Anda di halaman 1dari 97

PERBEDAAN KADAR KREATININ

PADA SERUM, PLASMA EDTA, DAN PLASMA HEPARIN


MENGGUNAKAN METODE JAFFE COMPENSATED

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
MAYANG CLARA THERESYA
NIM: PO.71.34.1.18.061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2021

i
PERBEDAAN KADAR KREATININ
PADA SERUM, PLASMA EDTA, DAN PLASMA HEPARIN
MENGGUNAKAN METODE JAFFE COMPENSATED

KARYA TULIS ILMIAH


HALAMAN JUDUL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Ahli Madya Kesehatan

Oleh:
MAYANG CLARA THERESYA
NIM: PO.71.34.1.18.061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul:

PERBEDAAN KADAR KREATININ


PADA SERUM, PLASMA EDTA, DAN PLASMA HEPARIN
MENGGUNAKAN METODE JAFFE COMPENSATED

Yang Dipersiapkan Oleh:

MAYANG CLARA THERESYA


NIM. PO.71.34.1.18.061

Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Disidangkan


di Hadapan Dewan Penguji

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Nurhayati, S.Pd., SKM., M.Kes Ardiya Garini, SKM., M.Kes


NIP. 19700924 199103 2 001 NIP. 19801117 200112 2 003

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul:

PERBEDAAN KADAR KREATININ


PADA SERUM, PLASMA EDTA, DAN PLASMA HEPARIN
MENGGUNAKAN METODE JAFFE COMPENSATED

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh:

MAYANG CLARA THERESYA


NIM. PO.71.34.1.18.061

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji


Pada Tanggal 22 April 2021
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima

Tanda Tangan

1. Ketua Penguji
Nurhayati, S.Pd., SKM., M.Kes
NIP. 19700924 199103 2 001
2. Anggota
Ardiya Garini, SKM., M.Kes
NIP. 19801117 200112 2 003

3. Karneli, S.Pd., M.Kes


NIP.19690929 198903 1 003

Palembang, 22 April 2021


Ketua Prodi,

Nurhayati, S.Pd., SKM., M.Kes


NIP. 19700924 199103 2 001

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Khoirunnas anfa ‘uhum linnas”


Artinya: Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
(HR. Ahmad dan Thabrani)

Bismillahirrahmanirrahim....

Dengan penuh rasa syukur yang tiada henti atas rahmat dan karunia Allah SWT
yang telah memberikan petunjuk serta kelancaran, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu.

Ucapan terimakasihku kepada semua orang yang telah ada dalam kehidupanku
atas doa dan motivasi yang diberikan selama ini

Karya tulis ilmiah ini kupersembahkan, untuk:

Ayah dan Ibu ku

Tante Yanti, Bunda, Dek Alya

Keluarga besar ku

Sahabat-sahabat ku, Teman seangkatan, Almamaterku

Semua pihak yang telah membantu dalam penyelasaian KTI ini

Serta semua orang yang telah memberi support

Dan kamu yang membaca ini, Terimakasih

v
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
Karya Tulis Ilmiah, April 2021

MAYANG CLARA THERESYA / PO.71.34.1.18.061

PERBEDAAN KADAR KREATININ PADA SERUM, PLASMA EDTA,


DAN PLASMA HEPARIN MENGGUNAKAN METODE JAFFE
COMPENSATED

xii + 52 halaman, 4 gambar, 7 tabel, 14 lampiran

ABSTRAK
Latar Belakang: Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk menilai adanya gangguan fungsi ginjal.
Pemeriksaan kreatinin bisa menggunakan spesimen serum dan plasma. Serum
mempunyai susunan yang sama seperti plasma, kecuali fibrinogen dan faktor
pembekuan II, V, VIII, XIII yang sudah tidak ada dan plasma adalah komponen
darah dalam tabung yang berisi antikoagulan untuk mencegah terjadinya
pembekuan darah. Tujuan Penelitian: Untuk menganalisis perbedaan hasil
pemeriksaan kadar kreatinin menggunakan sampel serum, plasma EDTA, dan
plasma heparin dengan metode Jaffe Compensated. Metode Penelitian:
Penelitian ini bersifat analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari 2021. Di Balai Besar Laboratorium Kesehatan
(BBLK) Palembang. Sampel penelitian ini sebanyak 35 sampel, teknik sampling
yang digunakan purposive sampling. Analisis data menggunakan Anova. Hasil
Penelitian: Rata-rata kadar kreatinin pada serum adalah 0,5417 mg/dL, rata-rata
kadar kreatinin pada EDTA adalah 0,5611 mg/dL dan rata-rata kadar kreatinin
pada heparin adalah 0,5723 mg/dL. Dari hasil uji statistik Anova didapatkan hasil
p > α (0.05) yaitu p value = 0,700178, yang berarti tidak ada perbedaan antara
kadar kreatinin pada serum, plasma EDTA, dan Plasma Heparin menggunakan
metode Jaffe Compensated. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan
kadar kreatinin pada serum, plasma EDTA, dan plasma heparin menggunakan
metode Jaffe Compensated. Saran: Pada kondisi Cito bisa menggunakan plasma
EDTA atau pada kondisi normal bisa menggunakan serum untuk pemeriksaan
kadar kreatinin.

Kata Kunci : Kreatinin, Serum, Plasma EDTA, Plasma Heparin

Kepustakaan : 44 (2000 – 2019)

vi
MINISTRY OF HEALTH OF REPUBLIC OF INDONESIA
PALEMBANG HEALTH POLYTECNIC
MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGY
Paper, April 2021

MAYANG CLARA THERESYA / PO.71.34.1.18.061

THE DIFFERENCES OF CREATININE LEVELS IN SERUM, PLASMA


EDTA, AND PLASMA HEPARIN USING JAFFE COMPENSATED
METHODE

xii + 52 pages, 4 figures, 7 tables, 14 appendices

ABSTARCT

Background: Examination of blood creatinine levels is one of the parameters


used to assess renal function. Examination of creatinine sample can be done with
serum and plasma. Serum had the same composition as the plasma, except for
fibrinogen clotting factors II, V, VIII, XIII, who already does not exist and plasma
is a component of blood in a tube containing anticoagulant which prevents blodd
clotting. Purpose: To determine the differences of creatinine levels in serum,
plasma EDTA, and plasma heparin using Jaffe Compensated methode. Methode:
This was an analytical research, with cross sectional approach. The research was
conducted in Februari 2021 at the Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK).
The samples are 35 samples, obtained by purposive sampling technique. The data
were analyzed by Anova test. Results: The average creatinine level using serum
samples 0,5417 mg/dL, the average creatinine level using EDTA samples 0,5611
mg/dL, and the average creatinine level using heparin samples 0,5723 mg/dL.
From the Anova test, the result obtained p > α (0.05) that is p value = 0,700178,
which means there were not differences of creatinine levels in serum, plasma
EDTA, and plasma heparin using Jaffe Compensated methode. Conclusion: Not
differences of creatinine levels in serum, plasma EDTA, and plasma heparin using
Jaffe Compensated methode. Recommendation: In cito conditions can use plasma
EDTA or in normal conditions can use serum to check creatinine levels.
Keywords : Creatinin, Serum, Plasma EDTA, Plasma Heparin
References : 44 (2000 – 2019)

vii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Mayang Clara Theresya

NIM : PO.71.34.1.18.061

Tempat, Tanggal Lahir : Muara Enim, 1 Mei 2000

Judul Karya Tulis Ilmiah : Perbedaan Kadar Kreatinin pada Serum, Plasma
EDTA, dan Plasma Heparin Menggunakan Metode
Jaffe Compensated

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa karya tulis ilmiah ini adalah benar
hasil karya sendiri dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila kelak di kemudian hari terbukti
dalam karya tulis ilmiah ini ada unsur penjiplakan, maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Palembang, 22 April 2021


Yang Menyatakan

Mayang Clara Theresya

viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Palembang, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :

Nama : MAYANG CLARA THERESYA


NIM : PO.71.34.1.18.061
Program Studi : DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
Jurusan : ANALIS KESEHATAN

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Kemenkes Palembang Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-
exclusive Royalty – Free Right) atas Karya Tulis ilmiah saya yang berjudul:

Perbedaan Kadar Kreatinin Pada Serum, Plasma EDTA, dan Plasma


Heparin Menggunakan Metode Jaffe Compensated

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini Poltekkes Kemenkes Palembang berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Palembang
Pada Tanggal : 22 April 2021
Yang menyatakan

(Mayang Clara Theresya)

ix
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Ahli Madya Kesehatan pada program studi Diploma Tiga

Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Palembang. Karya Tulis

Ilmiah ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.

2. Nurhayati, S.Pd., SKM., M.Kes selaku Ketua Analis Kesehatan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang sekaligus pembimbing

akademik yang telah memberikan banyak bantuan, bimbingan dan

pengarahan selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Nurhayati, S.Pd., SKM., M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktu, memberikan banyak bantuan bimbingan dan

pengarahan selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ardiya Garini., SKM., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan banyak bantuan bimbingan dan

pengarahan selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

x
5. Seluruh dosen dan staff tata usaha Jurusan Analis Kesehatan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.

6. Seluruh anggota keluarga terutama ayah dan ibu yang selalu memberi

dukungan baik moril maupun materil selama proses penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

7. Teman-teman seperjuangan dan pihak terkait yang telah memberikan

bantuan dan semangat dukungan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas akhir ini membawa manfaat

bagi pengembangan ilmu.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 22 April 2021

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTARCT ......................................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................7
1.3 Pertanyaan Penelitian .....................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................8
1.4.1 Tujuan Umum ..........................................................................................8
1.4.2 Tujuan Khusus .........................................................................................8
1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................................................9
1.5.1 Manfaat Teoritis .......................................................................................9
1.5.2 Manfaat Aplikatif .....................................................................................9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................9
1.7 Keaslian Penelitian .......................................................................................10

xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kreatinin .......................................................................................................14
2.1.1 Pengertian Kreatinin ..............................................................................14
2.1.2 Metabolisme Kreatinin ..........................................................................14
2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kreatinin.........................15
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Kreatinin .......16
2.2 Spesimen Pemeriksaan .................................................................................19
2.2.1 Serum .....................................................................................................19
2.2.2 Plasma ....................................................................................................20
2.2.3 Perbedaan Serum dan Plasma ................................................................22
2.3 Antikoagulan ................................................................................................24
2.4 Jenis-Jenis Antikoagulan ..............................................................................24
2.4.1 EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) ......................................24
2.4.2 Heparin...................................................................................................26
2.5 Metode Pemeriksaan Kreatinin ....................................................................28
2.6 Kerangka Teori .............................................................................................32
2.7 Kerangka Konsep .........................................................................................33
2.8 Definisi Operasional .....................................................................................33
2.9 Hipotesis .......................................................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................35
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................35
3.2.1 Lokasi Penelitian....................................................................................35
3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................................................35
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................................35
3.3.1 Populasi Penelitian.................................................................................35
3.3.2 Sampel Penelitian ..................................................................................36
3.4 Teknik Sampling ..........................................................................................37
3.5 Variabel Penelitian .......................................................................................37
3.5.1 Variabel Terikat (variabel dependen) ....................................................38
3.5.2 Variabel Bebas (variabel independen) ...................................................38

xiii
3.6 Jenis, Metode dan Instrumen Pengambilan Data .........................................38
3.6.1 Jenis Pengambilan Data .........................................................................38
3.6.2 Metode Pemeriksaan ..............................................................................38
3.6.3 Instrumen Pengambilan Data .................................................................39
3.7 Alur Penelitian .............................................................................................39
3.8 Analisa Data .................................................................................................40
3.9 Etika Penelitian.............................................................................................41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian.............................................................................................42
4.1.1 Distribusi Statistitk Kadar Kreatinin Pada Serum .................................42
4.1.2 Distribusi Statistitik Kadar Kreatinin Pada EDTA ................................42
4.1.3 Distribusi Statistitk Kadar Kreatinin Pada Heparin ...............................43
4.1.4 Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin pada Serum, Plasma
EDTA, dan Plasma Heparin...................................................................44
4.2 Pembahasan ..................................................................................................46
4.2.1 Keterbatasan Penelitian..........................................................................46
4.2.2 Kadar Kreatinin Menggunakan Spesimen Serum, Plasma EDTA,
dan Plasma Heparin ...............................................................................46
4.2.3 Perbedaan Kadar Kreatinin Pada Serum, Plasma EDTA, Dan Plasma
Heparin...................................................................................................48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ..................................................................................................51
5.2 Saran ............................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Plasma dan Serum ..............................................................................22


Gambar 2.2 Kerangka Teori ...................................................................................32
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ...............................................................................33
Gambar 3.1 Alur Penelitian....................................................................................39

xv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.................................................................................10


Tabel 2.1 Perbedaan Antara Serum dengan Plasma...............................................23
Tabel 2.2 Definisi Operasional ..............................................................................33
Tabel 4.1 Distribusi Statistitk Kadar Kreatinin Pada Serum..................................42
Tabel 4.2 Distribusi Statistitk Kadar Kreatinin Pada EDTA .................................43
Tabel 4.3 Distribusi Statistitk Kadar Kreatinin Pada Heparin ...............................43
Tabel 4.4 Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin pada Serum, Plasma
EDTA, dan Plasma Heparin ...................................................................44

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Agenda Bimbingan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Prosedur Pengambilan Darah

Lampiran 5. Proses Pengolahan Sampel

Lampiran 6. Prosedur Pemeriksaan Kreatinin darah

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

Lampiran 8. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 9. Hasil Penelittian

Lampiran 10. Pemantapan Mutu Internal Pemeriksaan Kreatinin

Lampiran 11. Hasil Pengolahan Data SPSS

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 13. Dokumentasi Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 14. Profil Peneliti

xvii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan laboratorium medik sangat penting untuk pengelolaan

pasien oleh karena itu harus tersedia fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan

pasien dan petugas klinis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pasien.

