahan di bidang perintah dan larangan agama,
(seyogianya) ia merujuk kepada fuqaha. Dan jika seseorang merasa ada persoalan dalam
ilmu suluk tarekat (perjalanan spiritual), (seyogianya) ia merujuk kepada ulama arifin
(ahli makrifat kepada Allah).
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya juga pernah memaparkan sebuah keterangan terkait
ahlu dzikr tersebut dalam karya beliau Secercah Tinta. Beliau menyatakan bahwa ahlu
dzikr adalah para wali dan para ulama yang dalam hatinya terdapat rasa takut (khasyyah)
kepada Allah swt. Tidak hanya wali dan ulama, manusia mana pun yang mempunyai
ketaatan dan rasa takut kepada Allah juga termasuk ahlu dzikr. Beliau juga mengingatkan
bahwa ahlu dzikr bukan sekadar orang yang pintar. Sebab, orang pintar bukan berarti ia
pasti ahlu dzikr.
Dengan begitu, jika kita ingin bertanya sesuatu, maka bertanyalah kepada kepada orang
berpengetahuan dan juga memiliki ketaatan dan rasa takut kepada Allah, bukan hanya yang
pintar saja.
Dalam kitab Kifayatul Atqiyā’ `alā Hidayatil Adhkiya ilā Thariqil Auliyā’ (juz IV),
disebutkan, beberapa penjelasan tentang ahlu dzikr (ulama):
1. Ulama yang takwa dan jernih dalam setiap tindakan, dengan kata lain tidak gaduh, tidak
jorok, tidak kasar, dan tidak menghina orang, baik ketika sendirian atau di muka publik.
Sebab orang seperti itu, telah meninggalkan syahwat dan menghancurkan sifat-sifat
tercela, seperti mencari pangkat dan dunia lain; dan mengisinya dengan hal-hal yang
menyelamatkan.
2. Ulama yang mendapat haibah (perasaan takut) dari Allah, yang mewajibkan dirinya
menjadi diam (anteng) dan tenang, dan lebih banyak diam untuk hal-hal yang tidak
perlu.
3. Ulama yang sudah dibukakan asraru mulkillah (rahasia-rahasia kekuasaan Allah), dia
akan menjawab persoalan-persoalan dengan makna-makna yang mendalam dan
menyentuh qalbu. Dia tidak berhajat pada pamrih dunia lagi, sehingga resepnya
menenangkan dan menyelamatkan.
Demikian sekelumit tentang penjelasan ahlu dzikr (ulama) yang patut dijadikan rujukan
sebagai tempat bertanya jika menemui masalah kehidupan. Pada prinsipnya makna kembali
kepada Al-Qur’an dan sunnah bukan semata-mata langsung membuka kedua sumber
hukum Islam tersebut melainkan bisa melalui para ahlu dzikr, yaitu ulama yang tsiqah atau
terpercaya. Semoga kita dimudahkan untuk bertemu dengan para ahlu dzikr dan kita
dicatat sebagai hamba yang senantiasa berpegang teguh pada al-Qur’an dan sunnah melalui
para ulama. Amin.
َأ ُقْوُل َقْوِلْي ٰهَذا َوَأ ْس َتْغِفُر اللَه ِلْي َوَلُكْمَ ،فاْس َتْغِفُرْوُهِ ،إ َّن ُه ُهَو اْلَغُفْوُر الَّر ِحْيُم
Khutbah II
َاْل َحْمُد ِلّٰلِه اَّلذي َوَكَفىَ ،وُأ َصِّلْي َوُأ َسِّلُم َعَلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد اْلُمْص َطَفىَ ،وَعَلى آِلِه َوَأ ْص َحاِبِه َأ ْهِل الِّص ْدِق اْلَوَفاَ .أ ْشَهُد َأ ْن َّل ا إٰلَه
ِإ َّل ا اللُه َوْحَدُه َلا َشِرْيَك َلُهَ ،وَأ ْشَهُد َأ َّن َسِّيَدَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه
َأ َّم ا َبْعُدَ ،فَيا َأ ُّي َها اْلُمْس ِلُمْوَنُ ،أ ْوِصْيُكْم َوَنْفِسْي ِبَتْقَوى اللِه اْلَعِلِّي اْلَعِظْيِم َواْعَلُمْوا َأ َّن اللَه َأ َمَرُكْم ِبَأ ْمٍر َعِظْيٍمَ ،أ َمَرُكْم
