Organisasi Perbankan Syariah
Organisasi Perbankan Syariah
Dosen Pengampu:
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak. Mochammad Andre Agustianto, Lc.,
M.H. selaku Dosen mata kuliah Bank & Lembaga Keuangan Syraiah dan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari, tulisan yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan tulisan ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
A. Pengertian dan Tujuan Struktur Organisasi Perbankan Syariah ...................................... 3
B. Struktur Organisasi dan Penggolongan Bank Syariah ..................................................... 7
C. Hubungan Atau Keterkaitan Bank Syariah Dengan DPS, DSN-MUI maupun BI ........ 11
BAB III......................................................................................................................................... 19
PENUTUP.................................................................................................................................... 19
Studi Kasus .............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
A. Apa Yang Di Maksud Dengan Organisasi Perbankan Syariah?
B. Apa Yang Saja Struktur Organisasi Dan Penggolongan Bank Syariah?
C. Bagaimana Hubungan atau Keterkaitan Bank Syariah dengan DPS, DSN -MUI maupun
BI
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Struktur Organisasi Bank Syariah
1) Pengertian Organisasi Bank Syariah
Secara etimologi organisasi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Organum”, yang artinya
adalah alat, bagian, dan desain. Sedangkan secara epistemology organisasi didefenisikan oleh
beberapa pendapat para ahli, sebagai berikut :
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah
suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang
bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu dalam perbankan.
Menurut Drs. H.Malayu S.P Hasibuan system organisasi yang baik dalam perbankan ialah
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Organisasi lini dan staf merupakan organisasi yang paling memadai karena sumber perintah
dan tanggung jawab jelas, serta garis perintah dan tanggung jawabnya melalui jalur vertical
terpendek. Dalam pengambilan keputusan manajer lini mendapat bantuan informasi dan
saransaran dari para stafnya sehingga keputusan yang diambil relatif lebih baik.
b) Pendepartemenan hendaknya didasarkan atas proses produksi agar hunbungan pekerjaan
vertikal dan horizontal serasi terintegrasi, serta kontrol internal antar bagian berlangsung
baik. Jumlah departemen antar bagian disesuaikan dengan kebutuhan.
c) Struktur organisasi hendaknya berbentuk segitiga vertikal supaya pembagian pekerjaan,
hubungan pekerjaan, jabatan atau posisi karyawan jelas. Manual organisasi ini harus
disosialisasikan dengan baik kepada seluruh karyawan.
3
d) Job description setiap karyawan harus ditetapkan secara jelas untuk menghindari tumpang
tindih pekerjaan.
e) Adanya pelimpahan wewenang kepada para karyawan agar pelaksanaan pekerjaan dan
pelayanan nasabah dapat ditingkatkan karena birokratisme berkurang.
f) Penempatan karyawan harus didasarkan pada prinsip the right man on the right place
sehingga ada keefektifan organisasi.
g) Rentang kendali untuk setiap bagian harus berdasarkan kemampuan pimpinan dan volume
pekerjaan yang dikerjakan, biasanya berkisar 3 sampai 9 orang.
h) Organisasi bank harus dibagi atas: Front office dan Back officesehingga pelayanan nasabah
lebih baik dan lebih cepat.
2) Contoh umum struktur organisasi Perbankan Syariah
Secara umum contoh dari struktur organisasi bank syariah sebagai berikut :
Struktur Organisasi Bank Syariah
4
Keterangan:
• Rups ( Rapat Umum Pemegang Saham ) / Rapat Anggota
• Dewan Komisaris
Pengawas intern bank syariah, pengarahkan pelaksaan yang dikerjakan oleh direksi supaya
tetap melaksanakan kebijkasaan perseroan dan ketentuan yang ditetapkan. Tugas dan
tanggung jawab dewan komisaris ialah :
➢ Mempertimbangkan, menyempurnakan, dan mewakili para pemegang saham dalam
memutuskan perumusan kebijaksaan umum yang baru yang diusulkan oleh direksi untuk
dilaksanakan pada masa yang akan datang.
➢ Menyelenggarakan rapat umum bagi para pemegang saham untuk pembebasan tugas dan
kewajiban direksi. Mempertimbangkan dan menyetujui rancangan kerja untuk tahun buku
baru yang diusulkan direksi. Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan
pembiayaan yang diajukan kepada perusahaan yang jumlahnya melebihi maksimum yang
dapat diputuskan direksi.