Pelayanan ini mencakup pengaturan untuk permintaan pemeriksaan, persiapan

pasien, identifikasi pasien, pengambilan spesimen, transportasi, penyimpanan,

pengelolaan, dan pemeriksaan spesimen klinik, dan disertai dengan

interpretasinya, pelaporan hasil dan saran, disamping mempertimbangkan

keselamatan dan etika bekerja di laboratorium medik (ISO, 2012).

Kualitas di laboratorium klinik tidak dapat dijamin hanya dengan

berfokus pada aspek analitik semata. Berdasarkan fakta dalam suatu

laboratorium tahap pemeriksaan yang sering diawasi dalam pengendalian

mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik, sedangkan tahap pra analitik

kurang mendapat perhatian. Padahal tahap pra analitik dapat memberikan

kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan

analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14% (Yaqin, 2015).

Penanganan pasien terutama dalam keadaan darurat medis dibutuhkan

hasil laboratorium yang harus disampaikan dalam waku singkat. Hal tersebut

dimungkinkan oleh perkembangan teknologi yang dapat mempersingkat Turn

Around Time (TAT) suatu pemeriksaan, yang dimungkinkan oleh

berkurangnya waktu pada tahap pra analitik dan pasca analitik (Li et al.,

2015).

1
2

. Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatinin

hampir semuanya terdapat dalam otot rangka yang terikat secara reversibel

dengan fosfat dalam bentuk fosfokreatin atau keratinfosfa yakni senyawa

penyimpanan energi dan kemudian disintesis oleh hati. Pemeriksaan kreatinin

dalam darah merupakan salah satu parameter penting untuk mengetahui fungsi

ginjal dan sebagai tindakan untuk menentukan apakah seseorang mengalami

gangguan fungsi ginjal yang memerlukan tindakan hemodialisis (Alfonso,

Mongan, & Memah, 2016).

Dalam laboratorium klinik, sampel yang bisa digunakan dalam

pemeriksaan kreatinin adalah serum, plasma EDTA, dan plasma heparin.

Serum adalah cairan yang tersisa setelah darah dibiarkan menggumpal di

dalam sebuah tabung, sedangkan plasma merupakan bagian darah yang

sebelumnya sudah ditambahkan antikoagulan (Ulfah, 2017).

Pemeriksaan kadar kreatinin menggunakan serum membutuhkan

waktu yang lebih lama karena harus menunggu sampel menggumpal dan perlu

menunggu hingga koagulasi selesai kemudian disentrifugasi sehingga

didapatkan volume darah yang lebih sedikit. Sedangkan pemeriksaan kreatinin

menggunakan sampel plasma lebih menghemat waktu dikarenakan sampel

dapat disentrifugasi langsung tanpa menunggu sampel menggumpal (Ulfah,

2017).

Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mempercepat pemeriksaan

yaitu dengan cara memberi antikoagulan. Salah satu fungsi antikoagulan yang

spesifik dapat mencegah pembekuan atau pengawet komponen darah tertenu.


3

Spesimen darah yang diberi antikoagulan bisa langsung disentrifugasi untuk

mendapatkan plasma (Kiswari, 2014).

Pemeriksaan kadar kreatinin bisa menggunakan antikoagualan EDTA.

EDTA merupakan antikoagulan yang paling sering digunakan untuk

pembentukan plasma, mencegah penggumpalan dengan mengikat kalsium dan

tidak bersifat mempengaruhi bentuk eritrosit, leukosit, dan tidak mempercepat

pecahnya trombosit (Gandasoebrata, 2013). Mekanisme kerja EDTA yaitu

dengan cara menghambat kerja activator pada pembekuan darah. Proses

pembekuan darah diperlukan Ca2+ untuk mengaktivasi kerja protombin

menjadi thrombin. Ca2+ diperlukan kembali pada proses aktivasi fibrin lunak

menjadi fibrin dengan gumpalan keras. EDTA berfungsi sebagai chelating

agent yang bisa mengikat ion Ca2+ yang bebas dalam darah sehingga tidak

dapat berperan aktif dalam proses selanjutnya (Riswanto, 2010).

Selain antikoagulan EDTA, antikoagulan yang sering digunakan dalam

pemeriksaan kreatinin yaitu heparin (Riswanto, 2010). Antikoagulan heparin

direkomendasikan karena memiliki kekurangan paling sedikit dibandingkan

dengan penggunaan antikoagulan lain (Arslan et al., 2017). Mekanisme

heparin dapat meningkatkan pelepasan protein spesifik, seperti tissue

plasminogen activator dan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) ke dalam

darah untuk menghambat pembekuan darah. Protein dengan jumlah yang

berlebihan di dalam tubuh atau mengalami peningkatan maka akan

berpengaruh pada peningkatan kadar kreatinin, karena kreatinin adalah hasil

akhir dari metabolisme protein (Jevuska, 2012).


4

Pengukuran kadar kreatinin darah bisa dilakukan dengan berbagai

metode. Salah satunya yaitu metode jaffe. Metode jaffe merupakan metode

yang sederhana dan mudah berdasarkan pengembangan metode colorimetric.

Berdasarkan pengukurannya metode jaffe terdiri dari metode jaffe

compensated dan non compensated. Metode ini menggunakan serum atau

plasma darah sebagai sampelnya. Prinsip dari metode jaffe compensated,

kreatinin dalam sampel bereaksi dengan pikrat dalam medium alkali

membentuk kompleks berwarna. Tingkat pembentukan kompleks diukur

dalam waktu singkat untuk menghindari gangguan. Sampel serum dan plasma

mengandung protein yang bereaksi dengan cara yang tidak spesifik. Namun,

hasilnya dapat dikoreksi dengan mengurangi nilai standar yang telah

ditetapkan (BioSytem).

Berdasarkan cara inkubasi dan reaksi pembacaan terdiri dari metode

one point dan two point. Metode one point dilakukan dengan satu kali

pembacaan pada saat reaksi telah terhenti sedangkan metode two point

dilakukan inkubasi 60 detik pada pembacaan pertama dan inkubasi 2 menit

setelah pembacaan pertama dilakukan ketika reaksi telah berlangsung antara

sampel dengan reagen. Namun, pada metode two point ini memiliki

kelemahan yaitu adanya gangguan terhadap bilirubin, ureum, dan protein yang

dapat mengakibatkan hasil tinggi palsu pada pemeriksaan kreatinin (Junus,

2014).

Reaksi kadar kreatinin pada sampel plasma EDTA atau heparin dengan

pemakaian antikoagulan yang memperpendek masa pembekuan dapat


5

menurunkan aktivitas fibrinotik dan bereksi dengan asam pikrat membentuk

kompleks warna kemerahan. Intensitas warna yang terbentuk sebanding

dengan kadar kreatinin pada sampel yang diukur dengan spektrofotometer.

Sedangkan reaksi kadar kreatinin dengan sampel serum merupakan cairan

tanpa fibrinogen dan faktor-faktor koagulasi lain berkurang akibat proses

pembentukan bekuan akan bereaksi dengan asam pikrat pada suasana basa

membentuk kompleks warna kemerahan. Intensitas warna yang terbentuk

sebanding dengan kadar kreatinin yang terdapat pada sampel dan diukur

dengan spektrofotometer (Lestari, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Arslan, dkk menunjukkan bahwa

penggunaan plasma lebih menguntungkan bagi teknisi laboratorium karena

tidak perlu waktu tambahan untuk pembekuan darah, durasi sentrifugasi lebih

pendek, mengurangi Turn Around Time (TAT) dan tidak ada gangguan yang

disebabkan oleh mikrofibrin. Keuntungan penting lainnya meningkatkan

stabilitas analit dan mengurangi tingkat hemolisis saat proses pemisahan

(Arslan et al., 2017).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari, Yuliyani Dwi,

tahun 2017 membandingkan kadar kreatinin menggunakan serum dan plasma

EDTA didapatkan nilai rata-rata hasil pemeriksaan kreatinin menggunakan

sampel serum 0,831 mg/dL sedangkan menggunakan sampel plasma EDTA

1,394 mg/dL. Dari penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan pada hasil pemeriksaan kreatinin menggunakan

sampel serum dan plasma EDTA (Lestari, 2017).


6

Penelitian yang dilakukan oleh Asih Tri Yuliyanti tahun 2018

menentukan perbedaan kadar kreatinin menggunakan serum dan plasma

heparin didapatkan nilai rata-rata kadar kreatinin sampel serum 0,52 mg/dL

sedangkan menggunakan sampel plasma heparin 0,54 mg/dL. Dari

penelitiannya disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kadar kreatinin sampel

serum dan plasma heparin (Yuliyanti, 2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ulfah, Maryam tahun

2017 mengenai perbedaan kadar kreatinin pada serum, plasma EDTA, dan

heparin metode jaffe reaction tanpa diprotenisasi didapatkan nilai rata-rata

kadar kreatinin menggunakan sampel serum 1,0681 mg/dL, plasma heparin

1,0504 mg/dL, dan pada plasma EDTA 0,9181 mg/dL. Dari hasil uji anova

menunjukkan hasil kadar kreatinin menggunakan sampel serum, plasma

heparin daan plasma EDTA terdapat perbedaan yang bermakna. Dilanjutkan

dengan uji post hoc didapatkan hasil kadar kreatinin menggunakan sampel

serum dengan plasma heparin tidak terdapat perbedaan yang bermakna, kadar

kreatinin menggunakan serum dan plasma EDTA terdapat perbedaan yang

bermakna, dan yang menggunakan sampel plasma heparin dan plasma EDTA

terdapat perbedaan yang bermakna (Ulfah, 2017).

Pemeriksaan kreatinin bisa menggunakan sampel serum, plasma

EDTA, dan plasma heparin (Menkes, 2010). Dari ketiga sampel tersebut

memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya menggunakan sampel

serum. Ketika berada di lapangan sering dijumpai pada saat pengambilan

sampel, volume darah yang didapat tidak mencukupi atau kondisi serum yang
7

lisis akibat pengambilan sampel yang kurang tepat. Apabila hal itu terjadi

pada pemeriksaan kreatinin sebaiknya menggunakan sampel plasma dengan

antikoagulan EDTA ataupun heparin. Penggunaan sampel plasma lebih cepat

diperoleh dibandingkan dengan sampel serum. Antikoagulan juga dapat

mencegah terjadinya hemolisis pada saat melakukan pengambilan spesimen

dan mempermudah teknisi laboratorium tidak menunggu waktu lama untuk

melakukan sentrifugasi sampel. Metode yang digunakan pada pemeriksaan

kreatinin ini menggunakan metode jaffe compensated dan berdasarkan cara

inkubasi serta reaksi pembaacan menggunakan metode one point dikarenakan

lebih menghemat waktu pemeriksaan dan untuk menjaga stabilitas sampel.