ِبالَّص َلاِة َوالَّس َلاِم َعَلى َنِبِّيِه اْل َكِرْيِم َفَقاَلِ :إ َّن اللَه َوَمَلاِئَكَتُه ُيَص ُّل وَن َعَلى الَّن ِبِّي َ ،يا َأ ُّي َها اَّلِذيَن آَمُنوا َص ُّل وا َعَلْيِه َوَس ِّلُموا
َتْس ِليًما ،لَاّٰلُهَّم َص ِّل َعَلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َوَعَلى آِل َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َك َما َص َّل ْيَت َعَلى َسِّيِدَنا ِإ ْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل َسِّيِدَنا ِإ ْبَراِهْيَم َوَباِرْك
َعَلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َوَعَلى آِل َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َك َما َباَرْك َت َعَلى َسِّيِدَنا ِإ ْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل َسِّيِدَنا ِإ ْبَراِهْيَمِ ،فْي اْلَعاَلِمْيَن ِإ َّن َك َحِمْيٌد
َّن ِء ّٰل َّم
َمِجْيٌد .لَا ُه اْغِفْر ِلْلُمْس ِلِمْيَن َواْلُمْس ِلَماِت واْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت اْلَأ ْح َيا ِمْنُهْم َواْلَأ ْمَواِت ،اللهم اْدَفْع َع ا اْلَبَلاَء َواْلَغَلاَء
َواْلَوَباَء َواْلَفْح َشاَء َواْلُمْنَكَر َواْلَبْغَي َوالُّس ُيْوَف اْلُمْخ َتِلَفَة َوالَّش َداِئَد َواْلِمَحَنَ ،ما َظَهَر ِمْنَها َوَما َبَطَنِ ،مْن َبَلِدَنا َهَذا َخاَّص ًة
َ وِمْن ُبْلَداِن اْلُمْس ِلِمْيَن َعاَّم ًةِ ،إ َّن َك َعَلى ُكِّل َشْي ٍء َقِدْيٌر
ِعَباَد اللِه ،إَّن اللَه َيْأ ُمُر ِباْلَعْدِل َواْلإْح َساِن ِإَو ْيَتاِء ِذي اْلُقْرَبى و َيْنَه ى َعِن الَفْح َشاِء َواْلُمْنَكِر َوالَبْغِي َ ،يِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم
َتَذَّك ُرْوَنَ .فاذُكُروا اللَه اْلَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم َوَلِذْكُر اللِه َأ ْك َبُر
Burhan Ali Setiawan, Wakil Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama PCNU Kota
Semarang
Div. Kaderisasi dan Infokom PW Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Jateng
TAGS:
TERKAIT
Khutbah Jumat: Meneladani Sikap Nabi terhadap Khutbah Jumat: Kewajiban Mengimani Siksa
Wabah Kubur
Khutbah Khutbah
Khutbah Jumat: Ciri Orang Munafik dan Khutbah Jumat: Perbaiki Makananmu, Terkabulah
Balasannya Doamu
Khutbah Khutbah
Khutbah Jumat: Ghibah, Penyakit Masyarakat Khutbah Jumat: Berobat dengan Al-Qur’an
KHUTBAH LAINNYA
yang Wajib Dijauhi Khutbah
Khutbah
Khutbah Jumat: Bertuturlah yang Baik atau
Diam!
Khutbah
Sangat Berbahaya
Khutbah
TERPOPULER
3 Gus Baha Kisahkan Ulama Anti Maulid, Ia Berubah Setelah Lihat Rasulullah
REKOMENDASI
TOPIK
Kumpulan Khutbah Jumat Hari Santri
Bulan Maulid Maulid Nabi Isa Perem
BERITA LAINNYA
Kembangan Usaha BUM Desa, Mendesa PDTT Ajak Investor Dalam dan Luar Negeri
Mitra | Senin, 25 Okt 2021
Menaker Yakin Indonesia Raih Bonus Demografi dan Jadi Negara Maju
Ketenagakerjaan | Senin, 25 Okt 2021
Program Beasiswa 1000 Talenta Santri Kemanker Tingkatkan Keterampilan Santri Milenial dan Gen Z
Ketenagakerjaan | Senin, 25 Okt 2021
Disebut sebagai Desa Terbersih di Dunia, Gus Halim Puji Wisata Penglipuran
Mitra | Senin, 25 Okt 2021
Jelang Penetapan Upah Minimum 2022, Kemnaker Buka Dialog Depenas dengan BP LKS Tripnas
Ketenagakerjaan | Sabtu, 23 Okt 2021
DMCA PROTECTED