• Dewan Pengawas Syariah.
Inilah yang warna berbeda antara struktur organisasi perbankan syariah dan perbankan
konvensional. Jaminan pemenuhan atas ketentuan dan ketaatan pada prinsip syariah itulah
yang pada akhirnya melahirkan suatu konsep yang dikenal dengan istilah Shariah
Compliance. Dewan Pengawas Syariah terdapat ; tiga orang atau lebih, mulai dari profesi
yang ahli dalam hukum islam, yang dipimpin oleh ketua DPS, berfungsi memberikan fatwa
Agama terutama dalam produk- produk bank syariah. kemudian, bersama dewan komisaris
mengawasi pelaksanaannya.
• Dewan Audit
Fungsi utama dari Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan
fungsi pengawasan terhadap Perseroan. Komite Audit secara berkala mengadakan rapat
dengan Direksi dan jajarannya untuk mengevaluasi kinerja Perseroan serta menyampaikan
laporan hasil evaluasi dalam setiap rapat Dewan Komisaris yang diadakan secara berkala.
• Direksi
5
Direksi yang terdiri dari seorang direktur utama, yang bertugas dalam memimpin dan
mengawasi kegiatan Bank syariah sehari-hari, sesuai dengan kebijaksanaan umum yang telah
disetujui oleh dewan komisaris dalam RUPS. Tugas dan tanggung jawab direksi adalah:
➢ Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum Bank syariah untuk masa yang akan
datang yang disetujui oleh dewan komisaris serta disyahkan dalam RUPS agar tercapai
tujuan serta kontinuitas operasional perusahaan.
➢ Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaandan Rencana Kerja untuk
tahun buku yang baru disetujui oleh dewan komisaris.
➢ Mengajukan reraca dan laporan laba rugi tahunan serta laporan-laporan berkala lainya
kepada dewan komisaris untuk mendapatkan penilaian.
• Devisi / Urusan
Tugas dari devisi dalam bank syariah adalah menyusun rencana kerja, menopang kebutuhan
organisasi, menciptakan event yang dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan
perbankan.
• Kantor Cabang
Menjalankan kegiatan yang diarahkan oleh managernya sesuai dengan peraturan dan
kebijaksanaan kantor pusat
3) Tujuan Organisasi Dalam Perbankan Syariah
Membuat organisasi adalah perkara muamalah, dan muamalah itu hukum asalnya mubah.
Dan tentu saja membuat organisasi untuk terlaksananya urusan muamalah dalam Islam yang
tersistematis adalah bentuk saling tolong-menolong dalam kebaikan. Allah Ta’ala berfirman:
“tolong-menolonglah dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam dosa
dan permusuhan” (QS. Al Maidah: 2)
Adapun tujuan bank syariah membentuk organisasi adalah untuk memenuhi berbagai
tuntutan kinerja bank syariah yang efektif, efisien dan berintegras tinggi, dan melakukan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip kehati- hatian diharapkan manajemen bank syariah
memiliki kewenangan dan diberi fungsi yang tegas dan pasti, agar dapat menjamin
6
terselenggaranya kinerja perbankan islam yang menjunjung tinggi nilai kejujuran, transparan dan
memberi pendidikan kepada masyarakat, menjaga kehati- hatian dan kejujuran, serta profesional.
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya
dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antar bank syariah dan
bank konvensional adalah keharusan adanya dewan pengawas syariah (DPS) yang bertugas
mengawasi operasional bank dan produk- produknya agar sesuai dengan garis- garis syariah.1
Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Ketentuan lebih lanjut mengenai Bank Umum Syariah diatur
melalui PBI Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah. Pasal 2-nya menegaskan
bahwa bentuk badan hukum bank adalah Perseroan Terbatas. Kemudian pasal 5-nya
menegaskan bahwa modal disetor untuk mendirikan bank ditetapkan paling kurang sebesar
Rp. 1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) (http://www.bi.go.id). Berikut ini adalah
struktur organisasi dari BUS:
1
http://mynewblogpontianak.blogspot.co.id/2016/11/makalah-struktur-organisasi-bank-syariah.html.pdf
7
2. Unit Usaha Syariah (UUS)
UUS adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar
negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah. Ketentuan lebih lanjut
mengenai UUS diatur melaui PBI Nomor 11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah. Pasal
2 ayat (1) PBI UUS menyebutkan bahwa BUK (Bank Umum Konvensional) yang akan
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib membuka UUS. Kemudian ayat
(2)-nya menyebutkan bahwa pembukaan UUS harus dicantumkan dalam rencana bisnis
BUK. Pembukaan UUS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia dalam bentuk
izin usaha. Modal kerja UUS ditetapkan dan dipelihara paling kurang sebesar Rp.