Akan tetapi masih perlu diperhatikan ketidaksesuaian hasil akibat

menggunakan sampel serum, plasma EDTA, ataupun plasma heparin

menggunakan metode jaffe compensated dan masih perlu diteliti kembali.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Perbedaan Kadar Kreatinin Pada Serum, Plasma

EDTA, dan Plasma Heparin Menggunakan Metode Jaffe Compensated”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

apakah ada perbedaan kadar kreatinin pada serum, plasma EDTA, dan plasma

heparin mengunakan metode jaffe compensated ?


8

1.3 Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana distribusi statistik deskriptif kadar kreatinin pada serum

menggunakan metode jaffe compensated?

b. Bagaimana distribusi statistik deskriptif kadar kreatinin pada plasma

EDTA menggunakan metode jaffe compensated?

c. Bagaimana distribusi statistik deskriptif kadar kreatinin pada plasma

heparin menggunakan metode jaffe compensated?

d. Apakah terdapat perbedaan hasil pemeriksaan kadar kreatinin

menggunakan serum, plasma EDTA, dan plasma heparin menggunakan

metode jaffe compensated?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan kadar kreatinin pada serum, plasma EDTA,

dan plasma heparin mengunakan metode jaffe compensated.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi statistik kadar kreatinin pada serum

menggunakan metode jaffe compensated.

b. Diketahuinya distribusi statistik kadar kreatinin pada plasma EDTA

menggunakan metode jaffe compensated.

c. Diketahuinya distribusi statistik kadar kreatinin pada plasam heparin

menggunakan metode jaffe compensated.


9

d. Diketahuinya perbedaan kadar kreatinin pada serum, plasma EDTA,

dan plasma heparin mengunakan metode jaffe compensated.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Sebagai syarat untuk menyelesaikan dan memperoleh gelar Ahli Madya

Kesehatan Poltekkes Kemenkes Palembang serta sebagai sarana untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah didapat khususnya dibidang kimia klinik

selama proses pembelajaran di Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes

Kemenkes Palembang. Serta menambah wawasan mengenai pemerikssan

kreatinin.

1.5.2 Manfaat Aplikatif

Sebagai referensi pembelajaran bagi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes

Kemenkes Palembang serta memberikan informasi mengenai perbedaan

kadar kreatinin pada serum, plasma EDTA dan plasma heparin

menggunakan metode jaffe compensated.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup bidang Kimia Klinik. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kadar kreatinin pada sampel serum,

plasma EDTA, dan plasma heparin. Jenis penelitian yang dilakukan adalah

penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang

digunakan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Balai Besar


10

Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang pada tanggal 12 dan 18 Februari

2021. Populasi penelitian ini adalah semua Mahasiswa Jurusan Analis

Kesehatan Poltekkes Kemenkes Palembang yang berjenis kelamin perempuan.

Jumlah sampel sebanyak 35 sampel. Kadar kreatinin diperiksa dengan

menggunakan metode jaffe compensated. Data dianalisis dengan uji Annova.

1.7 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul Desain Simpulan


Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian Penelitian

Lestari, Perbedaan Hasil Penelitian Didapatkan nilai Ada perbedaan


Yuliyani Pemeriksaan analitik dengan rata-rata hasil yang signifikan
Dwi, (2017) Kreatinin Serum rancangan cross pemeriksaan pada hasil
dan Plasma sectional kreatinin pemeriksaan
EDTA menggunakan kreatinin
sampel serum menggunakan
0,831 mg/dL sampel serum
sedangkan dan plasma
menggunakan EDTA.
sampel plasma
EDTA 1,394
mg/dL.

Asih Tri Perbedaan Hasil Penelitian Didapatkan nilai Tidak ada


Yuliyanti Pemeriksaan analitik dengan rata-rata hasil perbedaan kadar
(2018) Kreatinin Serum rancangan cross pemeriksaan kreatinin sampel
dan Plasma sectional kreatinin serum dan
Heparin menggunakan plasma heparin.
sampel serum
0,52 mg/dL
sedangkan
menggunakan
sampel plasma
heparin 0,54
mg/dL.
11

Judul Desain Simpulan


Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian Penelitian

Suratmi, Perbedaan Kadar Penelitian pre- Didapatkan hasil Tidak ada


Narendra Kreatinin pada experimental rata-rata kadar perbedaan kadar
Yoga Plasma Lithium design kreatinin pada kreatinin pada
Hendarta Heparin dengan penggunaan plasma lithium
dan Budi Penggunaan plasma seperator heparin dengan
Martono, Plasma Separator tube 4,32 mg/dL penggunaan
(2018) Tube dan sedangkan rata- plasma seperator
Vacutainer pada rata kreatinin tube dan
Pasien Post pada penggunaan vacutainer pada
Hemodialisa di penggunaan pasien post
RSUD Sleman vacutainer lithium hemodialisa
Yogyakarta heparin 4,30
mg/dL. Sehingga
didapatkan hasil
uji statistik
dengan paired
samples T-test
(p-value ≥ 0,05)

Ulfah,Mary Perbedaan Kadar Penelitian Didapatkan hasil Kadar kreatinin


am (2017) Kreatinin Pada analitik rata-rata kadar menggunakan
Serum, Plasma kreatinin pada sampel serum
EDTA, dan sampel serum dengan plasma
Heparin Metode 1,0681 mg/dL, heparin tidak
Jaffe Reaction sampel heparin terdapat
Tanpa 1,0504 mg/dL dan perbedaan yang
Diprotenisasi sampel plasma bermakna, kadar
EDTA 0,9181 kreatinin
mg/dL. menggunakan
serum dan
plasma EDTA
terdapat
perbedaan yang
bermakna, dan
yang
menggunakan
sampel plasma
heparin dan
plasma EDTA
terdapat
perbedaan yang
bermakna
12

Keaslian penelitian ini berdasarkan penelitian terdahulu memiliki

karakteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian. Pada penelitian yang

akan dilakukan hanya untuk mengetahui perbedaan kadar kreatinin pada

serum, plasma EDTA, dan plasma heparin menggunakan metode jaffe

compensated dengan orang yang sama pada subjek penelitian yaitu

Mahasiswi Jurusan Analis Kesehatan dengan desain penelitiannya yaitu

analitik cross sectional.

Perbedaan antara penelitian ini dan penelitian terdahulu yaitu:

1. Pada penelitian Lestari, Yuliyani Dwi, (2017), variabel yang diteliti ialah

kadar kreatinin pada serum dan plasma EDTA. Lalu subjek penelitiannya

diambil dari Mahasiswa Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Semarang. Desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian analitik

dengan pendekatan cross sectional.

2. Pada penelitian Asih Tri Yuliyanti (2018) variabel yang diteliti ialah

kadar kreatinin pada serum dan plasma heparin. Lalu subjek penelitian

yang diambil Mahasiswa Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Semarang. Desain penelitian yang digunakan penelitian analitik dengan

pendekatan cross sectional.

3. Pada Penelitian Suratmi, Narendra Yoga Hendarta dan Budi Martono,

(2018) variabel yang diteliti ialah kadar kreatinin pada plasma Lithium

Heparin dengan Penggunaan Plasma Separator Tube dan Vacutainer. Lalu

subjek penelitian yang diambil pasien Post Hemodialisa di RSUD Sleman


13

Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan penelitian pre-

experimental.

4. Pada penelitian Ufah, Maryam (2017) variabel yang diteliti ialah kadar

kreatinin pada serum, plasma EDTA, dan plasma Heparin. Lalu subjek

penelitian yang diambil Mahasiswa Analis Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang. Desain penelitian yang digunakan penelitian

analitik. Metode yang digunakan jaffe reaction tanpa diprotenisasi.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kreatinin

2.1.1 Pengertian Kreatinin

Kreatinin merupakan produk sisa metabolisme otot yang dihasilka

secara enzimatik oleh kreatinin fosfokinase dari keratin, yang berhubungan

dengan ATP untuk menghasilkan ADP dan energi (Strasinger, 2016).

Pengukuran konsentrasi kreatinin dalam darah digunakan untuk

mengukur fungsi ginjal. Pada orang sehat, kreatinin diproduksi dalam darah

dan diekskresikan melalui ginjal yang berlangsung secara paralel dan relatif

konstan. Perubahan fungi ginjal akan menghambat ekskresi kreatinin

sehingga dapat menyebabkan kadar kreatinin meningkat. Kreatinin serum

dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal

dibandingkan kadar nitrogen urea darah (Nugraha, 2018).

Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin mengindikasikan adanya

penurunan fungsi ginjal sebanyak 50%, dan peningkatan kadar kreatinin tiga

kali lipat menandakan penurunan fungsi ginjal sebesar 75% (Rinawati, 2008).

2.1.2 Metabolisme Kreatinin

Pembentukan kreatinin berawal di ginjal dan diekskresikan di hati.

Langkah pertama pembentukan kreatinin yang terjadi di ginjal yaitu, glisin

bergabung dengan ariginine untuk membentuk guanidinoasetat. Dalam reaksi

ini, gugus guanidium pada arginine (gugus yang membentuk urea)

14
15

dipindahkan ke glisin dan molekul arginine sisanya dibebaskan

ornitinguanidinoasetat kemudian mengalami metilasi di hati oleh S-

adenosilmetionin (SAM) untuk membentuk kreatin (Dawn, 2000).

Kreatinin merupakan produk penguraian kreatin. Kreatin disintesis di

hati dan terdapat di otot rangka yang berkaitan dengan creatine phosphate

(CP), yang merupakan suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP

(adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat

diubah menjadi keratin dengan mengkatalisasi enzim creatine kinase (CK).

Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil kreatin diubah menjadi

kreatinin yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam

urin (Nuari, 2017).

2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kreatinin

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar kreatinin

dalam darah diantaranya:

1. Perubahan massa otot.

2. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam

setelah makan.

3. Aktifitas fisik yang dapat mengganggu sekresi kreatinin sehingga

meningkatkan kadar kreatinin dalam darah.

4. Obat golongan sefalosporin (cefoxitin dan cefazolin) yang dapat

mengganggu sekresi kreatinin sehingga meningkatkan kadar

kreatinin dalam darah.

5. Peningkatan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal.


16

6. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi

daripada orang muda, serta kadar kreatinin pada laki-laki lebih tinggi

daripada kadar kreatinin wanita.

7. Konsesntrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan fungsi ginjal

baik karena gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh nefritis,

penyumbatan saluran urin dan penyakit otot atau dehidrasi akut

(Herawati, 2011).

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Kreatinin

a) Pra Analitik

Kesalahan terbesar pada tahap pra-analitik, yaitu mencapai 60%-

70%. Hal ini dapat disebabkan dari spesimen yang diterima

laboratorium tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pada

tahap pra analitik sangat perlu diperhatikan, karena untuk menjamin

bahwa spesimen-spesimen yang diterima benar dari pasien yang

memenuhi syarat yang telah ditentukan (Maria & Wieke, 2018).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan kreatinin yang ada

pada tahap pra analitik antara lain:

1) Persiapan Pasien

Sebelum pengambilan sampel sebaiknya pasien menghindari aktivitas

fisik yang berlebihan. Mencegah asupan makanan yang mengandung

protein tinggi dan lemak yang mengakibatkan sampel lipemik, karena

mengganggu interpretasi hasil pemeriksaan (Ulfah, 2017).


17

2) Pengambilan Sampel

a. Pengambilan sampel lebih baik dilakukan di pagi hari sekitar

pukul 07.00-09.00 (Menkes, 2010).

b. Volume sampel yang diambil harus mencukupi kebutuhan

pemeriksaan.

c. Persiapan sampel mulai dari masukan data pasien, pemusingan

sampel, pemisahan serum atau plasma darah, pemipetan reagen

dan sampel dan pelabelan (Plebani, 2006).

d. Pembendungan yang terlalu lama dapat menyebabkan

hemokonsentrasi sehingga dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan laboratorium (Gandasoebrata, 2013).

3) Pengolahan Sampel

a. Sampel tidak boleh lipemik dan hemolisis karena bisa

menyebabkan peningkatan palsu.

b. Stabilitas sampel serum maupun plasma pada suhu 2-8oC selama

7 hari, suhu 20-25oC selama 7 hari, dan suhu -20oC selama 3

bulan (Menkes, 2010).

b) Analitik

Walaupun tingkat kesalahan tahap analitik sekitar 10% - 15% tidak

sebesar tahap pra analitik, laboratorium tetap harus memperhatikan

kegiatan pada tahap ini. Kegiatan tahap analitik ini lebih mudah

dikontrol atau dikendalikan dibandingkan tahap pra analitik, karena

semua kegiatannya berada dalam laboratorium. Tujuan pengendalian


18

tahap analitik yaitu untuk menjamin bahwa hasil pemeriksaan

spesimen dari pasien dapat dipercaya, sehingga klinisi dapat

menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut untuk

menegakkan diagonosa terhadap pasiennya (Maria & Wieke, 2018).

Menurut (Ghina, 2016) kesalahan tahapan analitik adalah sebagai

berikut:

a. Kesalahan penggunaan alat, alat rusak, dan alat tidak

terkalibrasi.

b. Tidak mengikuti alur pemeriksaan dengan baik dan benar.

c. Kesalahan dalam quality control yang tidak terdeteksi.

c) Pasca Analitik

Tingkat kesalahan tahap pasca analitik hanya sekitar 15% - 20%.

Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika dibandingkan

kesalahan pada tahap pra analitik, tetapi tetap memegang peranan

yang penting. Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan pasien dapat

membuat klinisi salah memberikan diagnosa terhadap pasiennya

(Maria & Wieke, 2018).

Menurut (Plebani, 2006) faktor kesalahan dalam tahap pasca analitik

adalah sebagai berikut:

a. Hasil pemeriksaan dikeluarkan orang lain.

b. Pencatatan hasil pemeriksaan salah.

c. Kesalahan validasi hasil pemeriksaan.


19

2.2 Spesimen Pemeriksaan

2.2.1 Serum

Menurut David W. Marten, dkk dalam Nuaraini Barus pada tahun

2017 serum adalah bagian jernih setiap cairan yang dipisahkan dari unsur

yang lebih padat. Ada juga yang menyebutkan bahwa serum adalah cairan

jernih yang terpisah dari darah ketika dibiarkan membeku sempurna (Barus,

2017).

Serum adalah darah dalam tabung yang sudah membeku dan

mengalami retraksi bekuan dengan akibat terperasnya cairan dalam bekuan

tersebut atau darah dalam tabung yang disentrifuge dengan kecepatan dan

waktu tertentu sehingga akan terbentuk tiga bagian yaitu serum, buffycoat,

dan eritrosit. Dalam serum terdapat zat antibodi untuk menghilangkan protein

asing (antigen, artinya zat yang merangsang pembentukan zat antibodi) yang

masuk dalam tubuh (Pearce, 2004).

Serum merupakan sampel yang hampir universal digunakan untuk

pemeriksaan kimiawi. Bahan-bahan yang bisa diukur didalam serum misalnya

(Kiswari, 2014):

1. Bahan dalam keadaan normal yang memiliki fungsi dalam sirkulasi

diantaranya: glukosa, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, protein total,

albumin, kalsium, magnesium, fosfor, trigliserida, kolestrol, hormone,

vitamin (folat, B12), protein (haptoglobin, transferin, imunoglobulin).


20

2. Metabolit yaitu produk sisa yang tidak berfungsi dan sedang dalam proses

pengeluaran diantaranya: urea, kreatinin, asam urat, ammonia, bilirubin.

3. Bahan yang dikeluarkan dari sel akibat kerusakan sel dan kelainan

permeabilitas atau kelainan poliferasi sel, contohnya enzim atau protein.

4. Obat dan zat toxic yang terdiri dari antibiotik, obat jantung, obat

antiasma, antikejang, salisilat, alkohol dan zat lain yang disalah gunakan.

Penggunaan serum dalam kimia klinik lebih luas dibandingkan

penggunaan plasma. Hal ini dikarenakan serum tidak mengandung bahan-

bahan dari luar seperti penambahan antikoagulan sehingga komponen-

komponen yang terkandung di dalam serum tidak terganggu aktifitas atau

reaksinya (Lestari, 2017).

Reaksi kadar kreatinin dengan sampel serum merupakan cairan tanpa

fibrinogen dan faktor koagulasi lain berkurang akibat proses pembentukan

bekuan dan akan bereaksi dengan asam pikrat basa membentuk kompleks

warna kemerahan. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar

kreatinin yang terdapat pada sampel dan diukur dengan spektrofotometer

(Wilson, 2000).

2.2.2 Plasma

Plasma adalah komponen darah dalam tabung yang telah berisi

antikoagulan yang kemudian di centrifuge dengan kecepatan dan waktu

tertentu sehingga bagian plasma dan bagian lain dari darah terpisah. Plasma

mengandung serotinin yang sangat tinggi. Penambahan antikoagulan pada

plasma dapat mencegah terjadinya pembekuan pada darah tersebut. Sehingga


21

plasma mengandung fibrinogen. Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas

air. Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah adalah sebagai berikut:

a. Garam-garam mineral (natrium dan lain-lain) yang berguna dalam

metabolisme dan juga mengadakan osmotik.

b. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin).

c. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan dan banyak

kandungan protein yang terdapat di dalam plasma.

d. Hormon yaitu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.

e. Antibodi.

f. Protein plasma (albumin, globulin, dan fibrinogen) meningkatkan

viskositas darah juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara

keseimbangan cairan dalam tubuh. (Handari, 2019)

Fungsi plasma yaitu bekerja sebagai medium (perantara) untuk

penyaluran makanan, mineral, glukosa, asam amino, dan lemak ke dalam

jaringan. Juga merupakan untuk mengangkut bahan buangan seperti urea,

asam urat, dan sebagian dari carbondioksida (Pranata, 2016).

Keuntungan penggunaan plasma menurut (WHO, 2002) adalah:

a. Hemat Waktu

Sampel plasma dapat disentrifugasi langsung setelah pengumpulan

sampel tidak seperti serum yang dikoagulasi secara lengkap setelah 30

menit.
22

b. Volume yang lebih banyak

15 sampai 20% lebih banyak volume plasma daripada serum yang

didapatkan dari volume darah yang sama.

c. Pencegahan dari gangguan koagulasi-induksi

Pada pemakaian tabung serum, koagulasi dalam tabung primer dan

sekunder yang sudah disentrifugasi, dapat menghalangi jarum hisap dari

analyzer. Hal ini dapat dicegah dengan penggunaan antikoagulan. Proses

koagulasi dapat mengubah konsentrasi banyak konstituen dari cairan

ekstraseluler melampaui batas yang diizinkan.

2.2.3 Perbedaan Serum dan Plasma

Gambar 2.1 Plasma dan Serum (Sumber: Medical Laboratories Portal)

Komponen serum dan plasma hampir sama karena keduanya

mengandung hormon, glukosa, elektrolit, antibodi, antigen, nutrisi, dan

partikel tertentu lainnya kecuali faktor pembekuan yang ada hanya dalam

plasma. Plasma tanpa faktor pembekuan adalah serum. Serum tidak

mengandung fibrinogen serta tidak mengandung faktor pembekuan (faktor II,


23

V dan VIII) tetapi mengandung serotonin tinggi karena adanya perusakan

pada platelet (Sacher, 2004).

Menurut (Sacher, 2004) perbandingan plasma dan serum yaitu plasma


merupakan bagian cair dari darah. Di luar sistem vaskuler, darah tetap cair
dengan mengeluarkan fibrinogen atau menambahkan antikoagulan, sebagian
besar mencegah koagulasi dengan mengkhelasi atau menyingkirkan ion-ion
kalsium, sitrat, oksalat, EDTA. Serum adalah cairan yang tersisa setelah darah
menggumpal atau membeku, serum normal tidak mengandung fibrinogen dan
beberapa faktor koagulasi lainnya, sedangkan plasma yang baru diambil
mengandung semua protein yang terdapat di dalam darah yang bersikulasi
(Sacher, 2004).

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Serum dengan Plasma

Perbedaan Plasma Serum

Antikoagulan Pakai Tidak pakai

Warna Agak kuning dan jernih Agak kuning dan jernih

Kekeruhan Lebih kental dari air Lebih kental dari air

Fibrinogen Masih ada Tidak ada

Serat Fibrin Tidak ada Ada dalam gumpalan

Pemisahan sel Pemusingan Penggumpalan spontan

Komposisi Air, albumin, globulin, Air, albumin, globulin,


asam amino, hormon, asam amino, hormon,
enzim, limbah nitrogen, enzim, limbah nitrogen,
nutrisi, gas dan fibrinogen nutrisi, dan gas

Sumber: Sadikin.Biokimia Darah. 2014


24

2.3 Antikoagulan

Antikoagulan merupakan zat kimia yang digunakan untuk mencegah

sampel darah membeku. Fungsi antikoagulan untuk mecegah darah tidak

membeku dengan cara menonaktifkan ion trombin dan protrombin (Menkes,

2010).

Antikoagulan adalah zat aditif yang ditambahkan untuk mendapatkan

spesimen darah utuh (whole blood), karena penambahan antikoagulan

bertujuan untuk mencegah proses terbentuknya bekuan darah dengan cara

menghambat atau memperlambat proses hemostasis. Darah yang tertampung

pada tabung dapat langsung digunakan untuk pemeriksaan atau disentrifuge

untuk mendapatkan plasma darah (Nugraha, 2018).

Aktivitas antikoagulan pada dasarnya adalah mengikat atau

mengendapkan ion kalsium (Ca). Ion kalsium adalah salah satu faktor

pembekuan (faktor IV), tanpa kalsium pembekuan tidak terjadi dan akan

menghambat pembekuan trombin. Trombin adalah enzim yang berperan

dalam perubahan fibrinogen menjadi fibrin (Kiswari, 2014).

2.4 Jenis-Jenis Antikoagulan

2.4.1 EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid)

EDTA sebagian garam natrium atau kaliumnya yang dapat mengubah

ion kalsium dari darah menjadi bentuk bukan ion serta dapat mencegah

koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki

keunggulan dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak

mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal untuk pengujian hematologi


25

seperti pemeriksaan hemoglobi, hematokrit, hitung leukosit, hitung trombosit,

retikulosit, dan apusan darah. Sedangkan kekurangannya sulit larut

dibandingkan dengan antikoagulan lain (Gandasoebrata, 2013).

Menurut (Burtis, 2012 dalam Andayani 2016) ada tiga macam EDTA

yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium EDTA (K2EDTA) dan

tripotassium EDTA (K3EDTA). Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan

dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk

cair. Dari ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan

dianjurkan oleh ICSH (International Council for Standardization in

Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute)

(Andayani, 2016). Semua garam EDTA bersifat hiperosmolar yang dapat

menyebabkan eritrosit mengkerut. Na2EDTA dan K2EDTA bersifat lebih

asam dibandingkan K3EDTA. Pengunaan antikoagulan K3EDTA

menunjukkan stabilitas yang lebih baik daris jenis EDTA lain karena

antikoagulan ini menunjukkan pH yang mendekat dengan pH darah (Dewi,

2017).

Cara kerja EDTA yaitu mengikat ion calcium sehingga terbentuk

garam kalsium yang tidak larut. Takaran pemakaiannya 1-1,5 mg EDTA

untuk setiap mL darah. EDTA dalam bentuk kering direkomendasikan karena

EDTA cair dapat menyebabkan beberapa nilai paramater pemeriksaan

hematologi menurun. EDTA banyak digunakan untuk tes bank darah dan

pemeriksaan hematologi karena dapat mempertahankan morfologi sel dan

menghambat agregasi trombosit. Spesimen EDTA harus dicampur segera


26

setelah pengumpulan untuk mencegah penggumpalan trombosit dan

pembentukan bekuan mikro. Cara pencampuran dengan inversi (bolak-balik)

sebanyak 8-10 kali (Kiswari, 2014).