100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah). Modal kerja sebagaimana dimaksud harus
disisihkan dalam bentuk tunai (http://www.bi.go.id). Berikut ini adalah struktur organisasi
pada UUS:2
2
https://123dok.com/document/q7evv2nz-bab-iii-gambaran-umum-objek-penelitian-a-sejarah-berdirinya-
perbankan-syariah-di-indonesia.html.pdf
8
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah lembaga keuangan Bank yang
dibawahi oleh dewan kebijakan moneter, yang melakukan kegiatan ekonominya berdasarkan
prinsip Islam atau syariah, tanpa menghalalkan adanya riba atau suku bunga yang
berorientasi pada masyarakat di tingkat desa ataupun kecamatan. Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS) didirikan berdasarkan UU No 7 tahun 1992 tentang perbankan dan Peraturan
pemerintah (PP) no.72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Serta
berdadarkan pada butir 4 pasal 1 UU. No 10 tahun 1998, pengganti UU no 7 tahun 1992
tentang Perbankan disebutkan bahwa Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang
melakukan kegiatan usaha berdasrkan prinsip Syariah selanjutnya diatur menurut surat
keputusan Direktur Bank Indonesia No.32/36/KEP/DIR/1999. Tanggal 12 Mei 1999 tentang
Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip Syari’ah.
Adapun struktur organisai BPR sendiri memiliki beberapa perbedaan dalam setiap
lembaga atau perusahaan tertentu. Untuk memudahkan pemahaman tentang BPR kami
mengambil contoh Struktur organisasi BPR dari PT. BPR Pekanbaru.
Pimpinan
Adapun gambaran pembagian tugas masing-masing personil sesuai dengan bidang dan
seksi yang ditempati dari struktur adalah:
9
• Pimpinan Cabang
Yaitu bertujuan untuk mengelola cabang berdasarkan sistem kredit secara efektif dan
efisien untuk tercapainya:
a) Target operasional yang meliputi penghimpun dana, memberikan kredit. jasa-jasa,
hasil usaha, dan kualitas aktiva produktif.
b) Pemberian kredit yang aman, sesuai kebutuhan nasabah dan menghasilkan.
• Seksi Dana
a) Pelaksanaan Layanan Nasabah
1) Memberikan informasi kepada calon nasabah atau kepada masyarakat yang
membutuhkan infoermasi tentang tabungan, deposito serta produk anak lainnya.
2) Menyampaika keuntungan atau manfaat yang dapat yang dapat diperoleh dari
penggunaan produk-produk Bank.
3) Menjaga kerahasiaan password/ sandi yang menjadi wewenangnya.
b) Teller
1) Menerima uang setoran dan membayarkan uang penaikan tabungan atau deposito.
2) Memasukkan data entry mutasi tunai, tabungan dan deposito dalam aplikasi
perbankan.
3) Mengadministrasikan dan mencatat voucer ke buku kas
4) Melakukan posting dan penutupan kas pada akhir hari.
• Seksi Kredit
a) Pelaksana Analisa Kredit
Pelaksanaan administrasi perkreditan mempunyai tugas pokok sebagai berikut:
1) Menganalisa kelayakan usaha dan transaksi jaminan seluruh berkas permohonan
kredit yang rusak.
2) Bertanggung jawab atas kelancaran kredit yang telah dianalisa
b) Administrasi Kredit
1) Memastikan kelengkapan persyaratan permohonan kredit.