Pemeriksaan dengan memakai EDTA sebaiknya dilakukan segera,

namun jika terjadi penundaan, dapat disimpan dalam lemari es pada suhu 40C

selama 24 jam tanpa ada penyimpangan bermakna kecuali untuk jumlah

trombosit dan nilai hematokrit (Gandasoebrata, 2013).

2.4.2 Heparin

Heparin merupakan salah satu antikoagulan yang sering digunakan di

laboratorium. Heparin diperkenalkan tahun 1938 yang merupakan injectable

antikoagulan yang bekerja cepat dan sering digunakan untuk kasus darurat

penghambat kerja thrombus. Heparin adalah substansi alami yang berasal dari

hati yang berfungsi untuk pencegahan pembentukan bekuan. Heparin dalam

keadaan normal terdapat sebagai komplek makromolekul bersama histamin

dalam sel mast (Riana, 2011).

Heparin mencegah pembekuan darah dengan cara menghambat

pembentukan trombin. Trombin adalah enzim yang dibutuhkan untuk

mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Plasma dengan antikoagulan heparin

sering digunakan untuk beberapa tes kimia, misalnya elektrolit. Heparin juga

merupakan antikoagulan terpilih untuk pemeriksaan Osmotic Fragility Test

(OFT) (Kiswari, 2014). Cara kerja heparin yaitu bergabung dengan anti-

thrombin III (kofaktor heparin) menghasilkan efek antikoagulan, mencegah

thrombosis dengan inaktivasi factor X, sehingga mencegah perubahan


27

prothrombin menjadi thrombin dan mencegah fibrinogen menjadi fibrin

(Saliba, dkk., 2001 dalam (Riana, 2011).

Heparin sedikit toksik dan harganya relatif mahal. Ada tiga formulasi

heparin yaitu amonium, lithium dan heparin sodium. Heparin lithium

menyebabkan sedikit gangguan dalam pengujian kimia. Heparin lithium tidak

boleh digunakan untuk spesimen yang akan melakukan pemeriksaan kadar

lithium. Heparin sodium tidak boleh digunakan untuk spesimen yang akan

melakukan pemeriksaan kadar natrium (Kiswari, 2014).

Dalam penggunaan heparin boleh dipakai sebagai larutan atau dalam

bentuk kering. Heparin juga merupakan satu-satunya antikoagulan yang harus

digunakan dalam perangkat pengumpulan darah untuk penentuan pH, gas

darah, elektrolit dan ion kalsium. Heparin tidak boleh digunakan untuk

koagulasi atau pengujian hematologi (Sadikin, 2014).

Mekanisme kerja heparin sebagai antikoagulan yaitu heparin

merupakan antikoagulan yang terjadi secara alamiah diproduksi oleh basofil

dan sel mast. Heparin bertindak sebagai sebuah antikoagulan, mencegah

pembentukan bekuan dan perpanjangan pembekuan yang ada dalam darah.

Meskipun heparin tidak memecah gumpalan yang telah terbentuk (seperti

aktivator plasminogen jaringan), hal ini memungkinkan mekanisme lisis

bekuan alami tubuh untuk bekerja secara normal untuk mencegah gumpalan

terbentuk (Anugrah, 2012)

Heparin dapat membatasi pembentukan bekuan darah dan

meningkatkan proses fibrinolisis. Mekanisme kerja heparin adalah dengan


28

mengikat antitrombin III membentuk kompleks yang lebih berafinitas lebih

besar dari antitrombin III sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan aktif,

terutama thrombin dan faktor Xa. (Hadi R, Vincent H.S, 2003:747-761).

(Hadi, 2003)

Dosis kecil heparin dengan AT-III menginaktivasi faktor Xa dan

mencegah pembekuan dengan mencegah perubahan protrombin menjadi

trombin. Heparin dengan jumlah yang lebih besar bersama AT-III

menghambat pembekuan dengan menginaktivasi trombin dan faktor-faktor

pembekuan sebelumnya, sehingga mencegah perubahan fibrinogen menjadi

fibrin. Heparin juga menginaktivasi faktor XIIIa dan mencegah terbentuknya

bekuan fibrin yang stabil (Bertram, 2002).

2.5 Metode Pemeriksaan Kreatinin

Metode Pemeriksaan kreatinin terdiri dari beberapa metode, yaitu:

1) Metode Indirek Enzimatik (Metode end point)

a. Metode Deaminase (satu enzim)

Enzim deaminase digunakan untuk mengkonversi kreatinin ke

metilhidantion dan ammonia.

Kreatin Metil hidantion + NH3

Ammonia di deteksi menggunakan GDH atau Berhelot reaction atau

menggunakan N-metil hidantion amino hidrolase.


29

b. Metode Kreatinase (multi-enzim)

Kreatinin yang sudah dikoneversi ke laktat dengan sistem multi-enzim

dan NADH dikonversi ke NAD dan mengurangi absorban di ukur

pada panjang gelombang 340 nm.

Kreatinin + ATP kreatinin phosphate + ADP

Piruvat Kinase

ADP + Phosphoenolpyrovate (PEP) ATP + Piruvat

Piruvat + NADH + H+ laktat + NAD+

(Dengan mengurangi absorban ke 340 nm) (BASU, 2016).

2) Metode Direct Chemical

a. Metode Alkaline Picrate (End point) atau (modifikasi Folin-Wu)

Asam pikrat di medium alkali bereaksi dengan kreatinin membentuk

warna orange kompleks. Intensitas warna kompleks sebanding dengan

konsentrasi dari kreatinin yang ada di serum.

Konsentrasi + Alkaline Picrate + Warna orange kompleks.

b. Metode Dinitrobenzene

Non-enzimatik bertemu dengan sistem dry chemistry digunakan

mengikuti,

Kreatinin + 3,5-dinitrobenzoic acid + PH alkaline → warna mawar

ungu
30

c. Metode Jaffe

Asam pikrat di alkaline medium bereaksi dengan kreatinin

membentuk warna merah-jingga kompleks. Intensitas warna kompleks

sebanding dengan konsentrasi dari kreatinin yang ada di sampel.

Kreatinin + Picric Acid + PH alkaline 2,4.6 trinitrophenol

(Janovski’s complex), diukur pada panjang gelombang 520 nm

(BASU, 2016).

Dari beberapa metode pemeriksaan kreatinin diatas, metode

yang sering digunakan pada laboratorium adalah metode jaffe. Metode

jaffe terdiri dari metode compensated dan non compensated. Cara

kerja kedua metode tersebut sama saja degan cara menambahkan 1 ml

reagen kerja dan 0,1 ml standard serta sampel. Lalu di ukur pada

panjang gelombang 500 nm. Namun, dari kedua metode tersebut yang

membedakan hanya pada pengukuran dengan mengurangkan hasil

kreatinin terhadap nilai standar yang telah ditetakan (BioSytem).

Berdasarkan cara inkubasi dan reaksi pembacaan sampel

metode jaffe, terbagi menjadi dua metode yaitu:

a. Metode One Point

Metode ini melakukan pembacaan pada waktu tertentu, yaitu

pengukuran yang dilakukan pada saat reaksi antara sampel dan reagen

terhenti. Metode one point memiliki kestabilan warna 10-60 menit

dengan inkubasi menggunakan suhu 250C, melihat kepekatan warna

dan ketepatan waktu pembacaan akan berpengaruh pada hasil


31

pemeriksaan. Kelebihan dari metode one point ini hanya memerlukan

satu kali pengukuran kadar kreatinin darah dan hemat waktu

pemeriksaan. Sedangkan kelemahannya pada saat melakukan inkubasi

pemeriksaan waktu inkubasi tidak diperhatikan (Junus, 2014).

b. Metode Two Point

Metode ini dilakukan pengukuran kadar kreatinin darah dengan

inkubasi di suhu 250C dengan waktu inkubasi selama 60 detik maka

dilakukan pengukuran kadar kreatinin untuk mendapatkan absorban

sampel kemudian pada menit kedua dilakukan pengukuran untuk

melihat absorban sampel dengan menggunakan panjang gelombang

492 nm. Kelemahan dari metode ini adanya gangguan terhadap

bilirubin, ureum, protein yang mengakibatkan hasil tinggi palsu.

Kelebihan dari metode ini waktu yang diperlukan untuk inkubasi telah

ditetapkan dan sampel yang digunakan sedikit sekitar 100 µl (Junus,

2014).

Pada penelitian ini menggunakan metode jaffe compensated

dengan cara inkubasi dan pembacaan hasil menggunakan metode one

point, dimana sampel langsung dilakukan satu kali pemeriksaan dan

langsung keluar hasil.


32

2.6 Kerangka Teori

Pemeriksaan Kadar Kreatinin

Faktor yang Mempengaruhi


Pemeriksaan Kadar Kreatinin

Pra Analitik Analitik Pasca Analitik

1. Reagen
Persiapan Pasien Pelaporan Hasil
2. Alat
3. Metode
Aktifitas Fisik
3. Metode
Obat-Obatan

Diet Kaya
Daging

Pengambilan
Sampel

Serum Plasma

EDTA Heparin

Hasil Pemeriksaan
Kadar Kreatinin

Gambar 2.2 Kerangka Teori


33

2.7 Kerangka Konsep

Serum

Jenis Sampel Plasma EDTA Kadar Kreatinin

Plasma Heparin

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

2.8 Definisi Operasional

Tabel 2.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur

1 Kadar Kadar Kolorimetri Spektrofo- mg/dL Rasio


Kreatinin kreatinin tometer
adalah hasil
pengukuran
jumlah
miligram
kreatinin per
microliter
darah yang
diukur dengan
metode jaffe

2 Spesimen Spesimen yang Visual Sentifuge 1. Serum Nominal


Pemeriksaan digunakan 2. Plasma
untuk EDTA
mengukur 3. Plasma
kadar kreatinin Heparin
darah.
34

2.9 Hipotesis

Hipotesis Penelitian

a. H0 : Tidak ada perbedaan terhadap hasil pemeriksaan kadar kreatinin

pada serum, plasma EDTA dan plasma heparin menggunakan

metode jaffe compensated.

b. Ha : Ada perbedaan terhadap hasil pemeriksaan kadar kreatinin

pada serum, plasma EDTA dan plasma heparin menggunakan

metode jaffe compensated.


BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat analitik,

dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk menentukan

perbedaan hasil pemeriksaan kadar kreatinin menggunakaan serum, plasma

EDTA, dan plasma heparin.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan

(BBLK) Palembang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 dan 18 Februari 2021.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan dari unit di dalam

pengamatan yang akan kita lakukan (Hastono, 2010). Dalam hal ini

populasi penelitian yang digunakan adalah semua Mahasiswa Jurusan

Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Palembang yang berjenis

kelamin perempuan berjumlah 234 orang yang diperiksa kadar kreatinin

menggunakan serum, plasma EDTA, dan plasma heparin.

35
36

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah semua Mahasiswa Jurusan Analis

Kesehatan Poltekkes Kemenkes Palembang yang berjenis kelamin

perempuan dan bersedia menjadi pasien untuk diambil spesimen

darahnya. Perhitungan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan pedoman menurut Arikunto tahun 2016 dengan

ketentuan jika responden lebih dari 100 orang diambil antara 10%-15%

atau 20%-25% atau lebih” (Arikunto, 2016).

Dalam penelitian ini, penarikan sampel sebesar 15% dari jumlah

populasi. Diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

n = 15% x N

Keterangan:

n : Banyaknya sampel

N : Jumlah populasi

Perhitungan:

Dik:

N = 234 orang

Dit : n....?

n = 15% x N

n = 15% x 234

n = 35,1

n = 35 sampel
37

3.4 Teknik Sampling

Teknik sampling yang dilakukan adalah purposive sampling, yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria

inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan (Sony Faisal Rinaldi, 2017):

a. Kriteria Inklusi

Mahasiswi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Palembang

yang berjenis kelamin perempuan dan bersedia untuk dijadikan pasien

yang akan diambil spesimen darahnya.

b. Kriteria Eksklusi

1) Tidak melakukan aktivitas fisik yang berlebihan

2) Tidak mengkonsumsi obat antibiotik golongan sefalosporin.

3) Tidak sedang menjalani diet kaya daging.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah gejala yang menjadi fokus dalam suatu

penelitian, yang menunjukkan atribut dari sekelompok orang maupun objek

yang memiliki varian antara satu dengan lainnya dalam kelompok tersebut

(Riwidikdo, 2009).