2) Monitoring ketertiba pelaksanaan pembayaran kewajiban nasabah
3) Melakukan administrasi jaminan kredit
4) Membuat dan menyampaikan laporan dibidang kredit baik kepada kantor pusat
maupun kepada Bank Indonesia secara benar dan tepat waktu
10
5) Menerima surat permintaan informasi Bank dari Bank lain.
c) Pelaksanaan Penagihan
1) Bertanggung jawab atas penagihan terhadap nasabah yang bermasalah
2) Melakukan survei terhadap barang jaminan nasabah yang melakukan
peminjaman.
• Seksi Operasional
a. Pelaksana Administrasi Umum
1) Tugas dan tanggung jawab.
2) Melakukan surat menyurat dan pengarsipan.
3) Membukukan daftar jagi serta tunjangan bagi karyawan
4) Merekomendasikan mutasi pegawai tingkat pelaksana pimpinan cabang
5) Merekomendasikan cuti, pendidikan dan kesejahteraan pegawai kepada pimpinan
cabang.
6) Melakukan pemeliharaan barang-barang investasi
7) Membuat laporan keuangan kantor cabang untuk keperluan anggaran, laporan
kepada pemilik Bank, badan pengawas serta laporan kepada BI setiap bulan
b. Pelaksana Akuntansi dan Laporan Tugas dan tanggung jawabnya:
1) Menginput setiap transaksi non tunai dan melakukan pengecekan kepada bagian-
bagian yang terkait dengannya.
2) Melaksanakan perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak pada instansi yang
terkait
3) Membuat laporan rutin setiap bulan
4) Menyiapkan laporan keuangan lainnya sesuai laporan yang dibutuhkan
5) Mempersiapkan data tahunan untuk laporan keuangan ekstern dan intern.3
C. Hubungan atau Keterkaitan Bank Syariah dengan DPS, DSN -MUI maupun BI
3
https://repository.uir.ac.id/2994/7/bab4.pdf
11
Dewan Pengawas Syariah adalah badan yang ada di lembaga keuangan syariah dan
bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syariah Nasional di lembaga
keuangan syariah. Adapun untuk lebih mengefektifkan peran DSN pada perbankan
syariah maka dibentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai perwakilan DSN di
setiap perbankan syariah di Indonesia.
a. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang berada
di bawah pengawasannya.
b. Berkewajiban menhgajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah
kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada Dewan Syariah Nasional.
c. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang
diawasinya kepada Dewan Syariah Nasional sekurangkurangnya dua kali dalam satu
tahun anggaran.
d. Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasan Dewan
Syariah Nasional.
Dasar hukum Dewan Pengawas Syariah (DPS) terdapat dalam Pasal 32 Undang-
Undang nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang menjelaskan bahwa:
1) Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS.
2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Rapat
Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
3) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan
nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan
Prinsip Syariah.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Dewan Pengawas Syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.
12
Secara umum tugas dan tanggung jawab DPS adalah sebagai berikut:
a) Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman operasional dan
produk yang dikeluarkan bank;
b) Mengawasi proses pengembangan produk baru bank;
c) Meminta fatwa kepada Dewan Pengawas Syariah untuk produk bank yang belum ada
fatwanya;
d) Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap
mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank; dan
e) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja bank
dalam pelaksanaan tugasnya.
Hal pokok yang harus diperhatikan oleh DPS melihat pelaksanaan kontrak tersebut
dari segi pemenuhan rukun dan syarat sahnya akad. Sebagai contoh, dalam akad
murabahah, jika pada awalnya pembiayaan murabahah objeknya tidak diketahui dan
tidak tertulis, maka rukun dan syarat sahnya akad tersebut tidak terpenuhi yang berarti
akad tersebut adalah bathil. Hal inilah yang menjadi tugas DPS agar pelanggaran-
pelanggaran seperti itu tidak terjadi lagi.
Menurut hasil penelitian Bank Indonesia (BI) pada tahun 2008 yang bekerjasama
dengan ernst dan young. Salah satu masalah utama dalam implementasi manajemen
risiko pada perbankan syariah adalah peran DPS yang belum optimal. Jika peran DPS
tidak optimal dapat berakibat pada pelanggaran syariah complience, maka citra dan
kredibilitas bank syariah dimata masyarakat menjadi negatif.
Sejauh ini peran DPS dirasa belum optimal ditandai dengan masih banyaknya kasus
perbankan syariah yang menjelaskan adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
oleh perbankan syariah yang melanggar prinsip-prinsip syariah serta merugikan nasabah.