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang

mempunyai bermacam-macam nilai (Notoatmodjo, 2010).


38

3.5.1 Variabel Terikat (variabel dependen)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel independen (Riwidikdo, 2009).

Pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah kadar

kreatinin.

3.5.2 Variabel Bebas (variabel independen)

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya

perubahan pada variabel dependen (Riwidikdo, 2009). Variabel

independen yang digunakan pada penelitian ini adalah serum, plasma

EDTA dan plasma heparin.

3.6 Jenis, Metode dan Instrumen Pengambilan Data

3.6.1 Jenis Pengambilan Data

Jenis pengambilan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data

primer. Data primer adalah data objek penelitian yang diambil secara

langsung oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Notoatmodjo,

2010).

3.6.2 Metode Pemeriksaan

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah metode Jaffe

Compensated.
39

3.6.3 Instrumen Pengambilan Data

Instrumen yang digunakan dalam menunjang pemeriksaan pada

penelitian ini adalah alat spektrofotometer Biosystem A-15 dengan

panjang gelombang 500 nm.

3.7 Alur Penelitian


Pasien

Mengisi Informed
Consent

Pengambilan Darah

Serum Plasma

EDTA Heparin

Kadar Kreatinin

Analisis Data

Gambar 3.1 Alur Penelitian


40

3.8 Analisa Data

1. Memeriksa data (Editing), yaitu penyuntingan data yang terkumpul

dengan cara memeriksa data-data yang sudah didapat dari pemeriksaan

kreatinin pada serum, plasma EDTA, dan plasma heparin.

2. Memberi kode (Coding data), yaitu mengklasifikasikan data menurut

kategori dan jenis masing-masing untuk memudahkan dalam pengolahan

data maka setiap kategori diberi kode. Dalam penelitian ini ialah

memberikan kode pada sampel serum yang digunakan yaitu Serum “1”,

Plasma EDTA “2”, dan Plasma Heparin “3”.

3. Memasukkan data (Entry data), yaitu memasukkan seluruh data yang

telah diberi kode dengan bantuan program computer. Dalam penelitian

ini ialah memasukkan hasil pemeriksaan kadar kreatinin pada serum,

plasma EDTA dan plasma heparin ke dalam program computer

menggunakan SPSS.

4. Lakukan uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk, didapatkan

nilai p value > 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Lalu

dilanjutkan dengan uji parametrik Anova.

5. Dari hasil uji yang telah dilakukan, dibuat tabulasi data.


41

3.9 Etika Penelitian

1. Peneliti memberikan penjelasan mengenai maksud, tujuan, manfaat,

protokol penelitian dan efek samping yang mungkin terjadi kepada

responden. Selanjutnya dimintakan persetujuan (informed consent) dari

responden selaku subjek penelitian. Subjek berhak menolak diikut

sertakan tanpa ada konsekuensi apapun.

2. Seluruh data responden, dijamin kerahasiannya oleh peneliti.

3. Untuk pengambilan data yang dibutuhkan peneliti, responden tidak

dikenakan biaya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Distribusi Statistitk Kadar Kreatinin Pada Serum

Dari analisis data yang telah dilakukan pada kadar kreatinin pada spesimen

serum diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Statistik Kadar Kreatinin Pada Serum

Kadar Kreatinin Pada Serum (mg/dL)


95% CI
Std.
Variabel Mean Median Min Max Lower Bound
Deviasi
Upper Bound
Kadar
Kreatinin 0,54 0,52 0,15 0,13 0,91 0,49
Pada 0,59
Serum

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata kadar kreatinin pada

serum adalah 0,54 mg/dL dengan kadar minimum 0,13 mg/dL dan kadar

maksimum 0,91 mg/dL, serta standar deviasi sebesar 0,15 mg/dL. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata kadar kreatinin

pada serum adalah antara 0,49 – 0,59 mg/dL.

4.1.2 Distribusi Statistitik Kadar Kreatinin Pada EDTA

Dari analisis data yang telah dilakukan pada kadar kreatinin pada spesimen

EDTA diperoleh hasil sebagai berikut:

42
43

Tabel 4.2
Distribusi Statistik Kadar Kreatinin Pada EDTA

Kadar Kreatinin Pada EDTA (mg/dL)


95% CI
Std.
Variabel Mean Median Min Max Lower Bound
Deviasi
Upper Bound
Kadar
Kreatinin 0,56 0,56 0,15 0,13 0,92 0,51
Pada 0,61
EDTA

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa rata-rata kadar kreatinin pada


EDTA adalah 0,56 mg/dL dengan kadar minimum 0,13 mg/dL dan kadar
maksimum 0,92 mg/dL, serta standar deviasi sebesar 0,15 mg/dL. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata kadar kreatinin
pada serum adalah antara 0,51 – 0,61 mg/dL.

4.1.3 Distribusi Statistitk Kadar Kreatinin Pada Heparin

Dari analisis data yang telah dilakukan pada kadar kreatinin pada spesimen

Heparin diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3
Distribusi Statistik Kadar Kreatinin Pada Heparin

Kadar Kreatinin Pada Heparin (mg/dL)

95% CI
Std.
Variabel Mean Median Min Max Lower Bound
Deviasi
Upper Bound
Kadar
Kreatinin 0,57 0,56 0,15 0,24 0,95 0,52
Pada 0,62
Heparin
44

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa rata-rata kadar kreatinin pada

heparin adalah 0,57 mg/dL dengan kadar minimum 0,24 mg/dL dan kadar

maksimum 0,95 mg/dL, serta standar deviasi sebesar 0,15 mg/dL. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata kadar kreatinin

pada serum adalah antara 0,52– 0,62 mg/dL.

4.1.4 Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin pada Serum, Plasma

EDTA, dan Plasma Heparin

Dari analisis data menggunakan uji Anova didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.4
Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin pada Serum, Plasma EDTA,
dan Plasma Heparin

Kadar Kreatinin (mg/dL)


Std.
Variabel N Mean Min Max P value
Deviasi
Kadar
Kreatinin
35 0,54 0,13 0,91 0,15
Pada
Serum
Kadar
Kreatinin
35 0,56 0,13 0,92 0,15 0,70
Pada
EDTA
Kadar
Kreatinin
35 0,57 0,24 0,95 0,15
Pada
Heparin
45

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar kreatinin pada

serum adalah 0,54 mg/dL dengan standar deviasi 0,15 mg/dL. Kadar kreatinin

pada plasma EDTA didapatkan rata-rata 0,5611 mg/dL dengan standar deviasi

0,15 mg/dL dan rata-rata kadar kreatinin pada heparin adalah 0,57 mg/dL dengan

standar deviasi 0,15 mg/dL. Hasil analisis data uji statistik didapatkan nilai p =

0,70 lebih besar dari alpha (α) 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan

antara kadar kreatinin pada serum, plasma EDTA, dan Plasma Heparin.
46

4.2 Pembahasan

4.2.1 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan pemeriksaan kadar

kreatinin baik pada spesimen serum, plasma EDTA dan plasma heparin

secara duplo, akan tetapi dapat diminimalisir dengan melakukan QC dan

warming-up alat sebelum digunakan untuk melakukan pemeriksaan.

4.2.2 Kadar Kreatinin Menggunakan Spesimen Serum, Plasma EDTA, Dan

Plasma Heparin

Setelah dilakukan pemeriksaan kreatinin pada serum plasma EDTA

dan plasma heparin dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi

yaitu Mahasiswi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes

Palembang yang berjenis kelamin perempuan serta kriteria eksklusi

meliputi tidak melakukan aktivitas fisik yang berlebihan, tidak

mengkonsumsi obat antibiotik golongan sefalosporin dan tidak sedang

menjalani diet kaya daging. Analisis data diperoleh hasil yang

menunjukkan tidak adanya perbedaan.

Melalui analisis data statistik yang telah dilakukan, diketahui rata-

rata kadar serum adalah 0,54 mg/dL, kadar kreatinin pada plasma EDTA

didapatkan rata-rata 0,56 mg/dL dan rata-rata kadar kreatinin pada heparin

adalah 0,57 mg/dL. Selisih hasil pemeriksaan kreatinin pada sampel

dengan penggunaan antikoagulan maupun tidak menggunakan

antikoagulan terdapat selisih yang relatif kecil serta tidak memberikan


47

makna klinis sehingga tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara

kadar kreatinin pada serum, plasma EDTA, dan plasma heparin.

Hal ini sesuai dengan Permenkes 2010 tentang pedoman

pemeriksaaan kimia klinik serta WHO 2002 mengenai Use of

Anticoagulants in Diagnostic Laboratory Investigations yang menyatakan

bahwa pemeriksaan kreatinin bisa menggunakan sampel serum, plasma

EDTA, dan plasma heparin.

Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Asih Tri

Yulianti (2008) didapatkan rata-rata pemeriksaan kreatinin pada serum

0,52 mg/dL dan plasma heparin 0,54 mg/dL bahwa tidak ada perbedaan

signifikan terhadap hasil pemeriksaan kreatinin pada serum dan plasma

heparin.

Pada proses pra-analitik total waktu pengerjaan sampel plasma

EDTA dan plasma heparin didapatkan hasil pemeriksaan kreatinin yang

cepat sekitar 15-25 menit. Sedangkan sampel serum membutuhkan total

waktu pemeriksaan 30-40 menit. Total waktu tersebut lebih lama

dibandingkan dengan hasil pemeriksaan pada plasma EDTA dan plasma

heparin karena sampel serum membutuhkan waktu tambahan untuk

clotting (pembekuan) rata-rata selama 10-15 menit. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Arslan, dkk (2017) yang menunjukkan

bahwa penggunaan plasma lebih menguntungkan bagi teknisi laboratorium

karena tidak perlu waktu tambahan untuk pembekuan darah sehingga

dapat mengurangi Turn Around Time (TAT).


48

4.2.3 Perbedaan Kadar Kreatinin Pada Serum, Plasma EDTA, Dan Plasma

Heparin

Sebelum dilakukan analisis data untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan hasil maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data

menggunakan uji Shapiro-wilk. Dari hasil uji Shapiro-wilk didapatkan

normalitas data pemeriksaan kreatinin pada serum menunjukkan p value

0,18 > α (0,05), normalitas data pemeriksaan kreatinin pada plasma EDTA

p value 0,61 > α (0,05) dan normalitas data pemeriksaan kreatinin pada

plasma heparin menunjukkan p value 0,19 > α (0,05) yang berarti data

terdistribusi normal. Maka data tersebut dilanjutkan dengan uji Anova.

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kadar rata-rata

kreatinin pada serum lebih rendah dibandingkan dengan plasma EDTA

dan plasma heparin dikarenakan serum tidak mengandung bahan-bahan

dari luar seperti penambahan antikoagulan sehingga di dalam serum tidak

terganggu aktivitas atau reaksinya yang dapat mempengaruhi kadar

kreatinin dan World Health Organization (WHO) menyatakan serum dapat

mempertahankan kadar kreatinin tetap stabil.

Kadar kreatinin pada plasma EDTA didapatkan hasil rata-rata tidak

jauh berbeda dengan kadar kreatinin pada serum dan plasma heparin

dikarenakan pada antikoagulan EDTA dapat mengubah ion kalsium dari

darah menjadi bentuk yang bukan ion, sehingga pada pemeriksaan kadar

kreatinin layak digunakan sebagai antikoagulan karena dapat menghambat

atau mengubah ion-ion yang terdapat di dalam darah. Namun antikoagulan


49

EDTA lebih baik digunakan untuk pemeriksaan hematologi karena tidak

berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan leukosit dan dapat

mencegah trombosit menggumpal. Sehingga antikoagulan EDTA masih

tetap bisa digunakan pada pemeriksaan kreatinin karena menghasilkan

kadar kreatinin sesuai dengan nilai rujukan.

Sedangkan antikoagulan heparin, didapatkan hasil rata-rata sedikit

lebih tinggi dibandingkan pada serum dan plasma EDTA dikarenakan pada

antikoagulan heparin dapat meningkatkan protein spesifik factor

plasminogen activator dan tissue pathway inhibitor ke dalam darah untuk

menghambat pembekuan darah. Protein dalam jumlah berlebih dalam

tubuh akan mengalami peningkatan kadar kreatinin karena kreatinin

adalah hasil akhir dari metabolisme protein.