DPS yang diharapkan menjadi penunjang terlaksananya kegiatan perekonomian
bernuansa syariah di Indonesia mampu menjalankan perannya dengan baik dan terus
13
menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam segala kegiatan operasional perbankan syariah
di Indonesia.
MUI sebagai lembaga yang memiliki kewenangan dalam bidang keagamaan yang
berhubungan dengan kepentingan umat Islam Indonesia membentuk suatu dewan syariah
yang berskala nasional yang bernama dewan syariah nasional (DSN), berdiri pada tanggal 10
Februari 1999 sesuai dengan surat keputusan (SK) MUI nomor kep-754/MUI/II/1999.
Lembaga DSN MUI ini merupakan lembaga yang memiliki otoritas kuat dalam penentuan
dan penjagaan penerapan prinsip syariah dalam operasional di lembaga keuangan syariah,
baik perbankan syariah, asuransi syariah dan lain-lain. Hal ini sebagaimana termuat dalam
undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pasal 32 maupun undang-
undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas pasal 109 yang pada intinya bahwa
DPS wajib dibentuk di bank syariah maupun perseroan yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. DPS tersebut hanya dapat diangkat jika telah mendapatkan
rekomendasi DSN MUI. (Iswanto 2016, 430).
DSN dibentuk oleh MUI yang bertugas dan memiliki wewenang untuk memastikan
kesesuaian antara produk jasa, dan kegiatan usaha lembaga keuangann syariah (bank,
asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya) dengan prinsip syariah. Ada tiga hal
yang melatarbelakangi pembentukan DSN, yaitu:
14
mengawasi kesesuaian syariah. Sedangkan dalam ketentuan Undang-Undang No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah tegas dinyatakan bahwa DPS diangkat dalam rapat umum
pemegang saham atas rekomendasi MUI. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa DSN merupakan lembaga satu-satunya yang diberi amanat oleh undang-undang untuk
menetapkan fatwa tentang ekonomi dan keuangan syariah, juga merupakan lembaga yang
didirikan untuk memberikan ketentuan hukum Islam kepada lembaga keuangan syariah
dalam menjalankan aktivitasnya.
Dewan Syariah Nasional adalah dewan yang dibentuk oleh MUI untuk menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan aktivitas Lembaga Keuangan Syariah. Adapun status
DSN adalah sebagai berikut:
Tugas Dewan Syariah Nasional antara lain dapat dijabarkan sebagai berikut.
15
2) Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti Departemen Keuangan dan BI;
3) Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan
duduk sebagai DPS pada suatu Lembaga Keuangan Syariah,
4) Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam
pembahasan ekonomi syariah termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam
dan luar negeri;
5) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan
penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN; dan
6) Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila
peringatan tidak diindahkan.4
3) Bank Indonesia
Dengan cetak biru ekonomi dan keuangan syariah ini, Bank Indonesia sebagai
otoritas moneter dan stabilitas sistem keuangan, tetap berperan serta dalam pengembangan
ekonomi dan keuangan syariah bersama stakeholder terkait dengan mengacu kepada
prinsip dan nilai-nilai ekonomi, keuangan syariah yang berdimensi keadilan, transparansi,
produktivitas, dan tata kelola yang baik (governance).
Cetak biru ekonomi dan keuangan syariah ini secara garis besar memuat 4 hal utama yaitu:
1) Nilai-nilai dasar dan prinsip dasar pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
2) Kerangka dasar kebijakan pengembangan.
3) Strategi dan rencana aksi.
4
Darsono, dkk. Perbankan Syariah di Indonesia, (Depok: Rajawali Pers, 2017), Ed. 1, Cet. 2, hal. 286-288
16
4) Kerjasama dan koordinasi, baik dengan pihak internal maupun pihak eksternal dalam
pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
Fungsi Bank Indonesia adalah sebagai regulator pasar uang syariah. Di samping itu,
dibutuhkan fungsi baru seperti fungsi akselerasi dan inisiasi, terutama saat pengembangan
ekonomi dan keuangan syariah menerapkan pendekatan ekosistem. Ekosistem ekonomi dan
keuangan syariah saat ini sudah ada, namun belum terbangun secara sistematis. Untuk itu,
dalam konsep cetak biru ini, peran Bank Indonesia dalam pengembangan ekonomi dan
keuangan syariah meliputi fungsi sebagai Akselerator, Inisiator dan Regulator (AIR).
Upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah tidak dapat dijalankan secara
parsial. Sektor keuangan tidak dapat berkembang optimal tanpa pertumbuhan yang baik di
sektor ekonomi. Peran riset, asesmen, dan edukasi menjadi bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan. Demikian juga, kerjasama yang erat antar institusi semakin dibutuhkan dalam
menjalankan strategi dan program sehingga lebih efektif. Karena itu, cetak biru
pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dibangun dalam 3 (tiga) pilar yang meliputi:
5
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/pengembangan-ekonomi/cetak-biru/Default.aspx
17
BAB III
STUDI KASUS
Bank pembiayaan Rakyat syari’ah (BPRS) merupakan salah satu lembaga keuangan yang
dalam melaksanakankegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsipsyari’ah. Menurut bapak
Safi’I Antonio dalam launching dan bedah buku perjalanan perbankan syari’ah di Indonesia yang
diadakan oleh Bank Indonesia di Surabaya pada bulan Oktober 2015 lalu menyatakan bahwa
produk murabahah menjadi salah satu primadona di Perbankan Syari’ah. Hal tersebut disebabkan
perbankan syari’ah ingin meminimalisir resiko untuk pengelolaan dana. Dari alasan inilah
penulis ingin mengetahui dan melihat langsung apakah selama didalam Implementasi atau
pelaksanaan produk murabahah di PT BPRS Daya Artha Mentari telah sesuai dengan standar
fatwa DSN apa belum.
Kabupaten Pasuruan di pilih karena banyak usaha kecil menengah serta golongan
menengah masyarakat yang menjadi sasaran pasar untuk nasabah BPRS. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat pelaksanaan pada penerapan produk murabahah dan pertumbuhan jumlah
nasabah di PT.BPRS Daya Artha Mentari sekaligus ingin mengetahui bagaimana implementasi
penerapan produk murabahah dan kesesuaiannya dengan ketentuan syari’ah yang ada pada
PT.BPRS Daya Artha Mentari yang ada di kabupaten Pasuruan.
Kata Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), sehingga dapat diartkan bahwa
Murabahah adalah saling menguntungkan. Secara terminologis Murabahah adalah pembiayaan
saling menguntungkan yang dilakukan oleh shabib al-mal dengan pihak yang membutuhkan
melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual
terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shabib al-mal dan
18
pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur. Secara Sederhana Murabahah berarti jual
beli barang ditambah keuntungan yang disepakati. Dasar Hukum Murabahah: Al-Qur’an, Al-
Hadist, Ijma’ dan Kaidah Fiqh.
Syarat dan Rukun Murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi jual beli meliputi:
Penjual (ba’i), Pembeli (musytari), Barang yang dibeli (komoditas), Harga yang terdiri dari harga
beli, margin keuntungan dan harga jual, Ijab Qabul (perjanjian).
Sebagai data pendukung digunakan sumber data sekunder dari berbagai kajian pustaka.
Kajian pustaka dari berbagai sumber baik dari sisi teori dan berbagai para pendapat ahli yang
dijadikan peneliti sebagai landasan dalam penelitian. Secara lebih lanjut sumber data sekunder
yang digunakan misalnya fatwa DSN, Undang-Undang Perbankan dll.Sebagaimana padsa
pembahasan tersebut bisa dilihat bahwa data merupakan faktor sentral yang utama dalam
penelitian. Desain penelitian ini memiliki teknik pengumpulan data antara lain: observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan selama penelitian
dilakukan sebagaimana karakterisrik penelitian dilakukan.
19
Fungsi utama dari perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat.17 Telah diketahui sebelumnya bahwa Produk Murabahah pada BPR Syari’ah Daya
Artha Mentari adalah salah satu fasilitas pembiayaan untuk penyaluran dana kepada masyarakat
yang dimiliki oleh BPR Syari’ah Daya Artha Mentari. Hal ini juga berjalan selaras dengan Pasal
18 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang menyebutkan bahwa
salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh bank syariah adalah Menyalurkan pembiayaan
berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah.