Penggunaan serum dibeberapa laboratorium lebih banyak

dibandingkan dengan penggunaan plasma karena serum telah menjadi

spesimen universal dalam pemeriksaan kimia darah dan untuk plasma

masih jarang digunakan. Menurut WHO (2012) telah merekomendasikan

bahwa plasma dapat digunakan untuk pengganti serum dalam kebanyakan

pemeriksaan karena plasma lebih baik dalam menggambarkan situasi

patologi pasien, dilihat keuntungan plasma dibandingkan dengan serum

adalah plasma lebih mudah dan cepat dipisahkan dari sel darah

dibandinkan dengan serum, volume plasma lebih banyak, penggunaan

plasma dapat mengurangi proses clotting sebelum disentrifugasi,


50

mempersingkat waktu sentrifugasi dan meningkatkan Turn Around Time

yang sangat penting khususnya pada kondisi darurat.

Berdasarkan dari hasil uji Anova yang menghubungkan variabel

kadar kreatinin pada serum, plasma EDTA, dan plasma heparin

menunjukkan nilai p value 0,70 > α (0,05) yang berarti tidak ada

perbedaan hasil pemeriksaan yang bermakna terhadap kadar kreatinin pada

serum, plasma EDTA, dan plasma Heparin.


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan kadar kreatinin pada

serum, plasma EDTA dan plasma heparin menggunakan metode Jaffe

Compensated tahun 2021 dapat disimpulkan :

1. Kadar kreatinin pada serum rata-rata adalah 0,54 mg/dL dengan kadar

minimum 0,13 mg/dL dan kadar maksimum 0,91 mg/dL.

2. Kadar kreatinin pada EDTA rata-rata adalah 0,56 mg/dL dengan kadar

minimum 0,13 mg/dL dan kadar maksimum 0,92 mg/dL.

3. Kadar kreatinin pada heparin rata-rata adalah 0,57 mg/dL dengan kadar

minimum 0,24 mg/dL dan kadar maksimum 0,95 mg/dL.

4. Tidak ada perbedaan antara kadar kreatinin pada serum, plasma EDTA,

dan Plasma Heparin menggunakan metode Jaffe Compensated (p value =

0,70).

5.2 Saran

1. Bagi ATLM bisa dijadikan referensi pemeriksaan kreatinin menggunakan

serum jika kondisi pasien tidak dalam keeadaan gawat darurat dan plasma

EDTA jika kondisi pasien dalam keadaan cito, agar mendapatkan hasil

pemeriksaan yang cepat.

51
52

2. Disarankan bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian mengenai kadar

kreatinin pada serum, plasma EDTA, dan plasma Heparin dengan variasi

waktu penundaan.

3. Disarankan bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian mengenai kadar

kreatinin pada serum, plasma EDTA, dan plasma Heparin pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.


DAFTAR PUSTAKA

Alfonso, A. A., Mongan, A. E., & Memah, M. F. J. e. (2016). Gambaran kadar


kreatinin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis.
4(1).

Andayani, N. D. (2016). Perbedaan Pemeriksaan Kolestrol Total Menggunakan


Sampel Serum, Plasma EDTA, dan Plasma NaF. Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Anugrah, E. R., Harahap, Moh. (2012). Pengaruh Pemberian Heparin Intravena


Sebagai Profilaksis Dvt Terhadap Kadar D-dimer Plasma. Fakultas
Kedokteran,

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta

Arslan, F. D., Karakoyun, I., Basok, B. I., Aksit, M. Z., Baysoy, A., Ozturk, Y.
K., . . . Duman, C. (2017). The local clinical validation of a new lithium
heparin tube with a barrier: BD Vacutainer® Barricor LH Plasma tube.
Biochem Med (Zagreb), 27(3), 030706. doi:10.11613/bm.2017.030706

Barus, N. (2017). Pemeriksaan Elektrolit pada Serum Darah Menggunakan


Elektrolit Analizer.

BASU, P. (2016). Biochemistry Laboratory Manual For MBBS, BDS, BHMS,


BAMS, BUMS, BNYS.

Bertram, K. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik Jilid II. Editor: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Edisi : 8, 397.

BioSytem, S. A. Creatinine-Jaffe. Costa Brava 30.08030: Barcelona (Spain)

Dawn, B. M. (2000). Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah Pendekatan Klinis.


Jakarta: Buku Kedokteran.EGC

Dewi, R. A. M. (2017). Perbedaan Nilai Hematokrit Dengan Antikoagulan EDTA


(Ethylene Diamine Tetraacetic Acid) Konvensional dan EDTA vacutainer.
STIKES ICME Jombang.

Gandasoebrata. (2013). Penuntun Laboratorium Jakarta: Dian Rakyat


Ghina. (2016). Pengaruh Lama Waktu Penggunaan Tourniquet Terhadap Hasil
Pemeriksaan Kadar Kolestrol. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Hadi, R. V., H.S. (2003). Antikoagulan, Antitrombosit, Trombolitik, dan


Hemostatik, Farmakologi dan Terapi. FKUI.

Handari, N. (2019). Gambaran Pemeriksaan Ion Kalsium dengan Sampel Serum,


Plasma Heparin, dan Whole Blood Heparin. Politeknik Kesehatan Jakarta
III.

Hastono, S. P., dan Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers

Herawati, F., Surabaya,U., Umar,f dan Andrajati, R. (2011). Pedoman


Interpretasi Data Klinik

ISO. (2012). Medical Laboratories-Requirements For Quality And Competence.

Jevuska. (2012). Definisi Heparin dan Fungsi Mekanisme Kerja Antikoagulan.


Jurnal Kesehatan.

Junus, M. (2014). Penuntun Kimia Klinik D3 Akademik Kesehatan


Muhammadiyah.

Kiswari, R. (2014). Hematologi & Transfusi. Jakarta: Erlangga

Lestari, Y. D. (2017). Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kreatinin Serum dan Plasma


EDTA. Universitas Muhammadiyah Semarang,

Li, L., Georgiou, A., Vecellio, E., Eigenstetter, A., Toouli, G., Wilson, R., &
Westbrook, J. I. (2015). The effect of laboratory testing on emergency
department length of stay: a multihospital longitudinal study applying a
cross-classified random-effect modeling approach. Acad Emerg Med,
22(1), 38-46. doi:10.1111/acem.12565

Maria & Wieke, D. (2018). Kendali Mutu. Jakarta: BPPSDM

Menkes. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


1792/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nuari, N. A. W., D. (2017). Gangguan Pada Sistem Perkemihan &


Penatalaksanaan Keperawatan.
Nugraha, G. (2018). Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk
Mahasiswa Teknologi Laboratorium medik, Cetakan 1.

Pearce, C. E. (2004). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia

Plebani, M. (2006). Errors in clinical laboratories or errors in laboratory


medicine? Clin Chem Lab Med, 44(6), 750-759.
doi:10.1515/cclm.2006.123

Pranata, D. C. (2016). Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Sampel Darah


EDTA Terhadap Pemeriksaan Kadar Hematokrit Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Riana, R. (2011). Peran Heparin dalam Angiogenesis, Epitelialisasi dan


Penyembuhan Luka Bakar. www.ejournal.umm.ac.id, Diakses pada
tanggal 1 Januari 2021.

Rinawati, S. (2008). Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kreatinin Darah Metode


Jaffe Reaction Antara Deproteinasi Dan Tanpa Deproteinasi Di
Laboratorium Seger Waras Jepara. Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Riswanto. (2010). Pemantapan Mutu Pra-analitik Pemeriksaan Laboratorium.


Jakarta: Pusat Laboratorium Kesehatan

Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan. Edisi ke-3. Yogyakarta: Mitra


Cendikia Press

Sacher, R. A. d. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi


11. Alih bahasa, Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari.

Sadikin. (2014). Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika

Sony Faisal Rinaldi, B. M. (2017). Metodologi Penelitian Dan Statistika. Badan


Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Strasinger, S. K. L. M. S. (2016). Urinalisis & Cairan Tubuh ( 6th ed). Jakarta:


EGC

Ulfah, M. (2017). Perbedaan Kadar Kreatinin Pada Serum, Plasma Edta Dan
Heparin Metode Jaffe Reaction Tanpa Diprotenisasi. Universitas
Muhammadiyah Semarang,

WHO. (2002). Use of Anticoagulants in Diagnostic Laboratory Investigations.


Wilson, K. W., J. (2000). Principles and Technique of Practical Biochemistry
Edition.

Yaqin, A. J. J. S. (2015). Analisis Tahap Pemeriksaan Pra Analitik Sebagai


Upaya Peningkatan Mutu Hasil Laboratorium Di Rs. Muji Rahayu
Surabaya. 5(10).

Yuliyanti, A. T. (2018). Perbedaan Kadar Kreatinin Serum dan Plasma Heparin


Universitas Muhammadiyah Semarang.
LAMPIRAN 1
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN

AGENDA BIMBINGAN PENYUSUNAN


KARYA TULIS ILMIAH

Mahasiswa Pembimbing Utama

Nama : Mayang Clara Theresya Nama : Nurhayati, S.Pd., SKM., M.Kes

NIM : PO.71.34.1.18.061 NIP : 19700924 199103 2 001

Judul KTI Pembimbing Pendamping

Perbedaan Kadar Kreatinin Pada Serum, Nama : Ardiya Garini, SKM., M.Kes
Plasma EDTA, dan Plasma Heparin
Menggunakan Metode Jaffe Compensated NIP : NIP. 19801117 200112 2 003

Masukkan Tanda Tangan


Tanggal
No Materi Bimbingan Pembimbing Pembimbing Pembimbing
Bimbingan
Utama Pendamping
1 28-12-2020 Konsul topik & judul ACC
2 5-1-2021 Bab I Perbaikan
3 8-1-2021 Revisi Bab I ACC
4 12-1-2021 Bab II Perbaikan
5 14-1-2021 Revisi Bab II ACC
6 18-1-2021 Bab III Perbaikan
7 19-1-2021 Revisi Bab III ACC
8 20-1-2021 Bab I,II,III dan PPT ACC
9 28-1-2021 Revisi Proposal ACC
10 16-2-2021 Bab IV Perbaikan
11 19-2-2021 Revisi Bab IV ACC
12 23-2-2021 Bab V Perbaikan
13 25-2-2021 Revisi Bab V ACC
14 12-4-2021 Abstrak & Lampiran Lanjutkan
15 16-4-2021 PPT ACC
16 19-4-2021 KTI Lengkap ACC, Sidang
LAMPIRAN 2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN

Lembar Penjelasan

Mendapatkan Persetujuan Setelah Penjelasan:


Informasi esensial untuk calon peserta penelitian
(WHO-CIOMS 2016)