Langkah awal yang harus dilakukan oleh nasabah apabila ingin mengajukan produk
pembiayaan murabahah di PT BPR Syariah Daya Artha Mentari adalah menuju ke bagian
Costumer Service. Costumer service nanti akan menjelaskan kepada calon debitur / nasabah
mengenai prosedur, mekanisme, persyaratan yang harus dipenuhi mengenai pembiayaan produk
Murabahah, setelah nasabah memahami penjelasan dari costumer service nasabah dianjurkan
untuk mengisi formulir dan menandatangani permohonan pembiayaan, kemudian melengkapi
persayaratan pengajuan kelengkapan data pemohon.
Kelengkapan data pemohon di PT. BPRS Daya Artha Mentari Pasuruan dibedakan menjadi
tiga kriteria yang pertama untuk nasabah yang berbadan hukum, ke dua untuk nasabah
perseorangan yang memiliki usaha dan yang ketiga untuk nasabah perorangan. Kelengkapan
berkas tiap-tiap nasabah juga dibedakan menurut porsinya.
Pada penerapan produk Murabahah di lingkungan BPR Syariah Daya Artha Mentari juga
telah memperhatikan rambu-rambu yang telah tertuang di Fatwa DSN tentang Murabahah salah
satunya adalah pada ketentuan yang ke 6.
Pada Ketentuan ke 6 ini PT. BPR Syari’ah Daya Artha Mentari menggunakan Prosedur
penghapusan pembiayaan macet. Ketika penulis mewawancarai Bapak Saiful beliau
menjabarakan bahwa “Kolektibilitas 1 namanya lancar, kolektibilitas 2 namanya tidak lancar,
kolektibilatas 3 itu namanya diragukan, kolektibilitas 4 itu namanya macet. Bank punya
kewajiban untuk mecandangkan biaya terhadap nasabah yang istilahnya itu not performance
found jadi nasabah yang performancenya kurang baik, kalau kolektibilitas 4 itu pecandangannya
100% jadi umpamanya pinjamananya 5 juta bank harus mencadangkan untuk pembiayaan ini 5
20
juta jadi ada aktiva ada pasiva jadi nol. Ini kalau umpama dikeluarkan sudah disiapkan bank
biayanya, lepas sudah tidak mempengaruhi. Jadi istilahnya itu pengeluaran daftar tagihan itu
sudah dicadangkan sudah diamortisasi sehingga bank menanggung atas pembiayan yang tidak
bayar tadi itu bukan melunasi, iya istilahnya menanggung beban pembiayaan yang macet tadi itu,
itu merupakan suatu biaya. Tetapi ketika nasabah nanti itu bayar maka dimasukkan pendapatan,
jadi imbang tadi sudah dikeluarkan biaya ketika bayar itu masuk pada pendapatan”.
Berdasarkan penjelasan dari Direksi PT. BPR Syariah Daya Artha Mentari, dapat
disimpulkan bahwa apabila nasabah yang dikategorikan macet dan benar-benar mengalami
kesulitan untuk membayar maka pihak BPR Syari’ah Daya Artha Mentari akan menanggung
pembiayaan nasabah tersebut. Kata-kata menanggung disini adalah bukan berarti bank melunasi
semua biaya nasabah akan tetapi bank memberi kesempatan kepada nasabah untuk menjual
agunan serta kemudian memberi kelonggaran kepada nasabah untuk diberi waktu atau
menundatagihanutangsampaiia menjadi sanggupkembali.
PT. BPR Syariah Daya Artha Mentari ketika menanggung pembiayaan nasabah atau
memberi kelonggaran kepada nasabah tidak serta merta memberi kelonggaran begitu saja. Pihak
BPR Syari’ah Daya Artha Mentari akan menugaskan petugas surveyor atau Account officer
untuk melihat/survey kondisi real dilapangan. Apabila data dengan kondisi real dilapangan tidak
sesuai maka pihak bank akan menindaklanjuti dengan tegas. Hal ini sesuai dengan petikan
wawancara penulis terhadap direksi PT. BPR Syari’ah Daya Artha Mentari.
Apa yang telah dipaparkan oleh direksi PT. BPR Syari’ah Daya Artha Mentari berjalan
selaras dengan apa yang ada pada ketentuan 5 poin B fatwa DSN tentang Murabahah. Fatwa
DSN ini berbunyi Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu
pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Pada faktor pertumbuhan jumlah nasabah, pertumbuhan jumlah nasabah di BPR Syari’ah
Daya Artha Mentari mengalami naik turun. Naik turun ini menurut bapak saiful ketika penulis
mewawancarai beliau, beliau menjelaskan bahwa “Tahun 2013 itu puncaknya pendapatan
masyarakat didorong oleh banyaknya pabrik-pabrik yang berdiri di kabupaten pasuruan dengan
peningkatan income masyarakat maka tingkat consumer terhadap barang juga naik sehingga
21
murabahah di bank syariah cukup laku keras. ketika tahun 2014 pemerintah menetapkan UMR
terlalu tinggi perusahaan tidak mampu untuk membayar sehingga dia memilih untuk menutup
perusahaan sehingga banyak sekali PHK dan menurunkan tingkat income daripada masyarakat
dari situ terjadi satu penurunan secara drastis pembiayaan murabahah ”. (Sumber verbatim
wawancara 1.1)
Dari petikan wawancara tersebut penulis menyimpulkan bahwa penurunan jumlah nasabah
di BPR Syari’ah Daya Artha Mentari diakibatkan oleh banyaknya karyawan/masyarakat yang di
PHK. Hal ini disebabkan karena Perusahaan tidak mampu membayar dikarenakan nilai UMR di
kabupaten pasuruan yang terlalu tinggi, sehingga perolehan income dari karyawan/masyarakat
itu berkurang. Hal ini juga sangat berdampak pada pembiayaan produk murabahah karena
apabila banyak karyawan/masyarakat di PHK secara otomatis pendapatan karyawan/masyarakat
menurun. Apabila pendapatan karyawan/masyarakat menurun, masyarakat akan enggan
melakukan peminjaman ke bank disebabkan income masyarakat berkurang.
Pada data yang diperoleh oleh penulis, data tahun 2012 Jumlah Nasabah untuk pembiayaan
produk murabahah sejumlah 2705, kemudian pada tahun 2013 jumlah nasabah sejumlah 3818,
kemudian pada tahun 2014 jumlah nasabah sejumlah 2239 dan pada tahun 2015 jumlah nasabah
sejumlah 1145.6
Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis paparkan, maka terdapat beberapa kesimpulan yang dapat
diambil sebagai jawaban atas masalah yang telah dirumuskan, diantaranya:Implementasi
(pelaksanaan) produk murabahah di PT BPR Syari’ah Daya Artha Mentari Pasuruan telah
memenuhi standar prinsip syariah yang telah tertera didalam Fatwa DSN tentang Murabahah No.
04/DSN-MUI/IV/2000. Didalam fatwa DSN tersebut terdapat poin-poin yang sudah diterapkan
di dalam implementasi produk murabahah di BPR Syari’ah Daya Artha Mentari Pasuruan salah
satu contohnya adalah pada ketentuan yang ke 6 Fatwa DSN tentang murabahah menjelaskan
bahwa bangkrut dalam murabahah, jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan
utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau
6
Nuh Musthofa, dkk. Implementasi Produk Murabahah Dan Pertumbuhan Jumlah Nasabah Di Bpr Syari’ah Daya
Artha Mentari Pasuruan, Balance Vol. XIV No. 2, 2017
22
berdasarkan kesepakatan. Pertumbuhan jumlah nasabah di BPR Syari’ah Daya Artha Mentari
mengalami naik turun. Naik turun menurut direksi PT. BPR Syari’ah Daya Artha
23
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, dkk. 2017, Perbankan Syariah di Indonesia, Depok: Rajawali Pers, Ed. 1, Cet. 2,
Nuh Musthofa, dkk.2017, Implementasi Produk Murabahah Dan Pertumbuhan Jumlah Nasabah
Di Bpr Syari’ah Daya Artha Mentari Pasuruan, Balance Vol. XIV No. 2
http://mynewblogpontianak.blogspot.co.id/2016/11/makalah-struktur-organisasi-bank-
syariah.html.pdf
https://123dok.com/document/q7evv2nz-bab-iii-gambaran-umum-objek-penelitian-a-sejarah-
berdirinya-perbankan-syariah-di-indonesia.html.pdf
https://repository.uir.ac.id/2994/7/bab4.pdf
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/pengembangan-ekonomi/cetak-biru/Default.aspx
24