Judul Penelitian Perbedaan Kadar Kreatinin Pada Serum, Plasma EDTA,


dan Plasma Heparin Menggunakan Metode Jaffe
Compensated
Jenis Penelitian Cross Sectional
Nama Peneliti Mayang Clara Theresya
Alamat Peneliti Jl. Peternakan 4, Sukabangun 1
Lokasi / Tempat
Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)
Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kadar kreatinin


menggunakan serum, plasma EDTA dan plasma heparin. Penelitian ini akan
dilakukan selama kurang lebih 1 jam, dimana anda akan di ambil darah secara
bersamaan menggunakan vacutainer yang nantinya darah tersebut di bagi menjadi
3 tabung. Terdiri dari tabung vacum tutup merah, tabung vacum tutup ungu, dan
tabung vacum tutup hijau.. Darah yang sudah didapat akan diolah menjadi serum
dan plasma yang kemudian dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin pada serum
dan plasma tersebut.
Pada pemeriksaan laboratorium terbagi menjadi 3 tahap salah satunya
adalah tahap pra-analitik yang dilakukan sebelum pemeriksaan yang menyumbang
kesalahan terbesar sekitar 46-68,2 % apabila tidak dilakukan dengan baik dan
benar. Hal yang terdapat didalam pra analitik yaitu persiapan pasien. Pada
pemeriksaan kreatinin, persiapan yang perlu dilakukan adalah tidak
mengkonsumsi obat golongan sefalosporin dan diet kaya daging untuk
menghindari peningkatan hasil pemeriksaan kreatinin.
Anda diminta berpartisipasi sebagai subjek karena merupakan salah satu
mahasiswa yang sehat. Bila anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,
anda diminta untuk menandatangani dan menuliskan tanggal pada lembar
konfirmasi persetujuan untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian
ini. Semua informasi bersifat rahasia. Subjek dalam bentuk anonim. Semua data
akan dirahasiakan.
Jika anda memutuskan untuk tidak berpartisipasi maka hal ini tidak akan
mempengaruhi apapun. Keikutsertaan anda pada penelitian ini bersifat sukarela.
Anda memiliki hak penuh untuk mengundurkan diri atau menyatakan batal untuk
berpartisipasi kapan saja. Anda juga tidak di kenakan biaya apapun untuk menjadi
responden penelitian ini.
Hasil pemeriksaan kadar kreatinin darah akan diberikan kepada anda setelah
pemeriksaan keluar dan anda sebagai responden penelitian memiliki hak untuk
mengakses data anda.
Sebagai subjek dalam studi ini, anda akan diberikan suntikan dan
pengambilan darah. Prosedur ini akan menimbulkan nyeri pada area penyuntikan
dan pengambilan darah. Pada beberapa kasus proses ini juga dapat menimbulkan
sedikit memar atau bengkak.
Dengan berpartisipasi dalam penelitian ini, anda dapat berperan penting
untuk membuktikan perbedaan kadar kreatin yang diperiksa menggunakan serum,
plasma EDTA, dan plasma heparin.
LAMPIRAN 3
INFORMED CONSENT

(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :
1. Penelitian yang berjudul “Perbedaan Kadar Kreatinin Pada Serum, Plasma
EDTA, dan Plasma Heparin Menggunakan Metode Jaffe Compensated”.
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek.
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian.
4. Bahaya yang akan timbul.
5. Prosedur Penelitian.

Pada prosedur penelitian yang dijelaskan saya mendapat kesempatan mengajukan


pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian
tersebut. Oleh karena itu saya bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk
menjadi subyek penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
Palembang, 2021
Peneliti, Responden,

(Mayang Clara Theresya) …………………………


Saksi,

……………………………………………
*) Coret salah satu
LAMPIRAN 4

PROSEDUR KERJA PENGAMBILAN DARAH VENA

Alat :

1. Venous Collection System


2. Tabung vacum plain
3. Tabung vacum dengan antikoagulan EDTA dan heparin
4. Torniquet
Bahan :

1. Kapas
2. Alkohol swab 70%
Prosedur Kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.


2. Dilakukan pendekatan pada pasien dengan tenang dan ramah, usahakan
pasien senyaman mungkin dan identifikasi pasien dengan benar sesuai
dengan data di lembar permintaan.
3. Diminta pasien untuk meluruskan lengan dan mengepalkan tangannya
4. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%
dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi
5. Dipasangkan tali pembendung (torniquet) kira kira 10 cm di atas lipatan
siku.
6. Dipilih vena bagian median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena.
7. Pegang bagian tutup yang berwarna dengan satu tangan, kemudian putat
dan lepaskan bagian yang berwarna putih dengan tangan lainnya. Pasang
dengan cara memutar jarum pada holder dan putar jarum dengan rapat ke
dalam holder.
8. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas.
Masukkan tabung plain (tutup merah) ke dalam holder.
9. Dorong tabung ke jarum sampai ke ujung holder, gunakan ibu jari untuk
mendorong tabung, sementara jari telunjuk dan jari tengah memegang
ujung tepi holder. Darah akan mulai mengalir ke dalam tabung.
10. Lepaskan karet pembendung sesegera mungkin saat darah mulai mengalir
ke dalam tabung. Tekan secara perlahan pinggiran holder dengan ibu jari
untuk melepaskan stopper dari holder.
11. Kemudian, setelah tabung serum mencapai volume yang dikehendaki
cabut tabung dari jarum. Setelah itu dilanjutkan dengan tabung
antikoagulan EDTA (tutup ungu) dan tabung antikoagulan heparin (tutup
hijau) dengan cara yang sama.
12. Tekan secara perlahan pinggiran holder dengan ibu jari untuk melepaskan
stopper dari holder.
13. Jarum dicabut cepat dan bekas tempat tusukan ditekan dengan kapas
kering.
LAMPIRAN 5

PROSES PENGOLAHAN SAMPEL

A. SERUM
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan Biarkan darah membeku
terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20-30 menit, kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5-15 menit.
2. Darah yang telah diambil dibiarkan membeku terlebih dahulu pada suhu
kamar selama 20-30 menit.
3. Bekuan darah dalam tabung disentrifuge selama 15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm. Pastikan centirufge dalam keadaan seimbang.
4. Serum dipisahkan dengan sel darah, kemudian pindahkan ke dalam
mikrotube.
5. Kemudian serum segera diperiksa pada alat spektrofotometer.

B. PLASMA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Darah yang telah diambil campur dengan antikoagulan EDTA dan Heparin
secara perlahan-lahan.
3. Kemudian sentrifuge darah dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit
4. Pemisahan plasma darah dilakukan kurang dari 2 jam setalah pengambilan
darah, kecuali untuk pemeriksaan glukosa dilakukan pemisahan kurang
dari 30 menit.
5. Plasma yang bisa dilakukan untuk pemeriksaan adalah plasma yang tidak
lisis.
LAMPIRAN 6

PROSEDUR KERJA
PEMERIKSAAN KADAR KREATININ DARAH

Metode : Jaffe Compensated


Prinsip : Creatinin dalam sampel bereaksi dengan picrate dan membentuk
warna yang komplek
Bahan : Serum
Plasma EDTA
Plasma Heparin
Stabilitas : Suhu 2-80C selama 7 hari
Suhu -200C selama 3 bulan
Alat :
• Clinipette 500 µl
• Blue top
• Rak sampel
• Pediatric sampel A15
• Centrifuge
• Biosystem A-15
Reagensia :
• Reagen picric acid
• Reagen detergent
• Working reagen campuran dari reagen A dan reagen B
Working reagen stabil 1 bulan dalam suhu 2-80C
Prosedur Kerja :
1. Pengisian Reagen
• Buka menu program pada computer dan klik rak reagen.
• Letakkan reagen pada rak reagen di alat biosystem A-15.
• Tutup kembali alat dengan cover alat.
2. Pengukuran Kontrol
• Klik gambar tabung berisi darah.
• Klik control pada class yang terdapat pada kotak data sampel.
• Lakukan prosedur kerja seperti kalibrator.
• Tunggu sampai alat selesai melakukan kontrol yang ditandai
dengan tulisan “STAND BY” pada monitor dibagian bawah.
• Klik gambar kertas berwarna biru untuk melihat hasil control.
• Klik parameter yang akan diperiksa pada toolbar kemudian klik
control.
• Jika nilai control telah masuk dalam rentang yang
diperbolehkan, maka pemeriksaan untuk sampel pasien dapat
dilakukan.
• Bila control belum masuk pada rentang yang diperbolehkan,
maka segera memanggil teknisi alat.
• Pemeriksaan sampel dapat dilakukan setelah control masuk.

3. Pengukuran Sampel
• Klik gambar tabung berisi darah.
• Klik normal pada class yang terdapat pada kotak data sampel.
• Klik “Data Pasien”.
• Masukkan identitas pasien seperti : Kode pasien, Nama,
Tanggal Lahir, Jenis Kelamin, Dokter pengirim, kemudian klik
“Simpan”.
• Klik gambar tabung berisi darah.
• Tulis kode pasien.
• Pilih parameter yang akan diperiksa.
• Lakukan prosedur kerja seperti pengukuran kalibrator dan
control.
• Klik gambar kertas biru untuk melihat hasil pemeriksaan
sampel.
• Klik pasien pada toolbar kemudian klik experimental.

Nilai Rujukan :

Serum/Plasma

Satuan mg/Dl Satuan µmol/L

Laki-Laki 0.6 - 1.2 53.09 – 106.19

Perempuan 0.5 - 1.1 44.24 - 97


LAMPIRAN 7
SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 8

SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN


LAMPIRAN 9

HASIL PENELITIAN
LAMPIRAN 10
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL
PEMERIKSAAN KREATININ
LAMPIRAN 11

HASIL PENGOLAHAN DATA SPSS

1. Uji Normalitas Data

• Kadar Kreatinin pada Serum

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kadar Kreatinin
35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%
pada Serum

Descriptives
Statistic Std. Error
Kadar Kreatinin Mean 0,5417 0,02613
pada Serum 95% Confidence Lower Bound 0,4886
Interval for Mean Upper Bound 0,5948
5% Trimmed Mean 0,5417
Median 0,5200
Variance 0,024
Std. Deviation 0,15461
Minimum 0,13
Maximum 0,91
Range 0,78
Interquartile Range 0,18
Skewness 0,189 0,398
Kurtosis 1,061 0,778

Tests of Normality

Kadar Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk


Kreatinin
pada Statistic df Sig Statistic df Sig
Serum
0,123 35 0,200* 0,957 35 0,182248
• Kadar Kreatinin pada EDTA

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kadar Kreatinin
35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%
pada EDTA

Descriptives
Statistic Std. Error
Kadar Kreatinin Mean 0,5611 0,02607
pada EDTA 95% Confidence Lower Bound 0,5082
Interval for Mean Upper Bound 0,6141
5% Trimmed Mean 0,5613
Median 0,5600
Variance 0,024
Std. Deviation 0,15421
Minimum 0,13
Maximum 0,92
Range 0,79
Interquartile Range 0,19
Skewness -0,075 0,398
Kurtosis 1,144 0,778

Tests of Normality

Kadar Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk


Kreatinin
pada Statistic df Sig Statistic df Sig
EDTA
0,094 35 0,200 0,976 35 0,616427
• Kadar Kreatinin pada Heparin

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kadar Kreatinin
35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%
pada Heparin

Descriptives
Statistic Std. Error
Kadar Kreatinin Mean 0,5723 0,02540
pada Heparin 95% Confidence Lower Bound 0,5207
Interval for Mean Upper Bound 0,6239
5% Trimmed Mean 0,5671
Median 0,5600
Variance 0,023
Std. Deviation ,15030
Minimum 0,24
Maximum 0,95
Range 0,71
Interquartile Range 0,17
Skewness 0,629 0,398
Kurtosis 0,941 0,778

Tests of Normality

Kadar Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk


Kreatinin
pada Statistic df Sig Statistic df Sig
Heparin
0,103 35 0,200 0,958 35 0,195639
2. Uji Anova Kadar Kreatinin pada Serum, Plasma EDTA, dan Plasma
Heparin

ANOVA
Kadar Kreatinin
Sum of Mean Sig.
df F
Squares Square
Between Groups 0,017 2 0,008 0,358 0,700178
Within Groups 2,389 102 0,023
Total 2,406 104
LAMPIRAN 12

DOKUMENTASI

Tempat Pengambilan Sampel Persiapan Alat dan Bahan

Proses Pemisahan Serum dan Plasma

Pemeriksaan Kadar Kreatinin Menggunakan Biosystem A-15


LAMPIRAN 13

DOKUMENTASI
SEMINAR HASIL KARYA TULIS ILMIAH

UAP KTI 2021 MAYANG CLARA THERESYA

Thursday, April 22

Google Meet joining info

Video call link: https://meet.google.com/qjs-zfjq-zcs

Or dial: (US) +1 240-544-6271 PIN: 459 211 046#


LAMPIRAN 14

BIODATA PENULIS

Nama : Mayang Clara Theresya


Tempat, Tanggal Lahir : Muara Enim, 1 Mei 2000
Alamat : BTN Mandala Blok D No 11, Tanjung Enim.
Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara
Enim
Agama : Islam
Alamat email : mayangclaratheresya@gmail.com
No. Hp /WA : 081273804818
Nama Orang Tua :
Ayah : Edi Yanto
Ibu : Elza Laura
Anak Ke : Satu dari satu bersaudara
Riwayat Pendidikan :
1. TK An-Nahl Lawang Kidul
2. SD Negeri 26 Lawang Kidul
3. SMP Negeri 1 Lawang Kidul
4. SMA Negeri 1 Muara Enim

Anda mungkin juga menyukai